Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Peran tenaga kesehatan dan lintas...

(Helper SPM, Rachmalina SP, Supratman S & Suharjo)

PERAN TENAGA KESEHATAN DAN KERJASAMA LINTAS SEKTOR DALAM


PENGENDALIAN MALARIA

The Role of Health Worker and Cross-Sector Cooperation in Malaria Control

Helper Sahat P Manalu, Rachmalina SP, Supratman Sukowati, Suharjo1


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Email: manalu@litbang.depkes.go.id

Diterima: 3 Februari 2014; Direvisi: 4 Maret 2014; Disetujui: 28 Maret 2014

ABSTRACT

Malaria still becomes a public health problem in Indonesia. Controlling malaria cannot be done by health
sector alone, but require cross-sectoral cooperation to accelerate and to make the process effective and
efficient in order to achieve the goals. Development and construction of the Batam city have an impact on
the physical environment, and greatly affect the condition of the eco epidemiology of the diseases,
especially malaria, as Batam has many malaria endemic areas. The purpose of the study is obtaining
information about the role of health workers, cross-sector cooperations and other stake holders in
controlling malaria in Batam city. This is a cross sectional research with qualitative approach (in depth
interview and document review). Sampling was done purposively, and analyzed with a domain analysis and
contrast. The informants are local health office staffs and relevant cross sectors in Batam (agriculture
office, forestry office, marine affair and fisheries office, tourism council, community empowerment). The
result shows malaria control programme has not fully implemented at the maximum level due the support
and cooperation from others non health sector has not been optimized yet. The conclusion of the study, the
role of local governments, all stakeholders and the public are needed in malaria vector control and
availability ofdata source to retrieve the policy, so that the desired results can be achieved.

Keywords: Cross-sector, malaria

ABSTRAK

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalian malaria
tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, namun harus kerja sama dengan lintas sektor terkait guna
mempercepat hasil yang dicapai serta efisiensi dan efektifitas. Pengembangan dan pembangunan kota
Batam membawa dampak terhadap faktor lingkungan fisik. Perubahan tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi eko-epidemiologi penyakit terutama malaria, karena Batam mempunyai banyak wilayah
endemik malaria. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi peran sektor kesehatan dan lintas sektor
terkait serta pemangku kepentingan malaria di Kota Batam. Desain penelitian adalah Cross sectional
dengan pendekatan kualitatif yaitu menggunakan metoda wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Pengambilan sampel secara Purposive Sampling dan menggunakan analisi domain dan kontras. Informan
adalah pejabat Dinas Kesehatan dan lintas sektor terkait yaitu ; Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan,
Perikanan, Pariwisata, pekerjaan umum, Bappeda, DPRD, pemberdayaan masyarakat dan tokoh
masyarakat kota Batam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengendalian malaria masih kurang
maksimal dikarenakan kurang optimalnya dukungan dan kerja sama berbagai sektor di luar kesehatan, oleh
karena itu perlu ditingkatkan kemitraan dan di integrasi dengan berbagai kegiatan yang ada di setiap
institusi/lintas sektor terkait. Kesimpulan penelitian, peran pemerintah daerah dan seluruh pemangku
kepentingan dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengendalian vektor malaria yang optimal dan
penyediaan sumber data untuk mengambil kebijakan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Kata kunci: Lintas sektor, malaria

PENDAHULUAN anemi dan menurunkan tingkat produktivitas.


Upaya pengendalian malaria masih menjadi
Malaria masih menjadi masalah
target utama dalam pencapaian derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia, karena
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini
secara langsung, malaria dapat menyebabkan
dikarenakan penyakit malaria masih endemis
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 50 58

di daerah-daerah tertentu seperti ; Papua, parasite incidence (API) dan AMI cenderung
Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan mengalami penurunan. API pada tahun 2006
Nusa Tenggara Timur (Harijanto P,2011). Di sebesar 26.11 per 1.000 penduduk
Indonesia jumlah kasus malaria pada tahun mengalami penurunan hingga tahun 2008
2005 dan 2006 berturut-turut adalah yaitu sebesar 12.85 per 1.000 penduduk,
sebanyak 1.792.992 orang dan 1.327.431 namun pada tahun 2009 mengalami kenaikan
orang. Pada tahun 2009 jumlah kasus malaria menjadi 22.49 per 1.000 penduduk.
klinis 1.100.000 orang, sedangkan pada tahun Kencenderungan penurunan juga ditunjukkan
2010 berjumlah 1.800.000 kasus malaria oleh AMI yaitu pada tahun 2006 sebesar 2.70
klinis. Lebih lanjut dikatakan bahwa empat per 1.000 penduduk hingga 1.52 per
ratus dua puluh empat (424) dari 572 1.000 penduduk. Pada tahun 2009 AMI
Kabupaten di Indonesia yang ada telah tertinggi adalah di Kabupaten Lingga
dinyatakan endemis malaria (Depkes,2011). sebesar 9.62 per 1.000 penduduk, disusul
Hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan oleh Kabupaten Bintan dengan 7.11 per
bahwa malaria menempati prevalensi ketiga 1.000 penduduk, kemudian Kabupaten
untuk penyakit menular setelah Infeksi Kepulauan Anambas sebesar 3.96 per 1.000
Saluran Pernapasan Akut /ISPA (25,5%) dan penduduk, Kota Tanjung Pinang 9.33 per
Diare (9,0%), yaitu sebesar 2,85 % dan 1.000 penduduk, Kabupaten Natuna 2.26 per
merupakan penyebab kematian tertinggi 1.000 penduduk, Kota Batam 2.20 per 1.000
keenam di Indonesia. penduduk dan yang terendah adalah
Kabupaten Karimun 0.40 per 1.000
Angka kesakitan malaria yang tinggi
penduduk. (disitir dari
terutama di luar Jawa-Bali dan mengingat
http://id.scribd.com/doc/69091747/Malaria).
mobilitas penduduk semakin tinggi,
dikhawatirkan akan dapat menimbulkan Batam yang merupakan salah satu
letusan malaria di daerah vektor potensial kota di Kepulauan Riau ini memiliki masalah
yang selama ini tidak ditemukan kasus malaria. Dari hasil survei jentik vektor di tiap
malaria. Besarnya angka kasus baru malaria tipe perairan di wilayah Batam larva
di kawasan luar Jawa-Bali adalah 45,2 per Anopheles spp berperan sebagai vektor
mil atau hampir 6 kali angka kasus baru malaria. Tipe dan jumlah habitat
malaria di kawasan Jawa-Bali 7,6 perkembangbiakan vektor malaria yang
(Riskesdas 2010). Walaupun angka kesakitan banyak dan luas meningkatkan populasi
menggunakan annual malaria incidence vektor sehingga merupakan faktor penentu
(AMI) di wilayah luar Jawa-Bali pada tahun risiko penularan malaria di wilayah Kota
2005-2009 menunjukkan kecenderungan Batam. Mengingat Batam sebagai wilayah
penurunan. Pada tahun 2005 AMI di kepulauan, sehingga banyak wilayah pantai
luar Jawa-Bali sebesar 24,75 per 1.000 dengan pasang surut dan kondusif bagi
penduduk. Angka ini terus turun hingga habitat perkembangan vektor malaria
12,27 per 1.000 penduduk pada tahun 2009. (Sukowati S, 2008).
Namun, pada tahun 2004-2009 pencapaian
Berdasarkan laporan Dinas
AMI masih belum memenuhi target.
Kesehatan Kota Batam tahun 2011, sarana
(http://eliminasimalaria.blogspot.com/p/profil
pemantauan, pembinaan dan pengawasan
-pengendalian-penyakit-malaria-di.html).
upaya program dan pelayanan kesehatan kota
Di kepulauan Riau, besaran kasus perlu lebih diperhatikan, sebab sebagian
baru malaria adalah sebesar 37,7 % per 1000 besar masyarakat Kota Batam baik di
penduduk. Angka ini lebih tinggi jika mainland terutama hinterland masih sulit
dibandingkan dengan angka nasional sebesar mendapatkan pelayanan kesehatan walaupun
22,9 % per 1.000 penduduk. Sedangkan dalam skala minimal, karena derajat
period prevalensi berdasarkan gejala dan kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi oleh
diagnosa satu bulan terakhir untuk banyak hal diantaranya faktor geografis,
Kepulauan Riau sebesar 9,5 %. (disitir dari demografis, sosial budaya dan faktor
http://raufrahim.blogspot.com/2011/03/). perilaku. Bila dilihat dari jumlah penduduk
Kota Batam kondisi 31 Desember 2009
Demikian kasus malaria di Provinsi
berjumlah 913.843 jiwa menunjukkan bahwa
Kepulauan Riau menunjukkan annual
berdasarkan situasi dan kondisi Sumber Daya
Peran tenaga kesehatan dan lintas...(Helper SPM, Rachmalina SP, Supratman S & Suharjo)

Kesehatan seperti fasilitas kesehatan peringatan Hari Malaria sedunia tanggal 25


pemerintah di Kota Batam belum memenuhi April 2011 di Jakarta. (disitir dari
secara kwantitas, namun dengan adanya http://skpd.Batam kota.go.
sarana kesehatan dari pihak swasta seperti id/kesehatan/2011/05/09/). Walaupun angka
Rumah Sakit swasta, Balai kesakitan dan kematian akibat malaria di
Pengobatan/klinik, Balai pengobatan swasta Indonesia saat ini cenderung menurun,
dan lainnya dapat membantu memenuhi namun malaria masih merupakan ancaman
kebutuhan fasilitas kesehatan, pemerataan terhadap status kesehatan masyarakat
dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi terutama pada masyarakat yang hidup di
masyarakat di Kota Batam (Profil Dinkes daerah terpencil.
Batam, 2011).
Mengingat malaria berbasis
Secara geografis Kota Batam lingkungan yang cukup kompleks, maka
memungkinkan menjadi salah satu penyebab pengendaliannya tidak mungkin dapat
banyaknya kasus malaria di beberapa lokasi. berhasil dengan baik jika hanya dilakukan
Batam terdiri dari beberapa pulau dengan oleh sektor kesehatan. oleh karena itu perlu
wilayah perairan/berawa-rawa dan peran dari lintas sektor terkait, seperti
merupakan daerah yang sangat pesat dengan pengelolaan lingkungan rawa-rawa, lagun
pembangunan fisik. Pembangunan fisik dan bekas galian pasir seharusnya dilakukan
tersebut kurang memperhatikan oleh sektor pekerjaan umum (PU) dan
keseimbangan alam (ekosistem) yang lingkungan hidup.
berdampak pada lingkungan, banyaknya
Sehubungan dengan hal tersebut,
penggalian pasir yang menyisakan tempat
maka penelitian ini bertujuan untuk
genangan air yang menjadi media
mengetahui informasi tentang peran petugas
perkembanganbiakan nyamuk, sehingga
tenaga kesehatan, lintas sektor terkait dan
meningkatkan populasi nyamuk anopheles
tokoh masyarakat dalam pengendalian
sebagai vektor penularan penyakit malaria
malaria. Tulisan ini adalah bagian dari
(Sukowati S, 2008)
penelitian Studi Eko-Epidemiologi Malaria di
Hubungan antara kasus malaria Kota Batam. Informasi tersebut dapat
dengan ekosistem sama dengan hasil memberikan masukan dalam pengembangan
penelitian Thania MD (2012), di Kota program malaria kaitannya dengan sosial
Sawahlunto yang menyatakan tingginya budaya masyarakat Kota Batam.
insiden malaria disebabkan oleh berbagai
faktor. Keadaan geografis daerah yang
beragam, yaitu daerah perbukitan, lembah, BAHAN DAN CARA
persawahan, pertambangan dan dataran yang Daerah Penelitian
dilalui sungai-sungai, bisa menjadi faktor
yang mendukung peningkatan kasus malaria Penelitian dilakukan di Kecamatan
dari tahun ke tahun. Disamping itu, Nongsa, Galang dan Belakang Padang Kota
banyaknya hutan dan semak-semak yang Batam Propinsi Kepulauan Riau, dimulai
baru dibuka untuk pengembangan parawisata pada Maret sampai dengan Desember tahun
serta lubang-lubang yang terbentuk karena 2008.
proses pertambangan juga dapat menjadi
tempat perindukan habitat perkembangbiakan
vektor malaria. (http ://jurnal.fk.unand.ac.id.) Cara kerja
Indonesia telah berhasil menekan Disain penelitian cross sectional
jumlah kasus malaria dari 4,96 per 1.000 yang menggunakan pendekatan kualitatif,
penduduk pada tahun 1990, menjadi 1,96 per dan teknik pengumpulan data dengan
1.000 penduduk pada tahun 2010. Secara wawancara mendalam (Indepth interview)
nasional telah berhasil menurunkan lebih 50 dan telaah dokumen. Pengambilan sampel
% kasus malaria, tetapi pada tingkat provinsi secara Purposive Sampling. Pengolahan data
dan Kabupaten/Kota masih terjadi disparitas dengan melakukan analisis lapangan, dan
(perbedaan) yang cukup besar, demikian trianggulasi. Selanjutnya analisis domain dan
menurut Menteri Kesehatan, pada puncak kontras. Dilakukan pada tokoh kunci lintas
sektor terkait dan beberapa informan lainnya.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 50 58

Data-data yang dikumpulkan di lapangan dengan jumlah penduduk yang ada,


disajikan secara deskriptif. kepadatan penduduk Kota Batam rata-rata
0,88 orang/km2 , penduduk terpadat terdapat
Pedoman yang dipergunakan adalah
di kecamatan Lubuk Raya (7.89 orang/km2)
Pedoman untuk kebijakan, masalah umum,
dan terkecil di kecamatan Galang (0.06
pengobatan, penyuluhan, pemberantasan
orang/km2). Pemerintahan Kota Batam dalam
vektor, peran lintas sektor terkait dan
struktur pemerintahannya dibagi menjadi 12
hambatan yang terjadi terhadap pengendalian
kecamatan dengan 64 kelurahan.
malaria.
Dari hasil wawancara dengan dinas
Informan dalam penelitian ini adalah
kesehatan diketahui bahwa pengendalian
pejabat Dinas Kesehatan dan lintas sektor
malaria di wilayah penelitian masih belum
terkait yang terdiri dari : dari Dinas
berjalan maksimal, salah satu penyebabnya
Kesehatan (Kadis, Kasie Malaria dan kapus),
adalah tidak optimalnya kerjasama lintas
anggota DPRD, Bappeda (sekretaris), Dinas
sektor, sehingga sulit untuk membuat suatu
Pekerjaan Umum (sekretaris), Dinas
aturan seperti amdal untuk daerah endemis
Pendidikan Nasional (pelaksana), LSM,
malaria terhadap dampak pembangunan di
Dinas Kelautan Perikanan Pertanian
Kota Batam yang berdampak pada buruknya
Kehutanan (sekretaris), Dinas Parawisata
lingkungan sekitar. Disamping itu
(sekretaris), Provider di kecamatan (staf di
terbatasnya dana biaya operasional di
kantor camat), Pemberdayaan Masyarakat
lapangan, seperti penemuan kasus dan belum
Desa (PMD) dan Tokoh Masyarakat Kota
tersedianya fasilitas peralatan dan tenaga
Batam (ketua RW).
terlatih/sumber daya manusia, dan sebagian
petugas tidak tinggal menetap di tempat
wilayah puskesmas. Demikian salah satu
HASIL
informan mengatakan :
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pemerintah daerah harus membuat
Kota Batam dari segi geografis suatu peraturan daerah (perda) tentang
terletak pada O02529 --- 101500 Lintang aturan penggalian pasir yang berdampak
Utara dan 103034 35 --- 104026 04 Bujur pada kerusakan lingkungan.
Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut
: Salah satu informan juga
mengatakan.
Sebelah Utara : Dengan Selat Singapura.
Dari kalangan dinas kesehatan
Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan sendiri yang vertikal kurang support dimana
Senayang Kabupaten Kepulauan Riau. menurut informan programnya masih
Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Moro terkotak-kotak, pada hal kalau dilihat dari
Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun. sisi anggaran untuk kesehatan perhatian
pemerintah daerah dan dewan cukup bagus
Sebelah Timur : Kecamatan Bintan. dan di Batam anggaran kesehatan ada pada
Permukaan tanah di Kota Batam urutan ke 2 (dua) dari dinas-dinas yang
pada umumnya digolongkan datar dengan ada.
variasi berbukit-bukit dengan ketinggian Mengenai program pengendalian
maksimum 160 Meter di atas permukaan malaria, dari hasil wawancara mendalam
laut. Sungai-sungai kecil banyak dengan beberapa informan dari Instansi terkait
aliran pelan dan dikelilingi hutan-hutan serta seperti Dinas Pekerjaan Umum mengatakan
semak belukar yang lebat. perannya dalam pengendalian malaria
Secara administrasi luas wilayah bersifat umum yaitu ; kegiatan dalam
Kota Batam 1.038.840 km2 dan jumlah penataan lingkungan pemukiman dan
penduduk pada tahun 2009 berjumlah pemeliharaan drainase. Setiap tahun
913.843 jiwa dengan rasio penduduk laki-laki pemeliharaan drainase khususnya saluran-
lebih banyak dari perempuan. Rasio saluran air, dan kegiatan ini masih focus di
penduduk laki-laki dan perempuan adalah daerah perkotaan. Kemudian Dinas
1,02:1. Bedasarkan luas wilayah dibanding Pendidikan Nasional dalam pengendalian
Peran tenaga kesehatan dan lintas...(Helper SPM, Rachmalina SP, Supratman S & Suharjo)

malaria, sudah memasukkan pada meteri karena jika pagi biasanya mereka banyak
pelajaran pendidikan jasmani kesehatan. yang bekerja.
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah
Berdasarkan pengamatan di
penyuluhan ke siswa dan guru dibantu oleh
lapangan, kondisi alam Kota Batam yang
pengawas, disamping dilakukan gotong
sebagian masih belum tersentuh penataan
royong. Namun masih diutamakan di daerah
lingkungan, memungkinkan media
perkotaan kegiatan ini sudah terjadwal 1
perkembangbiakan nyamuk. Hal yang paling
(satu) bulan sekali. Kaitannya dengan
besar terjadi adalah karena faktor kesalahan
anggaran, untuk kesehatan telah mendapat
manusia itu sendiri, dan kurangnya
alokasi dana pemerintah daerah dan DPRD.
kepedulian masyarakat dalam menjaga
Alokasi tersebut cukup bagus, anggaran
lingkungan yang berwawasan kesehatan.
kesehatan di Kota Batam menempati urutan
ke 2 (dua) dari dinas-dinas yang ada, begitu Salah satu kendala dalam
juga sudah ada program pengobatan gratis di melaksanakan program-program pelayanan
tingkat Puskesmas. Apabila dibutuhkan kesehatan di masyarakat, khususnya yang
pengobatan dilayani sampai rujukan ke berkaitan dengan malaria adalah kondisi
RSUD, dengan prioritas masyarakat miskin. daerah Kota Batam. Selain itu sebagian besar
Sedangkan peran dari LSM ikut terlibat masyarakatnya berada di mainland terutama
dalam sosialisasi ke masyarakat, seperti hiterland yang masih sulit mendapatkan
untuk memperhatikan penataan lingkungan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan
seperti pembuangan sampah dll. Peran dengan pengobatan malaria. Oleh karena itu
Bappeda sendiri selama ini menghimpun malaria harus mendapat perhatian yang serius
semua usulan dari dinas-dinas, kelurahan dan sebagaimana yang diungkapkan semua
puskesmas, namun tidak ada anggaran informan, walaupun kasus malaria menurun,
khusus untuk menanggulangi malaria. namun tetap perlu diwaspadai dengan
memperhatikan Kota Batam sebagai tujuan
Sehubungan dengan masalah
wisata.
kemitraan dengan lintas sektor, beberapa
informan sejauh ini mengatakan hubungan
lintas sektor belum terprogram dengan baik.
Partisipasi lintas sektor
Demikian pula halnya dengan kemitraan
dengan Dinas Kesehatan telah berjalan, yaitu Partisipasi lintas sektor sangat
dengan adanya program Perilaku Hidup berperan dalam hal pengendalian malaria.
Bersih dan Sehat dan kegiatan sosial lainnya Peran dan kerjasama lintas sektor diharapkan
yang menggerakkan dan memperbanyak dapat mengatasi permasalahan malaria.
sosialisasi pada masyarakat. Mengenai Menurut informan dari DPRD, pertemuan
kaitannya tentang penyuluhan, salah seorang Lintas Sektor belum ada masih jalan sendiri
informan mengatakan : sendiri, namun pernah ada pertemuan dengan
Dinas Kesehatan Kota Batam untuk
Masyarakat sudah diberi membahas kelambunisasi. Informan lain
penyuluhan kesehatan ibu dan anak yang mengatakan ada kordinasi dengan lintas
dilakukan oleh Dinas Kesehatan bekerja sektor apabila ada kasus malaria, dan rapat-
sama dengan Puskesmas. namun demikian rapat kordinasi khusus dengan walikota yang
dengan lintas sektor program belum ada. dilakukan 3 (tiga) bulan sekali. Hal tersebut
Adapun kegiatan penyuluhan yang telah di perkuat dengan hasil wawancara
dilakukan selain bentuk ceramah/tatap muka mendalam dari salah satu informan dari
di masyarakat juga dengan menggunakan Bappeda, yang menyatakan :
lembar balik, leaflet, poster, kegiatan
penyemprotan dan larvasiding langsung ... dalam proses pembahasan
turun kelapangan. Kegiatan-kegiatan ini rencana anggaran Bapeda menghimpun
memang tidak terjadwal dan tidak rutin, usulan dari masyarakat melalui musrembang
tetapi dilakukan apabila ada kasus dan ini yang dihadiri Tokoh masyarakat, baik dari
biasanya dilakukan di Balai Kelurahan. tingkat kelurahan maupun tingkat kecamatan
Adapun kegiatan ceramah ke masyarakat dengan memanfaatkan waktu reses anggota
biasanya dilakukan pada jam kerja sore hari, dewan...
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 50 58

Untuk mengetahui partisipasi lintas khususnya yang berkaitan dengan malaria.


sektor tentang keterlibatan dalam Mereka menganggap sumber pencetus
pengendalian malaria, dari hasil wawancara malaria itu sendiri hanya ada di sebagian
mendalam bahwa diperoleh informasi kecil wilayah, dan hal itu berada hanya di
sebagian besar informan mengatakan kantong-kantong wilayah tertentu di
kegiatan lintas sektor baru jalan sendiri masyarakat. Namun demikian tentu tidak
sendiri khususnya dalam kegiatan menganggap mudah masalah tersebut, karena
penanggulangan malaria. Namun masih ada bisa berakibat turunnya kunjungan wisatawan
sebagian informan mengatakan terlibat ke Batam, sebagaimana ungkapan salah satu
sebatas kegiatan koordinasi masih dilakukan informan yang mengatakan bahwa :
pada saat ada kejadian luar biasa (KLB)
Turis asing paling takut pada
kalau tidak ada tanggung jawab tersebut
malaria.
diserahkan penuh pada dinas terkait, seperti
Dinas Kesehatan setempat. Namun demikian,
ada juga informan lain mengatakan pernah Kemitraan
ada kerjasama dengan lintas sektor antara
lain : Lembaga Swadaya Masyarakat dan Masalah kemitraan melalui lintas
pihak-pihak swasta dalam pengendalian sektor sudah pernah dilakukan, misalnya
malaria di Batam, yang dilakukan pada tahun adanya pembagian kelambu sesuai dengan
1996 pada waktu kegiatan Gebrak Malaria informasi yang didapatkan dari Dinas
merupakan kerjasama antara Dinas Kesehatan. Kelambu berinsektisida sudah
Kesehatan, Parawisata, Bappeda dan pernah didistribusikan pada daerah-daerah
Bapedalda. tertentu yang ada kaitannya dengan tenaga
kerja atau perusahaan. Mengenai pembagian
Dari penelitian ini diketahui adanya kelambu juga telah dilakukan oleh Kantor
sejumlah masalah pengendalian malaria di Kesehatan Pelabuhan (KKP), yang pernah
Kota Batam, yang mana informan dari Dinas mengusahakan pengadaan kelambu meskipun
Kesehatan menyatakan bahwa kendala dalam jumlah terbatas. Dalam kegiatan
kerjasama lintas sektor adalah masih kurang tersebut perlu sosialisasi lebih dulu untuk
optimal dalam melakukan koordinasi. Hal itu daerah yang masih dianggap endemis
disebabkan karena berbagai tanggung jawab malaria. Salah seorang informanpun
yang dibebankan pada dinas-dinas terkait menyatakan :
seperti tugas rangkap dan masalah anggaran.
Demikian juga di Dinas Kesehatan atau Dalam kesempatan ini lintas sektor
puskesmas, penataan kelembagaan dalam seperti DPRD, Bappeda, Pekerjaan Umum,
upaya pemberantasan malaria Bapedalda dan Parawisata yang berkaitan
diorganisasikan dari tingkat pusat sampai di dengan wisatawan, diajak tidak hanya
daerah. Di jajaran lembaga kesehatan diharapkan untuk pengadaan kelambu tetapi
maupun non kesehatan, upaya pengendalian juga turut ikut bermitra untuk menangani
malaria merupakan tanggung jawab dan program intervensi vektor, pembuatan
usaha bersama baik pemerintah maupun tanggul dan lain-lain. Dan sampai saat ini
warga masyarakat, oleh karena itu perlu peran lintas sektor dalam program
dilibatkan semua lembaga baik formal pembagian kelambu berinsektisida belum
maupun non formal maka perlu dilakukan ada, tetapi kalau ada pun tentu ada
pendekatan terpadu secara lintas sektoral. kaitannya dengan perusahaan menyangkut
tenaga kerjanya sehingga kemungkinan
Sehubungan dengan hal diatas dari perusahaan mau mengambil peran.
Perhimpunan Hotel setempat, diperoleh
informasi bahwa mereka hanya melakukan Kemitraaan lain dengan negara
kegiatan pencegahan sebatas pengasapan dan tetangga yang tidak berkaitan langsung
kebersihan lingkungan di sekitar lokasi dengan malaria, seperti ikut berpartisipasi
dimana hotel tersebut berada. Hal ini di memberi perhatian berupa bantuan. Namun
sebabkan karena mereka sering kali hanya bukan berupa dana, tetapi bantuan tersebut
berbicara mengenai obyek wisata saja. Selain dalam hal pelayanan pengobatan umum bagi
itu mereka tidak pernah menyinggung soal masyarakat yaitu, tenaga dokter yang
kesehatan lingkungan atau penyakit menular, diperuntukkan untuk pelayanan kegiatan
Peran tenaga kesehatan dan lintas...(Helper SPM, Rachmalina SP, Supratman S & Suharjo)

operasi katarak, KB dan HIV/ AIDS. Semua kurangnya gerakan masyarakat dalam
kegiatan tersebut dilakukan secara gratis dan pengendalian vektor Malaria.
sudah berlangsung hampir setiap tahun.
Kegiatan Eliminasi Malaria harus
Dibandingkan dengan pengobatan, dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi
sebaiknya yang diperlukan adalah perubahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
perilaku untuk pemberantasan malaria, dan dan lintas sektor sebagai mitra kerja. Dari
dapat saja mencontoh dari negara lain seperti berbagai pengalaman Eliminasi Malaria pada
yang disampaikan oleh salah informan, yaitu masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa
: keterlibatan dan dukungan legislatif,
pemerintah daerah, masyarakat termasuk
Kalau boleh mencontoh apa yang
organisasi sosial, keagamaan dan pihak
dilakukan di negara tetangga seperti
swasta, maka hasil yang dicapai belum
Singapura kalau ketemu jentik di rumahnya
optimal. (disitir dari
dikenakan sanksi atau denda.
http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/renc
Oleh sebab itu intervensi perilaku ana_promkes_malaria.pd)
sangat penting artinya guna menyadarkan
Hasil penelitian memberikan
masyarakat tentang pentingnya penerapan
informasi bahwa eliminasi malaria di Batam
pola hidup bersih dan sehat. Kesadaran untuk
tidak dapat tercapai sesuai dengan program
melakukan kegiatan peduli lingkungan perlu
pengendalian malaria dan pemerintah Batam
digiatkan (penimbunan, pengeringan dan
tentang eliminasi malaria, namun diperlukan
pembersihan genangan air) untuk membatasi
integrasi lintas sektor terkait, sebab malaria
habitat perkembangbiakan vektor penyebab
merupakan penyakit berbasis lingkungan
malaria.
yang kompleks. Mengingat Batam sebagai
daerah yang berbatasan dengan Singapore,
PEMBAHASAN dan sedang dikembangkan sebagai
pembangunan kawasan terpadu, maka
Dalam rangka program pengendalian strategi eliminasi harus disusun dengan
malaria perlu meningkatkan kerjasama lintas mengacu kepada data dan informasi serta
sektor. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan dengan tepat (Sukowati S, 2008).
disampaikan oleh Soekidjo Notoatmodjo
(2003), bahwa kerjasama antar sektor ini Berkaitan dengan peran sektor,
penting karena masalah kesehatan Idahwati dalam penelitian di Kabupaten
masyarakat itu dihasilkan oleh berbagai Padang Lawas tahun 2012, menyatakan
sektor pembangunan seperti industri, bahwa keterlibatan lintas sektor sangat
transportasi, dan sebagainya. Sehingga dibutuhkan. Peran tersebut antara lain adalah
masalah kesehatan adalah tanggung jawab pelaksanaan pengendalian malaria, seperti
bersama semua pihak. mendeteksi kewaspadaan dini dalam
peningkatan kasus malaria di desa, yang
Berkaitan dengan hal diatas, dilakukan oleh pemerintah kecamatan, lurah,
Kementerian Kesehatan telah membuat kepala desa dan bidan desa pada umumnya
beberapa isu strategis dalam buku pedoman (disitir dari http://bangkapos.com/).
Rencana Operasional Promosi Kesehatan
untuk Eliminasi Malaria, antara lain : Mengingat malaria berbasis
kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah lingkungan yang cukup kompleks dan
setempat, kurangnya kerjasama lintas bersifat spesifik lokal, maka pengendaliannya
program, sektor dan mitra terkait dalam tidak mungkin dapat berhasil dengan baik
Gebrak Malaria, kurangnya kemampuan jika hanya dilakukan oleh pendekatan
petugas dalam pengendalian Malaria kesehatan. Oleh sebab itu perlu diterapkan
termasuk dalam pemberdayaan masyarakat, pengendalian terpadu, yaitu kombinasi
kurangnya pemahaman masyarakat tentang beberapa metode yang bersinergi dan
pencegahan dan pencarian pengobatan terintegrasi dalam program pengendalian
Malaria, kurangnya pemanfaatan media lokal malaria. Hal ini di sebabkan karena
untuk penyebarluasan informasi, dan penularan malaria merupakan rangkaian
kejadian yang disebabkan oleh adanya
parasit, nyamuk sebagai vektor, lingkungan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 50 58

fisik dan manusia sebagai hospes. Dengan Dengan melihat situasi di lapangan
metode tersebut para pemangku kepentingan terhadap kondisi lingkungan di Kota Batam
yaitu lintas sektor terkait termasuk maka perlu meningkatkan kewaspadaan dini
masyarakat harus secara aktif berperan KLB di daerah berisiko tinggi seperti
melalui kemitraan. Selain kemitraan, kecamatan Nongsa, Galang dan Belakang
advokasi, sosialisasi dan penyuluhan masih Padang, dimana sampai saat penelitian
diperlukan untuk meningkatkan daya ungkit berlangsung masih merupakan daerah
keberhasilan program pengendalian malaria endemis malaria (Manalu H, 2011).
(Sukowati S, 2008).
Demikian pendapat lain mengatakan
KESIMPULAN
bahwa kasus malaria umumnya dijumpai di
lokasi endemis malaria seperti di desa-desa Lintas sektor masih belum berperan
yang terpencil dengan kondisi lingkungan optimal dalam pengendalian malaria. Peran
yang tidak baik, seperti adanya galian pasir, lintas sektor dilakukan sebatas kapasitasnya
penebangan hutan mangroef yang saja. Oleh karena itu, pengendalian malaria
mempermudah berkembang biaknya jentik tidak mungkin mencapai hasil yang optimal
nyamuk malaria, hal ini sulit di atasi karena apabila tidak melibatkan dukungan lintas
sebagian masyarakat di daerah penelitian sektor seperti : legislatif, pemerintah daerah,
masih menggantungkan harapan pada galian instansi terkait, masyarakat termasuk
pasir sebagai sumber mata pencaharian. Hal organisasi kemasyarakatan, pihak
lain yang menjadi masalah adalah sarana swasta/dunia usaha. Perlu ditingkatkan
transportasi dan komunikasi yang sulit, akses keterlibatan Pemerintah pusat maupun daerah
pelayanan kesehatan kurang, tingkat serta mitra kerja lainnya. Komitmen
pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat kerjasama antara lintas sektor dalam
yang rendah, serta perilaku hidup bersih dan pengendalian lingkungan untuk
sehat (PHBS) yang kurang baik berpengaruh penanggulangan malaria masih belum
terhadap kebutuhan hidup, termasuk optimal.
kebutuhan kesehatan. (disitir dari http
://www.promkes.depkes.go.id/bahan/rencana
_promkes_malaria.pd) . SARAN
Selanjutnya dari kegiatan Global Dengan demikian perlu
Malaria Programme (GMP) yang dikutip meningkatkan perhatian dan kerjasama yang
oleh Idahwati, mengatakan bahwa malaria lebih serius untuk menjaga citra pada negara
merupakan penyakit yang harus terus tetangga dalam penanggulangan malaria
menerus dilakukan pengamatan, monitoring dengan melibatkan semua sektor terkait
dan evaluasi, serta diperlukan formulasi seperti ; Dinas Perikanan dan Kelautan,
kebijakan dan strategi yang tepat. (disitir dari Peternakan, Pertanian dan swasta. Kemudian
http://www.bangkapos.com/). kaitannya dengan kemitraan dalam
pembebasan Batam dari malaria harus
Oleh karena itu dalam pengaturan dimotori oleh Pemda dan Otorita Batam
kerjasama kegiatan lintas sektor, perlu dalam suatu komitmen yang dituangkan
menunjukkan suatu komitmen untuk dalam perundangan daerah.
menanggulangi kejadian malaria, agar
efektifitas dan produktifitas dari kegiatan-
kegiatan tersebut tidak terganggu. Bahkan UCAPAN TERIMA KASIH
diusahakan kerjasama tersebut saling
menunjang untuk keberhasilan usaha masing- Ucapan terima kasih disampaikan
masing. Dengan demikian kegiatan tersebut kepada Kepala Pusat Intervensi Kesehatan
dapat dilaksanakan dengan sukarela dan Masyarakat yang telah mendanai penelitian
penuh pengertian serta kesadaran bahwa ini. Pada kesempatan ini juga kami
kerjasama tersebut memang diperlukan sampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas
dalam rangka mencapai tujuan bersama Kesehatan Kota Batam, dan pada anggota tim
menuju kesejahtraan rakyat (Sukowati S, peneliti dan semua pihak yang tidak dapat
2008). disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam pengumpulan data dilapangan
Peran tenaga kesehatan dan lintas...(Helper SPM, Rachmalina SP, Supratman S & Suharjo)

sehingga penelitian ini dapat terlaksana Malaria, http://id.scribd.com/doc/69091747/Malaria.


dengan baik. Manalu H, Sukowati S, 2011. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Malaria di
Kota Batam. Media Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Vol.XXI No.2.
DAFTAR PUSTAKA Mareza D,Nuzulia I dan Rosfita R, 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas. http
Ayo Berantas Malaria (disitir dari ://jurnal.fk.unand.ac.id.
http://eliminasimalaria.blogspot.com/p/profil- Pengendalian Malaria Masih Hadapi Tantangan,
pengendalian-penyakit-malaria-di.html). http://skpd.Batam kota.go.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan id/kesehatan/2011/05/09/.
Departemen Kesehatan, 2007. Laporan Riset Posisi Kesehatan Kepulauan Riau Menurut.html
Kesehatan Dasar 2007. http://raufrahim. blogspot. com/2011/03/).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Rencana Operasional Promosi Kesehatan Untuk
Departemen Kesehatan, 2010. Laporan Riset Eliminasi Malaria, Pusat Promosi Kesehatan
Kesehatan Dasar 2010. Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan ,http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/ren
Indonesia 2010. cana_promkes_malaria.pd.
Dinas Kesehatan, 2011. Profil Kesehatan Kota Batam. Soekidjo N, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan,
Harijanto P, 2011. Eliminasi Malaria pada Era PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Desentralisasi, Epidemiologi Malaria di Sukowati S, Mardiana, Shinta, 2008. Studi Eko-
Indonesia Buletin Jendela data & Informasi Epidemiologi Malaria Di Kota Batam,
Kesehatan, Volume.1, Triwulan I, Depkes. Propinsi Kepulauan Riau, Laporan Penelitian.
Idahwati, 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program
pemberantasan malaria Diwilayah Kerja
Kabupaten Pada Lawas (http
://www.bangkapos.com/).

You might also like