BAB II Risiko Perubahan Kurs

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran risiko menjelaskan bahwa risiko operasional merupakan risiko yang
paling tua tetapi belum diketahui karakteristiknya dibandingkan risiko lainnya seperti
risiko pasar , risiko tingkat bunga , risiko kredit. Dikatakan paling tua karena perusahaan
berurusan dengan aspek operasional praktis sejak perusahaan berdiri.
Sistem operasional yang efektif bisa mengendalikan risiko operasional. Manajemen
kualitas pada dasarnya ingin memperbaiki kualitas output melalui pengendalian
operasional. Konsep tersebut pertama kali populer untuk proses produksi. Pada
perkembangan lainnya manajemen kualitas juga diterapkan untuk lainnya , seperti sektor
pelayanan (jasa).
Kualitas mengukur seberapa baik produk atau pelayanan bisa memenuhi kebutuhan
konsumen. Kualitas akan menentukan daya saing organisasi , karena itu organisasi perlu
menjaga dan memonitor kualitas.
Jaminan mutu adalah sistem menyeluruh dari kebijakan , prosedur , pedoman , yang
diterapkan oleh organisasi untuk menjaga dan mencapai kualitas. Jaminan kualitas terdiri
dua fungsi pokok :
1. Rekayasa kualitas : membuat proses dan desain produk yang berkualitas
2. Pengendalian kualitas : inspeksi untuk melihat apakah standar kualitas sudah
terpenuhi
Six sigma

Six sigma didefinisikan sebagai metodologi untuk mengelola variasi dalam suatu
proses yang menyebabakan produk rusak , yaitu produk yang mempunyai penyimpangan
yang lebih besar dari standar penyimpangan tertentu , dan secara sistematis bekerja untuk
mengelola variasi tersebut, untuk menghilangkan produk rusak tersebut.

Tujuan dari six sigma adalah untuk mengurangi variasi output dari suatu proses
tertentu, sehingga dalam jangka panjang bisa menghasilkan produk rusak kurang dari 3,
4 produk rusak per 1 juta output.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari risiko perubahan harga kurs ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan harga kurs?
3. Bagaimana independensi bang sentral terhadap perubahan harga kurs?
4. Bagaimana eksposur terhadap perubahan harga kurs?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari risiko perubahan harga kurs
2. Agar mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengarhui perubahan harga kurs
3. Agar mengetahui independensi bang sentral terhadap perubahan harga kurs
4. Agar mengetahui eksposur-eksposur terhadap perubahan harga kurs

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Risiko Perubahan Kurs


Risiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya perubahan nilai tukar
mata uang asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan
mata uang asing (valuta asing) biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs
mata uang tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang suatu
negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian suatu
negara membaik, maka mata uang negara tersebut akan menguat terhadap mata uang
negara lain. Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain,
maka perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut denganapresiasi dan jika
mata uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata
uang menguat disebut revaluasi dan jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata uang rupiah
(Rp) terhadap Dolar ($).

Rupiah melemah Rupiah menguat


Keterangan
terhadap $ terhadap $
Kurs awal tahun Rp. 9000 Rp. 9000
Kurs akhir tahun Rp. 11000 Rp. 7000
Persentase (11000-9000)/(9000) x (7000-9000)/(9000) x
pelemahan/penguatan 100% 100 %
$ terhadap Rp = 22.22% = -22.22%
Persentase (9000-11000)/(11000) x (9000-7000)/(7000) x
pelemahan/penguatan 100% 100 %
Rp terhadap $ = -18.18% = 28.57%

Penjelasan :

Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada awal tahun
menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah
sebesar 22,22%. Apabila dipandang dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami

3
depresiasi terhadap dolar sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa
pada awal tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada akhir tahun.
Berarti dolar mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar 22.22% dan dari sudut
pandang rupiah, berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%

2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs


2.2.1 Perbedaan Inflasi
Kurs mata uang suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara tersebut lebih
tinggi daripada inflasi yang terjadi di negara lain. Hubungannya terlihat melalui
persamaan kondisi paritas Purchasing Power Parity (PPP) seperti berikut ini :

et / e0 = (1+ih)t / (1+if)t
keterangan :
et = kurs pada priode t
e0 = kurs pada awal priode
ih = inflasi yang terjadi pada negara domestic (home)
if = inflasi yang terjadi pada negara asing
t = waktu
contoh :
kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat 5%. Kurs
Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp. 11.429/$ dan
berarti rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).
2.2.2 Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a) Tingkat bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika ada informasi tingkat
bunga deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan tingkat bunga
nominal. Negara yang tingkat bunga nominalnya tinggi maka mata uangnya
cendrung mengalami depresiasi. Hal ini dijelaskan melalui persamaan kondisi
paritasinternational fisher effect seperti berikut ini:

4
et / e0 = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et = kurs pada priode t
e0 = kurs pada awal priode
rh = tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf = tingkat bunga nominal pada negara asing
t = waktu

Contoh :
Kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat
5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Berarti menurut prediksi international fisher effect rupiah melemah menjadi
Rp. 11.429/$
b) Tingkat bunga riil
Yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Tingkat
bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Negara yang
mempunyai tingkat bunga riil biasanya mata uang negara tersebut akan cendrung
menguat karena uang akan mengalir ke negara dengan tingkat keuntungan yang
lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara tidak langsung dengan
persamaan :
(1 + R) = (1 + a) (1 + i)
Keterangan :
R = tingkat bunga nominal
a = tingkat bunga riil
i = inflasi

Persamaan tersebut disederhanakan menjadi :


R=a+i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika
inflasi meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung juga meningkat,
sehingga mata uang negara tersebut menjadi melemah.

5
2.2.3 Independensi Bank Sentral
Independensi adalah kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya) pemerintah yang
sedang berkuasa. Misalnya untuk mengatasi masalah pengangguran. Secara pintas
adalah dengan menambah jumlah uang yang beredar sehingga akan menimbulkan
inflasi. Jika tingkat inflasi lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka
pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank
Sentral yang independen akan bertahan terhadap tekanan dan bisa mengendalikan inflasi
sehingga mata uang negara tersebut cendrung menguat. Sebaliknya, negara yang
mempunyai bank sentral yang kurang independen akan mudah ditekan dan mendorong
terjadi inflasi sehingga menurunkan mata uang negara tersebut.

2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi


Investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga menyebabkan naiknya permintaan terhadap
mata uang negara tersebut. Dengan tingginya permintaan terhadap mata uang itu maka
nilai dari mata uang tersebut akan meningkat.

2.2.5 Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai alat
investasi. Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekuritas. Jika
pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang negara tersebut akan
menguat dan begitu sebaliknya.

Berikut ini adalah ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kurs.

Pengaruh terhadap
Faktor
kurs
Inflasi tinggi Depresiasi
Tingkat bunga nominal tinggi Depresiasi
Tingkat bunga riil tinggi Apresiasi
Pertumbuhan ekonomi tinggi Apresiasi
Independensi bank sentral
Apresiasi
tinggi

6
Ekspektasi positif (negatif) Apresiasi (Depresiasi)

2.3 Eksposur Terhadap Perubahan Kurs


Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan dengan perubahan
kurs yaitu :
1) Eksposur transaksi
2) Eksposur akuntansi
3) Eksposur operasi

2.3.1 Eksposur Transaksi


Yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak tertentu yang
kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs.
Contoh seorang importir Indonesia membeli barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta
dan pembayarannya dilakukan 3 bulan mendatang. Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp.
10.000/$ namun kurs Rp/$ 3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir
harus menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat pada 3
bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami kerugian, semakin
besar pelemahannya, maka semakin besar kerugian yang diderita. Akan tetapi apabila
nilai rupiah menguat maka importir tersebut akan memeperoleh keuntungan karena
menyediakan rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit. Dari sisi eksportir, jika rupiah
melemah, maka eksportir akan memperoleh keuntungan karena memperoleh banyak
rupiah. Sebaliknya apabila rupiah menguat, eksportir tersebut akan mengalami kerugian
karena memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.

2.3.2 Eksposur Akuntansi


Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu
kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang lain, rentan terhadap
perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs, maka proses konversi tersebut bisa
menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional
Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada
awal tahun :

7
Dalam Rp. Awal tahun () Akhir tahun ()
Kurs = Rp. 80/ Kurs = Rp.100/
Kas 1.000.000 12.500 10.000
Piutang Dagang 2.000.000 25.000 20.000
Persediaan 2.000.000 25.000 20.000
Aktiva tetap 5.000.000 62.500 50.000
Total Aset 10.000.000 125.000 100.000
Hutang dagang 2.000.000 25.000 20.000
Hutang jangka panjang 2.000.000 25.000 20.000
Modal saham 6.000.000 75.000 60.000
Total pasiva 10.000.000 125.000 100.000

Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang,
maka harus dikonversikan ke dalam jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp
80/. Maka akan terlihat bahwa total aset 125.000 dan modal saham 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/, maka akan terlihat bahwa total aset
turun menjadi 10.000 dan modal saham juga turun menjadi 60.000. penurunan
modal saham menunjukan perusahaan mengalami kerugian sehingga modal sahamnya
berkurang nilainya. Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan
akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh perubahan kurs bukan
karena perubahan nilai ekonomis.

2.3.3 Eksposur Operasi


Yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya, Jepang
menjual sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat terhadap Rupiah,
maka harga sepeda motor Honda di Indonesia menjadi lebih mahal dibanding
sebelumnya. Sehingga terjadi penurunan daya saing sepeda motor Honda di Indonesia .

Harga Honda Harga Honda (dalam Harga Honda (dalam


(dalam ) Rp) Rp)
Kurs = 0.0125/Rp Kurs = 0.01/Rp

100.000 Rp. 8.000.000 Rp. 10.000.000

Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah 100.000. jika kurs yen/Rp adalah
0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp. 8.000.000 di Indonesia.
Apabila nilai yen menguat terhadap rupiah menjadi 0.01/Rp maka harga sepeda motor
Honda akan naik menjadi Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di

8
Indonesia semakin mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan
menurunnya arus kas masuk Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan Honda
tetap melakukan pengeluaran input dan tenaga kerja. Maka operasi Honda akan
terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit dengan pengeluaran yang tetap sama.

2.3.4 Eksposur Ekonomi


Yaitu nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.

Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi

Berhubungan dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus berkurang,


mengakibatkan turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran kas menyebabkan harga
saham Honda akan turun. Dengan demikian berarti harga saham Honda rentan terhadap
perubahan kurs.

2.4 Manajemen Perubahan Kurs


2.4.1 Manajemen Eksposur Transaksi
a) Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir
Amerika Serikat. Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3 bulan mendatang.
Keadaan ini sangat rentan terhadap perubahan kurs, apabila rupiah melemah maka ia
akan menderita kerugian. Oleh karena itu dilakukan hedging dengan derivatif dan
instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang, sehingga disebut short
$. Apabila rupiah melemah, maka pemegang Short $ akan mengalami kerugian dan
sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir bisa membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan
jika kurs rupiah melemah, maka pemegang posisi long $ akan memeperoleh
keuntungan dan ia akan rugi di posisi spot-nya.
Alternatif dari forward adalah futures, berarti importir itu akan membeli
kontrak futures dengan posisi long futures $. Alternatif lain adalah dengan
menggunakan opsi call, karena apabila harga pasar aset meningkat maka pemegang
opsi memperoleh keuntungan.

9
b) Money-Market Hedge
Hedging dengan money-market instrument dapat dilakukan apabila instrument
derivatif tidak ada. Contoh : seorang eksportir Indonesia akan memperoleh $1 juta
pada 3 bulan mendatang. Keadaan ini tentu tidak terlepas dari resiko perubahan kurs,
sehingga untuk menghilangkan resiko tersebut dapat dilakukanhedging sebagai
berikut :
Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5 %
T=0 (sekarang) pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.

Dikonversikan ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk memperoleh


rupiah sekitar Rp. 9,52 M

T=3 (3 bulan) memperoleh $1 juta

Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar


sebesar $ 952.381 x (1,05) = $ 1 juta.Ketika ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia
sudah terbebas dari resiko perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs
Rp/$ 3 bulan mendatang, tidak akan berpengaruh terhadap posisinya karena ia sudah
menerima Rp. 9,52 M.
c) Risk Shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari produsen ke
konsumen atau dari konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar menawar
perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan konsumen (misal satu-satunya penjual
atau semua penjual juga mengimpor produk dari luar negri), berarti resiko telah
digeser dari produsen ke konsumen. Sebaliknya apabila posisi konsumen lebih kuat
dibanding produsen maka resiko dapat dialihkan dari konsumen ke produsen.
d) Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan
sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang meminjam Dolar
sekaligus menjual produk ke luar negri (ekspor), maka orang tersebut mempunyai
dolar (long dolar) dan di sisi lain membutuhkan dolar (short dolar). Gabungan antara
kedua keadaan tersebut akan menhasilkan eksposur bersih nol (atau kecil).

10
2.4.2 Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan multinasional mengkonversikan laporan
keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Proses konversi tersebut akan
menimbulkan kerugian ataupun keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi
bisa dilakukan dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di
masa mendatang.
Apabila kurs melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban ditambah.
Sebaliknya apabila kurs menguat maka aset ditambah dan kewajiban dikurangi. Namun
cara seperti ini tidak sepenuhnya dapat menghilangkan resiko karena kita harus
menebak kemana arah pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan menderita
kerugian.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian akibat
perubahan kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat mempunya anak perusahaan di
Indonesia dan memiliki situasi seperti berikut ini :

Dalam Rp. Awal tahun ($) Akhir tahun ($)


Kurs = Rp. Kurs =
5000/$ Rp.10.000/$
Kas 1.000.000 200 100
Piutang Dagang 2.000.000 400 200
Persediaan 2.000.000 400 200
Aktiva tetap 5.000.000 1.000 500
Total Aset 10.000.000 2.000 1.000
Hutang dagang 2.000.000 400 200
Hutang jangka 2.000.000 400 200
panjang
Modal saham 6.000.000 1.200 600
Total pasiva 10.000.000 2.000 1.000

Jika kurs rupiah melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian. Hedging yang bisa dilakukan adalah dengan menjual
rupiah forward. Apabila perusahaan bisa mendapatkan partner yang bersedia menjual
dolarforward 1 tahun dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual
rupiah forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs Rp. 5000/$. Tahun depan nilai modal
saham dalam dolar adalah $1.200, karena perusahaan bisa menjual rupiah dengan kurs
Rp. 5000/$ meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp. 10.000/$.

11
2.4.3 Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan terganggunya
operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat dilakukan dengan cara :
a) Jangka Pendek
Yaitu dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan
perusahaan.
b) Jangka Panjang
Yaitu dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan
kurs. Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut ini :
Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas konsumen
terhadap kurs menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan difrensiasi
terhadap produknya agar menarik konsumen untuk membeli.
Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk
perusahaan ke berbagai negara di dunia.
Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan
memindahkan fasilitas produksinya.
Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual produknya ke
Amerika Serikat dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam
dalam $, sehingga eksposur bersihnya adalah 0.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Untuk dapat melakukan perubahan atas sistem ERP keuangan perusahaan terkait
dengan perubahan mata uang fungsional, diperlukan persiapan yang baik dan terperinci
untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak mengganggu operasional perusahaan.
Diperlukan kerja sama yang intensif diantara manajemen perusahaan, konsultan
teknologi informasi dan external auditor untuk memastikan bahwa proses re-
implementasi ERP SAP dapat berjalan sebagaimana direncanakan. Keberhasilan
perusahaan untuk merubah paradigma para manajemen dan karyawannya terkait
perubahan mata uang fungsional ini menunjukkan bahwa proses persiapan proyek ini
telah dilakukan tepat pada waktunya.

3.2 Saran
Untuk dapat sukses dalam melakukan suatu perubahan yang mendasar di sistem
ERP perusahaan, perusahaan perlu memperhatikan berbagai kepentingan yang dapat
terpengaruh dengan proses implementasi modifikasi ERP keuangannya. Proses migrasi
data termasuk menjalankan 2 sistem yang menggunakan mata uang fungsional yang
berbeda pada saat yang bersamaan hingga pada dimulainya saat go-live sebaiknya
diperhatikan seksama untuk menghindari kesalahan data pelaporan keuangan, mengingat
pentingnya laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan bisnis oleh
manajemen perusahaan. - Makalah Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.akhmadshare.com/2017/11/makalah-pengaruh-perubahan-kurs-valuta-asing.html

http://desynovitasari92.blogspot.co.id/2013/06/resiko-perubahan-nilai-tukarkurs-a.html?m=1

https://widianaambarwati.wordpress.com/2016/06/29/manajemen-risiko-operasional-dan-

risiko-perubahan-kurs/

14

You might also like