Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

PENGARUH PEMBUATAN TERASERING PADA

LERENG TERHADAP POTENSI LONGSOR


Influence of terrace in slope to landslide
#1 #2
Sumiyanto , A.Adhe Noor PSH
sumiyanto@unsoed.ac.id
adhe.noor@unsoed.ac.id
Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Universitas Jenderal Soedirman

Abstract Indonesia is one country with the population growth rate is large. This condition will require the opening of new land for
settlement. Limited land sometimes requires people to open new land on the slope areas. Opening of new land on the slopes will use
the method of cutting the slope to get flat land (terrace). Cutting this slope would result in increased potential for landslides due to
slope stability menurunya. Evaluation needs to be done at the opening of new land on the slopes, where the slope should remain
stable after the porch is made. This research was conducted to evaluate the maximum terrace width was in stable condition. The
model used in this study is a plane strain by the count to element method. The main purpose of this research is to obtain the
maximum terrace width formula on a slope. Dilalukan analysis on three ).), cohesion, (c) and angle of internal friction (variables,
namely slope ( Variations to the variable angle between 30o - 55o intervals 5o, 5 kN/m2 cohesion between - 25 kN/m2 with intervals 5
kN/m2, and internal friction angle between 20o - 45o intervals 5o. Maximum terrace width count conducted for each combination of
these variables. Formulation of the maximum terrace width is done by multiple linear regression methods, linear nin and a
combination of both. Determining the best formula is based on the value of the correlation koofisien. Results formulations have two
formulas is the formula for the maximum slope of the natural slope and a maximum width of the terrace on a slope.

Keyword slope, landslide, terrace

lereng perlu dilakukan sehingga masih pada kondisi


PENDAHULUAN stabil.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar yaitu sekitar Berdasarkan latar belakang dan rumusan
230 juta pada tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan
1,23% (Anomim, 2009) menuntut pembukaan lahan untuk menentukan lebar terasering maksimum yang
baru untuk pemukiman. Keterbasan lahan datar dan masih aman terhadap bahaya longsor, pada berbagai
kemampuan ekonomi menyebabkan penduduk terpaksa kondisi lereng. Hasil penelitian ini tentunya akan
membuka lahan baru pada kawasan pegunungan. Hal memberikan manfaat terhadap pencegahan bahaya
ini akan menimbulkan bahaya tanah longsor, seperti longsor.
yang pernah terjadi di Desa Sijeruk Kecamatan
Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 3 TINJAUAN PUSTAKA
Januari 2006 menelan 76 korban jiwa (Anonim, 2006), Stabilitas lereng ditentukan oleh kapasitas geser pada
longsor di Desa Lodoksari Tawangmangu pada tanggal bidang geser (bidang longsor). Jika kapasitas geser
26 Desember 2007 menelan korban 34 jiwa (Blontypix, terlapui oleh beban geser dari masa tanah di atas
2007), longsor di Desa Jatisaba Cilongok Kabupaten bidang geser maka longsor akan terjadi. Dalam
Banyumas pada tanggal 11 November 2008 yang mekanika tanah, kapasitas gesernya ditentukan oleh
melelan 1 korban jiwa (Kompas, 2008). Berdasarkan parameter kohesi (c) dan sudut gesek internal tanah ().
data dari Harian Sinar Harapan (2008), akibat bencana Formulasi nilai menurut Mohr-Coloumb (Hardiyatmo,
tanah longsor pada tahun 2007 tercatat 312 korban 2002) disajikan dalam Persamaan 1.
meninggal dunia dan pada tahun 2008 sebanyak 88 jiwa.
Lereng pada kondisi alamiahnya biasanya pada c tan ............................................................... (1)
kondisi stabil, namun perubahan oleh manusia akan dengan,
menurunkan stabilitasnya. Pembukaan lahan baru pada = tegangan geser (kN/m2),
lereng pegunungan dilakukan dengan memotong lereng.
c = kohesi tanah (kN/m2),
Hal ini dilakukan untuk membuat teras-teras datar yang
= sudut gesek internal tanah (o)
sering disebut terasering. Pemotongan lereng untuk
Keruntuhan lereng terjadi akibat kapasitas geser pada
membuat teras akan menurunkan stabilitas lerengnya,
bidang geser terlampui oleh tegangan geser akibat
yang tentunya semakin lebar teras yang dibuat,
beban tanah di atasnya. Hal ini dapat terjadi akibat
stabilitas lereng akan semakin kecil. Kajian terhadap
hilangnya penopang pada kaki lereng, bertambahnya
lebar teras yang memungkinkan dibuat pada suatu
beban di atas lereng, berkurangnya kapasitas geser

Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010


ISSN 1858-3075
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010
ISSN 1858-3075

tanah, dan perubahan muka air tanah Vierhoef (1989). (plane strain). Analisis stabilitas lereng dilakukan pada
Pemotongan lereng untuk terasering akan mengurangi dengan terasering pada berbagai kondisi lereng, yaitu
beban pada lereng, namun akan terbentuk bagian dengan variasi kemiringan lereng, kondisi tanah (nilai c
lereng yang tegak sehingga stabilitas lereng pada dan ), dan lebar teras. Hitungan dilakukan dengan
bagian tersebut akan berkurang. metode elemen hingga (FEM), menggunakan software
Analisis stabilitas lereng awalnya dikembangkan Plaxis versi 7.2.
dengan menganggap bidang longsor berupa bidang Lereng alam disederhanakan dalam model dua
planar. Metode analisis ini cukup sederhana, namun dimensi (plane strain). Model dibuat untuk
mempunyai kelemahan karena di lapangan bentuk menggambarkan lereng setinggi 30 meter, dengan
bidang longsor adalah lengkung. Analisis pendekatan kemiringan lereng () dibuat bervariasi antara 30o
bentuk bidang longsor lengkung lebih baik dari pada o o o o o
sampai 70 , dengan variasi = 30 , 35 , 40 , 45 , 50 ,
o

planar, namun hitunganya sangat komplek dan o o o o


55 , 60 , 65 dan 70 . Lereng alamiah dipotong untuk
memerlukan iterasi dalam menentukan bidang membuat teras secara bertahap dengan tahapan
longsornya. Salah satu metode analisis stabiltas lereng pemotongan selebar 0,50 meter sampai terjadi longsor
dengan asumsi bidang longsor lengkung telah Gambar 2.
dikembangkan oleh Taylor pada tahun 1948 dengan
menggunakan grafik seperti pada Gambar 1
(Hardiyatmo, 2002).

Gambar 2 Skema tahapan pemotongan lereng.

Hasil analisis dievaluasi dengan membuat grafik


hubungan antara lebar teras maksimum (B) dengan
kemiringan lereng alamiahnya (), kohesi (c), dan sudut
gesek internalnya (). Berasarkan hasil analisis tersebut
Gambar 1 Grafik Taylor untuk analisis stabilitas lereng (Hardiyatmo, dilakukan evaluasi berapa lebar teras yang diijinkan jika
2002).
akan membuat teras pada lereng.
Metode elemen hingga merupakan salah satu metode
numeris yang dikembangkan untuk analisis stabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN
lereng karena beberapa kelebihannya. Pada metode ini, A. Validasi
bidang longsor akan dihasilkan berdasarkan hasil
hitungan sehingga tidak perlu ditentukan terlebih dahulu. Validasi alat software bantu Plaxis 7.2 dilakukan pada
Gaya-gaya dalam (tegangan-regangan) yang terjadi lereng sederhana (tanpa teras). Hal ini dilakukan agar
dapat dihitung pada setiap bagian lereng. Namun dapat dibandingkan dengan hasil hitungan manual
demikian, persamaan yang akan diselesaikan dalam dengan metode Taylor. Hasil hitungan nilai SF hasil
hitungan ini akan cukup besar sehingga perlu running program dan hitungan dengan metode Taylor
diselesaikan dengan bantuan komputer. pada beberapa nilai kemiringan lereng ditampilkan
dalam Tabel 1. Evaluasi dari data tersebut menunjukkan
METODE PENELITIAN bahwa rata-rata perbedaan nilai SF hasil running
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis program terhadap metode Taylor adalah sebesar
pada model lereng yang dibuat terasering. Pada 6,22 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa analisis
umumnya lereng pengunungan adalah sangat panjang dengan metode elemen hingga menggunakan Plaxis 7.2
(infinite), sehingga dapat dimodelkan dalam 2 dimensi memberikan hasil yang cukup baik.

51
Sumiyanto, A.Adhe Noor PSH
Pengaruh Pembuatan Terasiring pada Lereng
Terhadap Potensi Lereng : 50-55

TABEL 1 DATA NILAI SF METODE TAYLOR DAN RUNNING PROGRAM

SF- SF-
C ERR
Taylor Model
15 25 30 1,2 1,188 1,00%
20 25 30 1,3 1,326 2,00%
25 25 30 1,4 1,410 0,71% 50
25 25 35 1,2 1,225 2,08%
10 30 35 1,0 1,105 10,50% 40
15 30 35 1,3 1,215 6,54%
20 30 35 1,4 1,306 6,71% 30
25 30 35 1,5 1,399 6,73% 24
18 42
15 35 40 1,0 1,106 10,60% 12 36
6 30
20 35 40 1,1 1,224 11,27% 24

25 35 40 1,2 1,323 10,25%


Gambar 4 Grafik tiga dimensi hubuangan antara c, terhadap mak.
B. Lereng Alamiah
Sebelum dibuat teras, lereng pada kondisi alamiah. 45
a
Analisis stabilitas lereng alamiah ini perlu dilakukan < 30
untuk mendapatkan besarnya kemiringan lereng 30 35
35 40
maksimum (mak) yang masih pada kondisi stabil. 40 40 45
Analisis stabilitas lereng alamiah ini dilakukan pada nilai 45 50
50 55
5, 10, 15, 20 dan 25 kN/m2. Besarnya sudut gesek > 55
o o
internal tanah maksimum 45 , dengan interval 5 . 35
o
Besarnya kemiringan lereng alam bervariasi antara 30
o
sampai 60o dengan interval 5 .
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 30
bidang longsor berbentuk lengkung (Gambar 3),
sehingga sesuai dengan kondisi di lapangan maupun
metode Taylor. Ploting data hasil analisis kemiringan
25
lereng maksimum mak pada berbagai variasi nilai c 5 10 15 20 25

dan , ditampilkan dalam Gambar 4 dan Gambar 5.


Berdasarkan pengamatan kedua grafik tersebut nampak
bahwa nilai lebih dominan berpengaruh terhadap Gambar 5 Kontur kemiringan lereng maksimum (mak) terhadap nilai c,
besarnya kemiringan lereng maksimum (mak) .
dibandingkan pengaruh nilai c. Formulasi kemiringan lereng maksimum dilakukan
untuk mendapatkan persamaan yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai kemiringan lereng maksimum
untuk tanah dengan nilai c dan tertentu. Formulasi
dilakukan dengan metode regresi multi variabel, dengan
variabel yang digunakan adalah c, tan() dan tan(mak).
Hasil formulasi nilai mak ditampilkan dalam
Persamaan 2.

mak arctan 0,290 0,0145.c 1,31. tan .............(2)

Perbandingan besarnya kemiringan lereng maksimum


antara hasil analisis dan formulasi ditampilkan dalam
Gambar 6. Koofisien korelasi kedua data tersebut
Gambar 3 Kontur pergerakan tanah horisontal. adalah 0,993.

52
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010
ISSN 1858-3075

60 Berdasarkan hasil analisis akan didapatkan data


dengan 4 (empat) variable, yaitu B, , c, dan . Untuk
55 memudahkan visualisasi maka dilakukan reduksi jumlah
50 variable bebas dari 3 menjadi 2 variable, yaitu dengan
memunculkan variabel baru yaitu , dimana sama
mak3

45 dengan perbandingan antara tan dan tan .


40 Selanjutnya data nilai c, , dan B diplot dalam grafik tiga
dimensi seperti pada Gambar 9 dan kontur nilai B dalam
35 Gambar 10. Dari kedua gambar tersebut nampak bahwa
30 nilai lebar teras maksimum (B) berbanding lurus dengan
30 40 50 60 nilai c dan .

mak

Gambar 6 Ploting data kemiringan lereng maksimum antara hasil


analisis dan hasil formulasi metode II. 15

10
B
Pemotongan lereng pada penelitian ini dilakukan 5
secara bertahap dengan lebar tahapan adalah 0,5 m.
Hitungan dilakukan sampai lereng pada kondisi tidak 0

stabil, sehingga didapatkan nilai lebar teras maksimum 20


1,5
(B) lereng masih stabil. Pergerakan lereng akibat 10
1,0
c 0,5
pemotongan ditampilkan dalam Gambar 7 dan Gambar 0 0,0
8. Dari kedua gambar tersbeut nampak bahwa
pemotongan lereng akan menyebabkan deformasi tanah
disekitar teras. Gambar 9 Ploting data B hasil analisis terhadap nilai c dan .

25
B
< 0,0
0,0 1,5
20 1,5 3,0
3,0 4,5
4,5 6,0
15 6,0 7,5
7,5 9,0
9,0 10,5
10 10,5 12,0
12,0 13,5
> 13,5
5

0
Gambar 7 Pergerakan teras pada lereng dengan kemiringan 30o. 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6

Gambar 10 Kontur nilai B hasil analisis dalam grafik c dan .

Formulasi dilakukan dengan cara meredeksi variable


dengan memunculkan variable baru , dimana
tan . Selanjutnya dicari hubungan antara B dan
c
tan
untuk setiap nilai (Gambar 11). Berdasarkan Gambar
11 nampak bahwa hubungan antara dan B adalah
linier untuk setiap nilai , sehingga dapat dibuat 4
Gambar 8 Pergerakan horisontal pada lereng dengan kemiringan 30o. persamaan regreasi linier (Persamaan 3), dengan 4
(empat) nilai m dan 4 (empat) nilai c.

53
Sumiyanto, A.Adhe Noor PSH
Pengaruh Pembuatan Terasiring pada Lereng
Terhadap Potensi Lereng : 50-55

B m c .......................................................................(3) B 0,4647. tan 0,5145.c


tan
4,0764. tan 4,8714 ...(7)
tan
Korelasi nilai lebar teras maksimum hasil running
Selanjutnya nilai-nilai m dan c tersebut dibuat software analisis (B) dan hasil formulasi (B1)
persamaan regresinya dengan variable bebasnya disampilkan dalam Gambar 13. Nilai koofisien korelasi
adalah tan , dan didapatkan bentuk persamaan linier kedua data tersebut adalah sebesar 0,976.
(Error! Reference source not found.).
16,00
y = 0,2668x + 2,5234 16
14,00 2
R = 0,9783
14
12,00
12
10,00
y = 0,1699x + 2,0826 10
8,00 2
R = 0,7921
B

B1
6,00
y = 0,1059x + 1,314 6
2
4,00 R = 0,8109
4
2,00 y = 0,0668x + 0,8606
2
R = 0,4347
2
0,00
0
0 10 20 30 40 50 60
0 4 8 12 16

B

Gambar 11 Hubungan antara lebar teras maksumum B dan untuk


berbagai kondisi kemiringan lereng (). Gambar 13 Hubungan antara nilai B hasil analisis dan hasil formulasi.

KESIMPULAN DAN SARAN


3

2,5 y = -4,0764x + 4,8714


A. Kesimpulan
2
2
R = 0,9837 Berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini dapat
disimpilkan dua hal sebagai berikut ini.
m, c

M
1,5
C 1) Besarnya kemiringan lereng maksimum (mak) yang
1 y = -0,4647x + 0,5145 masih pada kondisi stabil dapat digunakan persamaan berikut
2
0,5 R = 0,9375 ini :
0 mak arctan 0,290 0,0145.c 1,31. tan
0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
tan 2) Lebar teras maksimum (B) yang dapat dibuat pada
suatu lereng dapat dihitung dengan persamaan berikut
Gambar 12 Formulasi besarnya nilai m dan c terhadap besarnya ini :
kemiringan lereng (). tan
B 0,4647. tan 0,5145.c 4,0764. tan 4,8714
Berdasarkan Gambar 12 dapat dituliskan persamaan tan
untuk nilai c dan m, yaitu sebagai Persamaan 4.7 dan
B. Saran
4.8.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa
m 0,4647. tan 0,5145 ..............................................(4) untuk tidak melakukan pemotongan lereng untuk
c 4,0764 . tan 4,8714 ...............................................(5) membuat teras jika kondisi kemiringanya lebih besar
dari nilai mak. Lebar teras pada pemotongan lereng
disarankan tidak melebihi lebar maksimum (B).
Jika Persamaan 4 dan 5 disubtitusikan ke dalam
Persamaan 3, maka dapat ditulis menjadi Persamaan 6. DAFTAR PUSTAKA

B 0,4647. tan 0,5145. 4,0764. tan 4,8714 .(6) Anonim, 2006, Tanah Longsor Desa Sijeruk Banjarnegara, Jawa
Tengan, http://www.bsmi-
Selanjutnya persamaan disubtitusikan kedalam semarang.or.id/v2/index.php/kiprah/4-kiprah/4-tanah-longsor-
sijeruk-banjarnegara, upload :1 Juni 2006, akses : 3 januri
Persamaan 6 akan menjadi Persasamaan 7. 2009.
Anonim, 2009, Proyeksi Penduduk 200-20025,
http://www.datastatistik-

54
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010
ISSN 1858-3075

indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_proyeksi&Item Kompas, 2008, Longsor di banyumas 1 Tewas,


id=941, upload: 2 Januari 2009, akses: 3 Januari 2009. http://kompas.co.id/read/xml/2008/11/19/21044363/longsor.di.
Blontypix, 2007, Tragedi Longsor Tawangmangu, banyumas.1.tewas, upload: 19 November 2008, akses: 3
http://blontankpoer.blogsome.com/2007/12/31/tragedi-longsor- Januari 2009
tawangmangu/, upload: 31 Desember 2007, akses: 3 Januari Sinar Harapan, 2008, Lonsor Tewaskan 88 Orang Ditahun 2008,
2009. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0812/31/kesra02.html,
Chen, H., Lee, C.F., dan Law, K.T., 2004, Causative Mechanism of upload: 31 Desember 2008, akses: 3 Januari 2009
Rainfall-Induced Fill Slope Failures, Journal of Geotechnical Vierhoef, P.N.W, 1989, Geologi Untuk Teknik Sipil, alih bahasa: E.
and Geoenvironmental Engineering ed. June 2004, ASCE. Diraatmaja, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, H.C., 2002, Mekanika Tanah II, Beta Offset, Yogyakarta.

55

You might also like