Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANALISA KANDUNGAN NATRIUM BENZOAT PADA BUAH KEMASAN

KALENG YANG BEREDAR DI KOTA MEDAN


TAHUN 2013

Nazaruddin1; Evi Naria2; Indra Chahaya2


1
Program Sarjana Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email : nazar_paten@yahoo.com

Abstract
Content of sodium benzoate on canned fruit in the medan city 2013. Canned fruit is
the fruit packaging in a sealed tin container so that the bodies of destroyers and air can
not enter into it. In the canned fruit does not reveal any information on the use of
sodium benzoate as a preservative canned fruit last for years. The purpose of this study
was to determine the general idea of whether or not the preservative sodium benzoate
and abortion levels in fruit cans in circulation in the city of Medan in 2013. This
research is a descriptive survey study that analyzes the content of sodium benzoate on
canned fruit with a sample of 10 samples consisting of 5 samples of fruit and 5 samples
of canned fruit syrup obtained from several supermarkets in the city of Medan. Samples
were then taken for examination in the Central Health Laboratory in North Sumatra
province. The results of this research indicated shows the content of the preservative
sodium benzoate in 10 samples still meet the health requirements for public
consumption. Highest levels of sodium benzoate found in klenkeng fruit syrup samples
were coded samples B2 0,608 g/kg material and owest levels of sodium benzoate found
in rambutan fruit samples were coded samples C1 0,037 g/kg material. Conclusion, it is
suggested to the manufacturer should include all types of preservatives used in canned
fruits and consumers should be more selective in choosing food that will be consumed
especially food preservatives.

Keywords: preservative sodium benzoate, canned fruit

Pendahuluan macam kegiatan, salah satunya adalah


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik pengamanan zat aditif.
secara fisik, mental, spritual maupun Menurut Permenkes RI No: 722/
sosial yang memungkinkan setiap orang Menkes/ Per/IX/88 zat aditif atau sering
untuk hidup produktif secara sosial dan disebut bahan tambahan makanan adalah
ekonomis. Upaya kesehatan bahan yang biasanya tidak digunakan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan sebagai makanan dan biasanya bukan
dengan pendekatan promotif, preventif merupakan ingredien khas makanan,
kuratif, rehabilitatif yang dilaksanakan mempunyai atau tidak mempunyai nilai
secara terpadu, menyeluruh, dan gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
berkesinambungan (Depkes RI, 2009). dalam makanan untuk maksud teknologi
Dalam rangka peningkatan derajat (termasuk organoleptik) pada pembuatan,
kesehatan pemerintah telah melakukan pengolahan, penyediaan, perlakuan,
berbagai usaha sebagaimana disebutkan pewadahan, pembungkusan, penyimpanan
dalam Undang-undang kesehatan No 36 atau pengangkutan makanan untuk
Tahun 2009 pasal 47 bahwa upaya menghasilkan atau diharapkan
kesehatan diselenggarakan melalui 17 menghasilkan (langsung atau tidak
langsung) suatu komponen yang

1
mempengaruhi sifat khas makanan. Bahan minuman, seperti sari buah, minuman
tambahan makanan yang diizinkan ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli,
digunakan dalam makanan adalah: manisan, kecap, dan lain-lain (Cahyadi,
antioksidan, antikempal, pengatur 2008).
keasaman, pemanis buatan, pemutih dan Pada Januari hingga Februari 2007
pematang tepung, pengemulasi, pemantap yang lalu, LKJ (Lembaga Konsumen
dan mengental, pengawet, pengeras, Jakarta) mengadakan survei penggunaan
pewarna, penyedap rasa dan aroma, pengawet natrium benzoat dan kalium
sekuestran. Zat aditif juga sering sorbat pada produk saus tomat, saus
ditambahkan pada buah-buahan dalam sambal dan kecap manis yang banyak
kemasan. ditemui dipasar lokal. Survei ini
Buah adalah hasil dari beberapa melibatkan beberapa lembaga konsumen
bentuk pertumbuhan. Mula-mula terjadi di sejumlah tempat, antara lain Jakarta,
pembesaran bakal buah diikuti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan,
pembesaran jaringan yang mendukung Batam dan Bali. Hasilnya, sebagian
buah (Satuhu, 1996). Pengemasan buah- produk itu ternyata tidak menuliskan
buahan dalam kaleng merupakan salah komposisi bahan yang digunakan, tidak
satu cara efektif untuk mempertahankan mencantumkan alamat produsen yang
kualitas produk sampai ke tangan memproduksi, dan tidak menuliskan
konsumen. Buah-buahan dalam kaleng bahan tambhan pangan (pengawet).
kemudian menjadi salah satu produk yang Bahkan ada 14 produk yang melebihi
digemari banyak masyarakat dikarenakan batas maksimum penggunaan natrium
oleh faktor-faktor penting seperti kualitas benzoat. Sejumlah produk juga tidak
produk dan jangka waktu penyimpanan mencantumkan mengandung kalium
produk hingga kadaluarsa (Depdag RI, sorbat dan natrium benzoat, padahal
2012). berdasarkan analisa laboratorium
Saat ini, perusahaan makanan dan kandungannya positif (Yuliarti, 2007).
minuman kemasan di Indonesia Berdasarkan hasil penelitian yang
berkembang dengan sangat pesat. Namun dilakukan Judika (2006), diketahui 3 dari
demikian, sangat disayangkan bahwa 11 sampel yang kandungan natrium
banyak sekali makanan kemasan yang di benzoatnya tidak memenuhi syarat
produksi hanya mementingkan aspek kesehatan yaitu kecap kedelai asin
selera konsumen tanpa mengindahkan nasional 1031 mg/kg, kecap kedelai manis
aspek-aspek kesehatan. (Yuliarti, 2007). nasional 852 mg/kg dan kecap kedelai
Bahan pangan keluaran pabrik pada asin Maya 795 mg/kg. Dimana jumlahnya
umumnya mengandung bahan tambahan tidak sesuai dengan Permekes No.
pangan (food aditives), termasuk di 722/Menkes/Per/IV/1988.
dalamnya adalah pengawet secara sengaja Hasil penelitian yang dilakukan Sari
ditambahkan agar bahan pangan yang (2010), dari 12 sampel manisan buah yang
dihasilkan dapat dipertahankan terdiri dari tiga jenis buah yaitu buah
kualitasnya dan memiliki unsur simpan salak, buah mangga dan buah kedondong
lebih lama sehingga memperluas positif mengandung pengawet natrium
jangkauan distribusi. Pengawet yang benzoat dan ditemukan dua sampel yang
banyak dijual di pasaran dan digunakan melebihi nilai ambang batas yaitu buah
untuk mengawetkan berbagai bahan mangga. Kadar natrium benzoat dalam
pangan adalah benzoat, yang umumnya buah mangga yang diambil di pasar
terdapat dalam bentuk natrium benzoat petisah dari pedagang kedua yaitu 1,4
atau kalium benzoat yang bersifat lebih g/kg dan kadar natrium benzoat dalam
mudah larut. Benzoat sering digunakan buah mangga di pasar ramai dari
untuk mengawetkan berbagai pangan dan pedagang kedua yaitu 1,5 g/kg. Dimana

2
jumlahnya tidak sesuai dengan Permekes Natrium benzoat akan diperiksa pada
No. 722/Menkes/Per/IV/ 1988. buah dan sirup buah sehingga total sampel
menjadi 10 sampel. Peneliti juga
Perumusan Masalah melakukan wawancara pada 30 orang
Banyaknya produk buah kemasan yang membeli buah kemasan kaleng untuk
kaleng yang tidak mencantumkan jenis mengetahui pendapatnya mengenai buah
pengawet pada komposisi buah kemasan kemasan kaleng.
kaleng tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Tujuan Hasil pemeriksaan pengawet natrium
Tujuan penelitian ini adalah untuk benzoat secara kualitatif dapat dilihat pada
mengetahui gambaran umum tentang tabel berikut:
pengawet natrium benzoat dan kadarnya
pada produk buah dan sirup buah kemasan Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif
kaleng yang beredar di Kota Medan. Zat Pengawet Natrium
Mengetahui karakteristik dan pengetahuan Benzoat Pada Buah dan Sirup
konsumen tentang buah kemasan kaleng. Buah Kemasan Kaleng Yang
Beredar di Kota Medan
Metode Penelitian Tahun 2013
Jenis penelitian ini adalah survei yang No Kode Sampel Kandungan
Natrium Benzoat
bersifat deskriptif yaitu menganalisis 1 A1 (buah klengkeng)
kandungan zat pengawet natrium benzoat 2 A2 (sirup buah klengkeng)
pada buah dan sirup buah kemasan kaleng 3 B1 (buah klengkeng) Seluruh sampel buah
yang beredar di kota Medan tahun 2013. 4 B2 (sirup buah klengkeng) dan sirup buah
kemasan kaleng
Lokasi pengambilan sampel adalah 5 C1 (buah rambutan) positif mengandung
beberapa supermarket yang ada di kota 6 C2 (sirup buah rambutan) zat pengawet natrium
7 D1 (buah rambutan) benzoat
Medan. Sampel kemudian dibawa untuk
8 D2 (sirup buah rambutan)
diperiksa di Balai Laboratorium
9 E1 (buah klengkeng)
Kesehatan Propinsi Sumatra Utara.
10 E2 (sirup buah klengkeng)
Objek penelitian adalah 5 jenis merek
buah kemasan kaleng yang dijual di kota
Medan. Merek yang dipilih berdasarkan Berdasarkan tabel 1. menunjukkan
angka penjualan di Supermarket tersebut bahwa seluruh sampel buah dan sirup
dan pada komposisi tidak ditemukan buah kemasan kaleng positif mengandung
adanya informasi tentang bahan pengawet pengawet natrium benzoat. Penggunaan
yang digunakan pada buah dan sirup buah pengawet natrium benzoat dapat
tersebut. dipastikan karena terciumnya bau balsem.
Adapun 5 merk sampel yang akan Natrium benzoat merupakan salah
diteliti sebagai berikut: satu bahan pengawet yang umum
a. Sun Lee (buah dan sirup buah digunakan untuk mengawetkan berbagai
klengkeng) kode sampel A1 dan A2 makanan dan minuman seperti sari buah,
b. Hosen (buah dan sirup buah minuman ringan, saus tomat, jely,
klengkeng) kode sampel B1 dan B2 manisan, kecap dan lain-lain. Batas
c. Naraya (buah dan sirup buah rambutan) maksimum penggunaan natrium benzoat
kode sampel C1 dan C2 untuk makanan lain sebagai bahan
d. Anggel Brand (buah dan sirup buah tambahan makanan sebesar 1 g/kg bahan
rambutan) kode sampel D1 dan D2 sesuai dengan Permenkes RI No.722/
e. Peace Brand (buah dan sirup buah Menkes/ Per/ IX/88 tentang bahan
klengkeng) kode sampel E1 dan E2 tambahan makanan.

3
Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), batas penggunaan maksimum natrium
pengkonsumsian natrium benzoat secara benzoat sesuai dengan Permenkes RI
berlebihan dapat menyebabkan keram No.722/ Menkes/ Per/ IX/88 tentang
perut, rasa kebas di mulut bagi mereka bahan tambahan makanan untuk makanan
yang mengalami lelah atau mempunyai lain sebesar 1 g/kg.
penyakit ruam kulit seperti jenis urtikaria Semua bahan kimia pada umumnya
dan eksema (Awang, 2003). jika digunakan secara berlebihan akan
Penggunaan pengawet natrium bersifat racun baik pada manusia ataupun
benzoat dalam jangka panjang juga dapat hewan. Oleh karena itu perlu ditetapkan
menimbulkan penyakit lupus, kanker dan batas asupan harian (Daily Intake) yaitu
penyakit saraf (Puspitasari, 2011). batasan berapa banyak konsumsi bahan
tambahan makanan yang dapat diterima
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif atau dicerna setiap hari seumur hidup
Zat Pengawet Natrium tanpa mengalami resiko kesehatan yang
Benzoat Pada Buah dan Sirup dihitung berdasarkan berat badan orang
Buah Kemasan Kaleng Yang dewasa dengan standar 50 kg (Winarno
Beredar di Kota Medan dan Rahayu, 1994).
Tahun 2013
No Kode Kadar Batas Memenuhi Tabel 3. Jumlah Maksimum Buah Dan
Sampel Natrium Pengguna Syarat
Benzoat an /tidak Sirup Buah Kemasan Kaleng
g/kg maksimum memenuhi Yang Masih Aman
Bahan syarat
1 A1 (buah 0,408 Dikonsumsi Setiap Hari
klengkeng) Berdasarkan Kandungan
2 A2 (sirup 0,417
buah Natrium Benzoat Sesuai
klengkeng) Dengan Batas ADI
3 B1 (buah 0,599
klengkeng) Menggunakan Berat Badan
4 B2 (sirup 0,608 Seluruh Standar 50 kg Pada Orang
buah sampel
klengkeng) buah dan Dewasa.
5 C1 (buah 0,037 1 g/kg sirup buah Kandungan Jumlah
rambutan) bahan kemasan Natrium Maksimum
6 C2 (sirup 0,043 kaleng Benzoat Buah Kemasan
buah memenuhi No Kode sampel Dalam 1 Kg Kaleng Yang
rambutan) syarat Buah Dapat
7 D1 (buah 0,394 Kemasan Dikonsumsi
rambutan) Kaleng Setiap Hari
8 D2 (sirup 0,403 mg g Dewasa Anak-
buah anak
rambutan) (kg) (kg)
9 E1 (buah 0,501 1 A1 (buah 408 0,408 0,612 0,245
klengkeng) klengkeng)
10 E2 (sirup 0,503 2 A2 (sirup buah 417 0,417 0,599 0,239
buah klengkeng)
klengkeng) 3 B1 (buah 599 0,599 0,417 0,166
klengkeng)
4 B2 (sirup 608 0,608 0,411 0,164
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui buah
kadar natrium benzoat tertinggi terdapat klengkeng)
5 C1 (buah 37 0,037 6,75 2,70
pada sampel sirup buah klengkeng yang rambutan)
berkode sampel B2 yaitu sebesar 0,608 6 C2 (sirup buah 43 0,043 5,81 2,32
rambutan)
g/kg bahan dan kadar natrium benzoat 7 D1(buah 394 0,394 0,634 0,253
yang terendah terdapat pada sampel buah rambutan)
8 D2(sirup buah 403 0,403 0,620 0,248
rambutan yang berkode sampel C1 yaitu rambutan)
sebesar 0,037 g/kg bahan. 9 E1(buah 501 0,501 0,499 0,199
klengkeng)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 E2(sirup buah 503 0,503 0,497 0,198
seluruh sampel buah dan sirup buah klengkeng)

kemasan kaleng masih berada dibawah

4
Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa berumur < 20 tahun yakni sebanyak 3
jumlah maksimum buah dan sirup buah orang (10,0%). Tabel tersebut juga
kemasan kaleng yang paling banyak dapat menunjukkan bahwa responden terbanyak
dikonsumsi setiap hari adalah pada sampel adalah perempuan yakni 17 orang (56,7%)
buah rambutan yang berkode sampel D1 dan responden laki-laki berjumlah 13
yaitu 6,75 kg untuk orang dewasa dan orang (43,3%). Hal ini dikarenakan lebih
2,70 kg untuk anak-anak. Sedangkan banyaknya populasi perempuan daripada
jumlah maksimum buah dan sirup buah populasi laki-laki yang membeli buah
kemasan kaleng yang paling sedikit dapat kemasan kaleng sehingga peluang
dikonsumsi setiap hari adalah pada sampel terpilihnya responden perempuan lebih
sirup buah rambutan yang berkode sampel besar. Pendidikan responden adalah SD,
B2 yaitu 0,411 kg untuk orang dewasa dan SMP, SMA, Diploma/PT, dimana
0,164 kg untuk anak-anak. pendidikan yang paling banyak dari total
Dalam jumlah yang cukup besar buah responden adalah SMA (46,7%) dan
dan sirup buah kemasan kaleng dapat hanya 6 orang (20,0%) yang berpendikan
dikonsumsi sesuai dengan hasil SMP.
perhitungan ADI diatas sejalan dengan
kandungan pengawet natrium benzoat Tabel 5.Distribusi Responden
yang terdapat pada buah dan sirup buah Berdasarkan Kesukaan
kemasan kaleng masih berada dibawah Mengkonsumsi dan
batas maksimum penggunaan pengawet Alasan Kenapa Suka
natrium benzoat, dimana kandungan Mengkonsumsi Buah
natrium benzoat yang tertinggi adalah Kemasan Kaleng Yang
pada sirup buah klengkeng yang berkode Beredar di Kota Medan
sampel B2 yaitu 0,608 g/kg bahan. Tahun 2013
No Karakteristik Jumlah Persentase
Responden (%)
Tabel 4.Distribusi Responden Suka mengkonsumsi
Berdasarkan Umur, Jenis buah kemasan kaleng
1 < 1 minggu sekali 5 16,7
Kelamin, dan Pendidikan
2 1-2 minggu sekali 16 53,3
Yang Membeli Buah 3 > 2 minggu sekali 9 30,0
Kemasan Kaleng Yang Total 30 100
Beredar di Kota Tahun Kenapa suka
2013 mengkonsumsi buah
No Karakteristik Jumlah Persentase (%) kemasan kaleng
responden 1 Praktis 15 50,0
Umur 2 Mudah didapat 9 30,0
1 < 20 tahun 3 10,0 3 Harganya terjangkau 6 20,0
2 20-35 tahun 19 63,3
3 > 35 tahun 8 26,7 Total 30 100
Total 30 100
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 13 43,3 Berdasarkan tabel 6. diketahui bahwa
2 Perempuan 17 56,7 seluruh responden suka mengonsumsi
Total 30 100
Pendidikan
buah kemasan kaleng dimana paling
1 SMP 6 20,0 banyak mengonsumsi buah kemasan
2 SMA 14 46,7
3 Diploma/PT 10 33,3
kaleng 1-2 minggu sekali yakni 16 orang
Total 30 100 (53,3%) dan yang paling sedikit
mengonsumsi buah kemasan kaleng < 1
Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa minggu sekali yakni 5 orang (16,7%).
dari seluruh responden yang berjumlah 30 Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa
orang, responden terbanyak berumur 20 alasan responden suka mengonsumsi
35 tahun yaitu sebanyak 19 orang buah kemasan kaleng paling banyak
(63,3%), sedangkan yang paling sedikit karena praktis yakni 15 orang (50,0%) dan

5
karena alasan harganya terjangkau 6 Contoh-contoh pengawet
yang tidak diizinkan
sebanyak 6 orang (20,0%). pemerintah?
a. Formalin, boraks, 20 66,7
Tabel 6. Gambaran Pengetahuan b. Formalin, natrium benzoat 7 23,3
c. MSG (Monosodium 3 10,0
Responden Tentang Buah Glutamat)
Kemasan Kaleng Yang Total 30 100
Beredar di Kota Medan 7 Ciri-ciri makanan yang
mengandung pengawet?
Tahun 2013 a. Makanan tidak mudah 9 30,0
No Pertanyaan Jumlah Persen busuk dan tahan lama serta
tase dapat memperbaiki cita
(%) rasa, warna, dan
1 Pengertian bahan tambahan teksturnya
makanan (BTM)? b. Makanan menjadi awet 21 70,0
a. Bahan tambahan yang 16 53,3 dan tahan lama
ditambahkan dalam Total 30 100
makanan dengan tujuan 8 Pengertian pengawet
untuk mempengaruhi sifat
natrium benzoat?
dan bentuk makanan
b. Bahan tambahan yang 9 30,0 a. Bahan yang dapat 5 16,7
sengaja ditambahkan ke ditambahkan secara
dalam makanan langsung ke dalam
c. Bahan tambahan yang 5 16,7 makanan yang bentuknya
harus ada dalam makanan kristal putih atau dapat
dilarutkan terlebih dahulu
Total 30 100
di dalam air atau pelarut
2 Contoh-contoh bahan lainnya
tambahan makanan (BTM)? b. Pengawet yang banyak 13 43,3
a. Pengawet, pewarna, 14 46,7 dijual dipasaran
pemanis, penyedap rasa c. Tidak tau 12 40,0
b. Pengawet, pewarna, 10 33,3 Total 30 100
penyedap rasa
9 Bahaya natrium benzoat
c. Tidak tahu 6 20,0
bagi kesehatan?
Total 30 100
a. Keram perut, alergi, 10 33,3
3 Manfaat bahan tambahan kanker
makanan (BTM)? b. Penyakit lupus, ginjal, 15 50,0
a. Untuk membuat makanan 16 53,3 kanker
tampak lebih berkualitas, c. Cacingan, pusing/mual 5 16,7
lebih menarik, serta rasa Total 30 100
dan teksturnya lebih 10 Tujuan buah dikalengkan?
sempurna a. Membuat buah lebih awet, 21 70,0
b. Untuk mengawetkan 11 36,7 tahan lama dan tidak
makanan busuk
c. Tidak tahu 3 10,0 b. Tahan lama 9 30,0
Total 30 100 Total 30 100
4 Pengertian pengawet
makanan?
a. Bahan tambahan makanan 11 36,7 Berdasarkan tabel 6. diketahui bahwa
yang dapat mencegah atau lebih banyak responden yang menjawab
menghambat fermentasi,
pengasaman atau dengan benar pada pertanyaan contoh-
penguraian dan perusakan contoh pengawet yang tidak diizinkan
lainnya terhadap pangan
yang disebabkan oleh pemerintah dan tujuan buah dikalengkan
mikroorganisme yakni masing-masing sebanyak 20 orang
b. Bahan tambahan yang 19 63,3
dapat mengawetkan (66,7%) menjawab bahwa contoh-contoh
makanan pengawet yang tidak diizinkan pemerintah
Total 30 100
5 Contoh-contoh bahan yaitu formalin, boraks dan sebanyak 21
pengawet makanan? orang (70,0%) yang menjawab tujuan
a. Natrium benzoat, asam 6 20,0 buah dikalengkan adalah untuk membuat
propinat, natrium nitrit
b. Natrium benzoat, natrium 14 46,7 buah lebih awet, tahan lama dan tidak
nitrit, rhodamin B busuk.
c. Tidak tahu 10 33,3
Total 30 100 Tabel tersebut juga menunjukkan
bahwa responden kurang mengetahui
contoh-contoh pengawet makanan dan

6
pengertian natrium benzoat dengan benar. lain.
Dari 30 responden yang menjawab
contoh-contoh bahan pengawet makanan Kesimpulan dan Saran
adalah tidak tahu yakni sebanyak 10 orang Seluruh sampel buah dan sirup buah
(33%) dan yang menjawab pengertian kemasan kaleng positif mengandung zat
natrium benzoat adalah tidak tau yakni pengawet natrium benzoat dimana
sebanyak 12 orang (40%). kadarnya bervariasi dan masih memenuhi
Pengetahuan adalah hasil pengindraan persyaratan untuk dikonsumsi.
manusia, atau hasil tahu seseorang Tingkat pengetahuan responden
terhadap objek melalui indera yang mengenai buah kemasan kaleng dan bahan
dimilikinya. Dengan sendirinya, pada tambahan makanan lebih banyak dalam
waktu penginderaan sampai menghasilkan kategori kurang.
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi Disarankan kepada produsen
oleh intensitas perhatian dan persepsi hendaknya mencantumkan segala jenis
terhadap objek. Sebagian besar bahan pengawet yang digunakan dalam
pengetahuan seseorang diperoleh melalui buah kemasan kaleng.
indera pendengaran (telinga) dan indera Kepada konsumen supaya lebih
penglihatan (mata) (Notoadmodjo, 2005). selektif dalam memilih makanan yang
Berdasarkan hasil tabel 6. akan dikonsumsi khususnya zat pengawet
pengetahuan responden mengenai buah makanan dan konsumen harus
kemasan kaleng menunjukkan masih memperhatikan komposisi, izin, dan
banyak responden kurang mengetahui tanggal kadaluwarsa pada kemasan
mengenai pengertian pengawet makanan sebelum membeli.
dan ciri-ciri makanan yang mengandung Kepada Balai POM agar tetap
pengawet yakni sebanyak (63,3%) yang mengadakan pemantauan, pengawasan,
menjawab bahwa pengertian pengawet pembinaan terhadap penggunaan
makanan adalah bahan tambahan yang pengawet natrium benzoat pada buah
dapat mengawetkan makanan dan kemasan kaleng.
sebanyak (70,0%) yang menjawab bahwa
ciri-ciri makanan yang mengandung Daftar Pustaka
pengawet adalah makanan menjadi awet Awang, R. 2003. Kesan Pengawet Dalam
dan tahan lama. Makanan. www. prn2. usm. my.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat Diakses 5 Februari 2013
diketahui walaupun responden banyak Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek
yang berpendidikan SMA yaitu sebesar Kesehatan Bahan Tambahan
(46,7%) tetapi masih banyak responden Pangan. Bumi Aksara. Jakarta
yang berpengetahuan kurang, karena dari Departemen Kesehatan RI. 1988.
30 responden sebagian besar kurang Peraturan Menteri Kesehatan
mengetahui pengertian pengawet Republik Indonesia No. 722/
makanan, ciri-ciri makanan yang Menkes/ Per/ IX/1988 Tentang
mengandung pengawet, contoh-contoh Batas Bahan Tambahan Pangan.
pengawet makanan dan pengertian Jakarta
natrium benzoat dengan benar. Hal ini . 1999. Peraturan
dapat disebabkan karena informasi yang Menteri Kesehatan Republik
diperoleh tidak sepenuhnya diserap atau Indonesia No.
kurang dimengerti oleh responden 1168/MENKES/PER/X/1999
sehingga responden mudah lupa bahkan Tentang Perubahan Peraturan
tidak mengerti akan informasi yang Menteri Kesehatan Republik
disampaikan media-media informasi Indonesia No.
seperti TV, Radio, surat kabar dan lain- 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang

7
Batas Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta
. 2009. Undang-
undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta
Departemen Perdagangan RI. 2012.
Market Brief Produk Buah Kaleng
Di Hungaria. Budapest.
Judika, RE. 2006. Pemeriksaan Kadar
Natrium Benzoat Pada Produk
Kecap Kedelai
Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2006. Skiripsi FKM USU
Medan.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasinya.
PT. Rineka Cipta. Jakarta
Puspitasari, R. 2011. Profil Natrium
Benzoat. http:
//riapuspitasari108002. blogspot.
com/ 2011/12/ profil-natrium-
benzoat. html. Diakses 8 Maret
2011.Saparinto, C., Hidayati, D.
2006. Bahan TambahanPangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Sari, A. K. 2010. Analisa Pengawet
Natrium Benzoat Pada Manisan
Buah Di Pasar Tradisional Kota
Medan Tahun 2010. Skiripsi FKM
USU Medan.
Satuhu, S. 1996. Penanganan dan
pengolahan buah. Penebar
Swadaya. Jakarta
Syah, D dkk. 2005. Manfaat Dan Bahaya
Bahan Tambahan Pangan.
Himpunan Alumni Fakultas
Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Undang-undang No. 7 Tahun 1996
Tentang Pangan. Jakarta.
Winarno F. G, Rahayu, T. S. 1994. Bahan
Tambahan Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Di Balik
Lezatnya Makanan. Andi.
Yogyakarta

You might also like