Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

[JDS]
JOURNAL OF SYIAH KUALA
DENTISTRY SOCIETY
Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/
E-ISSN : 2502-0412

PERAWATAN GIGI SUPERNUMERARY RAHANG ATAS PADA MASA GIGI


BERCAMPUR: LAPORAN KASUS

Hilda Fitria Lubis*


Departemen Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

Abstract
Supernumerary teeth is one of the etiology of crowding and a serious problem for patients because it
can be a risk factor supernumerary tooth malocclusion especially if it grows in the anterior part
between the two incisor teeth ( mesiodens ) so that patients feel uncomfortable which can result in
disturbing appearance . The etiology of supernumerary teeth from heriditer factor , disruptions /
anomalies growth of teeth and other tissues as well as some theory that suggests the etiology such as
avatisme theory and the theory of dichotomy . Male patients aged 9 years came to the Department of
Orthodontics RSGMP FKG USU with complaints of upper anterior teeth crowding . Changes in
treatment results obtained within 4 months using removable orthodontic device is active . Early
treatment in this case is recommended due to prevent malocclusion become more severe . This tool is
easy to make, efficient and well tolerated by patients .

Keyword : supernumerary teeth , removable orthodontic devices , mixed dentition

PENDAHULUAN Jika gigi supernumerary erupsi di luar


lengkung rahang, oklusi yang normal
Menurut Bhalajhi Sundaresa Iyyer, mungkin tidak terganggu, namun apabila
Supernumerary teeth atau gigi tambahan erupsi dalam lengkung gigi tempat gigi
adalah suatu kelainan di mana jumlah gigi permanen seharusnya erupsi maka dapat
lebih dari normal. Masalah gigi menyebabkan terjadinya maloklusi. berupa
supernumerary yang dapat mempengaruhi diastema sentral, gigi berjejal, rotasi dan lain
oklusi normal karena jumlahnya yang lebih lain.1
banyak dari seharusnya, sehingga berdampak Gigi supernumerary dapat tunggal,
terhadap terjadinya gigi berjejal dan kelainan multipel,dan erupsi unilateral atau bilateral
oral. Gigi berjejal merupakan keadaan dan kemungkinan terdapat pada satu atau
dimana terdapat perbedaan antara ruang yang kedua rahang. M.Thrse Garvey
diperlukan di dalam lengkung gigi dengan mengatakan bahwa faktor genetik berperan
ruang yang tersedia di dalam lengkung gigi.1 penting dalam terjadinya anomali gigi
supernumerary karena sering ditemukan pada
anggota keluarga dari pasien. Menurut J.A.
Salzmann, penyebab terjadinya gigi
supernumerary dapat dibagi menjadi beberapa
teori sebagai berikut:2,3
Corresponding author 1. Teori Atavisme Gigi supernumerary terjadi
Email address : hildadrgusu@gmail.com karena mengikuti primitive dentition. Nenek
moyang manusia yang dipercayai berasal dari
103
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

spesies kera mempunyai 44 gigi sehingga ditemui adanya gigi supernumerary adalah
pada saat ini masih terdapat manusia yang pada rahang atas (mesiodens) , di mana 80 %
mempunyai jumlah gigi yang lebih dari dari semua gigi supernumerary ditemukan
normal atau gigi supernumerary. pada daerah insisivus rahang atas, jarang
2. Teori hypergenesis epithel bahwa gigi ditemukan di daerah distomolar rahang atas,
supernumerary juga dapat terjadi akibat premolar rahang bawah, premolar rahang atas,
hipergenesis epitel dimana sisa lamina dental distomolar rahang, caninus , dan gigi insisivus
atau cabang palatal lamina dental yang aktif rahang bawah.5,6
dirangsang untuk berkembang menjadi benih
gigi tambahan sehingga terbentuknya gigi
supernumerary. LAPORAN KASUS
3. Teori Faktor Keturunan(herediter); gigi
supernumerary merupakan suatu kelainan Anak laki-laki berusia 9 tahun datang
yang diturunkan dan dibawa oleh suatu gen ke dokter gigi dengan keluhan gigi depan atas
mutan. Teori ini didukung oleh peningkatan tidak rapi. Pada pemeriksaan ektra oral,
penemuan kasus gigi supernumerary pada bentuk wajah mesoprosopic dengan profil
pasien dengan anomali dentofasial seperti wajah cembung (Gambar 1)
celah bibir atau palatum dan cleidocranial
Pada pemeriksaan intra oral dijumpai
dysplasia.
pada regio 11 dan 21 ada gigi supernumerary
4.Teori Dikotomi, yaitu benih gigi terbagi dua
di rahang atas, jumlah gigi lengkap, karies
saat perkembangannya. Satu bagian akan
pada beberapa gigi, gingival yang sehat,
berkembang menjadi gigi normal sementara
frenulum labial normal, palatum dangkal
satunya lagi berkembang menjadi gigi
(30,7%). Pasien menelen dengan normal,
supernumerary seperti mesiodens.
penutupan mulut ,bibir menutup normal, dan
Gigi berjejal terjadi akibat tidak
tidak memiliki kelainan sendi rahang. Pada
harmonisnya ukuran gigi dan panjang
pemeriksaan model dijumpai: relasi molar
lengkung rahang. Misalnya, ukuran gigi yang
pertama gigi permanen kanan dan kiri Klas I
terlalu besar, lengkung rahang yang terlalu
Angle, garis median rahang atas bergeser
pendek atau jumlah gigi lebih dari normal.
kekiri 2mm dan normal pada mandibula,
Gigi supernumerary merupakan salah satu
Overjet (+) 3 mm pada gigi 11 terhadap 41
etiologi gigi berjejal. Misalnya, adanya gigi
dan (+) 6 mm pada gigi 21 terhadap 31,
supplemental insisif lateral, dapat
Overbite (+) 2 mm pada gigi 11 terhadap 41
menyebabkan gigi-gigi pada regio anterior
dan (+) 3 mm pada gigi 21 terhadap 31.
maksila berjejal oleh karena kekurangan
(Gambar 2).
tempat dengan tumbuhnya gigi tambahan
Pemeriksaan radiografi sefalometri
tersebut.3
menunjukkan relasi rahang Klas I skeletal,
Pada gigi berjejal yang disebabkan
konveksitas wajah skeletal cembung, rotasi
oleh gigi supernumerary sebaiknya dilakukan
mandibula normal, pola pertumbuhan wajah
ekstraksi untuk mendapatkan ruang yang
normal, inklinasi insisivus maksila normal,
dibutuhkan, selanjutnya gigi berjejal dapat
inklinasi insisivus mandibula proklinasi, dan
dikoreksi dengan menggunakan piranti
kedudukan bibir atas dan bawah didepan garis
ortodonti lepasan atau cekat . Perawatan
estetis,semua benih gigi lengkap. (Gambar 3
ortodonti harus dilakukan sesegera mungkin
dan tabel 1).
untuk menghindari efek samping dari
pertumbuhan skeletal wajah.3,4
Prevalensi gigi supernumerary pada
periode gigi permanen yaitu dari 0.1% sampai
3.8% dan dari 0.3% sampai 0.6% pada
periode gigi sulung. Pada gigi permanen, gigi
supernumerary lebih banyak terjadi pada laki-
laki dibanding pada perempuan dengan
perbandingan 2:1. Lokasi yang paling sering

104
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

Gambar 1. Foto profil sebelum perawatan.

Gigi supernumerary

Gambar 2. Model studi sebelum perawatan

105
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

Gambar 3. Roegent foto sebelum perawatan.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Radiografi untuk mendorong gigi 22 ke arah labial, dan
Sefalometri klamer Adams ( = 0,7 mm) pada gigi molar
Jenis Pengukuran Hasil Pengukuran pertama permanen sebagai retensi (Gambar
Sefalometri Sefalometri 4).

Skeletal
SNAo 85 o
SNBo 82 o
ANBo 3o
NAPog 4o
MP:SNo 31 o
NSGno 66 o
Pog:NB 2o Gambar 4.Piranti ortodonti: A. Labial bow aktif
dengan Z spring.
Dental
I:I 140 o KEMAJUAN PERAWATAN
Setelah empat bulan terjadi
I : SNo \ 103 o perubahan pada overjet pada gigi 21 terhadap
I : MPo 97 o 31 menjadi 2 mm yang sebelumnya 6 mm,
I : APogo mm 8 mm posisi gigi 21 sudah sejajar lengkung dengan
menggunakan piranti labial bow aktif, untuk
I : NB mm 5 mm
meretraksi gigi 21 kearah palatal, yang
E:Ls 2 mm sebelumnya ke labial. Posisi gigi 22 sudah
E:Li 2 mm sejajar lengkung dengan menggunakan Z-
spring yang sebelumnya posisi ke palatal .
Instruksi kebersihan mulut diberikan, dan
RENCANA PERAWATAN piranti diperiksa dan diaktivasi setiap 2
Perawatan dengan piranti ortodonti lepasan minggu. Profil wajah pasien sedikit berubah
rahang atas sistem plat. Pra perawatan setelah perawatan (Gambar 5,6 dan 7).
dilakukan pencabutan gigi supernumerary .
Pada rahang atas menggunakan labial bow
aktif ( = 0,7 mm) dan Z spring ( = 0,6 mm)

106
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

Gambar 5. Foto profil setelah empat bulan perawatan

Gambar 6. Foto intra oral setelah empat bulan perawatan

Gambar 7. Model studi setelah empat bulan perawatan

107
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

DISKUSI masih dalam tumbuh kembang dan kooperatif


dalam memakai piranti tersebut.
Salah satu penyebab maloklusi adalah
gigi supernumerary. Berdasarkan letak posisi
dan bentuk, gigi supernumerary dapat KESIMPULAN
diklasifikasikan menjadi simple yaitu
malposisi ringan yang disebabkan akibat gigi Piranti ortodonti lepasan dengan Labial
supernumerary seperti mesiodens dan bow merupakan salah satu alternatif
perawatan dalam mengatasi kasus gigi berjejal
komplek yaitu malposisi atau malformasi dari
akibat gigi supernumerary. Perawatan dini
bagian-bagian tertentu pada lengkung gigi
dalam perawatan maloklusi gigi berjejal dapat
akibat gigi supernumerary yang dapat membantu seperti:
meningkatkan keparahan maloklusi. Secara
klinis ,gigi supernumerary dapat Mengeliminasi pergerakan mandibula
menyebabkan gangguan lokal yang berbeda, yang salah, sehingga mencegah
seperti retensi gigi primer, impaksi gigi maloklusi yang lebih parah.
permanen, erupsi ektopik, perpindahan gigi, Mengeliminasi traumatik okulsi.
kista folikel, dan perubahan lainnya yang
membutuhkan intervensi bedah atau
perawatan ortodontik. 4,7,9 DAFTAR PUSTAKA
Erupsi gigi supernumerary sering
menyebabkan gigi berjejal. Sebuah gigi 1. Iyyer, Bhalajhi Sundaresa, Seema Iyyer
supernumerary pada gigi insisivus lateral Bhalajhi, Orthodontics TheArts And
dapat meningkatkan potensi gigi berjejal dan Science, Edisi Ketiga, Mangalore,
menyebabkan masalah estetika di daerah Arya,2006.86
anterior rahang atas. Hubungan gigi sulung 2. Garvey, M. Thrse, Hugh J. Barry,
dan diastema yang abnormal juga telah Marielle Blake,SupernumeraryTeeth-An
dilaporkan. Gigi yang berjejal dapat Overview of Classification, Diagnosis
mengakibatkan rotasi gigi-gigi individual and Management. J Can Dent
atau berkembangnya gigi didalam atau diluar Association, Vol 65,1999.652
lengkung. Gangguan ini mengakibatkan
interferensi tonjol dan aktifitas pergeseran 3. Salzmann, J.A.. Orthodontics Principles
mandibula pada gigi geligi yang sedang And Prevention. J.B. Lipipincott,
berkembang adaptasi dari pergerakan gigi 1997.315.
umumnya bisa mencegah timbulnya gangguan 4. Sudiono J. Gangguan tumbuh kembang
tersebut. Gangguan lain yang diakibatkannya dentokraniofasial. Jakarta:EGC 2008: 24-
adalah relasi oklusal yang kurang stabil (tonjol 5.
terhadap tonjol daripada tonjol terhadap fosa)
dan kelainan antara gingival dan gigi karena 5. Iswari HS. Gigi Supernumerary dan
tidak memadainya ruang untuk tempat perawatan ortodonsi. E-Journal Widya
epitelium interdental.8,9-10 Kesehatan dan Lingkungan 2013; 1(1):
37-44.
Untuk menentukan perawatan yang
optimal pada kasus gigi supernumerary di 6. Merwe VDAE, Steyn M. The High
perlukan terlebih dahulu pemeriksaan klinis Prevalence of Supernumerary Teeth in
dan pemeriksaan radiografi. Perawatan gigi Skeletal Remains from a 19th Century
supernumerary hanya dengan pencabutan atau Mining Community from Kimberley,
perawatan gigi supernumerary dengan South Africa. South African Dental
pencabutan selanjutnya melakukan perawatan Journal 2009; 64(4):162 6.
ortodontik untuk memperoleh oklusi yang 7. Paula FM, Castellon EV, Aytes LB,
benar dan memperoleh ruang pada kasus gigi
Escoda CG. Retrospective study of 145
supernumerary. Perawatan gigi berjejal
supernumerary teeth.Med Oral Patol Oral
dengan menggunakan piranti ortodonti
lepasan aktif berhasil oleh karena usia pasien Cir Bucal 2006;11(3): 39-44.
108
Fitria /J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 103-109

8. Anna KS, Tomasz KM. Supernumerary


teeth in clinical practice. J Biol Earth
Science 2011; 1 (1): 1-3

109

You might also like