Professional Documents
Culture Documents
C. Nudiflora 2) Evalution of Corn Growth After Phytoremediation. The Results Showed That
C. Nudiflora 2) Evalution of Corn Growth After Phytoremediation. The Results Showed That
Abstract
Tailings, waste material from gold processing, contain heavy metals that are
toxic such as mercury (Hg). One of the negative impacts is causing contamination of
soil, developed through the accumulation of heavy metals. Phytoremediation is an
alternative technology, using plant to clean heavy metal contaminated soil. A research,
using Caladium bicolor, Paspalum conjugatum and Commelina nudiflora was then conducted as
phytoremediation for contaminated soil. The research was conducted in the greenhouse
using a randomized block design (RBD) with 3 factors and 3 replications. The first
factor was percentage of tailings in the soil (10% and 20%). The second factor was the
type of phytoectractor plants (C. bicolor, P. conjugatum and C. nudiflora). The third factor
was the use of organic matter (with and without organic matter). The study was
conducted in two steps, namely 1) phytoremediation, using C. bicolor, P. conjugatum, and
C. nudiflora; 2) evalution of corn growth after phytoremediation. The results showed that
Hg content in the soil containing 10% tailings (T1) was twice less than in the soil
containing 20% tailings (T2). The addition of organic matter increased the potential for
Hg absorption and consequently reduced content of Hg in the soil. C. bicolor, P.
conjugatum and C. nudiflora decreased Hg content in the soil, and hence potentially used
for phytoremediation. Of the three plants, C. nudiflora showed the highest Hg
absorption. Decreasing content of Hg in the soil improved corn growth, as indicated by
increasing height, number of leavs and dry weight.
http://jtsl.ub.ac.id
73
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
http://jtsl.ub.ac.id
74
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
kelebihan logam berat dalam tanah bukan Penurunan kandungan logam berat Hg
hanya meracuni tanaman dan organisme, dalam tanah akan berpengaruh terhadap
tetapi dapat berimplikasi pada pencemaran pertumbuhan tanaman selanjutnya yaitu
lingkungan. Pada Tabel 1 terlihat bahwa jagung. Dengan menciptakan pertumbuhan
pengamatan tahap I menunjukkan tanaman jagung menjadi lebih baik. Sesuai
perlakuan T1 (tanah tercemar limbah tailing dengan Hidayati (2004) yang menyatakan
10%) memiliki kandungan Hg lebih rendah bahwa rumput C. nudiflora merupakan jenis
dibandingkan T2 (tanah tercemar limbah tanaman rumput yang menunjukkan
tailing 20%). Rendahnya kandungan Hg kapasitas dalam membersihkan polutan
pada tanah tercemar tailing disebabkan oleh (kemampuan menyerap Hg) yang tinggi
adanya perlakuan pemberian bahan organik, sehingga dapat menunjukkan tolerasi yang
karena bahan organik dapat membantu tinggi juga terhadap lingkungan.
dalam penyediaan unsur hara yang
Tabel 1. Perubahan Hg dalam Tanah
dibutuhkan oleh tanaman untuk
Pascafitoremediasi
meningkatkan kesuburan tanah. Menurut
Stevenson (1997) bahan organik memiliki Perubahan Hg dalam Tanah
peranan penting selain sebagai penyangga Pascafitoremediasi (mg /kg)
pH, sebagai sumber hara, dapat Perlakuan
Hg Hg Penurunan
meningkatkan water holding capacity, juga
Awal Akhir Hg
dapat mengkelat logam-logam.
Pasca Fitoremediasi F 1.81
1 38.01 36.20
Hasil penelitian didapat bahwa kandungan
Hg pada tanah pascafitoremediasi B F 2.90
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor 0 2 38.01 35.11
yakni C. bicolor, P. conjugatum dan C. nudiflora F 4.09
yang mana pada Tabel 1 menunjukkan 3 38.01 33.91
bahwa T1 (tanah tercemar tailing 10%) T1
F 4.15
memiliki kandungan Hg dua kali lebih
1 37.03 32.88
sedikit dibandingkan dengan T2 (tanah
tercemar tailing 20%). Logam berat yang B F 7.96
terkandung dalam tanah meningkat seiring 1 2 37.03 29.07
dengan bertambahnya konsentrasi tailing,
F 10.76
sehingga logam berat yang ada pada tanah
3 37.03 26.27
menjadi berkurang sejalan dengan daya
serap tanaman. Hal ini dapat dikatakan F 4.52
bahwa T1 ((tanah tercemar tailing 10%) 1 75.01 70.50
memberikan dampak positif bagi tanaman
B F 6.08
rumput, sehingga tumbuhan C. bicolor, P.
0 2 75.01 68.93
conjugatum dan C. nudiflora menunjukkan
toleran tumbuh terhadap tanah tercemar F 7.32
tailing atau ketiga tumbuhan fitoekstraktor 3 75.01 67.70
tersebut mampu beradaptasi tumbuh pada T2
F 6.12
tanah beracun dan dapat menyerap logam
1 72.02 65.90
berat lebih banyak serta masih mampu
menjalankan fungsinya meskipun B F 6.97
kandungan Hg dalam tanah meningkat, 1 2 72.02 65.05
namun salah satu diantaranya yang F 8.67
berpotensi dalam menurunkan kandungan 3 72.02 63.35
Hg lebih besar adalah tumbuhan C. nudiflora
dibandingkan P. conjugatum dan C. bicolor.
http://jtsl.ub.ac.id
75
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
T1
Berat kering (g/tan)
Perlakuan
Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum);
F3 (C. nudiflora).
Gambar 1. Produksi Biomass
Serapan Hg pada tumbuhan fitoekstraktor pertumbuhan tanaman yang tumbuh
dengan optimal pada tanah tercemar tailing.
Pada umumnya pertumbuhan tanaman
Serapan Hg tanaman menunjukkan
meningkat dengan pemberian bahan
banyaknya unsur Hg per satuan berat kering
organik. Hal ini dapat dikatakan bahwa
tanaman.
serapan Hg pada rumput dapat meningkat
pula pada perlakuan pemberian bahan Pertumbuhan Tanaman Jagung Pascafitoremediasi
organik. Peningkatan serapan Hg tanaman
Setelah dilakukan fitoremediasi yang
dapat ditunjukkan dengan adanya
bertujuan untuk mereklamasi lahan
http://jtsl.ub.ac.id
76
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
http://jtsl.ub.ac.id
77
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
T1
T2
Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1(C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C. nudiflora).
Gambar 2.Tinggi Tanaman
T1
T2
Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C.nudiflora).
Gambar 1. Jumlah Daun
http://jtsl.ub.ac.id
78
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
http://jtsl.ub.ac.id
79
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
Tabel 2. Nilai kandungan Hg tanah setelah kurang baik seperti terlihat halnya tanaman
tanaman jagung yang kekurangan unsur hara. Tanaman
jagung tumbuh diketahui tidak hanya
Kandungan Hg dalam tanah menyerap hara didalam tanah, akan tetapi
setelah jagung (mg/5kg) tanaman jagung ternyata juga mampu
Perlakuan menyerap Hg pada tanah tercemar limbah
Hg Hg Penuruna tailing, sehingga kandungan Hg didalam
Awal Akhir n Hg tanah menjadi berkurang atau menurun. Ini
berarti dapat dikatakan bahwa tanaman
F0 38.01 37.18 0.82 jagung memiliki potensi sebagai tanaman
hiperakumulator.
F1 36.20 34.15 2.05
B0 Dalam penelitian ditemukan juga hasil
F2 35.11 31.40 3.71
yang bervariasi terhadap kandungan Hg
T F3 33.91 28.79 5.12 pada bagian tubuh tanaman jagung. Secara
1 F0 37.03 35.43 1.60 keseluruhan menunjukkan bahwa
kandungan Hg pada bagian tubuh jagung
F1 32.88 25.13 7.75 paling tinggi terdapat pada akar
B1 dibandingkan pada batang dan tajuk, yang
F2 29.07 20.27 8.80
semakin keatas maka kandungan unsur
F3 26.27 17.55 8.72 logam berat semakin sedikit (Gambar 3).
F0 75.01 55.61 19.40 Namun hasil analisa kandungan unsur
logam berat (Hg) pada buah atau biji
F1 70.50 49.33 21.16 tanaman jagung dapat dikatakan tidak
B0 terdeteksi karena memiliki nilai 0
F2 68.70 47.56 21.37
mg/tanaman. Dapat dikatakan bahwa
T F3 67.70 59.13 8.57 tanaman jagung memiliki sifat hipertoleran,
2 F0 72.02 69.15 2.88 yaitu dapat mentolelir dan sifat
hiperakumulator, yang berarti dapat
F1 65.90 58.85 7.05 mengakumulasi unsur logam berat tertentu
B1
F2 65.05 58.18 6.87 dengan konsentrasi tinggi baik pada akar,
batang dan tajuk, serta dapat digunakan
F3 63.35 49.15 14.20 sebagai tujuan fitoekstraksi. Dalam proses
fitoekstraksi ini logam berat diserap oleh
akar tanaman dan ditranslokasikan ke tajuk
Data hasil penelitian pada Tabel 2 dan diolah kembali atau dibuang saat
menunjukkan bahwa kandungan Hg yang tanaman panen. Pendugaan ini ditunjang
terdapat pada perlakuan F0 memiliki nilai dalam penelitian Sudiana (2004) yang
rerata lebih tinggi dan mengalami menyimpulkan bahwa tanaman jagung
penurunan Hg yang sangat rendah dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem
dibandingkan perlakuan F3, F2 dan F1. Hal lahan tailing. Untuk mengatasi sifat dan
ini terjadi karena pada perlakuan F0 pada kondisi yang beracun dilakukan dengan
tahap I yakni fitoremediasi belum dilakukan pemberian bahan organik dilahan tailing
penanaman tumbuhan fitoekstraktor mutlak diperlukan untuk mendapatkan
sehingga kandungan Hg didalam tanah pertumbuhan tanaman yang baik.
masih tersedia cukup banyak. Berbeda Pemberian kompos berfungsi untuk
dengan perlakuan F1, F2 dan F3 yang mempercepat pembentukan humus pada
memiliki nilai rerata kandungan Hg yang daerah perakaran tanaman, serta dapat
lebih rendah, sehingga tanaman jagung memperbaiki kondisi fisik tanah dan
dapat tumbuh pada tanah yang mempercepat perkembangan akar tanaman.
terkontaminasi oleh logam berat, namun Tanaman jagung dalam menyerap unsur
pertumbuhannya sedikit terhambat dan yang beracun (Hg) pada tanah tidak
http://jtsl.ub.ac.id
80
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014
menunjukkan gejala keracunan, akan tetapi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat
berpengaruh terhadap pertumbuhan seperti kering tanaman.
T1
T2
Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C. nudiflora).
Gambar 2. Kandungan Hg Tanaman Jagung
Serapan Hg tanaman jagung tanaman serta dapat meracuni ekosistem dan
berbahaya terhadap lingkungan. Menurunnya
Hasil analisa ragam, tanaman jagung
serapan Hg diakibatkan oleh adanya
menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua
peningkatan kandungan Hg yang dapat
perlakuan sehingga pada pengamatan
menyebabkan terhambatnya partum-buhan
menunjukkan bahwa nilai serapan Hg pada
tanaman jagung.
tanaman jagung memberikan nilai yang
Penanaman jagung yang menggunakan
bervariasi pada setiap perlakuan, karena
perlakuan tumbuhan fitoekstraktor dan tanpa
jumlah serapan Hg dapat mempengaruhi
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor
terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman
memiliki efektifitas serapan Hg yang berbeda.
yang ditanam pada tanah yang tercemar
hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
tailing 20% memiliki daya serap dua kali lebih
jagung yang ditanam pada perlakuan F3 (C.
rendah dibandingkan dengan tanaman yang
nudiflora) mampu hidup dengan akumulasi
ditanam pada tanah yang tercemar tailing
logam berat lebih banyak dibandingkan
10%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingginya
dengan tanaman jagung yang ditanam pada
kandungan Hg pada tanah tercemar tailing
perlakuan F1 (C. bicolor) dan F2 (P.
20%, secara nyata dapat menghambat dan
conjugatum). Sedangkan pada perlakuan F0
mengganggu kestabilan perkembangan
http://jtsl.ub.ac.id
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014 81
http://jtsl.ub.ac.id
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014 82
http://jtsl.ub.ac.id