Professional Documents
Culture Documents
Varietas Talenta
Varietas Talenta
ABSTRACT
The objective of this research was to evaluate yield potential of 12 sweet corn
promising hybrids from Plant Breeding Program (Bogor Agricultural University) and
Indonesian Cereals Research Institute selection.. The hypothesis was there are
differences between the promising hybrids and commercial varieties about the yield,
quality, and vigorness. This research was conducted at experimental field Indonesian
Cereals Research Institute, in Maros, South Sulawesi, from June to August 2011. The
genotypes used were : IM-12, IM-13, IM-14, IM-15, IM-16, IM-23, IM-24, IM-25, IM-
34, IM-35, IM-45, IM-55, and three comercial varieties Super Sweet Corn, Sweet Boy,
and Talenta. The design of this research was Randomized Complete Block Design with
four replications. Data was alayzed with F-test then continued with Dunnett test
(=5%). Furthermore, selection index was used for choosing the best genotype.
Interaction between two factors, genotype and year, was analyzed with Bartlett-test then
continued with F-test using primary data from this year research and last year research
(was done from April to June 2010). Broad heritability was estimated from this two-
factors analysis. The result from this research was the main character in sweet corn, the
productivity, was not affected by genotype, but there was interaction between genotype
and year. The other main character, total soluble solid, was affected by genotype, but
there was no interaction between genotype and year. From selection index was gotten
that IM-16 promising hybrid has the highest value and can be developed into newest
commercial variety. The variable character that has highest board heritability
estimation was total soluble solid.
Key words : yield trial, sweet corn hybrid, selection index, board heritability
ii
RINGKASAN
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing II
Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Tanggal Lulus:
vi
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
Botani dan Ekologi Jagung Manis ................................................... 3
Kendali Genetik terhadap Rasa Manis pada Jagung Manis............... 5
Pemuliaan Jagung Manis Hibrida .................................................... 5
Heritabilitas dan Interaksi Genotipe x Lingkungan .......................... 7
BAHAN DAN METODE ................................................................... 9
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 9
Bahan dan Alat ................................................................................ 9
Metode Penelitian............................................................................ 9
Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 11
Pengamatan ..................................................................................... 12
Analisis Data ................................................................................... 14
Analisis Data Gabungan .................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17
Keadaan Umum Percobaan.............................................................. 17
Umur Muncul Tassel, Umur Muncul Rambut, dan Umur Panen ...... 20
Panjang Tongkol, Panjang Baris Biji pada Tongkol, dan Diameter
Tongkol........................................................................................... 22
Jumlah Baris dan Jumlah Biji per Baris ........................................... 23
Produksi per Plot ............................................................................. 24
Indeks Panen dan Produktivitas ....................................................... 27
Tanaman Terserang Bulai per Plot................................................... 28
Kadar Padatan Terlarut Total ........................................................... 29
Korelasi antar Karakter Tanaman .................................................... 31
Indeks Seleksi Terboboti ................................................................. 32
Analisis Gabungan Dua Musim ....................................................... 33
Komponen Ragam dan Heritabilitas ................................................ 34
Produktivitas dan Kadar Padatan Terlarut Total ............................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41
Kesimpulan ..................................................................................... 41
Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 42
LAMPIRAN ....................................................................................... 45
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sidik Ragam Gabungan di Dua Musim Tanam Berdasar RKLT 15
7. Nilai Tengah Jumlah Baris dan Jumlah Biji per Baris 12 Hibrida
Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis ............... 24
15. Nilai Komponen Ragam dan Heritabilitas dalam Arti Luas pada
Analisis Ragam Gabungan Dua Musim ..................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tongkol Jagung Manis Hibrida Harapan IM-12 ........................... 46
16. Data Klimatologi April Juni 2010 (Musim Satu) dan Juni
Agustus 2011 (Musim Dua) di Maros........................................ 61
23. Analisis Ragam Jumlah Baris dan Jumlah Biji per Baris 12
Hibrida Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis 64
30. Analisis Ragam Gabungan Bobot per Tongkol tanpa Kelobot ... 68
33. Analisis Ragam Gabungan Jumlah Tanaman Panen per Plot ...... 69
39. Analisis Ragam Gabungan Bobot Tajuk Atas per Plot .............. 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung manis atau sweet corn sudah lama dikenal oleh bangsa Indian,
Amerika. Jagung manis merupakan tanaman komersial penting di Amerika
Serikat (Thompson and Kelly, 1957). Ada beberapa subspesies Zea mays L. yang
memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah sweet corn atau jagung manis (Zea
mays L. var. saccharata). Jagung manis lebih dikenal sebagai tanaman
hortikultura dari pada sebagai tanaman pangan (Hughes and Metcalfe, 1972).
Di Indonesia, jagung manis mula-mula dikenal dalam kemasan kaleng
hasil dari impor. Jagung manis (Zea mays L. var. saccharata) biasanya
dikonsumsi sebagai sayuran beku atau sayuran kaleng dan dalam keadaan segar
(Jugenheimer, 1958). Jagung manis dikonsumsi segar setelah dimasak. Jagung
manis dalam jumlah besar lazim juga dikalengkan, sedangkan bijinya dibekukan
setelah dipipil dari tongkolnya. Jagung yang masih bertongkol juga diolah dengan
dibekukan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kebutuhan akan tersedianya jagung manis semakin tahun semakin
meningkat. Berdasarkan data dari BPS (2011), pada tahun 2008 2010, impor
jagung manis beku mengalami peningkatan sebesar 6.26% per tahun. Hal ini
menandakan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat mencukupi
permintaan pasar.
Salah satu aspek yang mempengaruhi produksi jagung manis adalah
produktivitas. Ada empat hal penting yang harus diperhatikan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, yaitu : pengairan, pemupukan, pengendalian
hama, dan varietas tanaman (Poehlman and Borthakhur, 1969). Upaya yang dapat
ditempuh untuk mendapatkan varietas tanaman yang memiliki produktivitas yang
tinggi dengan kualitas hasil yang baik dapat ditempuh melalui program pemuliaan
tanaman (Sujiprihati et al., 2006).
Pembentukan jagung hibrida merupakan salah satu metode umum dalam
pemuliaan jagung. Jagung hibrida adalah generasi F1 yang diperoleh dari hasil
persilangan galur-galur silang dalam (inbreed). Saat ini, sebagian besar jagung
manis di Amerika Serikat merupakan jagung hibrida silang tunggal. Persilangan
2
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
meruncing, dan memiliki tulang daun yang sejajar seperti daun-daun tanaman
monokotil pada umumnya (MacGillivray, 1961).
Pertumbuhan jagung manis yang paling baik yaitu pada musim panas,
tetapi sebagian besar areal pengolahan jagung manis berada di daerah yang dingin
(Thompson and Kelly, 1957). Jagung manis dapat tumbuh hampir di semua tipe
tanah dengan pengairan yang baik. Kondisi pH tanah yang cocok untuk
pertumbuhan jagung manis berkisar 6.0 6.5. Tanaman ini peka terhadap tanah
masam dan tidak toleran terhadap embun beku (frost) (MacGillivray, 1961).
Tanaman jagung manis dapat beradaptasi di kondisi iklim yang luas yaitu
pada 58o LU 40 o LS dengan rentang ketinggian 3000 m dpl. Kondisi
temperatur, kelembaban udara, intentitas cahaya, dan panjang hari untuk
pertumbuhan jagung manis yang optimum tidak jauh berbeda dengan kondisi
yang diperlukan jagung biasa (MacGillivray, 1961).
Perkecambahan benih optimum terjadi pada temperatur 21o 27oC.
Pertumbuhan bibit dan tanaman dapat berlangsung pada kisaran suhu 10 o 40oC
setelah berkecambah, tetapi pertumbuhan terbaik pada suhu antara 21o 30oC.
Beberapa kultivar dapat dipanen secepatnya pada umur 70 hari (18 24 hari
setelah penyerbukan), sedangkan kultivar berumur dalam memerlukan lebih dari
110 hari untuk bisa dipanen (Rubatzky and Yamaguchi, 1998).
Secara umum, hama dan penyakit yang menyerang jagung manis tidak
jauh berbeda dengan hama dan penyakit yang menyerang jagung biasa. Menurut
Palungkun dan Indriani (1992), hama yang menyerang jagung diantaranya adalah
ulat tanah (Agrotis interjectionis), ulat penggerek jagung (Ostrinia furnacalis),
dan ulat penggerek tongkol (Heliothis armigera). Selain hama, terdapat beberapa
penyakit yang bisa menyerang tanaman jagung manis yaitu : penyakit bulai yang
disebabkan cendawan Peronosclerospora maydis, penyakit hawar daun yang
disebabkan oleh Ezserohilum turcicum, dan penyakit karat yang disebabkan oleh
Puccinia sorghi.
5
Ada beberapa hal yang membedakan jagung manis dengan jagung lain.
Hal yang membedakan antara jagung manis dengan jagung lainnya yaitu dari
kandungan gulanya yang tinggi pada stadia masak susu dan permukaan kernel
yang menjadi transparan dan berkerut saat mengering (Thompson and Kelly,
1957). Komposisi genetik pada jagung manis dan jagung tipe dent hanya
dibedakan oleh satu gen resesif. Gen ini mencegah perubahan gula menjadi pati
(Jugenheimer, 1958). Jumlah kromosom pada jagung manis sama dengan jumlah
kromosom pada jagung biasa yaitu 20 (Kaukis and Davis, 1986).
Gen-gen mutan yang berpengaruh terhadap perkembangan endosperma
jagung manis dikelompokan menjadi dua kelas. Gen-gen mutan kelas 1, yaitu
brittle-1 (bt), brittle-2 (bt2), shrunken-1 (sh), shrunken-2 (sh2), dan shrunken-4
(sh4). Gen-gen mutan kelas 2, yaitu amylose extender (ae), dull (du), sugary-2
(su2), dan waxy (wx). Pada masa 30 tahun yang lalu, jagung manis didefinisikan
olel alel gen sugary (su) yang terletak di kromosom 4. Gen tipe shrunken-2 (sh2)
merupakan tipe gen yang paling banyak digunakan kedua setelah gen tipe su
(Tracy, 1994).
and Gomez, 1984). Interaksi genotipe x lingkungan muncul ketika dua atau
beberapa genotipe ditanam di beberapa kondisi lingkungan dan memiliki
penampilan yang berbeda-beda sebagai respon terhadap masing-masing
lingkungan. Interaksi ini menunjukkan pengaruh lingkungan lebih besar daripada
pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe (Aqcuaah, 2007).
9
Metode Penelitian
musim dua menggunakan 12 hibrida harapan jagung manis dan tiga varietas
pembanding, yang masing-masing diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat
60 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 50 tanaman.
Model aditif yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez and Gomez,
1984) :
Yij = + i + j + ij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pengaruh perlakuan genotipe ke-i dan ulangan ke-j
= rataan umum
i = pengaruh perlakuan perlakuan genotipe ke-i (i=1, 2, 3, 4, 5, ..., 15)
j = pengaruh perlakuan ulangan ke-j (j=1, 2, 3, 4)
ij = pengaruh galat percobaan
Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh perlakuan. Jika terdapat
pengaruh yang nyata dalam perlakuan maka dilakukan uji nilai tengah
menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%.
Analisis gabungan digunakan untuk mempelajari interaksi antara
perlakuan genotipe dengan musim dan menduga nilai heritabilitas dalam arti luas.
Analisis ini menggabungkan data hasil penelitian pada bulan Juni Agustus 2011
dengan data primer hasil penelitian pada bulan April Juni 2010. Uji Bartlett
dengan software Minitab 14 dilakukan untuk melihat kehomogenan ragam galat
pada kedua musim sebelum dilakukan analisis gabungan. Analisis ragam
gabungan dilakukan terhadap 11 hibrida harapan (IM-12, IM-13, IM-14, IM-15,
IM-23, IM-24, IM-25, IM-34, IM-35, IM-45, dan IM-55) dan satu varietas
pembanding (Sweet Boy) yang diulang sebanyak dua kali dari masing-masing
musim.
Model linear Rancangan Acak Kelompok dengan pola gabungan adalah
sebagai berikut (Gomez and Gomez, 1984) :
Yijk = + Mk + i/k + j + (M)kj + ijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan ulangan ke-i, genotipe ke-j, dan musim ke-k
= nilai tengah populasi
Mk = pengaruh musim ke-k (k=1,2)
11
Pelaksanaan Penelitian
Luas lahan yang digunakan untuk pertanaman adalah 450 m2. Lahan yang
sudah diolah dan diratakan kemudian dibagi menjadi lima blok. Masing-masing
blok terdiri dari 16 plot. Setiap plot berukuran 0.75 m x 5 m dan jarak antar plot
0.75 cm. Dalam satu plot terdapat dua baris tanaman dengan jarak tanam 75 cm x
20 cm. Benih yang ditanam yaitu 2 benih/lubang. Sebelum ditanam, benih diberi
perlakuan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% dengan dosis 2 g/kg benih.
Pupuk dasar diberikan satu minggu setelah tanam dengan dosis setengah pupuk
urea serta seluruh dosis pupuk majemuk NPK. Pemberian pupuk dilakukan
dengan sistem tugal berjarak 5 7 cm dari lubang tanaman.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pengairan, penjarangan,
pembumbunan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit.
Pengairan dilakukan untuk mencegah tanaman kekurangan air dikarenakan curah
hujan yang rendah. Pengairan diberikan sebanyak dua kali setiap minggu selama
musim pertanaman dengan cara menggenangi parit-parit yang terletak di antara
petak-petak percobaan. Penjarangan tanaman dilakukan pada 1 MST.
Pengendalian gulma dilakukan dengan penyemprotan herbisida berbahan aktif
Mesotrion 50 g/l dan Atrazin 500 g/l saat tanaman berumur 2 MST. Tanaman
jagung manis dibumbun pada saat 3 MST. Pemupukan kedua yaitu pemberian
urea sisa dilakukan saat tanaman berumur 4 MST. Pengendalian hama yaitu
dengan pemberian pestisida berbahan aktif Carbofuran 5 butir per lubang tanam
saat penanaman. Selain pengendalian hama, dilakukan pengendalian penyakit
bulai dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% saat umur
tanaman 2 MST.
Penyerbukan sendiri dilakukan pada dua tanaman selain tanaman contoh di
setiap petak satuan percobaan saat tanaman berumur 46 53 HST. Persiapan
12
penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menutup malai dengan kantong kertas
saat anther mulai pecah bagian porosnya dan menutup tongkol dengan kantong
plastik transparan sebelum tongkol keluar rambut. Penyerbukan dilakukan pada
saat tongkol sudah muncul rambut yang siap diserbuki dengan panjang > 2 cm.
Tongkol yang sudah diserbuki ditutup menggunakan kantong kertas. Tongkol
yang diserbuki sendiri digunakan sebagai sampel pengukuran kadar PTT.
Pemanenan dilakukan pada saat tongkol jagung sudah terisi sempurna
ditandai oleh rambut tongkol yang sudah berwarna coklat kehitaman dan
mengering (18 22 hari setelah penyerbukan atau sekitar 68 72 HST).
Pengukuran kadar PTT dilakukan setelah dilakukan pemanenan pada tongkol
hasil penyerbukan sendiri.
Pengamatan
9. Panjang tongkol (cm), yaitu diukur dari pangkal muncul biji sampai ujung
tongkol
10. Panjang baris pada tongkol (cm), yaitu diukur dari pangkal muncul biji
sampai ujung baris biji pada tongkol
11. Diameter tongkol (cm), diukur pada tiga bagian yaitu pada pangkal. tengah.
dan ujung tongkol
12. Jumlah baris dan jumlah biji per baris pada tongkol
13. Jumlah tongkol yang dipanen per plot
14. Bobot seluruh tongkol berkelobot yang dipanen per plot
15. Bobot seluruh tongkol tanpa kelobot yang dipanen per plot
16. Tanaman yang terserang penyakit bulai per plot (%)
17. Tanaman yang dipanen (%)
18. Tanaman sehat yang tumbuh (%)
19. Bobot tajuk atas, diambil dari 10 tanaman contoh
20. Kadar Padatan Total Terlarut (PTT) pada biji jagung manis hasil penyerbukan
sendiri (oBriks). Pengukuran kadar PTT dilakukan pada biji jagung manis
hasil penyerbukan sendiri dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh xenia
dari jagung manis lain yang berbeda genotipenya.
21. Indeks Panen Tongkol Berkelobot
Bobot 10 tongkol berkelobot
Rumus =
Bobot tajuk atas 10 tanaman + bobot 10 tongkol berkelobot
Kadar PTT dalam biji jagung manis diukur dengan cara mencacah biji
jagung manis hasil penyerbukan sendiri kemudian diambil sarinya dan diteteskan
pada prisma refraktometer. Kadar PTT akan terbaca pada alat tersebut dan
dinyatakan dalam oBriks.
14
Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian tahun ini dianalisis ragamnya dengan
menggunakan uji F. Jika analasis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata, maka
dilakukan uji lanjut Dunnett pada taraf 5%.
Untuk mengetahui koefisien korelasi antara peubah yang diamati maka
dilakukan analisis korelasi Pearson yang dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Singh and Chaudhary, 1977) :
Cov ( x, y )
rxy
V ( x ) *V ( y )
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi peubah x dan y
Cov(x,y) = peragam antara sifat x dan y
V(x) = ragam sifat x
V(y) = ragam sifat y
2 M3 M2
Vg = ( g ) =
rm
2 M 2 M1
Vgxm = ( gxm ) =
r
M1
Ve = ( e2 ) =
rm
2
Vp = ( p ) = g2 gxm
2
e2
2 M 32 M 22
2
g
r dbgenotipe 2 dbgenotipe permusim 2
2
2
g2
h bs 100 %
2p
g2
KKG 100%
X
Keterangan :
KKG = koefisien keragaman genetik
2g = ragam genetik
X = nilai tengah total
17
tongkol berkelobot, dan indeks panen tongkol tanpa kelobot. Perlakuan genotipe
tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 2). Hasil analisis ragam
masing-masing peubah disajikan dalam Lampiran 19 26.
Tinggi tongkol utama hibrida harapan IM-12 (114.25 cm), IM-13 (108.45
cm), IM-14 (107.30 cm), IM-23 (104.65 cm), IM-34 (104.50 cm), IM-35 (103.95
cm), IM-45 (109.78 cm), dan IM-55 (112.25 cm) mempunyai rataan berbeda
nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding Super Sweet Corn
(82.70 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet Boy
(104.20 cm) dan Talenta (122.33 cm). Hibrida harapan IM-15 (100.20 cm), IM-16
(97.10 cm), IM-24 (101.58 cm), dan IM-25 (97.43 cm) mempunyai rataan berbeda
nyata lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding Talenta, tetapi tidak
berbeda nyata dengan dua varietas pembanding lainnya (Tabel 3).
Johnson et. al. (1986) melaporkan bahwa jagung dengan tinggi tanaman
yang lebih pendek dapat ditanam dengan kerapatan yang tinggi dan resiko
kerebahan yang lebih kecil. Pengurangan tinggi tanaman jagung dan tinggi
tongkol jagung berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil dan indeks panen
jagung. Peningkatan hasil dan indeks panen berkaitan dengan kemampuan
tanaman mengalokasikan sedikit bahan kering ke batang dan lebih banyak bahan
kering dalam proses pembungaan dan pengisian biji saat memasuki fase generatif.
Peningkatan indeks panen tidak selalu disebabkan karena tinggi tanaman dan
20
tinggi tongkol yang pendek karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
indeks panen.
Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan hibrida harapan tidak
berpengaruh terhadap peubah diameter batang. Menurut Aswidinoor dan Koswara
(1982), dengan diameter batang yang tidak berbeda, tanaman yang terlalu tinggi
serta tongkol utama yang lebih tinggi nampaknya kurang menguntungkan dalam
hal ketahanan terhadap kerebahan oleh angin.
Tabel 4. Nilai Tengah Umur Muncul Tassel, Umur Muncul Rambut, dan
Umur Panen 12 Hibrida Harapan dan Tiga Varietas Pembanding
Jagung Manis
Umur Muncul Tassel Umur Muncul Rambut Umur Panen
Genotipe
(HST) (HST) (HST)
IM-12 50.0c 51.0c 70.0c
IM-13 50.3a 51.0c 71.0
IM-14 50.3a 51.5 71.0
IM-15 51.3a 51.8a 71.3
IM-16 50.8a 51.5 71.3
IM-23 50.5a 52.0a 71.5
IM-24 51.3a 52.0a 71.8
IM-25 51.3a 52.0a 71.3
IM-34 50.0c 51.0c 70.5
IM-35 50.0c 50.3c 70.3c
IM-45 50.5a 51.0c 70.5
IM-55 50.5a 51.3 71.0
Super Sweet Corn 48.3 49.8 70.0
Sweet Boy 50.3 50.8 70.5
Talenta 52.0 53.0 72.5
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, dan c, berturut-turut berbeda nyata dengan varietas
pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
21
Umur muncul rambut pada hibrida harapan IM-15, IM-23, IM-24, dan IM-
25 berbeda nyata dengan varietas pembanding Super Sweet Corn. Nilai rataan
umur muncul rambut hibrida harapan IM-12, IM-13, IM-34, IM-35, dan IM-45
berbeda nyata dengan varietas pembanding Talenta. Umur muncul rambut semua
hibrida harapan tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet Boy.
Umur panen semua hibrida harapan, berkisar antara 70 72 hari, tidak
berbeda nyata dengan dua varietas pembanding, yaitu Super Sweet Corn (70 hari)
dan Sweet Boy (70.5 hari). Hibrida harapan IM-12 dan IM-35 berbeda nyata
dengan varietas pembanding Talenta (72.5 hari). Menurut Crockett (1978), jagung
manis digolongkan menjadi tiga berdasarkan umur panennya, yaitu varietas
berumur genjah (65 74 hari), varietas berumur sedang (75 84 hari), dan
varietas berumur dalam (85 95 hari). Berdasarkan penggolongan ini, semua
genotipe yang diuji termasuk dalam varietas yang berumur genjah.
Bobot Berkelobot per Tongkol dan Bobot tanpa Kelobot per Tongkol
Tabel 5. Nilai Tengah Bobot Berkelobot per Tongkol dan Bobot tanpa
Kelobot per Tongkol 12 Hibrida Harapan dan Tiga Varietas
Pembanding Jagung Manis
Bobot Berkelobot Bobot tanpa Kelobot
Genotipe per Tongkol per Tongkol
(g) (g)
IM-12 348.20 272.55ac
IM-13 399.83ac 278.90ac
IM-14 323.05 233.10
IM-15 354.45 247.10
IM-16 354.75 259.60
IM-23 389.70ac 268.05
IM-24 351.28 241.83
IM-25 354.58 254.58
IM-34 353.25 251.15
IM-35 354.33 250.68
IM-45 356.75 255.43
IM-55 358.50 259.10
Super Sweet Corn 297.48 213.75
Sweet Boy 327.70 227.55
Talenta 303.08 213.20
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, dan c, berturut-turut berbeda nyata dengan varietas
pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.
22
Panjang Tongkol, Panjang Baris Biji pada Tongkol, dan Diameter Tongkol
cm. Diameter ujung tongkol pada hibrida harapan yang diuji berkisar 3.23 4.00
cm dan pada varietas pembanding berkisar antara 2.97 3.28 cm (Tabel 6).
Jumlah baris dan jumlah biji per baris merupakan salah satu komponen
hasil dalam produksi jagung manis. Perlakuan genotipe berpengaruh nyata
terhadap jumlah baris dan jumlah biji per baris pada tongkol jagung manis.
Jumlah baris pada 15 genotipe jagung manis berkisar antara 15.85 16.50 baris.
Semua hibrida harapan yang diuji memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan dengan varietas pembanding Super Sweet Corn
24
(14.35 baris) dan Talenta (13.60 baris), tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas
pembanding Sweet Boy (15.80 baris). Jumlah biji per baris pada 12 hibrida
harapan yang diuji memiliki nilai tengah antara 41.63-44.85 biji/baris dan tidak
berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet Boy (42.93 biji/baris). Dari 12
hibrida harapan yang diuji, hanya hibrida harapan IM-14 (38.23 biji/baris) yang
tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Super Sweet Corn (33.95
biji/baris) dan Talenta (34.43 biji/baris), sedangkan 11 hibrida harapan lainnya
berbeda nyata dengan nilai rataan jumlah biji/baris yang lebih tinggi daripada
varietas pembanding Super Sweet Corn dan Talenta (Tabel 7).
Tabel 7. Nilai Tengah Jumlah Baris dan Jumlah Biji per Baris 12 Hibrida
Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis
Genotipe Jumlah Baris Jumlah Biji per Baris
ac
IM-12 15.80 43.45 ac
IM-13 16.38 ac 44.85 ac
IM-14 16.20 ac 38.23
IM-15 16.18 ac 41.65 ac
IM-16 15.85 ac 43.35 ac
IM-23 16.30 ac 42.95 ac
IM-24 16.00 ac 41.63 ac
IM-25 16.05 ac 42.10 ac
IM-34 16.40 ac 43.35 ac
IM-35 16.45 ac 43.43 ac
IM-45 16.50 ac 42.50 ac
IM-55 16.40 ac 43.48 ac
Super Sweet Corn 14.35 33.95
Sweet Boy 15.80 42.93
Talenta 13.60 34.43
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, dan c, berturut-turut berbeda nyata dengan
varietas pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta berdasarkan uji
Dunnett taraf 5%
Hasil rekapitulasi analisis ragam pada peubah nilai tengah bobot tongkol
berkelobot per plot, bobot tongkol tanpa kelobot per plot, dan bobot tajuk atas
menunjukkan bahwa perlakuan genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap tiga
peubah tersebut. Perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah
tongkol per plot dan persentase tanaman menghasilkan per plot.
25
Bobot tongkol berkelobot per plot pada hibrida harapan harapan yang diuji
berkisar antara 14.26 16.47 kg/plot, sedangkan pada varietas pembanding
bernilai 14.73 kg/plot (Super Sweet Corn), 15.71 kg/plot (Sweet Boy) dan 13.69
kg/plot (Talenta). Nilai rataan bobot tongkol tanpa kelobot per plot bernilai 9.74
11.69 kg/plot pada hibrida harapan yang diuji, sedangkan pada varietas
pembanding memiliki rataan bobot tongkol tanpa kelobot 9.41 kg/plot (Super
Sweet Corn), 10.67 kg/plot (Sweet Boy), dan 9.77 kg/plot (Talenta). Bobot tajuk
atas yang diamati pada seluruh genotipe yang diuji berkisar antara 4.81 7.00 kg
(Tabel 8).
Jumlah tongkol per plot yang dihasilkan oleh 12 hibrida harapan yang diuji
berkisar antara 37.0 48.5 tongkol/plot. Hibrida harapan IM-13 berbeda nyata
dengan nilai tengah (37.0 tongkol/plot) yang memiliki nilai rataan lebih rendah
bila dibandingkan dibandingkan dengan dua varietas pembanding, yaitu Sweet
Boy (49.3 tongkol/plot) dan Talenta (48.8 tongkol/plot). Pada tanaman
menghasilkan per plot, hanya hibrida harapan IM-13 yang berbeda nyata dengan
tiga varietas pembanding. Nilai rataan jumlah tanaman menghasilkan dari IM-13
(76%) juga lebih rendah bila dibandingkan dengan Super Sweet Corn (96.5%),
Sweet Boy (95%), dan Talenta (99.5%).
Jumlah tongkol yang dipanen dapat berbeda-beda di masing-masing plot.
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tanaman steril (tanaman tidak
menghasilkan/tanaman barren) dan sifat prolific (menghasilkan >1
tongkol/tanaman) pada tanaman (Purnomo, 1988).
26
26
Tabel 8. Nilai Tengah Komponen Produksi per Plot 12 Hibrida Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis
Bobot Tongkol Bobot Tongkol tanpa Tanaman
Bobot Tajuk Atas Jumlah Tongkol
Genotipe Berkelobot per Plot Kelobot per Plot Menghasilkan per Plot
(kg) per Plot
(kg) (kg) (%)
IM-12 16.13 11.34 5.50 46.0 96.0
IM-13 14.08 9.74 5.50 37.0bc 76.0 abc
IM-14 15.53 11.22 4.90 48.5 97.0
IM-15 15.33 10.99 6.04 45.0 89.5
IM-16 16.47 11.61 5.01 46.5 92.5
IM-23 15.56 10.76 5.15 44.0 89.5
IM-24 15.41 11.69 5.31 45.0 93.0
IM-25 15.23 10.73 4.81 42.5 87.0
IM-34 14.26 9.97 4.85 43.0 88.5
IM-35 15.72 10.21 5.11 46.0 90.0
IM-45 15.69 11.48 5.18 44.0 89.5
IM-55 15.46 10.56 5.42 42.5 85.5
Super Sweet Corn 14.73 9.41 4.92 42.8 96.5
Sweet Boy 15.71 10.67 7.00 49.3 95.0
Talenta 13.69 9.77 5.73 48.8 99.5
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, dan c, berturut-turut berbeda nyata dengan varietas pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta
berdasarkan uji Dunnett taraf 5%
27
Salah satu kriteria penentu kualitas jagung manis adalah kadar padatan
terlarut total. Hasil rekapitulasi analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
genotipe berpengaruh nyata terhadap kadar PTT. Pada Tabel 10 terlihat bahwa
nilai tengah kadar PTT hibrida harapan IM-13 (8.25 oBriks), IM-14 (7.25 oBriks),
IM-15 (7.75 oBriks), IM-16 (8.13 oBriks), IM-24 (8.50 oBriks), IM-25 (7.50
o
Briks), IM-34 (7.38 oBriks), IM-35 (7.25 oBriks), dan IM-55 (7.25 oBriks)
berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet Boy (5.38 oBriks). Namun,
kadar PTT semua hibrida harapan tidak berbeda nyata dengan varietas
pembanding Super Sweet Corn (8.25 oBriks) dan Talenta (7.75 oBriks).
Tabel 10. Nilai Tengah Kadar Padatan Terlarut Total 12 Hibrida Harapan
dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis
Kadar PTT
Genotipe
(oBriks)
IM-12 7.00
IM-13 8.25b
IM-14 7.25b
IM-15 7.75b
IM-16 8.13b
IM-23 6.88
IM-24 8.50b
IM-25 7.50b
IM-34 7.38b
IM-35 7.25b
IM-45 7.13
IM-55 7.25b
Super Sweet Corn 8.25
Sweet Boy 5.38
Talenta 7.75
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, dan c, berturut-turut berbeda nyata dengan varietas
pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%
30
Kadar PTT pada 15 genotipe yang diamati memiliki kisaran nilai antara
5.38 8.50 oBriks. Nilai rataan kadar PTT ini tergolong cukup rendah bila
dibandingkan dengan potensi kadar PTT varietas pembanding Sweet Boy yang
pada deskripsi varietas bernilai 12.1 oBriks (Kemtan, 2005). Rendahnya kadar
PTT pada evaluasi yang dilakukan, diduga disebabkan oleh beberapa hal.
Dosis pemupukan kalium yang digunakan dalam percobaan yaitu 45 K2O
kg/ha. Dosis ini tidak mencapai setengah dosis pupuk rekomendasi pada budidaya
jagung manis. Suminarti (1999) melaporkan bahwa pemupukan jagung manis
dengan dosis pupuk kalium sebesar 94.5 K2O kg/ha, 189 K2O kg/ha, dan 283.5
K2O kg/ha berturut-turut menghasilkan kadar gula reduksi sebesar 15.00 oBriks,
15.39 oBriks, dan 15.11 oBriks. Kalium terlibat langsung dalam sistem energi
tanaman pada dua sisi penting produksi dan penggunaan energi yaitu dalam
proses fotosintesis dan transpirasi. Fotosintesis akan berlangsung lambat jika
tanaman kahat unsur K dengan cara mempengaruhi keseimbangan muatan elektrik
yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam kloroplas. Fotosintesis yang
berlangsung lambat menyebabkan terhambatnya transportasi hasil fotosintesis dari
daun ke tempat-tempat yang membutuhkan baik digunakan untuk pertumbuhan
maupun disimpan dalam organ penyimpan seperti tongkol.
Kadar PTT 15 genotipe diukur pada saat hari panen, yaitu 18 23 hari
setelah hari berbunga. Menurut Kaukis dan Davis (1986), kadar gula tertinggi
terdapat pada jagung manis yang dipanen saat berumur 16 hari setelah berbunga.
Penundaan panen dapat menyebabkan turunnya kadar gula.
Kadar PTT jagung manis juga diduga menurun setelah panen karena hasil
panen hanya diletakkan pada kondisi suhu ruang. Pengukuran kadar PTT
dilakukan 7 jam setelah panen pada hari yang sama. Thompson dan Kelly
(1957) menyatakan bahwa penurunan kadar gula pada jagung manis mencapai
25% (dari kadar gula awal) pada suhu penyimpanan 20oC dan 50% (dari kadar
gula awal) pada suhu penyimpanan 30oC dalam kurun waktu 24 jam.
31
Tabel 12. Indeks Seleksi Terboboti 12 Hibrida Harapan dan Tiga Varietas
Pembanding Jagung Manis
Genotipe I
IM-12 5.50
IM-13 9.02
IM-14 -2.95
IM-15 0.69
IM-16 10.97
IM-23 5.10
IM-24 3.77
IM-25 4.08
IM-34 2.05
IM-35 2.58
IM-45 2.08
IM-55 1.42
SuperSweetCorn -9.29
Sweet Boy -19.57
Talenta -13.63
IM-16 yang memiliki nilai indeks seleksi tertinggi. Berdasarkan Tabel 12, tidak
ada hibrida harapan yang memiliki nilai indeks seleksi lebih kecil daripada
varietas pembanding Super Sweet Corn, Sweet Boy, dan Talenta. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh hibrida harapan yang diuji memiliki karakter-
karakter yang bernilai lebih unggul dibandingkan dengan ketiga varietas
pembanding.
Hasil Uji Bartlett menunjukkan bahwa pada peubah jumlah tanaman panen
per plot, panjang tongkol, jumlah baris, jumlah biji per baris, diameter tongkol,
dan bobot tajuk atas per plot memiliki ragam galat yang tidak homogen antara
musim satu dan musim dua; sedangkan peubah tinggi tanaman, tinggi tongkol
utama, bobot tongkol tanpa kelobot per plot, bobot per tongkol tanpa kelobot,
kadar PTT, dan produktivitas memiliki ragam galat yang homogen pada kedua
musim pengujian (Tabel 13).
yang lebih besar dari dua kali standar nilai standar deviasi genetiknya.
Berdasarkan kriteria Anderson dan Brancoff (1952) dalam Yuliandry (2004),
peubah bobot per tongkol tanpa kelobot dan kadar PTT memiliki keragaman
genetik yang sempit, sedangkan peubah lainnya memiliki keragaman genetik yang
luas.
Heritabilitas dalam arti luas adalah nilai proporsi pengaruh genetik
terhadap penampilan fenotipe. Nilai duga heritabilitas yang diamati memiliki
kisaran nilai 0 68.91%. Berdasarkan kriteria heritabilitas Stansfield (1983),
peubah yang memiliki nilai duga heritabilitas (h2bs) rendah adalah bobot per
tongkol tanpa kelobot, tinggi tongkol utama, jumlah tanaman panen, panjang
tongkol, jumlah baris, jumlah biji per baris, diameter tongkol, bobot tajuk atas per
plot, dan produktivitas. Peubah yang memiliki nilai heritabilitas (h2bs) sedang
adalah bobot tongkol tanpa kelobot per plot dan tinggi tanaman. Nilai heritabilitas
(h2bs) yang tinggi dimiliki oleh peubah kadar PTT. Menurut Poespodarsono
(1988), karakter dengan nilai heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi,
sebaliknya karakter dengan nilai heritabilitas rendah masih harus dinilai tingkat
rendahnya ini, yakni bila terlalu rendah, hampir mendekati 0, maka tidak akan
banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.
Koefisien keragaman antar genotipe (KKG) pada peubah-peubah yang
diamati memiliki kisaran nilai antara 0 9.99 %. Nilai KKG tertinggi terdapat
pada peubah kadar PTT. Nilai KKG bernilai 0 % terdapat pada peubah selain
bobot tongkol tanpa kelobot per plot, tinggi tanaman, jumlah tanaman panen,
kadar PTT, dan bobot tajuk atas per plot.
36
36
Tabel 15. Nilai Komponen Ragam dan Heritabilitas dalam Arti Luas pada Analisis Ragam Gabungan Dua Musim
Bobot tongkol tanpa kelobot per plot 0.33 0.85 0.53 1.14 Luas 27.90 (sedang) 8.92
Bobot per tongkol tanpa kelobot -0.0003a 0.00 0.000 0.00 Sempit 0.00 (rendah) 0.00
Tinggi tanaman 36.74 89.36 59.09 126.34 Luas 29.08 (sedang) 3.09
Tinggi tongkol utama -1.71a 37.73 24.17 45.23 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Jumlah tanaman panen 2.33 26.13 13.67 31.52 Luas 7.38 (rendah) 4.42
Panjang tongkol -0.66a 1.17 1.24 1.29 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Jumlah baris tongkol -0.21a 0.32 -0.22 0.05 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Jumlah biji per baris -3.19a 6.24 4.19 5.89 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Diameter tongkol -0.01a 0.03 0.03 0.04 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Kadar PTT 0.76 0.80 0.22 1.10 Sempit 68.91 (tinggi) 9.99
Bobot tajuk atas per plot 0.54 6.05 8.33 9.89 Luas 5.51 (rendah) 5.64
Produktivitas -1.86a 6.93 4.16 3.33 Luas 0.00 (rendah) 0.00
Keterangan : a : dianggap bernilai 0
37
Pada musim satu, hibrida harapan IM-55 (5.00 ton tongkol tanpa
kelobot/ha) berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet Boy (12.16 ton
tongkol tanpa kelobot /ha), sedangkan hibrida harapan lainnya tidak berbeda nyata
dengan varietas pembanding. Nilai produktivitas hibrida harapan yang diuji pada
musim satu berkisar antara 5.00 13.61 ton tongkol tanpa kelobot/ha. Pada
musim dua, perlakuan hibrida harapan tidak berpengaruh terhadap produktivitas.
Nilai produktivitas sebelas hibrida harapan berkisar antara 19.07 24.58 ton
38
tongkol tanpa kelobot/ha dan pada varietas pembanding Sweet Boy bernilai 18.91
ton tongkol tanpa kelobot/ha.
Lampiran 16 menunjukkan perbedaan curah hujan, kelembaban relatif,
suhu rata-rata, dan lama penyinaran antara musim satu dengan musim dua. Nilai
rataan curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu rata-rata selama musim satu
lebih tinggi dari musim dua sedangkan lama penyinaran pada musim dua lebih
lama dibandingkan pada musim satu. Menurut Gardner et. al. (1991), faktor-
faktor lingkungan seperti cahaya, CO2, temperatur, kandungan air, dan kandungan
mineral mempengaruhi laju fotosintesis daun secara langsung. Efisiensi tumbuhan
dalam membagikan hasil fotosintesisnya ke bagian-bagian yang berbeda
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil panen.
Perbedaan produktivitas antara kedua musim (Tabel 16) dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan persentase lama penyinaran pada musim satu (rata-rata
64.3%) dan musim dua (rata-rata 87.7%). Purnomo (2005) menjelaskan bahwa
tanaman pertanian pada umumnya merupakan tanaman sun loving, sehingga
cahaya menjadi salah satu faktor pembatas utama dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Unsur radiasi yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas
cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah,
maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam
jangka waktu tertentu juga rendah (Gardner et. al., 1991). Cuaca berawan dalam
periode yang lama berpengaruh terhadap produktivitas tanaman budidaya.
Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga
menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Chowdhury
et. al., 1994). Semakin rendah irradiasi, laju fotosintesis pada jagung juga semakin
rendah. Penurunan intentitas cahaya menyebabkan penurunan biomassa dan hasil
biji tanaman jagung (Purnomo, 2005).
Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi
antara perlakuan genotipe dengan musim terhadap kadar PTT. Apabila ditinjau
secara terpisah dari masing-masing faktornya, perlakuan genotipe dan musim
berpengaruh secara nyata terhadap kadar PTT. Sebelas hibrida harapan yang diuji
memiliki kadar PTT yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
39
varietas pembanding Sweet Boy. Nilai tengah kadar PTT pada 11 hibrida harapan
berkisar antara 7.53 9.82 oBriks. IM-24 memiliki nilai tengah kadar PTT yang
paling tinggi (9.82 oBriks) yang berbeda nyata dengan varietas pembanding Sweet
Boy (6.33 oBriks) (Tabel 17).
Tabel 17. Nilai Tengah Kadar Padatan Terlarut Total 11 Hibrida Harapan
dan Satu Varietas Pembanding Jagung Manis dalam Dua Musim
Perlakuan Kadar PTT (oBriks)
Genotipe
IM-12 9.00ABC
IM-13 9.55AB
IM-14 9.55AB
IM-15 9.29ABC
IM-23 9.23ABC
IM-24 9.82A
IM-25 7.53D
IM-34 8.55BCD
IM-35 8.93ABC
IM-45 8.15CD
IM-55 8.88ABC
Sweet Boy 6.33E
Musim
1 10.10A
2 7.36B
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf kapital yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Kadar padatan terlarut total pada genotipe-genotipe yang diuji pada musim
satu memiliki nilai yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan musim dua.
Kelembaban relatif (Lampiran 16) pada musim dua (rata-rata 74.3%) lebih rendah
dibandingkan kelembaban relatif dengan musim satu (rata-rata 85%). Farsiani et.
al. (2011) melaporkan bahwa penurunan kandungan sukrosa pada jagung manis
berbanding lurus dengan penurunan kelembaban relatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi tanaman adalah radiasi
matahari, temperatur, kelembaban relatif, dan angin. Kelembaban relatif yang
rendah menyebabkan evapotranspirasi meningkat. Tanaman akan kekurangan air
saat proses evapotranspirasinya meningkat tetapi tidak mendapatkan pasokan air
yang cukup dari dalam tanah. Kekurangan air pada tanaman memicu peningkatan
aktivitas enzim-enzin hidrolisis sehingga terjadi pembongkaran molekul-molekul
polimer cadangan, termasuk kandungan gula pada jagung manis, untuk digunakan
40
dalam proses perkembangan sel (Gardner et. al., 1991). Hal ini diduga
menyebabkan kadar PTT genotipe-genotipe jagung manis pada musim dua lebih
rendah dibandingkan dengan kadar PTT genotipe-genotipe jagung manis pada
musim satu.
Tabel 16 dan Tabel 17 menunjukkan nilai rataan produktivitas dan kadar
PTT masing-masing genotipe di dua musim. Perlakuan genotipe tidak
berpengaruh nyata pada peubah produktivitas sehingga genotipe-genotipe yang
diuji tidak menghasilkan nilai produktivitas yang berbeda. Apabila ditinjau dari
peubah kadar PTT, perbedaan genotipe menunjukkan beda yang nyata. Dari 11
hibrida harapan yang diuji, hibrida harapan IM-24 memiliki nilai kadar PTT yang
tinggi (9.82 oBriks) tetapi hanya berbeda nyata dengan hibrida harapan IM-25
o o
(7.53 Briks) dan IM-45 (8.15 Briks). Berdasarkan kedua peubah dalam
pengujian dua musim tersebut, tidak terdapat satu hibrida harapan terbaik yang
memiliki nilai produktivitas dan kadar PTT yang paling tinggi serta berbeda nyata
dengan seluruh hibrida lainnya.
41
Kesimpulan
Saran
Perlu dilakukan pengujian daya hasil lanjutan pada musim yang sama di
lokasi yang berbeda untuk menguji kestabilan genotipe terhadap hibrida harapan
yang memiliki potensi hasil yang paling baik. Perlu dilakukan juga percobaan
mengenai daya simpan jagung manis terhadap kadar PTT.
42
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons, Inc. New
York. 485 p.
Aswidinoor, H. and J. Koswara. 1982. Uji daya hasil jagung hibrida silang
tunggal dan introduksi bersari bebas. Bul. Agron. 13(1):1-10.
Bansai, R.K. 1983. Maize, p. 35-40. In G.S. Wratt, and H.C. Smith (Eds.). Plant
Breeding in New Zealand. Butterworths of New Zealand (Ltd).
Wellington.
BPS. 2011. Tabel ekspor-impor menurut komoditi tahun 2008, 2009, dan 2010.
http://www.bps.go.id. [24 Juli 2011].
Crockett, J.U. 1978. Vegetable and Fruit. Time-Life Books Inc. Alexandria.
Virginia. 160 p.
Farsiani, A., M.E. Ghobadi, and S.J. Honarmand. 2011. The effect of water deficit
and sowing date on yield components and seed sugar contents of sweet
corn (Zea mays L.). African Journal of Agricultural Research 6(26):5769-
5774.
43
Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(diterjemahkan dari: Physiology of Crop Plants, penerjemah: H. Susilo).
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 428 hal.
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1984. Stastistical Procedures for Agricultural
Research. John Wiley & Sons. New York. 680 p.
Hughes, H.D. and D.S. Metcalfe. 1972. Crop Production. The Macmillan
Company. New York. 611 p.
Jensen, N.F. 1988. Plant Breeding Methodology. John Wiley & Sons, Inc.
Canada. 676 p.
Johnson, E.C., K.S. Fischer, G.O. Edmeades, and A.F.E. Palmer. 1986. Reccurent
selection for reduced plant height in lowland tropical maize. Crop. Sci.
26(2):253-260.
Jugenheimer, R.W. 1958. Hybrid Maize Breeding and Seed Production. FAO
Agricultural Developmnet Paper. Rome. 369 p.
Kaukis, K. and D.M. Davis. 1986. Sweet corn breeding, p. 475-512. In M.J.
Bassett (Eds.). Vegetable Breeding. The Avi Publishing Company, Inc.
Connecticut.
Kemtan. 2005. Pelepasan Jagung Manis Hibrida Sweet Boy-02 sebagai Varietas
Unggul. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.
Leonard, W.H. and J.H. Martin. 1963. Cereal Crops. Macmillan Publishing Co.,
Inc. New York. 824p.
Palungkun, R. and Y.H. Indriani. 1995. Hama Penyakit Sayur dan Palawija.
Penebar Swadaya. Jakarta. 207 hal.
Pardede, N.E. 2005. Uji Daya Hasil Lima Genotipe Jagung Manis pada Dataran
Tinggi dan Menengah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. IPB.
Bogor. 46 hal.
Poehlman, J.M. and D. Borthakur. 1969. Breeding Asian Field Crops. Oxford &
IBH Publishing Co. New Delhi. 385 p.
44
Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Field Crops 4th Edition. Iowa State
University Press. USA. 494 p.
Reddy, M.V.B., H.S. Shetty, and M.S. Reddy. 1990. Mobility, distribution, and
persistence of metalaxyl residues in pearl millet (Pennisetum americanum
(L.) Leeke.). Bull. Environ. Contam. Toxicol 43:250-257.
Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi, dan
Gizi (diterjemahkan dari: World vegetables: Principles, production, and
nutritive values, penerjemah: C. Herison). Penerbit ITB. Bandung. 313 hal.
Stansfield, W.D. 1983. Genetics, 2nd Edition. McGraw-Hill, Inc. New York. 392 p.
Sujiprihati, S., M. Syukur, and R. Yunianti. 2006. Analisis stabilitas hasil tujuh
populasi jagung manis menggunakan metode Additive Main Effect
Multiplicative Interaction (AMMI). Bul. Agron. (34)(2):93-97.
Suminarti, N.E. 1999. Pengaruh pupuk kalium dan jumlah pemberian air terhadap
hasil dan kualitas jagung manis (Zea mays saccharata). Habitat 2(109):57-
63.
Thompson, H.C. and W.C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. McGraw-Hill Book
Company, Inc. New York. 611 p.
Tracy, W.F. 1994. Sweet Corn, p. 147-187. In A.R. Hallauer (Eds.). Specialty
Corns. CRC Press. USA.
Van Der Have, D.J. 1979. Plant Breeding Perspectives. Center for Agricuktural
Publishing and Documentation. Wageningen. 435 p.
LAMPIRAN
46
Lampiran 16.Data Klimatologi April Juni 2010 (Musim Satu) dan Juni
Agustus 2011 (Musim Dua) di Maros
2010 2011
Jenis Data
April Mei Juni Juni Juli Agustus
Curah hujan (mm) 218 430 197 9 1 0
Kelembaban 84 87 84 79 78 66
Suhu rata-rata (oC) 27.9 27.6 27.2 26.6 26.1 27.1
Lama penyinaran (%) 74 61 58 83 87 93
Lampiran 21. Analisis Ragam Bobot Berkelobot per Tongkol dan Bobot
tanpa Kelobot per Tongkol 12 Hibrida Harapan dan Tiga
Varietas Pembanding Jagung Manis
Peubah SK db JK KT F hit. Pr>F
Ulangan 3 15361. 5120.4 4.16 0.012
Bobot per Genotipe 14 41691 2978 2.39* 0.015
Tongkol Galat 42 52305 12454
Berkelobot Total 59 10935
kk (%) 10.1
Ulangan 3 1940 646.60 0.87 0.46
Bobot per
Genotipe 14 21563 1540.2 2.08* 0.03
Tongkol tanpa
Galat 42 31059 739.50
Kelobot
Total 59 54562
kk (%) 11
Lampiran 23. Analisis Ragam Jumlah Baris dan Jumlah Biji per Baris 12
Hibrida Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung
Manis
Peubah SK db JK KT F hit. Pr>F
Ulangan 3 2.132 0.711 2.22 0.100
Jumlah Genotipe 14 37.804 2.700 8.42** <.0001
Baris pada Galat 42 13.473 0.321
Tongkol Total 59 53.409
kk (%) 3.57
Ulangan 3 61.195 20.398 1.87 0.149
Jumlah Biji Genotipe 14 611.148 43.653 4.00** 0.0002
per Baris Galat 42 458.18 10.909
Tongkol Total 59 1130.52
kk (%) 7.96
Lampiran 26. Analisis Ragam Kadar PTT 12 Hibrida Harapan dan Tiga
Varietas Pembanding Jagung Manis
Peubah SK db JK KT F hit. Pr>F
Ulangan 3 4.78 1.59 2.10 0.1151
Genotipe 14 32.36 2.31 3.04** 0.0027
Kadar PTT
Galat 42 31.91 0.76
(oBriks)
Total 59 69.05
kk (%) 11.71
66
66
Lampiran 27. Rekapitulasi Koefisien Korelasi antar Karakter 12 Hibrida Harapan dan Tiga Varietas Pembanding Jagung Manis
JB PT JBB T JT TTKL R IPTK TM BTK IPK BTTKP HP DT Y BRKSN PTT
PT 0.55** 0
JBB 0.58** 0.57** 0
T -0.20 0.06 -0.11 0
JT -0.17 -0.33* -0.30* 0.11 0
TTKL 0.06 -0.01 0.13 0.12 0.31* 0
R -0.30* -0.03 -0.21 0.89** 0.15 0.09 0
IPTK 0.34** 0.49** 0.26* 0.02 -0.42** -0.17 -0.04 0
TM -0.36** -0.50** -0.48* 0.04 0.83** 0.20 0.16 -0.33** 0
BTK 0.60** 0.70* 0.63* -0.16 -0.40** 0.12 -0.18 0.39** -0.57** 0
IPK 0.37* 0.49* 0.26* -0.02 -0.41* -0.12 -0.05 0.96** -0.35* 0.51* 0
BTTKP 0.38** 0.37* 0.29* -0.05 0.35** 0.18 -0.08 0.13 0.18 0.36** 0.16 0
HP -0.31* -0.12 -0.26* 0.76* 0.02 -0.03 0.84* 0.01 0.01 -0.19 -0.03 -0.18 0
DT 0.30* 0.35* 0.44** -0.07 -0.29* 0.24 -0.12 0.36** -0.44* 0.69** 0.36** 0.27* -0.01 0
Y 0.38** 0.38** 0.29* -0.04 0.35** 0.18 -0.07 0.13 0.18 0.36** 0.16 1.00** -0.18 0.27* 0
BRKSN 0.01 -0.09 0.17 -0.11 0.22 0.21 -0.08 -0.82** -0.01 0.12 -0.8** 0.08 -0.09 0.06 0.14 0
PTT -0.17 0.13 -0.27* 0.09 -0.21 -0.23 0.14 0.08 0.00 -0.01 0.04 -0.05 0.23 -0.06 -0.06 -0.14 0
PB 0.50** 0.77** 0.60** -0.01 -0.30* 0.05 -0.12 0.21 -0.49** 0.67** 0.22 0.23 -0.24 0.37** 0.23 0.21 -0.04
Keterangan : JB= Jumlah baris, PT= Panjang tongkol, JBB= Jumlah biji/baris, T = Umur muncul tassel (HST), R= Umur muncul rambut (HST), JT= Jumlah tongkol/plot, TTKL= Tinggi tongkol utama (cm),
IPTK= Indeks panen tongkol tanpa berkelobot, TM= Jumlah tanaman menghasilkan/plot, BTK= Bobot per tongkol berkelobot (g), IPK= Indeks panen tongkol berkelobot, BTTKP= Bobot tongkol
tanpa kelobot per plot (kg), HP= Umur panen, DT= Diameter tengah tongkol, Y= Produktivitas (ton/ha), BRKSN= Bobot tajuk atas 10 tanaman contoh, PTT= Kadar PTT (o Briks), PB= Panjang
baris.
67
67
Lampiran 33. Analisis Ragam Gabungan Jumlah Tanaman Panen per Plot
Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Pr>F
Musim 1 5376.333333 5376.333333 86.57** <.0001
Ulangan(Musim) 2 3.333333 1.666667 0.03 0.9736
Genotipe 11 1086.166667 98.742424 1.59 tn 0.1707
Genotipe x Musim 11 983.833333 89.439394 1.44 tn 0.2242
Galat 22 1366.333333 62.106061
kk (%) 22.84
Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
Lampiran 39. Analisis Ragam Gabungan Bobot Tajuk Atas per Plot
Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Pr>F
Musim 1 1465.893075 1465.893075 361.99** <.0001
Ulangan(Musim) 2 26.200188 13.100094 3.23 0.0587
Genotipe 11 251.789583 22.889962 5.65** 0.0003
Genotipe x Musim 11 227.819130 20.710830 5.11** 0.0006
Galat 22 89.090652 4.049575
kk (%) 15.37
Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%