Therapy (Ect) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 6

HUBUNGAN FREKWENSI PEMBERIAN ELECTRO CONVULSIVE

THERAPY (ECT) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN


DENGAN SKIZOFRENIA DI RS JIWA PROVINSI BALI

Juwita Dewi, Intan., Ns.Dewa Gede Anom, S.Kep, S.Pd. MM., Ns. Kadek Eka
Swedarma S.Kep
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract. People with severe mental disorders estimated to rise in developing


countries with increasingly severe crisis levels, One of them in Indonesia. The
prevalence of most mental disorders are schizophrenia. Schizophrenia itself is a
form of psychosis which are common everywhere, is a persistent and serious brain
disease that lead to psychotic behavior, concrete thinking, and difficulty in
information processing, interpersonal relationships, and solve problems. One of
the therapy given as a treatment is Electro convulsive Therapy (ECT). ECT is an
action that uses electrical currents that cause seizures. ECT is carried out in
practice as much as 6-12 times for clients with affective disorders and the most
common 3 times a week, Any patients who would receive ECT and often, they
will experience different levels of anxiety associated with the psychological
suffered by patients with schizophrenia. This study aims to find an relationship
between the frequency of ECT in anxiety levels of patients with schizophrenia.
The design of this study using cross sectional design. The population in this study
were all patients with schizophrenia who received ECT in the Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali, where the entire population sampled as many as 15 people. The
results are presented in table form and narrative. From the characteristics of the
respondents found that most respondents sex men, educated past primary school.
The results showed that most samples are performed with a frequency of 1-4 ECT
by the number of 6 people (40%), respondents who experienced mild anxiety
levels as much as 6 people (40%). Spearman's-Rho test p value = 0.003 was found
and a correlation coefficient of -0710 which shows a negative value, it is stated
there is a correlation or relationship between the frequency is inversely
proportional to the provision of electro convulsive therapy (ECT) on the level of
anxiety, so it can be concluded if patients with schizophrenia have frequency of
ECT therapy are the higher the level of anxiety experienced by these patients
would be lower.
Keywords: Schizophrenia, Electro convulsive therapy (ECT), Anxiety

PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya ilmu berkembang dalam segala bidang.
pengetahuan dan teknologi muncul Hal ini memberikan tekanan bagi
berbagai macam permasalahan di manusia itu sendiri sehingga akan
masyarakat, antara lain disebabkan menjadi factor peningkatan masalah
oleh faktor politik, sosial budaya kesehatan fisik maupun mental yang
serta ekonomi. Dalam perjalannya mungkin saja berdampak buruk,
manusia terus berusaha memajukan terlebih apabila masalah yang
ilmu pengetahuan yang terbukti terus dihadapi dirasakan
merupakan sesuatu yang berat, bila penyakit otak persisten dan serius
berkelanjutan hal ini akan dapat yang mengakibatkan perilaku
mempengaruhi kesehatan mentalnya psikotik, pemikiran konkrit, dan
(Soewadi, 2002 dalam Lestari, kesulitan dalam memproses
2008). informasi, hubungan interpersonal,
Berdasarkan data dari World serta memecahkan masalah. (Stuart,
Health Organization (WHO, 2000) 2007).
menyebutkan bahwa diseluruh dunia Skizofrenia umumnya
terdapat 1/1000 pasien dengan disebabkan oleh genetik,
gangguan jiwa. 90% diantaranya neuroanatomi, stres psikologi dan
terdapat di negara hubungan antar manusia yang kurang
berkembang.Penderita gangguan harmonis.Terdapat beberapa
jiwa berat diperkiraan akan penanganan yang berbeda. Salah
meningkat di negara dengan tingkat satunya skizofrenia katatonik,
krisis yang semakin berat merupakan type pasien yang mudah
(Yosep,2007). Indonesia sebagai gelisah dan gaduh.
salah satu negara berkembang Prevalensi di RS Jiwa adalah
diperkirakan 2-3/1000 orang 3/10 ruangan merupakan pasien
menderita gangguan jiwa berat dengan tipe tersebut. Salah satu
(maramis, 2005). Dengan prevalensi terapi yang diberikan adalah Electro
terbanyak pada skizofrenia. Data Convulsive Therapi (ECT).Electro
yang diperoleh pada tahun 2000 Convulsive Therapi (ECT)
adalah sekitar 2 juta jiwa per 200 juta diperkenalkan pertama kali oleh
jiwa penduduk indonesia menderita carleti dan Bini pada tahun 1937,
skizofrenia, tingginya angka menggunakan aliran listrik yang
kemiskinan lebih dari 30 juta jiwa menimbulkan kejang. Namun,
ditambah pengangguran lebih dari 40 sampai saat ini ECT masih
juta jiwa semakin memperberat merupakan subjek yang
gangguan kejiwaan (Batlitbang menimbulkan kontroversi.
Depkes, 2001). Pada pelaksanaannya ECT
Dari data Bed Occupancy dilakukan sebanyak 6-12 kali untuk
Rate ( BOR ) tahun 2011 (Rekam klien dengan gangguan afektif dan
medik, 2011) di RS Jiwa Provinsi yang paling umum 3 kali seminggu,
Bali setiap tahun terjadi peningkatan Anticonvulsant theory menyatakan
jumlah pasien gangguan jiwa dengan bahwa ECT berpengaruh terhadap
prevalensi terbanyak skizofrenia, efek anticonvulsant di otak yang
pada tahun 2010 sekitar 80,7% dari mengahasilkan anti depresi, ambang
total pasien di rawat inap merupakan kejang seseorang meningkat dan
pasien dengan skizofrenia. Terjadi durasi kejang menurun selama
peningkatan pada tahun 2011 penggunaan ECT dan beberapa
menjadi 83,3%. pasien dengan epilepsy mengalami
Skizofrenia sendiri kejang yang lebih sedikit setelah
merupakan suatu bentuk psikosa menerima ECT. (Anindita, 2010)
yang sering dijumpai dimana-mana Hingga saat ini ECT masih
(Maramis, 2005). Skizofrenia juga dipandang sebagai suatu yang
dapat diartikan sebagai suatu kontroversi walaupun kehadirannya
sudah lebih dari 70 tahun, namun pada pasien yang dilakukan tindakan
sesungguhnya ECT merupakan ECT pertama kali dibanding mereka
perawatan cepat dan aman serta yang sudah pernah menerima
dalam beberapa kasus merupakan tindakan ECT (Maramis, 2005).
penyelamat hidup pasien dengan Berdasarkan uraian diatas
gangguan jiwa (Anindita, 2010). maka peneliti tertarik melakukan
Setiap pasien yang baru penelitian mengenai Hubungan
pertama kali mendapatkan ECT dan frekuensi pemberian Eectro Convulsi
berulang mendapat ECT, mereka Therapy (ECT) terhadap tingkat
akan mengalami perubahan tingkat kecemasan pasien dengan
kecemasan (Maramis,2005). skizofrenia.
Kecemasan sendiri menurut
Freud (dalam Semium, 2006) adalah METODE PENELITIAN
suatu perasaan afektif yang tidak Rancangan Penelitian
menyenangkan yang disertai dengan Penelitian ini merupakan
sensasi fisik yang menakutkan deskriptif korelasional dengan
seseorang terhadap bahaya yang akan metode pendekatan cross sectional
datang. Cemas merupakan emosi dimana peneliti melakukan observasi
tanpa objek yang spesifik, atau pengukuran data sekaligus
disebabkan oleh semua pengalaman hanya satu kali pada satu saat (point
baru yang tidak diketahui yang sudah time approarch)
terjadi, seperti halnya pasien yang
dilakukan ECT, frekuensi Populasi dan Sampel
penggunaan ECT tentunya akan Populasi dalam penelitian ini
mempengaruhi tingkat kecemasan adalah seluruh pasien skizofrenia
setiap individu. yang mendapatkan ECT di RS Jiwa
Dari hasil studi pendahuluan, Provinsi Bali selama periode waktu
diperoleh data peningkatan pengumpulan data. Peneliti
penggunaan ECT setiap tahun. Pada mengambil sampel berjumlah 15
tahun 2010 dari total pasien orang. Pengambilan sampel disini
skizofrenia yang dilakukan ECT dilakukan dengan cara Non
adalah 100 orang, meningkat Probability Sampling dengan teknik
menjadi 144 orang pada tahun 2011. Total Sampling.
Pada bulan januari 2012 didapatkan
data pasien skizofrenia yang Instrumen Penelitian
memperoleh perawatan ECT Pengumpulan data dilakukan
mengalami kecemasan sebanyak 10 dengan cara wawancara terstruktur
pasien dari total 15 pasien. yang dilakukan peneliti terhadap
Kecemasan umumnya tingkat kecemasan dengan
dipengaruhi kondisi psikologi pasien menggunakan instrumen Hamilton
dan tindakan ECT yang pertama kali. Rating Scale for Anxiety (HRSA).
Frekuensi tertentu pemberian ECT
umumnya mempengaruhi tingkat Prosedur Pengumpulan dan
kecemasan, kecemasan lebih tinggi Analisis Data
Peneliti melakukan pendekatan pada
sampel yang telah
Sebelumnya sampel akan dijelaskan dan kecemasan berat sebanyak 5
mengenai penelitian dan tujuan orang (33.3%), dan hasil penelitian
penelitian kemudian sampel menunjukan kecemasan ringan
diberikan persetujuan (inform paling banyak terjadi pada laki-laki
consent) untuk ditandatangani dan yaitu berjumlah 5 orang (41.7%).
menjelaskan bahwa peneliti akan Lebih tingginya tingkat
menjaga kerahasiaan data dari kecemasan pada perempuan
masing-masing sampel.pengumpulan dijelaskan melalui teori psikososial,
data dilakukan oleh peneliti sendiri. yaitu bahwa berbagai peran yang
Data tentang frekuensi ECT disandang seorang perempuan yaitu
diperoleh melalui dokumentasi ruang sebagai pengelola rumah tangga,
elektro medik.Untuk menganalisis pekerja, istri dan ibu merupakan
hubungan frekuensi pemberian stresor yang berperan terhadap
Electro Convulsive Therapy (ECT) meningkatnya stres.
terhadap tingkat kecemasan pasien Secara biologis juga ada
dengan skizofrenia maka digunakan penjelasan mengapa perempuan
uji statistik Korelasi Spearman Rho mempunyai angka kecemasan yang
dengan tingkat signifikansi p < 0.05 lebih tinggi, yaitu faktor
dan tingkat kepercayaan 95%. ketidakseimbangan hormonal,
misalnya sebelum haid; wanita
Hasil Penelitian cenderung lebih sensitive, selain itu
Hasil penelitian menunjukkan perempuan lebih mudah dipengaruhi
bahwa sebagian besar responden oleh tekanan-tekanan lingkungan
telah diberikan ECT 1-4 kali daripada laki-laki. Perempuan juga
sebanyak 6 orang (40%). Dan kurang sabar, dan mudah
mayoritas responden mengalami mengeluarkan air mata (James 1968
kecemasan ringan sebanyak 6 orang dalam Trismiati, 2004).
(40%), kecemasan sedang sebanyak Hal tersebut tentu saja
3 orang (13.3%) dan kecemasan menambah tingginya prevalensi
berat sebanyak 5 orang (33.3%), tingkat kecemasan pada perempuan
serta hasil penelitian menunjukan (Kandouw dkk, 2004). Hasil yang
kecemasan ringan paling banyak sejalan juga ditemukan pada
terjadi pada laki-laki yaitu berjumlah penelitian yang dilakukan Sarason
5 orang (41.7%). Menurut hasil uji (1993) dalam Kaplan dan Saddock
statistik Spearman Rho didapatkan (2002), menunjukkan bahwa wanita
nilai signifikansi (p) = 0.03 (p < mempunyai resiko memiliki tingkat
0.05), sehingga Ho ditolak yang kecemasan tinggi dua kali lebih besar
artinya ada hubungan. dibandingkan dengan pria. Hal ini
ditunjukkan banyaknya wanita yang
Pembahasan berkonsultasi oleh psikolog ataupun
Berdasarkan data hasil bantuan orang lain untuk membantu
penelitian diperoleh data bahwa memecahkan masalah yang sedang
tingkat kecemasan dari 15 responden dihadapinya.
adalah 6 orang (40%) mengalami Berdasarkan teori Vedebeck
kecemasan ringan , kecemasan (2008), kecemasan terjadi akibat dari
sedang sebanyak 3 orang (13.3%) perubahan sosial yang amat cepat,
dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang tiba-tiba harus menjalani
situasi baru yang belum siap siklus tidur dan bangun, kecemasan,
diterima. pengatur aliran darah, dan
Dari hasil penelitian ini metabolisme.
ditemukan bahwa sebagian besar Neurotransmiter berfungsi
pasien skizofrenia yang menjalani sebagai penghambat aktivasi
terapi ECT berulang mengalami dopamin dan noreprinerfin yaitu
kecemasan ringan, sesuai teori GABA (Gamma Amino Butiric
Hawari (2008), menjelaskan bahwa Acid) (Yosep, 2007). GABA
semakin menurun tingkat kecemasan mengatur persepsi, perhatian, bicara,
seseorang membuktikan bahwa dan emosi merupakan senyawa
inidvidu tersebut dapat penenang otak alamiah. GABA
mengantisipasi dan beradaptasi berfungsi mengatur sistem saraf,
dengan kondisi yang dialami. memastikan sinyal otak berjalan dari
Demikian juga pada otak ke seluruh tubuh dengan aliran
penelitian ini didapatkan semua yang stabil.
responden pasien skizofrenia yang Kadar rendah GABA dapat
menjalani ECT telah mendapatkan dikaitkan dengan simptom psikologis
pengalaman sebelumnya tentang seperti rasa tidak aman, ansietas,
tindakan yang dilakukan dan mulai cemas berlebihan, takut pengalaman
dapat beradaptasi dengan kondisi baru, konsentrasi buruk, kurang
yang dialami. Hal ini sesuai dengan pengendalian impuls, nervous, tidak
yang dinyatakan Horney (1991) dan tenang atau gemetar karena sinyal
Norman (2005), menegaskan bahwa listrik dikirim dalam getaran pendek
pengalaman mengurangi tingkat (Aura, 2009).
kecemasan seseorang. Neurotransmiter tersebutlah
Pada penelitian ini yang terus ditingkatkan
menemukan kecenderungan kejadian pengeluarannya oleh terapi ECT
kecemasan yang dialami pasien yang terus menerus sehingga mampu
skizofrenia berada pada tingkat menekan pengeluaran noreprinerfin
ringan dapat dikatakan pada tingkat sehingga apabila ECT diberikan pada
yang dapat ditolerir. menurut Guyton periode yang sering atau lebih dari 4
dan Hall (1997) ECT memiliki efek kali, hal ini akan mempengaruhi
yang kuat pada sistem eksitatori tingkat kecemasan pasien tersebut,
sistem norepinefrin dan serotonin, luasnya jangkauan kerja ECT ini
yang banyak terpengaruh pada mungkin dapat menjelaskan
keadaan psikosis. Luasnya jangkauan efektifnya ECT pada berbagai
kerja ECT ini mungkin dapat kondisi (Guyton & Hall, 1997).
menjelaskan efektifnya ECT pada Dimana tingakt kecemasan
berbagai kondisi. ECT dipengaruhi suatu proses adaptasi.
mempengaruhi neurotransmiter Jadi, semakin menurun tingkat
tertentu yang menghambat hipereki kecemasan seseorang membuktikan
dopamin dan norepinefrin pada klien bahwa inidvidu tersebut dapat
skiozofrnia, neurotransmitter ini mengantisipasi dan beradaptasi
memegang peranan dalam proses dengan kondisi yang dialami.
learning, memory reinforcement, (Hawari, 2008) terapi
elektrokonvulsif menggunakan listrik Hal ini juga telah memperlihatkan
untuk menghasilkan kejang umum penguatan efisiensi penjalaran
yang mirip dengan serangan epilepsi. GABA (Guyton & Hall, 1997).

KESIMPULAN DAN SARAN populasi penelitian pada pasien


Terdapat hubungan yang gangguan jiwa secara umum.
signifikan antara frekuensi
pemberian Electroconvulsive DAFTAR PUSTAKA
Therapy (ECT) terhadap tingkat Anindita, A. 2010. Electro
kecemasan pada pasien skizofrenia di Convulsive Therapy. (online).
RS Jiwa Provinsi Bali dengan nilai p- (http://www.scribd.com/doc/376
0,003 dan nilai r yang negative yaitu 99083/ECT, diakses tanggal 12
-0,710, maka dinyatakan bahwa ada februari 2012)
korelasi atau hubungan yang Hawari, D. 2008. Manajemen stres
berhubungan terbalik yang kuat cemas dan depresi. Jakarta:
antara rekuensi pemberian ECT Balai Penerbit FK UI
terhadap tingkat kecemasan pada Norman, Matthew. 2005. Hamilton
pasien skizofrenia. Dengan kata lain Anxiety Rating Scale (HAM-A).
semakin sering frekuensi pemberian Atlanta: Psychiatric Associates
ECT pada pasien skizofrenia maka of Atlanta, LLC. (online).
tingkat kecemasan akan semakin (http://atlantapsychiatry.com.pdf
menurun. , diakses desember 2011)
Terapi eletrokonvulsif efektif Nursalam.2009.Konsep dan
diberikan untuk menangani Penerapan Metodelogi
kecemasan pasien dengan Penelitian Ilmu
skizofrenia, maka petugas kesehatan Keperawatan:Pedoman
diharapkan menjadi konselor dan Skripsi,Tesis,dan instrument
advokat terhadap tindakan pasien Penelitian Keperawatan.Jakarta
agar diberikan ECT sebagi : Salemba Medika.
penanganan awal pasien dengan Sugiyono.2009.Statistik Untuk
ambang kecemasan yang rendah. Penelitian.Bandung:CV Alfa
Bagi peneliti selanjutnya agar Beta
mengembangkan penelitian ini Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
dengan mencari keefektifan dari Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
pemberian ECT terhadap tingkat Bandung: Alfabeta
kecemasan dengan metode
eksperimen dan memperluas

You might also like