Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

LBM 1 TROPIS

SGD 14
STEP 1
a.
STEP 2
1. Why the patient complain in fever and sweating?
2. Why the patient on PE shows pale palpebral conjunctiva, sclera jaundice,
splenomegaly
3. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
4. What are types of fever?
5. What is the purpose of preventive medication?
6. What is the diagnosis and DD?
7. What is the pathogenesis of scenario?
8. What is the etiologic of scenario?
9. What are the clinical manifestation?
10. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?
11. What are the other examination?
12. What are the therapy?
13. What are the complication?

STEP 3
1. Why the patient complain in fever and sweating?
Plasmodium dihancurkan di dalam lien antigen
keluarmakrofagmengeluarkanpirogenmerangsanghipotalamus as.
Arakidonat 1. SintesisPGI (nyeri) 2. SintesisPGE2 (set poinmeningkat)
vasokontriksidemamberkeringatmenggigil (sebagaikompensasi)

Pirogenendogen ; IL-1, TNF alfa

Anopheles menggigitmanusiamelepaskansporozoidinfeksiheparmerozoid
di bawake RES difagositosisdanfiltrasiadayglolosmenginvasieritrosittoksin
GPI merangsangkeluarnya IL-1 & TNF alfa

2. What are types of fever?


a. Demamkontinyu :variasisuhusepanjangharitidakberbedalebihdari 1 derajat.
tifoid, malaria falciparum maligna
b. Demamremitten: dapatturunsetiapharitptidakmencapaisuhubadan normal.
infeksibakteridan virus
c. Intermitten: suhubadanturunketingkat normal selamabeberapa jam
dalamsatuhari. malaria, limfoma, endocarditis
d. DemamHectic:suhunaikketingkat level tinggisaatmalam, pagi normal lagi.
infeksipiogenik
e. Demamqoutidian:demam yang berlangsungselangsehari, demam- normal-
demam. malaria P. vivax
f. demamsiklik: suhunaiksepanjangharidiikutiperiodebebas

P. falcifarum : malaria tertianamalignaatautropika


P. vivax: malaria tertianabenigna
P. oval : malaria oval

Normal suhu : 36,5 C 37,5 C

3. Why the patient on PE shows pale palpebral conjunctiva, sclera jaundice,


splenomegaly?
Splenomegaly
Eritrositterinfeksimasukkehepar system RES (lien) pulpamerah
(destruksieritrosit)bekerjalebihberatkompensasi splenomegaly

Heparterserangtoksinhepatositrusaktidakbisamengeluarkan B1kesklera

Pale palpebral
Eritrositterinfeksibanyakygpecahmerozoitkeluarbebasbebasmembentukga
metosit
p. falciparum: eritrosittuadanmuda, anemiaberat
p. vivaxdan oval : eritrositmuda
p. malaria : eritrosittua

4. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
Stratifikasi malaria meningkat
Strafikasimenengah: Kalimantan
Strafikasirendah :jawa, bali
Pengetahuanpendudukkurang
p. falciparum: penyebarankosmopolit
p. malaria: papuabarat, NTT, sumsel
p. vivax: kosmopolitkhusus: musimkemarau
p. oval: pulauowi di selatanirianjaya, pulautimor

5. What is the diagnosis and DD?


DD:
a. Malaria
Demammenggigil. Olehgigitannyamuk

b. DBD
Demammenggigil. Olehgigitannyamuk

c. Tifoid

6. What is the pathogenesis of scenario?


Plasmodium siklushidup:
Seksual: di dalamnyamuk
Aseksual: di dalamhepar
P. falciforum: 48 jam
p. vivax : 48 jam
p. malaria: 72 jam
p. oval: 50jam

Gametosit: makro (betina) ookinetmenembusepitelnyamukookistapecah


(sporozoit)sporozoitadadalamludahnyamuk
Nyamukmenghisapdarahskizonmatangmerozoid
(sebagiandihisapnyamukberikutnyasebagianlagimerusakeritrosityg
lain)bebaskarenainfeksitropozoidskizonmatangmerozoid

7. What is the etiologic of scenario?


Plasmodium falcifarum
p. vivax
p. malaria
p. oval

penularan :
vertical: dariibukebayi
lewatjarumsuntik
transfusedarah

8. What are the clinical manifestation?


Trias malaria:
Menggigil
Demam: > 2 hari
Berkeringat
Malaria berat:
Penurunankesadaran, dehidrasi (kompensasidemam), ikterik, manifestasiperdarahan

9. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?
terinfeksiparasitEritrosit abnormal bentuknyalebihlonjong EP(eritrositparasit)

10. What are the other examination?


a. Pemeriksaandarahtebal
Untukmendiagnosisjenis plasmodium. Dilakuakanjikacuriga malaria

b. Pemeriksaandarah tipis
Untukmendiagnosisadatidaknyaparasit. Samatapilebihbagusdarahtebal.
Dilakukansaatpemeriksaandarahrutin

c. Tesdiag
Untukdeteksi antigen malaria dalamdarah
d. Histidin rich protein 2
Untukdeteksi antigen malaria p. falciforum
e. Tesserologi
Dengan IFA untukdeteksi antibody spesifik, 2 minggusetelahinfeksi
f. PCR
Mendeteksi DNA/RNA parasit

11. What are the therapy and preventive medication?


Malariafalciforum
1. Artesunat + amodiaquin

a. Skizontosidajaringan primer
Probuanil + primitammin
b. Skizontosidajaringansekunder
Primaquin
c. Skizontosidadarah
Kina, amubiaquin, gol. Artemisin (u/ membasmi parasite stadium eritrosit)
d. Gametositosida
Primaqiun, kina, kloroqiun (u/ membasmisemua stadium seksual )
e. Sporozotosida
Primaquin, proguanin (u/ mencegahgametositdalamdarah)

Obatdiminumsetelahmakankarenatoksikuntuklambung
Preventif:
a. Didaerahtinggi malaria: doksisiklindiminum
100mg/harisebelumbepergiansebelumdansesudahdaridaerah
b. Penyuluhan
c. Vaksin : bekerjaselamafasesporozoit

12. What are the complication?


- Malaria cerebral
- Anemiaberat
- Edemparu
- Gagalginjal
Sitoadherensi : proses penempelan di endotel vascular
Squesterasi: Tidakkembalikesirkulasidarah
Fagositosis
STEP 4

STEP 4

FEVER A WEEK

PK: eritrosit

Etiology & Patofisiology


Risk Factors
F: gangguan pembentukan eritrosit

Vertical Fever

Jarum suntik Splenomegaly

Transfusi Sclera Jaundice

Daerah endemik Shivering

Px Lab: Px. Lanjutan:

Px. Darah tipis Serologi IFA

Px. Darah tebal PCR

Malaria Terapi:

DBD -Gematositosida
STEP 7
14. Why the patient complain in fever and sweating?
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
15. Why the patient on PE shows pale palpebral conjunctiva, sclera jaundice,
splenomegaly?
Anemi:
terjadi karena pecahnya sel darah merah yg terinfeksi maupun yg tidak terinfeksi.
P. falciparum: menginfeksi semuajenis sel darah merah, sehingga anemidpt terjadi
pada infeksi akut maupunkronis.
P. vivax/ovale: menginfeksi sel darah merahyg masih muda (2%), sehingga
anemiterjadi pada infeksi kronis.
P.Malariae: menginfeksi sel darah merah yg sudah tua (1%), sehingga anemi terjadi
pada infeksi kronis.
Malaria, Dr.M.JUFRI MAKMUR.SpPD
www.fk.unja.ac.id
Anemia.Pada malaria dapat terjadi anemia.Derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkannya.Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum
dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun.Jenis
anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut
kadar hemoglobin turun secara mendadak.
Anemia disebabkan beberapa faktor :
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit
terjadi di dalam limpa, dalam hal ini faktor auto imun memegang peran.
b. Reduced survival time, maksudnya eritrosit normal yang tidak mengandung parasit
tidak dapat hidup lama.
c. Diseritropoesis yakni gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang, retikulosit tidak dapat dilepaskan dalam peredaran
darah perifer.
http://malariana.com/2008/11/patologi-dan-gejala-klinis.html
SPLENOMEGALI

Limfa merupakan organ retikuloendotelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh


sel-sel makrofag dan limfosit.Penambahan sel-sel radang ini menyebabkan limfa
membesar.
Malaria, Dr.M.JUFRI MAKMUR.SpPD
www.fk.unja.ac.id
Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendotel, dimana parasit malaria dieliminasi oleh
sistem kekebalan tubuh hospes. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh
kongesti. Kemudian limpa berubah warna hitam karena pigmen yang ditimbun
dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid. Eritrosit yang
tampaknya normal mengandung parasit dan butir hemozoin tampak dalam histiosit
di pulpa dan sel epitel sinusoid.
Splenomegali sering dijumpai pada penderita malaria , limpa akan teraba setelah 3
hari dari serangan infeksi akut. Limpa merupakan organ yang penting dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Mekanisme pertahanan tubuh diawali
dengan terjadinya sporulasi dari eritrosit yang pecah , akan keluar parasit , pigmen ,
toksin, dan debris lainnya, yang merupakan rangsangan terhadap pertahanan tubuh
dengan mekanisme reaksi seluler. Dengan dibentuknya sel- sel fagosit dengan
kuantitas dan kualitas yang lebih besar sehingga sel fagosit bertambah banyakserta
masing2 memiliki kemampuan fagositosis bertambah kuat . ntuk memenuhi hal ini ,
dibutuhkan penambahan produksi sel fagosit yaitu dengan hiperplasia dan hipertrofi
jaringan RES sehingga akan terjadi splenomegali sebagai kompensasi akibat kerja
berlebih lien sebagai RES.
SUMBER : PARASITOLOGI KEDOKTERAN , EGC

Pulpa merah: destruksi eritrosit


Pulpa putih: melawan infeksi, sbg pertahanan

16. What are types of fever?


Pola demam Penyakit

Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan

Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

Quotidian Malaria karena P.vivax

Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid arthritis,


beberapa drug fever (contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

Demam rekuren Familial Mediterranean fever

Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat
suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons
terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8

Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained feverditandai oleh peningkatan suhu
tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi
diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Gambar 1.Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)

Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling
sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu
(Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.

Gambar 2. Demam remiten

Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak
kedua yang ditemukan di praktek klinis.

Gambar 3.Demam intermiten

Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang
terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)

Gambar 4. Demam quotidian

Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal).Suhu
terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 06.00 dan tertinggi pada awal malam hari
pukul 16.00 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti pola diurnal ini.1,2 Suhu tubuh
juga dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik dan suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu
tubuh normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran
(Tabel 1).3,4

Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbeda

Tempat Rentang; rerata Demam


Jenis termometer
pengukuran suhu normal (oC) (oC)
Air raksa, 34,7 37,3;
Aksila 37,4
elektronik 36,4

Air raksa, 35,5 37,5;


Sublingual 37,6
elektronik 36,6

Air raksa,
Rektal 36,6 37,9; 37 38
elektronik

35,7 37,5;
Telinga Emisi infra merah 37,6
36,6
Suhu rektal normal 0,27o 0,38oC (0,5o 0,7oF) lebih tinggi dari suhu oral. Suhu aksila
kurang lebih 0,55oC (1oF) lebih rendah dari suhu oral.5 Untuk kepentingan klinis praktis,
pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai 38oC, suhu oral 37,6oC, suhu aksila
37,4oC, atau suhu membran tympani mencapai 37,6oC.1 Hiperpireksia merupakan istilah
pada demam yang digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1oC (106oF).5
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yg tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat.
b. Demam hektik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yg tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat normal pada pagi hari.
c. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yg di catat pada demam septik.
d. Demam intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali di sebut tersiana dan bila terjadi dua
hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
e. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang har tidak berbeda lebh dari satu derajat. Pada tingkat demam yg
terus-menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
f. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yg kemudian diikuti oleh periode
bebas demam utuk beberapa hari yg kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
IPD FKUI
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8584/

17. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
Epidemiologi:
Parasit malaria yang terdapat di indonesia plasmodium malaria yang sering dijumpai
adalah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (benign malaria) dan
plasmodium falcifarum yang menyebabkan malaria tropika (malgnan malaria).
Plasmodium malariae pernah juga dijumpai, tetapi jarang. Plasmodium ovale pernah
dilaporkan dijumpai di irian jaya, pulau timor, pulau owi. (utara irian jaya) (IPD JILID
III)
Di indonesia kawasan timur mulai dari irian jaya dan lombok sampai kalimantan,
sulawesi tengah, sampai ke utara, maluku,sampai NTT merupakan daerah endemis
malaria dengan p. Falcifarum dan p.vivax. (IPD JILID III)
Source : http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20MALARIA.pdf

Spesies Plasmodium pada manusia adalah Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale,


P. malariae. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.
falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi
antara lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di
Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Hubungan antara parasit malaria dan manusia di daerah endemis dalam periode
sangat panjang dapat menyebabkan terjadinya evolusi pada eritrosit hospes yang
pada akhirnya akan melindungi hospes baik dari infeksi maupun gejala klinis malaria.
Kekebalan jenis ini disebut sebagai kekebalan bawaan atau innate immunity.
Kekebalan bawaan pada malaria berhubungan dengan sifat genetik misalnya:
penderita talasemia heterozigot relatif kebal terhadap infeksi malaria, penderita
defisiensi enzim G6PD heterozigot dan hemizigot akan terproteksi sampai 50%
terhadap malaria berat, orang negro di Afrika Barat relatif kebal terhadap P.vivax
oleh karena tidak memiliki reseptor Duffy pada permukaan eritrosit yang merupakan
reseptor untuk P.vivax, orang yang mengandung Hb S heterozigot bila terinfeksi
P.falciparum, kemungkinan 90% tidak akan menderita malaria berat.
Sutanto, Inge. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
1) Lingkungan fisik
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi
malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu 26,7C masa
inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.falciparum dan 8-11 hari untuk P.vivax, 14-15
hari untuk P.malariae dan P.ovale.
a. Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum
berkisar antara 20 30C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa
inkubasi ekstrinsik.
b. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh
pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan
hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk jadi lebih aktif dan lebih
sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya
epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor
dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles.
d. Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan angin pada saat matahari
terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah.
e. Ketinggian
Ketinggian yang semakin naik maka secara umum malaria berkurang, hal ini
berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian diatas 2000 m diatas
permukaan laut jarang ada transmisi malaria, hal ini dapat mengalami perubahan bila terjadi
pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang
ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang
masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut (di Bolivia).

f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. A.
sundaicus lebih suka tempat yang teduh. A.hyrcanus dan A.pinctulatus lebih menyukai
tempat yang terbuka. A.barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang
terang.
g. Arus air
A.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir lambat,
sedangkan A. minimus menyukai aliran air yang deras dan A.letifer menyukai air tergenang.

18. What is the diagnosis and DD?


DEMAM TIPOID

a. Definisi

Demem tifoid adalah Infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fagosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah.

BUKU HORRISON Volume 2

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella
typhosa dan hanya didapat pada manusia.

PENYAKIT INFEKSI TROPIK EDISI 2

b. Etiologi
Etiologi demam typoid dan demam para typoid adalah salmonella typhi,

salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratypoih

C.

BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM JILID I Edisi 3

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/

Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative, motil dan tidak

menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh

manusia maupun sahu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu

70oC ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini

hanya menyerang manusia.

Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:

a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic ( tidak menyebar )

b. Antigen H = Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan

bersifat termolabil

c. Antigen V1 = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuhkuman

dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut agglutinin.

Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang

berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.

Ada 3 spesies utama, yaitu:

1. Salmonella typhosa (satu serotipe)

2. Salmonella choleraesius (satu serotipe)

3. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)

PENYAKIT INFEKSI TROPIK EDISI 2


Salmonella berbentuk batang, motil, tidak berspora, Gram negatif, ukuran

1-3,5 um x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-rata 2-4 mm. tumbuh pada

suasan aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41 drjt C (optimum

37,5 drjt C), pHnya 6-8.

c. Patogenesis

S. typhi+S.paratyphi

Masuk ke lambung + usus

IgA rendah

Menembus sel2 epitel+lamina propia

Kuman di fagosit oleh makrofag


Kuman berkembang biak di makrofag

Menuju plage peyeri ileum distal

Kelenjar getah bening mesentrika

Mll duct. Torasikus, kuman masuk


Peredaran darah fase bakterimia pertama, asimptomatik.

Hati + Limpa

Kuman menuju kuman kandung empedu


Sinusoid

ke peredaran darah fase bakterimia kedua.


Bersama cairan empedu masuk ke lumen usus.
Sebagian disekresikan bersama feses, sebagian masuk ke sikulasi darah, proses
yang sama terulang.

Makrofag teraktifasi+ hiperaktif


Di plague peyeri timbul rx
hyperplasia jaringan
Melepaskan mediator inflamasi
Perdarahan saluran cerna
Timbul gejala infeksi sistemik
Rx berkembang hingga lap.
Otot dan serousa otot

Perforasi

19. What is the pathogenesis of scenario?


20.
Patogenesis Malaria.3gp

21. What is the etiologic of scenario?

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui


gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles betina
akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk
puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Masa inkubasi malaria sekitar
7-30hari tergantung spesiesnya. P.falciparum memerlukan waktu 7-14hari, P.vivax
dan P.ovale 8-14hari, sedangkan P.malariae memerlukan waktu 7-30hari. Masa
inkubasi ini dapat memanjang akibat berbagai faktor seperti pengobatan, dan
pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat. Selain ditularkan melalui
gigitan nyamuk, malaria dapat mengjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu
ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi
penularan infeksi vertikal. Selain itu, melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada
pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model
penularan yang terakhir yaitu melalui transfusi darah dimana dalam literatur
dijelaskan bahwa metode ini hanya akan terjadi siklus eritrositer dan siklus hati tidak
akan terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.
dr. Wiyono, MPH. 2011. Penyakit Tropis Edisi 2. Jakarta: Erlangga

22. What are the clinical manifestation?

23. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?

24.

25. What are the other examination?


26. What are the therapy?
Klorokuin
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan
gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap
serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam;
bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap p.
falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi
penderitaan
Gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet
muda
Farmokodinamikanya:
Menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA. Obat bersenyawa
dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.
Toksisitasnya:
Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)
Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih
besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam
keadaan kosong
Pandangan kabur
Sakit kepala, pusing (vertigo)
Gangguan pendengaran
Formulasi obat:
Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg
berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.
Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml
basa klorokuin disulfat per ampul.
Primakuin
Kerja obat ini adalah:
Sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae
tidak diketahui
Sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi
sehingga perlu hati-hati
Gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit
Hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale
Farmakodinamikanya
Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit
(sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit

Toksisitasnya:
Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila
dalam keadaan kosong
Kejang-kejang/gangguan kesadaran
Gangguan sistem haemopoitik
Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

Kina
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap
spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA
terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitasnya:
Dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
Dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek sampingnya
Efek sampung obat ini adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing,
sakit kepala, gangguan pendengaran telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah,
tremor dan penglihatan kabur.
Formulasi obat:
Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.
Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)
Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap
parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai
dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)
Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan
gametosit
Farmakodinamikanya:
Primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat
terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu
SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel
dan sitoplasma parasit
Toksisitasnya:
Sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari
(dewasa)
Pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250
mg/hari (dewasa)
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
Pandangan kabur
Sakit kepala, pusing (vertigo)
Haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi.
Kontra indikasinya:
Idiosinkresi
Bayi kurang 1 tahun
Defisiensi
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin

Pencegahan Penyakit Malaria

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat
ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan
menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.

2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).


3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.

4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.

5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.

6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.

8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.

9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.

10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.

Langkah lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang
melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria, sebaiknya
mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini efektif terhadap semua
jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :

Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu
sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali tetap diminum
selama 4 minggu setelah meninggalkan tempat endemis tersebut.

Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300
mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).

Semua penderita demam di daerah endemis diberikan klorokuin dosis tunggal 600 mg jika
daerah itu plasmodium falciparum sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin
sebanyak tiga tablet
27. What is the purpose of preventive medication?

28. What are the complication?

You might also like