Professional Documents
Culture Documents
LBM 1 Tropis SGD 14: Step 1
LBM 1 Tropis SGD 14: Step 1
SGD 14
STEP 1
a.
STEP 2
1. Why the patient complain in fever and sweating?
2. Why the patient on PE shows pale palpebral conjunctiva, sclera jaundice,
splenomegaly
3. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
4. What are types of fever?
5. What is the purpose of preventive medication?
6. What is the diagnosis and DD?
7. What is the pathogenesis of scenario?
8. What is the etiologic of scenario?
9. What are the clinical manifestation?
10. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?
11. What are the other examination?
12. What are the therapy?
13. What are the complication?
STEP 3
1. Why the patient complain in fever and sweating?
Plasmodium dihancurkan di dalam lien antigen
keluarmakrofagmengeluarkanpirogenmerangsanghipotalamus as.
Arakidonat 1. SintesisPGI (nyeri) 2. SintesisPGE2 (set poinmeningkat)
vasokontriksidemamberkeringatmenggigil (sebagaikompensasi)
Anopheles menggigitmanusiamelepaskansporozoidinfeksiheparmerozoid
di bawake RES difagositosisdanfiltrasiadayglolosmenginvasieritrosittoksin
GPI merangsangkeluarnya IL-1 & TNF alfa
Heparterserangtoksinhepatositrusaktidakbisamengeluarkan B1kesklera
Pale palpebral
Eritrositterinfeksibanyakygpecahmerozoitkeluarbebasbebasmembentukga
metosit
p. falciparum: eritrosittuadanmuda, anemiaberat
p. vivaxdan oval : eritrositmuda
p. malaria : eritrosittua
4. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
Stratifikasi malaria meningkat
Strafikasimenengah: Kalimantan
Strafikasirendah :jawa, bali
Pengetahuanpendudukkurang
p. falciparum: penyebarankosmopolit
p. malaria: papuabarat, NTT, sumsel
p. vivax: kosmopolitkhusus: musimkemarau
p. oval: pulauowi di selatanirianjaya, pulautimor
b. DBD
Demammenggigil. Olehgigitannyamuk
c. Tifoid
penularan :
vertical: dariibukebayi
lewatjarumsuntik
transfusedarah
9. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?
terinfeksiparasitEritrosit abnormal bentuknyalebihlonjong EP(eritrositparasit)
b. Pemeriksaandarah tipis
Untukmendiagnosisadatidaknyaparasit. Samatapilebihbagusdarahtebal.
Dilakukansaatpemeriksaandarahrutin
c. Tesdiag
Untukdeteksi antigen malaria dalamdarah
d. Histidin rich protein 2
Untukdeteksi antigen malaria p. falciforum
e. Tesserologi
Dengan IFA untukdeteksi antibody spesifik, 2 minggusetelahinfeksi
f. PCR
Mendeteksi DNA/RNA parasit
a. Skizontosidajaringan primer
Probuanil + primitammin
b. Skizontosidajaringansekunder
Primaquin
c. Skizontosidadarah
Kina, amubiaquin, gol. Artemisin (u/ membasmi parasite stadium eritrosit)
d. Gametositosida
Primaqiun, kina, kloroqiun (u/ membasmisemua stadium seksual )
e. Sporozotosida
Primaquin, proguanin (u/ mencegahgametositdalamdarah)
Obatdiminumsetelahmakankarenatoksikuntuklambung
Preventif:
a. Didaerahtinggi malaria: doksisiklindiminum
100mg/harisebelumbepergiansebelumdansesudahdaridaerah
b. Penyuluhan
c. Vaksin : bekerjaselamafasesporozoit
STEP 4
FEVER A WEEK
PK: eritrosit
Vertical Fever
Malaria Terapi:
DBD -Gematositosida
STEP 7
14. Why the patient complain in fever and sweating?
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
15. Why the patient on PE shows pale palpebral conjunctiva, sclera jaundice,
splenomegaly?
Anemi:
terjadi karena pecahnya sel darah merah yg terinfeksi maupun yg tidak terinfeksi.
P. falciparum: menginfeksi semuajenis sel darah merah, sehingga anemidpt terjadi
pada infeksi akut maupunkronis.
P. vivax/ovale: menginfeksi sel darah merahyg masih muda (2%), sehingga
anemiterjadi pada infeksi kronis.
P.Malariae: menginfeksi sel darah merah yg sudah tua (1%), sehingga anemi terjadi
pada infeksi kronis.
Malaria, Dr.M.JUFRI MAKMUR.SpPD
www.fk.unja.ac.id
Anemia.Pada malaria dapat terjadi anemia.Derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkannya.Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum
dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun.Jenis
anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut
kadar hemoglobin turun secara mendadak.
Anemia disebabkan beberapa faktor :
a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit
terjadi di dalam limpa, dalam hal ini faktor auto imun memegang peran.
b. Reduced survival time, maksudnya eritrosit normal yang tidak mengandung parasit
tidak dapat hidup lama.
c. Diseritropoesis yakni gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang, retikulosit tidak dapat dilepaskan dalam peredaran
darah perifer.
http://malariana.com/2008/11/patologi-dan-gejala-klinis.html
SPLENOMEGALI
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat
suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons
terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained feverditandai oleh peningkatan suhu
tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi
diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Gambar 1.Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling
sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu
(Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak
kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang
terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)
Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal).Suhu
terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 06.00 dan tertinggi pada awal malam hari
pukul 16.00 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti pola diurnal ini.1,2 Suhu tubuh
juga dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik dan suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu
tubuh normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran
(Tabel 1).3,4
Air raksa,
Rektal 36,6 37,9; 37 38
elektronik
35,7 37,5;
Telinga Emisi infra merah 37,6
36,6
Suhu rektal normal 0,27o 0,38oC (0,5o 0,7oF) lebih tinggi dari suhu oral. Suhu aksila
kurang lebih 0,55oC (1oF) lebih rendah dari suhu oral.5 Untuk kepentingan klinis praktis,
pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai 38oC, suhu oral 37,6oC, suhu aksila
37,4oC, atau suhu membran tympani mencapai 37,6oC.1 Hiperpireksia merupakan istilah
pada demam yang digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1oC (106oF).5
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yg tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat.
b. Demam hektik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yg tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat normal pada pagi hari.
c. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yg di catat pada demam septik.
d. Demam intermiten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali di sebut tersiana dan bila terjadi dua
hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
e. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang har tidak berbeda lebh dari satu derajat. Pada tingkat demam yg
terus-menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
f. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yg kemudian diikuti oleh periode
bebas demam utuk beberapa hari yg kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
IPD FKUI
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8584/
17. What the relation of the patient from Papua and stay there for a month with the
symptoms?
Epidemiologi:
Parasit malaria yang terdapat di indonesia plasmodium malaria yang sering dijumpai
adalah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (benign malaria) dan
plasmodium falcifarum yang menyebabkan malaria tropika (malgnan malaria).
Plasmodium malariae pernah juga dijumpai, tetapi jarang. Plasmodium ovale pernah
dilaporkan dijumpai di irian jaya, pulau timor, pulau owi. (utara irian jaya) (IPD JILID
III)
Di indonesia kawasan timur mulai dari irian jaya dan lombok sampai kalimantan,
sulawesi tengah, sampai ke utara, maluku,sampai NTT merupakan daerah endemis
malaria dengan p. Falcifarum dan p.vivax. (IPD JILID III)
Source : http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20MALARIA.pdf
f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. A.
sundaicus lebih suka tempat yang teduh. A.hyrcanus dan A.pinctulatus lebih menyukai
tempat yang terbuka. A.barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang
terang.
g. Arus air
A.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir lambat,
sedangkan A. minimus menyukai aliran air yang deras dan A.letifer menyukai air tergenang.
a. Definisi
Demem tifoid adalah Infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fagosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan oleh Salmonella
typhosa dan hanya didapat pada manusia.
b. Etiologi
Etiologi demam typoid dan demam para typoid adalah salmonella typhi,
C.
Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negative, motil dan tidak
menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun sahu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu
70oC ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini
bersifat termolabil
1-3,5 um x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-rata 2-4 mm. tumbuh pada
suasan aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41 drjt C (optimum
c. Patogenesis
S. typhi+S.paratyphi
IgA rendah
Hati + Limpa
Perforasi
23. What is the blood peripheral blood smear test showed an abnormal eritrosit?
24.
Toksisitasnya:
Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila
dalam keadaan kosong
Kejang-kejang/gangguan kesadaran
Gangguan sistem haemopoitik
Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet
Kina
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap
spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA
terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitasnya:
Dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
Dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek sampingnya
Efek sampung obat ini adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing,
sakit kepala, gangguan pendengaran telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah,
tremor dan penglihatan kabur.
Formulasi obat:
Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.
Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)
Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap
parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai
dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)
Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan
gametosit
Farmakodinamikanya:
Primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat
terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu
SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel
dan sitoplasma parasit
Toksisitasnya:
Sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari
(dewasa)
Pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250
mg/hari (dewasa)
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
Pandangan kabur
Sakit kepala, pusing (vertigo)
Haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi.
Kontra indikasinya:
Idiosinkresi
Bayi kurang 1 tahun
Defisiensi
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat
ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan
menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.
Langkah lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang
melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria, sebaiknya
mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini efektif terhadap semua
jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :
Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu
sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali tetap diminum
selama 4 minggu setelah meninggalkan tempat endemis tersebut.
Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300
mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).
Semua penderita demam di daerah endemis diberikan klorokuin dosis tunggal 600 mg jika
daerah itu plasmodium falciparum sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin
sebanyak tiga tablet
27. What is the purpose of preventive medication?