Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

231

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT


BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA TAHUN 2015

Maya Nanda Dewi , Kori Puspita Ningsih


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Hospital Statistic can be applied as a measurement tool of service quality by the hospital and
as a concern for decision-making. Barber Johnson Graphic (BJG) can be used as an information source in
decision-making process. Barber Johnson indicators are BOR, LOS, TOI, BTO to measure beds utilization
efficiency. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has employed computerized Barber Johnson Graphic,
however, in 2015 the graphics did not indicate efficiency.
Objective: To analyze the efficiency of beds management based on BJG in RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta in 2015.
Methods: This study was descriptive qualitative with cross sectional approach.
Result: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has been using computerized system to collect and process
data of daily inpatient census, and to present hospital indicators with BJG. Based on BJG comparison
between wards, it showed that Arafah ward presented efficient area with the value of hospital indicators were
BOR= 76.14%, LOS= 5.02, TOI= 1,57, and BTO= 55,38. Whereas the least efficient area is showed by IMC
ward with the value of hospital indicators were BOR= 46.81%, LOS= 14.59, TOI=16.57, and BTO= 11,71.
Conclusion: Beds management in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta has employed computerized
system. BJG showed that Arafah ward was the most efficient ward in bed management, and IMC is the least
efficient in bed management.

Keywords: Efficiency, Beds Management, Barber Johnson Graphic.

PENDAHULUAN RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


Statistik rumah sakit merupakan adalah rumah sakit swasta tipe B
tindak lanjut kegiatan pelaporan dari masing- terakreditasi paripurna KARS 2012 yang
masing kegiatan pelayanan yang telah mempunyai 12 bangsal dan keseluruhan
diberikan oleh rumah sakit. Oleh sebab itu, tempat tidurnya saat ini berjumlah 205.(2)
statistik rumah sakit digunakan sebagai tolok Berdasarkan studi pendahuluan pada
ukur kualitas pelayanan yang diberikan tanggal 23 Juni 2016, pada tahun 2015
rumah sakit dan dasar untuk pengambilan dengan jumlah TT 205, pertemuaan keempat
keputusan. Menurut Hatta, di dalam proses parameter Barber Johson berada di luar
pengambilan keputusan dalam mengatasi daerah efisien. Grafik Barber Johnson
berbagai masalah harus didasari pada hal tersebut dibuat dengan komputerisasi
yang ilmiah dan juga fakta (evidence based). dengan sumber data sebagai berikut:
(1)
Sudra mengatakan bahwa parameter yang 1. BOR: 62,52%;
digunakan untuk membuat Grafik Barber 2. LOS: 4,28 Hari;
Johnson terdiri atas BOR (Bed Occupancy 3. TOI: 2,56 Hari;
Ratio), LOS (Length of Stay), TOI (Turn Over 4. BTO: 53,34 Kali.
Interval), dan BTO (Bed Turn Over). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
menganalisis efisiensi pengelolaan tempat
232
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

tidur rumah sakit berdasarkan Grafik Barber


Johnson di RS PKU Muhammadiyah HASIL DAN PEMBAHASAN
Yogyakarta Tahun 2015. Sedangkan tujuan SHRI di RS PKU Muhammadiyah
khusus penelitian ini adalah untuk Yogyakarta dilakukan berdasarkan ruang
mengetahui pengelolaan TT rumah sakit di perawatan atau bangsal. Hal tersebut sesuai
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan dengan Rustiyanto, yang menyatakan bahwa
mengetahui perbandingan efisiensi Semua lembaran sensus harian disusun
pengelolaan TT rumah sakit antarruang menurut bangsal-bangsal.(3)
perawatan di RS PKU Muhammadiyah Data waktu pada SHRI mencakup
Yogyakarta Tahun 2015. hari dan tanggal. Di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yang masuk dalam perhitungan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN TT tersedia adalah jumlah TT diruang
Penelitian ini menggunakan metode perawatan termasuk TT di kamar bayi. Hal
penelitian deskriptif dengan pendekatan tersebut tidak sejalan dengan Sudra (2010)
kualitatif dan Rancangan penelitian cross yang menyebutkan bahwa Bassinet (TT
Sectional. Subjek penelitian ini adalah untuk bayi baru lahir) dihitung terpisah dari
Petugas SHRI (Perawat bangsal) sebagai TT biasa. Berdasarkan wawancara dengan
Responden A, Petugas pengolahan data Triangulasi Sumber, hal tersebut dikarenakan
sebagai Responden B, Supervisor admisi RS masih mengacu pada Peraturan Menteri
rawat inap sebagai Triangulasi Sumber. Kesehatan (PerMenKes) No
Sedangkan Objek Penelitian ini adalah Data 340/MenKes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi
jumlah TT tersedia, Jumlah hari perawatan, Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa
Jumlah pasien masuk, Jumlah pasien keluar;, rumah sakit Tipe B harus mempunyai
Periode waktu, Laporan Indikator Rumah kapasitas TT minimal 200 TT. Untuk
Sakit (BOR, LOS TOI, BTO). memenuhi syarat tersebut, maka kamar bayi
Teknik pengumpulan data pada peelitian masuk dalam hitungan TT tersedia dan
ini menggunakan Teknik Wawancara, dilakukan penambahan jumlah TT untuk
Observasi, dan Dokumentasi. Sedangkan kebutuhan statistik yaitu dari 15 TT menjadi
Instrumen pengumpulan data menggunakan 30 TT. Namun pada kenyataannya, jumlah
pedoman wawancara, Tape Recorder, Check TT di kamar bayi tetap berjumlah 15 TT. Saat
List Observasi, Check List Dokumentasi, dan ini RS PKU muhammadiyah Yogyakarta
Buku Catatan. mengacu pada PerMenKes No. 56 Tahun
2014 yang tidak memiliki ketentuan untuk
jumlah TT seluruh rumah sakit, saat ini
jumlah TT pada SIMRS di RS PKU
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
233

Muhammadiyah Yogyakarta belum diperbarui 22+13+23+46=104, total sisa pasien tanggal


sesuai dengan jumlah TT yang ada. 1 Juli tersebut sama dengan pasien awal
Rata-rata TT terpakai menunjukkan pada tanggal 2 Juli yaitu 104 pasien. Begitu
jumlah TT yang terpakai atau digunakan dari juga diketahui sisa pasien tanggal 2 Juli yaitu
jumlah TT tersedia. Data primer pasien 14+21+19+41=95, total sisa pasien tanggal 2
masuk diperoleh dari admisi pendaftaran Juli tersebut sama dengan pasien awal pada
rawat inap yang secara otomastis akan tanggal 3 Juli yaitu sebanyak 95 pasien
meng-input pasien masuk pada laporan Perhitungan indikator rumah sakit di
SHRI. Data primer pasien pindahan dari RS PKU Muhammadiyah sudah
ruang lain diperoleh dari perawat ruang komputerisasi. Hal tersebut sesuai dengan
perawatan yang koordinasi dengan perawat Rustiyanto, yang menyatakan bahwa
ruang lain dengan meg-input di komputer. pengolahan data dapat dilakukan dengan
Sama halnya dengan pasien menggunakan tangan (manual) maupun
pindahan dari ruang lain, data primer pasien mempergunakan alat elektronik, sehingga
dipindahkan ke ruang lain diperoleh dari akan menghasilkan keluaran (output) yang
perawat ruang perawatan yang koordinasi dapat berbentuk tabel, grafik, atau ringkasan
dengan perawat ruang lain dengan meg-input seperti jumlah angka rata-rata, persentase,
di komputer. Data primer pasien keluar dan sebagainya.(3)
diperoleh dari bagian keuangan atau Berdasarkan wawancara dengan
penetapan biaya yang meregister pasien Triangulasi Sumber, SIMRS di RS PKU
keluar. Data tersebut secara otomatis akan Muhammadiyah Yogyakarta sudah optimal
menjadi data pasien keluar pada data SHRI. sejak tahun 2006, namun pada saat itu
Resume pada SHRI mencakup ringkasan perhitungan indikator rumah sakit secara
data yang terdapat pada SHRI. komputerisasi hasilnya berbeda dengan
Rekapitulasi SHRI di RS PKU perhitungan secara manual. Khusus untuk
Muhammadiyah Yogyakarta sudah otomatis kebutuhan statistik rumah sakit, SIMRS RS
menggunakan SIMRS. Dalam proses PKU Muhammadiyah Yogyakarta bisa
Rekapitulasi SHRI, Sudra (2010) optimal mulai tahun 2009, sehingga
berpendapat bahwa jumlah sisa pasien bulan perhitungan SIMRS dan manual hasilnya
Januari akan menjadi jumlah pasien awal sama. Berikut ini adalah bukti kesesuaian
bangsal yang bersangkutan pada tanggal 1 hasil perhitungan SIMRS dengan perhitungan
Februari. Berdasarkan studi dokumentasi manual berdasarkan rumus Barber Johnson
data rekapitulasi SHRI di RS PKU pada indikator RS tahun 2015:
Muhammadiyah Yogyakarta diketahui bahwa
sisa pasien tanggal 1 Juli yaitu
234 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Tabel 1 Kesesuaian Hasil Perhitungan Tabel 2 Perbandingan nilai Indikator RS


SIMRS dengan Perhitungan Manual dengan Kamar Bayi dan
Indikator Perhitungan Perhitungan Tanpa Kamar Bayi
No
RS SIMRS Manual
Indikator
1 BOR 62,54% 62,54% Indikator
RS
2 Indikator RS tanpa Nilai
LOS 4,28 Hari 4,28 Hari No dengan
RS Kamar Ideal
3 TOI 2,56 Hari 2,56 Hari Kamar
Bayi
Bayi
4 BTO 53, 34 Kali 53, 34 Kali
1 BOR 62,54% 62,88%
75-85%
Sumber: Hasil Olah Data Perhitungan
Manual dan SIMRS RS PKU Muhammadiyah 3-12
2
Yogyakarta Tahun 2015 AvLOS 4,28 Hari 4,32 Hari Hari
1-3
3
TOI 2,56 Hari 2,55 Hari Hari
Indikator RS Pada periode tahun 53, 34 >30
4
2015 dihitung dengan mengikutsertakan BTO Kali 53,1 Kali Kali
Sumber: Hasil Olah Data Perhitungan
kamar bayi. Hal tersebut tidak sejalan Sudra, Manual Indikator RS PKU Muhammadiyah
yang menyatakan bahwa Hal-hal yang Yogyakarta Tahun 2015
berkaitan dengan bayi baru lahir Penyajian Indikator RS dalam Bentuk
(perinatologi) akan dicatat, dihitung, dan Grafik Barber Johnson. Penyajian Indikator
dilaporkan secara terpisah. Jadi jumlah TT Rumah Sakit di RS PKU Muhammadiyah
tidak termasuk TT bayi baru lahir dan jumlah Yogyakarta yang diwujudkan dalam bentuk
HP (Hari Perawatan) tidak termasuk HP bayi Grafik Barber Johnson juga dibuat otomatis
baru lahir. Berikut ini adalah perbandingan dengan SIMRS. GBJ pada Tahun 2015
nilai indikator RS dengan kamar bayi dan tersebut pertemuan titik dan daerah efisien
tanpa kamar bayi. jelas sehingga mudah dipahami. Hal ini
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui sesuai dengan teori Rustiyanto (2010) yang
bahwa nilai BOR RS PKU Muhammadiyah menyebutkan bahwa data statistik
Yogyakarta tanpa mengikutsertakan kamar seharusnya disajikan dengan cara yang
bayi lebih tinggi daripada nilai BOR dengan mudah dicermati, menarik dan mudah untuk
mengikutsertakan kamar bayi. Kenaikan nilai dipahami dan digunakan. Berikut ini adalah
BOR sebesar 0.34% yaitu dari 62,54% Grafik Barber Johnson RS PKU
menjadi 62,88%, tetapi berdasarkan Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015.
perbandingan dengan nilai ideal, nilai BOR
dengan mengikutsertakan kamar bayi dan
tanpa kamar bayi sama-sama belum
mencapai nilai ideal.
235
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Berdasarkan kedua GBJ tersebut


dapat diketahui bahwa pertemuan titik
keempat indikator rumah sakit di luar daerah
efisien, namun pertemuan titik keempat
indikator lebih mendekati daerah efisien jika
tidak mengikutsertakan kamar bayi. Dari
kedua GBJ tersebut juga diketahui bahwa
pengelolaan TT di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta belum efisien. Hal ini sesuai
dengan Sudra (2010) yang menyatakan
bahwa untuk interpretasi atau membaca
GBJ, lihatlah posisi titik BJ (titik perpotongan)
Gambar 1 Grafik Barber Johnson Tanpa terhadap daerah efisien. Apabila titik BJ di
Kamar Bayi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Tahun 2015 dalam daerah efisien berarti penggunaan TT
Penyajian Indikator RS dalam bentuk pada periode yang bersangkutan sudah
GBJ pada periode tahun 2015 tersebut efisien. Sebaliknya, apabila apabila titik BJ
mengikutsertakan kamar bayi. Hal tersebut masih berada di luar daerah efisien berarti
tidak sejalan Sudra, yang menyatakan bahwa pengguanan TT pada periode tersebut masih
hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir belum efisien.
(perinatologi) akan dicatat, dihitung, dan Mengetahui perbandingan efisiensi
dilaporkan secara terpisah. Berikut ini adalah pengelolaan TT rumah sakit antar ruang
pembuatan GBJ oleh peneliti dengan tidak perawatan di RS PKU Muhammadiyah
mengikutsertakan kamar bayi: Yogyakarta Tahun 2015.

Gambar 2 Grafik Barber Johnson Tanpa


Kamar Bayi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Tahun 2015.
236
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Tabel 3 Perbandingan Indikator RS Ruang


Arafah dengan Nilai Ideal
Indikator RS
Indikator Nilai
No ruang
RS Ideal
Arafah
75%-
1 BOR 76,14%
85%
2 LOS 5,02 Hari 3-12 Hari
3 TOI 1,57 Hari 1-3 Hari
4 BTO 55,38 Kali >30 Kali
Sumber: Olah Data Hasil Dokumentasi
Mengenai Nilai Indikator Ruang Arafah RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
2015
Berdasarkan perbandingan GBJ antar ruang
Gambar 3 Perbandingan Grafik Barber perawatan, ruang perawatan yang paling
Johnson Antar Ruang Perawatan jauh dari daerah efisien adalah IMC. Menurut
Berdasarkan GBJ ruang perawatan di RS Sudra, apabila apabila titik BJ masih berada
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2015 diluar daerah efisien berarti pengguanan TT
dapat diketahui bahwa ruang perawatan pada periode tersebut masih belum efisien.
Arafah berada pada daerah efisien. Menurut Hal tersebut dikarenakan semua indikator
Sudra, untuk interpretasi atau membaca rumah sakit ruang IMC tidak mencapai nilai
GBJ, lihatlah posisi titik BJ (titik perpotongan) ideal.
terhadap daerah efisien. Apabila titik BJ di Berikut ini adalah perbandingan nilai indikator
dalam daerah efisien berarti penggunaan TT rumah sakit Ruang IMC dengan nilai ideal
pada periode yang bersangkutan sudah masing-masing indikator RS menurut Sudra:
efisien. Nilai keempat indakator RS diruang Tabel 4 Perbandingan Nilai Indikator RS
arafah sudah mencapai daerah efisien. Ruang IMC dengan Nilai Ideal
Berikut ini adalah perbandingan nilai keempat Indikator Indikator RS
No Nilai Ideal
indikator RS Ruang Arafah dengan nilai ideal RS ruang IMC
masing-masing indikator RS menurut Sudra: 1 BOR 46,81% 75%-85%
2 LOS 14.59 Hari 3-12 Hari
3 TOI 16,57 Hari 1-3 Hari
4 BTO 11,71 Kali >30 Kali
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016
237

Sumber: Olah Data Hasil Dokumentasi BTO juga akan berdampak pada BOR dan
Mengenai Nilai Indikator Ruang IMC RS PKU TOI.(7)
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015
KESIMPULAN DAN SARAN
Nilai BOR ruang IMC Berada dibawah Kesimpulan
Stanndar. Yaitu hanya 46,8%. Menurut Pengumpulan data sensus harian rawat
penelitian Dwianto dan Lestari, semakin inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
rendah nilai BOR maka semakin sedikit menggunakan SIMRS, namun jumlah TT
tempat tidur yang digunakan pasien belum sesuai dengan kondisi saat ini dan TT
dibandingkan dengan tempat tidur yang telah Kamar Bayi dihitung TT tersedia. Pengolahan
(4)
tersedia. Dengan kata lain, penggunaan data SHRI di RS PKU Muhammadiyah
tempat tidur yang rendah menyebabkan Yogyakarta otomatis dari SIMRS dan
kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi perhitungan indikator rumah sakit dengan
bagi pihak rumah sakit. mengikutsertakan kamar bayi maupun tanpa
Nilai LOS ruang IMC melebihi standar, yaitu kamar bayi menunjukkan nilai BOR tanpa
14,59 Hari. Menurut penelitian Indriani dan kamar bayi lebih tinggi walau sama-sama
Sugiarti, menyatakan bahwa dari aspek belum mencapai nilai ideal. Penyajian
medis semakin panjang lama dirawat, maka indikator efisiensi rumah sakit pada Grafik
bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang Barber Johnson tahun 2015 baik dengan
kurang baik, sedangkan dari aspek ekonomi mengikutsertakan kamar bayi maupun tanpa
semakin panjang lama dirawat berarti kamar bayi menunjukkan bahwa pengelolaan
semakin tinggi biaya yang nantinya harus TT di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dibayar pasien.(5) belum efisien, namun titik pertemuan
Nilai TOI ruang IMC melebihi standar, yaitu indikator RS lebih mendekati daerah efisien
16,57 Hari. Menurut Penelitian Lestari, jika jika TT bayi dipisah.
nilai TOI tinggi, kemungkinan disebabkan Perbandingan Efisiensi antar Ruang
karena organisasi yang kurang baik, Perawatan Berdasarkan Grafik Barber
kurangnya permintaan (deman) akan tempat Johnson di RS PKU Muhammadiyah
tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat. Yogyakarta Tahun 2015. Berdasarkan Grafik
TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan Barber Johnson ruang perawatan tahun
mengadakan perbaikan organisasi tanpa 2015, dari 12 ruang perawatan hanya 1
mempengaruhi LOS.(6) ruang perawatan yang berada pada daerah
Nilai BTO ruang IMC Berada dibawah efisien yaitu ruang Arafah. Sedangkan ruang
Standar, yaitu hanya 11,71 Kali. Menurut perawatan yang paling jauh dari daerah
penelitian Susilo dan Nopriadi, Rendahnya efisien adalah ruang IMC.
238
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Saran Grafik Barber Johnson pada Bangsal


Kepala rekam medis mengusulkan Kelas III di RSUD Pandan Arang Boyolali
pengembangan SIMRS terkait data jumlah Periode Triwulan Tahun 2012. 2013.
TT untuk disesuaikan dengan kondisi saat ini Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
dan pimpinan RS sebaiknya melakukan Indonesia. Volume 1, No. 2, Hal.76-77.
evaluasi terkait kebijakan pengelolaan jumlah 5. Indriani, Peni dan Sugiarti, Ida.
TT Kamar Bayi. Pimpinan RS melakukan Gambaran Effisiensi Penggunaan Tempat
evaluasi pengelolaan TT Ruang IMC Tidur Ruang Perawatan Kelas III di
misalnya kebijakan terkait pemisahan Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya
perhitungan pengelolaan TT atau Tahun 2011 dan 2012. 2014. Jurnal
pengurangan jumlah TT ruang IMC. Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia. Volume 2, No.1, Hal 72.
KEPUSTAKAAN 6. Lestari, Tri. Analisis Penggunaan Tempat
1. Hatta, Gemala. Pedoman Manajemen Tidur Berdasarkan Grafik Baber Johnson
Informasi Kesehatan di Sarana Perbulan Tahun 2012 Untuk Memenuhi
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Standar Mutu Pelayanan Rawat Inap Di
Universitas Indonesia. 2010 RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo.
2. Sudra, R.I. Statistik Rumah Sakit. 2013 Jurnal Ilmiah dan Informatika
Jakarta: Graha Ilmu. 2010 Kesehatan, Volume 3, No.1, Hal. 10.
3. Rustiyanto, Eri. Statistik Rumah Sakit 7. Susilo, Edi dan Nopriadi. Efisiensi
Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Pendayagunaan Tempat Tidur dengan
Graha Ilmu. 2010 Metode Grafik Barber Johnson di Rs
4. Dwianto dan Lestari, Tri. Analisa Efisiensi Lancang Kuning.2012. Jurnal Kesehatan
Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Komunitas Vol 1, No. 4, Hal 184

You might also like