Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2009, hlm 117-132 Vol 37 No.

2
ISSN 0126-6265

117
Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2009, hlm 117-132 Vol 37 No.2
ISSN 0126-6265

KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN


SUMBERDAYA PESISIR (Studi Kasus di Desa Panglima Raja Kecamatan
Concong Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau)

By

Zulkarnain1)

Diterima: 4 Januari 2009 / Disetujui: 8 Februari 2009

ABSTRACT

The research was conducted in Panglima Raja Village Concong


Subdistrict Indragiri Hilir Regency of Riau Province. It was aimed to identify of
local wisdom had been done in society of Panglima Raja Village. The research
was done by case study or grounded research method.
The result of research that there are local wisdom in exploiting and
conserve coastal zone resources in Panglima Raja Village. Local wisdom that
identified in exploiting of coastal zone resources in Panglima Raja are 1) decided
the timing, weather, season in doing fishing 2) to develop traditional fishing gear
in catch and collect the shell 3) decide the cutting zone the mangrove and then
local wisdom to conserve there are 1) the ceremony to honor the sea 2)
commitment not to catch and kill the dolphin 3) believe there are secret zone 4)
commitment not to throw the rubbish into the sea 5) commitment not to use of
songko mesin in collecting the shell 6) guard the mangrove in coastal zone.

Keywords : Local Wisdom, Coastal Zone Resources, Community,

1
PENDAHULUAN gas, bahan tambang dan mineral, dan
kawasan pariwisata. (Dahuri, 2001).
Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya
Wilayah pesisir dan lautan pesisir sering kali dilakukan tanpa
beserta sumberdaya yang terkandung melihat pelestarian dan
di dalamnya merupakan tumpuan keseimbangannya, karena setiap
harapan bangsa Indonesia dimasa pemanfaat mengambil secara sesuka
depan. Hal ini disebabkan wilayah hati demi kepuasan dan keuntungan
pesisir dan laut merupakan 63% dari pribadi dengan melakukan ekploitasi
wilayah teritorial indonesia. Di secara berlebih. Hal ini menjadikan
dalamnya terkandung kekayaan sumberdaya pesisir dalam keadaan
sumberdaya alam dan jasa terancam dan memungkinkan
lingkungan yang sangat kaya dan terdegradasi berbagai potensi yang
beragam, seperti perikanan, terumbu dimilikinya dan bahkan kepunahan
karang, hutan mangrove, minyak dan terhadap segala bentuk kekayaan
yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hal tersebut,
1)
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu segala bentuk upaya yang
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

117
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

mengganggu keutuhan dan substansi kearifan lokal yang pernah


kelestarian fungsinya perlu dianut dalam masyarakat tidak lagi
diminimalkan dengan berbagai cara, menjadi pedoman berperilaku.
sehingga potensi yang berlimpah Masyarakat lokal yang dahulunya
tersebut dapat dimanfaatkan secara memiliki kearifan lokal terhadap
berkelanjutan, sebagai tumpuan pelestarian wilayah pesisir misalnya
harapan masa depan anak cucu untuk menjaga dan mengatur sistem
generasi penerus bangsa terutama penangkapan ramah lingkungan, saat
dalam menghadapi berbagai ini mengalami perubahan untuk
tantangan global menuju mengeksploitasi secara berlebih.
pembangunan yang lebih maju. Upaya untuk mengembalikan
Perilaku masyarakat lokal kepercayaan masyarakat lokal
sebagai sebuah kearifan lokal dalam terhadap kekuatan kearifan yang
pelestarian lingkungan yang pernah dianut dan dimiliki sangat
diproyeksikan dengan cara tersendiri gencar dilakukan. Sejalan dengan hal
sesuai dengan pola berpikir dan itu, seharusnya upaya pelestarian
tradisi yang berlangsung ketika ia sumberdaya pesisir tersebut
dilakukan, diharapkan mampu memperhatikan beberapa hal yaitu 1)
memunculkan konsep dan cara Mengembangkan kelembagaan
menjaga keseimbangan pelestarian masyarakat lokal 2) meningkatkan
lingkungan. Berbagai macam bentuk apresiasi budaya lokal, seperti
pantang-larang, tabu, pepatah-petitih pantangan dan larangan,
dan berbagai tradisi lainnya dapat mempuakakan suatu tempat, petatah-
mengungkapkan beberapa pesan petitih dan peribahasa adat. Upaya
yang memiliki makna sangat besar tersebut dapat disertai dengan
bagi pelestarian lingkungan menggali pesan-pesan kearifan atau
khususnya sumberdaya pesisir. substansi kearifan, yang selanjutnya
Prijono (2000b) menyatakan disesuaikan dengan landasan
bahwa di Indonesia masih terdapat pemahaman masyarakat saat ini.
berbagai bentuk kearifan lokal dari Salah satu daerah yang
kelompok masyarakat adat yang memiliki kekayaan potensi
mempraktekan cara tradisional untuk sumberdaya pesisir adalah Desa
mengelola sumberdaya pesisir. Panglima Raja. Desa ini terletak di
Sebagai contoh masyarakat adat di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri
pesisir Pulau Saparua Maluku Hilir tepatnya di Kecamatan
mereka memiliki cara memelihara Concong. Kawasan ini memiliki
kawasan pesisir dengan konsep potensi wilayah pesisir yang cukup
petuanan Sasi yang mengatur tentang baik dibandingkan beberapa daerah
hal konservasi sumberdaya tertentu lainnya. Masyarakat di kawasan ini
agar dapat memberikan manfaat dan sangat tergantung dengan wilayah
keuntungan secara berkelanjutan. pesisir yang mereka jadikan sebagai
Akan tetapi karena proses dinamika tempat memenuhi kebutuhan rumah
kehidupan masyarakat, kearifan lokal tangga mereka. Aktifitas mencari
mengalami degradasi dengan kerang dan menangkap ikan
memudarnya nilai-nilai dan norma merupakan aktifitas pokok yang
adat, oleh karena perkembangan dan tidak pernah lepas dari keseharian
tantangan kehidupan yang semakin mereka.
komplek, sehingga beberapa

118
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

Sebagai kawasan pesisir Pengidentifikasian kearifan


yang menjadi pusat berbagai lokal masyarakat perlu dilakukan
kegiatan untuk memenuhi karena belum ada kajian tentang hal
kebutuhan masyarakat, terutama ini terutama di daerah-daerah yang
kegiatan pemenuhan kebutuhan memiliki rentanitas kerusakan
ekonomi, perlu mendapat perhatian lingkungan yang besar dan rentang
tentang pelestariannya. Pada saat ini kendali yang rumit oleh karakteristik
kegiatan pelestarian di kawasan ini wilayah yang berpulau-pulau.
belum menjadi hal yang utama Pendesainan pengelolaan
untuk diperhatikan walaupun sumberdaya pesisir pada tataran
pemerintah Kabupaten Indragiri masyarakat desa sangat
Hilir telah menjadikan daerah ini membutuhkan penyerapan nilai-nilai
sebagai kawasan pengelolaan budaya yang sudah mengakar dalam
sumberdaya pesisir (Marine and kehidupan mereka. Nilai-nilai
Coastal Resources Management) budaya tersebut terutama yang
sejak tahun 2002. berkaitan dengan kearifan
Banyak sekali kebiasaan- masyarakat dalam berinteraksi
kebiasaan masyarakat dalam dengan lingkungan ekologisnya, baik
menjaga kelestarian lautnya, tidak yang pernah mereka jalankan, yang
menjadi bagian dalam pengelolaan sedang dijalankan, atau menyerap
sumberdaya pesisir yang kearifan lokal masyarakat lain yang
direncanakan atau dilakukan oleh cocok dengan karakteristik
pemerintah. Kebiasaan (folkways) masyarakat setempat.
masyarakat dalam menjaga dan
mengelola sumberdaya pesisir Rumusan Masalah
tersebut hanya menjadi kekuatan Pengidentifikasian kearifan
yang mengikat untuk komunitas itu lokal masyarakat nelayan seharusnya
sendiri. Kearifan masyarakat dalam lebih difokuskan pada permasalahan
interaksinya dengan alam hanya dalam sistem mata pencaharian
menjadi kekuatan adat dalam bentuk hidup yang mempunyai pengaruh
kebiasaan yang hanya mengatur pada sangat besar bagi keberlangsungan
tataran komunitas lokal mereka saja. hidup masyarakat lokal. Daerah
Karena sifat hukum adat pada yang memiliki banyak potensi
umumnya tidak tertulis, dilaksanakan sumberdaya perikanan seperti
dalam bentuk perilaku sebagai sebuah Kawasan Desa Panglima Raja di
kebiasaan masyarakat lokal, diduga Kabupaten Indragiri Hilir sangat
banyak sekali kearifan lokal tepat menjadi fokus perhatian.
masyarakat dalam pengelolaan dan Penyelamatan sumberdaya pesisir
pemanfaatan sumberdaya pesisir yang saat ini menjadi isu lingkungan yang
belum diketahui banyak orang, hangat dalam tataran masyarakat
terutama dalam konteks ilmiah. internasional dan memiliki korelasi
Bahkan boleh jadi kearifan lokal yang yang signifikan dengan sumber mata
dahulu pernah ada, sudah mulai pencaharian masyarakat setempat.
menghilang atau tidak dijalankan lagi Pengkajian kearifan lokal
oleh masyarakat karena pergeseran masyarakat dalam pelestarian
dan berbagai perubahan sistem nilai sumberdaya pesisir di Kawasan Desa
sosial, budaya, ekonomi, dan politik Panglima Raja menjadi semakin
yang terjadi begitu cepat. penting karena bagian dari usaha

119
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

penyelamatan wilayah pesisir yang METODOLOGI PENELITIAN


merupakan tempat beraktifitas para
Waktu dan Tempat
nelayan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berdasarkan hal tersebut Penelitian tentang Kearifan
maka dapat dirumuskan Masyarakat Lokal dalam
permasalahan penelitian adalah: Pemanfaatan dan Pelestarian
Kearifan lokal apa saja yang Sumberdaya Pesisir telah
pernah dijalankan dan masih dilaksanakan di Desa Panglima Raja
berlangsung dalam kehidupan Kecamatan Concong Kabupaten
masyarakat di Desa Panglima Raja Indragiri Hilir Propinsi Riau pada
dalam pemanfaatan dan pelestarian bulan Desember 2006 sampai dengan
sumberdaya pesisir ? akhir Februari 2007.

Tujuan Penelitian Metode yang Digunakan


Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini menggunakan
mengidentifikasi Kearifan lokal apa metode studi kasus dengan
saja yang pernah dijalankan dan pendekatan kualitatif. Menurut
masih berlangsung dalam kehidupan Bogdan dan Taylor dalam Maleong
masyarakat di Desa Panglima Raja (2000) penelitian kualitatif
dalam pemanfaatan dan pelestarian merupakan prosedur penelitian yang
sumberdaya pesisir menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari
Manfaat Penelitian orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Hal yang senada juga
Manfaat Penelitian ini disampaikan Kirk dan Miller dalam
diharapkan : Maleong (2000) mereka
1. Memberikan kontribusi kepada menambahkan bahwa penelitian
pihak terkait seperti Pemerintah kualitatif bergantung pada
Daerah, Dinas Perikanan, pengamatan terhadap manusia pada
Masyarakat dan seluruh wilayah sendiri dan berhubungan
Stakeholders dalam pengelolaan dengan diri mereka dalam bentuk
wilayah pesisir di Kabupaten bahasa dan peristilahan mereka.
Indragiri Hilir
2. Sehubungan dengan program Teknik Pengumpulan Data
otonomi desa di Propinsi Riau Data yang dikumpulkan
dalam mewujudkan Visi Riau adalah data primer dan data
2020 maka hasil penelitian ini sekunder. Data sekunder
diharapkan dapat memberikan dikumpulkan dari instansi
kontribusi kepada masyarakat pemerintah dan non pemerintah yang
lokal, tentang kearifan terkait dengan topik penelitian ini.
lingkungan dalam upaya menjaga Data sekunder dikumpulkan dengan
kelestarian sumberdaya pesisir. metode studi dokumen, literatur, dan
3. Sebagai gambaran dan referensi publikasi.
bagi pembangunan wilayah
pesisir secara nasional terutama Data primer dikumpulkan
pembangunan wilayah pesisir dari informan yang terdiri
yang berbasiskan potensi dan masyarakat nelayan, tokoh
budaya masyarakat lokal. masyarakat, dan aparat Desa
Panglima Raja melalui teknik

118
120
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

komunikasi dengan wawancara kembali setiap data dan informasi


mendalam dan observasi. Secara yang diperoleh. Adapun analisis data
operasional data yang dikumpulkan yang digunakan adalah analisis
adalah : kualitatif (studi kasus).
Pengelompokkan kearifan
lokal dalam pemanfaatan dan Defenisi Operasional
pelestarian sumberdaya pesisir. Untuk memudahkan dan
Dengan menjelaskan kegiatan membantu kegiatan penelitian maka
pemanfaatan dan pelestarian ditentukan definisi opreasional
sumberdaya pesisir yang dilakukan penelitian yaitu:
oleh masyarakat Desa Panglima
1. Kearifan lokal adalah
Raja.
kearifan masyarakat lokal
berupa prinsip-prinsip dan
Informan Penelitian cara tertentu yang dianut,
Untuk mengindentifikasi dipahami, dan diaplikasikan
kearifan lokal apa saja yang pernah masyarakat lokal dalam
dijalankan dan masih berlangsung berinteraksi dan berinterrelasi
dalam kehidupan masyarakat di Desa dengan lingkungan sekitar
Panglima Raja dalam pemanfaatan yang diformulasikan dalam
dan pelestarian sumberdaya pesisir, bentuk sistem nilai dan
maka informan penelitian, telah norma adat.
dipilih secara purposive, dengan 2. Pelestarian lingkungan adalah
menggunakan teknik snowball konsep inter-relationship
sampling. Snowball sampling dengan lingkungan sekitar,
menurut Sugiyono (2000) merupakan menggunakan. prinsip
teknik memilih sampel, dimana memanfaatkan sekaligus
subjek yang dipilih paling awal memelihara keberlanjutan
menunjuk rekan lain yang lingkungan
diperkirakan bisa memberikan
informasi lebih dalam dan rinci. 3. Masyarakat lokal adalah
sekelompok besar maupun
Analisis Data sekelompok kecil manusia
yang hidup dalam suatu
Berdasarkan panduan analisis kawasan tertentu, sedemikian
data dari Maleong (2000), maka lama bahkan sudah
disusun tahap pengolahan dan mempunyai banyak,
analisis data yaitu ; (1) telaah data keturunan, memiliki
dan informasi dari berbagai sumber aturan-aturan dan sanksi yang
hasil wawancara, observasi dan mereka buat sendiri, dan
dokumen, (2) Reduksi data informasi dapat memenuhi kepentingan
dengan membuat abstraksi sebagai hidup yang utama.
rangkuman inti dari semua
pernyataan sehingga tetap ada (3) 4. Adat Istiadat adalah berisikan
menyusun data dan informasi dalam nilai-nilai, Philosofi hidup
satuan-satuan, (4) mengkategorikan dan hukum-hukum yang
data dan informasi, (5) mengecek harus dipatuhi, beserta sanksi
keabsahan data dan informasi, terhadap pelaksanaannya.
dengan cara mengkonfrimasikan

119
121
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN 10303842 10304753 BT.


Sedangkan batasan wilayahnya yaitu :
Keadaan Umum Wilayah
Penelitian  Utara : berbatasan dengan
Selat Berhala
Desa Panglima Raja terletak  Selatan : berbatasan dengan
terletak di Pulau Concong yang Desa Sungai Bela
merupakan suatu kawasan pulau-  Barat : berbatasan dengan
pulau yang berada di pesisir timur Desa Concong
Sumatera. Secara Administratif, Luar
Desa Panglima Raja merupakan  Timur : berbatasan dengan
salah satu dari 13 desa yang berada Selat Berhala
di wilayah Kecamatan Concong
Kabupaten Indragiri Hilir berjarak Jumlah Penduduk dan keadaan
sekitar 61 km dari ibu kota Pemukiman
Kabupaten Indragiri Hilir,
Tembilahan. Dari Tembilahan Menurut data monografi desa
menuju ke Desa Panglima Raja tahun 2006 Jumlah penduduk Desa
hanya dapat ditempuh melalui Panglima Raja sampai bulan
transportasi air dengan menggunakan November 2006 tercatat 2.651 jiwa
perahu motor atau speed boat yang terdiri dari 1351 jiwa laki-laki
menyusuri Sungai Indragiri ke arah dan 1300 jiwa perempuan yang berasal
Timur. Secara geografis posisi Desa dari 520 KK dapat dilihat pada tabel
Panglima Raja terletak pada 1.
0001409- 0002131 LS dan

Tabel 1. Penduduk Desa Panglima Raja menurut Kelompok Umur


Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0 - 5 213 8,03
6 - 15 387 14,60
16 - 25 738 27,84
26 - 55 975 36,78
55> 338 12,75
Jumlah 2651 100,00
Sumber: Monografi Desa 2006

Penduduk desa ini didominasi rumah panggung semi permanen


oleh etnik suku laut yang dikenal yang terletak di tepi pantai atau
dengan etnis suku Duano yang sepanjang kawasan pesisir. Apabila
persentasenya berkisar 95% dan 5% pasang tiba kondisi di bawah rumah
lagi adalah suku Bugis, Jawa, Cina, digenangi oleh air pasang. Jarak
Banjar, Minang, dan Melayu. Bahasa rumah yang satu dengan yang
yang digunakan sebagai bahasa lainnya berdekatan. Kepadatan
komunikasi sesama penduduk desa perumahan dapat dikatakan tidak
adalah bahasa melayu. menyisakan ruang terbuka untuk
Rumah yang dihuni oleh fasilitas umum. Pola rumah yang
masyarakat di wilayah Desa demikian hanya mengandalkan
Panglima Raja pada umumnya ventilasi dari pintu depan dan pintu

118
122
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

belakang. Sedangkan jalan umumnya mempunyai mata


penghubung pada pemukiman pencaharian sebagai nelayan.
tersebut berupa jalan-jalan panggung
seperti dermaga yang terbuat dari Mata Pencaharian Penduduk
kayu dan dibangun dengan beberapa
tonggak kayu yang mereka sebut Secara garis besar mata
jalan pelantar. Pola pemukiman pencaharian penduduk Desa
yang demikian sangat terkait dengan Panglima Raja disajikan dalam tabel
pola kegiatan ekonomi yang 2.

Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Panglima Raja


Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase

Petani 235 11,66


Usaha Nelayan 135 6,70
PNS 4 0,20
Pedagang 43 2,13
Nelayan Buruh 1598 79,31
Jumlah 2015 100
Sumber: Monografi Desa 2006

Karakteristik Sosial Budaya Percampuran tersebut terlihat dari


Keadaan masyarakat Desa ciri-ciri fisik orang Suku Laut yang
Panglima Raja tidak terlepas dari tidak terlalu tinggi, berpostur tubuh
keberadaan suku Laut atau suku atletis, bidang dada lebar, dan ukuran
Duano. Suku Laut terkenal sebagai tulang pinggul sampai ke kaki
representasi masyarakat bahari, panjang. Raut muka suku laut
yakni masyarakat yang memiliki bersegi dengan tulang rahang yang
jiwa bahari dengan tradisi lebar. Warna kulit suku laut
menjadikan laut sebagai basis cenderung hitam dan rambut ikal
terbentuknya kebudayaan. Hal ini berwarna hitam. Karakteristik
disebabkan Suku Laut dulunya hidup temparamental psikologi sifat Suku
berkelana menangkap ikan dengan Laut adalah cepat tersinggung dan
sampan yang mereka istilahkan marah, namun mereka termasuk
dengan berkajang yang ternyata orang yang mudah beradaptasi,
juga sekaligus berfungsi sebagai mandiri dan mobilitas tinggi yang
rumah, sehingga semua aktivitas mencirikan etos kepesisiran
kehidupan dilakukan di atas sampan (Badan Penelitian Pengembangan
tersebut. Namun demikian, saat ini dan Pemanfaatan Sumberdaya
sulit ditemukan pola hidup Suku Perairan, 2004)
Laut yang demikian, sebaliknya Kondisi sosial budaya
mereka sudah hidup menetap di masyarakat desa ini juga telah
sepanjang wilayah pesisir. Penduduk terakumulasi dengan sosial budaya
suku laut (suku Duano) merupakan masyarakat pendatang yang terdiri
keturunan dari perkawinan campuran dari suku-suku lain yang menetap di
dua ras besar yaitu ras Veddoid dan daerah daratan Desa Panglima Raja
Mongoloid (Proto-Melayu). seperti, cina, banjar, bugis, jawa dan

118
123
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

minang. Sebahagian besar Tokoh-tokoh masyarakat di desa ini


masyarakat Desa Panglima Raja yang paling berperan dan dihormati
memeluk agama Islam, sehingga adalah tokoh masyarakat, kemudian
orientasi budaya yang dijalankan diikuti oleh kepala desa, tokoh
berakar pada budaya Islam. Ritual pendidikan dan tokoh agama. Tokoh
dan esensi agama Islam tercermin pemuda, pengusaha ikan (tauke) dan
dalam kehidupan sehari-hari seperti pemuka nelayan tergolong kedalam
pengajian yasinan dan kegiatan kelompok tokoh masyarakat. Pada
hajatan. setiap aktivitas pembangunan yang
Dalam kehidupan sehari-hari dilakukan masyarakat di wilayah ini,
masyarakat Desa Panglima Raja diperlukan pendekatan melalui tokoh
masih dijumpai semangat masyarakat dan kepala desa, selain
kebersamaan dan gotong royong. tokoh agama dan tokoh pendidikan
Bentuk-bentuk kegiatan bersama merupakan cara yang cukup efektif
yang sering dilakukan adalah dalam untuk mencapai keberhasilan
bentuk kegiatan bakti bersih berbagai program yang dijalankan.
lingkungan (dilakukan setiap hari
Jum'at), pelaksanaan kegiatan Kegiatan Sosial Masyarakat
perkawinan, perayaan hari besar
Kegiatan-kegiatan sosial
nasional, kematian dan lain-lain,
masyarakat Desa Panglima Raja
dalam kegiatan-kegiatan adat
sangat berkaitan erat dengan
biasanya yang dipakai adalah adat
keagamaan seperti pengajian,
Melayu.
wiridan dan kegiatan-kegiatan yang
Masyarakat di Desa Panglima
telah diprogramkan oleh pemerintah
Raja masih menghormati
desa. Seperti yang dipaparkan pada
tokoh-tokoh masyarakat yang
Tabel 3.
berperan sebagai panutannya.

Tabel 3. Kegiatan-kegiatan Sosial Masyarakat Desa Panglima Raja


No. Jenis Kegiatan Dusun Panglima Dusun
Raja Sungai
Condong
1. Wirid Pengajian Kaum Ibu -
2. Wirid Pengajian Kaum Bapak -
3. Pengajian salawat untuk anak-
anak
4. Wirid pembacaan yasin
5. Arisan -
6. Pengajian Tolak Balak -
7. Peringatan Hari Besar Islam
8. Perayaan Hari Besar Nasional
Sumber : Monografi Desa 2006

Pendidikan Masyarakat Secara umum tingkat


pendidikan masyarakat desa Panglima
Raja disajikan dalam Tabel 4.

118
124
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

Tabel 4. Struktur Pendidikan Penduduk Desa Panglima Raja, Tahun 2006


No Tingkat Pendidikan Dusun Dusun Jumlah Persentase
. Panglima Raja Sungai Condong (%)
1. Tamat dan tidak SD 1.431 300 1.731 90,02
2. Madrasah Ibtidaiah 28 1 29 1,51
3. SMP 112 4 116 6,03
4. SMA/SMU 34 4 38 1,98
5. D1-D3 1 1 2 0,10
6. S1 4 2 6 0,31
7. Pondok Pesantren - 1 1 0,05
Jumlah 1.610 313 1.923 100,00
Sumber: Monografi Desa 2006
Tingkat pendidikan Desa Panglima Raja
masyarakat desa yang rendah lebih merupakan desa pemekaran atau
disebabkan oleh sarana pendidikan desa baru sehingga sarana dan
yang tersedia hanya sampai tingkat prasarana kehidupan masyarakat
sekolah dasar (SD) sedangkan untuk masih kurang. dapat dijelaskan
tingkat lanjutan tidak tersedia. sebagai berikut:

Sarana dan Prasarana

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Desa Panglima Raja, Tahun 2006


No. Sarana-prasarana Jumlah (buah)/unit
1. Kios/Toko/kedai harian 30
2. Gedung Pemerintah desa 1
3. Gedung SD 1
4. Pustu 1
5. Masjid 1
6. Mushola 1
7. Lapangan olah raga 1
8. Pelantar sebagai jalan 1800 meter
9. Pompong 312
10. Speed Boat 4
Sumber: Monografi Desa, 2006

Aksesibilitas

Tabel 6. Orbitrasi, Waktu Tempuh dan Letak Desa/kelurahan

No. Orbitrasi & Jarak tempuh Keterangan

1. Jarak ke Ibukota Kecamatan 44 km


2. Jarak ke Ibukota Kabupaten 61 km
3. Jarak ke ibukota Propinsi 498 km
4. Waktu Tempuh ke Ibukota Kecamatan 1,5 km
5. Waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten 2 jam
6. Waktu tempuh ke Ibukota Popinsi 8 jam
Sumber: Monografi Desa, 2006

118
125
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

Kearifan Lokal dalam kedua biasanya terjadi pada


Pemanfaatan dan Pelestarian masyarakat modern, karena
Sumberdaya Pesisir di Desa penguasaan pengetahuan dan
Panglima Raja teknologi yang tinggi telah
memunculkan kemampuan dan
Kearifan masyarakat lokal keahlian bahwa manusia mampu
yang sering diistilahkan secara mengatur dan mengendalikan kondisi
singkat sebagai kearifan lokal atau lingkungan.
Local Wisdom, merupakan sesuatu Masyarakat di Kawasan Desa
yang diketahui sebagai perilaku Panglima Raja berada pada kondisi
sosial masyarakat lokal dalam peralihan, cara-cara tradisional yang
berinteraksi dan berrinterelasi dengan mereka jalankan harus berhadapan
kehidupannya. Perilaku sosial dalam dengan cara-cara modern yang mulai
kaitannya dengan lingkungan paling mempengaruhi sistem kehidupan
tidak terdiri dua dimensi, yaitu : mereka. Disisi lain paradigma
pertama, bagaimana karakteristik dan pembangunan perikanan dan
kualitas lingkungan mempengaruhi kelautan yang mulai bergeser pada
perilaku sosial tertentu, dan kedua, pembangunan komunikatif yang
bagaimana perilaku sosial tertentu berbasis masyarakat atau co-
mempengaruhi karakteristik dan management, memberikan
kualitas lingkungan (Usman, 1996). penekanan yang besar pula pada
Dapat dijelaskan bahwa sosial budaya masyarakat. Paradigma
dimensi yang pertama selalunya pembangunan seperti ini selalu
terjadi pada masyarakat tradisional, mengedepankan nilai-nilai yang
dimana terdapat ketergantungan yang mengakar kuat dalam masyarakat.
tinggi terhadap perubahan
lingkungan alam. Dimensi yang
Tabel 7. Kearifan Lokal Masyarakat di Kawasan Desa Panglima Raja dalam
Pemanfaatan dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir
Tujuan Kegiatan No Nilai dan Norma kearifan lokal
yang berlaku
1. Penentuan waktu, cuaca dan musim dalam
melakukan penangkapan ikan
Pemanfaatan
2. Mempertahankan penggunaan alat tangkap
Sumberdaya Pesisir
tradisional dalam menangkap ikan dan kerang
3. Menentukan kawasan boleh menebang bakau
1. Upacara penghormatan terhadap laut.
2. Komitmen tidak menangkap dan membunuh
lumba-lumba
3. Menganggap wilayah tertentu sebagai wilayah
keramat
Pelestarian
4. Komitmen untuk tidak membuang
Sumberdaya Pesisir
sampah/rimah ke laut
5. Komitmen tidak menggunakan songko
bermesin dalam mengumpulkan kerang
6. Menjaga hutan bakau yang berada di kawasan
pinggir pantai
Sumber : Diolah dari data primer

118
126
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

Dari data pada Tabel 7 dapat tradisional dapat


dijelaskan bahwa nilai kearifan lokal mempertahankan kondisi
yang terkandung pada masing- potensi sumberdaya perikanan
masing kegiatan pemanfaatan dan yang ada. nilai kearifan lokal
pelestarian sumberdaya pesisir yang terkandung adalah
tersebut adalah : masyarakat mengembangkan
penggunaan teknologi
 Penentuan waktu, cuaca dan
musim dalam melakukan penangkapan yang ramah
penangkapan ikan sangat lingkungan, menangkap ikan
memberikan pengaruh terhadap dengan cara-cara yang tidak
merusak lingkungan. Seperti
keberhasilan penangkapan, jika
kegiatan penangkapan dilakukan yang dijelaskan Dahuri (2000)
pada waktu, cuaca dan musim pada bagian sebelumnya bahwa
yang sesuai maka kegiatan ciri khas dari penangkapan
penangkapan akan mendapatkan tradisional adalah peralatan
hasil yang baik. Begitu juga yang digunakan bersifat statis,
sebaliknya. Kemudian pada mudah dalam
musim angin utara misalnya, pengoperasiannya, dan jenis
masyarakat tidak melakukan ikan yang tertangkap lebih
penangkapan karena gelombang selektif, sehingga lebih ramah
dang angin laut kurang terhadap lingkungan.
bersahabat, pada hal waktu-  Penebangan bakau hanya boleh
waktu seperti ini berbagai jenis dilakukan pada kawasan
ikan melakukan pemijahan. tertentu yang jauh dari
Sehingga kegiatan tidak pinggiran pantai, hal ini
menangkap ikan pada musim memiliki makna bahwa jika
utara dapat memberikan penebangan bakau dilakukan di
kesempatan bagi sekitar kawasan pinggiran
keberlangsungan berbagai jenis pantai akan merusak tempat
spesies ikan untuk berkembang. tinggal berbagai jenis
Kegiatan ini pada saat ini masih sumberdaya perikanan. Seperti
berlangsung dalam masyarakat yang dijelaskan Dahuri (1996)
Desa Panglima Raja. bahwa hutan bakau memiliki
 Upaya mempertahankan arti penting bagi ekosistem
penggunaan alat tangkap perairan karena memberikan
tradisional merupakan salah sumbangan bagi perairan
satu cara yang baik untuk sekitarnya. Daun bakau yang
menjaga pelestarian berbagai gugur melalui proses
sumberdaya perikanan. penguraian oleh
Penggunaan alat tangkap mikroorganisme diuraikan
tradisional diyakini lebih efektif menjadi partikel detritus yang
dan hasil tangkapannya lebih menjadi sumber makanan bagi
selektif, dengan kata lain bermacam hewan laut.
kegiatan pemanfaatan  Upacara penghormatan terhadap
sumberdaya perikanan dengan laut merupakan kegiatan
menggunakan alat tangkap masyarakat yang berasal dari

118
127
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

nenek moyang pendahulu adanya pantangan dan larangan


mereka. kegiatan ini memiliki tersebut.
nilai kearifan terhadap  Komitmen tidak menangkap
pelestarian sumberdaya
dan membunuh lumba-lumba.
perikanan, dimana setelah
Diketahui bahwa jika disuatu
melakukan upacara semah laut
kawasan perairan terdapat
masyarakat tidak boleh melaut,
lumba-lumba dan ikan
padahal selama itu wilayah
berukuran besar di kawasan itu
tersebut akan dimanfaatkan oleh
banyak terdapat ikan-ikan yang
berbagai jenis ikan yang sudah
berukuran lebih kecil, karena
matang gonad untuk melakukan
merupakan sumber makanan
pemijahan, setelah melakukan
lumba-lumba dan ikan-ikan
pemijahan beberapa hari
besar. Nilai kearifannya adalah
kemudian telur menetas menjadi lumba-lumba merupakan
larva. Pada masa ini kondisi
petunjuk bahwa diperairan
larva sangat rentan terhadap mereka masih terdapat banyak
perubahan lingkungan salah
ikan.
satunya disebabkan oleh
kegiatan penangkapan. Karena  Menganggap tabu makan
tenangnya wilayah perairan dari bertaburan dan membuang
kegiatan penangkapan rimah/sampah atau tidak sopan
menyebabkan larva tumbuh di laut. Makna yang diambil
menjadi benih yang lebih kuat. dari pantang larang ini adalah
Hal ini lah yang kemudian yang agar laut tidak tercemar,
menjadikan semah laut sehingga berbagai aktifitas
memiliki nilai kearifan lokal kehidupan hewan laut tidak
dalam pelestarian sumberdaya terganggu. Jika sampah
pesisir. akan tetapi upacara berserakan di laut, akan
seperti ini saat sekarang tidak mengganggu kualitas perairan,
lagi dilakukan secara bersama- menghalangi intensitas cahaya
sama, hanya dilakukan secara matahari yang masuk yang pada
individu dengan tujuan yang akhirnya menyebabkan
berbau mistis atau tahayul. kerusakan ekosistem perairan.
Sehingga nilai kearifannya  Komitmen tidak menggunakan
sudah mengalami pemudaran. songko bermesin dalam
 Menganggap wilayah tertentu mengumpulkan kerang Hal ini
sebagai wilayah keramat makna akan berkaitan dengan
yang dapat diambil bagi kelangsungan kehidupan
pelestarian sumberdaya pesisir berbagai jenis kerang yang
adalah menciptakan susana dimanfaatkan masyarakat. Cara
tenang dikawasan perairan kerja alat tangkap ini dengan
sehingga memudahkan ikan- menggunakan mesin, hasil
ikan melangsungkan pemijahan, tangkapannya sangat banyak
kemudian larva-larva ikan jika dibandingkan dengan
tersebut mudah berkembang menggunakan alat tangkap
menjadi benih. Inilah nilai tradisional yang mereka sebut
pelestarian sumberdaya pesisir tongkah, berbagai jenis ukuran
yang terkandung terhadap kerang tertangkap melalui alat

118
128
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

tangkap ini, sehingga dapat bekembang biak,


merusak sistem kehidupan kalau dilanggar
kerang di wilayah pesisir bise-bise ikan tak
Panglima Raja. ade lagi nanti
 Menjaga hutan bakau yang (semua apa yang
berada di kawasan pinggir diwariskan oleh
pendahulu kami
pantai. nilai kearifan yang
terkandung karena perairan di sebagian masih
bertahan, karena
sekitar bakau ini banyak
terdapat udang, ikan dan diyakini hal tersebut
berbagai jenis kerang. Maka mengandung hikmah
dan kebaikan, seperti
oleh sebab itu masyarakat Desa
Panglima Raja memandang tabu larangan menangkap
melakukan penebangan pohon ikan di wilayah
bakau atau mangrove yang tertentu, kata orang
berada di tepi pantai. yang berpendidikan,
tempat seperti itu
Dari hasil identifikasi
kearifan lokal masyarakat di desa merupakan tempat
Panglima Raja tersebut, kegiatan ikan bertelur dan
pemanfataan dan pelestarian berkembang biak,
sumberdaya pesisir yang jika dilanggar, dapat
mengandung nilai kearifan masih menyebabkan
berlangsung dalam aktivitas mereka. kepunahan terhadap
masih eksisnya beberapa kearifan keberadaan
lokal tersebut dikarenakan sumberdaya
pemahaman dan kepentingan perikanan).
masyarakat tentang nilai-nilai Dari pernyataan tersebut
kearifan yang dikandungnya. dapat dijelaskan bahwa segala apa
Bapak MN menyatakan yang telah diwariskan oleh para
kegiatan dan semua pendahulu mereka, diyakini
bentuk yang telah mengadung banyak hikmah dan
diwariskan tetue pelajaran yang dapat diambil dan
kami, sampai dijadikan pelajaran dalam
sekarang masih menjalankan berbagai aktifitas
bertahan pada mereka.
sebagian kami, kerne Keraf (2002) menyatakan
apa yang diwariskan bahwa kearifan tradisional adalah
tersebut banyak semua bentuk pengetahuan,
mengadung hikmah keyakinan, pemahaman atau
dan kebaikan bagi wawasan serta adat kebiasaan atau
kami, macam tak etika yang menuntun perilaku
boleh menangkap manusia dalam kehidupan di dalam
ikan pade kawasan komunitas ekologis. Jadi, kearifan
tertentu.. kate orang tradisional ini bukan hanya me-
sekolah, rupenye nyangkut pengetahuan dan
tempat-tempat yang pemahaman masyarakat adat tentang
tak boleh tu tempat manusia dan bagaimana relasi yang
ikan betelo dan baik di antara manusia, melainkan

119
129
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

juga menyangkut pengetahuan, tersebut adalah aktivitas moral


pemahaman dan adat kebiasaan bersumber dari kearifan tradisional.
tentang manusia, alam dan bagai- Kelima, berbeda dengan ilmu
mana relasi di antara semua pengetahuan Barat yang mengklaim
penghuni komunitas ekologis ini dirinya sebagai universal, kearifan
harus dibangun, Seluruh kearifan tradisional bersifat lokal, karena
tradisional ini dihayati, dipraktikkan, terkait dengan tempat yang partikular
diajarkan dan diwariskan dari satu dan konkret. Tetapi, karena manusia
generasi ke generasi lain yang dan alam bersifat universal, kearifan
sekaligus membentuk pola perilaku dan pengetahuan tradisional dengan
manusia sehari-hari, baik terhadap tidak direkayasapun menjadi
sesama manusia maupun terhadap universal pada dirinya sendiri.
alam dan yang Gaib.
Ini menunjukkan bahwa,
Sumber Kearifan Lokal
pertama, kearifan tradisional adalah
milik komunitas. Demikian pula, Sejak awalnya, telah
yang dikenal sebagai pengetahuan diyakini bahwa nenek moyang
tentang manusia, alam dan relasi masyarakat Desa Panglima Raja
dalam alam juga milik komunitas. memiliki landasan kepercayaan yang
Kedua, kearifan tradisional, bersumber dari adat secara turun
yang juga berarti pengetahuan temurun dari pendahulu nenek
tradisional, lebih bersifat praktis. moyang dengan philosofi Alam
Pengetahuan dan kearifan Terkembang Jadi Guru dengan
masyarakat adat adalah pengetahuan Belajar Kepada Laut, jika dilihat
bagaimana hidup secara baik dalam philsofi adatnya hampir mirip
komunitas ekologis, sehingga dengan philosofi adat suku minang.
menyangkut bagaimana berhubungan Hal ini dikarenakan masyarakat
secara baik dengan semua isi alam. Suku Duano mengambil philsofi
Ketiga, kearifan tradisional ajarannya berdasarkan ajaran islam
bersifat holistik, karena menyangkut dan ajaran Hindu mengandung
pengetahuan dan pemahaman tentang kepercayaan yang berbau mistik,
seluruh kehidupan dengan segala seperti halnya juga suku minang.
relasinya di alam semesta. Alam
adalah jaring kehidupan yang lebih Prinsip-prinsip Kearifan Lokal
luas dari sekadar jumlah keseluruhan
Laut merupakan bagian
bagian yang terpisah satu sama lain.
utama dalam kehidupan masyarakat
Keempat, berdasarkan
Desa Panglima Raja karena
kearifan tradisional dengan ciri
merupakan tempat mencari kehidupan
seperti itu, masyarakat adat juga
dengan memanfaatkan sebesar-
memahami semua aktivitasnya
besarnya. Hal ini adalah pemahaman
sebagai aktivitas moral. Kegiatan
terhadap unsur alam yang sangat kuat
bertani, berburu dan menangkap ikan
di kalangan masyarakat Desa
bukanlah sekadar aktivitas ilmiah
Panglima Raja, yang tergambar dalam
berupa penerapan pengetahuan
pernyataan bahwa laut adalah bagian
ilmiah tentang dan sesuai dengan
yang tidak terpisahkan dari kehidupan
alam, yang dituntun oleh
mereka.
prinsip-prinsip dan pemahaman
Laut merupakan bagian dari
ilmiah yang rasional. Aktivitas
lingkungan dapat mengambil

118
130
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

manfaat dari manusia dengan penangkapan ikan,


kelebihan yang dimiliki. Manusia mengembangkan alat tangkap
pun dapat mengambil manfaat dari tradisional dalam menangkap
lingkungan sekedar untuk memenuhi ikan dan mengumpulkan
kebutuhan yang wajar, dan menjauhi kerang, menentukan kawasan
sikap berlabihan. Pepatah boleh menebang bakau.
mengatakan: sewaktu masih banyak 2. Sedangkan bentuk kearifan
jangan lobo, ingat sebelum habis, lokal dalam pelestarian
jimat-jimat la supaye tak sesal di sumberdaya pesisir yang
kedian hari (sewaktu masih banyak teridentifikasi adalah :
jangan terlalu tamak atau boros, upacara penghormatan
ingat sebelum semua habis, terhadap laut, komitmen tidak
berhematlah supaya tak menyesal menangkap dan membunuh
dikemudian hari). lumba-lumba, menganggap
Kearifan lokal masyarakat wilayah tertentu sebagai
dalam pengelolaan sumberdaya wilayah keramat, komitmen
pesisir di Kawasan Desa Panglima untuk tidak membuang
Raja sebenarnya telah berlandaskan sampah/rimah ke laut,
pemahaman prinsip ekologi dan komitmen tidak
ekosistem. Kearifan tersebut dikemas menggunakan songko
dalam bahasa yang sederhana, bermesin dalam menangkap
berupa Philosofi yang memuat dan mengumpulkan kerang
substansi nilai dan berperilaku. dan menjaga hutan bakau
Sumber utama terbangunnya kearifan yang berada di kawasan
lokal tersebut adalah ajaran agama pinggir pantai.
islam pengaruh kerajaan Indragiri,
adat dan philosofi pentingnya belajar 3. Sumber utama terbangunnya
dan mempelajari alam dan ajaran kearifan lokal tersebut adalah
agama hindu dengan kepercayaan ajaran agama islam pengaruh
terhadap hal-hal yang berbau mistik. kerajaan Indragiri, adat dan
philosofi pentingnya belajar
KESIMPULAN dan mempelajari alam dan
ajaran agama hindu dengan
Kesimpulan kepercayaan terhadap hal-hal
yang berbau mistik. Kearifan
Dari pembahasan dan
lokal tersebut sebenarnya
analisis hasil penelitian yang telah
telah berlandaskan
dijelaskan sebelumnya, maka
pemahaman prinsip ekologi
kesimpulan dapat dijelaskan sebagai
dan ekosistem yang dikemas
berikut :
dalam bahasa yang
Kearifan lokal masyarakat Desa sederhana, berupa philosofi
Panglima Raja yang pernah yang memuat substansi nilai
dijalankan dan masih berlangsung dan berperilaku.
sampai saat ini yang teridentifikasi:
1. Dalam bentuk pemanfaatan DAFTAR PUSTAKA
sumberdaya pesisir yaitu:
penentuan waktu, cuaca dan BP3SP, Faperika Unri. 2004. Profil
musim dalam melakukan Daerah Penerima Program

119
131
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Berkala Perikanan Terubuk Vol 37 No.2 Juli 2009

SNRM Kabupaten Indragiri


Hilir. 58 hal.(tidak diterbitkan) Maleong, L.J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif Remaja
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan Rosdakarya. Bandung.
M. J. Sitepu. 1996.
Pengelolaan Sumberdaya Pemerintah Kabupaten Inhil, 2005.
Pesisir dan Lautan Secara Sejarah Indragiri
Terpadu. P.T. Pradnya Hilir.http//www.inhil.go.id
Paramita. Jakarta. 299 hal.
Prijono, S.N. 2000a. Laporan
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Pendukung No 1: Sejarah dan
Sumberdaya Kelautan Untuk Latar Belakang Proyek.
Kesejahteraan Rakyat.
Kumpulan Pemikiran. _______, S.N. 2000b. Memanfaatkan
Lembaga Informasi dan Studi Satwa dan Puspa Secara
Pembangunan Indonesia. Berkelanjutan. Warta Kehati.
Jakarta. 145 hal. Oktober-November 14-15.

Dinas Perikanan dan Kelautan Inhil, Sugiono. 2000. Metode Penelitian


2004. Kajian Akademik Administrasi. Alfabeta.
Pengelolaan Wilayah Pesisir Bandung. 221 hal.
Kabupaten Indragiri Hilir.
Usman, S. 1996. Sosiologi
Keraf, A. Sony. 2002. Etika Lingkungan. Pembahasan
Lingkungan. Penerbit Buku Tentang Lingkungan dan
Kompas. Jakarta. 322 hal Perilaku Sosial. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kusumastanto, T, 2003. Ocean (tidak diterbitkan)
Policy dalam Membangun
Negeri Bahari di Era Otonomi
Daerah. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

118
132

You might also like