Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Learning Cycle 5E Berorientasi Keterampilan Proses Di Sma

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


DENGAN LEARNING CYCLE 5E BERORIENTASI
KETERAMPILAN PROSES DI SMA

1)
Mariya Silfiana Rofiqoh, 2)Singgih Bektiarso, 2)Sri Wahyuni
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: mariyasilfiana@rocketmail.com

Abstract
Problem Based Learning (PBL) is model which confronts problems in
learning, where the students perform authentic investigation to find real solutions to
real problem. Learning cycle is model of learning phase consists of activities
organized, so that students can master the competencies that must be achieved in
the way of learning to play an active role. Purpose of this study was to examine
differences in process of science skills students and result studies after using PBL
and 5E Learning Cycle model. And, to reviewing the advantages and disadvantages
of PBL and 5E Learning Cycle model. This type of research is comparation research
in SMA Negeri Kalisat. The techniques of data collection are used interviews,
observation, documentation and tests. Analisa data using Independent Samples T-
test in SPSS 16. Research hypothesis 1 shows that Sig. (2-tailed) 0.002 0.05, there
are significant differences in the skills of the students using the process PBL and 5E
learning cycle model. Research hypothesis 2 shows that Sig. (2-tailed) 0.038 0.05,
there are significant difference in student learning outcomes that use PBL and 5E
learning cycle models. 5E learning cycle model has advantages of experimental
activities more focused and students are given the opportunity to apply the material
they can in the new concept and disadvantage is the time management often miss
and students uncotrolled. PBL in terms of time or the students are more controlled,
more active students discuss and convey opinions and disadvantage is less students
gain practical implementation,and matter of practice less according to the purpose.

Keywords :PBL, 5E Learning Cycle,science process skills, Results studies.

PENDAHULUAN mengajar. Dengan terlibatnya siswa secara


aktif dalam pembelajaran, maka siswa
Fisika merupakan bagian dari Ilmu akan merasa senang dan tertarik saat
Pengetahuan Alam (IPA) yang pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa
mempelajari gejala-gejala dan kejadian dapat meningkat semakin baik. Namun,
alam melalui serangkaian proses yang tidak hanya itu pembelajaran yang dapat
dikenal dengan proses ilmiyah yang menimbulkan atau meningkatkan
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan kerjasama, serta sifat menghargai pendapat
hasilnya berwujud produk ilmiyah berupa orang lain juga diperlukan.
konsep, hukum, dan teori yang berlaku Sampai saat ini rendahnya mutu
secara universal (Trianto, 2011:137). pendidikan setiap jenjang pendidikan
Pembelajaran fisika yang diperlukan masih merupakan masalah yang sulit
saat ini adalah pembelajaran yang bersifat terpecahkan. Hal ini tercermin dari hasil
kreatif dan juga inovatif, sehingga siswa nilai Ujian Nasional tahun 2012/2013
dapat terlibat aktif di dalam proses belajar untuk pelajaran sains fisika memiliki nilai

69
70 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 69 74

rata-rata rendah. Nilai rata-rata paling dalam memecahkan masalah nyata.


rendah, fisika sebesar 4,21 lebih rendah Model ini menyebabkan motivasi dan
dibandingkan nilai kimia dengan rata-rata rasa ingin tahu menjadi meningkat
4,53 dan biologi 4,95. Sedangkan untuk (Wardhani, 2012:164). PBL ini
rata-rata nilai tertinggi pelajaran fisika dikembangkan berdasarkan teori psikologi
sebesar 9,46 lebih tinggi dari biologi yang kognitif modern yang menyatakan bahwa
rata-ratanya 9,39 dan lebih rendah dari belajar adalah proses pembelajaran secara
pelajaran kimia dengan rata-rata nilai aktif (Yasa, 2007:626).
kimia sebesar 9,65 (Diknas, Rekapitulasi Model Learning Cycle merupakan
UNAS tahun 2012/2013). Selain itu telah rangkaian tahap-tahap kegiatan yang
dilakukan wawancara terbatas kepada guru diorganisasi sedemikian rupa sehingga
bidang studi fisika SMA di Kabupaten pebelajar dapat menguasai kompetensi-
Jember yang menjelaskan bahwa penyebab kompetensi yang harus dicapai dalam
hasil belajar siswa rendah karena pembelajaran dengan jalan berperanan
kemampuan siswa kurang merata, selain aktif (Kulsum, 2011). Model pembelajaran
itu cara mengajar guru juga berpengaruh, ini terdiri dari 5 fase yaitu (a) engagement,
dan jika mengajar dengan menerangkan (b) exploration, (c) explanation, (d)
saja tanpa memperhatikan kondisi siswa elaboration, dan (e) evaluation.
maka siswa kurang memperhatikan. Hal Berdasarkan penelitian Liu, T.-C, dkk,
yang sama juga dikatakan guru dari SMA disimpulkan bahwa model siklus belajar
lain yang menjelaskan ketika siswa 5E dapat meningkatkan pengetahuan dan
diterangkan materi mereka seolah-olah pemahaman ilmiah siswa.(Liu, 2009).
mendengarkan namun ketika diberi soal Model Learning Cycle adalah salah satu
latihan mereka tidak bisa mengerjakan, model pembelajaran yang menggunakan
mereka kurang aktif dalam pelajaran pendekatan kontruktivis sebagaimana
sehingga ketika mereka diberi kesempatan pendidikan yang ada di dunia (Ergin,
untuk bertanya mereka hanya diam. 2012).
Kondisi ini mengakibatkan pemahaman Tujuan penelitian ini adalah untuk:
sebagian besar siswa terhadap materi tidak (1) Mengkaji perbedaan keterampilan
maksimal yang akhirnya menyebabkan proses sains siswa setelah menggunakan
hasil belajar fisika siswa rendah. model pembelajaran PBL dan Learning
Keterlibatan siswa dalam proses Cycle 5E di SMA (2) Mengkaji perbedaan
belajar mengajar merupakan kunci agar hasil belajar fisika setelah menggunakan
materi dapat dipahami siswa secara tuntas, model pembelajaran PBL dan Learning
model atau cara mengajar guru merupakan Cycle 5E di SMA (3) Mengkaji kelebihan
hal penting untuk menarik minat siswa dan kekurangan dari model pembelajaran
dalam kegiatan belajar mengajar. Jika PBL dan model pembelajaran Learning
model pembelajaran yang digunakan guru Cycle 5E setelah dilaksanakan penelitian.
tidak merangsang ketertarikan siswa, maka
akan banyak siswa yang pasif, bahkan METODE
tidak jarang siswa bosan untuk mengikuti
proses pembelajaran. Salah satu alternatif Jenis Penelitian ini adalah penelitian
model pembelajaran yang dapat dicoba komparasi yang dilaksanakan di SMA
dalam rangka mengkaji model yang Negeri 1 Kalisat. Responden penelitian
dibutuhkan sehingga mampu mengaktifkan ditentukan setelah uji homogenitas.
hasil belajar siswa adalah model Diambil kelas XMIPA dengan jumlah
pembelajaran Problem Based Learning populasi kelas XMIPA sebanyak 4 kelas
(PBL) dan Learning Cycle 5E. dan diambil 2 kelas sebagai kelas
PBL merupakan suatu model eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan
pembelajaran yang melibatkan siswa sampel penelitian dengan cluster random
Mariya, Perbandingan Hasil Belajar Fisika... 71

sampling. Desain penelitian menggunakan Membuat hipotesis 81,3 87,7


desain komparasi. Metode pengumpulan Eksperimen 94,3 96,3
data penelitian ini meliputi wawancara,
observasi, dokumentasi dan tes. Penentuan Hasil belajar adalah perubahan
kelas sampel menggunakan dilakukan tingkah laku berupa kemampuan yang
dengan uji homogenitas yang diambil dari dimiliki siswa setelah menerima
nilai UTS semester ganjil. Sumber data pengalaman belajar fisika.Hasil belajar
berasal dari penilaian oleh peneliti, yang diamati dalam penelitian ini adalah
penilaian observer, dan post-test.Teknik hasil belajar dalam ranah kognitif produk
analisa data untuk menjawab permasalahan yang diwujudkan dalam bentuk nilai nilai
pertama dan kedua yaitu menggunakan post-test. Berikut ini hasil nilai post-test
Independent Samples T-test pada software dapat dilihat pada Tabel 2.
SPSS.
Kriteria uji t-test adalah sebagai Tabel 2.Hasil Belajar Fisika
berikut: Kelas N Rata-rata
a. Jika p (signifikansi) > 0.05, maka
Eksperimen 38 74.03
hipotesis nihil diterima dan hipotesis
alternatif ditolak. Kontrol 39 69.44
b. Jika p (signifikansi) 0.05, maka
hipotesis nihil ditolak dan hipotesis Berdasarkan hasil penelitian yang
alternatif diterima. diuraikan di atas, pembahasan hasil
penelitian ini sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan pembelajaran
menunjukkan bahwa keterampilan proses
Keterampilan proses sains adalah sains siswa termasuk dalam kriteria baik.
kemampuan atau kecakapan untuk Hal ini karena dalam pembelajaran
melaksanakan suatu tindakan dalam belajar mereka melakukan penyelidikan secara
sains sehingga menghasilkan konsep, teori, langsung sehingga keterampilan proses
prinsip, hukum maupaun fakta yang mereka dapat terukur dengan baik. Sesuai
diamati (Widayanto, 2009). Data teori kedua model tersebut merupakan
keterampilan proses siswa diambil setelah model yang scientific sehingga
pembelajaran yang berupa tes unjuk kerja mengharuskan mereka menganalisis
(responsi) baik pada kelas eksperimen mendefinisikan masalah, mengembangkan
maupun kelas kontrol. Berikut ini adalah hipotesis, dan membuat ramalan,
hasil penilaian keterampilan proses mengumpul dan menganalisa informasi
masing-masing indikator yang dapat dilihat melakukan eksperimen (jika diperlukan),
dari Tabel 1. dan merumuskan kesimpulan.
Model learning cycle 5E terdapat
Tabel 1. Data Keterampilan Proses Sains fase explore. Fase ini mengharuskan
Keterampilan Proses PBL Learning mereka melakukan eksperimen untuk
Sains Cycle 5E membuktikan hipotesis dari masalah yang
Mengamati 83,7 94,7 ada, sehingga diketahui bahwa mereka
berfokus pada eksperimen untuk
Mengklasifikasikan 76,9 85,1
keterampilan proses sainsnya. Hal ini
Mengkomunikasi 81,3 84,3 sesuai dengan penelitian persentase aspek
Memprediksi 85,5 87 keterampilan proses sains yang tertinggi
Menyimpulkan 83,7 86 adalah melakukan eksperimen. Nilai
tinggi tersebut sebab siswa bekerja sama
Mengumpulkan 77 94
mengolah data dengan baik dalam melaksanakan
percobaan dan percobaan yang dilakukan
72 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 69 74

adalah percobaan sederhana sehingga jika dikonsultasikan dengan pedoman


siswa dapat melakukan percobaan dengan pengambilan keputusan maka ada
baik, selain itu mereka juga sebelumnya perbedaan hasil belajar yang signifikan
telah melakukan percobaan tersebut dalam antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
pada pertemuan sebelumnya. Mereka Perbedaan hasil belajar siswa ini
juga didampingi guru yang membimbing dikarenakan pada kelas eksperimen yang
saat melaksanakan eksperimen. Sesuai diterapkan model pembelajaran learning
teori model PBL membuat siswa cycle 5E yang mendorong siswa untuk
mempunyai keterampilan untuk mengingat contoh permasalahan sejenis di
memecahkan masalah yang dilakukan lingkungan sekitar, selain itu juga
melalui penyelidikan yang autentik. diberikannya lembar kerja siswa (LKS)
Dengan demikian model ini selain yang berisi tentang pengaplikasian materi
berfokus pada masalah juga yang didapat pada permasalahan baru,
mengfokuskan siswa untuk melakukan sehingga mendorong siswa terlibat aktif
eksperimen sehingga siswa mampu mendalami materi yang terkait dengan
memecahkan masalah. Hal ini sesuai contoh peristiwa dalam kehidupan, baik
dengan penelitian persentase aspek secara individu maupun dalam diskusi
keterampilan proses sains yang tertinggi kelompok. Sedangkan pada kelas kontrol
adalah melakukan eksperimen, karena yang menerapkan model pembelajaran
siswa bekerja sama dengan baik dalam PBL siswa tidak mendapatkan LKS seperti
melaksanakan percobaan dan merupakan kelas yang diajar menggunakan model
percobaan sederhana, selain itu mereka pembelajaran learning cycle 5E sehingga
juga sebelumnya telah melakukan siswa kurang mendapatkan latihan soal.
percobaan tersebut. Analisis kelebihan dan kelemahan
Berdasarkan hasil analisis dari dari model pembelajaran PBL dan
Independent-Sample T-test, menunjukkan Learning Cycle 5E dengan melihat saat
Sig. (2-tailed) 0.002 0.05 sehingga Ha proses pembelajaran didukung video
diterima dan H0 ditolak, kesimpulannya dokumentasi hasil penelitian sebagai
nilai rata-rata keterampilan proses sains pendukung. Learning cycle 5E memiliki
kelas eksperimen dan kelas kontrol kelebihan yaitu pada tahapan engage,
berbeda secara signifikan. Sesuai dengan siswa diberikan pertanyaan seputar materi
analisa data tersebut maka dapat yang akan dibahas, sehingga mereka lebih
disimpulkan terdapat perbedaan yang terfokus pada materi yang akan mereka
signifikan antara keterampilan proses sains bahas dan guru bisa menjadikan jawaban
siswa yang menggunakan model tersebut untuk acuan pengetahuan awal
pembelajaran learning cycle 5E dan model siswa, selain itu pada tahap ini mereka juga
pembelajaran PBL. dapat mengetahui contoh permasalahan
Analisis hasil belajar siswa tentang materi dalam kehidupan sehari
diperoleh dari menganalisis data nilai hari, hal ini yang membedakan dengan
kognitif produk (post test). Menurut data di model PBL. Saat tahap eksplorasi prinsip
atas hasil rata-rata post test siswa pada reaksinya guru sebagai fasilitator,
kelas eksperimen lebih baik dari kelas pembimbing eksperimen dan pemberi
kontrol, yaitu rata-rata hasil belajar siswa kritik terhadap kinerja siswa sudah sesuai
untuk kelas eksperimen sebesar 74.03 dan dengan teori, sehingga kegiatan
kelas kontrol sebesar 69.44. Selanjutnya eksperimen siswa lebih terarah dan sesuai
untuk menganalisis hasil belajar tersebut dengan langkah kerja dan meminimalisir
digunakan uji Independent Samples T-test.. kesalahan siswa. Model learning cycle 5E
Perhitungan dengan uji Independent mempunyai dampak instruksional yaitu
Samples T-test SPSS 16 diperoleh nilai siswa mampu memahami konsep fisika
Sig. (2-tailed) sebesar 0.038 atau < 0.05, dan menerapkan konsep fisika tersebut, hal
Mariya, Perbandingan Hasil Belajar Fisika... 73

ini terdapat pada tahap elaborate siswa SIMPULAN DAN SARAN


diberi kesempatan mengaplikasikan materi
yang telah mereka dapat dalam konsep Berdasarkan hasil dan pembahasan
baru melalui LKS elaborate, sehingga pada uraian sebelumnya, dapat diperoleh
mereka lebih memahami materi yang kesimpulan sebagai berikut: 1) Terdapat
mereka pelajari karena ada pengaplikasian perbedaan keterampilan proses sains siswa
konsep secara langsung. Kelemahan model setelah menggunakan menggunakan model
learning cycle 5E sesuai teori yaitu learning cycle 5E dan PBL. Hasil
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih keterampilan proses sains menggunakan
banyak dan memerlukan pengelolaan model pembelajaran learning cycle 5E
kelas yang lenih terencana, hal ini sesuai lebih baik daripada model pembelajaran
dengan pengalaman setelah diterapkan PBL. 2) Terdapat perbedaan hasil belajar
model ini memiliki beberapa kelemahan fisika siswa setelah menggunakan model
juga diantaranya, dalam manajemen waktu pembelajaran PBL dan Learning Cycle 5E
yang harus diperhatikan, hal ini karena di SMA. Hasil belajar menggunakan model
masing- masing tahapan berperan penting. pembelajaran learning cycle 5E lebih baik
Umumnya ketika diterapkan model ini, daripada model pembelajaran PBL.
manajemen waktu sering meleset dari 3)Model pembelajaran learning cycle 5E
perkiraan serta siswa cenderung lebih dan model pembelajaran PBL mempunyai
ramai ketika diskusi sehingga butuh tenaga kelebihan dan kelemahan ketika
lebih untuk mengawasi siswa, guru menggunakannya, sehingga guru harus
dituntut lebih aktif ketika siswa mulai bisa dalam menutupi kelemahan yang ada.
ramai saat berdiskusi. Saran yang dapat diberikan adalah
Proses manajemen waktu model sebagai berikut: Penelitian ini dapat
PBL lebih terkontrol dibanding model dijadikan masukan pada guru dalam
learning cycle 5E, siswa lebih bisa melaksanakan proses pembelajaran. Ketika
terkontrol juga sehingga tidak menggunakan model learning cycle 5E
membutuhkan tenaga banyak. Siswa juga sebaiknya guru lebih bisa ketika
lebih aktif berdiskusi ketika tahap evaluasi, memanajemen waktu sehingga waktu
sehingga siswa lebih berani untuk sesuai dengan rencana awal pembelajaran,
mengungkapkan pendapat, hal ini sesuai selain itu juga butuh tenaga lebih untuk
dengan teori yang menjelaskan sistem mengawasi siswa, karena siswa sering
sosial pada PBL siswa diberi kebebasan ramai saat berdiskusi. Sedangkan untuk
untuk mengukngkapkan pendapatnya model PBL sebaiknya siswa diberi latihan
dalam diskusi. Kelemahan itu siswa kurang soal untuk memudahkan memahami
mendapatkan latihan soal, sehingga siswa pengaplikasian materi, siswa juga perlu
kurang bisa mengaplikasikan materi yang didampingi saat menjalankan praktikum.
telah mereka dapat ke dalam soal latihan.
Saat melakukan praktikum siswa masih DAFTAR PUSTAKA
kurang sesuai, karena peranan guru sebagai
fasilitator dan negosiator saja (sesuai Ergin, I. 2012. Constructivist Approach
dengan prinsip reaksi pada model PBL), Based %E Model and Usability
sehingga dalam praktikum jika siswa tidak Instructional Physics. Latin
bertanya siswa maka guru tidak akan American Jurnal Physic Education.
membenarkan, hal ini karena siswa belajar 6, (1), 14-20.
dari kesalahan mereka. Siswa juga kurang
faham saat menyebutkan contoh Kemendiknas.2013. Data Rekapitulasi
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. UNAS tahun 2012/2013. Jember.
74 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hal 69 74

Kulsum. 2011. Penerapan Model Learning Wardhani, K. 20112. Pembelajaran Fisika


Cycle 5E pada Sub Pokok Bahasan dengan Model Problem Based
Kalor untuk Meningkatkan Learning Menggunakan Multimedia
dan Modul Ditinjau dari
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Kemampuan Berfikir Abstrak dan
kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Kemampuan Verbal Siswa. Jurnal
Fisika Indonesia, vol 7 (hal 128) Inquiry, vol.1 No.2, 2012. (hal 164)
Liu, T.-C.,Peng,H.,Wu,W.-H.,& Lin,M.-S. Widayanto. 2009. Pengembangan
2009. The Effects of Mobile Natural- Keterampilan Proses dan
science Learning Based on the 5E Pemahaman Siswa Kelas X Melalui
Learning Cycle A Case Study. Kit Optik. Jurnal pendidikan fisika
Educational Technology & Society, indonesia, vol.5 No.1 Januari 2009.
12 (4), 344358.
Yasa, P. 2007.Strategi Pembelajaran
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Terpadu: Konsep, Strategi Dan Meningkatkan Kompetensi Dasar
Implementasinya Dalam Kurikulum Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan
Jakarta: Bumi Aksara. Pengajaran. 40(3).622-637.

You might also like