Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

7.

Metode/metode atau teknik apa sajakah yang dapat dikembangkan dalam kultur
jaringan?

Jawab:

Metode-metode atau teknik pengembangan kultur jaringan terbagi menjadi kultur pada
hewan dan kultur pada tumbuhan.

1. Kultur Pada Hewan

Kultur pada hewan yang dapat digunakan adalah dengan kultur sel, jaringan, dan organ.
Kultur sel adalah teknik pemeliharaan sel di dalam kondisi in-vitro. Seperti halnya pada kultur
organ, kultur bakal organ, maupun kultur jaringan, kultur sel juga mempertahankan karakteristik
sel seperti saat sel tersebut berada di dalam kondisi in-vivo. Sel hewan diisolasi dari organ yang
bersangkutan. Selanjutnya, sel diupayakan untuk terpisah satu dari yang lainnya. Sel hewan
dipisahkan secara mekanis dan secara enzimatis. Sel-sel yang diperoleh sebagian dipelihara di
dalam kultur suspensi, dan sebagian dipelihara di dalam kultur yang melekat. Selanjutnya kultur
tersebut dipelihara di dalam medium yang dilengkapi dengan serum di dalam suhu yang sesuai
dengan asalnya. Untuk sel mamalia suhu pemeliharaan adalah 37C dan untuk sel aves suhu
pemeliharaannya adalah 39C. Ukuran keberhasilan yang dapat digunakan dalam pembuatan
kultur ini adalah tidak adanya kontaminasi pada kultur, kesehatan sel selama dipelihara di dalam
kondisi in-vitro, dan keberhasilan sel memperbanyak diri.

Kultur jaringan adalah teknik pemeliharaan jaringan di dalam kondisi in-vitro. Seperti
halnya pada kultur jaringan juga mempertahankan karakteristik sel seperti saat sel tersebut
berada di dalam kondisi in-vivo. Keberhasilan kultur selain dapat dilihat dari tidak adanya
kontaminasi pada kultur, kesehatan jaringan selama dipelihara di dalam kondisi in-vivo, dan
berfungsinya jaringan yang dipelihara sebagaimana mestinya.

Kultur organ adalah teknik kultur jaringan yang dipakai untuk mempertahankan organ
secara utuh dan mempertahankan struktur serta fungsi organ tersebut. Kultur organ terdiri atas
dua macam teknik kultur, yaitu kultur organ dewasa dan kultur bakal organ. Kultur organ dewasa
pada umumnya dipakai untuk mempertahankan kehidupan organ yang diambil dari tubuh baik
yang masih sehat maupun kehidupan organ yang tidak mungkin dapat bertahan hidup. Kultur
bakal organ memelihara jaringan-jaringan bakal organ untuk dikembangkan di dalam kondisi in-
vitro. Indikator keberhasilan kultur organ hewan sama dengan kultur sel dan jaringan.

2. Kultur Pada Tumbuhan

Kultur jaringan termasuk ke dalam jenis perkembangbiakan vegetatif. Bagian tumbuhan


yang akan dikultur (eksplan) dapat diperoleh dari dari semua bagian tumbuhan seperti pucuk,
akar, meristem, bunga, bahkan serbuk sari.
Kultur jaringan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan
meristem (Hendaryono, 1994). Jaringan meristem adalah jaringan muda yaitu jaringan yang
terdiri atas sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mengalami penebalan dari zat
pektin, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan jaringan meristem digunakan
karena keadannya selalu membelah sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang
mengatur pembelahan.

Pelaksanaan teknik kultur jaringan berdasarkan teori sel yaitu mempunyai kemampuan
autonom bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Menurut Suryowinoto (1991), totipotensi
adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dalam
lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang sempurna. Sifat totipotensi
merupakan potensi pada setiap sel penyusun jaringan dewasa untuk mengadakan pembelahan
dan membentuk individu baru. Sel-sel penyusun jaringan dewasa (sel somatis) yang berada di
bawah rangsangan tertentu memiliki potensi untuk mengadakan pembelahan (embrionik)
membentuk kalus. Selanjutnya, kalus dibawah rangsangan tertentu memliki potensi untuk
berdiferensiasi menjadi individu baru multiselular melalui diferensiasi.

Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat- syarat yang
diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar
untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik, dan
pengaturan udara yang terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel
dapat ditumbuhkan, tetapi sebaliknya dipilih bagian tumbuhan yang masih muda dan mudah
tumbuh yaitu bagian meristem, misalnya: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji, dan
lain-lain (Hendaryono, 1994).

Kultur tumbuhan terbagi menjadi:

a. Kultur Meristem

Kultur meristem adalah budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan
muda atau meristem. kultur meristem melibatkan pemotongan bagian puncak tunas yang
kemudian dikulturkan dalam suatu media, dan disinilah terjadi defenersiasi dan pertumbuhan
sempurna tanaman.

b. Kultur Pollen/Anther

Kultur Pollen/Anther adalah budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari pollen
atau benang sari. Dari kultur anther akan didapatkan tanaman haploid. Pembentukan tanaman
haploid melalui pembentukan kalus atau androgenesis langsung. Manfaat tanaman haploid dalam
pemuliaan tanaman adalah apabila digandakan kromosomnya dengan kolkhisin atau melalui fusi
protoplas akan diperoleh tanaman 100% homozigot.

c. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma adalah budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari
protoplas. Protoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya. Protoplas dapat
dimanfaatkan untuk mendukung penelitian dasar biologi tanaman dan merupakan sarana penting
di bidang rekayasa genetik, misalnya untuk hibridisasi somatik untuk meningkatkan kualitas
tanaman. Kultur protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari
spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau
antargenus dari satu famili (inter-genus). Teknologi kultur protoplas juga dapat dilakukan untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta
gangguan abiotik.

d. Kultur Embrio

Kultur embrio adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan eksplan berupa
embrio dari tanaman yang merupakan isolasi secara steril embrio matang ataupun belum matang
dengan tujuan memperoleh tanaman yang viabel. Teknik kultur embrio dilakukan bertujuan
untuk mematahkan dormansi, memperpendek siklus pemuliaan tanaman, mencegah gugurnya
embrio pada buah, serta perkecambahan tanaman parasit.

8. Dapatkah anda menjelaskan aplikasi-aplikasi pengembangan kultur jaringan ini?

Jawab:

1. Aplikasi Kultur Sel pada Hewan

Saat ini, kultur jaringan/sel hewan telah menjadi khasanah fundamental dalam bidang
ilmu pengetahuan, seperti; biologi, kedokteran, farmasi, imunologi, dan bioteknologi. Setelah
periode 1970-an banyak penemuan-penemuan dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak terlepas
dari pemanfaatan kultur jaringan seperti:

A. Transport intramembran seperti: (1) aktivitas dan perpindahan RNA dari inti ke
sitoplasma dan translokasi hormon, (2) pompa ion kalsium dan natrium, (3) molekul karier untuk
transport glukosa, (4) reseptor hormon dan molekul lainnya.

B. Aktivitas intraselular seperti: (1) replikasi DNA, (2) ekspresi gen, (3) sintesis protein, (4)
isolasi beberapa sel mediator, dan (5) analisis kromosom untuk mengetahui kelainan genetik dari
bayi dalam kandungan, mempelajari efek toksik dari komponen obat, penentuan (diagnosis)
adanya infeksi virus/ bakteri, dan monitoring efek pencemaran lingkungan.

C. Metabolisme intra-seluler seperti; (1) nutrisi, (2) inversi dan adanya induksi transformasi
dari virus atau agen kimiawi (obat-obatan), (3) mekanisme regulasi steroidogenesis pada sel-sel
steroidogenik, (4) peran molekulInsulin-like growth factor I (IGF-I) terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi berbagai jenis sel. (5) metabolisme energi, lemak, dan protein, (6) reseptor kompleks
dan fluktuasi mediator kimia dan metabolit dalam sel.
D. Interaksi antar-sel, seperti: (1) sinyal antar-sel, (2) populasi kinetik dan adhesi sel, (3)
peran berbagai hormon pada sel-sel ovarium secara langsung misalnya pengaruh estrogen
terhadap ekspresi R-LH.

Aplikasi kultur sel hewan lainnya:

Produksi vaksin antivirus

Pemahaman neoplasia (penelitian kanker)

Transfer DNA ke sel kultur (atau siRNA)

Produksi antibodi monoklonal (imunologi)

Produksi hormon pertumbuhan manusia, insulin, interferon

Stem kultur sel berdiferensiasi menjadi neuron

Menanamkan neuron janin normal pada pasien dengan parkinson

Homografting dan bedah rekonstruksi menggunakan sel dari tubuh pasien

Fertilisasi in vitro (kultur embrio)

2. Aplikasi Kultur Sel pada Tumbuhan

Saat ini teknik kultur sel/jaringan tumbuhan bukan hanya digunakan sebagai sarana untuk
mempelajari aspek-aspek fisiologi dan biokimia tanaman saja, namun sudah berkembang
menjadi metoda untuk berbagai tujuan seperti:

a. Mikropropagasi (Perbanyakan tanaman secara mikro)

Teknik kultur jaringan telah digunakan dalam membantu produksi tanaman dalam skala
besar melalui mikropropagasi atau perbanyakan klonal dari berbagai jenis tanaman. Dengan
menggunakan metoda kultur jaringan, jutaan tanaman dengan sifat genetis yang sama dapat
diperoleh hanya dengan berasal dari satu mata tunas. Teknik ini telah digunakan dalam skala
industri di berbagai negara untuk memproduksi secara komersial berbagai jenis tanaman seperti
tanaman hias (anggrek, bunga potong, dll.), tanaman buah-buahan (seperti pisang), tanaman
industri dan kehutanan (kopi, jati, dll).

b. Perbaikan tanaman

Usaha perbaikan tanaman melalui metoda pemuliaan secara konvensional untuk


mendapatkan suatu galur murni akan memerlukan enam atau tujuh generasi hasil penyerbukan
sendiri maupun persilangan. Melalui teknik kultur jaringan, antara lain dengan cara
memproduksi tanaman haploid melalui kultur polen, antera atau ovari yang diikuti dengan
penggandaan kromosom, akan mempersingkat waktu untuk mendapatkan tanaman yang
homozigot.

c. Produksi tanaman yang bebas penyakit (virus)

Pada tanaman yang telah terinfeksi virus, sel-sel pada tunas ujung (meristem) merupakan
daerah yang tidak terinfeksi virus. Dengan cara mengkulturkan bagian meristem pada media
kultur yang cocok akan diperoleh tanaman yang bebas virus. Teknik ini telah banyak digunakan
dalam memproduksi berbagai tanaman hortkultura yang bebas penyakit.

d. Transformasi genetik

Teknik kultur jaringan telah menjadi bagian penting dalam membantu keberhasilan
rekayasa genetika tanaman (transfer gen). Sebagai contoh transfer gen bakteri (seperti gen cry
dari Bacillus thuringensis) kedalam sel tanaman akan terekspresi setelah regenerasi tanaman
transgeniknya tercapai.

e. Produksi senyawa metabolit sekunder

Kultur sel-sel tanaman juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa biokimia
(metabolit sekunder) seperti alkaloid, terpenoid, phenyl propanoid dll. Teknologi ini sekarang
sudah tersedia dalam skala industri. Sebagai contoh produksi secara komersial senyawa
shikonin dari kultur sel Lithospermum erythrorhizon.

Dafpus

Hendaryono, Daisy P. Sriyanti. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Katuuk, Jeanette R.P. 1989. Tekhnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta:
Depdikbud

Listyorini, Dwi. 2001. Kultur Jaringan Hewan. Malang: FMIPA UM.

Leavingbio, 2010. Cell Diversity (online), (http://leavingbio.net, diakses tanggal 26 Februari


2017)

You might also like