Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314

Volume 7, Nomor 1 April 2015


Halaman: 2936

Profil Reproduksi Jantan Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769)


Galur Wistar Stadia Muda, Pradewasa, dan Dewasa
LAKSMINDRA FITRIA*1, MULYATI1, CUT M. TIRAYA2 DAN ANDREAS S. BUDI2
1Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta
2Mahasiswa Fakultas Biologi UGM Yogyakarta

Diterima: tanggal 17 Maret 2015 - Disetujui: tanggal 10 April 2015


2015 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

Reproductive biology is one of prominent studies in biomedical research. Disruption in reproductive system
becomes a major problem both in humans and animals. Preclinical study using animal model is therefore needed
to initiate clinical studies and diagnostic purposes. Wistar rats are commonly used for research in male and female
reproductive system due to their representation of mammal biological system. For that purpose, their reproductive
age must be determined to meet the aim of studies. This research was carried out to provide reproductive profile of
normal male Wistar rats from different ages, furthermore categorizing them into three checkpoints: young,
subadult, and adult. Variables observed including: body mass, testosterone level, reproductive glands index,
spermatogenesis, and sperm analysis. Results demonstrated that body mass, testosterone level, and reproductive
glands index increase with age (significant at the age of 67 weeks). Spermatogenesis is initiated at the age of 7
weeks, characterized by significant increase in the number of spermatogenic cells which then maintained at
subsequent ages. Spermatozoa has been produced at the age of 6 weeks, however still in low concentration,
immotile, and not viable. The quantity and quality of sperm also increase with age. At the age of 89 weeks, sperm
concentration significantly increases, progressive movement occurs, and viability is close to 100 %. In conclusion,
rats aged 45 weeks can be categorized as young, sexually immature; rats aged 67 weeks are subadult, the
reproductive system has well-developed (puberty) but spermatozoa are still immotile (infertile); rats aged 89
weeks are adult, sexually mature, and ready for mating, thus suitable as animal model for the study of
reproductive system.

Key words: Wistar rats, reproductive system, testosterone, spermatogenesis, spermatozoa.

PENDAHULUAN permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo


(Hewitt et al., 1989; Iheidioha et al., 2012). Tikus
Biologi reproduksi merupakan topik penting (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal
dalam penelitian biomedis. Gangguan fungsi sebagai tikus putih adalah hewan yang paling
reproduksi menjadi salah satu permasalahan sering digunakan sebagai model dalam penelitian
mendasar baik pada manusia maupun hewan. biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem
Keberadaan hewan model (hewan coba) sangat biologis mammal, maka hewan ini tepat untuk
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan- dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian
praklinik. Salah satu galur yang paling banyak
digunakan adalah tikus Wistar (Wistarat) yang
mulai dikembangbiakkan di Wistar Institute sejak
* Alamat korespondensi:
Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi, UGM
1906 (Sengupta, 2013).
Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281. Pemilihan umur hewan coba sangat penting
Telp/Faks. (0274) 580839. e-mail: laksmindraf@ugm.ac.id karena menentukan arah penelitian. Umur hewan
30 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 7(1): 2936

harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. vesikula seminalis, kelenjar koagulasi, prostat,
Penentuan umur biologis pada tikus sebagai bulbouretralis (kelenjar Cowper), dan ampula
model untuk dikorelasikan dengan manusia masih (Gambar 1). Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan
menjadi perdebatan. Berat badan jelas tidak dapat berbagai sekret yang berperan dalam transportasi
digunakan sebagai patokan. Sejumlah penelitian spermatozoa, buffer, suplai nutrien dan substrat
telah dilakukan, antara lain dengan mem- metabolik untuk kehidupan spermatozoa
bandingkan berat lensa mata, pertumbuhan gigi terutama motilitas dan fertilitas, fungsi lubrikasi,
geraham, penghitungan lapisan endosteal tibia, dan membentuk vaginal plug. Sekret yang
pertumbuhan muskulo-skeletal dan penutupan dihasilkan accessory sex glands bersama-sama
epifisis, dan lainlain, namun belum diperoleh dengan spermatozoa dan sekret epididimis
hasil yang memuaskan (Sengupta, 2013). disebut semen (Chughtai et al., 2005; Gofur et al.,
Penentuan umur reproduktif pada tikus oleh 2014).
Sengupta (2013) adalah dengan cara mempelajari Spermatogenesis berlangsung di dalam
fase-fase kehidupan dan perilakunya. Beberapa tubuli seminiferi testis. Spermatogonia, sperma-
fase tersebut antara lain adalah: rentang hidup tosit, dan spermatid berasosiasi secara spesifik
antara 2,03,5 tahun, mulai disapih saat umur 3 membentuk siklus spermatogenik atau staging
minggu (21 hari), fase kematangan seksual atau yang bervariasi antarspecies. Spermatogenesis
pubertas mulai umur 6 minggu (4060 hari), fase meliputi beberapa fase, yaitu: mitosis, meiosis,
pradewasa saat umur 6370 hari, fase kematangan spermiogenesis, golgi, capping, acrosomal, dan
sosial saat umur 56 bulan (160180 hari), dan fase maturasi (Hess & de Franca, 2008). Spermatozoa
penuaan saat umur 1524 bulan. sebagai produk spermatogenesis mengalami
Data biologis yang disajikan oleh suatu migrasi dari tubuli seminiferi testis menuju
animal house atau referensi lain seperti buku teks epididimis untuk maturasi dan disimpan
dan jurnal penelitian yang bersifat umum hanya sementara. Stimulasi menyebabkan sebagian
merupakan panduan saja (guideline). Faktor spermatozoa dialirkan melalui vas deferens
pemeliharaan dan faktor lingkungan yang menuju ampula untuk ditambahkan cairan dari
berbeda akan memberikan data yang berbeda pula accessory sex glands membentuk semen yang siap
(Harlan Lab Inc., 2011). Oleh karena itu
diperlukan data biologis lokal sesuai dengan
tempat hewan coba diperoleh.
Testis merupakan kelenjar utama dalam
sistem reproduksi jantan yang bertanggung jawab
terhadap produksi gamet jantan atau spermatozoa
(spermatogenesis) dan sintesis hormon jantan atau
androgen (steroidogenesis). Testis berjumlah
sepasang, terletak di inguinal, tersimpan dalam
kantung skrotum. Pada mammal, testis turun dan
keluar dari rongga abdomen (peritoneal) menuju
posisi ekstrakorporeal dan akhirnya masuk ke
dalam skrotum (inguinoskrotal). Proses ini dikenal
sebagai descensus testiculorum yang dikendalikan
oleh androgen. Dengan posisi ini temperatur testis
menjadi lebih rendah daripada temperatur tubuh
(sekitar 24 C) yang diperlukan untuk spermato-
genesis (Hughes & Acerini, 2008).
Selain testis, terdapat kelenjar-kelenjar Gambar 1. Skematis struktur kelenjarkelenjar re-
kelamin pelengkap (accessory sex glands), yaitu: produksi pada tikus jantan (Wallis, 1974).
FITRIA et al., Profil Reproduksi Jantan Tikus 31

diejakulasikan (OECD, 2008). produksi jantan meliputi: berat badan, kadar


Testosteron sebagai androgen utama yang testosteron, indeks kelenjar-kelenjar reproduksi,
diproduksi oleh sel-sel interstitial Leydig, spermatogenesis, dan analisis spermatozoa.
berperan dalam regulasi spermatogenesis, yaitu Tikus dianestesi menggunakan ketamin
memacu pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel Ketalar dosis 50 mg/kg bb yang diinjeksi secara
spermatogenik. Di samping itu testosteron juga intramuskular kemudian diukur berat badannya
berperan dalam menstimulasi pertumbuhan serta menggunakan timbangan hewan digital Ohauss.
memelihara struktur dan fungsi organ-organ Darah diambil dari sinus retro-orbitalis kemudian
reproduksi (termasuk saluran dan kelenjar), serta dipisahkan serumnya menggunakan micro-
memunculkan dan mempertahankan ciri kelamin centrifuge Costar dengan kecepatan 10.000 rpm.
jantan sekunder (Gofur et al., 2014). Serum digunakan untuk mengukur kadar
Gangguan hormonal sangat berpengaruh testosteron total menggunakan kit ELISA (DRG
terhadap struktur dan fungsi sistem reproduksi, EIA-1559). Tikus kemudian dibedah, testis dan
terutama kelenjar-kelenjar reproduksi. Pada accessory sex glands (vesikula seminalis, prostat,
kondisi normal, organ-organ tersebut memiliki dan bulbouretralis) diambil, dibilas dengan
struktur dan fungsi yang bervariasi. Dalam rangka larutan garam fisiologis (NaCl 0,9 %). Masing-
evaluasi suatu kondisi patologis, peneliti harus masing organ kemudian ditimbang beratnya
dapat membedakan antara perubahan struktur menggunakan timbangan analitik digital
dan fungsi dari variasi normal tersebut (OECD, Shimadzu untuk ditentukan indeksnya ber-

2008). Oleh karena itu profil normal sistem dasarkan rumus Barber & Black (2006) yang telah
reproduksi suatu species harus ditentukan sebagai dimodifikasi:
baseline. Penelitian ini bertujuan untuk Berat organ (g)
menyediakan baseline profil reproduksi normal Indeks organ = 100
tikus Wistar jantan dari berbagai umur, Berat badan (g)
selanjutnya mengelompokkannya menjadi tiga Testis difiksasi dalam larutan Bouin dan
kategori: muda, pradewasa, dan dewasa. diproses untuk pembuatan preparat histologis
metode parafin dengan pewarnaan Ehrlichs
Hematoxylin & Eosin (McManus & Mowry, 1960).
METODE PENELITIAN Preparat diiris menggunakan rotary microtome
dengan tebal irisan 4 m untuk pengamatan
Tikus Wistar diperoleh dari Laboratorium spermatogenesis dengan cara mencacah secara
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas manual spermatogonia, spermatosit, dan
Gadjah Mada (LPPT-UGM Unit IV), Yogyakarta. spermatid pada tubuli seminiferi stage VII (OECD,
Pemeliharaan telah diupayakan memenuhi kaidah 2008).
kesejahteraan hewan coba atau animal welfare Semen dari vas deferens dikeluarkan dengan
(Carlsson, 2008). Umur tikus yang dipilih adalah masssage kemudian dihomogenisasi dalam 12 mL
49 minggu, dengan jumlah individu 5 ekor untuk Hanks Balanced Salt Solution (HBSS) bersuhu 34 C
masing-masing kelompok umur. Pemilihan (Kempinas & Lamano-Carvalho, 1988; Kempinas
kelompok umur tersebut dengan pertimbangan et al., 1998). Konsentrasi dan kecepatan motilitas
bahwa anakan mulai disapih (dipisahkan dari spermatozoa ditentukan menggunakan bilik
induknya) saat umur 3 minggu sehingga hewan hitung double improved Neubauer, sesuai dengan
muda masih butuh waktu penyesuaian untuk Hafez (1993) dan Salisbury et al. (1985). Sisa
hidup mandiri. Sementara itu, tikus yang berumur suspensi spermatozoa diwarnai dengan larutan
lebih dari 9 minggu sudah memiliki status Giemsa 3 % untuk pengamatan morfologi
reproduksi yang matang dan stabil (Lanning et al., spermatozoa (Soehadi & Arsyad, 1982) dan
2002; Sengupta, 2013). Variabel pengamatan viabilitas spermatozoa (Partodihardjo, 1982). Data
pertumbuhan dan perkembangan sistem re- yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan di-
32 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 7(1): 2936

analisis secara statistik berdasarkan ANOVA dan Namun demikian, dapat diterapkan juga pada
DMRT (p<0,05) menggunakan SPSS v.16.0. mammal dalam kaitannya dengan pertambahan
umur seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Pengukuran berat dan indeks kelenjar-
HASIL DAN PEMBAHASAN kelenjar reproduksi menunjukkan pola yang sama
dengan hasil pengukuran berat badan. Berat dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring indeks sepasang testis (hasil pengukuran untuk
pertambahan umur, terjadi peningkatan berat testis kanan dan kiri relatif sama), demikian juga
badan secara nyata (Tabel 1). Umur 47 minggu berat dan indeks accessory sex glands mengalami
merupakan masa pertumbuhan, di mana terjadi peningkatan seiring pertambahan umur dan berat
pertambahan berat badan yang pesat. Selanjutnya badan (peningkatan nyata pada umur 67
adalah masa perkembangan, di mana peningkatan minggu), kecuali pada bulbouretralis. Per-
berat badan tetap terjadi namun tidak nyata tumbuhan kelenjar bulbouretralis relatif stabil dan
sebagaimana pada masa pertumbuhan. Peningkat- konstan seiring pertambahan umur, ditunjukkan
an berat badan diikuti dengan peningkatan kadar dengan peningkatan yang tidak nyata (Tabel 2).
testosteron yang nyata pula. Berat badan tikus Pada rodensia, kelenjar Cowper baru berperan
Wistar jantan dan betina pada awal kehidupan aktif saat terjadi aktivitas seksual. Selain berfungsi
sebelum terjadi kematangan seksual atau untuk lubrikasi uretra sebelum proses ejakulasi,
prapubertas (umur 35 minggu) relatif sama. kelenjar ini juga berperan dalam koagulasi semen
Seiring pertambahan umur, berat badan tikus (Chughtai et al., 2005). Berbeda dari mencit (Mus
jantan akan lebih cepat meningkat dibandingkan musculus), pada tikus kelenjar ini berukuran kecil
tikus betina (Harlan Lab Inc., 2011). Hal ini dan sulit ditemukan karena terbenam dalam
merupakan efek anabolik androgen yang memacu jaringan di sekitarnya.
metabolisme dan proses-proses fisiologis tubuh. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
Produksi testosteron endogen dipengaruhi oleh ada korelasi positif antara berat badan,
umur. Hewan muda memproduksi sedikit pertumbuhan kelenjar-kelenjar reproduksi, dan
testosteron yang akan terus meningkat pada fase kadar testosteron. Pertumbuhan dan aktivitas
dewasa dan selanjutnya menurun kembali seiring kelenjar-kelenjar reproduksi sangat dipengaruhi
pertambahan umur dan penuaan (Gofur et al., oleh kadar androgen sehingga morfometri dan
2014). aktivitasnya dapat digunakan sebagai indikator
Pengukuran berat badan saja tidak dapat perubahan kadar androgen (OECD, 2008; Gofur et
digunakan sebagai patokan untuk menentukan al., 2014). Penelitian oleh Gofur et al. (2014) pada
status reproduksi suatu individu meskipun berat kambing normal, kambing kastrasi, dan kambing
badan secara langsung dipengaruhi oleh yang diinjeksi testosteron menunjukkan adanya
testosteron (Sengupta, 2013). Pengukuran berat perbedaan yang signifikan pada morfometri dan
dan indeks organ-organ spesifik jantan yang fisio-biokimia vesikula seminalis, prostat, dan
menjadi target testosteron oleh karena itu bulbouretralis. Penelitian oleh Neves et al. (2013)
diperlukan, yaitu kelenjar-kelenjar reproduksi pada domba dan penelitian oleh Raeside et al.
yang terdiri dari gonad (testis) dan accessory sex (1997) pada babi juga memberikan hasil yang
glands. Perhitungan indeks gonadosomatik (IGS) sama. Peningkatan berat badan, kadar testosteron,
digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan dan dan pertumbuhan kelenjar-kelenjar reproduksi
perkembangan sistem reproduksi yang berkorelasi yang nyata pada kelompok umur 67 minggu
dengan tingkat kematangan seksual (Barber & mengindikasikan bahwa kisaran umur tersebut
Black, 2006). Perhitungan IGS pada umumnya merupakan awal dari fase kematangan seksual
dilakukan pada ikan, amfibi, unggas, dan hewan- atau dewasa awal (pubertas).
hewan avertebrata yang memiliki musim kawin.
FITRIA et al., Profil Reproduksi Jantan Tikus 33

Pengamatan spermatogenesis dengan cara peningkatan nyata spermatogonia pada umur 5


mencacah masing-masing perkembangan sel-sel minggu, fluktuatif hingga umur 7 minggu (tidak
spermatogenik menunjukkan bahwa terjadi nyata), dan selanjutnya dipertahankan stabil

Tabel 1. Berat badan, berat dan indeks testis dan accessory glands, serta kadar testosteron pada tikus Wistar
umur 49 minggu.
Sepasang testis Accessory sex glands* Kadar
Umur Berat badan
testosteron serum
(minggu) (g) Berat (g) Indeks (%) Berat (g) Indeks (%)
(ng/mL)
4 62,36a3,82 0,51a0,08 0,82a0,16 0,17a0,01 0,27a0,15 0,14a0,03
5 94,86b9,26 0,80b0,12 0,84b0,13 0,24b0,03 0,25b0,29 0,35b0,05
6 163,50 13,09
c 1,83 0,23
c 1,12 0,09
c 0,80 0,10
c 0,49 0,55
c 1,84c0,36
7 185,94 10,20
d 2,21 0,18
d 1,19 0,11
d 1,03 0,09
d 0,55 0,46
d 3,07d0,57
8 196,78 21,63
d 2,26 0,25
d 1,15 0,07
e 1,05 0,11
d 0,53 0,58
e 6,07e0,26
9 227,22e17,90 2,55e0,17 1,11f0,09 1,51e0,12 0,66f0,50 7,17f0,37
Ket.: Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan ada beda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %

Tabel 2. Berat dan indeks vesikula seminalis, prostat, serta bulbouretralis pada tikus Wistar umur 49
minggu.
Umur Vesikula seminalis Prostat Bulbouretralis
(minggu) Berat (g) Indeks (%) Berat (g) Indeks (%) Berat (g) Indeks (%)
4 0,02a0,01 0,39a0,10 0,07a0,01 1,17a0,09 0,08a0,01 1,22b0,25
5 0,05 0,02
a 0,42a0,21 0,12 0,05
ab 1,19a0,41 0,07 0,02
a 0,75a0,26
6 0,30 0,21
b 2,10b1,10 0,30 0,09
bc 1,70abc0,48 0,20 0,01
bc 1,00ab0,08
7 0,49 0,17
bc 2,62bc0,78 0,37 0,05
cd 2,02bc0,38 0,17 0,04
bc 0,93ab0,22
8 0,58bcd0,25 2,90bc1,16 0,31c0,05 1,59ab0,19 0,16b0,04 0,87a0,38
9 0,72 0,12
cd 3,16bc0,52 0,55 0,21
d 2,38c0,77 0,24 0,03
d 1,06ab0,22

Tabel 3. Analisis spermatogenesis pada tikus Wistar umur 49 minggu.


Total sel-sel Kadar
Umur Spermatogonia Spermatosit Spermatid
spermatogenik testosteron serum
(minggu) (sel) (sel) (sel)
(sel) (ng/mL)
4 47,05a7,38 53,75a4,33 0,00a0,00 100,80a10,83 0,14a0,03
5 57,40c9,21 86,48b10,07 84,53b16,20 230,80b28,84 0,35b0,05
6 51,78b3,25 69,03c5,04 173,03c9,52 293,83c16,54 1,84c0,36
7 60,40bc3,85 79,35d6,14 209,98cd15,99 347,93cd18,88 3,07d0,57
8 59,90bc3,82 75,33d2,91 223,58d14,86 357,81cd17,06 6,07e0,26
9 61,83d4,24 75,30d3,08 236,83d11,37 373,96cd16,70 7,17f0,37

Tabel 4. Analisis spermatozoa pada tikus Wistar umur 49 minggu.


Kecepatan Morfologi Kadar
Umur Konsentrasi Viabilitas
motilitas normal testosteron serum
(minggu) (106 sel/mL) (%)
(m/s) (%) (ng/mL)
4 0,00a0,00 0,00a0,00 0,00a0,00 0,00a0,00 0,14a0,03
5 0,00a0,00 0,00a0,00 0,00a0,00 0,00a0,00 0,35b0,05
6 0,04a0,02 0,00a0,00 55,00b7,07 0,00a0,00 1,84c0,36
7 0,18b0,05 0,00a0,00 82,50c9,57 67,50b9,57 3,07d0,57
8 6,42c2,27 37,24b2,46 98,20d1,30 99,20c0,84 6,07e0,26
9 14,79d6,11 35,86b4,80 99,00d0,71 99,80c0,45 7,17f0,37
34 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 7(1): 2936

a a b

Gambar 2. Fotomikrografi penampang melintang tubulus seminiferus testis stage VII pada mencit dan
tikus (Hess & de Franca, 2008).

(Tabel 3). Fluktuasi ini terjadi akibat lonjakan Spermatozoa merupakan produk spermato-
testosteron yang kemudian dikendalikan oleh genesis, sehingga dengan menganalisis kuantitas
mekanisme umpan balik negatif pada fase dan kualitas spermatozoa dapat mencerminkan
pubertas (awal dari fase kematangan seksual). proses-proses yang terjadi selama pembentukan-
Spermatogonia sebagai germ cell jumlahnya senan- nya, termasuk melakukan diagnosis apabila
tiasa dipertahankan. Spermatosit menunjukkan terjadi kerusakan atau kelainan pada morfologi
pola pertumbuhan yang hampir sama dengan spermatozoa (aberasi). Analisis spermatozoa
spermatogonia, namun fluktuasi yang terjadi dapat dilakukan menggunakan sampel yang
bersifat nyata. Spermatid baru muncul pada umur berasal dari kauda epididimis, vas deferens, atau
5 minggu, jumlahnya terus meningkat secara ejakulat. Masingmasing metode memiliki
nyata seiring pertambahan umur (hingga umur 8 kelebihan dan kekurangan. Pemilihan metode
minggu). Secara keseluruhan, terjadi peningkatan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
nyata sel-sel spermatogenik seiring pertambahan Spermatozoa tikus dengan kualitas baik
umur. Hal ini menjelaskan bahwa aktivitas (normal) dicirikan dari morfologi dan ke-
spermatogenesis dimulai pada umur 7 minggu lengkapannya, antara lain: bentuk dan ukuran
(fase dewasa awal) dan terus dipertahankan pada kepala normal, akrosoma masih menempel,
umur-umur selanjutnya (fase dewasa). midpiece lurus/tidak bengkok dan tidak terdapat
Pada tikus terdapat empat belas siklus residual body, ekor (flagela) lurus, tidak bengkok,
spermatogenesis yang dinyatakan sebagai stage I- tidak bergelung, keriting, patah, atau terdapat ciri
XIV (Perey, et al. 1961 in Hess & de Franca, 2008); aberasi lainnya. Gerakan atau motilitas
Pengamatan spermatogenesis secara lengkap spermatozoa dengan kualitas baik (normal)
dilakukan pada stage VII (awal siklus) dan stage bersifat progresif. Viabilitas atau vitalitas perlu
XII (akhir siklus) (OECD, 2008). Androgen diamati apabila morfologi spermatozoa baik/
berpengaruh pada semua siklus spermatogenesis, normal namun bersifat nonmotil (Soehadi &
di mana stage VII-VIII adalah yang paling Arsyad, 1982).
terpengaruh oleh androgen dan FSH (Hess & de Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan
Franca, 2008). Gambar 2 memperlihatkan foto- bahwa spermatozoa baru diproduksi pada tikus
mikrografi penampang melintang tubulus umur 6 minggu, konsentrasi masih sedikit, belum
seminiferus testis stage VII pada mencit dan tikus. bergerak, dan tidak viable. Pada tikus umur 7
FITRIA et al., Profil Reproduksi Jantan Tikus 35

minggu terjadi peningkatan konsentrasi sperma- Chughtai, B., A. Sawas, R.L. O'Malley, R.R. Naik, S.A. Khan,
tozoa namun tidak nyata. Spermatozoa sudah and S. Pentyala. 2005. A neglected gland: A review of
Cowper's gland. International Journal of Andrology. 28(2):
viable namun belum bergerak. Seiring 7477.
pertambahan umur, terjadi peningkatan nyata Gofur, M.R., K.M.M. Hossain, R. Khaton, and M.R. Hasan.
pada kualitas morfologi spermatozoa. Pada tikus 2014. Effect of testosterone on physio-biochemical
umur 89 minggu konsentrasi spermatozoa parameters and male accessory sex glands of black
bengal goat. IJETAE 4(9): 456465.
meningkat secara nyata, terjadi pergerakan
Hafez, E.S.E. 1993. Semen evaluation. In: Reproduction in
progresif, dan viabilitas mendekati 100 %. farm animals (E.S.E. Hafez, Ed.) 1993. Sixth Ed. Lea &
Febiger. Philadelphia. pp: 405-423.
Harlan Laboratories Inc. 2011. Wistar rat. http://www.
harlan.com/
KESIMPULAN Hess, R.A. and L.R. de Franca. 2008. Spermatogenesis and
cycle of the seminiferous epithelium. In: Molecular
Berdasarkan pengamatan profil reproduksi mechanisms in spermatogenesis (C.Y. Cheng, Ed.) 2008.
dengan variabel berat dan indeks testis serta Vol. 636. Landes Bioscience and Springer Science+
accessory sex glands, kadar testosteron serum, Business Media. New York. pp: 114.
Hewitt C.D., D.J. Innes, J. Savory and M.R. Willis. 1989.
jumlah sel-sel spermatogenik, serta kuantitas dan Normal biochemical and hematological values in New
kualitas spermatozoa, maka dapat disimpulkan Zealand white rabbits. Clinical Chemistry. 35(8): 1777
bahwa tikus umur 45 minggu dikategorikan 1779.
sebagai tikus muda (young) yang belum matang Hughes, I.A. and C.L. Acerini. 2008. Factors controlling testis
descent. European Journal of Endocrinology 159: 575582.
seksual (immature); tikus umur 67 minggu adalah
Ihedioha J.I., J.I. Ugwuja, O.A.Noel-Uneke, I.J. Udeani and G.
tikus pradewasa atau dewasa awal (subadult) yang Daniel-Igwe. 2012. Reference values for the haematology
sistem reproduksinya telah berkembang (puberty) profile of conventional grade outbred albino mice (Mus
namun belum mampu kawin karena spermatozoa musculus) in Nsukka, Eastern Nigeria. ARI. 9(2): 1601
belum motil (infertile); tikus umur 89 minggu 1612.
Kempinas, W.D.G. and T.L. Lamano-Carvalho. 1988. A
merupakan tikus dewasa (adult) yang telah method for estimating the concentration of spermatozoa
matang seksual dan siap kawin (mature) sehingga in the rat cauda epididymis. Laboratory Animal. 22: 154
tepat dijadikan sebagai hewan model dalam 156.
penelitian sistem reproduksi dewasa. Kempinas, W.D.G., J.D. Suarez, N.L. Roberts, L. Strader, J.
Ferell, J.M. Goldman, and G.R. Klinefelter. 1998. Rat
epididymal sperm quality and transit time after
guanethidine-induced symphathectomy. Biology of
UCAPAN TERIMA KASIH Reproduction. 59: 890896.
Lanning, L.L., D.M. Creasy, R.E. Chapin, P.C. Mann, N.J.
Penelitian ini didanai oleh Lembaga Barlow, K.S. Regan, and D.G. Goodman. 2002.
Recommended approaches for the evaluation of
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat testicular and epididymal toxicity. Toxicologic Pathology.
Universitas Gadjah Mada (LPPM-UGM), 30(4): 507520.
Yogyakarta melalui Hibah Penelitian Dosen Muda McManus, J.F.A. and R.W. Mowry. 1960. Staining Methods:
dengan Dana DIPA. Histological and Histochemical. Paul H. Houber Inc. New
York.
Neves, C.C., S.M.B. Artoni, M.R. Pacheco, M.A.R. Feliciano, L.
Amoroso, and D.G. Melo. 2013. Morphology and
DAFTAR PUSTAKA biometric of the vesicular and bulbourethral glands in
castrated and non-castrated Santa Ines breed sheep. J.
Barber, B.J. and N.J. Blake. 2006. Reproductive physiology. In: Morphol. Sci. 30(2): 115120.
Scallops: Biology, ecology, and aquaculture (S.E. OECD. 2008. Male reproductive system. In: Endocrine
Shumway and G.J. Parsons, Eds.) 2006. Second Ed. disruption: A guidance document for histologic
Elsevier Science Pub. Florida. pp: 357416. evaluation of endocrine and reproductive tests. pp: 1-30.
Carlsson, H.E. 2008. The use of laboratory animals in biomedical European Society of Toxicologic Pathology http://
studies. FELASA Category C-Like Course. Pusat Studi www.eurotoxpath.org/guidelines/index.php?id=teststr
Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB). at.
Bogor.
36 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 7(1): 2936

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu reproduksi hewan. Cetakan ke-3. Sengupta, P. 2013. The laboratory rat: Relating its age with
Penerbit Mutiara Sumber Widya. Jakarta. human's. International Journal of Preventive Medicine 4(6):
Raeside, J.I., R.M. Friendship, and O.E. Vrablic. 1997. Effects 624630.
of castration on early postnatal development of male Soehadi dan K.M. Arsyad. 1982. Analisis sperma. Airlangga
accessory sex glands in the domestic pig. Eur J. University Press. Surabaya.
Endocrinol. 137(3): 287292. Wallis, C.J. 1974. Practical zoology: For advanced level and
Salisbury, G.W., N.L. Van Demark, dan R. Djanuar. 1985. intermediate students. Sixth Ed. Butterworth-Heinemann
Fisiologi reproduksi dan inseminasi buatan pada sapi. Gadjah Pub. Oxford. p: 283.
Mada University Press. Yogyakarta.

You might also like