Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PERBEDAAN EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON DAN KOMPRES HANGAT

DALAM MENURUNKAN NYERI SENDI LANJUT USIA


Agus Hariyanto*, Lilik Marifatul Azizah**

ABSTRACT

Rheumatism are often seen in the elderly is rheumatoid arthritis. Rheumatoid


arthritis is characterized by inflammation of the common symptoms of pain. Non-
pharmacologic treatment that can be used to cope with the pain are Benson relaxation and
warm compress. This research aims to prove the different effect of Benson relaxation and
warm compress to change the intensity of joint pain in older adults with rheumatoid
arthritis in UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. In this research design used is Quasy
experiment with the approach pre-test post-test control group design. Sample of 18 people
were taken by simple random sampling. 9 people from experimental group was given
Benson relaxation and 9 people from control group was given warm compress. Collecting
data using a pain scale Bourbonais. Paired T-Test shows that p (0.009) < (0.05), so Ho is
rejected it means there are significant Benson relaxation to change the intensity of joint
pain in older adults with rheumatoid arthritis. To test the Independent Sample T-Test shows
that p (0.176) > (0.05), so that Ho is accepted it means the average change in pain
intensity in experiment group with the control group was significantly the same. In most of
the elderly, pain is an problem that will affect the activities of daily activities and quality of
life. Chronic pain management often require psychological interventions for elderly.
Benson relaxation techniques are passive relaxation techniques isnt using muscle tension
so it is appropriate to relieve pain, because when the muscle tension will increases pain.

Keywords: Benson relaxation, Warm compress, joint pain intensity, elderly

A. PENDAHULUAN lansia, nyeri merupakan masalah yang


Pada lanjut usia terjadi proses
akan mempengaruhi aktifitas kegiatan
penuaan secara degeneratif pada sistem
sehari-hari dan kualitas hidupnya. Nyeri
muskuskuloskelet dan jaringan lain yang
juga merupakan keadaan yang sangat
ada kaitannya dengan kemungkinan
mengganggu dan menyebabkan penyakit
timbulnya reumatik ditandai oleh gejala
lain menjadi lebih parah (Darmojo dan
umum inflamasi, berupa demam,
Martono, 2000)
keletihan, nyeri dan pembengkakan sendi Hampir 8 % orang-orang berusia 50
(Corwin, 2009). Pada sebagian besar tahun ke atas mempunyai keluhan pada
sendi-sendinya, misalnya linu-linu, pegal, 2011). Dengan relaksasi nafas dalam
dan kadang-kadang terasa seperti nyeri. diharapkan ventilasi paru bertambah baik,
Biasanya yang terkena ialah persendian tubuh kaya akan oksigen, maka
pada jari-jari, tulang punggung, sendi- diharapkan metabolisme dapat berjalan
sendi penahan berat tubuh (lutut dan baik dan otak akan relaksasi, sehingga
panggul) (Azizah, 2011). Hasil penelitian impuls nyeri yang diterima akan diolah
terakhir dari Zeng QY tahun 2008 (dalam dengan baik dan diinterpretasikan
Purnomo, 2010), prevalensi nyeri rematik sehingga nyeri berkurang atau hilang
di Indonesia mencapai 23,6% hingga (Priharjo, 1993 dalam Dewi, et al, 2009).
Kompres hangat efektif
31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa
memperbaiki sirkulasi darah,. Efek
rasa nyeri akibat reumatik sudah cukup
hangat dari kompres mampu memblok
mengganggu aktivitas masyarakat
reseptor nyeri sampai pada sel T, dengan
Indonesia, terutama mereka yang
cara menstimulasi reseptor panas,
memiliki aktivitas.
Pada kasus nyeri sedang sampai sehingga reseptor nyeri dihambat sesuai
berat, tindakan non-farmakologis menjadi dengan teori Gate Control menurut
suatu pelengkap yang efektif untuk Melzack and Wall (1965). Air hangat
mengatasi nyeri disamping tindakan mampu menyebabkan terjadinya
farmakologis yang utama (Prasetyo, vasodilatasi, sehingga sirkulasi darah
2010). Lansia seringkali memerlukan lancar dan oksigen ke jaringan terpenuhi
intervensi psikologik untuk menyebabkan vasodilatasi otot, dan
penatalaksanaan nyeri kroniknya. Jenis ketegangan otot menurun. Proses tersebut
tindakan non farmakologis antara lain: dapat menghambat jalannya respon nyeri
relaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi, menuju sel T, sehingga terjadi penurunan
dan stimulasi kutaneus, seperti pijat dan produksi zat kimia bradikinin, serotonin,
kompres hangat (Prasetyo, 2010). dan enzim proteolitik. Hal ini
Relaksasi Benson merupakan
mengakibatkan meningkatnya ambang
pengembangan metode respon relaksasi
nyeri dan menurunkan ambang stimulus
dengan melibatkan faktor keyakinan
terhadap termosensitif (Griffin, 1999).
pasien. Relaksasi Benson berfokus pada Penelitian ini bertujuan untuk
kata atau kalimat tertentu yang diucapkan mengetahui perbedaan efektifitas
berulang kali dengan ritme yang teratur relaksasi benson dan kompres hangat
disertai sikap pasrah kepada Tuhan sesuai dalam menurunkan nyeri sendi lanjut
dengan keyakinan pasien. (Sukmono, usia.
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian Quasi Asumsi yang digunakan adalah data
Experiment, dengan rancangan yang terdistribusi normal, sebaran data
dipakai adalah pre test post test control homogen dan sampel diambil secara
group design, dalam design ini terdapat acak. Bila t hitung lebih besar daripada
dua kelompok yang dipiih secara nilai t tabel, maka Ho ditolak dan H1
random, kemudian diberi pre test untuk diterima. Untuk mengetahui perbedaan
mengetahui keadaan awal kedua antara kelompok eksperimen dengan
kelompok, kelompok pertama diberi kelompok kontrol dengan Independent
perlakuan Teknik Relaksasi Benson dan Sample T-Test. Bila nilai probabilitas p <
kelompok yang lain diberikan kompres (0,05) maka Ho ditolak.
hangat. Penelitian dilaksanakan di Panti
C. HASIL PENELITIAN
Werdha Majapahit Mojokerto. 1. Intensitas nyeri sendi sebelum
pemberian teknik relaksasi Benson
Populasinya adalah semua lansia yang
pada kelompok eksperimen dan
menderita penyakit rheumatoid arthritis sebelum pemberian kompres hangat
pada kelompok kontrol pada lansia
yang mampu berkomunikasi dengan baik
sejumlah 19 orang, dengan teknik simple Tabel 1. Intensitas nyeri sebelum relaksasi
Benson dan Kompres Hangat pada lansia
random sampling memilih sampel dengan rheumatoid arthritis di UPT Panti
penelitian. Werdha Mojopahit Mojokerto pada Mei -
Variabel penelitian bebas adalah Juni 2014
tindakan Relaksasi Benson dan Kompres
Hangat. Protap Teknik Relaksasi Benson
dilakukan 2x sehari dengan durasi waktu
10-20 menit selama 2 minggu. Protap
Kompres Hangat yaitu Kompres air
hangat pada tempat buli-buli di bagian
nyeri, Suhu air 43C - 46C, Selama 20
30 menit. Variabel tergantungnya adalah
nyeri sendi lanjut usia dengan
mengungkapkan intensitas nyeri yang
dirasakan dengan memilih angka-angka Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
pada angka 0 10 skala intensitas nyeri baik pada kelompok eksperimen maupun
Bourbonais. Analisis bivariate perbedaan kelompok kontrol sebelum diberikan
sebelum dan sesudah intervensi perlakuan, sebagian besar responden
digunakan uji statistik Paired T - Test. mengalami nyeri dengan skala 5 yaitu
masing-masing sebanyak 3 responden
(33,3%).
2. Intensitas nyeri sendi sesudah
pemberian teknik relaksasi Benson
pada kelompok eksperimen dan
sebelum pemberian kompres hangat
pada kelompok kontrol pada lansia

Tabel 2. Distribusi frekuensi intensitas nyeri


sesudah relaksasi Benson dan Kompres
Hangat pada lansia dengan rheumatoid Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
arthritis di UPT Panti Werdha Mojopahit
pada kelompok eksperimen, terdapat
Mojokerto pada Mei - Juni 2014
perbedaan rata-rata intensitas nyeri sendi
sebelum dan setelah diberikan perlakuan
terjadi penurunan intensitas nyeri sendi
sebesar 16,36%. Hasil uji Paired t-test
nilai p (0,009) < (0,05), artinya Ho
ditolak, jadi terdapat pengaruh pemberian

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa teknik relaksasi Benson terhadap

baik pada kelompok eksperimen maupun perubahan intensitas nyeri sendi pada

kelompok kontrol sesudah diberikan lansia. Pada Kelompok kompres hangat

perlakuan, sebagian besar responden terjadi penurunan intensitas nyeri sendi

mengalami nyeri dengan skala 4 yaitu sebesar 25,94%. Nilai p (0,001) <

masing-masing sebanyak 3 responden (0,05), artinya Ho ditolak, jadi terdapat

(33,3%). pengaruh pemberian kompres hangat


terhadap perubahan intensitas nyeri sendi
3. Perubahan intensitas nyeri
sendi sebelum dan sesudah teknik pada lansia.
relaksasi Benson pada kelompok
eksperimen dan sebelum pemberian 4. Perbedaan antara perubahan
kompres hangat pada kelompok intensitas nyeri sendi sebelum dan
kontrol sesudah pemberian teknik relaksasi
Benson dan kompres hangat pada
Tabel 3 Analisis perubahan intensitas lansia dengan rheumatoid arthritis di
nyeri sendi sebelum dan sesudah UPT Panti Werdha Mojopahit
pemberian teknik relaksasi Benson dan Mojokerto.
Kompres Hangat pada lansia dengan
rheumatoid arthritis di UPT Panti Tabel 4 Perbedaan perubahan intensitas
Werdha Mojopahit Mojokerto pada Mei - nyeri sendi sebelum dan sesudah
Juni 2014 pemberian teknik relaksasi Benson dan
Kompres hangat pada lansia dengan
rheumatoid arthritis di UPT Panti
Werdha Mojopahit Mojokerto pada Mei - maupun sentral. Dalam keadaan normal,
Juni 2014
reseptor tersebut tidak aktif. Dalam
keadaan patologis, misalnya inflamasi,
nosiseptor menjadi sensitive bahkan
hipersensitif. Adanya pencederaan
jaringan akan membebaskan berbagai
jenis mediator inflamasi, seperti
prostaglandin, bradikinin, histamin dan
Berdasarkan tabel 4 diketahui rata-
sebagainya. Mediator inflamai dapat
rata perubahan intensitas nyeri pada
mengaktivasi nosiseptor yang
kelompok eksperimen lebih kecil
menyebabkan munculnya nyeri. Pada
daripada rata-rata perubahan intensitas
penelitian ini, sebagian besar intensitas
nyeri pada kelompok kontrol. Hasil uji
nyeri sendi yang dirasakan responden
Independent Sample t-test nilai p (0,176)
adalah intensitas nyeri sedang, hal itu
> (0,05), artinya Ho diterima, artinya
terjadi karena rheumatoid arthritis
tidak ada perbedaan secara signifikan
termasuk nyeri kronis, dimana klien
antara relaksasi Benson dan kompres
sudah pernah merasakan nyeri
hangat dalam menurunkan nyeri.
sebelumnya.
D. PEMBAHASAN
1. Intensitas nyeri sendi sebelum
2. Intensitas nyeri sendi sesudah
pemberian teknik relaksasi Benson dan
pemberian teknik relaksasi Benson dan
kompres Hangat pada lansia
kompres hangat
Setelah dilakukan perlakuan, baik
Sebagian besar responden baik pada
pada kelompok eksperimen maupun
kelompok eksperimen maupun kelompok
kelompok kontrol sesudah diberikan
kontrol sebelum diberikan perlakuan
perlakuan, sebagian besar responden
mengalami nyeri dengan skala 5 yaitu
mengalami nyeri dengan skala 4 yaitu
masing-masing sebanyak 3 responden
masing-masing sebanyak 3 responden
(33,3%).
Awitan rheumatoid arthritis ditandai (33,3%).
Terdapat berbagai tindakan yang
oleh gejala umum inflamasi, berupa
dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
demam, keletihan, nyeri dan
nyeri yang diderita. Tindakan-tindakan
pembengkakan sendi (Corwin, 2009).
tersebut mencakup tindakan non-
Lelo (2004) menjelaskan bahwa nyeri
farmakologis dan tindakan farmakologis.
timbul oleh karena aktivasi dan
Salah satu tindakan non-farmakologis
sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
yang dipakai adalah teknik relaksasi. disertai sikap pasrah kepada Tuhan sesuai
Prasetyo (2010), menjelaskan bahwa dengan keyakinan pasien. Teknik ini
relaksasi adalah suatu tindakan untuk dapat dilakukan dengan cara memusatkan
membebaskan mental dan fisik dari pikiran (konsentrasi), pengaturan napas,
ketegangan dan stres, sehingga dapat dan mengucapkan zikir (bagi muslim)
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. yang ternyata dapat memberikan efek
Berbagai metode digunakan untuk seluruh tubuh menjadi relaks (Sukmono,
menurunkan kecemasan dan ketegangan 2011).
Kompres hangat sama-sama
otot sehingga didapatkan penurunan
mempunyai pengaruh terhadap
denyut jantung, penurunan respirasi serta
penurunan intensitas nyeri, baik nyeri
penurunan ketegangan otot.
3. Analisa perbedaan antara yang bersifat akut seperti nyeri gastritis
perubahan intensitas nyeri sendi
maupun nyeri yang bersifat kronis seperti
sebelum dan sesudah pemberian teknik
relaksasi Benson pada kelompok nyeri sendi akibat rheumatoid arthritis.
eksperimen dengan sebelum dan
Hal tersebut dikarenakan kompres hangat
sesudah kompres hangat pada
kelompok kontrol pada lansia di UPT tersebut merupakan salah satu teknik
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
manajemen nyeri non farmakologis baik
Rata-rata perubahan intensitas nyeri akut maupun
sendi sebelum dan sesudah pemberian
E. KESIMPULAN DAN SARAN
teknik relaksasi Benson pada kelompok 1. Simpulan
a. Intensitas nyeri sendi sebelum
ekeperimen 0,88 sedangkan rata-rata
pemberian teknik relaksasi Benson dan
perubahan intensitas nyeri sebelum dan
kompres hangat sebagian besar lansia
sesudah pemberian teknik relaksasi otot
merasakan nyeri dengan skala 5 yaitu
progresif pada kelompok kontrol 1,44.
masing-masing sebanyak 3 responden
Jadi rata-rata perubahan intensitas nyeri
(33,3%). Intensitas nyeri sendi yang
pada kelompok eksperimen lebih kecil
dirasakan terjadi karena rheumatoid
daripada rata-rata perubahan intensitas
arthritis termasuk nyeri kronis,
nyeri pada kelompok kontrol.
Relaksasi Benson merupakan dimana klien sudah pernah merasakan
pengembangan metode respons relaksasi nyeri sebelumnya.
b. Intensitas nyeri sendi sesudah
dengan melibatkan faktor keyakinan
pemberian teknik relaksasi Benson dan
pasien. Relaksasi Benson berfokus pada
kompres hangat mengalami penurunan
kata atau kalimat tertentu yang diucapkan
nyeri dengan skala 4, yaitu masing-
berulang kali dengan ritme yang teratur
masing sebanyak 3 responden
(33,3%). Perubahan intensitas nyeri terhadap perubahan intensitas nyeri
terjadi karena pengaruh teknik sendi pada lansia dengan p (0,176) >
relaksasi, baik dari teknik relaksasi (0,05). Hal tersebut dikarenakan kedua
Benson maupun kompres hangat. teknik tersebut merupakan salah satu
Teknik relaksasi tersebut merupakan teknik manajemen nyeri non
salah satu tindakan non-farmakologis farmakologis. Relaksasi adalah suatu
dalam manajemen nyeri. tindakan untuk membebaskan
c. Terdapat pengaruh pemberian teknik
mental dan fisik dari ketegangan dan
relaksasi Benson terhadap perubahan
stres, sehingga dapat meningkatkan
intensitas nyeri sendi pada lansia
toleransi terhadap nyeri. Berbagai
dengan p (0,009) < (0,05). Teknik
metode digunakan untuk menurunkan
relaksasi Benson dapat menurunkan
kecemasan dan ketegangan otot
intensitas nyeri dengan cara
sehingga didapatkan penurunan denyut
merelaksasikan otot-otot skelet yang
jantung, penurunan respirasi serta
mengalami spasme yang disebabkan
penurunan ketegangan otot.
oleh peningkatan prostaglandin
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
2. Saran
darah dan akan meningkatkan aliran a. Bagi Lanjut Usia
darah ke daerah yang mengalami Diharapkan lansia untuk lebih sering
spasme dan iskemik. dan teratur melaksanakan teknik
d. Terdapat pengaruh kompres hangat
relaksasi Benson, yang mempunyai
terhadap perubahan intensitas nyeri
efek menguntungkan terhadap
dengan p (0,001) < (0,05). Teknik
penurunan intensitas nyeri sendi akibat
kompres hangat dapat membuat semua
rheumatoid arthritis, karena tidak
sistem tubuh tegang atau bersiap untuk
memerlukan biaya, mudah dilakukan
melakukan aksi melawan atau lari
dan tidak menimbulkan resiko jika
fight or flight kembali menjadi
dilakukan.
seimbang dengan cara memperdalam
pernafasan, mengurangi produksi
hormon stres, menurunkan denyut
b. Bagi Petugas Kesehatan
jantung, dan tekanan darah, serta
Diharapkan teknik relaksasi Benson
merelaksasikan otot tubuh.
e. Tidak ada perbedaan antara pengaruh dan kompres hangat dijadikan salah

pemberian teknik relaksasi Benson satu alternatif tindakan keperawatan

dengan pemberian kompres hangat mandiri yang dapat digunakan oleh


perawat untuk menurunkan intensitas Fatmawati Jakarta. Tesis Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas
nyeri sendi pada lansia penderita
Indonesia Jakarta.
rheumatoid arthritis.
Ernawati, dkk. 2010. Terapi Relaksasi
c. Bagi Panti Werdha
Terhadap Nyeri Dismenore Pada
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Semarang. Jurnal
dijadikan data dasar dan menambah
Universitas Muhammadiyah
referensi bagi panti werdha tentang Semarang..
jenis terapi non farmakologis dalam
Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian
penanganan nyeri pada kasus Kesehatan : Paradigma
Kuantitatif. Surabaya: Health
rheumatoid arthritis, sehingga
Books Publishing.
diharapkan teknik Relaksasi Benson
Johnson, J. Y, dkk. 2005. Prosedur
dan kompres hangat juga dapat
Perawatan Di Rumah. Jakarta:
diterapkan untuk menurunkan EGC.
intensitas nyeri sendi pada lansia
Maryam, R. S., dkk. 2008. Mengenal
dengan rheumatoid arthritis selain Usia Lanjut Dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika
terapi farmakologis sebagai terapi
utama. Masjoer, A. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius
F. DAFTAR PUSTAKA Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut
Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. McKay, G dan Dinkmeyer, D. 2005. The
Power Of Emotional Choice :
Benson, H. 2006. The Relaxation Rahasia Kekuatan Pilihan
Responce. Emosional. Jakarta: Grasindo.
http://www.trancesolutions.com
/free-hypnosis-downloads/ts-the- Muttaqin, A. 2012. Buku Saku Gangguan
relaxation-response-herbert- Muskuloskeletal: Aplikasi Pada
benson.pdf diakses pada tanggal 21 Praktik Klinik Keperawatan.
Maret 2013. Jakarta: EGC.

Darmojo, B. dan Martono, H. 2000. Buku Nugroho, W. 2000. Keperawatan


Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lanjut Usia, Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2005. Buku
Universitas Indonesia. Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses Dan Praktik, Edisi
Datak, G. 2008. Efektifitas Relaksasi 4. Jakarta: EGC.
Benson Terhadap Nyeri Pasca
Bedah Pada Pasien Tur Prostat Di
Rumah Sakit Umum Pusat
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep Dan Proses
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Purwanto, S. 2006. Relaksasi Dzikir.


Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. 2002.


Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth: Edisi
8. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like