Professional Documents
Culture Documents
Makalah Analisis Kredit
Makalah Analisis Kredit
Makalah Analisis Kredit
Analisis Kredit
KELOMPOK 15
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Penjelasan
Dalam setiap penyaluran kredit, bank perlu meyakini diri kemampuan dan
kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang disepakati
atau diperjanjikan.
Dalam penilaian atau analisis permohonan kredit nasabah, dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan atau approach.
2. Pendekatan di dalam Analisis Kredit
Pendekatan yang dipakai didalam proses analisis kredit itu sendiri dapat
ditempuh melalui enam pendekatan yang akan mempunyai pengaruh terhadap
bentuk credit approval package (CAP). Pendekatan tersebut meliputi:
a. Character approach
Pemberian kredit dengan pendekatan karakter ini untuk orang orang
tertentu yang karakternya tidak diragukan lagi dan ini merupakan pengkreditan
yang paling murni karena pengkreditan sendiri merupakan suatu kepercayaan.
Pada dasarnya dalam pendekatan ini pemberian kredit didasarkan pada
kepercayaan atas reputasi karakter bisnis dari calon nasabah.
Pendekatan ini tepat bila digunakan apabila:
1) Bank telah mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon nasabah;
2) Antara bank dengan calon nasabah masih dalam satu sector usaha
sehingga bank telah mengetahui ciri ciri system manajemen maupun
karakter pelaksananya.
Namun demikian, analisis dengan character approach ini umumnya
jarang diterapkan di bank, mengingat sulitnya melakukan penilaian karakter
seorang nasabah walaupun dalam praktik hal ini terjadi dilakukan atas dasar case
by case.
b. Collateral Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan collateral ditujukan untuk nasabah
yang jaminannya sangat kuat dan likuid serta merupakan bentuk pendekatan yang
paling klasik dan paling sederhana. Dalam pendekatan ini kredit akan diberikan
apabila calon nasabah mempunyai jaminan kuat atau memadai, baik ditinjau dari
nilai ekonomis maupun nilai yuridisnya sehingga kreditnya menjadi aman.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila:
1) Kredit dijamin oleh guarantee/standby L/C dari bank lain;
2) Kredit dijamin oleh surat-surat berharga (deposito atau sertifikat deposito)
yang belum jatuh tempo dan surat-surat berharga lain yang mudah
dipasarkan (marketable securities).
c. Repayment Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan pelunasan (Repayment Approach)
yang bersifat self-liquidating (eenmalig) dimana sumber pelunasannya sudah jelas
dan dikuasai bank yang pada intinya adalah mendasarkan pada kemampuan
pelunasan utang nasabah.
Dalam pendekatan ini penilaian kemampuan pelunasan tidak hanya dilihat
dari sumber-sumber dana yang diciptakan oleh kegiatan usaha nasabah, melainkan
juga sumber dana lainnya, yaitu dari pihak ketiga atau dari likuidasi barang-
barang jaminan yang diserahkan oleh nasabah.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila:
1) Kredit untuk bidang usaha kontraktor, dimana proses penagihan hasil
penyelesaian kontraknya telah diikat secara cessie;
2) Kredit untuk bidang usaha kontraktor, supplier dengan bouwheer,
BUMN/departemen/pemerintah yang pembayarannya langsung disalurkan
melalui atau dikuasai bank.
Apabila calon nasabah telah mempunyai administrasi keuangan yang
cukup baik dan dapat dipercaya, maka untuk melihat kemampuan calon nasabah
untuk melunasi kreditnya, dapat didasarkan pada estimasi cash flow dan
dibandingkan dengan estimasi soueces and uses of funds (sumber dan
penggunaan dana) calon nasabah yang bersangkutan.
d. Feasibility Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan kelayakan proyek usaha calon
nasabah (feasibility) ditujukan untuk proyek-proyek nasabah yang memerlukan
penelaahan feasibility pada proyeknya secara teliti dan merupakan pemberian
kredit yang memerlukan sikap sangat berhati-hati bagi bank. Sering terjadi proyek
usaha yang akan dibiayai masih merupakan suatu rencana, belum ada realisasinya
secara konkret. Proyek akan dibiayai dengan kredit bank mungkin saja masih
beruap angan-angan calon nasabah atau baru berupa suatu usulan (project
proposal).
Dilain pihak, karakter calon nasabah yang bersangkutan belum banyak
diketahui oleh bank. Sebagian besar barang-barang yang akan dijadikan jaminan
kredit merupakan barang-barang modal yang akan dibeli dengan dana yang
berasal dari kredit yang diperoleh tersebut, serta tidak ada sumber dana untuk
pelunasan kredit yang berasal dari pihak lainnya.
Mengingat kondisi tersebut bank harus mampu menilai sejauh mana
proyek usaha calon sumber nasabah tersebut dapat melunasi semua kewajibannya
dengan sumber-sumber dana yang dapat dihimpun oleh usaha itu sendiri.
Suatu proyek akan mampu menghasilkan laba dan menghasilkan dana
untuk pelunasan kreditnya apabila proyek tersebut cukup feasible (dapat secara
layak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan norma-norma bisnis yang berlaku).
Pendekatan ini tepat digunakan untuk usaha-usaha baru maupun lama yang
mempunyai prospek yang cerah di bidang industry, perdagangan, perkebunan,
jasa, dan lainnya.
e. Agent of Development Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan ini didasarkan pada fungsi bank
sebagai agen pembangunan dari suatu system perekonomian. Dengan demikian,
bank akan melaksanakan fungsinya sebagai sarana moneter (monetary device) dari
penguasa moneter.
Pemberian kredit disini meliputi dua misi sekaligus, yaitu:
1) Sebagai badan usaha adalah untuk mencari laba;
2) Sebagai agen pembangunan lebih banyak bertindak dalam kegiatan pembinaan
(promotor) atas nasabahnya agar potensi nasabah dapat dikembangkan
semaksimal mungkin melalui pemberian kredit dan pembinaan teknis,
manajemen, pemasaran, dan lain-lain.
Pemberian kredit dengan pendekatan ini meliputi kegiatan:
1) Identifikasi dan pengembangan proyek dianggap potensial secara ekonomis;
2) Pengembangan kewiraswastaan (entrepreneurship) dari pada pengelolanya;
3) Pengorganisasian proyek dari awal sampai kredit dilunasi.
f. Relationship Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan relationship ini ditujukan untuk
pricing nasabah, dan pemberian fasilitas kepada nasabah misalnya immediate
credit, pemberian kurs khusus dan lebih didasarkan pada besar kecilnya volume
relationship antara pihak bank dengan nasabah, misalnya dalam negoisasi
pemberian fasilitas lain kepada nasabah lama, seperti pricing product dan jasa
yang diberikan bank. Pendekatan ini juga tepat digunakan apabila bank akan take
over dari bank lain. Dasar keputusan pemberian kredit ini berorientasi pada
costumer profitability analysis (CPA) dimana prospective costumer tersebut
minimal harus mempunyai return on risk assets diatas standar yang berlaku di
bank.
Penggunaan setiap pendekatan tersebut diatas didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan besar kecilnya jumlah kredit yang diajukan, jenis
jaminan kredit, struktur permodalan yang diminta (financing structure), besar
kecilnya volume relationship yang ada, marketing strategy dari bank, dan misi
bank.
Dalam menganalisis permohonan kredit perlu ditempuh beberapa
pendekatan agar bank dapat dengan cepat mengambil keputusan, menerima, atau
menolak permohonan kredit nasabah. Misalnya, seorang nasabah yang
mengajukan permohonan rehabilitasi rumahnya karena akan dikontrak oleh orang
asing untuk jangka waktu tiga tahun dengan nilai kontrak tertentu. Bank tidak
perlu lagi meminta berbagai macam data yang tidak relevan (misalnya laporan
keuangan nasabah). Dalam kasus ini sumber pembayarannya sudah jelas, yaitu
dari hasil kontrak. Pengamanannya sudah jelas karena rumah tersebut ada
sertifikatnya yang dapat diikat. Jadi, untuk permohonan ini digunakan repayment
approach atau collateral approach.
Pendekatan ini selain bertujuan untuk memudahkan pemilihan jenis
analisis kredit, juga bermanfaat untuk:
1) Mempercepat proses analisis kredit;
2) Menetapkan teknik analisis kredit yang setepat-tepatnya;
3) Memudahkan dalam proses administrasi dan pengawasan kredit.
Dalam menganalisis permohonan kredit, maka harus ditentukan lebih
dahulu pendekatan yang akan digunakan sebagai format credit approval package
(CAP) yang akan digunakan dapat ditentukan.
Dari keenam pendekatan tersebut dapat disiapkan lima model CAP, yaitu:
1) CAP untuk kredit yang menggunakan collateral approach;
2) CAP untuk kredit yang menggunakan repayment approach;
3) CAP untuk kredit yang menggunakan feasibility approach seperti
umumnya digunakan saat ini di PT Bank permata arif;
4) CAP untuk kredit yang menggunakan agent of development approach
(kredit program pemerintah), contohnya ukm;
5) CAP untuk kredit yang menggunakan relationship approach.
Dalam permohonan/pengajuan kredit nasabah cukup kompleks,
pendekatan-pendekatan tersebut dapat digunakan/digabungkan tergantung kepada
kompleksitas kredit nasabah.
Adapun penjelasan masing-masing model CAP disusun menurut
kelengkapan analisis/formulir yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
1) CAP untuk Feasibility Approach
a) Laporan Informasi Nasabah (LIN)
b) Laporan Kontak dan Kunjungan Nasabah (LKKN)
c) Aalisis Keuangan atau Spread Sheet (SS)
d) Arus/anggaran kas atau Cash Flow Budget (CB)
e) Rencana Pemasaran kepada Nasabah (RPKN
f) Relationship Profitability Report (RPR)
g) Saat ini dipergunakan Customer Profitability Analysis (CPA)
h) Memo Kredit Nasabah (MKN)
i) Ringkasan Fasilitas Kredit (RFK)
Analisis kredit yang menggunakan pendekatan ini harus menggunakan
CAP lengkap dan dalam menganalisis kredit harus memperhatikan seluruh aspek-
aspek analisis.
2) CAP untuk Collateral Approach
Analisis kredit yang menggunakan pendekatan ini adalah
a) Kredit yang dijamin dengan Deposito Bank Permata Aktif
b) Kredit yang dijamin dengan deposito/sertifikat deposito/guarantee/standby
L/C bank pemerintah lain/bank swasta besar/bank asing/bank koresponden
luar negeri.
a) Kredit yang dijamin dengan deposito yang diterbitkan Bank Permata Arif
Formulir yang digunakan adalah
(1) Surat permohonan nasabah;
(2) Risalah keputusan kredit dengan jaminan khusus
Dengan langkah-langkah berikut ini.
(1) Konfirmasi terhadap keaslian/keabsahan bilyet deposito/sertifikat
deposito, buku tabungan serta autentisitas standby L/C dari Prime Bank.
Dalam hal penerbit bilyet merupakan cabang Bank Permata Arif lain,
harus diyakini kebenaran konfirmasinya (disarankan jawaban konfirmasi
secara tertulis).
(2) Nasabah menyerahkan surat kuasa kepada cabang untuk dapat mencairkan
deposit yang dijamin apabila pada saat jatuh tempo nasabah tidak dapat
melunasi kewajibannya. Sebaiknya surat kuasa dibuat secara notarial.
(3) Perhitungan kredit dilakukan denga formula sebagai berikut
MK = Maksimum Kredit
ND = Nominal Deposit
n = Jangka waktu kredit
i = Tingkat bunga kredit yang akan dikenakan perbulan
t = Pajak atas bunga deposit yang diperoleh selama jangka waktu
kredit
b) Kredit yang dijamin dengan Deposito/Guarantee/standby LC Bank
Koresponden
Formulir yang digunakan adalah:
(a) Surat permohonan nasabah
(b) Risalah keputusan kredit dengan jaminan khusus
Dengan prosedur berikut ini
(1) Konfirmasi bonafiditas bank penerbit ke Divisi International Trade
(2) Konfirmasi secara tertulis mengenai keaslian/keabsahan deposito/
guarantee/standby L/C dari bank penerbit
(3) Untuk saat ini kredit yang dijamin dengan gurantee/standby L/C bank
koresponden diberikan secara case by case dengan seizing kantor pusat
c) Kredit yang Dijamin dengan Deposito bukan Bank Permata Arif
Prosedur analisis sama dengan kredit biasa dengan mengisi format CAP yang
terdiri dari:
(1) Ringkasan fasilitas kredit
(2) Memo kredit nasabah
(3) Laporan kemajuan/kontak kepada nasabah
3) CAP untuk Repayment Approah
Analisis yang menggunakan pendekatan ini adalh kredit-kredit yang
proyek/penjualan didasarkan ats kontrak. Dalam hal ini bouwheer harus bonafide
seperti BUMN, departemen/pemerintah. Biasanya untuk bidang usaha kontraktor
atau perdagangan.
Untuk menganalisis, harus mengisi CAP lengkap dengan penekanan yang
lebih tajam pada analisis cash budget/cash flow/rencana pelunasan kredit
mengingat pelunasan kredit berdasarkan cash budget/cash flow.
CAP yang harus dilengkapi adalah:
a) Laporan informasi nasabah
b) Laporan kunjungan/kontak nasabah
c) Rencana pemasaran kepada nasabah
d) Cash budget
e) Memo kredit nasabah
f) Ringkasan fasilitas nasabah
Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah seluruh pembayaran
transaksi dari bouwheer harus langsung disalurkan ke bank yang selanjutnya
dipergunakan sebagai sumber pelunasan kreditnya.
4) CAP untuk Kredit Program Pemerintah (Agent of Development
Approach)
Pada dasarnya sama dengan pendekatan feasibility approach, hanya saja
analisisnya tidak terlalu luas dengan memerhatikan ketentuan yang digariskan
pemerintah.
CAP yang harus dilengkapi adalah:
a) Laporan informasi nasabah
b) Laporan kunjungan/kontak nasabah
c) Memo kredit nasabah
d) Ringkasan fasilitas nasabah
Juga yang perlu diperhatikan adalah pembinaan kepada nasabah dalam
bidang manajemen, administrasi/keuangan, pemasaran/prospek usaha nasabah,
dan sebagainya, baik sebelum maupun sesudah diberikan fasilitas kredit.
5) CAP untuk Relationship Approach
Format CAP yang digunakan adalah:
a) Customer profitability analysis
b) Memo ringkasan nasabah
c) Ringkasan fasilitas kredit
Model ini digunakan untuk menganalisis kredit-kredit yang diambil alih
dari bank-bank lain dan fasilitas-fasilitas tambahn yang diperlukan oleh nasabah
sebagai kelengkapan atas fasilitas yang telah dinikmatinya, misalnya immediate
credit, kekeringan komisi, dan lain-lain, yang mungkin dipertimbangkan bank
sepanjang masih menguntungkan.
Analisis dalam pendekatan ini dititikberatkan kepada berapa besar
pengaruh pemberian suatu fasilitas terhadap target keuntungan relationship
dengan nasabag (RORIWAC). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyususn
customer profitability projection (dengan memasukkan keuntungan) dan kerugian
yang akan timbul dari fasilitas yang akan diberikan).
1. Pengertian
Sebagai penunjang tugas account officer untuk memenuhi prosedur kredit
secara efektif, maka diperlukan sarana berupa suatu paket analisis dan persetujuan
kredit yang disebut credit approval package (CAP).
2. Format-format dalam credit approval package
CAP ini terdiri dari delapan bentuk yang masing-masing mempunyai
tujuan-tujuan tersendiri, tetapi setiap bentuk/format merupakan suatu bagian
integral (paket) untuk memberi evaluasi dengan subjektif mungkin atas proses
permohonan kredit.
Biasanya untuk memudahkan pengisian dari CAP ini disiapkan untuk
masing-masing jenis pendekatan untuk dapat dikerjakan dalam personal computer
dengan program excel.
Credit Approval Package terdiri dari :
a. Ringkasan fasilitas kredit
b. Memo kredit nasabah
c. Laporan informasi nasabah
d. Laporan kontak dan kunjungan nasabah
e. Analisis keuangan atau spread sheet
f. Arus/anggaran kas atau cash flow/budget
g. Rencana pemasaran kepada nasabah
h. Relationship profitability report atau customer profitability analisys
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut.
a. Laporan informasi nasabah
Tujuannya adalah :
1. Menata informasi kualitatif dari nasabah
2. Menyediakan informasi yang jelas dan ringkas tentang nasabah
3. Memodulasikan pengelolaan informasi nasabah
4. Menyediakan cara yang standar
Informasi yang diperoleh adalah :
1. Nama nasabah, lokasi, dan sector ekonomi
2. Tanggal pertama kali berhubungan dengan nasabah
3. Bagaimana mula-mula nasabah berhubungan dengan bank
4. Status pemilikan, misalnya jenis perusahaan, besarnya saham
5. Pengurus perusahaan, misalnya nama, tokoh yang penting, pengalaman dan
pendidikan, tidak terdapat dalam daftar kredit macet
6. Latar belakang dan sejarah singkat tahun dan perubahan yang cukup penting
7. Keuangan dan relationship lainnya, misalnya bank, akuntan, notaris, asuransi
dan penasehat hokum
8. Produksi, misalnya produknya, penjualan per jenis produk dan kualitas
9. Pasar, misalnya permintaan, pertumbuhan, dan kompetisi
10. Fasilitas, misalnya lokasi, kualitas, dan kondisi/usia infrastuktur pabrik
11. Supplier misalnya nama, diversifikasi, syarat-syarat, dan jaminan
12. Distribusi, misalnya rencana pemasaran dan syarat-syaratnya
13. Hubungan dengan afiliasi, misalnya penjualan/bisnis antar grup
14. Penilaian pengelolaan, misalnya :
a) Orientasi dan janji sesuai sasaran
b) Karaktersitik organisasi
c) Latar belakang dan kualitas manajer
d) Reputasi pasar
e) Kualitas system manajemen
f) Penyesuaian terhadap perkembangan tekhnologi
b. Laporan kontak dan kunjungan nasabah
Tujuannya adalah :
1. Membantu untuk mengadakan persiapan kunjungan/kontrak nasabah
2. Membuat dokumentasi atas hasil kunjungan/kontak nasabah
3. Merinci masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut
Informasi yang diperoleh :
1. Daftar topik yang tercakup dalam kunjungan/kontak nasabah
2. Ringkasan dari hasil kunjungan/kontak nasabah
3. Daftar perincian untuk langkah-langkah lanjutan serta menetapkan jadwal
waktu penyelesaiannya
c. Analisis keuangan atau spread sheet
Tujuannya adalah:
1. Memperoleh informasi keuangan nasabah;
2. Mempercapat analisis keuangan;
3. Mempercepat hasil proyeksi keuangan.
Informasi yang di peroleh adalah:
1. Perbandingan laporan keuangan nasabah;
2. Analisis laba/rugi;
3. Perubahan rasio;
4. Perubahan modal;
5. Perubahan aktiva tetap;
6. Laporan pendapatan kas darioperasi atau nonoperasi.
Model spread sheet yang tersedia dengan judul comparative statement of
financial condition terdirir dari empat bagian yaitu:
1. Balance sheet;
2. Income statement;
3. Cash generation;
4. Projection secton;
Untuk perusahaan yang telah berjalan, data neraca dan laba/rugi minimal 2
tahun dan idealnya 3 tahun. Untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan
sebagai bahan analisis, baik horizontal maupun vertical, serta rasio-rasio keuangan
(yang akan di uraikan kemudian) digunakan model spred sheet ini.
Model ini akan menampilkan fungsi-fungsi di antaranya:
1. Perbandingan laporan keuangan;
2. Perhitungan rasio keuangan;
3. Perhitungan equity secara otomatis dan rekonsiliasi aktiva tetap;
4. Laporan perhitungan penciptaan kas (cash generation);
5. Perhitungan optimal dari proyeksi satu tahun.
Konverensi Rekening
Untuk dapat menggunakan model spread sheet ini, rekening-rekening
yang ada pada neraca dan rugi/laba nasabah terlebih dahulu di konversikan ke
dalam spred sheet. Dalam rangka konversi dimaksudkan, pengertian masing-
masing rekening pada model diuraikan berikut ini.
1. Dasar Hukum
Dalam Bab 2 telah di kemukakan sisi hukum kredit pada bank
konvensional yang berlaku di Indonesia dan pada Bab 6 ini di lengkapi dengan
konsep dan prinsip syariah dalam bisnis perbankan, khususnya di bidang
perkreditan (Muhammad SyafiI Antonio;2001) dan (Ahmad Gozali; 2005) yaitu
konsep-konsep berikut ini.
a. Konsep Riba Dalam Pandangan Muslim
Riba telah menjadi persoalan kalangan di luar islam pada seribu tahun yang
lalu, dan bukan bagi kalangan islam saja.
1. Konsep Bunga di Kalangan Yahudi
Orang-orang yahudi di larang mempraktikkan pengambilan bunga, seperti di
jelaskan berikut ini.
a. Kitab exodus (Keluaran) pasal 22 ayat 25 menyatakan: Jika engkau
meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di
antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia;
janganlah engkau bebankan bunga uang terhadapnya.
b. Kitab Deuteronomy (Ulangan) passal 23 ayat 19 menyatakan, Janganlah
engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan,
atau apapun yang dapat di bungakan.
c. Kitab Levicitus (Imamat) pasal 25 ayat 36-37 menyatakan, Janganlah
engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus
takut akan Allahmu, supaya saudaramu bias hidup di antaramu. Janganlah
engkau member uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu
janganlah kau berikan dengan meminta riba.
2. Konsep Bunga Di Kalangan Yunani dan Romawi
Pada masa yunani, sekitar abad VI seblum Mashi hingga I Masihe, telah
terdapat beberapa jenis bunga. Selanjutnya pada masa Romawi, sekitar abad V
sebelum Masehi, terdapat undang-undang yang membenarkan penduduknya
mengambil bunga selama tingkat bunga sesuai dengan tingkat maksimal yang di
benarkan hokum, tetapi dalam pelaksanaannya tidak di benarkan dengan cara
bunga berbunga. Pada masa pemerinntahan Genucia (342 SM), kegiatan
pengambilan bunga tidak di perbolehkan, tetapi pada masa Unciria (88 SM),
praktik tersebut di celah oleh para ahli filsafat. Dua orang ahli filsafat yunani
terkemuka, plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), mengecam praktik
bunga. Demikian pula dengan Caton (234-149) dan Cirero (106-43 SM). Para ahli
filsafat tersebut mengutuk orang-orang Romawi yang mempraktikkan
pengambilan bunga.
3. konsep Bunga Di Kalangan Kristen
Kitab perjanjian Baru tidak menyebutkan masalah ini secara jelas. Akan
tetapi, sebagian kalangan Kristen menganggap bahwa ayat yang terdapat dalam
Lukas 6: 34-35 sebagai ayat yang mengecam praktik pengambilan bunga. Ayat
tersebut menyatakan: Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang
karena kamu berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu? Orang-
orang berdosa pun meminjamkan kepada orang berdosa supaya mereka menerima
kembali sama orang banyak. Tetapi kamu, kaisihilah musuhmu dan berbuatla baik
kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka
upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan yang Maha tinggi
sebab ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap
orang-orang jahat.
Ketidak tegasan ayat di atas mengakibatka muncul berbagai tanggapan dan
tafsiran dari pemka agama Kristen tenteng boleh tidaknya orang Kristen
mempraktikkan pengambilan bunga. Untuk itu, berikut ini di kemukakan berbagai
pandangan kalangan pemuka Kristen, yang di kelompokkan menjadi sebagai
berikut.
a. Pandangan Pendeta Awal Kristen (Abad I-XIII)
Pada masa ini umumnya pengambilan bunga di larang. Mereka merujuk
masalah pengambilan bunga kepada Kitab Perjanjian Lama yang juga diimami
oleh orang Kristen:
(1) St. basil (329-379) menganggap mereka yang memakan bunga sebagai
orang yang tidak berperikemanusiaan. Baginya, mengambil bunga adalah
mengambil keuntungan dari orang yang memerlukan. Demikian juga
mengumpulkan emas dan kekayaan dari air mata dan kesusahan orang
miskin.
(2) St. Gregory dari Nyssa (335-395) mengutuk praktik bunga karena
menurutnya pertolongan melalui pinjaman adalah palsu. Pada awal
kontrak seperti membantu, tetapi pada saat menagih dan meminta imbalan
bunga bertindak sangat kejam..
(3) St. John Chrysotom (344-407) berpendapat bahwa larangan yang terdapat
dalam perjanjian lama yang di tujukan bagi orang-orang Yahudi juga
berlaku bagi penganut perjanjian baru.
(4) St. Ansel dari Centerbury (1033-1109) menganggap bunga sama dengan
perampokan.
Larangan praktik bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-
undang, yaitu sebagai berikut.
(1) Council of Elvira (spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang
melarang para pekerja gereja mempraktikkan pengambilan bunga.
Barang siapa yang melanggar, pangkatnya akan diturunkan.
(2) Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga
melarang para pekerja gereja mempraktikkan pengambilan bunga.
(3) Larangan pemberlakuan bunga untuk umum baru dikeluarkan pada
council of vienne (tahun 1311) yang menyatakan bahwa barang siapa
menganggap bunga itu adalah sesuatu yang tidak berdosa, ia telah
keluar dari Kristen (murtad).
b. Pandangan pada sarjana Kristen (abad XII-XVI)
Para tokoh sarjana Kristen yang memberikan kontribusi pendapat yang besar
dengan bunga ini adalah Robert of Courson (1152-1218), William of
Auxxerre (1160-1220), st. Raymond of pennaforte (1180-1278), st,
Bonaventure (1221-1274) dan st. Thomas Aquines (1225-1274). Kesimpulan
hasil bahasan para sarjana Kristen periode tersebut sehubungan dengan bunga
adalah:
(1) Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan
memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan
konsep keadilan.
(2) Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau
tidaknya bergantung pada niat si pemberi utang.
c. Pandangan para reformis Kristen (abad XVI-Tahun 1836), para reformis
antara lain John Calvin (1509-1564), Charles du Moulin (1500-1566), Claude
Saumise (1588-1653), Martin Luther (1483-1531). Beberapa pendapat Calvin
sehubungan dengan bunga antara lain sebagai berikut.
(1) Dosa apabila bunga memberatkan.
(2) Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles).
(3) Tidak menjadikan pengambilan bunga sebagai profesi.
(4) Jangan mengambil bunga dari orang miskin.
B. Larangan Riba dalam Alquran dan s-sunnah.
Umat isam di larang mengambil riba apa pun jenisnya. Larangan supaya
umat islam tidak melibatkan diri dengan riba brsumber dari berbagai surah dalam
Alquran dan hadits Rasulullah Saw. Dijelaskan di bawah ini.
1) Larangan Riba Dalam Alquran
Larangan riba dalam Alquran di turunkan dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut.
a) Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada
zahirnya seolah-olah menolong mereka buat demikian dan, sesuatau riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harga manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan, apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).
b) Tahap kedua, riba di gambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah Swt.
Mengancam akan member balasan yang keras kepada orang yahudi yang
memakan riba, dalam surat An-Nisaa: 160-161:
Maka, disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, kami haramkan atas
mereka ()memakan makanan
3.1 Kesimpulan
Adapun saran untu makalah ini adalah dalam prosedur dan langka-langka
analisis kredit harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatannya yang
tetap berdasarkan pada prinsip syariah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Djohan, Warman. 2000. Kredit Bank, Edisi 1. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Suyatno, Thomas. 2003. Dasar-Dasar Perkreditan. PT. Gramedia Pustaka.
Utama. Jakarta.
Veithzal Rifai dan Andria Permata V. 2005. Credit Management Handbook.
Penerbit: Rajawali Press. Jakarta.
Anonim. 2011. Analisis Pengkreditan.
https://heheoye.wordpress.com/2011/05/23/analisis-perkreditan/.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2015 Pukul 13.00 Wita.