Akaro Jurnal Indo Pake Fixx

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

J. HPT Tropika.

ISSN 1411-7525
Budianto & Basuki
Vol. 13, No. 1: 35 41, Maret 2013
Kemampuan Predasi Populasi Tungau Predator 35

KEMAMPUAN PREDASI TUNGAU PREDATOR


AMBLYSEIUS SP. RESISTEN TEMPERATUR
TERHADAP TETRANYCHUS URTICAE

Bambang Heru Budianto & Edi Basuki

Laboratorium Entomologi-Parasitologi, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman


E-mail : bhbudianto@gmail.com

ABSTRACT

The predation ability of temperature resistant Amblyseius sp. to Tetranychus urticae. Global warming and climate changes
have caused great mortality of the predatory mites Amblyseius sp. that disrupts the natural control of Tetranychus urticae. In
contrast, the low humidity and high temperature led to an increase in the population of T. urticae. The purposes of this study
were to determine the effect of temperature on population of the predatory mites Amblyseius sp. and to determine the
predation ability of temperature resistant Amblyseius sp. on T. urticae. The selection of Amblyseius sp. was conducted at
temperatures of 15, 20, 25, 30 and 35 0C. The parental predatory mite Amblyseius sp., and subsequent descendants were
exposed to the temperature range until the values of the LT50 fiducial limits (FL) of a certain generation did not overlap with
that of the previous one. The effectiveness of Amblyseius sp. predation ability was studied using an experimental method i.e.
completely randomized design with four treatments and ten replications . For this purpose, each stage of T. urticae, i.e. egg,
larvae, nymph and adult was set as treatment and was given to any type of temperature resistant predatory mite Amblyseius
sp. The results showed that by using the temperature gradient, we managed to select temperature-resistant individuals from
their population. These individuals formed a population that was resistant to temperature of up to 33.3oC without losing their
predatory capacity, especially on the egg stage of T.urticae.
Key words: predatory mite Amblyseius sp., selection of temperature resistant Amblyseius sp., effectiveness of predation
abilities, Tetranychus urticae

ABSTRAK

Kemampuan predasi populasi tungau predator Amblyseius sp. resisten temperatur terhadap Tetranychus urticae. Pemanasan
global dan perubahan iklim telah menyebabkan mortalitas yang besar terhadap tungau predator Amblyseius sp. sehingga
mengganggu pengendalian alamiah hama Tetranychus urticae. Sebaliknya, kelembaban udara yang rendah dan suhu yang
tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan populasi tungau T. urticae. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
temperatur terhadap populasi tungau predator Amblyseius sp. dan menentukan efektivitas predasi tungau predator Amblyseius
sp. resisten temperatur terhadap T. urticae. Seleksi tungau predator Amblyseius sp. terhadap temperatur dilakukan terhadap
300 individu pada temperatur 15, 20, 25, 30 dan 350 C. Kisaran temperatur didedahkan pada induk tungau predator Amblyseius
sp. dan keturunan-keturunan berikutnya, sampai nilai fiducial limit (FL) LT50 tidak saling lingkup pada keturunan tertentu
dibanding keturunan sebelumnya. Efektivitas predasi Amblyseius sp. Dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental:
rancangan acak lengkap. Perlakuan berupa stadia telur, larva, nimfa dan dewasa T. urticae yang diberikan pada setiap jenis
tungau predator Amblyseius sp. resisten temperatur yang dipergunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur
mampu menyeleksi individu-individu penyusun populasi tungau predator Amblyseius sp. yang rentan temperatur menjadi
populasi yang resisten terhadap temperatur hingga 33,30 C. Perubahan menjadi populasi tungau predator Amblyseius sp. yang
resisten temperatur tidak mengubah efektivitas predasi yang tetap tinggi terhadap stadium telur T. urticae dibandingkan
stadium T. urticae yang lain.
Kata kunci : tungau predator Amblyseius sp., seleksi Amblyseius sp. resisten temperatur, efektivitas kemampuan predasi,
Tetranychus urticae

PENDAHULUAN tanaman hias maupun sayuran yang ditanam di rumah


kaca dan di luar rumah kaca, termasuk tanaman ubi
Tetranychus urticae merupakan tungau hama kayu. Tungau ini mengalami empat stadia metamorfosis,
polifag yang menyerang berbagai jenis tanaman, baik
36 J. HPT Tropika Vol.13, No.1, 2013: 35 41

yaitu telur, larva, nimfa dan dewasa (Bakker et al., salah satu syarat menjadi tungau predator yang efektif
1993). adalah mempunyai kemampuan mentolerir temperatur,
Tungau T. urticae menyebar dari tepi daun ke selain ketergantungan terhadap mangsa, yang tinggi, dan
semua bagian daun sehingga warna daun menjadi dengan daya reproduksi yang tinggi. Salah satu tungau
kemerah-merahan, coklat atau seperti karat. Tungau ini predator dari famili Phytoseiidae yang memiliki kapasitas
membentuk jaring pada daun dan antar daun. Jaring ini berburu mangsa yang tinggi dan memiliki preferensi
menjadi tempat peletakan telur betina hingga menetas terhadap tungau Tetranychus sp. adalah Amblyseius
menjadi stadium pradewasa. Serangan yang parah dari sp.
T. urticae dapat menyebabkan kerontokan daun atau Ukuran tubuh Amblyseius sp. kurang lebih 0,5
defoliasi (Bakker, 1994). mm dengan abdomen lebih membulat, memiliki 4 seta di
Selain disebabkan oleh serangan tungau hama T. bagian posterior, yang terdiri atas 2 seta panjang dan 2
urticae, perubahan iklim berupa pemanasan global dan seta pendek. Di dalam ventrianal shield terdapat 8 seta
perubahan cuaca sebagaimana yang berlangsung dan 3 seta yang lain terletak pada bagian samping atas
sepanjang tahun ini di hampir seluruh wilayah Indonesia, dan bawah anus, sedangkan di atas ventrianal shield
telah menyebabkan potensi kerugian ekonomi hasil tepatnya di ujung samping atas dijumpai 2 seta. Panjang
panen ubi kayu meningkat. Pemanasan global dan tubuh keseluruhan mencapai rata-rata 525,36 . Panjang
perubahan iklim selain menurunkan aktivitas fotosintesis rata-rata seta yang terletak di bagian ujung posterior
tanaman ubi kayu, juga telah menyebabkan mortalitas mencapai 372,4 (seta pendek) dan 441 (seta panjang)
tungau predator yang mengendalikan tungau hama (Denmark & Muma, 1989).
secara alamiah termasuk terhadap T. urticae. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tungau
Skirvin & Fenlon (2003) mengemukakan bahwa predator Amblyseius sp. memiliki kapasitas berburu yang
telah terjadi mortalitas yang besar pada jenis-jenis tungau tinggi dan memiliki preferensi terhadap tungau
predator famili Phytoseiidae akibat pemanasan global Tetranychus sp. Meskipun demikian, belum diperoleh
dan perubahan iklim sehingga biodiversitas tungau famili informasi kemampuan toleransinya terhadap temperatur
ini menurun dan mengganggu fungsi pengendalian hayati serta efektivitas kemampuan predasinya setelah resisten
alamiahnya (Skirvin & Fenlon, 2003). Hanna et al. temperatur. Sebaliknya, kemampuan mentoleransi
(2005) telah mencatat bahwa pengendalian alamiah berbagai jenis tungau hama Tetranychus sp. terhadap
berbagai tungau predator famili Phytoseiidae yaitu kisaran temperatur telah dibuktikan oleh beberapa
Phytoseius amba, Amblyseius aeralis dan Euseius peneliti (Skirvin & Fenlon, 2003; Gotoh et al., 2004;
concordis tidak mampu berlangsung dengan sempurna Domingos et al., 2010; Xia et al., 2012).
akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Di sisi Kemampuan berbagai jenis tungau predator famili
lain, kondisi tersebut masih dapat ditoleransi oleh populasi Phytoseiidae termasuk Amblyseius sp. dalam mentolerir
tungau hama termasuk T. urticae karena tungau hama temperatur merupakan langkah utama menuju seleksi
ini lebih tahan terhadap perubahan iklim termasuk tingkat resistensinya. Seleksi resistensi tungau predator
pemanasan global dibandingkan tungau predatornya. pada dasarnya merupakan upaya pemilihan sifat-sifat
Crooker (1985) dan Zundel et al. (2009) mengemukakan resisten dari individu-individu dalam populasi (Mochizuki,
bahwa kondisi lingkungan seperti kelembaban udara yang 1994; Xia et al., 2012). Sifat resisten tersebut
rendah dan suhu yang tinggi akan menyebabkan ditunjukkan oleh kemampuan bertahan hidup dan
terjadinya peningkatan populasi tungau hama dan berkembang, meskipun terjadi pemanasan global.
menurunkan biodiversitas tungau predator. Luedeling et Kemampuan bertahan hidup dan berkembang
al. (2011) mengemukakan bahwa perubahan iklim yang berulang pada setiap generasi akibat akibat
berupa pemanasan global telah meningkatkan jumlah pemanasan global, dapat terjadi oleh karena menurunnya
generasi berbagai macam jenis tungau hama termasuk kompetisi intraspesies akibat matinya individu yang
Tetranychidae di Kalifornia yang mencapai 14 sampai rentan (Knulle, 1991; Lee & Gillespie, 2011) . Kematian
20 dari semula 9 sampai 14 generasi. individu yang rentan, yang menjadi komponen penyusun
Meningkatnya jumlah generasi tungau hama utama populasi, akan menyebabkan terjadinya
Tetranychus sp. dan menurunnya populasi dan pergeseran komponen penyusun utama populasi tersebut.
biodiversitas jenis tungau predator famili Phytoseiidae Cepat atau lambatnya perubahan komposisi individu-
menunjukkan tingginya kemampuan resistensi tungau individu menjadi resisten temperatur, sangat ditentukan
hama namun sebaliknya rendahnya daya adaptasi tungau oleh perbedaan tanggap resistensinya terhadap kenaikan
predator terhadap pemanasan global dan perubahan temperatur itu sendiri (Bakker & Jacas, 1995; Lee &
cuaca. Tsoukanas et al. (2006) mengemukakan bahwa Gillespie, 2011).
Budianto & Basuki Kemampuan Predasi Populasi Tungau Predator 37

Seleksi tungau predator Amblyseius sp. terhadap yang diberikan dalam masa perbanyakan tungau
temperatur diduga dapat mempengaruhi efektivitas predator adalah adalah telur T. urticae dan polen
predasi tungau predator. Efektivitas predasi yang kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) segar. Telur
dimaksud di sini adalah banyaknya mangsa yang T. urticae diperoleh dengan mengambil langsung dari
dimangsa oleh setiap individu predator selama satuan daun ubi kayu yang dipelihara pada pot-pot di rumah
waktu tertentu. Perubahan temperatur lingkungan kaca.
terhadap tungau predator diduga dapat menyebabkan
perubahan perilakunya sebagai reaksi adaptif terhadap Seleksi Tungau Predator Amblyseius sp. Resisten
kenaikan temperatur melalui peningkatan laju predasi Temperatur. Seleksi dilakukan pada nampan tempat
sehingga mengurangi laju kematiannya. Perubahan pemeliharaan (rearing) yang masing-masing berisi 300
perilaku ini dapat berupa strategi mencari kondisi ekor tungau predator Amblyseius sp. Seleksi dilakukan
temperatur lingkungan yang sesuai atau memangsa dengan mendedahkan tungau predator Amblyseius sp.
stadia tertentu dari mangsa yang akan mengurangi tersebut pada temperatur 15, 20, 25, 30 dan 35 0C.
kehilangan energinya (Tian et al., 1992, Allen, 2009). Kisaran temperatur bertingkat tersebut merupakan awal
Berdasarkan asumsi-asumsi sebagaimana telah memperoleh nilai LT50 (Lethal Temperature 50). Kisaran
dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk temperatur didedahkan pada induk dan keturunan-
mengetahui pengaruh temperatur terhadap populasi keturunan berikutnya, sampai nilai fiducial limit (FL)
tungau predator Amblyseius sp. dan menentukan LT 50 tidak saling lingkup pada keturunan tertentu
efektivitas predasi tungau predator Amblyseius sp. dibanding keturunan sebelumnya. Setiap kisaran
resisten temperatur terhadap T. urticae. temperatur yang dicobakan melibatkan 10 individu
predator. Setiap perlakuan temperatur diulang sebanyak
METODE PENELITIAN enam kali. Lama waktu pendedahan terhadap
temperatur adalah 12 hari sesuai dengan lama waktu
Tempat dan Waktu. Percobaan seleksi tungau predator daur hidup tungau predator Amblyseius sp. Tungau
Amblyseius sp. resisten terhadap temperatur dan predator yang bertahan hidup dipindah ke tempat
efektivitas kemampuan predasinya terhadap T. urticae pemeliharaan yang bebas pestisida, untuk diperbanyak
dilaksanakan di laboratorium Entomologi-Parasitologi, kembali dan kemudian didedahkan lagi sampai nilai FC
Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, LT 50 tidak saling lingkup antara keturunan tertentu
Purwokerto. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) dengan keturunan sebelumnya.
bulan, yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan Data yang diperoleh berupa mortalitas populasi
minggu ketiga bulan Oktober tahun 2012. tungau predator pada setiap rentang temperatur yang
dicobakan dianalisis dengan analisis probit logit. Hasil
Pemeliharaan Tungau Predator Amblyseius sp. analisis probit logit berupa nilai FC LT50 setiap generasi
Metode pemeliharaan tungau predator berdasarkan tungau predator dan dikatakan tungau predator telah
metode Overmeer et al. (1982). Tempat pemeliharaan resisten terhadap temperatur apabila nilai tersebut tidak
tungau terdiri dari nampan berisi air dengan busa selingkup dengan nilai fiducial limit lethal temperatur 50
didalamnya. Di atas busa, diletakkan black tile yang generasi sebelumnya. Selain nilai FC, dihitung pula nilai
seukuran dengan busa, dengan bagian tepinya dialasi rasio resistensi (RR) yang merupakan perbandingan nilai
kertas tissue tidak berparfum yang tercelup hingga ke LT 50 suatu generasi dengan nilai LT 50 P (parental =
air dalam nampan. Pada sepanjang alas kertas tissue induk). Nilai RR menunjukkan tetapan besaran
dibuat tanggul dari lem tangle-foot untuk mencegah peningkatan resistensi suatu generasi dibandingkan
predator tidak lari dari wilayah pemeliharaan. Untuk generasi induk. Tetapan besaran nilai RR yang
tempat berlindung dan meletakkan telurnya, di bagian menunjukkan perkembangan suatu populasi dalam
tengah black tile diletakkan sedikit kapas yang ditutup menuju resistensinya dipertegas oleh nilai 2 dan slope.
dengan penutup plastik berlekuk. Untuk mendapatkan Berdasarkan nilai 2hitung yang dibandingkan dengan nilai
dan memperbanyak tungau predator Amblyseius sp., 2 0,05 dapat diketahui tingkat heterogenitas populasi
sejumlah daun ubi kayu dari 5 tangkai daun terbawah, dalam merespons rentang temperatur yang didedahkan
dipetik dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Di dan berdasarkan nilai slopenya dapat diketahui kekuatan
laboratorium, seluruh daun tersebut diperiksa di bawah tingkatan perubahan populasi menuju resisten.
mikroskop binokuler. Tungau Amblyseius sp. yang
diperoleh, dipindah ke tempat pemeliharaan. Jenis pakan
38 J. HPT Tropika Vol.13, No.1, 2013: 35 41

Efektivitas Predasi Tungau Predator Amblyseius tersusun oleh kumpulan individu yang rentan terhadap
sp. Resisten Temperatur terhadap T. urticae. temperatur dibandingkan yang resisten (Tabel 1).
Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Hasil percobaan pada generasi berikutnya (F1,
rancangan acak lengkap, dengan perlakuannya adalah F2 dan F3) menunjukkan komposisi populasi yang belum
tahap telur, larva, nimfa dan dewasa T. urticae yang berubah yang ditunjukkan oleh nilai fiducial limit yang
diberikan pada setiap jenis tungau predator Amblyseius masih selingkup serta nilai 2 hitung parental, F1, F2 dan
sp. resisten temperatur yang dipergunakan. Setiap F3 yang masih lebih besar dibandingkan 2 tabel (Tabel
perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Jumlah tahap telur, 1). Lebih besarnya nilai 2 hitung parental, F1, F2 dan
larva, nimfa dan dewasa T. urticae yang diberikan untuk F3 dibandingkan nilai 2 tabel menunjukkan komposisi
setiap individu dari setiap jenis tungau predator populasi yang masih didominasi oleh individu-individu
Amblyseius sp. adalah 6 buah. Seluruh percobaan ini dengan fenotipe rentan. Dominasi individu-individu
dilakukan pada kelembaban dan temperatur kamar. rentan juga dapat dilihat dari nilai slope yang
Dicatat lama waktu mencari, mengenali dan menangani menunjukkan tingkat keterjalan garis yang
mangsa untuk setiap individu predator. Dicatat pula mencerminkan heterogenitas individu penyusun populasi
banyaknya individu setiap tahap yang dipredasi oleh sebagai responsnya terhadap rentang temperatur yang
setiap jenis tungau predator Amblyseius sp. dalam 24 dicobakan.
jam waktu pengamatan. Data berupa banyaknya individu Pada generasi F4 terjadi fenomena yang menarik
setiap stadia T. urticae yang dipredasi oleh tungau yaitu menurunnya kemampuan ketahanan terhadap
predator Amblyseius sp. resisten temperatur, dianalisis temperatur yang dicobakan dan penurunannya sangat
dengan analisis ragam (Anara) pada taraf nyata 5% tajam mencapai 15,5 0 C dengan kisaran toleransi
dan 1%, yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil terhadap temperatur yang juga menurun (Tabel 1).
(BNT) pada taraf nyata yang sama. Belum diketahui, terjadinya penurunan ketahanan
terhadap temperatur, namun diduga perkawinan antar
HASIL DAN PEMBAHASAN individu yang masih rentan terhadap temperatur,
menurunkan populasi dengan ketahanan terhadap
Uji pendahuluan pada parental Amblyseius sp. temperatur yang rendah.
diperoleh LT50/24 jam untuk temperatur sebesar 20,4 Pada generasi F5 terjadi kenaikkan resistensi yang
0
C dengan kisaran temperatur 19,1 sampai 21,6 0C . meningkat tajam terhadap rentang temper atur
Populasi induk ini dijadikan sebagai standar nilai rasio dibandingkan generasi F4, meskipun nilai FC LT50 masih
resistensi dan dianggap bernilai 1 (RR = 1) dengan selingkup dengan generasi F1, F2 dan F3 (Tabel 1).
asumsi populasi induk merupakan populasi paling rentan Masih selingkupnya nilai FC LT 50 F5 menunjukkan
terhadap temperatur. Berdasarkan nilai 2hitung populasi bahwa individu-individu penyusun populasi generasi F5
induk tungau Amblyseius sp. yang lebih besar masih banyak tersusun oleh fenotipe-fenotipe rentan
dibandingkan nilai 20,05 dapat diketahui bahwa komposisi dibandingkan yang resisten. Komposisi populasi ini juga
populasi tungau predator Amblyseius sp. masih sangat ditunjukkan oleh nilai 2hitung yang sangat berbeda nyata
heterogen, artinya komposisi populasi sebagian besar dibandingkan dengan nilai 20,05. Ketahanan populasi
tungau predator Amblyseius sp. terhadap temperatur

Tabel 1. Tingkat resistensi tungau predator Amblyseius sp. terhadap temperatur


Generasi LT50(95%FL) (0C) RR Slope SE (0C) 2 (df = 18)
P (parental) 20,40 (19,1-21,6) 1,00 8,70 1,04 12,40
F1 20,35 (19,1-21,6) 0,99 8,40 1,02 14,08
F2 20,35 (19,1-21,6) 1,00 8,40 1,02 14,08
F3 23,20 (21,1-25,3) 1,14 4,03 0,46 30,79
F4 15,50 (13,8-16,7) 0,67 8,93 1,52 5,09
F5 23,90 (22,1-25,9) 1,54 8,76 1,01 28,51
F6 21,50 (20,0-22,9) 0,89 7,71 0,93 9,52
F7 29,10 (26,4-33,3) 1,35 4,51 0,80 7,68
F8 29,90 (27,9-32,7) 1,03 6,75 0,97 13,54
LT50 (Lethal Temperature 50), FL (Fiducial Limit), RR (Rasio Resistensi), F1..F8 (Filial 1..Filial 8), 20,05 = 9,4.
Budianto & Basuki Kemampuan Predasi Populasi Tungau Predator 39

yang ditunjukkan oleh nilai FC LT 50 yang masih mengemukakan bahwa lama waktu perkembangan
selingkup berlangsung hingga generasi F6. Demikian pula tungau predator famili Phytoseiidae berlangsung lebih
dengan nilai 2 hitung yang sangat berbeda nyata cepat satu hari dari 15 hari yang seharusnya apabila
dibandingkan dengan nilai 20,05. dipelihara pada suhu 30 0C. Menurut Xia et al. (2011),
Berbeda dengan generasi sebelumnya (P, F1 pada temperatur 28 0C laju kenaikkan intrinsik populasi
sampai F6), pada generasi F7 terjadi peningkatan tungau predator famili Phytoseiidae adalah tertinggi dan
ketahanan terhadap temperatur yang cukup besar. secara berangsur-angsur mengalami penurunan dengan
Peningkatan ketahanan terhadap temperatur dapat meningkatnya temperatur sampai 32 0 C. Pada
dilihat dari nilai FC LT50 generasi F7 yang tidak lagi temperatur di atas 32 0C telah menghentikan laju
selingkup dibandingkan nilai FC LT50 generasi-generasi peletakkan telur tungau predator famili Phytoseiidae.
sebelumnya. Pada generasi F7 ini, populasi tungau Hasil penelitian ini juga menjawab keraguan
predator Amblyseius sp. resisten pada temperatur 29,10C pernyataan Perring & Lackey (1989), Skirvin & Fenlon
dengan rentang mencapai 26,4 sampai 33,3 0C. Telah (2003), Domingos et al. (2010) yang mengemukakan
resistennya populasi tungau predator Amblyseius sp. bahwa tungau predator famili Phytoseiidae baru sebatas
juga ditunjukkan oleh peningkatan rasio resistensi (RR) potensial sebagai agen pengendali hayati terhadap T.
yang mencapai 1,35 kali dibandingkan generasi induk urticae pada kondisi pemanasan global dan perubahan
(P). Berubahnya komposisi individu penyusun populasi iklim. Meskipun demikian, diperlukan penelitian lanjutan
melalui mortalitas individu-individu yang rentan terhadap mengenai efektivitas predasi tungau predator Amblyseius
temperatur juga ditunjukkan oleh nilai 2hitung yang sp. setelah resisten temperatur untuk mengkonfirmasi
menjadi berbeda tidak nyata dibandingkan dengan nilai pernyataan tetap efektif sebagai agen pengendali hayati
20,05. Homogenitas individu-individu penyusun populasi tungau hama T. urticae.
yang kini tersusun oleh individu-individu yang resisten Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
temperatur juga dapat diketahui dari nilai slope yang pemberian tahap perkembangan T. urticae sangat
memperlihatkan kelandaian garis apabila nilai slope ini mempengaruhi efektivitas kemampuan predasi
diplotkan. Amblyseius sp. resisten temperatur (P<0,01). Hasil uji
Resistennya populasi tungau predator Amblyseius lanjut menunjukkan bahwa stadium telur T. urticae lebih
sp. generasi F7 ternyata bertahan pada generasi F8, banyak dipilih dan dipredasi oleh tungau predator
meskipun rasio resistensinya tidak meningkat tajam. Amblyseius sp. resisten temperatur (Tabel 2).
Diduga, seleksi temperatur terhadap individu-individu Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
dengan fenotipe rentan masih berlangsung meskipun nilai Shipp et al. (2011) yang mengemukakan bahwa tungau
FC LT50 generasi F8 selingkup dengan F7. Sudah tidak predator Amblyseius cucumeris memiliki kemampuan
selingkupnya kisaran temperatur dan meningkatnya predasi yang tetap tinggi terhadap stadium telur pada
ketahanan populasi tungau predator terhadap temperatur percobaan skala laboratorium yang temperaturnya diatur
menjadi petunjuk telah resistennya populasi Amblyseius konstan pada 32 0C. Pada temperatur ini, Shipp et al.
sp terhadap kisaran temperatur yang dicobakan (Tabel (2011) melaporkan bahwa laju predasi sama tinggi
1). dengan temperatur 28 0 C sehingga kenaikkan
Lebih resistennya tungau predator Amblyseius temperatur masih dapat ditoleransinya dalam bentuk
sp. hingga temperatur 33,30C ini memberikan harapan predasi stadium telur yang sama besar. Kemungkinan
akan konservasi pengendalian alamiah tetap tinggi pada hal ini terjadi selain telur yang tidak mobil, juga kandungan
kondisi pemanasan global dan perubahan iklim. Xia et nutriennya yang lebih memenuhi kebutuhan tungau
al. (2011) dan Budianto & Munadjat (2012) predator. Dengan demikian, pada skala laboratorium

Tabel 2.Kemampuan predasi Amblyseius sp. resisten temperatur yang diberi pakan beberapa tahap
perkembangan T. urticae
Tahap perkembangan T. urticae Kemampuan predasi rata-rata standard deviasi
Telur 2,29 0,17 a
Larva 2,01 0,22 b
Nimfa 1,53 0,20 c
Dewasa 1,18 0,28 c
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji BNT pada = 0,05
40 J. HPT Tropika Vol.13, No.1, 2013: 35 41

tungau predator ini memenuhi persyaratan menjadi Bakker FM, Klein ME, Mesa NC, & Braun AR. 1993.
tungau predator sebagaimana telah dikemukakan oleh Saturation deficit tolerance spectr a of
Knulle (1991); van Emden (1991); Bakker et al. (1993); phytophagous mites and their phytoseiid predators
Drukker et al. (1997); McMurtry & Croft (1997); dan on cassava. Exp. and App. Acarology 17:97-
McIntyre (1999). 113.
Budianto BH & Munadjat A. 2012. Kemampuan
SIMPULAN
reproduksi tungau predator famili phytoseiidae
pada berbagai kepadatan Tetranychus urticae
Temperatur mampu menyeleksi individu-individu
dan polen tanaman di sekitar tanaman singkong
penyusun populasi tungau predator Amblyseius sp. yang
(Manihot esculenta Crantz). J. HPT Tropika,
rentan temperatur menjadi populasi yang resisten
12:129-137.
terhadap temperatur hingga 33,3 0 C. Perubahan menjadi
populasi tungau predator Amblyseius sp. yang resisten Crooker A. 1985. Embrionic and Juveniel Development
temperatur tidak mengubah efektivitas predasi yang of Tetranychus urticae. In Helle W dan Sabelis
tetap tinggi terhadap stadium telur T. urticae MW (Eds) Spider Mite : Their Biology Natural
dibandingkan stadium T. urticae yang lain. Enemies and Control. Elsevier, Netherlands.
Denmark HA & Muma MH, 1989. A Revision of the
SANWACANA Genus Amblyseius Berlese, 1974 (Acari :
Phytoseiidae). Occasional Papers of the Florida
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada ketua State Collection of Arthropods, Volume 4. Florida
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Department of Agriculture and Consumer
Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan Services.
kesempatan dan dana untuk melakukan penelitian ini.
Terima kasih peneliti sampaikan juga kepada Rektor Domingos CA, Da S Melo JW, Gondim MG Jr, De
Universitas Jenderal Soedirman dan Dekan Fakultas Moraes GJ, Hanna R, Lawson-Balagbo LM, &
Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, yang telah Schausberger P. 2010. Diet-dependent life
memberikan kesempatan melaksanakan penelitian ini history, feeding preference and thermal
sehingga kami mempunyai kesempatan mengekspresikan requirements of the predatory mite Neoseiulus
kemampuan meneliti kami. baraki (Acari: Phytoseiidae). Exp. Appl. Acarol.
50:201-15.
DAFTAR PUSTAKA Drukker B, Janssen A, Ravensberg W, & Sabelis MW.
1997. Improved control capacity of the mite
Allen CM. 2009. Thermal biology and behaviour of two predator Phytoseiulus persimilis (Acari:
predatory phytoseiid Mites : Amblyseius swirskii Phytoseiidae) on tomato. Experimental dan
(Athias-Henriot) (Acari : Phytoseiidae) and Applied Acarology 21:507-518.
Phytoseiulus longipes (Evans) (Acari :
Phytoseiidae). Thesis Doctor of Phylosophy Gotoh T, Yamaguchi K, & Mori K. 2004. Effect of
(Unpublished), School of Biosciences, The temperature on life history of the predatory mite
University of Birmingham. Amblyseius (Neoseiulus) californicus (Acari:
Phytoseiidae). Exp. Appl. Acarol. 32(1-2):15-30.
Bakker FM. 1994. The Selection of phytoseiid natural
enemies for biological control of the cassava Hanna R, Onzo A, Lingeman R, Yaninek JS, & Sabelis
green mite. In Selecting Phytoseiid predators MW. 2005. Seasonal cycles and persistence in
for biological control, with emphasis on the an acarine predator-prey system on cassava in
significance of tri-tropic interactions. Africa. Population Ecology 10:1007-1044.
Disertation (Unpublished), University of Knulle W. 1991. Life-cycle strategies in unpredictably
Amsterdam. varying environments : genetic adaptations in a
Bakker FM & Jacas JA. 1995. Pesticides and colonizing mite. In Schuster R dan PW Murphy
phytoseiid mites: strategies for risk assessment. (Ed.) The Acari. Reproduction, development
Ecotoxicology and Environmental Safety 32:58- and life-history strategies. pp. 51-56. Chapman
67. dan Hall.
Budianto & Basuki Kemampuan Predasi Populasi Tungau Predator 41

Lee HS & Gillespie DR. 2011. Life tables and Skirvin DJ & Fenlon JS. 2003. The effect of temperature
development of Amblyseius swirskii (Acari: on the functional response of Phytoseiulus
Phytoseiidae) at different temperatures. Exp. persimilis (Acari: Phytoseiidae). Exp. Appl.
Appl. Acarol. 53:17-27. Acarol. 31:37-49.
Luedeling E, Steinmann KP, Zhang MA, Brown PH, Tian T, Grafton-Cardwell EE, & Granett J. 1992.
Grantz J, & Girvetz EH. 2011. Climate change Resistance of Tetranychus urticae Koch (Acari:
effects on walnut pests in California. Global Tetranychidae) to cyhexatin and fenbutatin-oxide
Change Biology 17:228-238. in California pears, Econ. Entomol. 85:2088-
2095.
McIntyre J. 1999. The role of plants in attracting
predators and parasitoids to control herbivore Tsoukanas VI, Papadopoulos GD, Fantinou AA, &
feeding, Yahoo.com, 6 pp. Papadoulis G Th. 2006. Temperature-dependent
development and life table of Iphiseius
McMurtry JA & Croft BA. 1997. Life-styles of
degenerans (Acari: Phytoseiidae). Environ.
phytoseiid mites and their role in biological control.
Entomol. 35:212-218.
Ann. Rev. Entomol. 42:291-321.
Van Emden 1991. Plant diversity and natural enemy
Mochizuki M. 1994. Variations in insecticide
efficiency In agroecosystems. In: MacKauer
susceptibility of the predatory mite, Amblyseius-
M, LE Ehler & J Roland (Ed.) Critical Issues in
womersleyi Schicha (Acarina, Phytoseiidae) in
Biological Control, Androver, Hants.
the tea fields of Japan. Applied Entomology dan
Zoology 29:203-209. Xia B, Zou Z, Li P, & Lin P. 2012. Effect of temperature
on development and reproduction of Neoseiulus
Overmeer WPJ, Doodeman M, & van Zon AQ. 1982.
barkeri (Acari: Phytoseiidae) fed on
Copulation and egg production in Amblyseius
Aleuroglyphus ovatus. Exp. Appl. Acarol. 56:
potentillae and Typhlodromus pyri (Acari,
33-41.
Phytoseiidae). J. App. Entomology 93:1-11.
Zundel C, Nagel P, Hanna R, Korner F, & Schidegger
Perring TM & Lackey LJ. 1989. Temperature and
U. 2009. Environment and host-plant genotype
humidity effects on mortality and pre-adult
effects on the seasonal dynamics of a predatory
development of two Phytoseiulus persimilis
mite on cassava in sub-humid tropical Africa.
strains (Acari: Phytoseiidae). International
Agricultural and Forest Entomology, 2009, DOI
Journal of Acarology. 15( 1): 47 52.
: 10.1111, 1461-9563.
Shipp, JL, Ward KI, & Gillespie TJ. 2011. Influence of
temperature and vapor pressure deficit on the rate
of predation by the predatory mite, Amblyseius
cucumeris, on Frankliniella occidentalis.
Entomologia Experimentalis et Applicata 78:
31-38.

You might also like