RT RW

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

SALINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER
NOMOR 4 TAHUN 2006

TENTANG

RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBER,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan


penyelenggaraan Pemerintahan di tigkat Kelurahan/desa agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pembinaan
kehidupan bermasyarakat untuk melestarikan nilai-nilai yang
berdasarkan kegotongroyongan ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang RukunTetangga
dan Rukun Warga .

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-


daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur ( Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1950 );
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
( Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4437 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

1
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3848);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2004 tentang Desa ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Jember ( Lembaran Daerah
Kabupaten Jember Tahun 2000 Nomor 18 seri E ).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBER


dan
BUPATI JEMBER

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TENTANG RUKUN


TETANGGA DAN RUKUN WARGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah yang ini dimaksud dengan :


1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;
2. Kabupaten adalah Kabupaten Jember;
3. Bupati adalah Bupati Jember;
4. Kelurahan, adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah
Kabupaten Jember dalam wilayah kerja Kecamatan;
5. Desa, adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Camat, adalah perangkat daerah yang memimpin Kecamatan;
7. Lurah, adalah perangkat daerah yang memimpin Kelurahan di
wilayah kerja Kecamatan;

2
8. Kepala Desa, adalah penanggungjawab penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
9. Keputusan Lurah, adalah kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Lurah
dalam menjalankan kewajiban, hak dan wewenangnya sebagai
Kepala Kelurahan, dalam rangka menyelenggarakan urusan dibidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilimpahkan
oleh Bupati;
10. Peraturan Kepala Desa/Keputusan Desa, adalah kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan Peraturan Kepala
Desa sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum;
11. Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah organisasi
kemasyarakatan yang diakui yang dibina oleh Pemerintah
Kelurahan/Desa melalui Camat untuk memelihara dan melestarikan
nilai-nilai kehidupan masyarakat kelurahan/desa yang berdasarkan
kegotongroyongan dan kekeluargaan guna membantu meningkatkan
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kelurahan/Desa;
12. Penduduk Setempat, adalah setiap orang, baik Warga Negara
Indonesia maupun Warga Negara Asing yang bertempat tinggal tetap
dalam wilayah rukun tetangga dan rukun warga yang bersangkutan;
13. Kepala Keluarga, adalah penanggungjawab keluarga beserta
anggota keluarga yang telah terdaftar dalam kartu keluarga;
14. Swadaya Masyarakat, adalah kemampuan dari suatu kelompok
masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri guna memenuhi
kebutuhan yang dirasakan dalam kelompok itu;
15. Gotong royong, adalah bentuk kerjasama yang spontan dan sudah
melembaga serta mengandung unsur-unsur timbal balik yang bersifat
sukarela antara warga kelurahan/desa dengan pemerintahan daerah
untuk memenuhi kebutuhan kelurahan/desa yang insidentil maupun
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama
baik materiil maupun spiritual.

BAB II
KEDUDUKAN
Pasal 2

Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah Organisasi kemasyarakatan di


kelurahan/desa yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Daerah, Camat
dan Lurah/Kepala Desa.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN PEMBENTUKAN
Pasal 3

Rukun Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan maksud dan tujuan
untuk :
a. Memelihara, melestarikan dan menumbuh kembangkan nilai-nilai
kehidupan masyarakat Kelurahan/Desa yang berdasarkan
musyawarah, kegotongroyongan dan kekeluargaan.

3
b. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Kelurahan/Desa;
c. Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan warga.

Pasal 4

(1) Pembentukan rukun tetangga di musyawarahkan dan/atau


dimufakatkan oleh seluruh warga masyarakat dalam wilayah rukun
tetangga yang telah memenuhi syarat untuk itu;
(2) Pembentukan rukun warga dimusyawarahkan dan/atau dimufakatkan
oleh seluruh anggota rukun warga yang diwakili oleh kepala keluarga;
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dituangkan dalam berita acara musyawarah dan disampaikan kepada
Lurah/Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Kelurahan/Desa;
(4) Keputusan Kepala Kelurahan/Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) berlaku setelah mendapatkan pengesahan dari Camat
atas nama Bupati.

Pasal 5

(1) Setiap Rukun Tetangga terdiri paling sedikit 35 (tiga puluh lima)
kepala keluarga dan paling banyak 70 (tujuh puluh) kepala keluarga
kecuali adat istiadat menentukan lain;
(2) Setiap Rukun Warga terdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) Rukun
Tetangga;
(3) Setiap Rukun Tetangga dipimpin oleh seorang ketua Rukun
Tetangga;
(4) Setiap Rukun Warga dipimpin oleh seorang ketua Rukun Warga.

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 6

(1) Anggota Rukun Tetangga adalah penduduk setempat yang terdaftar


pada kartu keluarga yang diwakili oleh paling sedikit 2 (dua) orang
anggota keluarga;
(2) Anggota Rukun Warga adalah penduduk yang telah terdaftar secara
administratif pada kartu keluarga yang diwakili oleh kepala keluarga.

BAB V
TUGAS POKOK, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 7

Tugas pokok Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah :


a. Membantu terwujudnya kehidupan masyarakat berdasarkan adat
istiadat, norma agama, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ;

4
b. Menyelenggarakan gotong royong, swadaya dan partisipasi
masyarakat dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan;
c. Membantu menciptakan ketentraman dan ketertiban lingkungan
kelurahan yang nyaman dan kondusi ;.
d. Mewujudkan hubungan timbal balik yang harmonis antara sesama
anggota masyarakat serta antara anggota masyarakat dengan
Pemerintah Kelurahan/Desa;
e. Membantu penyelenggaraan tugas pelayanan kepada masyarakat
yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kelurahan/Desa.

Pasal 8

(1) Anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga mempunyai hak :


a. Menyampaikan usul dan pendapat dalam musyawarah Rukun
Tetangga dan Rukun Warga;
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus Rukun Tetangga dan Rukun
Warga bagi Warga Negara Indonesia.
(2) Anggota Rukun tetangga dan Rukun Warga mempunyai kewajiban :
a. Ikut serta secara aktif mendukung dan melaksanakan hal-hal yang
menjadi tugas pokok Rukun Tetangga dan Rukun Warga ;
b. Ikut serta secara aktif melaksanakan setiap keputusan
musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga.

BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 9

(1) Pengurus Rukun Tetangga terdiri dari :


a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara;
d. Beberapa orang pembantu bila dipandang perlu.

(2) Pengurus Rukun Warga terdiri dari :


a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Kepala-kepala seksi

Pasal 10

(1) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagainama


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c dan
ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c dipilih dari dan oleh anggota
yang telah memenuhi persyaratan melalui musyawarah anggota.

5
(2) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d dan ayat (2) huruf d ditunjuk
melalui musyawarah pengurus.

Pasal 11

Dalam hal pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga belum terbentuk,
Lurah/Kepala Desa dapat menunjuk pengurus sementara dan paling
lama 3 (tiga) bulan segera dilaksanakan pemilihan pengurus secara
demokratis yang melibatkan seluruh masyarakat setempat.

Pasal 12

(1) Yang dapat dipilih menjadi pengurus Rukun Tetangga dan Rukun
Warga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) adalah
penduduk setempat yang menjadi anggota rukun tetangga dan rukun
warga yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta setia dan taat
kepada Pancasila dan UUD 1945;
b. Setia dan taat kepada negara kesatuan dan pemerintah;
c. Berkelakuan baik, jujur dan adil;
d. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
organisasi terlarang yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
e. Sehat jasmasi dan rohani;
f. Telah menetap paling singkat 6 (enam) bulan berturut-turut dan
telah terdaftar dalam Kartu Keluarga;
g. Sudah berumur paling sedikit 20 (dua puluh) tahun atau pernah
nikah;
h. Mengenal daerah dan dikenal warga setempat;
i. Sanggup dan bersedia menjadi pengurus;
(2) Yang dapat ditunjuk menjadi pembantu pengurus Rukun Tetangga
dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
adalah penduduk setempat yang terdaftar dalam Kartu Keluarga dan
paing sedikit berusia 17 (tujuh belas) tahun atau pernah nikah serta
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 13

(1) Pemilihan Pengurus Rukun Tetangga :


a. Pemilihan pengurus Rukun Tetangga dilakukan oleh panitia yang
dibentuk secara musyawarah oleh Lurah / Kepala Desa bersama
tokoh masyarakat setempat dengan susunan kepanitiaan terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa pembantu;
b. Yang berhak diundang oleh panitia pada pemilihan dimaksud
adalah seluruh anggota Rukun Tetangga yang paling sedikit
berusia 17 (tujuh belas) tahun atau pernah kawin yang terdaftar
dalam Kartu Keluarga;

6
c. Pemilihan berlangsung secara umum, bebas, rahasia, jujur, adil
dan demokratis serta penuh kekeluargaan melalui pemungutan
suara, dan apabila terjadi perolehan suara sama, maka
dilaksanakan pemilihan ulang sampai mendapatkan suara
terbanyak;
d. Suara terbanyak pertama, kedua dan ketiga masing-masing
menjadi ketua, sekretaris dan bendahara.

(2) Pemilihan Pengurus Rukun Warga :


a. Pemilihan pengurus Rukun Warga dilakukan oleh panitia yang
dibentuk secara musyawarah oleh Lurah / Kepala Desa, pengurus
rukun tetangga dan tokoh masyarakat setempat dengan susunan
kepanitiaan terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa
orang pembantu;
b. Yang berhak diundang oleh panitia pada pemilihan dimaksud
adalah seluruh anggota Rukun Warga yang terdaftar dalam Kartu
Keluarga yang diwakili oleh Kepala Keluarga;
c. Pemilihan berlangsung secara umum, bebas, rahasia, jujur, adil
dan demokratis serta penuh kekeluargaan melalui pemungutan
suara;
d. Suara terbanyak pertama, kedua dan ketiga masing-masing
menjadi ketua, sekretaris dan bendahara;
(3) Pemilihan Kepala Seksi disesuaikan dengan kebutuhan yang
ditetapkan secara musyawarah oleh pengurus terpilih;
(4) Hasil pemilihan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dituangkan dalam
Berita Acara Pemilihan dan dilaporkan kepada Lurah / Kepala Desa
untuk ditetapkan melalui Keputusan Lurah / Kepala Desa untuk
selanjutnya disampaikan kepada Camat guna mendapatkan
pengesahan.

Pasal 14

(1) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga bertugas dan


berkewajiban untuk melaksanakan :
a. Tugas-tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;
b. Keputusan musyawarah anggota;
c. Menyampaikan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat
yang perlu mendapatkan penyelesaian kepada Ketua untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Lurah / Kepala Desa.
(2) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga berhak menyampaikan
saran dan pertimbangan kepada Lurah / Kepala Desa kaitan dengan
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan, dan
pelayanan masyarakat;
(3) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga melaporkan segala
kegiatan kepada anggota melalui musyawarah anggota;
(4) Pengurus Rukun Tetangga tidak diperkenankan merangkap sebagai
pengurus Rukun Warga;
(5) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga tidak diperkenankan
merangkap jabatan dalam struktur pemerintahan di Kelurahan dan
Desa.
7
Pasal 15

Masa bakti pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah 3 (tiga)
tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan, dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa bakti berikutnya.

Pasal 16

(1) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga dapat diganti atau
diberhentikan sebelum masa baktinya berakhir apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Atas permintaan sendiri;
c. Tidak memenuhi salah satu syarat sebagaimana dalam Pasal 12;
d. Pindah tempat tinggal dari lingkungan rukun tetangga atau rukun
warga yang bersangkutan;
e. Karena sebab lain yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Anggota pengganti antar waktu menyelesaikan masa kerja anggota
yang diganti.

Pasal 17

(1) Sebelum masa baktinya berakhir atau pemberhentian atau


penggantian sebelum masa baktinya berakhir pengurus rukun
tetangga/rukun warga, ketua atas nama seluruh pengurus
berkewajiban melaporkan secara tertulis kepada Lurah / Kepala
Desa;
(2) Setelah diadakan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Lurah / Kepala Desa bersama tokoh masyarakat segera
membentuk panitia pemiilihan rukun tetangga ataupun rukun warga
dengan terlebih dahulu minta pertimbangan Camat;
(3) Satu bulan sebelum masa baktinya berakhir, pengurus rukun
tetangga dan rukun warga wajib melaporkan pertanggungjawaban
kepada :
a. Seluruh anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf b, bagi pengurus rukun tetangga;
b. Seluruh anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf b, bagi pengurus rukun warga;

BAB VII
MUSYAWARAH ANGGOTA
Pasal 18

(1) Musyawarah rukun tetangga dan rukun warga merupakan forum


komunikasi timbal balik secara demokratis bagi setiap anggota untuk
melaksanakan musyawarah dan memufakat mengenai :
a. Penyusunan program pengurus;
b. Pertanggungjawaban pengurus;
c. Keputusan penting lainnya;

8
(2) Musyawarah rukun tetangga dan rukun warga untuk menyusun
program kerja pengurus diadakan paling sedikit satu kali dalam satu
tahun;
(3) Musyawarah rukun tetangga dan rukun warga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat menetapkan
keputusan apabila dihadiri lebih dari 50% (lima puluh persen) dari
jumlah anggota;
(4) Apabila tidak mencapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dua kali berturut-turut, dalam musyawarah berikutnya
dianggap sah dan dapat menetapkan keputusan setelah mendengar
pertimbangan Lurah / Kepala Desa.

BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 19

(1) Keuangan rukun tetangga dan rukun warga diperoleh dari :


a. Partisipasi secara sukarela dari anggota;
b. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten;
c. Sumbangan yang tidak mengikat;
d. Usaha lain yang sah.
(2) Besarnya partisipasi diperoleh secara sukarela setelah ditetapkan
melaui musyawarah anggota.
(3) Perincian penggunaan keuangan rukun tetangga sebagai berikut :
a. Untuk pelestarian lingkungan diwilayah rukun tetangga sebesar
60%;
b. Untuk kas rukun tetangga sebesar 40%.
(4) Perincian penggunaan keuangan rukun warga sebagai berikut :
a. Untuk kas sosial rukun warga sebesar 60 %;
b. Untuk kas rukun warga sebesar 40 %.
(5) Pengelolaan keuangan yang diperoleh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diadministrasikan dalam pembukuan secara tertib dan
transparan;
(6) Laporan keadaan kas rukun tetangga dan rukun warga disampaikan
dalam musyawarah anggota setiap 3 (tiga) bulan sekali.

BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 20

(1) Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang diharapkan bagi
pengurus rukun tetangga dan rukun warga dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, Camat dan Lurah / Kepala Desa
melaksanakan pembinaan;
(2) Pembinaan dari Lurah / Kepala Desa kepada pengurus rukun
tetangga dan rukun warga dapat dilakukan setiap saat, dan paling
sedikit 3 (tiga) bulan sekali.

9
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21

Dengan diberlakukan Peraturan Daerah ini, maka lembaga Rukun


Tetangga dan Rukun Warga dapat dibentuk sesuai peraturan perundang-
undangan, kecuali dalam Peraturan Daerah ini menentukan lain.

Pasal 22

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jember Nomor 8 Tahun


1987 tentang Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku .

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang


mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya pada Lembaran Daerah
Kabupaten Jember.

Disahkan di Jember
pada tanggal 3 April 2006

BUPATI JEMBER,
ttd
MZA DJALAL
Diundangkan di Jember
Pada tanggal 4 April 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBER

ttd

Drs. H. DJOEWITO, MM
Pembina Utama Muda
Nip. 510 074 249 SALINAN SESUAI DENGAN ASLINYA
AN. ASISTEN TATA PRAJA
KEPALA BAGIAN HUKUM

H. MUDJOKO, SH,MH
Penata Tk. I
Nip. 510 058 099

10
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER
NOMOR TAHUN 2006

TENTANG

RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

I. UMUM

Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah suatu organisasi


kemasyarakatan yang bersifat lokal dan non politis yang bertujuan untuk memupuk
semangat gotong royong didalam mengatur dan meningkatkan kehidupan bersama
serta mempertinggi rasa kekeluargaan dalam menciptakan peraturan dan kesatuan.
Sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Jember dalam mewujudkan kelancaran
pelaksanaan Pemerintahan dan pembangunan perlu didukung oleh partisipasi
masyarakat dalam peran sertanya, sehingga dengan demikian organisasi
kemasyarakatan dimaksud perlu diarahkan, dibina secara mantap berkesinambungan
agar diperoleh kemajuan dan perkembangan yang lebih mengarah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas

11
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas

12

You might also like