Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

BIOMA, Desember 2013 ISSN: 1410-8801

Vol. 15, No. 2, Hal. 73-80

Prediksi Resistensi Udang Vaname (Litopenaus vannamei) terhadap Infectious Hypodermal


and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari Tambak Intensif dan Semi Intensif Jepara
Menggunakan Marka RAPD

Muhammad Mulyadi1, Christina Ratna Handayani2, Hermin Pancasakti Kusumaningrum1


dan Anto Budiharjo1,
1.Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang 50275 Telepon (024)
7474754; Fax. (024) 76480690
2.Laboratorium Biologi Molekuler, Manajemen Kesehatan Hewan Aquatik (MKHA), Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara. Telepon (0291)591125; Fax (0291)591724
Email: kangmulyadie@yahoo.co.id

Abstract
Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Infectious Virus (IHHNV) is the most important DNA
virus which can lead to Runt Deformity Syndrome (RDS) in vaname shrimp. The RAPD technique can be used to
determine the resistance of a species to a disease. This research aimed to screen and identify RAPD markers which
could distinguish the resistance of vaname shrimp to IHHNV reared at intensive and semi-intensive pond. The DNA
template was amplified by PCR using 5 primers : OPA 06, OPA 08, OPA 19, OPD-02 and OPZ-15. The results
showed that only the primer OPA-19 and OPZ-15 were able to produce 100% polymorphic bands with sizes from
400-1700 bp as well as showing the resistance IHHNV in vaname shrimp. Based on these results, vaname shrimp
which reared at the intensive pond were more resistant to IHHNV compared with the semi-intensive pond.

Key words: RAPD, shrimp vaname, IHHNV, intensive & semi-intensive pond

Abstrak
Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) merupakan penyakit viral yang
mengakibatkan kekerdilan pada tubuh udang vaname. Teknik Random Amplified Polymorphisms DNA (RAPD)
merupakan teknik perbanyakan DNA menggunakan marka molekuler tertentu melalui reaksi Polymerase Chain
Reaction (PCR). Teknik tersebut dapat digunakan untuk memprediksi resistensi suatu spesies terhadap suatu
penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi marka RAPD pembeda udang vaname
resisten atau rentan terhadap IHHNV serta untuk memprediksi resistensi udang vaname yang dipelihara di tambak
intensif dan semi intensif terhadap IHHNV. DNA cetakan udang vaname diamplifikasi menggunakan 5 jenis primer
RAPD yaitu OPA-06, OPA-08, OPA-19, OPD-02 dan OPZ-15. Hasil penelitian menunjukkan hanya primer OPA-19
dan OPZ-15 yang mampu menghasilkan pita polimorfik 100% dengan ukuran berkisar 400-1.700 pb. Kedua primer
tersebut mampu menunjukkan resistensi udang vaname terhadap IHHNV. Udang vaname yang dipelihara di tambak
intensif memperlihatkan resistensi yang lebih tinggi terhadap IHHNV dibandingkan dengan tambak semi intensif.

Kata kunci : RAPD, udang vaname, IHHNV, tambak semi intensif, intensif
PENDAHULUAN berbagai negara. Penyakit IHHNV menyebabkan
Udang vaname merupakan salah satu udang menjadi kerdil atau Runt Deformity
komoditas unggulan sektor perikanan di Syndrome (RDS) dan berbagai cacat kutikula
Indonesia. Masalah utama yang dihadapi dalam udang khususnya pada daerah rostum, antenna,
pengembangan budidaya udang vaname adalah dada dan abdomen (Kalagayan et al. 1991).
penyakit viral yang sampai saat ini belum dapat Penyakit IHHNV dapat menyerang semua stadia
diatasi sampai tuntas (Dwinanti, 2006). Infectious hidup udang, baik telur, larva, post larva, juvenil
Hypodermal and Hematopoetic Necrosis Virus maupun stadia dewasa. Udang yang telah sembuh
(IHHNV) merupakan salah satu jenis virus yang dapat menjadi carier IHHNV sepanjang hidupnya
menyerang tambak udang vaname secara luas di (Motte at al., 2003).
Teknik PCR merupakan cara terbaik untuk suspensi disentrifugasi sebanyak dua kali dengan
mendeteksi agen infeksi yang sulit ditemukan kecepatan 3000 g selama 20 menit dan 8000 g
(Campbell et al., 2010). Teknik ini dibutuhkan selama 30 menit, kemudian suspensi disaring
sebagai metode deteksi dini beberapa jenis agen dengan kertas saring miliophore 0,45 m
penyakit seperti virus dan sebagai upaya (Hameed et al.,1998).
pencegahan dan pengendalian penyakit sehingga
tidak terjadi kematian yang tidak terkendali pada Inokulasi IHHNV dan Uji Tantang Udang
budidaya udang vaname (Sriwulan et al., 2012). Vaname
Teknik RAPD merupakan teknik biologi Penelitian ini dibuat dengan 3 jenis perlakuan
molekuler yang secara ekstensif dapat digunakan dengan jumlah ulangan tiap perlakuan sebanyak 3
untuk mengidentifikasi marka genetik tertentu ekor udang vaname. Uji tantang dilakukan selama
untuk menguji resistensi suatu hewan atau 6 hari dalam akuarium. Perlakuan tersebut antara
tumbuhan terhadap suatu penyakit (Karp et al., lain:
1996). Hizer et al. (2002) berhasil memprediksi a) Udang vaname asal tambak intensif A1 dan
resistensi udang L. stylirostris terhadap IHHNV A2 BBPBAP Jepara sebagai kontrol negatif
menggunakan marka RAPD. IHHNV;
Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi dan b) Udang vaname asal tambak semi intensif dari
mengidentifikasi primer RAPD pembeda udang daerah Mlonggo Jepara. Sampel tersebut
vaname (L. vannamei) resisten atau sudah terdeteksi positif terinfeksi IHHNV
rentan terhadap IHHNV dan untuk memprediksi sejak pertama kali diambil dari tambak.
resistensi antara udang vaname yang c) Udang vaname asal tambak intensif A1 dan
dibudidayakan di tambak semi intensif dan A2 BBPBAP Jepara (negatif IHHNV) yang
tambak intensif terhadap IHHNV. diinjeksi dengan inokulum IHHNV sebanyak
30 L di antara ruas ekor udang bagian kedua
Materi dan Metode atau ketiga.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Ekstraksi DNA Udang Vaname
antara lain adalah udang vaname, fenol, Ekstraksi DNA udang vaname yang telah
Proteinase K (10 mg/mL), sodium dodesil sulfat diujitantang dilakukan dengan menggunakan
(sds) 1%, kloroform: isoamil alkohol (24:1 v/v), metode fenol (OIE, 2009 dan SNI, 2009).
alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 70%,
nuclease free water, 5 X PCR bufer, 50 mm Amplifikasi DNA Udang Vaname untuk
MgCl2, 200 M dNTP mix, Taq DNA polymerase, Mendeteksi IHHNV (SNI, 2009).
Tris-HCl, 0,5 M EDTA pH 8, agarosa, EtBr (10 Total volume untuk tiap master mix PCR
mg/mL), loading buffer, Tris Boric EDTA, 100 pb adalah sebanyak 25 L yang terdiri dari: 15,875
DNA Ladder, akuades, akuabides, NaOH, primer L destilated water, 5 L 5x PCR bufer, 1,5 L
untuk deteksi IHHNV: primer forward 389F dan 25mM MgCl2, 0,5 L dNTP mix (10mM), 0,5 L
primer reverse 389R (SNI, 2009), Primer RAPD: primer 389 F (10mM) 0,5 L, primer 389 R
OPA-06, OPA-08, OPA-19, OPD-02 dan OPZ-15 (10mM) (Tabel 1), 0,125 L Taq DNA
(Hizer et al., 2002). polymerase dan 1 L DNA cetakan. Pengaturan
suhu PCR: inisiasi denaturasi (95oC, 5 menit),
Pembuatan Inokulum IHHNV denaturasi (95oC, 30 detik), annealing (55oC, 30
Inokulum IHHNV (20 mg/ml) dibuat dengan detik), inisiasi elongasi (72oC, 1 menit) dan
cara menggerus 1 gram insang dan kaki renang final elongasi (72oC, 7 menit). Siklus diulang
udang vaname positif IHHNV dan dilarutkan sebanyak 35 x.
dalam 10 mL air laut steril (konsentrasi 10%),
BIOMA, Desember 2013 ISSN: 1410-8801
Vol. 15, No. 2, Hal. 73-80

Tabel 1. Primer yang digunakan untuk mendeteksi skoring pita yang muncul yang akan diterjemahkan
IHHNV (OIE, 2009). ke dalam data biner. Penerjemahan data biner
didasarkan ada atau tidaknya pita yang terbentuk,
Pri nilai 1 untuk pita yang muncul dan 0 bila tidak ada
Urutan Basa Primer
m
(5 ke 3) pita yang muncul.
er
38 CGG AAC ACA ACC CGA CTT TA
9 Hasil dan Pembahasan
F Berdasarkan hasil pengamatan gejala klinis
38 GGC CAA GAC CAA AAT ACG AA yang dilakukan selama masa uji tantang,
9 perubahan tingkah laku dan morfologi udang
R vaname hanya terjadi pada sampel yang berasal
dari tambak semi intensif (positif IHHNV) dan
Amplifikasi DNA menggunakan Marka RAPD- tambak intensif yang diinjeksi dengan IHHNV
PCR (Hizer et al., 2002) (Tabel 3). Perubahan tingkah laku udang vaname
Total volume untuk tiap master mix RAPD- tersebut sama halnya seperti yang disebutkan oleh
PCR adalah sebanyak 30 L yang terdiri dari: Lightner et al. (1996) udang yang terserang
14,75 L H2O, 5 L 5X PCR Buffer, 2,5 L IHHNV akan menunjukkan gejala klinis berupa
MgCl2, 0,5 L dNTP mix, 1 L primer RAPD udang sering naik ke permukaan air, jarang
(Tabel 2), 0,25 L Taq DNA polimerase dan 1 L bergerak dan sering berputar-putar sebelum
DNA cetakan. Pengaturan suhu PCR thermocycler akhirnya tenggelam ke dasar tambak, kulit udang
antara lain: inisiasi denaturasi (95oC, 2 menit), akan terlihat putih keruh dan rostum yang
denaturasi (94oC, 40 detik), annealing (37oC, 45 membengkok. Penurunan aktivitas gerak diduga
detik), inisiasi elongasi (72oC, 1,5 menit) dan final akibat dari kurangnya energi, sebab respon
elongasi (72oC, 7 menit). Siklus diulang sebanyak terhadap pakan mengalami penurunan sehingga
40 x. Produk hasil amplifikasi selanjutnya pasokan energi untuk aktivitas berkurang.
dielektroforesis menggunakan 2% gel agarosa
dengan 0,5 g/mL EtBr pada voltase 30-35 V BAHAN DAN METODE
selama 2,5 jam. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian adalah sawah organik
Tabel 2. Primer RAPD untuk memprediksi resistensi yang ditanami padi terus menerus sepanjang tahun,
udang vaname terhadap IHHNV (Hizer et al., seluas 1 hektar bersertifikat nasional, terletak di
2002). Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang (Kelompok Tani : Green Grow).
Urutan Penelitian ini merupakan bagian dari
Ukuran % Tm
Primer basa Primer
(pb) GC (0C) penelitian disertasi yang sedang dilaksanakan.
(5-3)
Pada penelitian disertasi yang dilakukan data
OPA-06 990 GGTCCCTGAC 70 34
OPA-08 600 GTGACGTAGG 60 32
diambil dalam rentang waktu tiga kali tanam padi
OPA-19 875 CAAACGTCGG 60 32 secara berturutan selama satu tahun, sedang
OPD-02 850 GGACCCAACC 70 34 penelitian ini mengambil bagian di musim tanam
OPZ-15 790 CAGGGCTTTC 60 32 ketiga.

Analisis Data Cara Kerja


Hasil amplifikasi PCR yang telah Untuk mengetahui keragaman jenis dan
dielektroforesis berupa pita-pita dianalisis secara kelimpahan populasi penggerek batang padi dan
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif serangga lain berpotensi hama nokturnal di lokasi
dilakukan dengan cara menghitung kisaran ukuran penelitian serta fluktuasinya dari waktu ke waktu,
pita DNA, jumlah pita yang teramplifikasi dan dilakukan pengambilan sampel serangga dewasa
persentase pita polimorfik dan monomorfik. pada tanaman padi fase vegetatip dan fase
Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara generatip di ekosistem sawah organik pada waktu
malam hari. Pengamatan dan pengambilan sampel Penggerek batang padi (Diurnal)
serangga dewasa dilakukan setiap 2 minggu sekali
5

jumlah individu
selama musim tanam padi sejak pindah tanam. 4
Pengambilan sampel penggerek batang padi dan 3
2
Scirpophaga
incertulas
serangga lain berpotensi hama dewasa 1
0
menggunakan 5 buah perangkap lampu yang t if t if t if t if if
ta ta ta uk kt an an ro
dipasang secara diagonal di tengah-tengah areal ge ge ge du ak ak be
od ro as as
ve ve ve e pr p m m
r re pe pe
sawah sepanjang malam (dipasang mulai
fase pertumbuhan tanaman padi
menjelang malam hingga pagi hari), dengan
frekuensi pengambilan satu kali pada pagi hari.
Sampel penggerek batang padi dan serangga lain Gambar 1. Jenis penggerek batang padi yang ditemukan
berpotensi hama dewasa yang diperoleh dikoleksi
dalam botol koleksi berisi alkohol 70% dan diberi Jenis penggerek batang padi yang
label nomer koleksi, waktu pengambilan, lokasi ditemukan di ekosistem sawah organik (Gambar 1)
pengambilan dan kondisi cuaca. Pengambilan adalah penggerek batang padi kuning Scircophaga
sampel penggerek batang padi dan serangga lain incertulas yang tertangkap dengan light traps
berpotensi hama diurnal dewasa menggunakan (nocturnal) maupun sweep net (diurnal),
jaring ayun pada 5 titik secara diagonal di tengah- sedangkan penggerek batang padi merah jambu
tengah areal sawah (mengikuti titik diagonal Sesamia inferens hanya tertangkap dengan light
perangkap lampu), dengan frekuensi pengambilan traps. Penggerek batang padi kuning dapat
satu kali pada pagi hari (Dent & Walton, 1997; dijumpai berfluktuasi pada semua fase
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pertumbuhan tanaman padi. Sedangkan penggerek
Direktorat Jendral Tanaman Pangan Departemen batang padi merah jambu hanya dijumpai kadang-
Pertanian, 2008). kadang dengan jumlah yang sedikit.
Keragaman jenis dihitung dengan
menggunakan rumus Shannon Wiener (H= - 2. Keragaman jenis serangga berpotensi hama
(ni/N ln ni/N) (Brower, Zar & von Ende. 1997). Jenis serangga lain berpotensi hama yang
Kelimpahan jenis dihitung secara relatif dengan ditemukan di ekosistem sawah organik yang
menggunakan rumus Di = ni/N x 100%. Data tertangkap dengan light trap berkisar antara 10
kelimpahan jenis ini dapat digunakan untuk 20 jenis, keragaman jenis tertinggi pada fase
menghitung dominansi jenis. Pemerataan pertumbuhan tanaman padi generatip, sedangkan
persebaran dihitung menggunakan indks yang tertangkap dengan sweep net berkisar antara
pemerataan persebarab e = H'/H max (Brower, Zar 15 25 jenis dengan keragaman jenis tertinggi
& von Ende. 1997). pada awal fase generatif pertumbuhan tanaman
padi (Gambar 2). Jenis serangga yang berpotensi
HASIL DAN PEMBAHASAN hama pada ekosistem sawah organik antara lain
1. Keragaman jenis penggerek batang padi adalah jenis-jenis grasshopper (Acrididae,
keragaman Penggerek Batang Padi (Nocturnal) Tettigonidae), planthopper (Cicadellidae),
leafhopper (Delphacidae), rice ear bug (Alydidae)
25
jumlah individu

20 Scirpophaga dan rice stem borrer (Noctuidae).


15 incertulas O
10 Sesamia sp O
5
0
tif atif atif ktif ktif an an ro
ta t t u u k k be
ge ge ege rod rod a sa a sa
ve ve v ep ep m m
r r pe pe
fase pertumbuhan tanaman padi
Kajian Daya Dukung Ekowisata 5

Jumlah jenis (Nocturnal) tanaman padi dan kemudian menurun pada akhir
fase vegetatif, selanjutnya meningkat lagi pada
20
awal fase reproduktif tanaman padi kemudian
jumlah jenis

15
10 Jumlah jenis menurun sampai akhir fase pemasakan (panen)
5 tanaman padi. Sedangkan dengan sweep net,
0
t if t if t if t if if
kelimpahan individu populasi serangga berpotensi
kt an an ro
ta ta ta uk ak ak be
ve
ge
ve
ge ge
ve e pr
od
pro
du
as as
hama berkisar antara 50 200 individu.
r re m m
pe pe Kelimpahan individu sejak awal fase vegetatif
fase pertumbuhan tanaman padi
tanaman padi meningkat hingga awal fase
reproduktif tanaman padi, yang selanjutnya akan
Jumlah jenis serangga (Diurnal)
terus menurun hingga akhir fase pemasakan
30 (panen) tanaman padi (Gambar 3).
jumlah jenis

25
20
15 Jumlah jenis
10
5
4. Indeks H dan indeks e
0 Pada Gambar 4 nampak bahwa indeks
t if t if t if t if t if an an ro
ge
ta
ge
ta ta
ge rod
uk
od
uk ak ak be keanekaragaman jenis (H) serangga berpotensi
v e v e v e p pr as as
re re pe
m
pe
m hama pada ekosistem sawah organik relatif tinggi
fase pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 1,5 2,5, dan hampir sama dari
waktu ke waktu selama fase pertumbuhan tanaman
Gambar 2. Keragaman jenis serangga hama di
ekosistem sawah organik padi, baik yang tertangkap dengan light trap
maupun yang tertangkap dengan sweep net. Ini
berarti bahwa pada ekosistem sawah organik
3. Kelimpahan serangga berpotensi hama
tersebut cukup stabil dalam menunjang kehidupan
Jumlah individu (Nocturnal)
serangga bepotensi hama, yang dikarenakan oleh
300 kontinuitas penanaman padi sepanjang tahun
jumlah individu

250
200 dengan 3 kali musim tanam padi tanpa sela. Bagi
150 Jumlah individu
100 serangga berpotensi hama tanaman padi, sistem
50
0 tanam padi-padi-padi sepanjang tahun tanpa sela,
t if t if t if t if t if n n ro
ta ta
ge ege ege rod
ta uk d uk aka aka be akan menjadi peluang untuk hadir secara kontinu
v e v v p p ro as as
re re pe
m
pe
m
dalam memperoleh energi.
fase pertumbuhan tanaman padi Indeks pemerataan persebaran individu
(Gambar 4) serangga-serangga berpotensi hama
Jumlah Individu serangga (Diurnal)
pada ekesistem sawah organik juga relatif tinggi,
250 berkisar antara 0,6-0.9, yang mengindikasikan
jumlah individu

200
150
bahwa persebaran inidividu dalam jenis relatif
Jumlah Individu
100 merata sehingga tidak ada dominansi jenis
50
0 terhadap jenis yang lain. Mereka dapat
t if t if t if t if t if n n ro memanfaatkan tanaman padi organik tersebut
ta ta ta uk d uk aka aka be
ge ege ege rod ro as as
ve v v p p m m untuk membangun besar populasi secara bersama-
re re pe pe
fase pertumbuhan tanaman padi sama dengan peluang yang sama, dengan demikian
tidak ada dominansi satu jenis terhadap jenis
Gambar 3. Kelimpahan populasi serangga berpotensi lainnya.
hama di ekosistem sawah organik

Kelimpahan individu populasi serangga


berpotensi hama di ekosistem sawah organik yang
tertangkap dengan light trap berfluktuasi, berkisar
antara 50 250 individu. Kelimpahan individu
meningkat pada pertengahan fase vegetatip
indeks keanekaragaman dan indeks pemerataan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
(Nocturnal) Universitas Diponegoro Nomor DIPA-
023.04.2.189815/2013 tanggal 05 Desember 2012.
2.50
2.00
1.50 Indeks H'
1.00
0.50
Indeks e DAFTAR PUSTAKA
0.00
Brower, Zar & von Ende. 1997. Field and
t if t if t if t if t if an an ro
ta ta ta uk uk ak ak be Laboratory Methods for General Ecology.
ege ege ege rod rod as as
v v v p p m m
re re pe pe WCB. McGraw Hill. Boston.
fase pertumbuhan tanaman padi Dent & Walton, 1997. Methods in Ecological and
Agricultural Entomology. CAB
indeks keanekaragaman dan indeks pemerataan
(diurnal)
International.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
3.00 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2.50
2.00
1.50
Indeks H' Departemen Pertanian. 2008. Pedoman
1.00
0.50
Indeks e Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan
0.00 Tanaman Pangan. Departemen Pertanian.
if if if if if ro
at at at kt kt an an Jakarta.
get get get du du ak ak be
ve ve ve pro pro as as
re re pe
m
pe
m Hattori and Siwi, 1986. Rice Stem Borers in
fase pertumbuhan tanaman padi Indonesia. Dalam Direktorat Jendral
Pertanian Tanaman Pangan, Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman (2007) Pedoman
Gambar 4. Indeks keanekaragaman dan indeks
pemerataan persebaran populasi
Teknis Pengendalian Hama dan Penggerek
serangga berpotensi hama di ekosistem Batang Padi. Departemen Pertanian, Jakarta.
sawah organik IFOAM, 2005. Principles of Organic Abriculture.
International Federation of Organic
KESIMPULAN Agriculture Movements (IFOAM).
1. Penggerek batang padi yang ditemukan adalah Germany
penggerek batang padi kuning dan kadang- Kalshoven, LGE, 1981. The pest of crops in
kadang penggerek batang padi merah jambu Indonesia. PT Ichtiar Baru, Jakarta
2. Keanekaragaman serangga berpotensi hama di Kunia, K, 2011. Pertanian Organik, teknologi
ekosistem sawah organik relatif tinggi terutama ramah lingkungan.
pada saat tanaman padi memasuki fase http://kunia.wordpress.com.
reproduktif Mutiarawati, T, 2006. Kendala dan Peluang Dalam
3. Kelimpahan populasi serangga berpotensi hama Produksi Pertanian Organik di Indonesia.
di ekosistem sawah organik relatif melimpah Makalah Ilmiah Fakultas Pertanian
terutama pada saat tanaman padi memasuki Universitas Padjadjaran Bandung
fase reproduktif Siwi, SS. 1979. Identifikasi Penggerek Batang
4. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan Padi Di Indonesia. Konggres Entomologi I.
populasi serangga berpotensi hama pada Jakarta
ekosistem sawah organik relatif stabil dan Soehardjan, M. 1983. Dinamika Populasi
merata persebarannya. Penggerek Kuning Padi Tryporiza
incertulas (Walker) (Pyralidae,
UCAPAN TERIMA KASIH Lepidoptera). Disertasi Institut Teknologi
Penulis mengucapkan banyak terima kasih Bandung.
pada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Soejitno, J. 1986. Pengaruh Serangan Penggerek
Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Padi Kuning Tryporiza incertulas (Walker)
(DitlitabmasDikti) Kementerian Pendidikan dan Pada Berbagai Umur Tanaman Terhadap
Kebudayaan, Tahun Anggaran 2013, melalui Kerusakan Tanaman Padi. Lembaga
Penelitian Pertanan. Bogor.
Kajian Daya Dukung Ekowisata 5

Standar Nasional Indonesia. 2002. Sistem Pangan L. Var IR-64 Pada Pertanaman Musim
Organik. SNI 01-6729-2002. Hujan di Banguntapan Bantul. Tesis
Sutanto, R, 2002. Pertanian Organik, menuju Fakultas Biologi UGM.
pertanian alternatif dan berkelanjutan. Urip S, 2009. Pengembangan model peramalan
Kanisius Yogyakarta. hama penggerek batang padi kuning.
Sutarna, 1999. Perkembangan Populasi Penggerek http://saungurip.blogspot.com.
Batang Padi Scirpophaga incertulas
(Walker) Pada Tanaman Padi Oryza sativa

You might also like