Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

72

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

PENGGUNAAN Caladium bicolor, Paspalum conjugatum, dan Comelina


nudiflora UNTUK REMEDIASI TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg)
LIMBAH TAILING TAMBANG EMAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mayz L.)

Lia Nova Triadriani 1, Eko Handayanto 2 dan Sri Rahayu Utami 2


1 Mahasiswa Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang-65145
2 Dosen Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang-65145

Abstract
Tailings, waste material from gold processing, contain heavy metals that are
toxic such as mercury (Hg). One of the negative impacts is causing contamination of
soil, developed through the accumulation of heavy metals. Phytoremediation is an
alternative technology, using plant to clean heavy metal contaminated soil. A research,
using Caladium bicolor, Paspalum conjugatum and Commelina nudiflora was then conducted as
phytoremediation for contaminated soil. The research was conducted in the greenhouse
using a randomized block design (RBD) with 3 factors and 3 replications. The first
factor was percentage of tailings in the soil (10% and 20%). The second factor was the
type of phytoectractor plants (C. bicolor, P. conjugatum and C. nudiflora). The third factor
was the use of organic matter (with and without organic matter). The study was
conducted in two steps, namely 1) phytoremediation, using C. bicolor, P. conjugatum, and
C. nudiflora; 2) evalution of corn growth after phytoremediation. The results showed that
Hg content in the soil containing 10% tailings (T1) was twice less than in the soil
containing 20% tailings (T2). The addition of organic matter increased the potential for
Hg absorption and consequently reduced content of Hg in the soil. C. bicolor, P.
conjugatum and C. nudiflora decreased Hg content in the soil, and hence potentially used
for phytoremediation. Of the three plants, C. nudiflora showed the highest Hg
absorption. Decreasing content of Hg in the soil improved corn growth, as indicated by
increasing height, number of leavs and dry weight.

Keyword: Mercury (Hg), Hyperacumulator, Phytoremediation

Pendahuluan mengandung logam berat yang bersifat


toksik dan sedikit unsur hara. Salah satu
Indonesia merupakan salah satu Negara
dampak negatif tersebut adalah
yang banyak dijumpai kegiatan sektor
menyebabkan pencemaran terhadap tanah
pertambangan emas, salah satunya PETI
yang terjadi karena akumulasi logam berat
(Pertambangan Emas Tanpa Ijin) di Jawa
(Baker, 1989). Teknik untuk mengatasi
Timur terdapat di Desa Pesanggaran, Kec.
pencemaran logam berat yaitu dikurangi
Genteng, Kabupaten Banyuwangi yang
dan dinetralisir dengan teknologi alternatif
beroperasi secara illegal sejak tahun 2009.
pembersihan lahan yang dikenal dengan
Tailing adalah material sisa dari proses
fitoremediasi. Fitoremediasi adalah
pengelolaan dan tailing mempunyai sifat
teknologi yang menggunakan Caladium
yang kurang menguntungkan serta akan
bicolor, Paspalum conjugatum, dan Comelina
menimbulkan dampak negatif karena

http://jtsl.ub.ac.id
73
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

nudiflora sebagai fitoremediator tanah 3 faktor yang dikombinasikan dengan 3 kali


tercemar tailing. ulangan. Faktor pertama adalah persentase
Tujuan penelitian ini adalah 1) tanah tercemar limbah tailing. Faktor kedua
Mempelajari dan mengetahui kemampuan adalah perbedaan jenis tanaman
C. bicolor, P. conjugatum dan C. nudiflora sebgai fitoekstraktor pada tanah limbah tailing.
fitoekstraktor tanah yang tercemar oleh Faktor ketiga adalah pemberian dosis bahan
limbah tambang emas mengandung Hg. 2) organik dan tanpa bahan organik.
Mempelajari hubungan pemberian bahan Kombinasi antar perlakuan dapat
organki terhadap pertumbuhan tanaman C. ditunjukkan pada Tabel 1
bicolor, P. conjugatum dan C. nudiflora. 3)
Tabel 1. Kombinasi Antar Perlakuan
Mempelajari pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung pada tanah Tanaman Fitoekstraktor
pascafitoremediasi.
Perlakuan
F0 F1 F2 F3
Bahan dan Metode
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
2011 sampai November 2012 di rumah B0 T1F0B0 T1F0B1 T2F0B0 T2F0B1
T1
kaca Fakultas Pertanian. Pengambilan B1 T1F1B0 T1F1B1 T2F1B0 T2F1B1
sampel tanah terdiri dari 2 lokasi yang
B0 T1F2B0 T1F2B1 T2F2B0 T2F2B1
berbeda yakni (1) pengambilan sampel T2
tanah tercemar limbah tailing tambang B1 T1F3B0 T1F3B1 T2F3B0 T2F3B1
emas di Desa Pesanggaran Kecamatan
Keterangan :
Genteng, Kabupaten Banyuwangi; (2)
T1 (Tanah tercemar tailing 10%);
pengambilan sampel tanah tidak
T2 (Tanah tercemar tailing 20%);
terkontaminasi di Desa Slamparejo,
F0 (Tanpa menggunakan tanaman
Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.
fitoekstraktor);
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap,
F1 (Tanaman fitoekstraktor C. bicolor);
yakni (1) penggunaan tumbuhan C. bicolor,
F2 (Tanaman fitoekstraktor P. conjugatum);
P. conjugatum dan C. nudiflora; (2)
F3 (Tanaman fitoekstraktor C. nudiflora);
pengamatan pertumbuhan jagung pasca
B0 (Tanpa menggunakan bahan organik);
fitoremediasi Hg.
B1 (Dengan bahan organik setara 10
Bahan yang digunakan terdiri atas
ton/ha)
tanah yang tercemar limbah tailing emas,
tanah yang tidak terkontaminasi (tanah Analisis Statistik
sehat), bibit tumbuhan C. bicolor, P. Data yang diperoleh diuji secara statistik
conjugatum dan C. nudiflora, bibit tanaman menggunakan Anova RAK (Rancangan
jagung, serta bahan organik Acak Kelompok) dengan uji F (taraf 5 %)
(kompos)diberikan dengan dosis setara untuk melihat perbedaan pengaruh antar
10kg/ha. perlakuan. Bila terdapat pengaruh antar
Masing-masing biji tumbuhan C. perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan
bicolor, P. conjugatum dan C. nudiflora ditanam pada taraf 5 %.
pada 5 kg tanah tercemar tailing yang diberi
bahan organik dan tanpa bhan organik. Hasil dan Pembahasan
Setelah pertumbuhan selama 60 hari , Tanah Tercemar Merkuri (Hg)
tanaman dipanen dan dilakukan analisis Kandungan Hg pada tanah tercemar tailing
kandungan Hg pada tumbuhan serta tanah dapat mempengaruhi terhadap kerusakan
dalam pot. Sisa tanah dalam pot lingkungan, namun juga dapat
pascafitoremediasi, digunakan untuk meningkatnya kandungan logam berat pada
penanaman tanaman jagung. hasil tanaman sehingga menurunnya
Penelitian ini disusun dalam kualitas tanah dan menyebabkan keracunan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pada tanaman. Alloway (2005) menyatakan

http://jtsl.ub.ac.id
74
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

kelebihan logam berat dalam tanah bukan Penurunan kandungan logam berat Hg
hanya meracuni tanaman dan organisme, dalam tanah akan berpengaruh terhadap
tetapi dapat berimplikasi pada pencemaran pertumbuhan tanaman selanjutnya yaitu
lingkungan. Pada Tabel 1 terlihat bahwa jagung. Dengan menciptakan pertumbuhan
pengamatan tahap I menunjukkan tanaman jagung menjadi lebih baik. Sesuai
perlakuan T1 (tanah tercemar limbah tailing dengan Hidayati (2004) yang menyatakan
10%) memiliki kandungan Hg lebih rendah bahwa rumput C. nudiflora merupakan jenis
dibandingkan T2 (tanah tercemar limbah tanaman rumput yang menunjukkan
tailing 20%). Rendahnya kandungan Hg kapasitas dalam membersihkan polutan
pada tanah tercemar tailing disebabkan oleh (kemampuan menyerap Hg) yang tinggi
adanya perlakuan pemberian bahan organik, sehingga dapat menunjukkan tolerasi yang
karena bahan organik dapat membantu tinggi juga terhadap lingkungan.
dalam penyediaan unsur hara yang
Tabel 1. Perubahan Hg dalam Tanah
dibutuhkan oleh tanaman untuk
Pascafitoremediasi
meningkatkan kesuburan tanah. Menurut
Stevenson (1997) bahan organik memiliki Perubahan Hg dalam Tanah
peranan penting selain sebagai penyangga Pascafitoremediasi (mg /kg)
pH, sebagai sumber hara, dapat Perlakuan
Hg Hg Penurunan
meningkatkan water holding capacity, juga
Awal Akhir Hg
dapat mengkelat logam-logam.
Pasca Fitoremediasi F 1.81
1 38.01 36.20
Hasil penelitian didapat bahwa kandungan
Hg pada tanah pascafitoremediasi B F 2.90
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor 0 2 38.01 35.11
yakni C. bicolor, P. conjugatum dan C. nudiflora F 4.09
yang mana pada Tabel 1 menunjukkan 3 38.01 33.91
bahwa T1 (tanah tercemar tailing 10%) T1
F 4.15
memiliki kandungan Hg dua kali lebih
1 37.03 32.88
sedikit dibandingkan dengan T2 (tanah
tercemar tailing 20%). Logam berat yang B F 7.96
terkandung dalam tanah meningkat seiring 1 2 37.03 29.07
dengan bertambahnya konsentrasi tailing,
F 10.76
sehingga logam berat yang ada pada tanah
3 37.03 26.27
menjadi berkurang sejalan dengan daya
serap tanaman. Hal ini dapat dikatakan F 4.52
bahwa T1 ((tanah tercemar tailing 10%) 1 75.01 70.50
memberikan dampak positif bagi tanaman
B F 6.08
rumput, sehingga tumbuhan C. bicolor, P.
0 2 75.01 68.93
conjugatum dan C. nudiflora menunjukkan
toleran tumbuh terhadap tanah tercemar F 7.32
tailing atau ketiga tumbuhan fitoekstraktor 3 75.01 67.70
tersebut mampu beradaptasi tumbuh pada T2
F 6.12
tanah beracun dan dapat menyerap logam
1 72.02 65.90
berat lebih banyak serta masih mampu
menjalankan fungsinya meskipun B F 6.97
kandungan Hg dalam tanah meningkat, 1 2 72.02 65.05
namun salah satu diantaranya yang F 8.67
berpotensi dalam menurunkan kandungan 3 72.02 63.35
Hg lebih besar adalah tumbuhan C. nudiflora
dibandingkan P. conjugatum dan C. bicolor.

http://jtsl.ub.ac.id
75
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

Kemampuan menurunkan kandungan Hg Tumbuhan rumput yang ditanam pada


lebih besar jika bahan organik ditambahkan. tanah tercemar limbah tailing 20% memiliki
Hal tersebut menandakan bahwa pemberian nilai berat berat kering yang lebih rendah
bahan organik sangat membantu dibandingkan dengan tanah yang tercemar
pertumbuhan tanaman pada tanah tercemar tailing 10%. Hal ini dikarenakan tingginya
tailing dan dapat meningkatkan produksi kandungan Hg yang terkandung didalam
biomasa tanaman. Dengan meningkatnya tanah mengakibatkan menurunnya
produksi biomasa tanaman, maka pertumbuhan tanaman sehingga berat
diharapkan banyak polutan yang diserap kering tanaman menjadi rendah. Pada
akan meningkat. Disamping itu juga dapat Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan
membantu kinerja tumbuhan dalam proses F3 (C. nudiflora) memiliki berat kering nilai
penyerapan logam berat lebih cepat. Selain berat kering lebih tinggi dibandingkan F2
itu juga bahan organik digunakan untuk (P. conjugatum) dan F1 (C. bicolor). Hal ini
memperbaiki sifat tanah pada tailing dalam dikarenakan tanaman C. nudiflora mampu
menyediakan unsur hara oleh tumbuhan beradaptasi pada lingkungan dengan baik
fitoekstraktor. Menurut pendapat Yuwono sehingga dapat membersihkan logam logam
(2006) bahwa pemberian bahan organik berat, namun tingginya kandungan Hg akan
pada tanah lebih bertujuan selain mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
membantu dalam penyediaan unsur nutrisi Pemberian bahan organik dapat
juga untuk memperbaiki kondisi tanah menyebabkan tingginya nilai berat kering
karena bahan organik cenderung berperan tanaman. Hal ini terjadi bahan organik
menjaga fungsi tanah agar unsur hara dapat membantu dalam penyediaan nutrisi
mudah diserap oleh tanaman. pada mikroorganisme yang ada pada tanah.
Produksi biomass tumbuhan fitoekstraktor

T1
Berat kering (g/tan)

Perlakuan

Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum);
F3 (C. nudiflora).
Gambar 1. Produksi Biomass
Serapan Hg pada tumbuhan fitoekstraktor pertumbuhan tanaman yang tumbuh
dengan optimal pada tanah tercemar tailing.
Pada umumnya pertumbuhan tanaman
Serapan Hg tanaman menunjukkan
meningkat dengan pemberian bahan
banyaknya unsur Hg per satuan berat kering
organik. Hal ini dapat dikatakan bahwa
tanaman.
serapan Hg pada rumput dapat meningkat
pula pada perlakuan pemberian bahan Pertumbuhan Tanaman Jagung Pascafitoremediasi
organik. Peningkatan serapan Hg tanaman
Setelah dilakukan fitoremediasi yang
dapat ditunjukkan dengan adanya
bertujuan untuk mereklamasi lahan

http://jtsl.ub.ac.id
76
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

tercemar maka dilakukanlah percobaan ketersediaan unsur hara pada tanah


dengan menanam tanaman pangan yaitu tercemar limbah tailing.
jagung. Dari hasil penelitian didapatkan
Pada perlakuan kontrol F0 ( tanpa
bahwa tidak hanya tanaman fitoekstraktor
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor),
saja yang dapat menyerap unsur logam,
tanaman jagung memiliki tinggi tanaman
akan tetapi tanaman pangan juga dapat
dan jumlah daun yang lebih rendah
menyerap unsur logam yakni terbukti
dibandingkan dengan perlakuan yang
bahwa tanaman jagung mampu beradaptasi
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor
dan menyerap unsur logam yang terdapat
yakni, perlakuan F1(C. bicolor) dan F2 (P.
pada tanah tercemar tailing,. Dapat
conjugatum) maupun F3 (C. nudiflora) karena
ditunjukkan pada :
tanaman jagung hanya bisa berusaha untuk
a) Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun tetap mempertahankan hidupnya karena
nutrisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi.
Tinggi tanaman dan jumlah daun
Hal ini berbeda dengan tanaman jagung
merupakan parameter yang diamati dengan
yang ditanam pada dengan menggunakan
tujuan sebagai perkembangan tanaman
tumbuhan fitoekstraktor yang memiliki
jagung dan untuk memudahkan mengetahui
pertumbuhan yang lebih baik. Tinggi
kualitas tumbuhnya serta sebagai indikator
tanaman dan jumlah daun yang paling baik
untuk proses pertumbuhan yang terjadi
dan memiliki pertumbuhan tanaman yang
seperti pada pembentukan biomassa
cepat jika diurutkan dari nilai rerata yang
tanaman. Secara keseluruhan pertumbuhan
tinggi yaitu tanaman jagung yang ditanam
tanaman pada tinggi tanaman dan jumlah
pada perlakuan F3 (C. nudiflora), F2 (P.
daun pada minggu ke-2 setelah tanam
conjugatum) dan yang terakhir F1 (C. bicolor).
mengalami sedikit terhambat dan
Ini terjadi karena perlakuan F3 (C. nudiflora)
mengalami peningkatan pada minggu ke-4
pada tahap fitoremediasi banyak menyerap
hingga minggu ke-10 setelah tanam
kandungan Hg lebih banyak sehingga
(Gambar 2 dan Gambar 3). Ini terjadi
kandungan Hg dalam tanah menjadi
karena tanaman perlu penyesuaian tumbuh
berkurang dan tanaman jagung dapat
dengan lingkungan yang baru. Tinggi
tumbuh dengan baik dibandingkan pada
tanaman berbanding lurus dengan jumlah
perlakuan F1 dan F2. Menurut Chaney
daun sehingga semakin tinggi tnaman
(1995) bahwa semua tumbuhan memiliki
semakin banyak jumlah daun dan hal ini
kemampuan menyerap logam dalm jumlah
seiring dengan pemberian bahan organik,
yang bervariasi.
karena bahan organik mampu memberikan

http://jtsl.ub.ac.id
77
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

T1

T2

Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1(C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C. nudiflora).
Gambar 2.Tinggi Tanaman

T1

T2

Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C.nudiflora).
Gambar 1. Jumlah Daun

http://jtsl.ub.ac.id
78
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

Biomass tanaman jagung Serapan N tanaman jagung


Bobot kering tanaman jagung diperoleh Serapan N pada tanaman jagung
dari hasil penimbangan yang dilakukan saat menunjukkan nilai rerata yang bervariasi
panen pada 10 MST, setelah tanaman pada setiap perlakuan. Pada perlakuan F0
dioven 2x24 dengan suhu 70C. Berat (tanpa menggunakan tumbuhan
kering pada perlakuan tanah yang tercemar fitoekstraktor) memiliki serapan N tanaman
limbah tailing 20%(tanah tercemar tailing yang lebih rendah dibandingkan perlakuan
20%) memiliki rerata lebih rendah yang menggunakan tanaman fitoekstraktor,
dibandingkan pada perlakuan T1 (tanah karena nutrisi yang dibutuhkan kurang
tercemar 10%). Hal ini dapat terjadi karena tersedia sehingga menciptakan tanaman
semakin bertambahnya kandungan tailing tidak dapat tumbuh dengan baik. Dapat
maka dapat memberikan pengaruh yang ditunjukkan pada perlakuan F3 (C. nudiflora)
kurang baik terhadap pertumbuhan yang memiliki nilai rerata serapan N lebih
tanaman. Tingginya kandungan Hg dapat tinggi dibandingkan dengan F2 (P.
menghambat pertumbuhan tanaman Conjugatum) dan F1 (C. bicolor) sehingga
sehingga menurunkan kualitas tanaman memiliki pertumbuhan yang kurang baik.
yang mengakibatkan rendahnya berat kering Ini berarti bahwa perlakuan F1 dan F2
yang dihasilkan. Fitter and Hay (2001) mengalami penghambatan pertumbuhan
berpendapat bahwa terhambatnya tanaman jagung yang disebabkan oleh
pertumbuhan tanaman dikarenakan adanya adanya kandungan Hg yang masih tersedia
cekaman logam berat, sehingga didalam tanah, sehingga akan
pertumbuhan dan perkembangan jaringan mempengaruhi terhadap tanaman dalam
pada akar terhambat. Menurunnya jaringan menyerap unsur yang dibutuhkan.
pada akar mengakibatkan penurunan
Dengan kondisi tailing yang berdampak
pertumbuhan bagian atas tanaman dan pada
pada tanaman jagung yang mengalami
akhirnya akan menurunkan berat kering
penghambatan tersebut, maka perlu
tanaman.
dilakukan dengan pemberian bahan
Berat kering pada tanaman jagung, organik. Menurut Nursyamsi (2005) bahwa
perlakuan F3 (C. nudiflora) memiliki nilai pemberian bahan organik mampu
rerata berat kering yang lebih tinggi meningkatkan nilai serapan N lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan pada tanaman jagung. Hal ini berarti bahwa
menggunakan F1 (C. bicolor) F2 (P. bahan organik yang diaplikasikan efektif
conjugatum) dan terus menurun seiring untuk meningkatkan serapan hara.
dengan meningkatnya konsentrasi tailing.
Kandungan Hg Pascapanen (Tanah dan bagian
Tinggi dan rendahnya berat kering jagung)
tanaman dapat dipengaruhi oleh perlakuan
Kandungan Hg pada semua perlakuan
dengan pemberian bahan organik pada
pasca panen tanaman jagung ditunjukkan
tanah tercemar, maka akan menambah
pada Tabel 2 bahwa kandungan Hg pada
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
T2 (tanah tercemar tailing 20%)
sehingga penyerapan unsur hara oleh
menunjukkan dua kali lebih besar
tanaman berjalan dengan baik dimana
dibandingkan pada T1 (tanah tercemar
berpengaruh dalam menaikkan proses
tailing 10%). Hal ini disebabkan beberapa
fotosintesis. Jika hasil fotosintesis semakin
logam berat yang terkandung dalam tanah
banyak, maka berat kering tanaman pun
belum mengalami penurunan atau belum
akan meningkat. Mimbar (1990)
terakumulasi oleh tanaman yang bersifat
menambahkan peningkatan berat kering
hiperakumulator pada tahap fitoremediasi
tanaman sejalan dengan perkembangan
karena akumulasi logam berat setiap
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
tanaman berbeda- beda.
daun serta perkembangan tongkol dan biji.

http://jtsl.ub.ac.id
79
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

Tabel 2. Nilai kandungan Hg tanah setelah kurang baik seperti terlihat halnya tanaman
tanaman jagung yang kekurangan unsur hara. Tanaman
jagung tumbuh diketahui tidak hanya
Kandungan Hg dalam tanah menyerap hara didalam tanah, akan tetapi
setelah jagung (mg/5kg) tanaman jagung ternyata juga mampu
Perlakuan menyerap Hg pada tanah tercemar limbah
Hg Hg Penuruna tailing, sehingga kandungan Hg didalam
Awal Akhir n Hg tanah menjadi berkurang atau menurun. Ini
berarti dapat dikatakan bahwa tanaman
F0 38.01 37.18 0.82 jagung memiliki potensi sebagai tanaman
hiperakumulator.
F1 36.20 34.15 2.05
B0 Dalam penelitian ditemukan juga hasil
F2 35.11 31.40 3.71
yang bervariasi terhadap kandungan Hg
T F3 33.91 28.79 5.12 pada bagian tubuh tanaman jagung. Secara
1 F0 37.03 35.43 1.60 keseluruhan menunjukkan bahwa
kandungan Hg pada bagian tubuh jagung
F1 32.88 25.13 7.75 paling tinggi terdapat pada akar
B1 dibandingkan pada batang dan tajuk, yang
F2 29.07 20.27 8.80
semakin keatas maka kandungan unsur
F3 26.27 17.55 8.72 logam berat semakin sedikit (Gambar 3).
F0 75.01 55.61 19.40 Namun hasil analisa kandungan unsur
logam berat (Hg) pada buah atau biji
F1 70.50 49.33 21.16 tanaman jagung dapat dikatakan tidak
B0 terdeteksi karena memiliki nilai 0
F2 68.70 47.56 21.37
mg/tanaman. Dapat dikatakan bahwa
T F3 67.70 59.13 8.57 tanaman jagung memiliki sifat hipertoleran,
2 F0 72.02 69.15 2.88 yaitu dapat mentolelir dan sifat
hiperakumulator, yang berarti dapat
F1 65.90 58.85 7.05 mengakumulasi unsur logam berat tertentu
B1
F2 65.05 58.18 6.87 dengan konsentrasi tinggi baik pada akar,
batang dan tajuk, serta dapat digunakan
F3 63.35 49.15 14.20 sebagai tujuan fitoekstraksi. Dalam proses
fitoekstraksi ini logam berat diserap oleh
akar tanaman dan ditranslokasikan ke tajuk
Data hasil penelitian pada Tabel 2 dan diolah kembali atau dibuang saat
menunjukkan bahwa kandungan Hg yang tanaman panen. Pendugaan ini ditunjang
terdapat pada perlakuan F0 memiliki nilai dalam penelitian Sudiana (2004) yang
rerata lebih tinggi dan mengalami menyimpulkan bahwa tanaman jagung
penurunan Hg yang sangat rendah dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem
dibandingkan perlakuan F3, F2 dan F1. Hal lahan tailing. Untuk mengatasi sifat dan
ini terjadi karena pada perlakuan F0 pada kondisi yang beracun dilakukan dengan
tahap I yakni fitoremediasi belum dilakukan pemberian bahan organik dilahan tailing
penanaman tumbuhan fitoekstraktor mutlak diperlukan untuk mendapatkan
sehingga kandungan Hg didalam tanah pertumbuhan tanaman yang baik.
masih tersedia cukup banyak. Berbeda Pemberian kompos berfungsi untuk
dengan perlakuan F1, F2 dan F3 yang mempercepat pembentukan humus pada
memiliki nilai rerata kandungan Hg yang daerah perakaran tanaman, serta dapat
lebih rendah, sehingga tanaman jagung memperbaiki kondisi fisik tanah dan
dapat tumbuh pada tanah yang mempercepat perkembangan akar tanaman.
terkontaminasi oleh logam berat, namun Tanaman jagung dalam menyerap unsur
pertumbuhannya sedikit terhambat dan yang beracun (Hg) pada tanah tidak

http://jtsl.ub.ac.id
80
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014

menunjukkan gejala keracunan, akan tetapi tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat
berpengaruh terhadap pertumbuhan seperti kering tanaman.

T1

T2

Keterangan : T1 (Tanah tercemar limbah tailing 10%); T2 (Tanah tercemar limbah tailing
20%); B0 (Tanpa menggunakan kompos); B1(dengan kompos); F0 (tanpa mengunakan tanaman
fitoekstraktor); F1 (C. bicolor); F2(P. conjugatum); F3 (C. nudiflora).
Gambar 2. Kandungan Hg Tanaman Jagung
Serapan Hg tanaman jagung tanaman serta dapat meracuni ekosistem dan
berbahaya terhadap lingkungan. Menurunnya
Hasil analisa ragam, tanaman jagung
serapan Hg diakibatkan oleh adanya
menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua
peningkatan kandungan Hg yang dapat
perlakuan sehingga pada pengamatan
menyebabkan terhambatnya partum-buhan
menunjukkan bahwa nilai serapan Hg pada
tanaman jagung.
tanaman jagung memberikan nilai yang
Penanaman jagung yang menggunakan
bervariasi pada setiap perlakuan, karena
perlakuan tumbuhan fitoekstraktor dan tanpa
jumlah serapan Hg dapat mempengaruhi
menggunakan tumbuhan fitoekstraktor
terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman
memiliki efektifitas serapan Hg yang berbeda.
yang ditanam pada tanah yang tercemar
hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
tailing 20% memiliki daya serap dua kali lebih
jagung yang ditanam pada perlakuan F3 (C.
rendah dibandingkan dengan tanaman yang
nudiflora) mampu hidup dengan akumulasi
ditanam pada tanah yang tercemar tailing
logam berat lebih banyak dibandingkan
10%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingginya
dengan tanaman jagung yang ditanam pada
kandungan Hg pada tanah tercemar tailing
perlakuan F1 (C. bicolor) dan F2 (P.
20%, secara nyata dapat menghambat dan
conjugatum). Sedangkan pada perlakuan F0
mengganggu kestabilan perkembangan

http://jtsl.ub.ac.id
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014 81

(tanpa menggunakan tumbuhan terhadap kandungan Hg pascapanen (tanah)


fitoekstraktor), tanaman jagung hanya bisa yang menunjukkan kolerasi negatif sehingga
mengakumulasi kandungan Hg kurang kolerasinya kurang erat, namun pada taraf uji
optimal. Sesuai dengan pernyataan Muin 5% menunjukkan beda nyata dengan p-value
(2003) jika logam berat yang terdapat didalam (0.000**). Sedangkan Hg yang diserap oleh
tanah tinggi, maka bisa terjadi penurunan tanaman akan semakin terakumulasi dalam
penyerapan oleh tanaman. tubuh tanaman. seluruh bagian tubuh jagung
mengakumulasi Hg dengan volume berbeda-
Meningkatnya serapan Hg pada tanaman
beda.Bagian tanaman jagung yang paling
jagung dapat dipengaruhi oleh adanya
banyak mengakumulasi Hg atau mengandung
pemberian bahan organik, karena bahan
Hg terdapat pada akar tanaman.Sedangkan
organik mempunyai kemampuan untuk
pada bagian yang lebih atas (batang dan daun)
mengikat kelebihan logam berat yang bersifat
kandungan Hg semakin berkurang yang
racun, sehingga tanaman dapat beradaptasi.
ditunjukkan pada kolerasi positif dengan p-
Menurut pendapat Verloo (1993) bahwa hasil
value (0.000**) yang menunjukkan hubungan
dekomposisi bahan organik menghasilkan
keduanya sangat erat (Lampiran 13a).Dari
senyawa- senyawa sederhana yang langsung
hasil penjelasan diatas dapat diambil
dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan
kesimpulan bahwa tanaman jagung
membentuk senyawa komplek yang berfungsi
merupakan tanaman hiperakumulator yang
utnuk mengurangi sifat racun logam berat.
mempunyai kemampuan dalam menyerap
Korelasi antar pengamatan parameter logam berat.
Hasil analisis korelasi menunjukkan korelasi Kesimpulan
negatif dan berbeda nyata antara serapan Hg
1) Tanaman C. bicolor, P. conjugatum, dan C.
pascafitoremediasi dan kandungan Hg
nudiflora dapat menurunkan kandungan
pascafitoremediasi (tanah) dengan nilai
Hg dalam tanah tercemar limbah tailing.
kolerasi (-0.687) pada nilai p-valuenya
Kemampuan serapan tanaman C.
(0.000*) (Lampiran 13a), sehingga antar
nudiflora lebih besar dibandingkan C.
keduanya sangat erat. Menurut Muin (2003)
bicolor dan P. conjugatum, namun semakin
jika logam berat yang terdapat di dalam tanah
tinggi kandungan Hg maka semakin
tinggi, maka bisa terjadi penurunan
rendah serapannya.
penyerapan oleh tanaman.Semakin tinggi
tanaman menyerap kandungan Hg, maka 2) Tanaman C. bicolor, P. conjugatum, dan C.
kandungan logam berat yang ada ditanah nudiflora dapat menurunkan kandungan
semakin berkurang sehingga berpengaruh Hg dalam tanah tercemar limbah tailing.
terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya. Kemampuan serapan tanaman C.
Hasil analisis korelasi menunjukkan nudiflora lebih besar dibandingkan C.
korelasi negatif dan berbeda nyata antara bicolor dan P. conjugatum, namun semakin
serapan Hg pascapanen dan kandungan Hg tinggi kandungan Hg maka semakin
pascapanen (tanah) menunjukkan berkorelasi rendah serapannya.
negatif dengan nilai
3) Meningkatnya pertumbuhan tanaman
(-0.598) dengan nilai p-valuenya (0.000*)
jagung dipengaruhi dengan adanya
(Lampiran 13a).Hal ini dikarenakan semakin
penurunan kandungan Hg
tinggi serapan Hg maka semakin rendah
pascafitoremediasi. Hasil penelitian
kandungan Hg yang ada didalam tanah,
menunjukkan bahwa Hg pada tanaman
namun serapan Hg dapat menghambat dan
jagung banyak terdapat pada bagian akar
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang
serta diikuti bagian batang dan daun,
optimal.
sehingga semakin keatas maka
Semakin tingginya tanaman dalam
kandungan Hg semakin sedikit.
menyerap Hg yang terdapat dalam tanah,
maka akan semakin berkurang kandungan Hg Saran
dalam tanah. Hal ini ditunjukkan pada data
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan
pengamatan hubungan akar, batang dan daun
adanya penelitian lebih lanjut mengenai jenis

http://jtsl.ub.ac.id
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 72-82, 2014 82

leguminosae dan tanaman pangan lainnya Nursyamsi D., L. O. Syafuan, D. W.


yang berfungsi sebagai tanaman Purnomi.2005. Peranan Bahan
hiperakumulator pada tanah tercemar tailing Organik dan Dolomit
emas, serta variasi dosis bahan organik dan dalamMemperbaiki Sifat-Sifat Tanah
kadar konsentrasi tailing sehingga dapat Podsolik dan Pertumbuhan Jagung
diketahui dosis yang tepat untuk (Zea Mays L.). Jurnal Penelitaian
meningkatkan pertumbuhan dan produksi Pertanian.
tanaman.
Sudiana, I. M. 2004. Revegetation of
degraded land using Enterolobium
cyclocarpum inoculated with
Ucapan Terima Kasih
rhizobium, phosphate solubizing
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bacteria, and mycorrhiza. Agrikultura
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, atas biaya 15: 5-9.
penelitian yang diberikan dalam kegiatan
Stevenson, F. J. 1997. Humus Chemistry:
Indofood Riset Nugraha (IRN)
Genesis, Composition, Reaction. John
Daftar Pustaka Willey&son. New York.
Alloway, B. J. 2005. Heavy Metals in Soils.2nd Verloo, M. 1993. Chemical Aspect of Soil
Edition.Blackie Academic and Pollution. ITC-Gen Publications series
Professional Chapman and Hall. No. 4:17-46
London-Glasgow-Wenheim-New
Yuwono, N. W. 2009. Membangun
York. Tokyo-Melbourne-Madras.368
Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal.
p.
Jurnal Ilmu Tanah dan
Baker, A .J. M. and R. R. Brooks. 1989. Lingkungan,Vol.9, No.2,p: 137-141.
Terrestrial higher plants which
hyperaccumulate metal elements- a
reveiew of their distribution, ecology
and phytochemistry. Biorecovery 1:81-
126.
Chaney, R. L. 1995. Potential use of metal
hyperaccumulators. Mining Environ
Manag 3:9-11.
Fitter, A. H., and R. K. M Hay. 2001.
Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Terjemahan oleh Sri Andani dan E.D.
Purbayanti. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
Hidayati, N., T. Juhaeti,danF. Syarif. 2009.
Mercury and Cyanide Contaminations
in Gold Mine Environment and
Possible Solution of Cleaning Up by
Using Phytoextraction. Hayati Journal of
Biosciences. Vol. 16, No. 3: 88-94.
Muin, A. 2003.Penggunaan Mikoriza untuk
Menunjang Pembangunan Hutan pada
Lahan Kritis atau
Marginal.http://www.hayati-
ipb.com/users/PPs702.htm

http://jtsl.ub.ac.id

You might also like