Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 14

NASEHAT DALAM DRAMA SYAMSUN NAHAAR

KARYA TAUFIQ EL HAKIM: KAJIAN SEMIOTIK

Zumrotul Mukaromah
Nurul Murtadho
Ibnu Samsul Huda

Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang.
E-mail: zum_hiejhz@yahoo.com

Abstract: This study was aimed to describe the structure of the drama of
Syamsun Nahaar and the advice included in the drama Syamsun Nahaar
by Taufiq El Hakim based upon the study of semiotics. In the data analysis
technique, the researcher used semiotics theory, Riffaterre, they are: heuristic
reading, retroactive reading, hypo-gram and matrices finding. The drama of
Syamsun Nahaars structure was in the form of: (1) the theme in the drama of
Syamsun Nahaar was love struggle , (2) the plot in the drama of Syamsun
Nahaar was progressive, (3) characters the drama of Syamsun Nahaar
were: Syamsun Nahaar, Qamar, King Numan, Prince Hamdan (4) the setting
of the drama were the palace of King Numan, the palace of Prince Hamdan,
hill, dead village, (5) the figure of speech written in the drama were proverb,
qashr, mursal and tasybih figurative language, and (6) the messages of the
drama were: be fair, think before act, be obedient to our parents and always
asking for their custody, dont be excessive, be independent, return all the
things we do not belong to, wealth and power would never guarantee the
peoples happiness, and do not be down hearted. The advices which were
implicitly consisted were: believe in Allah SWT, pursue the knowledge,
strong willed, responsible, confident, patient, qanaah, low profile,
independent, not to be excessive, fair, honest, helpful, take every opportunity,
loving towards others, watch our mouth, respect the parents, do something
with good purpose, keep ourselves from being temperamental, hardworking
and be aware in life.

Key words: advice, the drama of Syamsun Nahaar, the study of Semiotics.

1
: ) (1
" " ) (2
. ""

. (1) : )(
)( )(
)( :
: ) (
)(

. ) (2



.

:
" " .

Jakop Sumarjo (dalam Huda, dkk, 2008:4) menyatakan bahwa sastra merupakan
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaaan, ide,
semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan
pesona indah dengan alat bahasa. Dermawan, dkk (1996:1) juga menyatakan
bahwa sastra adalah karya seni dengan bahasa sebagai bahan dan alat
pengucapnya (literary work of art). Bahasa dalam karya sastra, pada wacana
khasnya, merupakan hasil perekayasaan kreatif sastrawan berdasarkan potensi dan
kelonggaran aturan, kaidah dan konvensi kebahasaan yang semaksimal mungkin
ditemukan sastrawan.
Menurut Biyantari (2009:1) karya sastra sebagai hasil cipta manusia
selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun
nilai- nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat
istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat
melalui karya sastra. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan

2
dari kehidupan manusia. Adapun permasalahan manusia merupakan ilham bagi
pengarang untuk mengungkapkan dirinya dengan media karya sastra. Hal ini
dapat dikatakan bahwa tanpa kehadiran manusia, sastra mungkin tidak ada.
Memang sastra tidak terlepas dari manusia, baik manusia sebagai sastrawan
maupun sebagai penikmat sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia
berperan sebagai pendukung yang sangat menentukan dalam kehidupan sastra.
Salah satu bentuk karya sastra adalah drama. Drama adalah suatu karya
sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan manusia melalui dialog dan
lakuan (Maryaeni, 1992:9). Karya sastra sebagai sebuah hasil cipta manusia,
diciptakan untuk menyampaikan pesan penulisnya. Penulis karya sastra
menyampaikan pesan karyanya melalui tanda-tanda yang dituangkan dalam
bentuk kata, frase, kalimat, maupun paragraf. Sebagaimana pendapat Endraswara
(2011: 63) bahwa karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan
keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa,
melainkan bahasa khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik.
Paul Cobley dan Litza Janz (dalam Kamil, 2009:194) dan Endraswara
(2011: 64) mendefinisikan bahwa semiotik adalah studi tentang tanda. Yang
dimaksud dengan tanda adalah segala sesuatu yang dapat diamati dan
diidentifikasi. Jika Paul Cobley dan Litza Janz menyebutkan bahwa semiotik
merupakan studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana
cara kerjanya, dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Melalui tanda-
tanda ini pengarang ingin menguraikan pesan teks sastra yang bersifat inner,
transendental, dan latent (tersembunyi). Maka Endraswara menambahkan bahwa
tanpa memperhatikan hal-hal yang terkait dengan tanda, maka pemaknaan karya
sastra tidaklah lengkap. Makna karya sastra tidak akan tercapai secara optimal jika
tidak dikaitkan dengan wacana tanda.
Diantara hasil karya sastra yang disampaikan melalui sistem tanda adalah
drama. Penggunaan metoda semiotik sebagai pendekatan pembacaan dalam
penelitian karya sastra (drama) didasarkan pada pengertian tentang tanda, cara
kerjanya, dan penggunaannya. Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan
cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Aradea dan Venayaksa (2007)
menyatakan bahwa pada dasarnya, naskah drama merupakan kumpulan simbol.

3
Sebagai simbol, karya drama akan berarti jika penikmatannya berada pada
konvensi yang sama. Jadi, sudah ada persetujuan antara pemakai simbol tentang
hubungan simbol dengan acuannya. Yang unik adalah drama memberi kebebasan
yang lebih besar pada penafsir simbol daripada simbol-simbol lain yang lebih
terbatas, misalnya simbol-simbol pada teks puisi atau novel.
Kamil (2009:45) menyebutkan bahwa Taufiq El Hakim merupakan
sastrawan Arab yang banyak melahirkan naskah drama. Taufiq El Hakim
meninggal dunia pada tahun 1987 dengan mewariskan lebih dari 60 naskah drama
Arab modern, 2 kumpulan cerpen dan 20 novel yang bermutu tinggi. Diantara 60
naskah drama yang diwariskan Taufiq El Hakim adalah drama yang berjudul
Syamsun Nahaar. Drama Syamsun Nahaar ditulis Taufiq El Hakim pada
tahun 1965, dan diterjemahkan serta tersebar dalam bahasa Inggris di Amerika
pada tahun 1981.
Masalah lingkungan kerajaan dan alam bebas menjadi latar cerita drama
Syamsun Nahaar memiliki daya pikat dan nilai tambah bagi pembaca. Hal ini
mengajarkan bahwa dimanapun kita berada kita harus menempatkan posisi kita
sesuai dengan lingkungan tersebut. Kelebihan lainnya adalah gaya bahasa yang
lugas, jernih, mudah dipahami serta pencitraan yang terdapat dalam drama
Syamsun Nahaar mudah diekspresikan dan diinterpretasikan.
Pemilihan drama Syamsun Nahaar dilatarbelakangi oleh adanya
keinginan peneliti untuk memahami nasehat yang tercermin dari perilaku para
tokoh melalui dialog-dialog dalam drama ini. Selain itu, drama Syamsun Nahaar
karya Taufiq El Hakim dipilih karena memiliki beberapa kelebihan baik dari segi
isi maupun bahasanya. Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu
mendeskripsikan nasehat yang terkandung dalam drama Syamsun Nahaar Karya
Taufiq El Hakim dengan tinjauan semiotik.

METODE
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan
rancangan deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

4
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2011: 6) Instrumen penelitian
ini adalah peneliti sendiri sebagai human instrument serta tabel kodifikasi data
yang berguna untuk menjaga keabsahan data.
Data dalam penelitian ini berupa kata, frase, dan kalimat yang menunjukkan
nasehat yang terkandung dalam drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim.
Sedangkan sumber datanya adalah salinan naskah drama Syamsun Nahaar Karya
Taufiq El Hakim terbitan Daaru Mishro Lith-Thibaaah.
Untuk memperoleh data, dilakukan penelusuran nasehat dengan cara
membaca teks drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim dengan cermat
(berulang-ulang) untuk mengetahui aspek-aspek yang akan diamati, memilih dan
menandai teks-teks (memberi kode) satuan dialog, monolog, dan narasi dalam
drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim yang terkait dengan nasehat,
mengidentifikasi data sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, dan
mengklasifikasi data berdasarkan tabel yang telah dibuat.
Berpijak pada tujuan penelitian ini, maka analisis data dilakukan secara
semiotik. Mengacu pada keterangan Riffaterre (dalam Selden, 1991: 126), yaitu
mencoba membaca untuk arti biasa, menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak
gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa, menemukan
hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang diperluas atau yang tidak biasa dalam
teks dan menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pernyataan
tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks, maka
keempat pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre di atas mengilhami
peneliti dalam menganalisis hikmah dan nasehat yang terkandung dalam drama
Syamsun Nahaar. Adapun langkah-langkah dalam penelitian adalah pembacaan
secara heuristik, pembacaan secara retroaktif, menemukan hipogram dan
menemukan matriks.
Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: (1)
pengkajian terhadap drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim, artinya
karya sastra yang dianalisis dan diteliti itu dibaca berulang-ulang sampai
menemukan kajian yang diperlukan yang disertai dengan pengalaman dan
pengetahuan yang ada dan relevan, (2) ketekunan pengamatan, artinya peneliti

5
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap faktor-faktor yang menonjol. Peneliti membaca, mengamati, dan
memahami secara intensif dan berulang-ulang terhadap teks yang ada dalam
drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim, (3) pengecekan pembimbing dan
teman sejawat, artinya hasil analisis yang diperoleh didiskusikan kepada
pembimbing dan teman sejawat dengan tujuan agar hasil yang diperoleh
mempunyai kesatuan pandangan.
Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan
yang meliputi pemilihan judul, pengajuan judul kepada ketua Jurusan Sastra Arab,
studi pustaka yang sesuai dengan judul penelitian dan pengajuan proposal; tahap
pelaksanaan yang meliputi pengumpulan data, mendesain kodifikasi data,
mengolah data yang telah terjaring, menginterpretasikan data yang terjaring,
menyimpulkan hasil analisis data dan konsultasi kepada pembimbing untuk
memperoleh kesempurnaan penelitian; dan tahap penyelesaian yang meliputi
penyimpulan penelitian dan penyusuan laporan penelitian,

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan empat langkah analisis semiotik Riffaterre, penelitian ini
menghasilkan temuan struktur drama dan nasehat yang terkandung di dalam
drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim. Struktur drama Syamsun
Nahaar berupa, (1) tema dalam drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El
Hakim adalah perjuangan cinta (berdasarkan pembacaan cerita dari awal sampai
akhir, terutama pada drama SN hal. 23 dan 50), (2) alur cerita drama Syamsun
Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah alur maju. Hal ini dari babak ke babak
bahwa drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim ini ini terdiri atas empat
tahap, yaitu: tahap perkenalan dapat ditemukan pada babak pertama adegan
pertama, tahap penampilan masalah dan klimaks dapat ditemukan pada babak
kedua, tahap ketegangan menurut dapat ditemukan pada babak ketiga dan tahap
penyelesaian dapat ditemukan pada babak terakhir., (3) tokoh dan penokohan.
Dalam drama Syamsun Nahaar yang berperan menjadi tokoh utama adalah
Syamsun Nahaar. Sebagaimana pengertian tokoh utama, peran Syamsun Nahaar
senantiasa mempengaruhi alur dalam drama ini dari awal hingga akhir cerita.

6
Selain menjadi tokoh utama, Syamsun Nahaar juga menjadi tokoh protagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh jagoan yang biasanya memiliki sifat baik dan tidak
jahat. Selain tokoh utama, drama ini juga didukung oleh tokoh andalan dan tokoh
figuran. Tokoh andalan adalah tokoh yang sering muncul bersamaan dengan
munculnya tokoh utama. Adapaun yang berperan menjadi tokoh andalan dalam
drama Syamsun Nahaar ini adalah Qamar, raja Numan, dan pangeran Hamdan.
Sedangkan yang berperan menjadi tokoh figuran adalah menteri raja Numan,
tentara raja Numan, pelamar pertama, pelamar kedua, penasehat pangeran
Hamdan, penerima tamu kerajaan raja Numan dan pangeran Hamdan, bendahara
pangeran Hamdan, pengawal pangeran Hamdan, pembantu, serta pengawas
tempat penyimpan kekayaan pangeran Hamdan. Jika Syamsun Nahaar menjadi
tokoh protagonis, maka dalam drama ini pembantu serta pengawas tempat
penyimpan kekayaan pangeran Hamdan berperan menjadi tokoh antagonis.
Karena kehadirannya dalam drama ini tidak disukai oleh pembaca.
Adapun penokohan para tokoh dalam drama ini adalah sebagai berikut:
(a) Syamsun Nahaar memiliki penokohan: berpendirian teguh, percaya diri,
sederhana dan tidak serakah, pandai dan bercita-cita tinggi, tidak menginginkan
pendamping hidup yang pemalas dan bodoh, adil, waspada, cerdas, pantang
menyerah, menghormati orang tua, dan cantik; (b) Qamar memiliki penokohan:
perhatian, suka menggoda, rendah hati, pandai, tidak berlebih-lebihan,
profesional, pemberani, percaya diri, pekerja keras dan miskin; (c) Raja Numan
memiliki penokohan: sayang dan perhatian terhadap putrinya dan mendukung
keinginan putrinya; (d) Pangeran Hamdan memiliki penokohan: tegas, keras
kepala dan mudah putus asa; dan (e) para pujangga kerajaan yang memiliki sifat
patuh pada pemimpinnya, (4) latar yang digunakan dalam drama Syamsun
Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah istana raja Numan, istana pangeran
Hamdan, bukit dan desa mati, (5) gaya bahasa yang digunakan dalam drama
Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah peribahasa (Drama SN hal. 66,
68 dan 74), qashr (Drama SN hal. 62), majas mursal (Drama SN hal. 73) dan
tasybih (Drama SN hal. 112), dan (6) amanat yang terkandung dalamSyamsun
Nahaar adalah bersikap adil, berpikir sebelum bertindak, taat pada orang tua,
yaitu selalu miminta ridho padanya, tidak berlebih-lebihan, mandiri,

7
mengembalikan sesuatu yang bukan miliknya, kekayaan dan jabatan tidak
menjamin kebahagiaan seseorang dan berusaha dan pantang menyerah.
Adapun nasehat yang terkandung dalam drama Syamsun Nahaar
berdasarkan kajian semotik Riffaterre berupa, (1) percaya kepada Allah SWT
(Drama SN hal. 13), (2) menuntut ilmu (Drama SN hal. 14 dan 67), (3) teguh
pendirian (Drama SN hal. 14 dan 17), (4) bertanggung jawab (Drama SN hal. 14,
17 dan 123), (5) percaya diri (Drama SN hal. 21 dan 155), (6) sabar (Drama SN
hal. 26 dan 155), (7) qanaah (Drama SN hal. 40), (8) rendah hati (Drama SN hal.
62 dan 63), (9) mandiri (Drama SN hal. 61, 62, 78 dan 149), (10) tidak berlebih-
lebihan (Drama SN hal. 64, 69 dan 74), (11) adil (Drama SN hal. 20-21 dan 64),
(12) jujur (Drama SN hal. 20, 97, 121 dan 170), (13) tolong menolong (Drama SN
hal. 62, 154 dan 182), (14) tidak menyia-nyiakan kesempatan (Drama SN hal. 40),
(15) saling menyanyangi antar sesama makhluk hidup (Drama SN hal. 70-71 dan
75-76), (16) menjaga lisan (Drama SN hal. 20), (17) menghormati orang tua
(Drama SN hal. 20), (18) mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat (Drama SN
hal. 60-61), (19) menahan diri dari sikap amarah (Drama SN hal. 155 dan 180),
(20) kerja keras (Drama SN hal. 42, 68,78 dan 142), dan (21) kewaspadaan dalam
hidup (Drama SN hal. 21)
Pelajaran yang dapat diambil dari pembahasan tentang kepercayaan
manusia kepada Tuhan adalah sebagai hamba Allah, manusia harus yakin
bahwasanya Allah sudah meencanakan segala sesuatu bagi kehidupan semua
makhluk-Nya. Namun meskipun sudah mempercayai bahwa Allah telah
merencanakan segala sesuatu bagi kehidupan makhluknya, manusia harus tetap
berusaha dan berdoa. Dan hendaklah rasa yakin tersebut didasari dengan
keimanan kepada Allah, karena iman merupakan pedoman kuat dalam kehidupan
di dunia ini.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pembahasan tentang menuntut ilmu,
bahwasanya manusia dianjurkan untuk terus menuntut ilmu dan mengajarkannya.
Sejak ia lahir higga ke liang lahat sekalipun. Menuntut ilmu tidak terbatas waktu
dan gender. Untuk itulah wajib bagi semua manusia untuk mengembangkan
potensi yang telah dianugrahkan Allah SWT pada dirinya. Apalagi jika mengingat

8
janji Allah tentang pahala yang dijanjikan bagi hamba-Nya yang mau menuntut
ilmu.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pembahasan tentang teguh pendirian,
bahwasanya manusia harus memiliki pendirian yang teguh. Karena manusia yang
telah meyakini bahwa apa yang dilakukannya benar, maka ia tidak akan merugi
dengan apa yang telah ia lakukan dan akan terhindar dari hal-hal yang mungkin
akan membahayakan kehidupannya. Jika telah memiliki pendirian yang teguh,
janganlah manusia membiarkan apapun dan siapapun untuk merubahnya.
Pelajaran yang dipetik dari uraian tentang bertanggung jawab,
bahwasanya setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri,
keluarganya, ataupun terhadap lingkungannya. Tanggung jawab tidak akan merasa
berat apabila manusia melakukannya dengan ikhlas dan senang hati untuk mencari
ridha Allah SWT.
Pelajaran yang bisa dipetik dari sifat percaya diri bahwa, manusia harus
memiliki sifat percaya diri dalam manjalankan kehidupannya. Hal itu dilakukan
untuk mencapai kesuksesan dan kemenangan dalam menggapai tujuan hidup.
Manusia dilarang berputus asa dari rahmat Allah SWT. Manusia dianjurkan untuk
terus percaya diri dan tidak putus asa dalam mencari ridha Allah SWT.
Pembahasan untuk bersabar ini mengajarkan kepada manusia untuk
selalu sabar dan ikhlas dalam mengahadapi masalah apapun. Karena semua itu
hanya kuasa Allah SWT. Kewajiban manusia hanya berdoa dan berusaha saja.
Pelajaran yang dapat diambil dari pembahasan tentang sifat qanaah,
bahwa sudah seharusnya manusia bisa menerima apapun yang dikehendaki Allah
atas dirinya. Manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini dan senantiasa
mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Karena jika manusia
tersebut mau bersyukur, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Dan jika
manusia mendapat kesulitan maka berserahdirilah kepada Allah.
Pelajaran yang dapat dipetik dari pembahasan rendah hati ini adalah,
hendaklah manusia selalu hidup dengan rendah hati. Tidak menyombongkan apa
yang ada pada dirinya. Karena semua itu hanyalah titipan Allah SWT.
Pembahasan anjuran memiliki sikap mandiri ini mengajarkan kepada
manusia, bahwa selama ia mampu melakukan kebutuhannya secara mandiri,

9
hendaklah ia tidak meminta bantuan kepada orang lain. Sehingga tidak ada yang
merasa diberatkan.
Pembahasan untuk tidak berlebih-lebihan mengajarkan manusia untuk
tidak boros, rakus, dan tamak terhadap apapun juga. Hendaklah manusia
memanfaatkan segala sesuatunya secara hemat, yaitu memanfaatkan pada
tempatnya. Sifat tidak berlebih-lebihan bisa tertanam pada diri seseorang apabila
dia berusaha merasa cukup atas apa yang diberikan Allah SWT. Tidak merasa
kurang dan kelebihan. Apalagi jika mengingat siksa Allah bagi hamba yang suka
menghambur-hamburkan segala sesuatu.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pembahasan adil ini adalah, hendaklah
manusia menanamkan sifat adil pada dirinya. Apalagi bagi seorang pemimpin,
sifat adil sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup rakyatnya. Dengan sifat
adil, maka tidak ada salah satu pihak pun yang merasa diberatkan. Dan dengan
begitu maka kehidupan akan berjalan dengan rukun.
Pelajaran yang dapat dipetik dari uraian tentang kejujuran, secara tersurat
mengajarkan kepada manusia untuk bersikap jujur dalam segala hal. Mengakui
kehidupan diri sendiri, meskipun itu menyakitkan dan mengembalikan sesuatu
yang bukan haknya kepada pemiliknya. Hendaklah manusia tidak berbohong
dengan alasan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya, hanya agar
dipuji oleh orang lain. Dengan sifat jujur manusia akan hidup tenang tanpa
dikejar-kejar perasaan bersalah dan dosa.
Pembahasan anjuran untuk saling tolong menolong ini, mengajarkan
kepada manusia, bahwa Islam sangatlah menganjurkan umatnya untuk saling
tolong menolong. Karena dengan sikap saling tolong-menolong, pekerjaan akan
menjadi ringan, terciptanya hubungan yang baik dan kasih sayang antar sesama,
dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pembahasan tidak menyia-nyiakan
kesempatan, bahwa hendaklah manusia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang
datang menghampirinya. Karena kesempatan itu merupakan karunia terindah yang
tidak akan datang dua kali. Andaikan datang, maka kesempatan itu akan datang
dalam bentuk dan cara yang berbeda. Ada sebuah pepatah yang mengatakan:

10
Matahari tidak akan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur
nyenyak.
Penjelasan mengenai anjuran saling mencintai antar sesama makhluk
mengajarkan kepada manusia untuk tidak bersifat individual. Hendaklah manusia
menyayangi makhluk hidup lainnya juga. Karena dalam kehidupan ini, anatara
manusia dengan makhluk hidup lainnya saling memberi manfaat.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pembahasan menjaga lisan adalah,
bahwa manusia dianjurkan untuk menjaga lisannya. Yaitu dengan memikirkan
setiap kata-kata yang akan diucapkannya serta menjauhi berkata bohong dan
kotor. Bahaya lisan dan perbuatanya akan dibalas oleh Allah SWT, dan dia akan
dicampakkan ke dalam neraka.
Pembahasan mengenai mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat ini
mengajarkan kepada manusia untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak
bermanfaat bagi dirinya. Karena itu tidak akan ada gunanya, baik bagi dirinya
maupun orang lain.
Pelajaran yang bisa dipetik dari anjuran menghormati orang tua adalah
terhindarnya manusia dari siksa Allah SWT dan terciptanya kehidupan rumah
tangga yang harmonis.
Pembahasan tentang menahan diri dari sifat amarah mengajarkan
manusia untuk menghindari sifat amarah yang sering menghampiri dirinya. Sifat
amarah bukanlah jalan keluar yang baik untuk menyelesaikan masalah. Sifat
amarah adalah sifat buruk yang wajib dihindari, karena kehadiranya dapat
menimulkan berbagai macam dampak. Diantaranya sifat saling balas dendam.
Pelajaran yang bisa dipetik dari sifat bekerja keras, bahwa tujuan hidup
yang memilki arti menuntut usaha yang keras. Manusia harus yakain bahwa untuk
mencapai tujuan diperlukan usaha keras. Hal ini dilakukan untuk menghindari
sifat takut kegagalan, karena anggapan bahwa kerja keras adalah hal yang
menakutkan. Pada dasarnya kesuksesan dapat diraih dengan kerja keras. Manusia
yang ingin menginginkan tujuannya tercapai, maka ia harus berusaha sekeras
mungkin serta dilarang untuk mengerjakannya secara setengah-setengah dan
dalam keadaan malas.

11
Pembahasan tentang kewaspadaan hidup di atas mengajarkan kepada
manusia agar berhati-hati dalam memutuskan suatu hal. Apapun keputusan yang
kita ambil tentunya itu sudah melalui pemikiran yang panjang, jangan sampai kita
menyesal di kemudian hari karena demi mengejar burung yang tinggi, punai di
tangan dilepaskan.

SIMPULAN
Dalam menemukan nasehat yang terkandung dalam drama Syamsun
Nahaar karya Taufiq El Hakim, peneliti melakukan analisis menggunakan kajian
semiotik. Semiotik yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
semiotik Riffaterre, yaitu pembacaan secara heuristik, pembacaan secara
retroaktif, menemukan hipogram dan menemukan matriks. Struktur drama
Syamsun Nahaar berupa, (1) tema dalam drama Syamsun Nahaar karya
Taufiq El Hakim adalah perjuangan cinta, (2) alur cerita drama Syamsun
Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah alur maju, (3) tokoh dan penokohan dalam
drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim, (a) Syamsun Nahaar memiliki
penokohan: berpendirian teguh, percaya diri, sederhana dan tidak serakah, pandai
dan bercita-cita tinggi, tidak menginginkan pendamping hidup yang pemalas dan
bodoh, adil, waspada, cerdas, pantang menyerah, menghormati orang tua, dan
cantik; (b) Qamar memiliki penokohan: perhatian, suka menggoda, rendah hati,
pandai, tidak berlebih-lebihan, profesional, pemberani, percaya diri, pekerja keras
dan miskin; (c) Raja Numan memiliki penokohan: sayang dan perhatian terhadap
putrinya dan mendukung keinginan putrinya; dan (d) Pangeran Hamdan memiliki
penokohan: tegas, keras kepala dan mudah putus asa., (4) latar yang digunakan
dalam drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah istana raja
Numan, istana pangeran Hamdan, bukit dan desa mati, (5) gaya bahasa yang
digunakan dalam drama Syamsun Nahaar karya Taufiq El Hakim adalah
peribahasa, qashr, majas mursal dan tasybih, dan (6) amanat yang terkandung
dalamSyamsun Nahaar adalah bersikap adil, berpikir sebelum bertindak, taat
pada orang tua, yaitu selalu miminta ridho padanya, tidak berlebih-lebihan,
mandiri, mengembalikan sesuatu yang bukan miliknya, kekayaan dan jabatan
tidak menjamin kebahagiaan seseorang dan berusaha dan pantang menyerah.

12
Adapun nasehat yang terkandung dalam drama Syamsun Nahaar
berdasarkan kajian semotik Riffaterre berupa, (1) percaya kepada Allah SWT,
(2) menuntut ilmu, (3) teguh pendirian, (4) bertanggung jawab, (5) percaya diri,
(6) sabar, (7) qanaah, (8) rendah hati, (9) mandiri, (10) tidak berlebih-lebihan,
(11) adil, (12) jujur, (13) tolong menolong, (14) tidak menyia-nyiakan
kesempatan, (15) saling menyanyangi antar sesama makhluk hidup, (16) menjaga
lisan, (17) menghormati orang tua, (18) mengerjakan sesuatu yang lebih
bermanfaat, (19) menahan diri dari sikap amarah, (20) kerja keras, dan
(21) kewaspadaan dalam hidup.

SARAN
Dalam akhir penelitian ini, peneliti juga memberikan saran konstruktif
kepada berbagai pihak terkait. Bagi Jurusan Sastra Arab, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan refleksi untuk perbaikan
dan pengembangan bahan matakuliah, khususnya yang berkaitan dengan
matakuliah sastra. Bagi peneliti lain, sebaiknya melakukan penelitian dalam
bidang sastra, khususnya kajian semiotik Riffaterre secara lebih mendalam, baik
pada drama, puisi maupun prosa.
Bagi pengajar bahasa dan sastra Arab, hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan pengajaran, baik kajian semiotik Riffaterre maupun drama Syamsun
Nahaar nya. Bagi pelajar bahasa dan sastra Arab, penelitian tentang kajian
semiotik Riffaterre ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
pelajar bahasa dan sastra Arab dalam menelaah karya sastra, seperti drama, prosa
atau puisi. Bagi pembaca karya sastra, kajian semiotik dalam menemukan nasehat
yang terkandung dalam drama Syamsun Nahaar ini diharapkan bisa dijadikan
sebagai bahan masukan bagi pembaca karya sastra, tentang bagaimana cara
menemukan nilai-nilai positif yang terdapat dalam karya sastra yang telah
dibacanya.

13
DAFTAR RUJUKAN

Aradea , N., & Venayaksa, F. 2007. Drama Terlarang Opera Kecoa pada Rezim
Orde Baru, (online) (http://www.rumahdunia.net/wmview.php?
ArtID=1123&page=1-15, diakses 10 Desember 2011)

Biyantari, L.A. 2009. Aspek Moral dalam Novel Harimau! Harimau! Karya
Mochtar Lubis: Tinjauan Semiotik. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, (Online)
(http://www.scribd.com/doc/57453193/A-310050057, diakses 22
Desember 2011)

Dermawan, T., dkk. 1996. Bahan Ajar Teori sastra. Makalah disajikan dalam
kuliah Pelatihan Kemampuan dan Metodologi Mengajar Guru PNS DPK
dan GTY pada SMP Swasta se Jawa Timur.

El Hakim, T. 1981. Syamsun Nahaar. Mesir: Daaru Mishro Lith Tibaaah.

Endraswara, S. 2011. Metodologi Penelitian Sastra : Epistemologi, Model, Teori,


dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Huda, I.S., Maksum, A., & Mahliatussikah, H. 2008. Bahan Ajar Telaah Prosa.
Malang.

Kamil, S. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta: Rajawali
Pers.

Maryaeni. (Ed.). 1992. Teori Drama. Departemen Pendidikan Nasional


Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra jurusan Sastra Indonesia.

Moleong, L. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Selden, R. 1991. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. Terjemahan


Rachmat Djoko Pradopo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

14

You might also like