Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 3

1. Schilder, A. GM. et al. 2017.

Chronic Suppurative Otitis Media in Adults in

the United Kingdomm and Netherlands- Building a Consensus for

Development. Cochlear Bone Anchored Solutions AB, 14;435; 33.


2. Orji, FT. 2013. A Survey of the Burden of Management of Chronic

Suppurative Otitis Media in a Developing Country. Annals of Medical and

Health Sciences Research, Vol 3, Issue 4: 598-601.


3. Adhikari, P. et al. 2009. Chronic Suppurative Otitis Media in Urban Private

School Children of Nepal. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology

75(5);669-72.
4. Chirwa, M. et al. 2015. Microbiology of Chronic Suppurative Otitis Media at

Queen Elizabeth Central Hospital, Blantyre, Malawi: A Cross-Sectional

Descriptive Study. Malawi Medical Journal; 27(4): 120-124.

5. Soetirto, I., Hendarmin, H. dam Bashiruddin, J. 2015. Gangguan

Pendengaran dan Kelainan Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi ke-Tujuh, editor: Soepardi, E. A.

dkk. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Hal: 10-14.

6. Laulajainen, A. and Hongisto. 2016. Acute Severe Complications of Otitis

Media in Children and Adults. Finlandia: Hansaprint. p: 14-16.

7. Morris, P. 2013. Chronic Suppurative Otitis Media. American Family

Physician, volume 88, number 10: 696.


8. Muftah, S. et al. 2015. Prevalence of Chronic Suppurative Otitis Media

(CSOM) and Associated Hearing Impairment Among School-aged Children in

Yemen. Oman Medical Journal, Vol. 30, No. 5: 358-365.


9. Mittal, R., Lis, C. V., Gerring, R. et al. 2015. Current Concepts in the

Pathogenesis and Treatment of Chronic Suppurative Otitis Media. Journal of

Medical Microbiology, 64:1103-1116.


10. WHO. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media; Burden of Illness and

Management Options. Switzerland: WHO Library Cataloguing-in-Publication

Data.

11. Ralli, G. et al. 2017. Quality of Life Measurements for Patients with Chronic

Suppurative Otitis Media: Italian Adaptation of Chronic Ear Survey. Acta

Otorhinolaryngologica Italia 2017;37;51-57.

12. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan.
Medan : FK USU. 2003.

13. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap Bagian Ilmu Kesehatan Hidung Telinga Tenggorok Bedah Kepala Leher.
Kampus USU. 2007.

14. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.

15. Alammar, N. and Babu, S. 2013. Chapter 7: Complications of Cholesteatoma

and Otitis Media dalam Practical Otology for the Otolaryngologist; editor:

Babu, S. Malaysia: Plural Publishing, p; 87-92.

16. Roland, P. S. et al. 2013. Chronic Suppurative Otitis Media.

Emedicine.medscape.

1. Untuk mengetahui definisi Otitis Media Supuratif Kronis benigna


2. Untuk mengetahui gejala dan tanda klinis Otitis Media Supuratif Kronis
benigna
3. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Otitis Media
Supuratif Kronis benigna
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang saja yang dilakukan pada Otitis
Media Supuratif Kronis benigna
5. Untuk mengetahui diagnosis Otitis Media Supuratif Kronis benigna
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis benigna
7. Untuk mengetahui komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis benigna
8. Untuk mengetahui pencegahan Otitis Media Supuratif Kronis benigna
9. Untuk mengetahui prognosis Otitis Media Supuratif Kronis benigna
1. Otitis media supuratif kronis benigna didefinisikan sebagai infeksi persisten
telinga tengah dengan perforasi membran timpani yang mengeluarkan eksudat
selama lebih dari 6 minggu tanpa adanya kolesteatom.
2. Gejala dan tanda klinis Otitis Media Supuratif Kronis benigna: telinga berair
tidak nyeri, kadang kurang pendengaran. Riwayat keluar cairan dari telinga
sebelumnya, terutama ketika disertai dengan flu, nyeri tenggorokan, batuk atau
gejala-gejala infeksi saluran napas atas.
3. Pemeriksaan fisik: otoskopi ditemukan perforasi membran timpani yang
mengeluarkan secret. Audiogram: tuli sensorineural dengan threshold
konduksi tulang yang lebih tinggi (BC).
4. Pemeriksaan penunjang: kultur bakteri dilakukan jika dicurigai adanya
resistensi obat. Pemeriksaan radiologi: foto schuller untuk mengetahui luasnya
pneumatisasi mastoid, pemeriksaan CT scan memperlihatkan kerusakan
tulang.
5. Diagnosis: dari anamnesis, pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan audiologi,
pemeriksaan radiologi.
6. Penatalaksanaan: terapi lini pertama dengan kombinasi aural toilet dan tetes
antibiotik topikal. Terapi lini kedua adalah antibiotik sistemik.
7. Komplikasi intratemporal: Mastoiditis, apisitis petrosus, Paralisis nervus
fasialis. Komplikasi intracranial: meningitis, thrombosis sinus sigmoid, otitic
hidrosepalus, abses epidural, empyema subdural, abses otak.
8. Pencegahan: Pengenalan awal terhadap tanda dan gejala yang mengarah pada
komplikasi otogenik akan mencegah berbagai masalah neurologis, Antibiotik
harus dimulai ketika diagnosis dicurigai, dan pemeriksaan radiologi harus
dilakukan, dilanjutkan dengan manajemen pembedahan yang efektif.
9. Prognosis: baik dengan kesadaran untuk mengontrol infeksinya. Otitis media
supuratif kronis sendiri bukan merupakan penyakit yang fatal. Mortalitas
Otitis media supuratif kronis terkait dengan komplikasi intrakranial.

You might also like