Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PEMANFAATAN GLISEROL PRODUK SAMPING BIODIESEL MENJADI

TRIACETIN MELALUI PROSES ESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS


FLY ASH

Nur Khairiati 1), Zuchra Helwani 2), Khairat 2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
nkhairiati@yahoo.com

ABSTRACT

Glycerol is a by-product of biodiesel that produced 10% of the total volume of biodiesel
products. Glycerol can be processed into economic product such as triacetin . Triacetin made
by estherification process of glycerol and acetic acid with the aid of flya ash as catalyst. This
study aims to determine the characteristics of the catalyst fly ash and determine the influence
of process variables (concentration of catalyst, reactant mole ratios and estherification time)
on glycerol conversion. Catalyst concentration used were 1%, 2% and 3%. The mole ratio of
glycerol: Acetic acid were 1:5, 1:7 and 1:9. Estherification time used were 1. 2 and 3 hours.
Characteristic of fly ash catalyst such as surface area, the acidity and degree of crystallinity
increased after activation. The highest conversion obtained was 53,33% at the operating
conditions of catalyst concentration 3%, the mole ratio of reactant 1:9 and estherification
time 3 hours. The increasing of catalyst concentration, mole ratio of reactant and
estherification time increased the conversion of glycerol.

Keywords: biodiesel, estherification, fly ash, glycerol, triacetin.

1. Pendahuluan makanan, triacetin dapat digunakan bahan


Biodiesel umumnya disintesis melalui aroma pada permen (gula-gula), minuman
reaksi transesterifikasi trigliserida dengan olahan susu, minuman berperisa dan
alkohol dan bantuan katalis berbasis alkali permen karet. Sedangkan untuk bahan non
yang menghasilkan produk samping berupa makanan triacetin dapat digunakan sebagai
gliserol dengan jumlah lebih kurang 10% pelarut pada parfum, tinta cetak, plastisizer
dari total volume produk biodiesel untuk resin selulosa, polimer dan ko-
(Khayoon dan Hameed, 2011). Jika polimer, bahkan dapat digunakan sebagai
produksi biodiesel meningkat maka produk zat aditif bahan bakar untuk mengurangi
samping biodiesel yaitu gliserol juga knocking pada mesin mobil (Nuryoto dkk,
meningkat. Untuk mengatasi penumpukan 2010). Triacetin merupakan produk yang
gliserol, perlu dilakukan pemanfaatan sangat potensial untuk dikembangkan
gliserol dengan cara mengkonversinya dilihat dari keguaannya yang sangat
menjadi produk yang lebih bernilai tinggi banyak.
dan lebih bermanfaat. Penelitian mengenai pembuatan
Salah satu produk esterifikasi gliserol triacetin ini telah banyak dilakukan oleh
adalah TriAcetyl Glycerol (TAG) atau peneliti sebelumnya. Widayat dkk (2013)
triacetin (Prasetyo dkk, 2012). Triacetin telah melakukan esterifikasi gliserol dan
dibuat dari proses esterifikasi antara asam asetat dengan katalis asam sulfat pada
gliserol dan asam asetat dengan bantuan kecepatan pengadukan 100 rpm, berat
katalis. Kegunaan triacetin sangat banyak katalis 5% berat gliserol dengan variasi
baik untuk keperluan bahan makanan temperatur 80-120o C dan perbandingan
maupun non makanan. Untuk bahan pereaksi gliserol terhadap asam asetat 1:3

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 1


hingga 1:7. Konversi tertinggi diperoleh Kupaei dkk (2013) fly ash sawit
pada temperatur 120 o C, perbandingan mempunyai kadar silika 57,6% berat. Fly
pereaksi gliserol asam asetat 1:7 dan waktu ash dapat dimanfaatkan sebagai katalis
reaksi 1 jam dengan konversi sebesar ataupun catalyst support karena memiliki
67,63%. Nuryoto dkk (2010) telah kadar silika tinggi, yang membantu proses
melakukan esterifikasi pada suhu 343K dan katalisis dari berbagai reaksi dan
kecepatan pengadukan 1000 rpm dengan memberikan support untuk spesies katalis
waktu reaksi 90 menit, dengan variasi yang berbeda pada permukaan (Khatri dan
perbandingan pereaksi gliserol terhadap Rani, 2008). Pemanfaatan fly ash sawit ini
asam asetat 1:3 hingga 1:7, konsentrasi dilakukan berdasarkan pertimbangan
katalis 1-9% berat terhadap asam asetat, ketersediaan terutama di Propinsi Riau.
dan ukuran diameter katalis lolos pada 16 Penelitian ini bertujuan untuk
mesh dan tertahan di 25 mesh. Konversi Menentukan karateristik katalis fly ash.
tertinggi diperoleh pada perbandingan Menentukan pengaruh variabel proses
pereaksi gliserol asam asetat 1:7 dan (konsentrasi katalis, rasio mol pereaksi, dan
konsentrasi katalisator 3% berat asam waktu esterifikasi) terhadap konversi
asetat, yaitu sebesar 42,3%. Sari dkk (2014) gliserol.
telah melakukan proses pembuatan
triacetin berbahan baku gliserol secara 2. Metodologi Penelitian
esterifikasi menggunakan zeolit alam pada Bahan-bahan yang digunakan adalah
temperatur 100o C dan dengan crude gliserol dari pabrik Biodiesel PT.
memvariasikan konsentrasi katalis 1%, 3% Wilmar Group Dumai, asam asetat pa
dan 5% dan perbandingan pereaksi gliserol merck , dan fly ash dari PTPN V sei Galuh
asam aseetat 1:3, 1:5 dan 1:7. Konversi Riau sebagai katalis, asam sulfat, BaCl2 ,
gliserol tertinggi diperoleh pada alkohol, KOH, HCl, Asam Oksalat, karbon
perbandingan gliserol asam asetat 1:7, aktif, amoniak dan aquades.
konsentrasi katalis zeolit alam 3% dan Peralatan yang digunakan dalam
waktu reaksi 4 jam yaitu sebesar 90,02% penelitian ini adalah reaktor pemanas
Berdasarkan hasil penelitian yang berupa labu leher tiga volume 500 ml, dan
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dilengkapi dengan heating mantle,
konversi yang dihasilkan oleh Widayat dkk kondenser, magnetic stirred, termometer,
(2013) lebih tinggi dibandingkan dengan gelas ukur, gelas piala, erlenmeyer, buret,
penelitian yang dilakukan Nuryoto dkk rotary evaporator, pipet tetes, spatula,
(2010) namun penggunaan katalis berupa oven, furnace, desikator, cawan penguap,
asam sulfat mengalami proses pemisahan pengaduk dan statif.
yang sulit dari produk triacetin.
Penggunaan katalis padat lebih baik 2.1 Tahap Penelitian
digunakan untuk proses pembuatan 2.1.1 Aktivasi Katalis Fly Ash
triacetin karena proses pemisahannya tidak Proses Aktivasi katalis fly ash ini
rumit seperti yang digunakan oleh Nuryoto mengikuti prosedur percobaan yang
dkk (2010) dan Sari dkk (2014). dilakukan oleh Khatri dan Rani (2008)
Pada penelitian ini akan dilakukan diawali dengan proses pencampuran fly ash
pemanfaatan gliserol sebagai produk dengan H2 SO4 dengan rasio 1:6 selama 1
samping biodiesel menjadi triacetin melalui hari padu suhu 110o C sambil diaduk.
proses esterifikasi gliserol dan asam asetat Setelah proses tersebut campuran fly ash
dengan perbandingan mol reaksi 1:5, 1:7 dengan H2 SO4 dicuci dengan aquadest
dan 1:9 menggunakan katalis fly ash yang untuk menghilangkan pengotor - pengotor.
diaktivasi dengan asam sulfat dengan berat Selanjutnya campuran yang telah diproses
1%, 2% dan 3% wt asam asetat dan variasai tersebut dikeringkan di dalam oven dengan
waktu esterifikasi 1, 2 dn 3 jam. Menurut suhu 110 o C selama 1 hari. Selanjutnya

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 2


katalis dikalsinasi di dalam furnace pada konsentrasi katalis, rasio mol pereaksi dan
suhu 600o C selama 4 jam. Katalis yang waktu esterifikasi sesuai dengan variabel.
telah di kalsinasi akan dikarakterisasi
melalui uji keasaman, uji BET dan XRD. 2.2 Analisa Produk
Analisis bilangan asam dilakukan
2.1.2 Pemurnian Gliserol dengan cara titrasi menggunakan KOH
Pemurnian gliserol dapat dilakukan (menurut metode FBI A01-03), sementara
dengan menggunakan metode evaporasi bilangan penyabunan dianalisis
(Prakoso, 2007). Proses pemurnian ini menggunakan asam klorida (menurut
dilakukan untuk menghilangkan air, metode FBI A03-03). Perhitungan konversi
metanol dan sisa asam dalam proses pereaksi berdasarkan persamaan berikut :
pembuatan biodiesel tersebut. Adapun
pelarut yang digunakan adalah aquades.
Sampel (crude glycerol) ditambahkan
aquades dengan perbandingan 2:3. Untuk
menghilangkan warna pada crude gliserol
digunakan karbon aktif 5% dari total 3. Hasil dan Pembahasan
volume sampel yang sudah terlebih dahulu 3.1 Aktivasi dan Karakterisasi Katalis
dicuci. Campuran sampel dan karbon aktif Fly Ash
diaduk selama 30 menit, lalu dibiarkan Hasil aktivasi yang telah dilakukan
selama 24 jam. Setelah 24 jam sampel terhadap fly ash memberikan hasil yang
disaring menggunakan kertas saring. ditampilkan pada Tabel 1.
Sampel dimasukkan kedalam rotary
Tabel 1. Keasaman Fly Ash Sebelum dan
evaporator, dimana sebelumnya sudah di
Setelah Aktivasi
set kondisinya pada tekanan vakum suhu
60o C. Untuk meningkatkan kemurnian Jenis Fly Ash Keasamaan
gliserol, produk bawah rotary evaporator (mol/gram)
didistilasi selama 4 jam. FA1 0,052
FA2 0,055
2.1.3 Proses Esterifikasi Keterangan :
Gliserol dengan volume tertentu FA1 = Fly Ash sebelum aktivasi
dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian FA2 = Fly Ash sesudah aktivasi
dipanaskan sampai mendekati suhu 100o C.
Asam asetat dengan volume yang telah Keasaman katalis didapatkan dengan
ditentukan berdasarkan perbandingan cara analisis gravimetri melalui adsorpsi
gliserol dan asam asetat dipanaskan sampai desorpsi amoniak (Pandiangan, 2008).
suhu tertentu dalam gelas piala, kemudian Keasaman fly ash sebelum aktivasi sebesar
dimasukkan ke dalam labu leher tiga, dan 0,052 mol/gram. Setelah diaktivasi
reaktan dipanaskan sampai suhu 100o C, keasaman katalis meningkat sebesar 0,003
sambil pengaduk dijalankan. Selanjutnya mol/gram atau 3 mmol/gram menjadi 0,055
katalisator dimasukkan dan waktu dicatat mol/gram. Proses aktivasi katalis ini
sebagai waktu awal reaksi. Reaksi menyebabkan kenaikan keasaman fly ash.
dihentikan setelah waktu reaksi selesai. Kenaikan keasaman ini disebabkan karena
Triacetin hasil proses esterifikasi adanya pertukaran proton dengan kation
dipisahkan dari katalisator dengan yang terdapat pada fly ash selama proses
menyaringnya menggunakan kertas saring. perendaman.
Triacetin yang diperoleh dianalisis Analisa keasaman katalis dilakukan
menggunakan sprektroskopi FTIR. untuk mengetahui jumlah situs asam.
Prosedur diatas dilakukan kembali dengan Jumlah situs asam umumnya berbanding
lurus dengan situs aktif. Semakin besar
keasaman katalis maka jumlah situs asam

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 3


semakin banyak dan semakin banyak pula komposisi lainnya. Sehingga diperlukan
situs aktif yang terdapat pada katalis. proses pemurnian crude glycerol sebelum
Katalis dengan keasaman yang tinggi digunakan sebagai bahan baku pembuatan
menggambarkan bahwa katalis tersebut Triacetin. Gliserol yang telah dimurnikan
memiliki situs Bronsted yang banyak, dan crude gliserol dilakukan analisa
sehingga katalis tersebut menjadi lebih meliputi densitas, viskositas, kadar air.
aktif dalam pemutusan ikatan atau di dalam Komposisi crude gliserol yang diperoleh
reaksinya (Handoko dkk, 2013). dari PT Wilmar Group dan sifat fisika
kimia gliserol sesudah proses pemurnian
3.2 Pemurnian Crude Glycerol dapat dilihat pada Tabel 2.
Crude glycerol yang didapatkan dari
PT.Wilmar Group Dumai masih
mengandung sisa bahan hasil
transesterfikasi dari proses pembuatan
biodiesel. Komposisi dalam crude glycerol
yaitu metanol, katalis basa, air, serta

Tabel 2. Perbandingan Sifat Fisik Crude Glycerol dengan Gliserol Setelah dimurnikan
Gliserol Setelah Gliserol p.a.
Sifat Fisik Crude Gliserol
Pemurnian Merk
Densitas (gr/ml) 1,188 1,241 1,262
Viskositas (cP) 104,42 325,35 1499
Kadar Gliserol (%) 85 98 99,5
Kadar air (%) 10 2 0,5
Kadar Metanol (%) 1 - -
Kadar Impuritis (%) 4 - -
Warna Kuning kemerahan Bening Bening

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa gliserol : asam asetat 1:7 dan waktu
gliserol yang telah dimurnikan memiliki esterifikasi 0,3 jam yaitu 15,13%.
densitas yang lebih besar dibandingkan Sedangkan konversi gliserol tertinggi
dengan crude gliserol. Densitas gliserol diperoleh pada kondisi proses konsentrasi
setelah pemurnian dan crude gliserol katalis 3%, rasio mol gliserol : asam asetat
adalah 1,241 dan 1,188 gram/ml. Jika 1:9 dan waktu esterifikasi 3 jam yaitu
dibandingkan dengan gliserol murni, 53,33%.
densitas gliserol yang telah dimurnikan
hampir sama. Crude gliserol masih 3.3.2 Analisa Triacetin Menggunakan
mengandung air, metanol dan senyawa FTIR
organik lainnya yang mengakibatkan Analisa yang digunakan untuk
densitas rata-rata crude gliserol menjadi mengetahui ada atau tidaknya kandungan
rendah. triacetin pada hasil reaksi esterifikasi
gliserol adalah analisa FTIR. Triacetin
3.3 Konversi Gliserol dan Analisa memiliki gugus fungsi ester dengan
Triacetin Menggunakan FTIR bilangan gelombang 1690 1760 cm-1
3.3.1 Konversi Gliserol (Skoog dkk, 1998). Hasil analisis FTIR
Konversi gliserol yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 3.1.
melalui proses esterifikasi dengan
menggunakan katalis fly ash beragam mulai
dari 15,13% sampai 53,33%. Konversi
gliserol terendah diperoleh pada kondisi
proses konsentrasi katalis 2%, rasio mol
Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 4
100

%T
Data konversi gliserol selanjutnya
80 diolah dengan menggunakan program
Design Expert 7.0 sehingga diperoleh

2023,33
2017,54
2150,63
2258,64
60
persamaan orde dua seperti ditampilkan

524,64
40
persamaan 3.1.

466,77
1585,49

486,06
2627,05

540,07
1112,93
20
2951,09
3032,10

675,09
1625,99
Y = 23,92 + 1,44 X1 + 6,90 X2 + 8,52 X3 +

927,76
1672,28

1043,49

611,43
877,61
1010,70
1392,61
0

1,90 X1 2 + 4,43 X2 2 + 3,07 X3 2

1230,58
1710,86
1710,86 1678,07
-20
+ 0,15 X1 X2 0,32 X1 X3
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
R-8 (TRIACETIN) NUR KHAIRIATI 1/cm + 2,92 X2 X3 ....... (3.1)
Gambar 3.1 Hasil Analisa FTIR Sampel Keterangan :
X1 = konsentrasi katalis, (%)
Gambar 3.1 menunjukkan hasil X2 = rasio mol pereaksi, (mol/mol)
analisia FTIR sampel. Gugus ester terdapat X3 = waktu esterifikasi, (jam)
pada bilangan gelombang 1710,86 cm-1 . Y = konversi gliserol, (%)
Bilangan gelombang ini masuk kedalam
gugus fungsi ester yaitu 1690 1760 cm-1 .
3.4 Pengaruh Kondisi Proses dan
3.3 Desain dan Analisis Model Interaksinya terhadap Konversi
Konversi Gliserol Gliserol
Pengolahan data pada penelitian ini 3.4.1 Pengaruh Kondisi Proses terhadap
dilakukan untuk melihat pengaruh variasi Konversi Gliserol
kondisi proses terhadap konversi gliserol. Terdapat tiga kondisi proses yang di
Data hasil percobaan dianalisis dengan pelajari yaitu konsentrasi katalis (X1 ), rasio
rancangan percobaan (design experiment) mol pereaksi (X2 ) dan waktu esterifikasi
metode statistik Central Composite Design (X3 ). Berdasarkan hasil pengujian P-value
(CCD) dan diolah menggunakan program semua kondisi proses memberikan
Design Expert 7.0. Program akan pengaruh yang signifikan terhadap konversi
mengeluarkan model dan grafik yang gliserol. Namun kondisi proses yang paling
menunjukkan pengaruh variasi kondisi memberikan pengaruh terhadap konversi
proses terhadap konversi gliserol. gliserol adalah waktu esterifikasi (X3 ).
Pengujian model dilakukan dengan coded Kondisi yang memberikan pengaruh
variable yang bertujuan untuk mengetahui signifikan adalah waktu esterifikasi.
pengaruh koefisien koefisien model yaitu Kesetimbangan pada reaksi esterifikasi
konsentrasi katalis, rasio mol pereaksi dan gliserol tercapai sekitar 60 menit (Mufrodi,
waktu esterifikasi terhadap respon berupa 2010). Konversi gliserol mengalami
konversi giserol. peningkatan yang signifikan seiring dengan
Metode Response Surface meningkatnya waktu esterifikasi. Waktu
Methodology (RSM) merupakan metode reaksi berbanding lurus dengan konversi
yang digunakan untuk melakukan proses yaitu semakin lama reaksi berlangsung
optimasi. Model yang sering digunakan maka kemungkinan kontak antar zat akan
untuk RSM adalah model polynomial orde semakin banyak sehingga konversi semakin
1 dan orde 2. Pada model orde I, perlu tinggi (Helwani dkk., 2009).
dilakukan uji kecocokan model untuk Rasio mol gliserol : asam asetat
melihat tepat atau tidaknya dugaan model berpengaruh terhadap konversi gliserol.
yang dilakukan. Apabila model tidak linier Konversi gliserol meningkat seiring dengan
atau terdapat pola lengkung (curvature), meningkatnya rasio gliserol: asam asetat
maka model orde 1 tidak cocok digunakan yang digunakan. Pada stoikiometri reaksi
dan digunakan model orde 2 (Montgomery, esterifikasi, satu mol gliserol membutuhkan
1991). tiga mol asam asetat untuk menghasilkan
triacetin. Penambahan mol asam asetat

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 5


bertujuan agar reaksi bergerak kearah produk turunan berupa triacetin dengan
kanan atau produk karena reaksi yang menggunakan reaksi eseterifikasi antara
terjadi merupakan reaksi kesetimbangan. gliserol dengan asam asetat. Keasaman
Konsentrasi katalis memberikan katalis, Luas permukaan katalis mengalami
pengaruh terhadap konversi gliserol yang kenaikan setelah aktivasi. Perolehan
didapatkan. Semakin tinggi konsentrasi konversi gliserol tertinggi diperoleh sebesar
katalis maka konversi yang didapatkan 53,33% pada kondisi proses konsentrasi
semakin meningkat. Konversi gliserol katalis 3%, rasio mol gliserol : asam asetat
meningkat seiring dengan meningkatnya 1:9 dan waktu esterifikasi 3 jam.
konsentrasi katalis, namun peningkatan Konsentrasi katalis, rasio mol gliserol :
konsentrasi katalis tidak terlalu asam asetat serta waktu esterifikasi
berpengaruh terhadap konversi gliserol. memberikan pengaruh terhadap konversi
gliserol yang dihasilkan, semakin besar
3.4.2 Pengaruh Interaksi Kondisi Proses konsentrasi katalis, rasio mol gliserol :
terhadap Konversi Gliserol asam asetat dan waktu esterifikasi maka
Berdasarkan pengujian P-value konversi gliserol yang dihasilkan semakin
interaksi kondisi proses yang memberikan besar. Namun dari ketiga variabel proses
pengaruh terhadap konversi gliserol adalah tersebut waktu esterifikasi paling
interaksi antara rasio mol pereaksi dan memberikan pengaruh signifikan terhadap
waktu esterifikasi. konversi gliserol.
Semakin tinggi rasio mol pereaksi
yang ditambahkan namun tidak diikuti Daftar Pustaka
dengan semakin lamanya waktu esterifikasi Handoko, D. S. P., Triyono, Narsito, Tutik.
maka konversi yang dihasilkan tidak D. W., Bangun, M. 2013. Konversi
mengalami peningkatan yang signifikan. Katalitik Metil Oleat Secara
Begitu juga sebaliknya, semakin lama Sekuensial Menjadi Senyawa
waktu esterifikasi yang digunakan namun Biogasoline. Lembaran Publikasi
rasio mol pereaksi yang ditambahkan Minyak dan Gas Bumi Vol 47 No. 3:
sedikit maka konversi yang dihasilkan juga 135-146.
tidak mengalami peningkatan yang Helwani, Z., Othman, M. R., Aziz, N,
signifikan. Namun semakin tinggi rasio mol Kim, J dan W. J. N. Fernando. 2009.
pereaksi dan semakin lama waktu Solid Heterogeneus Catalyst for
esterifikasi yang digunakan maka konversi Transesterification of Triglycerides
yang dihasilkan mengalami peningkatan with Methanol : A Review.
yang signifikan. Hal ini dikarenakan pada Application Catalysis A : General.
stoikiometri reaksi esterifikasi, satu mol 369: 1 -10.
gliserol membutuhkan tiga mol asam asetat Ho, W.W.S., Ng, H.K., S. Gan dan S.H.
untuk menghasilkan triacetin sehingga Tan. 2014. Evaluation of Palm Oil
semakin besar rasio mol yang digunakan Mill Fly Ash Supported Calcium
maka konversi yang dihasilkan semakin Oxide as A Heterogenous Base
besar dan peningkatan waktu reaksi akan Catalyst in Biodiesel Synthesis from
meningkatkan konversi gliserol Crude Palm Oil. Energy Conversion
dikarenakan semakin lama waktu bereaksi and Management. 88:1167-1178.
kesempatan pereaksi untuk saling Khatri, C., dan Rani, A. 2008. Synthesis of
bertumbukan semakin besar (Levenspiel, Nano-Crystalline Solid Acid Catalyst
1999). from Fly Ash and its Catalytic
Performance. Fuel. 87 : 2886-2892.
4. Kesimpulan Khayoon, M.S., dan Hameed B.H. 2011.
Gliserol sebagai hasil samping Acetylation of Glycerol to Biofuel
pembuatan biodiesel dapat diolah menjadi additives Over Sulfated Activated

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 6


Carbon Catalys. Bioresource Prasetyo, A.E., Widhi, A., dan Widayat.
Technology. 102: 9229-9235. 2012. Potensi Gliserol Dalam
Kupaei, R.M., Alengaram, U.J., Jumaat, Pembuatan Turunan Gliserol Melalui
M.Z., dan Nikraz, H. 2013. Mix Proses Esterifikasi. Jurnal Ilmu
Design for Fly Ash Based Oil Palm Lingkungan. Vol 10 (1): 26-31.
Shell Geopolymer Lightweight Sari, N., Helwani, Z., dan Rionaldo, H.
Concrete. Construction and Building 2014. Pemanfaatan Gliserol Produk
Materials. 43: 490-496. Samping Biodiesel Menjadi Triacetin
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Melalui Proses Esterifikasi
Engineering 3th edition; Wiley and Menggunakan Katalis Zeolit Alam.
Sons: New York. JOM FTEKNIK Volume 2 No. 1.
Liao X., Zhu Y., Wang S. G., dan Li Y. Sibarani, K.L. 2012. Preparasi
2009. Producing Triacetylglycerol Karakterisasi dan Uji Aktifitas
with Glycerol by Two Steps: Katalis Ni-Cr/Zeolit Alam Pada
Esterification and Acetylation. J. Fuel Proses Perengkahan Limbah Plastik
Process Tech. 90 : 988-993. Menjadi Fraksi Bensin. Skripsi.
Montgomery,D.C. 1991. Design and Universitas Indonesia.
Analysis of Experiments. John Skoog, F., Holler, T., dan Nieman. 1998.
Willey&Sons. Singapore. Principles of Instrumenta Analysis,
Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan., dan Fifth Edition. Thomson Learning.
Budiman, A. 2010. Effects of United States.
Temperature and Catalyst upon Widayat, Satriadi, H., Abdullah., dan
Triacetin Production from Glycerol Handono, I.W.K. 2013. Proses
(by-Product Biodiesel Production) as Produksi Triasetat dari Gliserol
Octane Booster. Proceedings of dengan Katalis Asam Sulfat. Jurnal
International Conference on Teknik Kimia Indonesia 10(4).
Advances in Renewable Energy
Technologies, Putrajaya, Malaysia.
Nuryoto, Sulistyo, H., Rahayu S.S., dan
Sutijan. 2010. Uji Performa
Katalisator Resin Penukar Ion Untuk
Pengolahan Hasil Samping
Pembuatan Biodiesel Menjadi
Triacetin. Seminar Rekayasa Kimia
dan Proses 2010.
Pandiangan. 2008. Karakteristik keasaman
katalis berbasis silika sekam padi yang
diperoleh dengan teknik sol-gel.
Prosiding Seminar Nasional Nasional
Sains dan Teknologi-II, Universitas
Lampung. Lampung.
Prakoso, T. H., dan Sirait, B. 2007.
Pemurnian Hasil Samping Produksi
Biodiesel. Prosiding Konferensi
Nasional Pemanfaatan Hasil Samping
Industri Biodiesel dan Industri Etanol
serta Peluang Pengembangan Industri
Integratedny, Jakarta, 267 - 275.

Jom FTEKNIK Volume 3 No.1 Februari 2016 7

You might also like