The Influence of Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence and Spiritual Intelligence On Understanding Magnitude of Behavioral Accounting

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

The Influence of Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence and


Spiritual Intelligence on Understanding Magnitude of Behavioral
Accounting

Purweni Widhianningrum
Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas PGRI Madiun
weni.widhi@gmail.com

Abstract: This study aimed to examine the effect of intellectual, emotional and spiritual quotient to
the level of understanding behavioral accounting. This population are Accounting Education students
who are taking a behavioral accounting class, amounted to 87 students. Purposive sampling was done
to sampling technique, so the total sample used are 81 respondents. Data analysis method used is
multiple regression. The results showed that among the intellectual, emotional, and spiritual quotient
which is owned accounting student, there only intellect quotient that is positive and significant impact
on the level of understanding of behavioral accounting. This indicates that the level of understanding
of behavioral accounting at the undergraduate program is still on the cognitive aspects. Thus,
accounting behavioral simply understood as a method should be implemented and applied when they
were faced with a condition that requires make a logical reasoning of all the problems in the field of
accounting.

Keywords: intellectual quotient, emotional quotient and spiritual quotient, and behavioral accounting

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan. Populasi penelitian ini adalah
mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang sedang menempuh mata kuliah akuntansi
keperilakuan sejumlah 87 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling sehingga total sampel yang digunakan sejumlah 81 responden. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diantara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual yang dimiliki mahasiswa akuntansi, hanya kecerdasan intelektual yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan pada strata satu masih dalam ranah
kognitif saja. Sehingga akuntansi keperilakuan hanya dipahami sebagai sebuah metode yang harus
dilaksanakan dan diterapkan ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskan mahasiswa
membuat sebuah penalaran logis dari segala permasalahan dalam bidang akuntansi yang terjadi akhir-
akhir ini.

Kata Kunci: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan akuntansi
keperilakuan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2016). Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia dirancang untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

191
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI, 2003). Dalam
rangka menghasilkan manusia yang utuh sebagaimana yang diharapkan oleh pendidikan
nasional, maka kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan tidak hanya melalui kecerdasan
intelektual saja namun juga mengembangkan ketrampilan dasar lainnya (Mulyasa, 2010:162).
Selama ini, pendidikan di Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi, selalu menekankan pada aspek akademik, kecerdasan otak atau kecerdasan intelektual
saja (Baharuddin dan Wahyuni, 2010:157). Akan tetapi intelegensi bukan satu-satunya factor
yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Karena kehidupan merupakan suatu
hal yang kompleks dan tergantung pada kehendak, pribadi serta kesempatan yang ada
(Purwanto, 2013: 59). Keberhasilan antarpribadi yang berasal dari kecerdasan emosional
akan menjadi salah satu ketrampilan paling penting dalam menambah kedalaman serta
kekayaan kehidupan seseorang (Riyanto, 2010:260). Melalui kecerdasan emosi diharapkan
semua unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan
lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri, tidak iri hati, dengki, cemas, takut,
murung, tidak mudah putus asa, dan tidak mudah marah (Mulyasa, 2010:162). Menurut
Baharuddin dan Wahyuni (2010), peran sentral di dalam proses belajar adalah kemampuan
siswa dalam mencapai tingkat ketajaman mata hati dan jiwa yang damai. Keduanya
merupakan titik penentu dari kecerdasan spiritual.
Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan di
perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat menjadi sebagai seorang
Akuntan Profesional yang memiliki pengetahuan yang menyeluruh di bidang akuntansi.
Namun, mahasiswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran
sehingga mahasiswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau
kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya (Herli, Kamaliah, dan Silvi,
2014). Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Banyak mahasiswa
menempuh jalur kuliah untuk mendapatkan titel kesarjanaan dan pada akhirnya titel
kesarjanaan tersebut digunakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat bekerja di
suatu perusahaan. Bahkan banyak pencari kerja yang mengeluh karena banyak mahasiswa
yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi tetapi kepribadiannya kurang
(Tjun Tjun, Setiawan, dan Setiana, 2009).
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan progam studi akuntansi adalah sikap
dan mental mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya yang dituntut untuk memiliki

192
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

kemampuan dalam pemahaman ilmu akuntansi (Herli, Kamaliah, dan Silvi, 2014). Karena
kesuksesan hidup, karya dan kerja sangat ditentukan oleh faktor sikap serta perilaku dalam
menjalin relasi yang positif dan konstruktif dengan orang disekitarnya. Oleh karenanya,
kecerdasan intelektual menjadi sangat rapuh apabila tidak diimbangai dengan kecerdasan
spiritual yang baik (SQ) serta kecerdasan berelasi (EQ) (Tuu, 2011:64).
Studi empiris terdahulu berhasil membuktikan bahwa kecerdasan intelektual (Ardana,
Aritonang dan Dermawan, 2013 ;Herli, Kamaliah, dan Silvi, 2014; Artana, Herawati dan
Atmadja, 2014), kecerdasan emosional (Heriningsi, Suryaningsum dan Windyastuti, 2005;
Tjun Tjun, Setiawan, dan Setiana, 2009; Nasution, 2009; Hariyoga dan Suprianto, 2011;
Herli, Kamaliah, dan Silvi, 2014; Ariantini, Sujana, dan Herawati, 2014; Artana, Herawati
dan Atmadja, 2014) dan spiritual (Herli, Kamaliah, dan Silvi, 2014; Khaerani dan Agung,
2014) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Menurut Hariyoga dan
Suprianto (2011), seorang mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan
berdampak positif pada dirinya dengan mencapai tingkat graduate intelegensi dalam
mengolah suatu proses ilham kehidupan dari berbagai aspek bidang. Spiritual memiliki
kekuatan untuk mentransformasi kehidupan dan bahkan dapat mengubah realitas kehidupan
fisik di sekitar kita. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya
makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi. Menjadi
cerdas spiritual berarti kita lebih memahami diri kita sebagai makhluk spiritual yang murni,
penuh kasih, suci, dan memiliki semua sifat-sifat Ilahi (Solikin, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi
keperilakuan. Kontribusi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran
bagi pihak pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia untuk lebih memprioritaskan kualitas
lulusan yang berakhlak mulia, khususnya mahasiwa akuntansi melalui upaya konsisten dalam
membangun, mengembangkan dan memelihara potensi diri mahasiswa tidak hanya dalam
kecerdasan intelegensi saja, namun juga kecerdasan emosional dan spiritual.

Tingkat Pemahaman Akuntansi


Pemahaman merupakan kemampuan yang umumnya mendapat penekanan dalam
proses belajar-mengajar. Peserta didik dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa

193
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain (Daryanto, 2010:106). Pendidikan bukan


hanya sekedar membuat peserta didik mengetahui tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni
serta mampu mengembangkannya, namun juga mengembangkan dan menumbuhkan potensi
diri para peserta didik secara optimal kearah yang positif (Pidarta, 2007:11). Assesment
merupakan keluasan dan kedalaman belajar peserta didik baik secara kuantitatif maupun
kualitatif (Syah, 2013:140). Dan belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu (Cronbach dalam Riyanto,
2010:5).
Pendidikan dan pengajaran akuntansi tidak hanya membatasi pada apa yang nyatanya
dipraktikkan (aspek teknis) tetapi juga memasukkan alternative-alternatif dan penalarannya
sehingga peserta didik nantinya dapat menerapkan gagasan altenatif yang menuju ke
perbaikkan praktik (Suwardjono, 2014:5). Karena akuntansi pada dasarnya dirancang untuk
memenuhi kebutuhan praktis (Lubis, 2010:3) dalam sebuah proses pengidentifikasian,
pengukuran, dan pengomunikasian informasi ekonomi yang bersifat keuangan (Belkaoui,
2011:50). Informasi yang berupa laporan keuangan tersebut kemudian digunakan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan untuk melakukan prediksi kinerja entitas di masa mendatang
(Martani, 2012:4). Sebagai suatu sistem informasi, keberhasilan akuntansi tentu tidak lepas
dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang memberikan respon (Suartana, 2010:3).
Disiplin ilmu akuntansi yang berorientasi pada bagaimana perilaku manusia secara langsung
mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana akuntansi
mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia disebut dengan akuntansi keperilakuan
(Lubis, 2010:29).
Kecerdasan Intelektual
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan mulia di
dunia ini, karena sempurna itulah manusia dikaruniai berbagai potensi yang luar biasa di
antaranya adalah kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual merupakan potensi dasar
manusia dan merupakan faktor genetik. Semakin kecerdasan intelektual seseorang semakin
tinggi pula orang tersebut menunjukkan kemampuannya (Riyanto, 2010:251). Pola pikir
melalui kecerdasan intelektual mengindikasikan dominasi rasionalitas yang juga
mengimplikasikan dominasi rasio atau nalar dalam kehidupan (Baharuddin dan Wahyuni,
2010:157).

194
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

Kecerdasan intelektual merupakan mental intelektual yang meruang lingkupi


aktivitas-aktivitas pembelajaran, koneksi, pengkategorian, pengenalan, idenfikasi,
menganalisis, rasionalisasi, perhitungan, daya kritis dan berpikir strategis. Intelektualitas
penting untuk mengendalikan diri manusia, agar tidak hanya dikuasai oleh emosional dan
perasaan, tetapi saat tertentu mampu mengadakan perhitungan-perhitungan yang realistis
terhadap suatu keputusan (Jarob, 2011:37). Kecerdasan ini dimiliki oleh setiap individu untuk
mengenal kembali, memahami, mengaplikasi, menganalisis, memadukan, dan mengevaluasi
lingkungan sekitarnya (Mudyahardjo, 2010:94).
Kecerdasan Emosional
Menurut Agustian (2004), kecerdasan emosional merupakan kemampuan
mengendalikan emosi serta penguasaan diri untuk mengambil keputusan dalam kondisi yang
tenang. Goleman (2005:512) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai sebuah
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Keberhasilan antarpribadi yang berasal dari kecerdasan emosional akan menjadi salah satu
ketrampilan paling penting dalam abad ke-21. Emosi menambah kedalaman dan kekayaan
dalam kehidupan. Tanpa perasaan tindakan seseorang akan lebih menyerupai komputer,
berpikir tetapi tanpa gairah (Riyanto, 2010:260).
Dalam dunia pendidikan, kecerdasan emosional yang baik dapat membantu pada
peserta didik menjadi: a) jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun kekuatan dan
kesadaran diri, mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung jawab; b) memantapkan diri,
maju terus, ulet, dan membangun inspirasi secara berkesinambungan; c) membangun watak
dan kewibawaan, meningkatkan potensi, dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam
tujuan hidupnya, d) memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang lebih cerah
(Mulyasa, 2010:162).
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan manusia yang bersumber dari Allah dengan
unsur-unsur sifat Tuhan atau God-Spot, menjadikan manusia memiliki ketangguhan pribadi
dan ketangguhan sosial dalam mewujudkan kesuksesan manusia (Agustian, 2001). Sehingga
kecerdasan spiritual menyebabkan manusia mengakui dalam dirinya adanya kuasa lain, atau
unsur rohaniah seseorang (Jarob, 2011). Kecerdasan spiritual bertumpu pada bagian dalam
diri manusia yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Ini adalah
kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan

195
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru (Zohar dan Marshal, 2001). Seseorang
dengan kecerdasan spiritual yang tinggi memiliki kecenderungan menjadi seorang pemimpin
yang penuh pengabdian, bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih
tinggi kepada orang lain (Baharuddin dan Wahyuni, 2010:165).
Zohar dan Marshall (2002) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual terdiri dari
dimensi-dimensi sebagai berikut: (a) kemampuan bersikap fleksibel yaitu dapat
menempatkan diri dan menerima pendapat orang lain secara terbuka; (b) tingkat kesadaran
yang tinggi seperti kemampuan autocritism dan mengerti tujuan serta visi hidupnya; (c)
kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan hal-hal yang menyulitkan yang ditandai
dengan tidak adanya penyesalan, tetap tersenyum, dan bersikap tenang; (d) kemampuan
menghadapi dan menyembuhkan rasa sakit yang ditandai dengan munculnya sikap ikhlas dan
pemaaf; (e) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai seperti prinsip dan pegangan
hidup dan berpijak pada kebenaran; (f) keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak
perlu misalnya menunda pekerjaan dan cenderung untuk berpikir sebelum bertindak; (g)
kecenderungan melihat keterkaitan antara berbagai hal atau memiliki pandangan yang
holistik yakni mampu untuk berpikir secara logis dan berlaku sesuai dengan norma sosial; (h)
kecenderung menanyakan mengapa atau bagaimana jika akan mencari jawaban-jawaban
yang mendasar dan memiliki kemampuan untuk berimajinasi, serta memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi; (i) mudah untuk bekerja melawan konvensi (adat dan kebiasaan sosial), seperti
mau memberi dan tidak mau menerima.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Studi empris yang dilakukan oleh Ardana, Aritonang dan Dermawan (2013), Herli,
Kamaliah, dan Silvi (2014) dan Artana, Herawati dan Atmadja (2014) membuktikan bahwa
kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Menurut Ardana, Aritonang dan Dermawan (2013), prestasi belajar mahasiswa S1 Akuntansi
seharusnya mencerminkan kompetensi yang mencakup penguasaan ilmu atau pengetahuan
akuntansi dan perpajakan serta disiplin lain yang terkait (domain kognitif), keterampilan
(skill) dalam mencatat, menyajikan, menganalisis, mengaudit laporan keuangan,
menggunakan komputer, keterampilan berkomunikasi, dan sebagainya (domain
psikomotorik), serta mematuhi standar sikap dan perilaku (attitude and behavior) yang diatur
dalam kode etik profesi akuntansi (domain afeksi). Aspek kognitif dilandasi oleh kecerdasan
intelektual, aspek psikomotori erat kaitannya dengan kesehatan fisik, aspek sikap dan

196
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

perilaku erat kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1: Kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Studi empiris yang dilakukan oleh Heriningsih, Suryaningsum dan Windyastuti
(2005), Tjun Tjun, Setiawan, dan Setiana (2009), Nasution (2009), Hariyoga dan Suprianto
(2011); Herli, Kamaliah, dan Silvi (2014), Ariantini, Sujana, dan Herawati (2014), dan
Artana, Herawati dan Atmadja (2014) membuktikan bahwa kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Mahasiswa tanpa kecerdasan
emosional tidak akan mampu untuk mengelola emosinya dan tidak mampu memberikan
motivasi didalam dirinya. Sifat lain yang dapat mendukung mahasiswa memahami akuntansi
adalah kepercayaan diri, dimana mahasiswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi akan
mampu untuk mengungkapkan pendapatnya (Ariantini, Sujana, dan Herawati, 2014). Dalam
kehidupan akademik, tampaknya kecerdasan emosional juga memiliki peranan besar. Untuk
menjadi seorang sarjana, dibutuhkan proses yang panjang, usaha yang keras dan dukungan
dari berbagai pihak. Proses ini akan mempengaruhi pengalaman hidup mahasiswa
(Heriningsih, Suryaningsum dan Windyastuti, 2005). Berdasarkan uaraian di atas, maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2: Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Studi empiris Herli, Kamaliah, dan Silvi (2014) dan Khaerani dan Agung (2014)
membuktikan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan ruhaniah, kecerdasan
hati, dan kecerdasan jiwa yang membantu kita menyembuhkan serta membangun diri kita
secara utuh. Kecerdasan spiritual akan mengembalikan manusia kepada makhluk spiritual,
yang merupakan fitrahnya (Baharuddin dan Wahyuni, 2010:162). Seseorang yang memiliki
hubungan yang baik secara vertical terhadap Tuhan dan memandang agama mengandung
suatu kebenaran akan cenderung untuk menjaga perilakunya pada hubungan secara horizontal
(Widyastuti dan Ludigdo, 2010:149). Spritual mahasiswa akuntansi yang cerdas akan mampu
membantu dalam pemecahan permasalahan permasalahan dalam memahami akuntansi
sehingga mahasiswa dapat bersikap tenang dalam menghadapi masalah masalah dalam

197
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

proses pemahaman akuntansi (Khaerani dan Agung, 2014). Berdasarkan uaraian di atas,
maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H3: Kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan

METODE
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang
sedang menempuh mata kuliah akuntansi keperilakuan sejumlah 87 mahasiswa. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, dimana responden merupakan
mahasiswa angkatan 2013 dan belum pernah menempuh mata kuliah akuntansi keperilakuan.
Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 responden.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
melalui survey, dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung kepada mahasiswa S1
Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP
PGRI Madiun. Penelitian ini menggunakan skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan
jawaban atas pernyataan yang diajukan sehingga menjadi selalu diberi skor 4, sering diberi
skor 3, jarang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1.
Tabel 1 Definisi Operational Variabel
No Variabel Indikator Item Jenis Referensi
Data
1 Tingkat Nilai Ujian Rasio Nasution
pemahaman Tengah (2009); Tjun
Akuntansi Semester mata Tjun,
Keperilakuan kuliah Setiawan, dan
(Y) Akuntansi Setiana (2009);
Keperilakuan Herli,
Kamaliah, dan
Silvi (2014)
2 Kecerdasan Indeks Rasio Tjun Tjun,
Intelektual Prestasi Setiawan, dan
(X1) Kumulatif Setiana (2009)
3 Kecerdasan X2.1 1. Saya mengetahui alasan Ordin Goleman
Emosi (X2) Mengenali mengapa saya bersedih al (2005); Tjun
emosi diri Tjun,
Setiawan, dan
X2.2 1. Saya lebih cepat tenang Setiana (2009);
Mengelola dari orang lain. Herli,
emosi diri Kamaliah, dan
Silvi (2014).
X2.3 1. Saya cepat pulih dari
Memotivasi perasaan kecewa.
diri

198
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

X2.4 Empati 1. Saya merasa ikut bahagia


bila teman saya
berprestasi.
X2.5 Membina 1. Saya bisa menempatkan
hubungan diri pada posisi orang
dengan orang lain.
lain 2. Saya dapat menerima
kritik dengan pikiran
terbuka dan menerimanya
bila hal itu dapat
dibenarkan
3. Jika orang tua
mengecewakan saya, saya
tidak akan mengurung
diri dalam kamar dan
melakukan aksi diam.
4 Kecerdasan X3.1 Memiliki 1. Saya menjaga Ordin Zohar dan
Spiritual (X3) Prinsip dan pendengaran dari hal-hal al Marshall
Visi yang yang tidak baik. (2000); Herli,
Kuat 2. Bila diberi amanah, saya Kamaliah, dan
menjaganya dengan Silvi (2014)
sebaik-baiknya.
3. Saya berbusana rapih,
sopan, dan menutup aurat.
X3.2 Mampu 1. Saya menjaga hubungan
melihat baik di lingkungan social.
kesatuan 2. Saya menyayangi sesama
dalam manusia.
keragaman
X3.3 Mampu 1. Saya berpegang pada
memaknai ajaran keagaamaan
setiap sisi sebagai panutan hidup.
kehidupan 2. Saya makan dan minum
yang halal, baik dan tidak
berlebihan.
3. Saya bisa menemukan
makna yang terkandung
di dalam pengalaman
sehari-hari.
X3.4 Mampu 1. Saya mampu untuk
mengelola dan menemukan makna dan
bertahan tujuan dalam hidup,
dalam sehingga dapat membantu
kesulitan dan saya beradaptasi dengan
penderitaan situasi tertekan.
2. Saya mampu mengambil
hikmah dari setiap
masalah.
3. Saya mengetahui
pentingnya sebuah
kesabaran.

199
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pemahaman


akuntansi keperilakuan dipengaruhi oleh variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini:

Kecerdasan
Intelektual (X1)

Tingkat Pemahaman
Kecerdasan Akuntansi
Emosional Keperilakuan
(X2) (Y)

Kecerdasan
Spiritual
(X3)

Gambar 1
Berdasarkan desain penelitian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1 : Kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan.
H2 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan.
H3 : Kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat
pemahaman akuntansi keperilakuan.
Model empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda,
dengan alat analisis SPSS versi 20.0. Bentuk dari model regresi berganda dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 +
Keterangan:
Y = Tingkat Pemahaman Akuntansi Keperilakuan
0 = Konstanta
1....... 4 = Koefisien Regresi
X1 = Kecerdasan Intelektual
X2 = Kecerdasan Emosional
X3 = Kecerdasan Spiritual

200
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

= error (kesalahan residu)

HASIL dan PEMBAHASAN


HASIL
Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian yang dilakukan terhadap 81 responden
menunjukkan bahwa seluruh tem pernyataan valid dan reliabel. Masing-masing item
variabel dapat dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai angka Alpha 0,6.
Uji Normalitas
Adanya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik.

Gambar 2
Pada gambar 2 terlihat bahwa titik-titik mendekati atau menyentuh garis diagonalnya
yang berarti data telah berdistribusi normal sehingga proses pengujian data selanjutnya dapat
dilakukan.
Uji Multikolineritas
Untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
Variance Inflation Factor (VIF) atau tolerance value. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolineritas adalah apabila tolerance value kurang dari 0.10 atau

201
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10 (Ghozali, 2006:91-92). Hasil uji
multikolineritas disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Multikolineritas
No Variabel Tolerance VIF
1. Kecerdasan Intelektual (X1) .964 1.037
2. Kecerdasan Emosional (X2) .797 1.255
3. Kecerdasan Spiritual (X3) .824 1.214
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai tolerance value lebih dari 0.10 dan nilai VIF lebih
dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel independen
dalam model regresi.
Uji Heterokedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SREID dan ZPRED.

Gambar 3

Dari gambar 3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan.
Uji Autokorelasi
Uji yang digunakan untuk menguji adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
dapat dilakukan dengan melihat nilai durbin watson.

202
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi


Du DW 4-du Interprestasi
Nilai 1.575 1.959 2.425 Tidak ada Autokorelasi
Sumber: data diolah
Pada tabel 4 diatas, diperoleh nilai durbin watson sebesar 1.959 lebih besar dari
tingkat batas atas (du) 1.575 dan kurang dari 2.425 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang akan digunakan.
Pengujian Hipotesis
Tabel 4 Rangkuman Hasil Analisis Regresi
Variabel Independen Koefisien Regresi Prob sig
Kecerdasan Intelektual (X1) 25.451 0.000*
Kecerdasan Emosional (X2) 0.211 0.528
Kecerdasan Spiritual (X3) 0.294 0.263
Adj R2 : 0.363
Konstanta : -25.238
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas, terlihat bahwa ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam
model ternyata tidak semuanya signifikan, hanya variabel Kecerdasan Intelektual (X1) yang
signifikan dengan nilai probabilitas sebesar 0.000. Dengan melihat koefisien regresi, maka
dapat dibuat persamaan (model) regresi sebagai berikut:
Y = -25.238 + 25.451 X1+ 0.211 X2+ 0.294 X3
Nilai konstanta sebesar -25.238 menunjukkan bahwa jika mahasiswa pendidikan
akuntansi tidak menggunakan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual dalam proses pembelajaran, maka tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan
sebesar -25.238. Koefisien regresi 25.451 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan
kecerdasan intelektual maka tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan akan meningkat
sebesar 25.451 satuan. Koefisien regresi 0.211 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu
satuan kecerdasan emosional maka k tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan akan
meningkat sebesar 0.211 satuan. Koefisien regresi 0.294 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan kecerdasan spiritual maka tingkat pemahaman akuntansi
keperilakuan akan meningkat sebesar 0.294 satuan.

PEMBAHASAN
Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Keperilakuan
Pengaruh variabel kecerdasan intelektual menunjukkan arah hubungan positif dan
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan. Hasil tersebut terlihat dari

203
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

besarnya nilai koefisien regresi sebesar 25.451 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kecerdasan
intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
keperilakuan, diterima. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kecerdasan
intelektual yang dimiliki setiap mahasiwa mampu meningkatkan tingkat pemahaman
akuntansi keperilakuan. Hasil ini konsisten dengan studi empiris terdahulu yang dilakukan
oleh Ardana, Aritonang dan Dermawan (2013), Herli, Kamaliah, dan Silvi (2014) dan Artana,
Herawati dan Atmadja (2014). Pada dasarnya kecerdasan intelektual mencakup kemampuan-
kemampuan tentang pemahaman verbal, ketrampilan numerik, kemampuan menalar,
pemahaman ruang dan kefasihan menggunakan kata (Mudyaharjo, 2010:93). Akuntansi erat
kaitannya dengan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian informasi
ekonomi yang bersifat keuangan (Belkaoui, 2011:50), namun dalam aspek keperilakuan,
akuntansi berhubungan dengan perilaku manusia yang terkait dengan informasi akuntansi dan
segala permasalahannya (Suartana, 2010:2). Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa
program studi pendidikan akuntansi FPIPS IKIP PGRI Madiun mampu menangkap,
mengolah serta menarik kesimpulan dari proses pembelajaran akuntansi keperilakuan.
Namun materi akuntansi keperilakuan tersebut hanya dipahami sebagai sebuah metode yang
harus dilaksanakan dan diterapkan ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskan
mahasiswa membuat sebuah penalaran logis dari segala permasalahan dalam bidang
akuntansi yang terjadi akhir-akhir ini.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Keperilakuan
Pengaruh variabel kecerdasan emosional menunjukkan arah hubungan positif tetapi
tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan. Hasil tersebut terlihat
dari besarnya nilai koefisien regresi sebesar 0.211 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.528.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
keperilakuan, ditolak. Hasil ini konsisten dengan studi empiris terdahulu yang dilakukan oleh
Ardana, Aritonang dan Dermawan (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Hal ini
dikarenakan usia mahasiswa yang masih muda dan belum mengenyam seluk beluk persoalan
di dunia kerja yang penuh persaingan dan intrik sehingga belum banyak mengalami gangguan
di tingkat emosional sehingga tidak berkaitan secara signifikan terhadap Prestasi Belajar

204
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

Mahasiswa. Pada penelitian ini, responden yang digunakan adalah mahasiswa program studi
pendidikan akuntansi FPIPS IKIP PGRI Madiun semester VII dengan rata-rata usia 21 tahun
dan belum memiliki pengalaman bekerja sebagai akuntan. Secara psikologis, pada usia
tersebut mahasiswa memiliki kecenderungan suasana hati yang tidak menentu. Sehingga
selama proses pembelajaran, mahasiswa yang minim akan pengetahuan di dunia kerja
tersebut menjadi kurang berkonsentrasi dalam memahami pentingnya akuntansi keperilakuan.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Keperilakuan
Pengaruh kecerdasan spiritual menunjukkan arah hubungan positif tetapi tidak
signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan. Hasil tersebut terlihat dari
besarnya nilai koefisien regresi sebesar 0.294 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.263.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kecerdasan
spiritual berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan,
ditolak. Hasil ini konsisten dengan studi empiris terdahulu yang dilakukan oleh Ardana,
Aritonang dan Dermawan (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel kecerdasan spiritual dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Menurut
Baharuddin dan Wahyuni (2010), titik kekuatan kecerdasan spiritual terletak pada
berkembangnya dengan baik jiwa dan hati manusia. Dua esensi manusia tersebut apabila
dikembangkan maka akan mencapai tingkat ketajaman mata hati, yaitu satu-satunya elemen
esensi manusia yang sanggup menatap baying-bayang Tuhan yang diisyaratkan oleh alam
semesta. Hati yang terlatih akan mampu mencapai tingkatan jiwa yang damai. Jiwa yang
damai inilah yang kemudian memiliki peran sentral dalam proses belajar. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa mahasiswa program studi pendidikan akuntansi IKIP PGRI Madiun
sebenarnya telah memiliki prinsip dan pedoman yang jelas untuk berperilaku dalam segala
aspek kehidupan. Namun hal tersebut belum sepenuhnya menjadi inspirasi serta dimaknai
oleh setiap mahasiswa dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi selama proses
pembelajaran guna memudahkan dirinya memaknai akuntansi keperilakuan.

SIMPULAN
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa diantara kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual yang dimiliki mahasiswa akuntansi, hanya kecerdasan
intelektual yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
keperilakuan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman akuntansi keperilakuan pada

205
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

mahasiswa pendidikan akuntansi IKIP PGRI Madiun masih dalam ranah kognitif saja, yang
mencakup kemampuan menalar dan ketrampilan numerik. Sedangkan kemampuan
mengalami dan menghayati nilai-nilai suatu hal (emosional dan spiritual) belum mampu
dilaksanakan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran bagi pihak pengelola
Perguruan Tinggi di Indonesia untuk lebih memprioritaskan kualitas lulusan, khususnya
mahasiwa akuntansi melalui upaya konsisten dalam membangun serta mengembangkan
potensi diri mahasiswa tidak hanya dalam kemampuan intelegensi saja, namun juga
kemampuan emosional dan spiritual. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa sampel
penelitian menggunakan responden mahasiswa semester VII yang menempuh mata kuliah
akuntansi keperilakuan. Adapun saran bagi penelitian selanjutnya dapat memperluas daerah
penelitian atau mengikutsertakan alumni mahasiswa akuntansi yang secara praktis telah
memasuki dunia kerja sehingga diharapkan mampu mempresentasikan keadaan secara umum
tentang pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual terhadap
pemahaman akuntansi keperilakuan.

DAFTAR RUJUKAN
Agustian, A.G. 2004. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ)
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Cetakan Kedelapanbelas. Arga,
Jakarta.
Ardana, I Cenik, Lerbin R. Aritonang dan Elizabeth Sugiarto Dermawan. 2013. Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kesehatan Fisik Untuk
Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir (Skripsi) S1 Akuntansi FE Untar). Jurnal Akuntansi, Volume XVII,
No. 03.
Ariantini, Komang Nova, Edy Sujana, dan Nyoman Trisna Herawati. 2014. Pengaruh
Kecerdasan Emosional Dan Minat Membaca Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi Dengan Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas di Bali). Jurusan Akuntansi Program S1
Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, No. 1.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Accounting Theory. Jakarta: salemba Empat.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Goleman, D. 2005. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Cetakan Keenam.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kuntjahyo
Widodo dari Working with Emotional Intelligence, 1999.
Hariyoga, Septian dan Edy Suprianto. 2011. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku
Belajar, Dan Budaya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan Kepercayaan
Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XIV Banda Aceh,
21- 22 Juli.

206
P. Widhianningrum/ Journal of Accounting and Business Education, 1 (2), March 2017

Heriningsih, Sucahyo, Sri Suryaningsum, dan Windyastuti. 2005. Pengaruh Kecerdasan


Emosional Pada Pemahaman Pengetahuan Akuntansi Di Tingkat Pengantar Dengan
Penalaran Dan Pendekatan Sistem. JAM: Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.
XVI, Nomor 2.
Herli, Fauzi, Kamaliah dan Alfiati Silvi. 2014. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Spritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman
Akuntansi. JOM FEKON Vol. 1 No. 2.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2016. Didik. http://kkbi.web.id/didik Diakses
tanggal12 November 2016.
Lubis, Arfan Ikhsan. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, Dwi, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita, dan Edward Tanujaya.
2014. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: salemba Empat.
Nasution, Fakhrur Arifin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa UMSU. Jurnal Riset Akuntansi
Dan Bisnis Vol. 9 No. 2.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Tjun Tjun, Lauw, Santy Setiawan dan Sinta Setiana. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif Gender. Jurnal Akuntansi
Vol.1 No.2.
Tuu, Tulus. 2011. Cerdas Spiritualitas: Seimbang Spiritualitas dan Intelektualitas. Pabelum,
Jurnal Teologi, Vol.3, No.1.
Undang Undang Republik Indonesia. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://buk.um.ac.id/wp-
content/uploads/2016/05/Undang-Undang-No-20-Tahun-2003-tentang-Sistem-
Pendidikan-Nasional.pdf diakses tanggal 12 November 2016.
Widyastuti, Wiwied. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan
Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Pada KAP. Jurnal
Multiparadigma, Vol.1, No.1.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2002. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.
Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda.

207

You might also like