Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

ABSTRACT

INFLUENCE RETURN ON ASSET (ROA) AND COMPANY SIZE TO


EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES ON SHARIAH BANK IN
INDONESIA 2008-2013
By:
Rido Aprianda; Rochmawati Daud, SE, M.Si, Ak; Relasari, SE, M.Si, Ak
This study aimed to aimed to test whether the Return on Asset (ROA) and the size
companys effect on earning management practices in Shariah Banks (Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and Bank Syariah Mega Indonesia).
The theory used is the theory of agency (agency theory) and earnings management.
This research includes applied research with a sample of 3 commercial bank (Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and Bank Syariah Mega Indonesia).
The nature of this research is quantitative. Study period on second quarter 2008 to
the fourth quarter 2013. Earnings management proxy for discretionary accruals that
have been adapted to the characteristics of banking. Determination of the coeficient
of earnings management is done by the regression of total accruals are calculated
by the model Healy and Jones where the value unstandarized residual obtained a
value of discretionary accruals that are used in the regression subsequent to test the
effect of the Return on Asset (ROA) and the size company against earning
management practices in shariah commercial banks. Testing the effect of earnings
management practices and Return on Asset (ROA) and the size company against
earnings management practices conducted by multiple linear regression using SPSS
17. The result showed that the Return on Asset (ROA) and the size company
significant positive effect on earnings management practices in Shariah Banks
(Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and Bank Syariah Mega
Indonesia).
Keywords: Company Size, Discretionary Accruals, Earnings Management,
ROA, Shariah Bank

PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis saat ini terdapat anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi
(khususnya laporan laba/rugi perusahaan) merupakan sumber informasi penting
yang digunakan oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan. Investor biasanya
melihat kinerja perusahaan secara sekilas berdasarkan rasio-rasio yang
mencerminkan likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Tuntutan menghasilkan keuntungan yang diinginkan, membuat manajer
melakukan berbagai upaya. Sehingga menjadi hal yang tidak lagi tabu ketika
seorang manajer berusaha membuat laporan keuangan tampak baik. Healy (1985)
dalam Rosiyana Dewi (2005) menjelaskan bahwa manajer akan memilih prosedur
akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya untuk
memaksimalkan imbalan bonus. Sehingga laba akan dikelola sedemikian rupa agar
dapat mencapai batas yang diinginkan, yaitu dalam batas atas dan batas bawah yang
telah ditetapkan.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement pada
pelaporan keuangan dan transaksi yang terjadi untuk merubah laporan keuangan
baik untuk menyesatkan beberapa stake-holder tentang kinerja perusahaan atau
mempengaruhi contractual outcomes yang tergantung pada angka-angka akuntansi.
Kekuasaan manajer yang bisa merekayasa laporan keuangan ini menarik
perhatian penulis apakah praktik yang sama juga terjadi di lembaga syariah dalam
hal ini bank syariah di Indonesia.
Sri Padmantyo (2010) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat total
akrual yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun pada perbankan
syariah yang ditelitinya. Hal ini menunjukan bahwa terdapat indikasi manajemen
laba pada laporan keuangan perbankan syariah tersebut selama empat tahun.
Sedangkan Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings management
pada bank konvensional dalam usahanya memenuhi ketentuan kecukupan CAR
(Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI.
Variabel Return on Assets (ROA) sebagai proksi rasio rentabilitas dipilih
karena untuk mengetahui tingkat efisiensi dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank. Penelitian Adiwitarsa menemukan bahwa ROA berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sementara, penelitian Setiawati menemukan bahwa ROA
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sejatinya, pelaporan keuangan dan sistem ekonomi dalam Islam diatur dan
dibatasi oleh Al-quran dan sunnah (hadits). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kecurangan dan penyalahgunaan dalam bermuamalah yang pada akhirnya hanya
menguntungkan satu pihak namun di sisi lain merugikan pihak lainnya.
Allah taala berfirman, Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain
beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu...
Dalam ayat lain Allah menunjukkan fungsi dan hakikat manusia diciptakan di bumi
ini, Tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.
Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan pentingnya etika otonom manusia
dan tanggung jawabnya dalam menjalankan pekerjaan, karena orientasinya tidak
hanya dunia tapi juga pertanggungjawaban akhirat. Selain itu interaksi bukan hanya
dengan sesama manusia tapi juga kepada Allah. Yusuf Marzuqi dan Latif (2010)
menyebutkan, dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang
berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga"
(Tuhan) di setiap aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari
setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena Bisnis dalam Islam tidak semata mata
orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas.
Perbankan syariah dalam menjalankan operasinya berpegang pada prinsip
hukum Islam. Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan
konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan
dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang sesuai.
Meskipun secara teoritis perbankan syariah beroperasi dengan sistem bagi
hasil, dalam praktiknya terdapat kemungkinan bank syariah melakukan kebijakan
manajemen laba.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dilihat bahwa praktik manajemen
laba itu sangat mungkin dilakukan oleh manajer sebagai pengelola bahkan pada
perbankan syariah yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
Bertolak dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah Return on Asset (ROA) dan
Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba pada bank
umum syariah di Indonesia?
TEORI/KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan
yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan
adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang
muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku
manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak
antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini
hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan.
Teori agensi terfokus pada dua individu yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal
mendelegasikan responsibility decision making kepada agen. Baik prinsipal
maupun agen diasumsikan sebagai mereka yang rasional secara ekonomi dan
semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi, tapi mereka kesulitan
membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi. Hak dan
kewajiban dari prinsipal dan agen dijelaskan dalam sebuah perjanjian kerja yang
saling menguntungkan. Dalam penelitian akuntansi manajemen, teori ini digunakan
untuk mengidentifikasi kombinasi kontrak kerja dan sistem informasi yang akan
memaksimalkan fungsi manfaat prinsipal, dan kendala-kendala perilaku yang
muncul dari kepentingan agen.
Dalam teori agensi, informasi akuntansi manajemen digunakan untuk dua
tujuan. Pertama, digunakan untuk pengambilan keputusan oleh prinsipal dan agen.
Dan kedua, digunakan untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai dengan
kontrak kerja yang telah dibuat dan disetujui. Hal ini disebut dengan performance
evaluation role yang dapat memotivasi agen untuk berusahan seoptimal mungkin.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent
berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak
untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui prinsipal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut,
agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan
keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

Manajemen Laba
Healy dan Wahlen (1985), menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap
pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya
judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di
masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur
ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang
ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer
memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode
biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai
kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses
terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

Bentuk Manajemen Laba


Scott (2006) membagi pengaturan laba menjadi beberapa macam, yakni:
1. Taking a Bath
Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam
organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini
digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada
periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa
dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meskipun
kondisi tidak menguntungkan.
2. Income Minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif
meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara
politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan (write off) atas
barang-barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan,
riset, dan pengembangan yang cepat.
3. Income Maximization
Maksimalkan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, selain itu
tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak
hutang jangka panjang (debt covenant).
4. Income Smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba
yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun
secara drastis.
5. Time Revenue and Expense Recognation
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan
timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas pendapatan.

Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau perbankan Islam (al-Mashrafiya al-Islamiyah) adalah suatu
sistem perbankaan yang pelaksanaanya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pembentukan sistem ini
berdasarkan adanya larangan dalam Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk
berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah, dan tradisinya ke dalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang
diikuti oleh bank Islami itu adalah:
a) larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;
b) melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan yang
sah;
c) memberikan zakat.
Sepanjang praktik perbankan konvensional tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam, bank-bank Islam telah mengadopsi sistem dan prosedur
perbankan yang ada. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip syariah maka
bank-bank Islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna
menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Return on Asset (ROA)


Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis
laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk
kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang
dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal
sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-
aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan..
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), Rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan
pajak.
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva
(ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva. Semakin besar nilai ROA,
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat
pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian
perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada
perusahaan (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah ratarata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada
biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum
pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap
maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001).
Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory
cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan
menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Mukhlasin,
2002).
Sedangkan menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto, 2001), ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh total aktiva, jumlah penjualan, ratarata total penjualan dan ratarata total
aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki oleh perusahaan.
Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih
sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat
diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan
biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki
maka pihak manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama,
serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa
organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.

Penelitian Terdahulu
Sri Padmantyo (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Manajemen
Laba pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah menyebutkan terdapat total
akrual yang positif selama empat tahun dan negatif selama setahun pada perbankan
syariah yang ditelitinya. Hal ini menunjukan bahwa terdapat indikasi manajemen
laba pada laporan keuangan perbankan syariah tersebut selama empat tahun. Dalam
penelitiannya ini Sri Padmantyo (2010) menggunakan analisis berdasarkan rumus
total akrual dari Healy seperti yang tercantum dalam Arfani dan Sasongko (2005).
Sedangkan hasil penelitian Koosrini (2010) dengan menggunakan metode
rumus Healy (1985) menunjukkan bukti empiris bahwa penetapan rasio CAMEL
terhadap tingkat kesehatan bank syariah yang diperbolehkan beroperasi oleh Bank
Indonesia berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba di bank umum
syariah di Indonesia. Penelitian Koosrini ini dalam sarannya menyebutkan
penelitian selanjutnya mengambil jangka waktu yang lebih lama serta laporan
keuangan perbankan syariah yang lengkap. Sedangkan Lilik (2011) menyebutkan
rasio CAMEL berpengaruh terhadap kondisi financial distress perbankan syariah.
Berdasarkan apa yang dikemukan oleh peneliti terdahulu, maka penulis
mengambil itikad untuk meneruskan penelitian ini dengan menggunakan metode
rumus total akrul dari Healy (1985) dan Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan
karakteristik perbankan, dimana nilai unstandardized residual yang diperoleh
merupakan nilai akrual diskresioner bank umum syariah. Astuti (2013) dalam
penelitiannya menggunakan rasio ROA, NIM, Leverage, dan Size untuk
memprediksi manajemen laba di perbankan syariah. Uji pendahuluan yang
dilakukan penulis menjelaskan bahwa variabel NIM dan Leverage memang
menambah nilai R Square dari 0,217 (variabel ROA dan Size) menjadi 0,218 (ROA,
NIM, Leverage, dan Size) namun memperkecil adjusted square-nya dari 0,193
menjadi 0,169. Oleh karena itu, penulis hanya akan mengambil variabel ROA dan
Size sebagai variabel penelitian. Selain itu, penelitian ini mengambil jangka waktu
yang cukup panjang, yakni 6tahun, dari 2008 hingga 2013 setelah diterapkannya
Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah mulai diterapkan untuk
penilaian data bulan Desember 2007.

Hipotesis
Secara syariah tidak diperkenankan adanya praktik manajemen laba. Hai orang-
orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar
Berdasarkan PSAK nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah, perlakuan
akuntansi (pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang
berkaitan dengan bank syariah sama dengan perlakuan akuntansi untuk bank umum
yakni dasar akrual. Padahal selama ini prinsip dasar akrual sering digunakan untuk
kepentingan manajemen laba (akrual ini disebut akrual kelolaan atau akrual
diskresioner).
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah menyatakan penilaian kinerja bank dilakukan dengan rasio CAMEL. Bank-
bank yang mengalami penurunan score tingkat kesehatannya cenderung
melakukan manajemen laba (Setiawati dan Naim, 2001 dalam Zahara dan
Veronica, 2009). Sedangkan Susanto (2003) dalam Zahara dan Veronica (2009)
menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
kelompok bank yang tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong
bank melakukan manajemen laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja
bank.
Penilaian kinerja bank syariah umumnya tidak berbeda dengan bank
konvensional. Saat ini para pelaku di bank syariah merupakan pelaku di bank
konvensional dan ditemukan kecenderungan adanya indikasi praktik manajemen
laba lebih signifikan di bank umum syariah daripada di unit usaha syariah (Zahara
dan Veronica, 2009), sehingga diduga terdapat praktik manajemen laba di bank
umum syariah.
Rasio ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset. Rasio
ini menunjukkan efektivitas pengelolaan aset, semakin tinggi angka ROA
menunjukkan pengelolaan aset semakin produktif. Semakin rendah rasio ROA
diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan
cara meningkatkan laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1 : ROA berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba
di bank umum syariah.
Ukuran perusahaan dihitung dengan melogaritma aset perusahaan. Halim
dkk (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
manajamen laba. Semakin besar perusahaan semakin ia memiliki insentif untuk
melakukan manajemen laba guna memenuhi ekspektasi dari investor atau
pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik
manajemen laba di bank umum syariah.

METODE PENELITIAN
Variabel Dependen
Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Sekaran, 2006). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba (earnings
management).
Manajemen laba dapat diukur melalui akrual diskresioner yang dihitung
dengan menselisihkan total akrual dengan akrual nondiskresioner. Atau dapat
dikatakan total akrual merupakan jumlah antara akrual diskresioner dengan akrual
nondiskresioner, sesuai dengan definisinya maka:
TAit = ANDit + ADit
Dimana:
TAit adalah total akrual, ANDit adalah akrual non kelolaan dan ADit adalah akrual
kelolaan.
Akrual diskresioner adalah suatu cara untuk mengurangi atau menyatakan
pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan akrual, misalnya dengan cara menaikkan biaya depresiasi
(Listyani, 2007). Manajemen laba dalam penelitian ini diproksikan melalui akrual
diskresioner yang dideteksi dengan model Healy (1985) dan Jones (1991) seperti
yang digunakan dalam penelitian Zahara dan Veronica (2009). Model tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
TAit = (PMADit + BDDit +UMPit - BYDit - UPit BAPit -
Depit)/(Ait-1)
Dimana:
TAit = total akrual bank umum syariah i pada bulan t,
PMADit = selisih pendapatan masih akan diterima bank umum syariah i pada
bulan t dengan t-1,
BDDit = selisih beban dibayar dimuka bank umum syariah i pada bulan t dengan
t-1,
UMPit = selisih uang muka pajak bank umum syariah i pada bulan t dengan t-1,
BYDit = selisih beban yang harus dibayar bank umum syariah i pada bulan t
dengan t-1,
UPit = selisih utang pajak bank umum syariah i pada bulan t dengan t-1,
BAPit = beban penyisihan aktiva produktif bank umum syariah i pada bulan t,
Depit = beban depresiasi bank umum syariah i pada bulan t,
Ait-1 = total aktiva bank umum syariah i pada bulan t-1.
Selanjutnya, dilakukan estimasi dengan menggunakan model :
TAit / Ait-1 = a1(1/Ait-1) + b1(POit /Ait-1) + b2(PPEit /Ait-1) + it
Dimana:
TAit = total akrual bank umum syariah i pada bulan t,
Ait-1 = total aktiva bank umum syariah i pada bulan t-1,
POit = selisih pendapatan operasi bank umum syariah i pada bulan t dengan t-1,
PPEit = property, plant, and equipment (aktiva tetap) bank syariah i pada bulan t.
Nilai unstandardized residual yang diperoleh dari persamaan regresi diatas
merupakan nilai akrual diskresioner yang digunakan sebagai proksi manajemen
laba. Untuk menguji indikasi praktik manajemen laba di bank umum syariah
digunakan uji beda, yaitu apakah rata-rata nilai AD pada bank syariah 0.
Sedangkan untuk menguji pengaruh ROA & Size terhadap praktik
manajemen laba di bank umum syariah digunakan model berikut:
ADit = + 1ROAit + 2 Sizeit +
Dengan ekspektasi : 1 < 0, 2 < 0
Dimana :
ADit = Akrual Diskresioner (akrual abnormal) bank umum syariah i pada bulan t
ROAit = nilai rasio ROA (Return On Assets) bank umum syariah i pada bulan t
Sizeit = nilai Ukuran Perusahaan bank umum syariah i pada bulan t

Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu
menjelaskan varians dalam variabel terikat (Sekaran, 2006). Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian Zahara dan Veronica
(2009) dengan memilih satu variabel asli dan satu variabel tambahan yaitu rasio
ROA dan Ukuran Perusahaan.

Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
media cetak maupun media elektronik. Penggunaan data sekunder memberikan
jaminan tidak adanya manipulasi data yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan perbankan
bulanan selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2013, yang dapat
diakses langsung melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id) atau situs-situs bank
perusahaan sampel. Periode ini dipilih karena pelaksanaan sistem penilaian tingkat
kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
mulai diterapkan untuk penilaian data bulan Desember 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data

Statistik Deskriptif
Analisis statistik digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi masing-
masing variabel yang terkait dalam penelitian. Sebelum membahas mengenai
pengujian variabel-variabel independen terhadap manajemen laba yang diukur
dengan besarnya akrual diskresioner, maka terlebih dahulu akan dilihat
mengenai estimasi manajemen laba. Besarnya manajemen laba dalam penelitian
ini diukur dengan akrual diskresioner yang diperoleh melalui perhitungan total
akrual menggunakan rumus model Healy (1985) dan Jones (1991) yang telah
disesuaikan dengan karakteristik perbankan, dimana nilai unstandardized
residual yang diperoleh merupakan nilai akrual diskresioner bank umum syariah.
Adapun nilai statistik deskriptif variabel penelitian disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Komponen Total Akrual Pada Bank Syariah
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AD 69 -1,664 1,369 ,11242 ,552491
ROA 69 ,19 4,75 2,1703 ,87667
Size 69 2.183.709 57.897.980 2,1777 1,65377
Valid N (listwise) 69
AD=Akrual Diskresioner, ROA=Return On Assets, Size=Ukuran Perusahaan
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata akrual


diskresioner adalah 0,11242. Nilai akrual diskresioner yang negatif terlihat
pada nilai minimumnya sebesar -0,1664 dan nilai akrual diskresioner yang positif
terlihat pada nilai maksimumnya sebesar 1,369. Nilai rata-rata akrual diskresioner
ini menunjukkan bahwa tingkat manajemen laba di bank syariah ada walaupun
tidak terlalu besar. Sedangkan standar deviasi kecil, yaitu sebesar 0,552491, ini
berarti nilai sampel atau populasi mengelompok di sekitar nilai rata-rata hitung,
karena nilainya tidak terlalu jauh dengan nilai rata-rata, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap sampel mempunyai kesamaan.
Nilai rata-rata ROA sebesar 2,1703 menunjukkan bahwa profitabiltas bank
syariah sudah baik. Fenomena ini berbeda dengan penelitian Koosrini (2010) yang
menyebutkan nilai rata-rata RORA dan ROA bank syariah sangat rendah.
Sedangkan nilai rata-rata Size juga cukup baik yaitu sebesar 2,1777, hal ini
menunjukkan ketiga bank syariah dalam sampel ini dapat dianggap sebagai bank
yang cukup besar dan mempengaruhi perekonomian nasional.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dasar pengambilan
keputusannya adalah apabila nilai asymptotic significance lebih besar dari 5
persen, berarti bahwa nilai residual terdistribusi secara normal (Ghozali, 2005).
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov
Smirnov.
Tabel 4.3 Uji Normalitas Model Regresi Total Akrual Pada Bank Syariah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 69
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .48903214
Most Extreme Differences Absolute .123
Positive .120
Negative -.123
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022
Asymp. Sig. (2-tailed) .247

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah
Hasil pengujian statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov (lihat Tabel
4.3) menunjukkan nilai asymp. sig. sebesar 0,247. Artinya nilai tersebut lebih
besar dari 5 persen. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut dapat disimpulkan
nilai residual terdistribusi normal atau memenuhi syarat uji normalitas.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model regresi
yang baik tidak terdapat korelasi antar variabel independent (Ghozali, 2005).
Multikolinearitas, salah satunya dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama
dengan nilai VIF > 10. Hasil pengujian model regresi yang diperoleh
menunjukkan nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
ROA .997 1.003
Size .997 1.003
a. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Tabel 4.4 menunjukkan nilai tolerance untuk semua variabel independen di


atas 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel independen juga dibawah 10. Hal ini
sesuai dengan syarat tidak terjadinya multikolinearitas, sehingga semua variabel
independen tersebut layak digunakan untuk variabel prediktor.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005). Uji ini dilakukan karena sampel yang
digunakan untuk observasi merupakan data timeseries. Uji autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test), dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .465a .217 .193 ,496386 1.856
a. Predictors: (Constant), Size, ROA
b. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Dari hasil pengujian diperoleh nilai DW (d) sebesar 1,856. Sedangkan


nilai du menurut tabel untuk sampel (n) 69 dengan variabel independen 2 (k=2)
adalah 1,6697, sehingga didapat nilai du < d < 4 du. Nilai ini merupakan syarat
tidak terjadinya autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk memastikan dalam model regresi terjadi
kesamaan variance (homoskedastisitas) dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2005). Uji ini dilakukan karena data yang digunakan
untuk observasi penelitian merupakan data crosssectional. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya.
Gambar 4.1 Uji Heterosdekastisitas Scatterplot
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara


acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi dan model regresi layak dipakai untuk memprediksi vaariabel dependen
berdasarkan masukan variabel independen.

Goodness of Fit Model


Goodness of Fit digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel
dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, goodness of fit dapat diukur dengan
nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan
statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah kritis, yaitu daerah dimana Ho ditolak (Ghozali, 2005).

Koefisisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Secara umum koefisien determinasi
untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (timeseries)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2005).
Berikut adalah tabel hasil uji koefisien determinasi:
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .465a .217 .193 ,496386 1.856
a. Predictors: (Constant), Size, ROA
b. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Nilai R Square diperoleh sebesar 0,217. Hal ini berarti bahwa 21,7% variabel
manajemen laba dapat dijelaskan oleh ROA dan Ukuran Perusahaan. Sedangkan
sisanya, 78,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian. Standard
Error of the Estimate sebesar 0,49 yang kecil, sehingga dapat disimpulkan
model regresi dapat dengan tepat memprediksi variabel dependen (Ghozali,
2005).

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)


Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independent atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.494 2 2.247 9.120 .000a
Residual 16.262 66 .246
Total 20.757 68
a. Predictors: (Constant), Size, ROA
b. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai uji F sebesar 9,120 dengan


probabilitas 0,00. Nilai F ini lebih dari 4 dan probabilitasnya di bawah 0,05
sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Akrual Diskresioner
(AD) atau dapat dikatakan bahwa ROA dan ukuran perusahaan secara bersama-
sama berpengaruh terhadap Akrual Diskresioner.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji statistik t pada dasarnya bertujuan menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel penjelas (independent) secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil statistk t untuk penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.507 .183 -2.771 .007
ROA .146 .069 .232 2.124 .037
Size 1.395E-8 .000 .417 3.823 .000
a. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel


independen yang terdiri dari ROA dan Ukuran Perusahaan, kedua variabel tersebut
signifikan dengan probabilitas di bawah 0,05.

Pengujian Hipotesis
Seperti telah dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
regresi berganda dalam menguji hipotesis yang diajukan. Sebelum dilakukan
pengujian terhadap hipotesis yang telah dibuat, terlebih dahulu sudah dilakukan uji
asumsi klasik untuk model regresi yang digunakan dan telah memenuhi asumsi
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara menguji persamaan regresi secara parsial
terhadap masing-masing variabel bebas. Hasil pengujian model regresi secara
parsial diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Regresi Linear


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.507 .183 -2.771 .007
ROA .146 .069 .232 2.124 .037
Size 1.395E-8 .000 .417 3.823 .000
a. Dependent Variable: AD
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa kedua variabel mempunyai


nilai slope (B) dengan tanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa ROA & Ukuran
Perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dengan demikian kedua
variabel sesuai dengan hipotesis.
Berikut ini akan dibahas hasil pengujian signifikansi variabel secara parsial
dengan lebih detil.
1. Variabel ROA
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel ROA terhadap manajemen
laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,124 dengan signifikasi sebesar 0,037
(p<0,05). Hal ini berarti bahwa rasio ROA dalam bank umum syariah mempunyai
pengaruh positif terhadap manajemen laba. Arah slope (B) ini sudah sesuai ekspektasi
dan dengan pengaruh yang signifikan, maka hipotesis 1 diterima.
2. Variabel Ukuran Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel Ukuran Perusahaan
terhadap manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,823 dengan
signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa rasio Ukuran Perusahaan
dalam bank umum syariah mempunyai pengaruh positif signifikanterhadap
manajemen laba. Hipotesis 2 diterima.
Berikut adalah ringkasan hasil uji hipotesis pengaruh Return on Asset dan
Ukuran Perusahaan terhadap praktik manajemen laba di bank umum syariah.
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
No. Variabel Hipotesis Hasil Pengujian Keputusan
1 ROA Positif signifikan Positif signifikan diterima
2 Size Positif signifikan Positif signifkan diterima
Sumber: data penelitian yang diolah, 2015

Pengaruh ROA Terhadap Manajemen Laba di Bank Umum Syariah (H1)


Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba di bank umum syariah pada level alpha 5%
(p=0,037; p<0,05), sehingga hipotesis ini diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Zahara dan Veronica (2009) yang menemukan pengaruh positif dari ROA pada bank
umum syariah.
Nilai rata-rata rasio ROA yang cukup baik dan positif ini, yakni 2,1703
diduga cukup untuk mempengaruhi akrual diskresioner secara signifikan. Nilai rasio
ROA yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan laba
bersih (laba setelah pajak) dengan total aktiva. Nilai laba setelah pajak diperoleh
dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. Nilai rata-rata yang
cukup baik ini menunjukkan adanya peningkatan laba bersih atas aset perusahaan,
hal ini membuktikan bahwa bank syariah sudah baik dan terus tumbuh.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba di Bank Umum
Syariah (H2)
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa variabel Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba di bank umum syariah
pada level alpha 5% (p=0,000; p<0,05), sehingga hipotesis ini diterima. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Halim, dkk (2005) yang menemukan pengaruh positif dari
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
Nilai rata-rata Ukuran Perusahaan yang cukup baik dan positif ini, yakni
2,1777 diduga cukup untuk mempengaruhi akrual diskresioner secara signifikan.
Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan
manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus
memenuhi ekspektasi dari investor dan pemegang sahamnya.
Adanya indikasi manajemen laba pada bank umum syariah menunjukkan
bahwa laba masih merupakan tujuan utama operasi bank umum syariah dalam
mengelola perusahaan (Meutia, 2008 dalam Fofana, 2008). Selain itu, diduga bank
syariah melakukan manajemen laba dengan cara lain yang belum diatur ketat
oleh undang-undang maupun peraturan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, berikut kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh: (1) Sesuai
dengan hipotesis, Return on Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik manajemen laba di Bank Umum Syariah. Sehingga hipotesis
pertama (H1) yang menyatakan Return on Asset (ROA) berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen laba di Bank Umum Syariah diterima. (2)
Sesuai dengan hipotesis, Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik
manajemen laba. Sehingga hipotesis kedua (H2) yang menyatakan Ukuran
Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba di
Bank Umum Syariah diterima.
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Diharapkan kepada investor maupun
pengguna laporan keuangan lainnya untuk lebih teliti dalam menilai laporan
keuangan. (2) Penelitian selanjutnya diharapakan menambah jumlah sampel,
selain itu juga menggali faktor-faktor yang lain yang diperkirakan
mempengaruhi praktik manajemen laba seperti adanya rencana bonus bagi manajer,
rasio keuangan lainnya untuk menilai tingkat kesehatan bank misalnya Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return On Equity (ROE) dan good corporate
governance (GCG) yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, jumlah dewan komisaris, jumlah dewan direksi. Selain
itu, diharapkan penelitian selanjutnya memperpanjang periode penelitian
sehingga model yang diperoleh menjadi lebih baik. (3) Penelitian selanjutnya
sebaiknya menggunakan laporan keuangan tahunan yang dilengkapi catatan atas
laporan keuangan, sehingga semua informasi yang dibutuhkan untuk penelitian
tersedia lengkap. (4) Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan model
yang berbasis spesifik akrual yang sesuai dengan karakteristik perbankan seperti
Beaver dan Engel.

DAFTAR RUJUKAN
Al-Quran dan Terjemahannya. 2005. Jakarta: Departemen Agama RI
Antonio, Muhammad Syafii. 2010. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani
Bank Indonesia. Mei 2012. Outlook Perbankan Syariah 2013
Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (1995). Detecting Earnings
Management, The Accounting Review (April 1995), pp. 193-225.
Endriani, D (2004). Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di
Indonesia Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal. Karya
Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Healy, P.M. (1985). The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision.
Journal of Accounting and Economic 7: 85-107.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009.
Jakarta: Salemba Empat.
Jaryanto. 2008 Manajemen Laba: Mengapa Banyak Mengundang Kontroversi,
Fokus Ekonomi Vol.3 No.1 (Juni 2008), Hlm. 24
Karim, Adiwarman A. 2008. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Press
Koosrini. 2010. Pengaruh Rasio CAMEL Pada Praktik Manajemen Laba di Bank
Umum Syariah. Fokus Ekonomi Vol. 5 (Juni 2010), Hlm.30
Mongid, Abdul. 2000. Accounting Data and Bank Future Failure: A Model For
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi III. Jakarta
Padmantyo, Sri. 2010. Analisis Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan
Perbankan Syariah. Benefit Jurnal Bisnis & Manajemen Vol.14 No.2 (Des
2010) hlm.53-65
Peraturan Bank Indonesia No. 4/1/PBI/2002 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh
Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
Scott, William R. (2006). Financial Accounting Theory. International Edition,
United States : Pretince-Hall Inc.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business Edisi 4, Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 31 Desember 2001
UU RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Zahara dan Veronica Siregar, Sylvia. 2009. Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap
Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol. 12, No. 2 Mei 2009.

You might also like