Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 77

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA


DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

DEVI NUR OKTAVIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRACT

DEVI NUR OKTAVIANA. Risk Factors of Breast Cancer in Patients with Breast
Cancer Woman at Cancer Hospital Dharmais Jakarta. Under direction of EVY
DAMAYANTHI and KARDINAH.

In the world, cancer is the second leading cause of death after


cardiovascular disease. In Indonesia the disease is the leading cause of cancer
death number five after cardiovascular, infections, respiratory, and
gastrointestinal diseases. Breast cancer incidence in Indonesia at 26 per 100,000
women. In Indonesia in 2004 breast cancer inpatients 15.40%, in 2007 to
16.85%. This study aims to know the risk factors of breast cancer in patients with
breast cancer woman at Cancer Hospital Dharmais Jakarta. This study is an
observational analytic design with Hospital-Based Case Control Study. Analysis
used in this study were univariate, bivariate, and multivariate. Bivariate analysis
done by 2x2 table analysis and Chi-Square analysis. Multivariate analysis done
by multiple logistic regression analysis. The research showed is no relationship
between age, nutritional status, knowledge of nutrition, the consumption of fatty
foods, consumption of vegetables, family history of breast cancer, age of
menarche, duration of breastfeeding, extended use of hormonal contraceptives,
duration of physical activity, and passive smokers against incidence of breast
cancer. The result of bivariate analysis is high consumption of preserved and grill
foods 9.308 times the risk of developing breast cancer (OR: 9.308 with 95% CI:
1.778-48.723) compared with low consumption of preserved and grill foods.
Based on multivariate analysis no variable effect on the incidence of breast
cancer.

Keywords: breast cancer, risk factors


RINGKASAN

DEVI NUR OKTAVIANA. Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien


Kanker Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dibimbing
oleh EVY DAMAYANTHI dan KARDINAH.

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara


yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besar risiko usia,
status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan
diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah, riwayat kanker
payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia menopause, lama
menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal, lama melakukan
aktivitas fisik, dan perokok pasif terhadap kejadian kanker payudara pada pasien
kanker payudara wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital
Based Case Control Study. Populasi adalah pasien wanita rawat jalan yang
datang ke Instalasi Radiodiagnostik RSKD. Contoh adalah pasien wanita rawat
jalan yang datang ke Instalasi Radiodiagnostik pada tanggal 2 Agustus 2011
sampai dengan 19 Agustus 2011 yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini dan memenuhi kriteria untuk masing-masing kelompok. Contoh terbagi ke
dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kriteria kelompok kasus adalah
didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG
Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi, wanita berusia di atas 20
tahun, bukan seorang vegetarian, dan bersedia menjadi responden. Kriteria
kelompok kontrol adalah tidak terdiagnosis kanker payudara berdasarkan
pemeriksaan USG Payudara/Mammografi, tidak menderita penyakit keganasan
lain, wanita berusia di atas 20 tahun, dan bersedia menjadi responden.
Data yang telah diperoleh diolah baik secara manual atau dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS (Statistical Product
and Service Solution) 16.0 for Windows. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat
digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari
berbagai variabel yang diteliti. Hasil disajikan dalam bentuk jumlah dan
persentase. Analisis bivariat dilakukan dengan analisis tabel 2x2 dengan tujuan
untuk menghitung nilai Odds Ratio (OR) dan analisis Chi-Square untuk
menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis multivariat, selain itu
digunakan juga untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan
kanker payudara. Analisis multivariat digunakan untuk menarik kesimpulan akhir
suatu penelitian. Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik berganda
yaitu faktor risiko yang memiliki p<0.05 pada analisis bivariat.
Berdasarkan analisis univariat dapat dideskripsikan rata-rata usia contoh
dalam penelitian ini adalah 47.6 8.2 tahun pada kelompok kasus, sedangkan
rata-rata usia contoh pada kelompok kontrol adalah sebesar 40.7 9.7 tahun.
Kelompok kasus banyak terdapat pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebesar
41.7%, kemudian pada rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37.5%. Sebagian
besar kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki status gizi normal yaitu
masing-masing sebesar 87.5% dan 62.5%. Pengetahuan gizi dalam kategori
sedang lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3%
dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 75%. Tinggi konsumsi
makanan berlemak, tinggi konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi
sayur <5 porsi/hari, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menopause
>50 tahun, lama melakukan aktivitas fisik <30 menit/hari, dan perokok pasif
banyak ditemukan pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, hanya konsumsi makanan diawetkan
dan dibakar yang merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
kanker payudara, artinya tinggi konsumsi makanan diawetkan dan dibakar
berisiko 9.308 kali terkena kanker payudara (OR=9.308 dengan 95% CI: 1.778-
48.723) dibandingkan dengan rendah konsumsi makanan diawetkan dan
dibakar. Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap faktor risiko yang nilai
p<0.05 (konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dan usia menopause)
diketahui bahwa konsumsi makanan diawetkan dan dibakar bukanlah faktor
risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara, OR: 0.107 (95% CI: 0.021-
0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi logistik
berganda, tidak ada faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker
payudara.

Kata kunci: kanker payudara, faktor risiko


FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA
PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA
DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA

DEVI NUR OKTAVIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Kanker
Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
Nama : Devi Nur Oktaviana
NRP : I14070108

Disetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS dr. Kardinah, Sp.Rad


NIP. 19621204 198903 2 002 NIP. 19601211 198512 2 001

Diketahui
Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS


NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus
2011 ini adalah Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Kanker
Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS dan dr. Kardinah, Sp.Rad selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan saran. Dr. Ir.
Dodik Briawan, MCN selaku penguji dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M. Sc selaku
pemandu seminar yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan karya
ilmiah ini. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes atas segala
bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Pemerintah Provinsi Jambi yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerima beasiswa
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi strata 1 di Institut Pertanian Bogor
(IPB). Kedua orang tua, nenek, abang Tony Kusnadi serta keluarga besar yang
selalu memberikan kasih sayang, doa, restu, serta dukungan yang tak pernah
habis kepada penulis. Sahabat yang langka ditemukan bagi penulis (Nursida
Yaru dan Habiba Macap). Teman-teman Luminaire khususnya sahabat Prima
(Nesyi/ayuk, Devi S./Teteh, Mayang/neng, dan Siti Hajar/ceuceu) yang
memberikan warna dan keceriaan dalam kehidupan penulis. Dewan Pejuang dan
Dewan Dialektik yang telah memberikan banyak pengalaman organisasi dan
persahabatan yang hangat kepada penulis. Teman-teman lainnya yang memberi
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf Instalasi Radiodiagnostik
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam pengumpulan data penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2011

Devi Nur Oktaviana


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 11 Oktober 1990 dari ayah


Kusnadi dan ibu Zul Finaria. Penulis merupakan putri bungsu dari dua
bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Batang Hari Jambi dan pada
tahun yang sama lulus masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah dari
Pemerintah Provinsi Jambi. Penulis memilih mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi
Manusia.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi mahasiwa yaitu
Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2008/2009
dan 2009/2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang
diselenggarakan oleh beberapa organisasi tingkat perguruan tinggi maupun
nasional. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Desa Pulau
Burung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan yang disponsori oleh PT. Arutmin Indonesia. Serta pada
tahun 2011 penulis mengikuti Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker
Dharmais Jakarta.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 4
Kegunaan ............................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6


Kanker Payudara.................................................................................. 6
Penyebab Kanker Payudara ................................................................ 7
Faktor Risiko Kanker Payudara ........................................................... 8
Tanda dan Gejala Kanker Payudara ................................................... 20
Deteksi Dini Kanker Payudara ............................................................. 21
Stadium Kanker Payudara ................................................................... 22

KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 25

HIPOTESIS ...................................................................................................... 27

METODE .......................................................................................................... 29
Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................ 29
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh .................................................... 29
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 30
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 36


Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 36
Karakteristik Contoh dan Hubungan Faktor Risiko dengan Kanker
Payudara .............................................................................................. 37
Analisis Multivariat terhadap Faktor Risiko Kanker Payudara ............ 53
Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 55


Kesimpulan ........................................................................................... 55
Saran .................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56

LAMPIRAN ....................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Persentase wanita Amerika yang diperkirakan akan terkena kanker
payudara selama interval 10, 20, dan 30 tahun sesuai dengan usia
mereka saat ini, 2005-2007 ...................................................................... 9

2. Kategori status gizi berdasarkan IMT ....................................................... 10

3. Nilai OR menurut hasil penelitian Indrati (2005) ...................................... 30

4. Besar contoh (n) berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) .................. 30

5. Kategori status gizi berdasarkan IMT ....................................................... 31

6. Hubungan faktor risiko dengan kejadian kanker payudara ...................... 34

7. Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 37

8. Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan


kelompok kontrol ....................................................................................... 38

9. Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan


kelompok kontrol ....................................................................................... 38

10. Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol ....................................................................................... 39

11. Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara ........................... 40

12. Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 41

13. Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara ................ 41

14. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada


kelompok kasus dan kelompok kontrol..................................................... 42

15. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan diawetkan dan


dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol .............................. 43

16. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 44

17. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 45

18. Distribusi contoh berdasarkan riwayat kanker payudara pada keluarga


pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ........................................... 46

19. Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok


kasus dan kelompok kontrol ..................................................................... 46

20. Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 47
iii

21. Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus


dan kelompok kontrol ................................................................................ 48

22. Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang


digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ......................... 49

23. Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi


hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol ........................... 50

24. Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada


kelompok kasus dan kelompok kontrol..................................................... 50

25. Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol ....................................................................................... 51

26. Variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda ...................... 53

27. Model akhir analisis regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor


risiko kanker payudara .............................................................................. 54
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka berfikir penelitian ...................................................................... 26

2. Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus .... 52


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Informed Consent ..................................................................................... 62

2. Cara perhitungan besar contoh ................................................................ 63

3. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 64


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang
terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik
fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi kecepatan reproduksi sel.
Pembelahan sel yang tidak terkontrol dan tanpa batas serta tidak bertujuan
tersebut disebut kanker (Corwin 2000). Menurut Tannock dan Hill (1998) kanker
adalah penyakit di mana sel-sel ganas berproleferasi untuk menghasilkan
keturunan sel-sel yang juga ganas. Mangan (2005) menyatakan bahwa sel-sel
kanker akan membelah diri dengan cepat dan terus-menerus sehingga dapat
menyusup ke jaringan disekitarnya. Sel-sel ini akan menyebar melalui jaringan
ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol,
sel-sel kanker bisa menyebar (metastasis) pada bagian-bagian tubuh lain dan
nantinya dapat mengakibatkan kematian. Metastasis bisa terjadi pada kelenjar
getah bening ketiak ataupun di atas tulang belakang (Tapan 2005). Menurut
American Cancer Society (ACS) (2011) kanker payudara adalah tumor ganas
yang menyerang sel-sel payudara. Tumor ganas adalah sekelompok sel-sel
kanker yang dapat tumbuh dan menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar ke
daerah lain pada tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita,
tetapi dapat juga terjadi pada pria.
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah
penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun
2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan
prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun
2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita,
84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila
tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes 2009). Berdasarkan data WHO
Global Burden of Disease 2004, di dunia kanker yang paling umum terjadi pada
wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita.
Diperkirakan 519.000 perempuan meninggal akibat kanker payudara pada tahun
2004. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit di negara maju,
2

namun mayoritas (69%) dari semua kematian kanker payudara terjadi di negara
berkembang (WHO 2011).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah
penyakit kardiovaskular, infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes 2010).
Berdasarkan data Globocan (Estimasi International Agenct Cancer
Registry/IACR) 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh
kanker pada perempuan. IACR mengestimasi insidens kanker payudara di
Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan. Data dari Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa kanker
payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (15.40%) dan pasien
rawat jalan (15.78%) (Depkes 2007), pada tahun 2007 terjadi peningkatan pasien
rawat inap kanker payudara menjadi 16.85% (Depkes 2010).
Perjalanan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan secara
jelas, tetapi banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya
kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor risiko (Depkes 2007). Menurut
hasil penelitian Indrati (2005) faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap
kejadian kanker payudara adalah riwayat tumor jinak, lama melakukan aktivitas
fisik <4 jam/minggu, frekuensi tinggi konsumsi lemak, riwayat kanker payudara
pada keluarga, lama menyusui <5 bulan, dan lama menggunakan kontrasepsi
oral >10 tahun. Menurut Damayanthi (2008) kanker merupakan penyakit genetik,
namun penyebab utamanya adalah faktor lingkungan yang sepertiganya
disebabkan oleh makanan. Seseorang diharapkan dapat menghindari makanan
yang menyebabkan terjadinya kanker dan mengonsumsi makanan untuk
memenuhi kecukupan gizinya serta zat nutraceutical yang memiliki aktivitas anti
tumor.
Menurut Sirait et al. (2009) beberapa faktor yang meningkatkan risiko
kanker payudara adalah usia tua, pertama kali menstruasi (menarche) dini, usia
makin tua saat menopause, usia makin tua saat pertama kali melahirkan, tidak
pernah hamil, riwayat keluarga menderita kanker payudara (terutama ibu dan
saudara perempuan), riwayat pernah menderita tumor jinak payudara,
mengonsumsi alat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang, mengonsumsi
alkohol, serta pajanan radiasi pada payudara terutama saat periode
pembentukan payudara.
3

Pada penelitian ini dilihat hubungan dan besar risiko dari beberapa faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker. Faktor-faktor risiko yang akan
diteliti adalah usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak,
konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah,
riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia
menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,
lama melakukan aktivitas fisik, serta perokok pasif.
Dari beberapa penelitian tersebut belum ditemukan penelitian yang
meneliti konsumsi makanan diawetkan dan dibakar secara sekaligus bersama
dengan faktor risiko lainnya. Menurut Harris dan Karmas (1989) nitrosamin
adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat karsinogen. Nitrosamin
dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan curing dan pengasapan.
Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) risiko kanker yang mungkin meningkat
ditimbulkan oleh pembentukan polisiklik hidrokarbon aromatik dan hetrosiklik
amina selama memasak dengan metode pemanasan seperti grilling, broiling,
barbecuing, dan daging yang diasapkan. Selain itu, beberapa peneliti juga telah
menemukan aktivitas mutagenik dalam makanan setelah digoreng dan
dipanggang dengan arang.
Menurut Depkes (2007) faktor risiko yang utama kejadian kanker
berhubungan dengan keadaan hormonal (esterogen dominan) dan genetik.
Penyebab terjadinya keadaan esterogen dominan dapat terjadi karena beberapa
faktor risiko. Salah satu golongan faktor risiko tersebut adalah diet dan faktor
yang berhubungan dengan diet. Faktor risiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor
risiko memperberat dan mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang
memperberat seperti peningkatan berat badan yang bermakna pada saat
menopause, diet ala barat yang tinggi lemak, dan minuman beralkohol. Faktor
risiko yang mempunyai dampak positif atau dapat mengurangi terjadinya kanker
seperti peningkatan konsumsi serat serta peningkatan konsumsi sayur dan buah.
Seperti kebanyakan penelitian yang telah dilakukan, konsumsi sayur dan
buah ditempatkan sebagai faktor penghambat atau protektor terhadap kejadian
kanker payudara. Namun, pada penelitian ini konsumsi sayur dan buah
ditempatkan sebagai faktor risiko kanker payudara dengan melihat konsumsi
sayur dan buah dalam sehari yang telah memenuhi anjuran atau belum
memenuhi anjuran. Suatu organisasi penelitian dan penyuluhan kanker di
Amerika Serikat yaitu World Cancer Research Fund dan American Institute for
4

Cancer Research pada tahun 2007 mengeluarkan rekomendasi guna mencegah


dan mengendalikan penyakit kanker di dunia. Salah satu rekomendasi tersebut
adalah seseorang memakan sedikitnya 5 porsi/penyajian (sedikitnya 400 g)
berbagai sayuran non pati dan buah-buahan setiap hari (Damayanthi 2008).
Menurut Depkes (2007) salah satu cara mencegah penyakit kanker adalah
mengonsumsi sayur dan buah lebih dari 500 gram per hari. Oleh sebab itu, pada
penelitian ini konsumsi sayur dan buah dianalisis sebagai faktor risiko kanker
payudara.
Penelitian ini juga melihat besar risiko antara pengetahuan gizi dengan
kanker payudara yang belum ada pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui
pendidikan formal dan pendidikan informal (Suhardjo 1989). Menururt (Khomsan
et al. 2009) tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan
konsep mengenai objek tertentu. Harper et al. (1985) menyatakan bahwa faktor
pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah
banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan
zat gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke
dalam pemilihan pangan.
Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara pada pasien kanker payudara
wanita di RSKD.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui besar risiko usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi
makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi
sayur, konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia
menstruasi pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan
alat kontrasepsi hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, dan perokok pasif
terhadap kejadian kanker payudara pada pasien kanker payudara wanita di
RSKD.
Kegunaan
1. Bagi instansi terkait
Sebagai masukan dan informasi bagi program kesehatan dalam rangka
mencegah kanker payudara wanita.
5

2. Bagi masyarakat
Sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat untuk memperhatikan
cara hidup sehat sebagai salah satu cara untuk mencegah kanker payudara
wanita.
3. Bagi peneliti
Sebagai masukan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,
khususnya bidang kesehatan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara
Tumor ada yang bersifat jinak (tumor jinak) dan ada yang bersifat ganas
(tumor ganas). Tumor jinak (benigna) tumbuhnya lambat dan biasanya
mempunyai kapsul, tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya, dan
tidak menimbulkan penyebaran pada tempat yang jauh. Tumor ganas (maligna)
tumbuh cepat, infiltratif, dan merusak jaringan di sekitarnya. Di samping itu dapat
menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limfe atau aliran darah dan sering
menimbulkan kematian (McCance & Huether 2010).
Di dunia barat, kanker adalah penyebab utama kematian dan sumber
morbiditas pada orang dewasa. Kejadian kanker meningkat tajam dengan
bertambahnya usia dan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, gaya hidup, etnis,
infeksi, dan genetika. Lingkungan, genetika, dan perilaku berinteraksi
memodifikasi respon risiko perkembangan kanker (McCance & Huether 2010).
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi
jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh (Corwin 2000).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes
2007). Menurut Tapan (2005) kanker payudara adalah sekelompok sel tidak
normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel
ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang
atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain
dan nantinya dapat mengakibatkan kematian.
Karsinogenesis merupakan proses yang berlangsung sangat lama. Hal ini
sebagaian disebabkan karena dibutuhkan sejumlah pembelahan sel untuk
menjadikan suatu tumor yang manifes klinis dari suatu sel yang mengalami
transformasi, tergantung pada frekuensi pembelahannya. Hal ini dapat
berlangsung 5-10 tahun (van de Velve et al. 1999). Menurut Tannock dan Hill
(1998) keseluruhan periode laten dari tahap inisiasi suatu karsinogenesis hingga
kanker tersebut dapat dideteksi secara klinis sekitar 10-20 tahun. Karsinogenesis
berlangsung lama dan dibagi tiga tahap yakni inisiasi, promosi, dan
perkembangan (progression).
Tahap inisiasi merupakan tahapan yang berlangsung cepat. Dalam
keadaan normal, replikasi asam deoksiribonukleat (DNA) terjadi dengan tingkat
presisi yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena adanya enzim-enzim pengoreksi
7

yang meneliti untai DNA untuk mencari adanya kesalahan transkripsi. Apabila
ditemukan suatu kesalahan, maka basa-basa DNA yang terlibat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, terkadang kesalahan transkripsi tersebut tidak terdeteksi
oleh enzim-enzim pengoreksi tersebut. Kesalahan tersebut menjadi mutasi
permanen dan akan bertahan di semua sel keturunannya (Corwin 2000).
Sel yang telah terinisiasi adalah sel yang telah mengalami mutasi. Sel
yang terinisiasi bukan sel kanker, harus berlangsung proses-proses promosi
selama bertahun-tahun sebelum sel tersebut menjadi sel kanker (Corwin 2000).
Menurut Tannock dan Hill (1998) sel terinisiasi dapat tetap tenang bila tidak
dihidupkan oleh zat yang disebut promotor. Promotor sendiri tidak dapat
menginduksi perubahan kearah neoplasma sebelum bekerja pada sel terinisiasi.
Promotor merangsang proliferasi sel dengan mengubah fungsi gen regulator,
mengubah bagaimana suatu sel berespons terhadap berbagai stimulator kimiawi
atau inhibitor pertumbuhan atau mengubah bagaimana suatu sel berespons
terhadap komunikasi antar sel. Contoh promotor antara lain hormon endogen
(dihasilkan oleh tubuh) misalnya esterogen, zat-zat tambahan tertentu untuk
makanan, serta komponen asap rokok dan alkohol.
Tahap yang terakhir adalah tahap perkembangan (progression). Tahap ini
berlangsung berbulan-bulan. Pada awal tahap ini, sel preneoplasma dalam
stadium metaplasia berkembang menjadi stadium displasia sebelum menjadi
neoplasma. Terjadi ekspansi populasi sel-sel ini secara spontan dan ireversibel.
Sel-sel menjadi kurang responsif terhadap sistem imunitas tubuh dan regulasi
sel. Pada akhir fase ini gambaran histologis dan klinis menunjukkan keganasan
(Tannock & Hill 1998).
Penyebab Kanker Payudara
Sampai saat ini belum ditemukan data pasti yang menjadi faktor
penyebab utama penyakit kanker payudara. Penyebab kanker payudara sampai
saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor. Beberapa faktor
yang meningkatkan risiko kanker payudara adalah usia tua, usia menstruasi
pertama pada usia dini, usia makin tua saat menopause, usia makin tua saat
pertama kali melahirkan, tidak pernah hamil, riwayat keluarga menderita kanker
payudara (terutama ibu dan saudara perempuan), riwayat pernah menderita
tumor jinak payudara, mengonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam jangka
panjang, mengonsumsi alkohol serta pajanan radiasi pada payudara terutama
saat periode pembentukan payudara. Beberapa kajian literatur menyebutkan
8

bahwa pemakaian hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, hamil pertama di usia


tua, asupan lemak, khususnya lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan risiko
kanker payudara (Sirait et al. 2009).
Faktor Risiko Kanker Payudara
Hasil penelitian Kelsey dan Gammon (1991) menerangkan beberapa
faktor risiko kanker, antara lain karakteristik demografi seperti jenis kelamin, usia,
dan ras/suku bangsa; faktor-faktor genetik seperti riwayat kanker payudara pada
keluarga, gen khusus, riwayat kanker pada satu payudara, dan riwayat kanker
endrometrium/ovarium; reproduksi seperti tidak pernah melahirkan dan usia
pertama kali hamil; hormonal seperti usia menstruasi dan usia menopause; serta
faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti kegemukan, aktivitas fisik, diet,
alkohol, paparan radiasi, kontrasepsi oral, dan terapi hormonal.
Menurut Corwin (2000) faktor risiko kanker dibagi menjadi tiga bagian
yaitu faktor risiko perilaku, faktor risiko hormonal, dan faktor risiko yang
diwariskan. Faktor risiko perilaku antara lain merokok, terpajan ke berbagai
karsinogen misalnya asbestos atau tar batubara dan makanan yang banyak
mengandung lemak serta daging yang diawetkan. Faktor risiko hormonal adalah
esterogen. Esterogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,
misalnya kanker payudara dan endometrium. Kadar esterogen yang tinggi
menyebabkan terjadinya menstruasi dini dan menopause lambat pada seorang
wanita yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Adanya
riwayat keluarga yang mengidap kanker terutama kanker dari satu jenis adalah
faktor risiko terjangkitnya kanker. Kubba (2003) menyatakan bahwa etiologi
kanker payudara bersifat multifaktoral yang mencakup faktor genetik, lingkungan,
dan reproduksi. Ketiganya berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks.
Dampak dari faktor lingkungan dan reproduksi tergantung pada usia wanita.
Faktor lingkungan dan gaya hidup adalah merokok.
Menurut Global Alliance Indonesia et al. (2003) dalam menjawab
pertanyaan seputar kesehatan reproduksi, faktor-faktor risiko yang dapat
meningkatkan terjadinya kanker payudara adalah mendapat mestruasi pertama
pada usia kurang dari 10 tahun, menopause setelah umur 50 tahun, tidak pernah
melahirkan anak, melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun, tidak pernah
menyusui anak, pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan
oleh tumor jinak payudara, dan diantara anggota keluarga ada yang menderita
kanker payudara. Selain itu disarankan pula pada wanita yang memiliki risiko
9

tinggi terhadap kanker payudara untuk berhati-hati menggunakan obat-obatan


hormonal atau sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
Berdasarkan hasil penelitian Diana (2009) di rumah sakit onkologi
Surabaya, faktor risiko penyakit kanker payudara yang bermakna adalah
menstruasi pertama pada usia dini, usia menopause lebih dari 50 tahun, tidak
pernah melahirkan, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara. Menurutnya
melakukan upaya pencegahan terhadap terjadinya menstruasi pertama pada
usia dini, antara lain menjaga pola makan dengan tidak terlalu banyak makan
makanan yang mengandung lemak.
Usia. Usia sangat penting sebagai faktor risiko kanker payudara. Risiko
terjadinya kanker payudara bertambah sebanding dengan pertambahan usia
(Azamris 2006). Menurut Kubba (2003) kanker payudara dapat diklasifikasikan
berdasarkan usia saat terkena kanker payudara yaitu kanker usia reproduksi
terjadi pada wanita di bawah usia 40, kanker pre menopause terjadi pada wanita
usia 40-55, dan kanker post menopause yang merupakan mayoritas dari
penderita kanker payudara.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2010) menerangkan
bahwa risiko kanker payudara meningkat dengan bertambahnya usia. Tabel 1 di
bawah ini menunjukkan persentase wanita Amerika (sekitar 100 orang) yang
diperkirakan akan terkena kanker payudara selama periode yang berbeda.
Periode waktu didasarkan pada usia perempuan saat ini.
Tabel 1 Persentase wanita Amerika yang diperkirakan akan terkena kanker
payudara selama interval 10, 20, dan 30 tahun sesuai dengan usia
mereka saat ini, 2005-2007
Usia sekarang 10 Tahun 20 Tahun 30 Tahun
30 tahun 0.43 1.86 4.13
40 tahun 1.45 3.75 6.87
50 tahun 2.38 5.60 8.66
60 tahun 3.45 6.71 8.65
Berdasarkan di atas, diketahui bahwa wanita yang saat ini berusia 60
tahun akan terkena kanker payudara 10 tahun mendatang sebanyak 3.45%. Hal
ini dapat diartikan bahwa 3 atau 4 dari 100 wanita yang berusia 60 tahun saat ini
diperkirakan akan terkena kanker pada usia 70 tahun. Menurut Veroncssi et al.
(1995) dalam Azamris (2006) meningkatnya risiko terkena kanker payudara
dengan bertambahnya usia diduga karena pengaruh paparan hormonal
(estrogen) yang lama serta paparan faktor risiko lain yang memerlukan waktu
lama untuk dapat menginduksi terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian yang
10

dilakukan Indrati (2005), usia merupakan variabel yang tidak terbukti


berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara pada wanita. Namun, dilihat
dari distribusi penyebaran kasus, kasus kanker payudara meningkat dengan
bertambahnya umur dan mencapai puncak pada rentang umur 40-49 tahun.
Status Gizi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain
sebagainya). Ketidakcukupan intake dalam jangka waktu yang lama akan
menghasilkan proses metabolisme, komposisi tubuh, kondisi fisik, dan psikologis
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit (Suyatno 2009).
Pada penelitian berbasis masyarakat cara pengukuran yang sering
digunakan adalah metode antropometri gizi. Antropometri berasal dari kata
anthropos dan metros. Anthopos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
antropometri ialah ukuran dari tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi (Supariasa et al. 2002).
Antropometri dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai status gizi
dengan mengukur beberapa parameter yang disebut dengan istilah indeks
(perbandingan) atau disebut rasio. Salah satu pengukuran yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan rasio berat badan terhadap tinggi badan atau
dikenal dengan indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi (Arisman
2002).
Tabel 2 Kategori status gizi berdasarkan IMT
Kategori Status Gizi Cut-off points IMT
Kurus <18 kg/m2
Normal 18-25 kg/m2
Kegemukan 25.1-27 kg/m2
Obesitas >27 kg/m2
Sumber: Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI (2003) dalam
Depkes (2006)
Status gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan bagian penting dari
status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi
kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi
seseorang (Suhardjo 2003). Hubungan antara berat badan, indeks massa tubuh,
dan berat badan relatif dalam studi epidemiologi telah membuktikan adanya
11

sebuah asosiasi positif dengan kanker payudara, endometrium, dan ginjal. Pada
kanker payudara, hubungan yang positif terlihat pada wanita post menopause,
sedangkan pada wanita pre menopause hubungan ini relatif kecil. IMT pada
masa remaja memiliki implikasi untuk risiko kematian akibat kanker pada masa
mendatang. Oleh karena itu, mengukur IMT sepanjang hidup sangat penting
untuk menentukan peningkatan risiko obesitas (Mahan & Escott-Stump 2008).
Penelitian Maso et al. (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan langsung
antara IMT dengan kematian penderita kanker payudara, hal ini juga telah
ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Pengetahuan Gizi. Pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai
informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al. 1994). Pengetahuan adalah
informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku
seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan
intelektualnya (Khomsan et al. 2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya
pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan
informal (Suhardjo 1989). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,
pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat
memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku
pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman,
tetangga, ahli gizi, dokter, dll) (Khomsan et al. 2009).
Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan
adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan,
pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya.
Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin
memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Orang
yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang
paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaliknya, orang yang semakin baik pengetahuan gizinya lebih
banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai
dasar sebelum mengonsumsi makanan tertentu (Khomsan et al. 2009).
Menurut Suhardjo (2003) faktor pribadi juga merupakan salah satu
pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan. Faktor pribadi yang
dimaksud di sini antara lain banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang
kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya,
12

kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan


pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai, serta
hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan pangan untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.
Faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai
kebutuhan tubuh akan zat gizi dan kemampuan seseorang untuk menerapkan
pengetahuan gizi ke dalalm pemilihan pangan (Harper et al. 1985). Menurut
Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu
baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan
cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka di
sini dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut: baik: >80%, sedang:
60-80%, kurang: <60%.
Konsumsi Makanan Berlemak. Ada hubungan yang potensial antara diet tinggi
lemak (Western) dengan kejadian kanker payudara pada beberapa studi
observasional. Sebuah meta analisis dari case control study sebagai
perbandingan internasional menunjukkan hal yang sama bahwa diet tinggi lemak
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Begitupun dengan cohort study
yang menunjukkan hasil yang menemukan hubungan antara diet tinggi lemak
dengan risiko terjadinya kanker payudara (Vogel 2000).
Hipotesis bahwa diet tinggi lemak meningkatkan risiko kanker sebagian
besar didasarkan pada pengamatan bahwa konsumsi per kapita lemak sangat
berkorelasi dengan tingkat kematian nasional untuk kanker payudara (Wakai et
al. 2000). Howe et al. (1991) dalam Willett (2001) merangkum hasil dari 12 case
control study yang terdiri dari 4312 kasus dan 5978 kontrol. Risiko relatif (RR)
untuk konsumsi 100 g total lemak harian adalah 1.35 untuk keseluruhan dan 1.48
untuk wanita post menopause.
Menurut Willett (2001) konsumsi lemak secara keseluruhan tidak dapat
mempengaruhi risiko kanker payudara. Setiap jenis lemak menghasilkan efek
yang berbeda. Sama seperti penelitian yang dilakukan Smith-Warner et al.
(2001), diketahui bahwa ada hasil yang berbeda antara dua cohort study. Breast
Cancer Detection Demonstration Project Followup Cohort Study menemukan
bahwa lemak tak jenuh tunggal bukan lemak jenuh atau lemak tak jenuh ganda,
secara bermakna dikaitkan dengan risiko kanker payudara, sedangkan cohort
study yang dilakukan di Swedia menemukan hubungan yang terbalik antara
13

risiko kanker payudara dengan lemak tak jenuh tunggal. Secara signifikan
terdapat hubungan positif antara kanker payudara dengan lemak tak jenuh
ganda dan tidak ada hubungan antara risiko kanker payudara dengan lemak
jenuh.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh kelompok ahli Food and
Agriculture Organization (FAO)/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak
minimal adalah bagi sebagian besar orang dewasa, konsumsi lemak/minyak
harian harus dapat menyumbang paling tidak 15% dari total energi/kalori
yang dibutuhkan per hari. Konsumsi lemak yang berlebihan akan
menimbulkan kegemukan, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
koroner dan beberapa jenis kanker. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh
kelompok ahli FAO/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak maksimal
adalah untuk individu yang aktif dan kondisi energi serta nutrisinya sudah
cukup atau seimbang, sebaiknya mengonsumsi maksimal 35% dari total
energi/kalori yang dibutuhkan per hari, jumlah lemak jenuh dikonsumsi
sebaiknya tidak melebihi 10% dan jumlah lemak tak jenuh ganda 3-7% dari
total energi. Untuk individu dengan aktifitas sedang, sebaiknya tidak
mengonsumsi lebih dari 30% dari total energi, terutama lemak hewani yang
tinggi kandungan lemak jenuhnya (Koswara 2010).
Konsumsi Makanan yang Diawetkan dan Dibakar. Penggunaan nitrat dan nitrit
dalam pengolahan makanan telah sejak lama dilakukan. Hal ini dimulai secara
tidak sengaja dengan ditemukannya bahwa daging yang diawetkan dengan
garam kasar memberikan warna merah setelah dimasak. Sejak itu nitrat dan nitrit
secara luas digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada
produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan
proses pengasinan (curing) modern (Muchtadi 1989). Menurut Harris dan
Karmas (1989) natrium klorida adalah komponen bahan pangan yang tak dapat
diabaikan. Pada konsentrasi yang rendah, zat ini memberikan sumbangan besar
terhadap cita rasa. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, garam menunjukkan kerja
bakteriostatik yang penting. Dibeberapa negara, penggaraman masih digunakan
untuk pengawetan.
Menurut Buckle (1985) curing daging adalah suatu proses yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam sodium
khlorida dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan penggunaan garam nitrit
yang ditambahkan untuk mempertahankan warna daging dan pengasapan untuk
14

mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme selanjutnya dan mencapai suatu


rasa daging asin yang diinginkan. Harris dan Karmas (1989) curing juga
bertujuan untuk pengawetan selain untuk produksi pigmen daging dan
pembentukan cita rasa yang khas.
Penggunaan bahan ini menjadi semakin luas karena manfaat nitrit dalam
pengolahan daging (seperti sosis, kornet, ham, dan hamburger). Penggunaan
nitrat dan nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena
adanya efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih
beracun dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada
manusia dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini
penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli
karena adanya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu
karsinogen, dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin
sekunder pada daging (Muchtadi 1989).
Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat
karsinogen. Nitrosamin menunjukkan intensitas karsinogenik dan spesifikasi
organ yang berbeda. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan
dengan curing dan pengasapan. Ada kekhawatiran bahwa nitrosamin dapat
diregenerasi selama pelaksanaan curing. Pengasapan dapat pula menyebabkan
pembentukan nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap
kayu dan amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh
manusia apabila pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan
dalam lambung (Harris & Karmas 1989). Pertanyaan yang selalu diajukan adalah
sejauh mana pengaruh nitrosamin terhadap kesehatan manusia. Hal-hal yang
harus dipertimbangkan antara lain: 1. Pengaruh kumulatif dan percepatan dari
kontak dengan nitrosamin dalam jangka waktu lama, 2. Potensi karsinogenik
relatif senyawa nitrosamin, 3. Efek sinergistik dari karsinogen lain dari bahan
makanan maupun lingkungan, 4. Kecepatan pembentukan karsinogen in vivo
(Muchtadi 1989).
Konsumsi Sayur dan Buah. Menurut Almatsier (2006) sayuran merupakan
sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta
tidak mengandung lemak dan kolesterol. Dianjurkan sayuran yang dimakan
setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran
berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari
untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 1.5-2 mangkok sehari.
15

Buah secara keseluruhan merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium, dan


serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali alpukat), dan kolesterol.
Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-
300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lainnya.
World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer Reserch
pada tahun 2007 merekomendasikan untuk personal mengonsumsi sedikitnya
lima porsi/penyajian (sedikitnya 400 g) berbagai sayuran non-pati dan buah-
buahan setiap hari (Damayanthi 2008). Menurut Depkes (2007) salah satu cara
mencegah penyakit kanker adalah mengonsumsi sayur dan buah lebih dari 500
gram per hari. Masyarakat yang mengonsumsi banyak sayur dan buah lebih
sehat dengan risiko penyakit degeneratif termasuk kanker yang rendah. Sifat
protektif ini diyakini karena kandungan berbagai jenis antioksidan yang terdapat
di dalam sayur dan buah (Silalahi 2006).
Hasil penelitian Zhang et al. (2009) di salah satu rumah sakit Guangdong,
Cina menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah menjadi kebalikan dari
faktor risiko kanker payudara. Konsumsi sayur dan buah seperti sayur berdaun
hijau tua, sayur kursifera, wortel, tomat, pisang, semangka, dan pepaya
merupakan kebalikan dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kanker
payudara. Sayur dan buah bersifat melindungi atau mencegah perkembangan
kanker termasuk kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan substansi potensial
berupa antikarsinogenik yang dikandung dalam sayur dan buah seperti
karotenoid, vitamin C, vitamin E, dihtiolthiones, isoflavon, dan isotiosianat.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Perry (2009) pada wanita
di Asia Timur dan wanita di negara barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
asupan tinggi sayuran dan buah segar dapat mengurangi risiko kanker payudara
baik pada wanita di Asia Timur maupun wanita di negara barat. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa makanan tradisional Asia Timur memiliki
penekanan pada penggunaan sayuran segar yang dapat menekan terjadinya
kanker payudara.
Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga. Kanker dianggap suatu kelompok
penyakit seluler dan genetik karena dimulai dari satu sel yang telah mengalami
mutasi DNA sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang mengalami kerusakan
genetik tidak peka lagi terhadap mekanisme regulasi siklus sel normal sehingga
akan terus melakukan proliferasi tanpa kontrol. Mutasi yang terjadi pada DNA di
dalam gen yang meregulasi siklus sel (pertumbuhan, kematian, dan
16

pemeliharaan sel) akan menyebabkan penyimpangan siklus sel dan salah satu
akibatnya adalah pembentukan kanker atau karsinogenesis (Silalahi 2006).
Menurut McKelvey dan Evans (2003) kanker adalah produk akhir dari
serangkaian mutasi DNA. Mutasi ini mengarah pada pertumbuhan klon tertentu
dari suatu sel. Gen penting yang mengatur pertumbuhan sel biasanya target dari
mutasi ini dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yaitu
protooncogenes, tumor suppressor genes, dan gatekeeper genes.
Protooncogenes merangsang dan mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel.
Tumor suppressor genes menghambat pertumbuhan sel dan memulai apoptosis.
Gatekeeper genes mempertahankan integritas genom dengan mendeteksi
kesalahan den memperbaikinya.
Sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap keturunan,
dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang tua.
Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah mewarisi
mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 (ACS 2011). National Cancer Institute
(NCI) (2009) menyatakan bahwa BRCA1 dan BRCA2 adalah gen pada manusia
yang termasuk ke dalam kelas gen yang dikenal sebagai tumor suppressor
genes. Pada keadaan normal, BRCA1 dan BRCA2 membantu menjamin
stabilitas bahan genetik sel (DNA) dan membantu mencegah pertumbuhan sel
yang tidak terkendali. Mutasi pada gen ini telah dikaitkan dengan perkembangan
kanker payudara dan kanker ovarium. Jika seseorang telah mewarisi salinan gen
bermutasi ini dari orang tuanya, maka ia memiliki risiko tinggi terkena kanker
payudara selama hidupnya. Risiko dapat setinggi 80% untuk anggota dari
keluarga dengan mutasi BRCA. Wanita dengan mutasi ini juga memiliki
peningkatan risiko untuk mengembangkan kanker lainnya terutama kanker
ovarium (ACS 2011).
Usia Menstruasi Pertama. Setiap bulan rahim atau uterus mempersiapkan diri
untuk menerima kehadiran sel telur. Namun, karena sel telur yang telah
dihasilkan tidak dibuahi, maka dinding rahim yang semula menebal untuk tempat
persiapan menempelnya janin menjadi tidak berguna lagi. Dinding rahim ini akan
runtuh dan keluar melalui vagina. Kejadian ini disebut sebagai periode
menstruasi. Menstruasi untuk pertama kalinya terjadi pada usia remaja. Secara
biologis, terjadi pada usia antara 10-19 tahun (Sulastomo et al. 2002).
Widyantoro (2002) berpendapat bahwa menstruasi pertama pada
umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, meskipun pada zaman sekarang ada
17

yang terjadi pada umur 9-10 tahun. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi dan
kesehatan yang lebih baik. Bagga dan Kulkarni (2000) dalam penelitiannya
membagi tiga kategori usia menstruasi pertama kali pada seorang wanita yaitu
usia menstruasi pertama cepat (<11 tahun), usia menstruasi pertama ideal (12-
13 tahun), dan usia menstruasi pertama terlambat (>14 tahun).
Pada sebagian besar case control study, menstruasi dini meningkatkan
risiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi dini
(sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat
(lebih dari 55 tahun) mempunyai risiko kanker payudara lebih besar. Menstruasi
dini berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron
yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara (Indrati 2005). Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif
terhadap estrogen, maka perempuan yang terpajan estrogen dalam waktu
jangka panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker
payudara (Sirait et al. 2009). Menurut Vogel (2000), wanita yang menstruasi
pertama pada usia 11-14 tahun memiliki risiko 10-30% lebih besar terkena
kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat menstruasi pertama
kali pada usia 16 tahun.
Usia Menopause. Menopause adalah kondisi alamiah yang dialami oleh setiap
wanita yang ditandai dengan berhentinya haid secara tetap, yaitu jika seseorang
tidak haid lagi dalam masa 1 tahun. Biasanya menopause terjadi pada usia 45-
55 tahun (Global Alliance Indonesia et al. 2003). Menurut Irawati (2002)
menopause bukan peristiwa yang terjadi secara mendadak, melainkan proses
yang berlangsung lama bahkan pada beberapa orang dapat berlangsung selama
10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada seorang perempuan
rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang antara 48-52 tahun).
Menurut Wirakusumah (2004) usia memasuki menopause pada setiap
wanita berbeda-beda. Ada yang di atas 40 tahun dan ada yang di bawahnya,
biasanya berkisar antara 35-55 tahun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
cepat lambatnya seseorang memasuki masa menopause, antara lain faktor
keturunan, gizi, cepat lambatnya awal menstruasi, bobot tubuh, merokok atau
tidak merokok, wanita yang telah menikah, serta penyakit yang dialami wanita
tersebut. Menurut Ganong (1990) biasanya menstruasi terjadi pada usia 45-55
tahun.
18

Lama Menyusui. Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di kalangan
wanita. Sekitar seperempat dari semua wanita yang menerima diagnosis pada
saat sebelum menopause berpotensi menderita kanker payudara. Saat ini lebih
banyak wanita memilih untuk menyusui, terutama mereka yang berencana hamil
dikemudian hari. Menyusui merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
dapat dimodifikasi dan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kanker
payudara (Riordan 2005).
Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil
dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui (Cancer Research UK 2010).
Semakin lama menyusui dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara
(Newcomb et al. 1994). Ada hubungan antara lamanya menyusui dengan efek
pencegahan terjadinya kanker payudara. Dengan bertambah lamanya menyusui
anak maka paparan estrogen terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor
protektif terhadap risiko kanker payudara (Azamris 2006).
Dua meta analisis besar (review dari banyak studi) pada efek menyusui
terhadap perkembangan kanker payudara menyimpulkan bahwa menyusui
memiliki fungsi perlindungan terhadap kanker payudara (Bernier et al. 2000).
Studi ini menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara kanker payudara
dengan menyusui, khususnya di kalangan wanita pre menopause dan bagi
wanita yang ingin melahirkan dan menyusui pada usia dini (Newcomb et al.
1994, Zheng et al. 2001). Efek perlindungan dari menyusui diduga karena
mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi dan intensitas
menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita
yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi
konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-sel epitel
duktal dan lobular (Helewa et al. 2002 dalam Riordan 2005).
Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal. Menurut Nurdiana dan
Widyantoro (2002) alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon
reproduksi perempuan. Ada beberapa metode dalam kelompok alat kontrasepsi
ini yakni berupa pil, suntikan, dan susuk/implan. Ketiganya efektif mengandung
hormon dengan komposisi yang kurang lebih sama. Dengan penambahan
hormon-hormon tersebut, diharapkan proses pematangan sel telur dicegah
sehingga tidak dapat dibuahi sperma.
Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer
di masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan
19

dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009). Kontrasepsi oral yang berisi
esterogen dan progesteron adalah salah satu bahan yang digunakan untuk
mencegah terjadinya konsepsi (Vogel 2000).
Alat kontrasepsi hormonal yang terakhir adalah susuk atau yang biasa
disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Alat kontrasepsi ini terdiri dari 6
tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3 cm. Hormon yang
dikandung dalam susuk ini adalah progesteron, yakni hormon yang berfungsi
menghentikan suplai hormon esterogen yang mendorong pembentukan lapisan
dinding lemak yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Susuk ditempatkan di
bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara
perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon ini akan mengalir
ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk bekerja efektif selama 5
tahun (Nurdiana & Widyantoro 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral >10 tahun memberikan risiko sebesar 3.10 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunkan kontrasepsi oral. Penelitian Harianto et
al. (2005) menunjukkan bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki
risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan
bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.
Lama Melakukan Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor
risiko dari kanker. Telah diketahui bahwa semakin rendah aktivitas fisik, faktor
risiko terjadinya kanker semakin besar. Aktivitas fisik adalah faktor risiko dari
kanker payudara yang dapat diubah. Faktor risiko kanker akan menurun dengan
adanya perubahan peningkatan aktivitas fisik yang dilakukan (Margolis et al.
2005). Menurut hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang memiliki aktivitas fisik
<4 jam/minggu memiliki risiko 9.7 kali lebih besar terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktivitas fisik 4 jam/minggu.
Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kanker payudara. Dalam
mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan
kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak
tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik
dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT. Hal ini
20

banyak ditemukan pada wanita yang memiliki kelebihan berat badan (IMT >25
kg/m2) dibandingkan dengan wanita yang kurus (IMT <25 kg/m 2).
Perokok Pasif. Perokok pasif dikenal dengan nama secondhand smoke atau
Environmental Tobacco Smoke (ETS). Perokok pasif disebut demikian karena
menghisap campuran dari dua bentuk asap yaitu asap dari pembakaran
tembakau (asap yang berasal dari ujung rokok yang menyala, dari pipa, atau dari
cerutu) dan asap utama (asap yang dihembuskan oleh perokok). Meskipun
sering dianggap sama, namun sesungguhnya kedua asap ini berbeda. Asap dari
pembakaran tembakau memiliki konsentrasi karsinogen lebih tinggi daripada
asap utama. Selain itu, asap dari pembakaran tembakau memiliki partikel yang
lebih kecil daripada asap utama sehingga mudah untuk masuk ke dalam sel-sel
tubuh. Asap utama mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, lebih dari 60
yang diketahui atau diduga dapat menyebabkan kanker (ACS 2011).
Indonesia menempati urutan keenam diantara negara-negara dengan
tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Prevalensi merokok di antara
dewasa 15 tahun dan di atasnya adalah 34.4% meningkat dari 31.5% pada tahun
2001 atau lebih dari 50 juta dewasa Indonesia adalah perokok di tahun 2004
(Indonesian Tobacco Control Network 2007). Menurut Terry dan Rohan (2002)
rokok mengandung banyak zat-zat kimia yang berbahaya. Zat kimia dalam rokok
diserap darah dan langsung menuju jantung. Jantung akan bekerja lebih keras
dan cepat sebanyak 10-25 bit/menit atau sekitar 36.000 bit/hari.
Berdasarkan hasil penelitian Terry dan Rohan (2002) disebutkan bahwa
kandungan dari rokok tembakau seperti polycyclic hydrocarbons, asam amino
aromatik, dan N-nitrosamines dapat menyebabkan tumor. Rokok tembakau
mengandung banyak zat-zat yang berpotensi merusak tubuh. Zat-zat tersebut
mungkin memiliki daya rusak yang berbeda dan dapat memengaruhi tahapan
perkembangan kanker. Menurut Indrati (2005) wanita yang merokok akan
memiliki tingkat metabolisme esterogen lebih tinggi dibanding wanita yang tidak
merokok. Pengukuran konsumsi rokok dapat dilakukan dengan menggunakan
ukuran kuantitatif seperti frekuensi merokok (rokok/hari), durasi (berapa tahun
merokok), umur ketika awal merokok, dan umur ketika berhenti merokok (Terry &
Rohan 2002).
Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Kanker payudara biasanya tidak menghasilkan gejala awal ketika
ukurannya masih kecil dan dapat diobati. Oleh karena itu, sangat penting bagi
21

wanita mengikuti pedoman yang direkomendasikan untuk menemukan kanker


payudara dini, sebelum berkembang gejala-gejalanya. Ketika kanker payudara
telah tumbuh ke ukuran yang lebih besar dan dapat dirasakan, tanda fisik yang
paling terlihat adalah timbulnya massa yang menyakitkan. Tanda-tanda lainnya
seperti nyeri payudara, penebalan, bengkak, iritasi kulit atau distorsi, dan
kelainan puting payudara (ACS 2011).
ACS (2011) menuliskan bahwa meluasnya penggunaan mammogram
telah meningkatkan jumlah kanker payudara ditemukan sebelum menimbulkan
gejala apapun. Gejala yang paling umum dari kanker payudara adalah benjolan
atau massa baru yang muncul. Sebuah massa yang tidak menyakitkan, keras,
dan memiliki tepi yang tidak teratur. Tanda-tanda lain dari kanker payudara
adalah pembengkakan dari semua atau sebagian payudara, iritasi kulit, nyeri
pada puting, retraksi puting (berbalik ke dalam), kemerahan, penebalan puting
atau kulit payudara, keluarnya cairan dari putting selain air susu ibu (ASI).
Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di
bawah lengan atau di sekitar tulang leher. Penyebaran tersebut menimbulkan
benjolan atau pembengkakan bahkan sebelum tumor sebenarnya di dalam
jaringan payudara dirasakan.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Menurut data yang diperoleh dari RSKD, saat ini kebanyakan pasien
kanker datang ke rumah sakit dalam keadaan penyakitnya yang telah lanjut,
biaya pengobatan sangat besar dan hasil pengobatan pun tidak memuaskan.
Sebenarnya ada upaya yang dapat dilakukan agar kanker dapat ditemukan
sedini mungkin yaitu dengan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker.
Menurut Depkes (2007) upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk
mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga
diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya
peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting, sebab apabila
kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diobati dengan tepat
maka tingkat kesembuhannya yang cukup tinggi (80-90%).
Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening) dan edukasi
tentang penemuan dini (early diagnosis). Penapisan atau skrining adalah upaya
pemeriksaan atau test yang sederhana dan mudah dilaksanakan pada populasi
masyarakat sehat. Tujuan penapisan atau skrining adalah untuk mengetahui
masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit di antara masyarakat yang
22

sehat. Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah
merasakan adanya gejala (Depkes 2007).
Menurut Depkes (2007) selain penapisan, Periksa Payudara Sendiri
(SADARI) juga strategi lain untuk penemuan dini. SADARI sebaiknya dilakukan
oleh semua perempuan dimulai sejak usia subur dan dilakukan setiap kali selesai
menstruasi. Penapisan yang ideal adalah dengan cara pemeriksaan klinis
payudara oleh tenaga terlatih, dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau
mammografi. Penapisan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yaitu
dengan cara:
1. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast
Examination/CBE). CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun sekali pada
wanita usia 20-40 tahun. Pada wanita usia di atas 40 tahun, CBE dilakukan
setiap tahun.
2. Pemeriksaan Ultrasonography (USG). Jika pada pemeriksaan CBE terdapat
benjolan, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun
mammografi. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa
kistik dan padat yang mengarah pada keganasan. USG dilakukan pada
perempuan usia di bawah 40 tahun.
3. Pemeriksaan Mammografi. Bagi wanita di atas 40 tahun, dianjurkan
melakukan pemeriksaan ini setiap tahun. Mammografi dilakukan pada wanita
yang bergejala maupun pada wanita yang tidak bergejala (opportunistic
screening dan organized screening).
Stadium Kanker Payudara
Menurut American Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian
Cancer Society (2011) stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan
kondisi kanker. Kondisi ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya,
dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium pada
kanker juga merupakan salah satu cara yang membantu dokter untuk
menentukan pengobatan yang cocok untuk pasien. Salah satu cara yang
digunakan dokter untuk menggambarkan stadium kanker adalah dengan
menggunakan sistem TNM. Sistem ini menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan stadium kanker, yaitu:
1. Tumor itu sendiri, seberapa besar ukuran tumor dan dimana lokasinya (T,
Tumor).
23

2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor, penyebaran tumor ke kelenjar getah


bening disekitarnya (N, Node).
3. Penyebaran tumor ke organ lain (M, Metastasis).
Stadium 0:
Disebut ductal carsinoma in situ atau noninvasive cancer, yaitu kanker tidak
menyebar keluar dari pembuluh/saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules)
susu pada payudara.
Stadium I:
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening.
Stadium II A:
Pasien pada kondisi ini:
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada
titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes).
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum
menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak.
Stadium II B:
Pasien pada kondisi ini:
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.
Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
Stadium III A:
Pasien pada kondisi ini:
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.
Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.
Stadium III B:
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bahkan luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast
cancer. Sudah atau belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di
ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
24

Stadium III C:
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran
getah bening di bawah tulang selangka).
Stadium IV:
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu:
tulang, paru-paru, liver, atau tulang rusuk.
KERANGKA PEMIKIRAN

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada kalangan wanita
di dunia Barat. Pada tahun 2000, diperkirakan akan ada lebih dari 41.000
kematian di Amerika Serikat akibat kanker payudara (Vogel 2000). Di Indonesia
kanker tertinggi yang diderita oleh wanita adalah kanker payudara dengan angka
kejadian 26 per 100.000 perempuan (Depkes 2010). Menurut Sirait et al. (2009)
penyebab kanker payudara sampai saat ini diduga akibat interaksi yang rumit
dari banyak faktor. Menurut Perry (2009) faktor risiko yang diketahui dapat
menyebabkan kanker payudara secara luas dibagi menjadi tiga kategori yaitu
hormonal/reproduksi, intrinsik, dan yang diperoleh. Faktor hormonal adalah
eksposur hormon steroid. Faktor risiko intrinsik adalah herediter atau yang
berkaitan genetik. Faktor risiko yang diperoleh adalah gaya hidup atau faktor
lingkungan.
Menurut Kelsey dan Gammon (1991) ada beberapa faktor risiko kanker
payudara yaitu karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, ras/suku bangsa),
faktor-faktor genetik (riwayat kanker payudara/ovarium pada keluarga, gen
khusus, riwayat kanker pada satu payudara, riwayat kanker
endometrium/ovarium), reproduksi (tidak pernah melahirkan, usia pertama kali
hamil), hormonal (usia menstruasi, usia menopause), serta faktor-faktor risiko
yang dapat dimodifikasi (kegemukan, aktivitas fisik, diet, alkohol, paparan radiasi,
kontrasepsi oral, terapi hormonal).
Penelitian yang dilakukan Indrati (2005) menunjukkan bahwa dari 19
faktor risiko yang diteliti ada 6 faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
kanker payudara. Sembilan belas faktor risiko yang diteliti tersebut adalah usia,
riwayat aborsi, lama menyusui, usia menstruasi pertama, usia menopause, lama
pemakaian kontrasepsi oral, lama melakukan aktivitas fisik, kebiasaan merokok,
pola konsumsi makanan berlemak, pola konsumsi makanan berserat, paparan
pestisida, riwayat berada di medan elektromagnetik, riwayat tumor jinak, riwayat
trauma fisik, riwayat kanker ovarium, riwayat kanker payudara sebelumnya,
riwayat kanker payudara keluarga, riwayat kanker ovarium keluarga, dan riwayat
kegemukan. Kemudian, setelah dilakukan analisis data, diperoleh 6 faktor risiko
yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu riwayat tumor jinak,
lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu, frekuensi tinggi lemak, riwayat
kanker payudara pada keluarga, lama menyusui <5 bulan, dan lama
menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun.
26

Pada penelitian ini tidak semua faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian kanker diteliti karena adanya beberapa keterbatasan. Faktor-faktor
risiko yang akan diteliti adalah usia, status gizi, pengetahuan gizi, konsumsi
makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur,
konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi
pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi
hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, dan perokok pasif. Faktor risiko yang
akan diteliti disajikan pada bagan sebagai berikut.

Konsumsi:
1. Makanan berlemak
2. Makanan diawetkan dan di bakar
3. Sayur
4. Buah

Gaya Hidup:
1. Merokok
2. Aktivitas
fisik
Pengetahuan
Gizi
Usia
Menopause Kanker Payudara

Status Gizi
Usia
Menstruasi
Pertama

Riwayat Kanker
Payudara pada
Keluarga
Usia
Faktor
Demografi
Genetik
Ras
Riwayat Kanker
Lainnya pada
Keluarga
Lama menggunakan
alat kontrasepsi Lama Menyusui
hormonal

Gambar 1 Kerangka berfikir penelitian


Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


1. H0 : Usia tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
H1 : Usia meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

2. H0 : Status gizi tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.


H1 : Status gizi meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

3. H0 : Pengetahuan gizi tidak meningkatkan risiko kejadian kanker


payudara.
H1 : Pengetahuan gizi meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

4. H0 : Konsumsi makanan berlemak tidak meningkatkan risiko kejadian


kanker payudara.
H1 : Konsumsi makanana berlemak meningkatkan risiko kejadian
kanker payudara.

5. H0 : Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar tidak meningkatkan


risiko kejadian kanker payudara.
H1 : Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar meningkatkan risiko
kejadian kanker payudara.

6. H0 : Konsumsi sayur tidak meningkatkan risiko kejadian kanker


payudara.
H1 : Konsumsi sayur meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

7. H0 : Konsumsi buah tidak meningkatkan risiko kejadian kanker


payudara.
H1 : Konsumsi buah meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

8. H0 : Riwayat kanker payudara pada keluarga tidak meningkatkan risiko


kejadian kanker payudara.
H1 : Riwayat kanker payudara pada keluarga meningkatkan risiko
kejadian kanker payudara.

9. H0 : Usia menstruasi pertama tidak meningkatkan risiko kejadian


kanker payudara.
H1 : Usia menstruasi pertama meningkatkan risiko kejadian kanker
payudara.

10. H0 : Usia menopause tidak meningkatkan risiko kejadian kanker


payudara.
H1 : Usia menopause meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.

11. H0 : Lama menyusui tidak meningkatkan risiko kejadian kanker


payudara.
H1 : Lama menyusui meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
28

12. H0 : Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal tidak meningkatkan


risiko kejadian kanker payudara.
H1 : Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal meningkatkan
risiko kejadian kanker payudara.

13. H0 : Lama melakukan aktivitas fisik tidak meningkatkan risiko kejadian


kanker payudara.
H1 : Lama melakukan aktivitas fisik meningkatkan risiko kejadian
kanker payudara.

14. H0 : Perokok pasif tidak meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.


H1 : Perokok pasif meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
METODE

Desain, Tempat, dan Waktu


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study.
Prinsip yang mendasari studi ini adalah contoh dipilih berdasarkan apakah
mereka menderita (kasus) atau tidak menderita (kontrol) suatu kejadian penyakit
yang sedang diteliti, kemudian kelompok contoh dibandingkan dengan kelompok
kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada atau
tidaknya paparan. Pada penelitian ini, kelompok kasus adalah pasien wanita
yang menderita kanker payudara dan kelompok kontrol adalah pasien wanita
yang tidak menderita kanker payudara. Tempat penelitian atau studi kasus
dilaksanakan di Instalasi Radiodoagnostik RSKD. Penelitian dilakukan pada
bulan Agustus 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi adalah pasien wanita rawat jalan yang datang ke Instalasi
Radiodiagnostik RSKD. Contoh adalah pasien wanita rawat jalan yang datang ke
Instalasi Radiodiagnostik pada tanggal 2 Agustus 2011 sampai dengan 19
Agustus 2011 yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dan memenuhi
kriteria untuk masing-masing kelompok yang ditunjukkan dengan
menandatangani Informed Consent (contoh Informed Consent dapat dilihat
Lampiran 1). Contoh terbagi ke dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kriteria contoh yang digunakan untuk kelompok kasus yaitu:
a. Didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG
Payudara/Mammografi dan pemeriksaan Hispatologi
b. Wanita berusia di atas 20 tahun
c. Bukan seorang vegetarian
d. Bersedia menjadi responden.
Kriteria yang digunakan untuk kelompok kontrol yaitu:
a. Tidak didiagnosis kanker payudara berdasarkan pemeriksaan USG
Payudara/Mammografi
b. Tidak menderita penyakit keganasan lain
c. Wanita berusia di atas 20 tahun
d. Bersedia menjadi responden.
30

Besar contoh minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan


persamaan berikut (Lemeshow et al. 1997).

Di mana, P =

Keterangan:
n = besar contoh
P = perkiraan proporsi paparan pada kontrol
OR = Odds Rasio
Z = Tingkat kemaknaan = 95%
Z = Power/kekuatan = 80%
Penentuan besar contoh penelitian berdasarkan Odds Rasio (OR) hasil
penelitian sebelumnya yaitu penelitian Indrati (2005) yang nilai risiko dari
variabelnya terbukti bermakna dan signifikan terhadap faktor risiko kejadian
kanker payudara. Nilai OR yang digunakan adalah nilai OR variabel frekuensi
tinggi lemak yaitu sebesar 2.71. Nilai OR berdasarkan hasil penelitian Indrati
(2005) disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Nilai OR menurut hasil penelitian Indrati (2005)
No. Variabel OR 95% CI
1. Riwayat tumor jinak 8.95 2.36-49.07
2. Lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu 9.70 4.67-23.05
3. Frekuensi tinggi konsumsi lemak 2.71 1.33-5.82
4. Riwayat kanker payudara pada keluarga 3.94 2.27-1.21
5. Lama menyusui <5 bulan 3.26 1.17-10.2
6. Lama menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun 3.10 1.18-9.55
Berdasarkan perhitungan nilai OR tersebut, diperoleh besar contoh (n)
yang disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4 Besar contoh (n) berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005)
No. Variabel OR n
1. Riwayat tumor jinak 8.95 13
2. Lama melakukan aktivitas fisik <4 jam/minggu 9.70 12
3. Frekuensi tinggi konsumsi lemak 2.71 24
4. Riwayat kanker payudara pada keluarga 3.94 18
5. Lama menyusui <5 bulan 3.26 20
6. Lama menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun 3.10 21
Besar contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 orang.
Perbandingan contoh kasus dan kontrol 1:1 sehingga jumlah contoh seluruhnya
48 orang. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer meliputi usia,
antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengetahuan gizi, konsumsi
31

makanan berlemak, konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur,


konsumsi buah, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi
pertama, usia menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi
hormonal, lama melakukan aktivitas fisik, perokok pasif, serta stadium kanker
payudara ketika terdeteksi khusus untuk kelompok kasus. Data primer ini
dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan contoh dan menggunakan
alat bantu berupa kuesioner.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data usia, antropometri
(berat badan dan tinggi badan), pengetahuan gizi, konsumsi makanan berlemak,
konsumsi makanan diawetkan dan dibakar, konsumsi sayur, konsumsi buah,
riwayat kanker payudara pada keluarga, usia menstruasi pertama, usia
menopause, lama menyusui, lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,
lama melakukan aktivitas fisik, perokok pasif, serta stadium kanker payudara
ketika terdeteksi khusus untuk kelompok kasus.
1. Usia. Data usia yang digunakan dalam penelitian ini data usia pasien pada
saat diwawancarai atau pada saat penelitian berlangsung. Pasien yang
dijadikan contoh adalah pasien yang berusia di atas 20 tahun baik pada
kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Dalam pengolahan data usia
contoh dikelompokkan menjadi usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun,
50-59 tahun, dan 60-69 tahun. Menurut van de Velve et al. (1999), Tannock
dan Hill (1998) proses karsinogenesis berlangsung sekitar 10 tahun.
2. Status gizi. Data status gizi yang digunakan diukur dengan menggunakan
IMT dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 5 Kategori status gizi berdasarkan IMT
Kategori Status Gizi Cut-off points IMT
Kurus <18 kg/m2
Normal 18-25 kg/m2
Kegemukan 25.1-27 kg/m2
Obesitas >27 kg/m2
Sumber: Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis Departemen Kesehatan RI (2003)
dalam Depkes (2006)
3. Pengetahuan gizi. Data pengetahuan gizi yang digunakan diperoleh dari skor
contoh menjawab kuesioner tentang pengetahuan gizi. Kategori
pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok dengan cut-off point skor yang
telah dijadikan persen yaitu baik: >80%, sedang: 60-80%, kurang: <60%
(Khomsan 2000).
32

4. Konsumsi makanan berlemak. Data konsumsi makanan berlemak yang


digunakan adalah data konsumsi gorengan atau makanan yang digoreng,
makanan bersantan, dan jeroan. Kategori konsumsi makanan berlemak
dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi jika
contoh mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah jika
contoh mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali. Kategori ini
mengacu pada hasil penelitian Indrati (2005), berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa wanita yang konsumsi makanan berlemaknya
tinggi berisiko 2.71 kali (95% CI: 1.33-5.82) dibandingkan dengan wanita
yang konsumsi makanan berlemaknya rendah.
5. Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar. Data konsumsi makanan
diawetkan dan dibakar yang digunakan adalah data konsumsi sosis, kornet,
dan sate. Kategori konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tinggi jika contoh
mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah jika contoh
mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali.
6. Konsumsi sayur. Data konsumsi sayur yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari. Menurut Depkes
(2007) salah satu cara mencegah penyakit kanker adalah mengonsumsi
sayur dan buah lebih dari 500 gram per hari.
7. Konsumsi buah. Data konsumsi buah yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari (Depkes 2007).
8. Riwayat kanker payudara pada keluarga. Data riwayat kanker payudara
pada keluarga dilihat dari ada atau tidak adanya riwayat kanker payudara
pada keluarga terutama pada keturunan pertama (ibu, adik, atau anak
perempuan) ACS (2011). Selain itu, dilihat pula ada atau tidak adanya
kanker payudara pada pria dalam keluarga (Depkes 2007).
9. Usia menstruasi pertama. Data usia menstruasi pertama yang digunakan
dalam penelitian ini dikategorikan menjadi <12 tahun dan 12 tahun (Depkes
2007).
10. Usia menopause. Data usia menopause yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi >50 tahun dan 50 tahun (Depkes 2007).
11. Lama menyusui. Data lama menyusui yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi <6 bulan dan 6 bulan. Kategori ini berdasarkan
rekomendasi khusus dari World Cancer Research Fund dan American
33

Institute for Cancer Research pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa ibu
seyogyanya menyusui anaknya secara eksklusif ke bayi sampai 6 bulan
untuk mencegah penyakit kanker.
12. Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Data lama menggunakan
alat kontrasepsi hormonal yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi >10 tahun dan 10 tahun. Kategori ini mengacu pada hasil
penelitian Indrati (2005), hasil penelitian Indrati (2005) terhadap lama
menggunakan alat kontrasepsi oral adalah wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi oral >10 tahun berisiko 3.10 kali terkena kannker payudara
dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi oral.
Dalam penelitian ini akan dilihat risiko lama menggunakan alat kontrasepsi
hormonal. Menurut Nurdiana dan Widyantoro (2002) alat kontrasepsi
hormonal yang terdiri atas pil, suntikan, dan susuk/implan ini efektif
mengandung hormon-hormon reproduksi perempuan dengan komposisi
yang kurang lebih sama.
13. Lama melakukan aktivitas fisik. Data lama melakukan aktivitas fisik dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi <30 menit/hari dan 30 menit/hari.
Kategori ini berdasarkan rekomendasi dari World Cancer Research Fund
dan American Institute for Cancer Research pada tahun 2007 yang
menyatakan bahwa aktivitas fisik atau berolahraga minimal selama 30 menit
setiap hari untuk mencegah penyakit kanker.
14. Perokok pasif. Data perokok pasif dalam penelitian ini dilihat dari status
contoh sebagai perokok pasif atau bukan sebagai perokok pasif. Dikatakan
perokok pasif bila contoh terpapar asap rokok baik dalam lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan tempat bekerja.
Data yang telah diperoleh diolah baik secara manual atau dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS (Statistical Product
and Service Solution) 16.0 for Windows. Tahapan pengolahan data meliputi
editing (mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul dari hasil wawancara),
coding (pemberian kode pada data untuk mempermudah proses memasukkan
data ke dalam komputer), entry (memasukkan data ke dalam program komputer
untuk dilakukan analisis lebih lanjut), dan tabulating (data direkap dan disusun
dalam bentuk tabel). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
univariat, bivariat, dan multivariat.
34

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Hasil disajikan dalam
bentuk jumlah dan persentase.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan analisis tabel 2x2 dengan tujuan untuk
menghitung nilai OR, yaitu risiko relatif antara kelompok kasus dengan kelompok
kontrol. Perhitungan OR dapat dilakukan sebagai berikut (Kleinbaum 1994 dalam
Meylina 2005):
Tabel 6 Hubungan faktor risiko dengan kejadian kanker payudara
Faktor
Kasus Kontrol Jumlah
risiko
Ya a b a + b = m1
Tidak c d c + d = m0
Jumlah a + c = n1 b + d = n0 a+b+c+d=t

Dimana, OR = = ad/bc

Bila OR = 1, tidak ada hubungan antara kanker payudara dengan faktor risiko.
Bila OR < 1, adanya faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena kanker
payudara (faktor protektor).
Bila OR > 1, adanya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena kanker
payudara (faktor risiko).
Uji kemaknaan digunakan analisis Chi-Square. Analisis ini digunakan
untuk menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis multivariat.
Tingkat kemaknaan statistik yang dianjurkan adalah p<0.05.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk menarik kesimpulan akhir suatu
penelitian. Pada penelitian ini digunakan analisis regresi logistik berganda karena
outcome (kanker payudara) dalam penelitian ini bersifat dikotomi (Murti 1997
dalam Meylina 2005). Tujuan utama analisis regresi logistik berganda adalah
untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan
variabel terikat (kanker payudara).
Kriteria untuk dapat dilakukan analisis regresi logistik berganda yaitu
faktor risiko yang memiliki p<0.05 pada analisis bivariat. Melalui analisis
multivariat regresi logistik berganda dapat dihitung OR terkontrol, yaitu untuk
memperkirakan besarnya risiko terjadinya kanker payudara yang disebabkan
faktor risiko. Cara yang digunakan dalam analisis regresi logistik berganda
35

adalah metode backward stepwise, yaitu dilakukan proses seleksi bertahap pada
beberapa faktor risiko yang tidak memenuhi kriteria pemodelan dimulai dari
variabel (faktor risiko) yang nilai tidak signifikan terbesar, sehingga tidak ada lagi
faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model
regresi logistik akhir. Angka signifikansi yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah p<0.05.
Definisi Operasional
Usia adalah umur contoh pada saat diwawancarai atau pada saat penelitian
berlangsung.
Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan oleh
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang terlihat
melalui indikator IMT (hasil perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi
badan kuadrat (m)).
Pengetahuan gizi adalah informasi tentang gizi yang diketahui oleh masing-
masing orang dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Konsumsi makanan berlemak adalah kebiasaan contoh mengonsumsi
makanan berlemak dalam sehari.
Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar adalah kebiasaan contoh
mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar dalam sehari.
Konsumsi sayur adalah kebiasaan contoh mengonsumsi sayur dalam sehari.
Konsumsi buah adalah kebiasaan contoh mengonsumsi buah dalam sehari.
Riwayat kanker payudara pada keluarga adalah ada tidaknya keluarga contoh
dalam satu keturunan yang menderita kanker payudara.
Usia menstruasi pertama adalah usia contoh pada saat pertama kali mendapat
menstruasi.
Usia menopause adalah usia contoh ketika menopause.
Lama menyusui adalah waktu menyusui contoh dimulai dari kehamilan pertama
hingga kehamilan terakhir.
Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal adalah riwayat pemakaian
alat kontrasepsi hormonal contoh.
Lama melakukan aktivitas fisik adalah kebiasaan contoh melakukan aktivitas
fisik dalam sehari.
Perokok pasif adalah contoh yang terpapar asap rokok baik dalam lingkungan
tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Kanker Dharmais berlokasi di Jl. Let. Jend. S. Parman Kav.
84-86, Slipi, Jakarta Barat. Dibangunan di atas tanah milik pemerintah seluas
38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m 2. Bangunan ini
terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan utama, bangunan asrama dan
litbang, bangunan auditorium, bangunan penunjang, bangunan teknik dan umum,
bangunan genset, bangunan rumah duka, tempat TPS dan incenerator, serta
IPAL/STP. Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai basement.
Saat ini lantai yang sudah dioperasikan adalah lantai basement, lantai 1, 2, 3, 4,
5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih dalam tahap persiapan pengembangan
fisik.
Instalasi Radiodiagnostik terletak di lantai basement RSKD. Instalasi
Radiodiagnostik memiliki peralatan sangat lengkap, terdiri dari X-Ray
konvensional, Mammografi, Angiografi, CT Scan, MRI, USG dan Kedokteran
Nuklir. Instalasi Radidiagnostik RSKD unggul dalam bidang kecepatan dan
ketepatan diagnostik serta penentuan stadium kanker. Instalasi Radiodiagnostik
dapat melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker. Pelayanan yang diberikan
dapat mendeteksi kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker
kolorektal, dan kanker hati. Selain itu, instalasi ini juga memberikan pelayanan uji
kesehatan umum (general check up) bagi pasien yang ingin melakukan deteksi
dini kanker atau pasien yang ingin mengetahui status kesehatannya.
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X untuk pemeriksaan
payudara dianggap sebagai teknologi tepat guna untuk mendeteksi keberadaan
kelainan pada payudara. Pemeriksaan payudara pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan mammografi dan USG payudara. Mammografi dinilai
sensitif untuk mendeteksi lesi (gangguan jaringan) yang tidak teraba dalam
pemeriksaan payudara. Untuk memperkirakan keganasan digunakan kategori
breast imaging reporting and data system (Bi-Rads) yang menggolongkan
mikrokalsifikasi (tanda dini kanker payudara) yang akan tergambar pada
mammografi dari kategori 0 sampai dengan 5. Pasien yang termasuk ke dalam
kategori 4 dan 5 sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan biopsi
jaringan untuk memastikan hasil diagnosis. Sementara itu, pemeriksaan dengan
USG payudara dapat melihat dan mendeteksi adanya lesi padat maupun lesi
setengah cair, termasuk melihat ukuran lesi secara jelas. USG payudara bersifat
37

saling melengkapi dengan mammografi untuk diagnosis optimal kelainan


payudara (Buku Profil RSKD).
Karakteristik Contoh dan Hubungan Faktor Risiko dengan Kanker Payudara
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi enam, yaitu Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA), Diploma/Akademi, Sarjana, dan Pasca Sarjana. Distribusi contoh
berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Pendidikan
n % n %
SD 0 0 1 4.2
SLTP 4 16.7 2 8.3
SLTA 7 29.2 5 20.8
Diploma/Akademi 1 4.2 1 4.2
Sarjana 11 45.8 11 45.8
Pasca Sarjana 1 4.2 4 16.7
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar kelompok
kasus memiliki tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 45.8% sama dengan
tingkat pendidikan pada kelompok kontrol. Menurut Guhardja et al. (1992)
pendidikan merupakan faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi
perilakunya. Selain itu, pendidikan juga memiliki peranan yang cukup penting
dalam perbaikan makanan, setidaknya tahu bahwa makanan penting bagi
kesehatan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui
cara pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung untuk
memilih makanan yang baik dalam hal jumlah dan mutu dibandingkan dengan
yang berpendidikan rendah.
Menurut Khomsan et al. (2009) tingkat pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan
dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu.
Sumarwan (2003) menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Tingkat
pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara
berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pendidikan
yang berbeda akan menyebabkan selera yang berbeda juga.
38

Secara logika dapat dikatakan bahwa peningkatan status pendidikan


akan meningkatkan status sosial ekonomi, yang kemudian akan mengubah pola
hidup. Pola hidup masyarakat dengan sosial ekonomi baik berupa asupan lemak
yang lebih tinggi serta pola hidup tidak sehat akan meningkatkan paparan faktor
risiko kanker payudara (Azamris 2006).
Pekerjaan
Jenis pekerjaan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu belum
bekerja, Ibu Rumah Tangga (IRT), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai
swasta. Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Pekerjaan
n % n %
Belum Bekerja 0 0 1 4.2
IRT 16 66.7 15 62.5
PNS 7 29.2 5 20.8
Pegawai Swasta 1 4.2 3 12.5
Total 24 100 24 100
Berdasarkan di atas, diketahui bahwa sebagian besar kasus bekerja
sebagai IRT yaitu sebesar 66.7%, namun jumlah ini tidak berbeda jauh dengan
kelompok kontrol yaitu sebesar 62.5%.
Usia
Rata-rata usia contoh dalam penelitian ini adalah 47.6 8.2 tahun pada
kelompok kasus, sedangkan rata-rata usia contoh pada kelompok kontrol adalah
sebesar 40.7 9.7 tahun. Baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol
distribusi contoh banyak terdapat pada rentang usia 40-49 tahun (41.7%).
Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol
Kasus Kontrol
Usia p-value OR 95% CI
n % n %
20-29 tahun 0 0 3 12.5 0.074 - -
30-39 tahun 3 12.5 7 29.2 0.155 0.347 0.078-1.549
40-49 tahun 10 41.7 10 41.7 1 1 0.317-3.151
50-59 tahun 9 37.5 4 16.7 0.104 3 0.774-11.627
60-69 tahun 2 8.3 0 0 0.149 - -
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelompok kasus banyak
terdapat pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebesar 41.7%, kemudian pada
39

rentang usia 50-59 tahun yaitu sebesar 37.5%. Selaras dengan penelitian yang
dilakukan Indrati (2005) bahwa kelompok kasus banyak terdapat pada rentang
usia 40-49 tahun yaitu sebesar 36.5%, kemudian pada rentang usia 50-59 tahun
yaitu sebesar 30.8%. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Azamris
(2006) yang menemukan bahwa kasus kanker payudara banyak terdapat pada
rentang usia 40-50 tahun yaitu sebesar 34.3%. Depkes (2007) menyatakan
bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya
kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Hubungan antara usia dengan
kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square, hasilnya menunjukkan
bahwa usia pada semua rentang yang telah ditetapkan tidak berhubungan
dengan kanker payudara (p>0.05).
Usia sangat penting sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kanker
payudara. Kejadian kanker payudara akan meningkat cepat pada usia
reproduktif, kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih
rendah (Wakai et al. 2000). Risiko terjadinya kanker payudara bertambah
sebanding dengan pertambahan usia. Hubungan ini diduga karena pengaruh
paparan hormonal (estrogen) yang lama serta paparan faktor risiko lain yang
memerlukan waktu lama untuk dapat menginduksi terjadinya kanker (Azamris
2006). Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut mungkin merupakan
gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan
terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia (Dinkes Bone Belango 2007).
Status Gizi
Status gizi contoh dikategorikan menjadi empat berdasarkan cut-off points
IMT menurut Depkes (2006), yaitu kurus (IMT: <18 kg/m 2), normal (IMT: 18-25
kg/m2), kegemukan (IMT: 25.1-27 kg/m2), obesitas (IMT: >27 kg/m 2). Distribusi
contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Status Gizi
n % n %
Kurus 0 0 2 8.3
Normal 21 87.5 15 62.5
Kegemukan 2 8.3 3 12.5
Obesitas 1 4.2 4 16.7
Total 24 100 24 100
40

Berdasakan Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar kelompok kasus


maupun kelompok kontrol memiliki status gizi normal yaitu masing-masing
sebesar 87.5% dan 62.5%. Hubungan antara status gizi dengan kanker
payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, dalam analisis
status gizi nomal dijadikan pembanding terhadap status gizi kegemukan dan
status gizi obesitas. Rekomendasi dari World Cancer Research Fund dan
American Institute for Cancer Research pada tahun 2007 menyatakan bahwa
untuk mencegah penyakit kanker seseorang sebaiknya menjaga berat badan
dalam kisaran berat badan normal. Keadaan kegemukan dan obesitas
meningkatkan risiko beberapa kanker (Damayanthi 2008). Hubungan antara
status gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara
Kasus Kontrol
Status Gizi p-value OR 95% CI
n % n %
Kegemukan 2 8.7 3 16.7
0.446 2.1 0.312-14.152
Normal 21 91.7 15 83.3
Total 23 100 18 100
Obesitas 1 4.5 4 21.1
0.140 5.6 0.567-55.260
Normal 21 95.5 15 78.9
Total 22 100 19 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara status gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak selaras
dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan Tung
et al. (1999). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa seorang
wanita dengan IMT >25 kg/m 2 berhubungan dengan risiko kanker payudara pada
saat post menopause (OR=1.90 pada 95% CI: 1.10-3.24) dibandingkan dengan
IMT 20 kg/m2. Berat badan 58 kg menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan risiko kanker payudara dibandingkan dengan berat badan 47 kg pada
wanita post menopause (OR=1.83 pada 95% CI: 1.10-3.01). Menurut Mahan dan
Escott-Stump (2008) hubungan antara berat badan, IMT, dan berat badan relatif
dengan kanker yang spesifik sudah diteliti secara luas dan sebagian besar studi
epidemiologi menunjukkan hubungan yang positif dengan kanker payudara,
endometrium, dan ginjal. Pada kanker payudara, ada hubungan yang positif
antara penambahan berat badan saat post menopause terhadap peningkatan
risiko terjadinya penyakit. Berdasarkan penelitian Azamris (2006) diketahui
bahwa overweight akan menigkatkan risiko kanker payudara 2.29 kali lipat (95%
CI: 2.06-2.53).
41

Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik jika >80%
jawaban benar dari pertanyaan, sedang jika 60-80% jawaban benar dari
pertanyaan, dan kurang jika <60% jawaban benar dari pertanyaan. Distribusi
contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Pengetahuan Gizi
n % n %
Rendah 4 16.7 3 12.5
Sedang 18 75 20 83.3
Tinggi 2 8.3 1 4.2
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengetahuan gizi dalam
kategori sedang lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar
83.3% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 75%. Hubungan
antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-
Square dan tabel 2x2, dalam analisis pengetahuan gizi baik dijadikan
pembanding terhadap pengetahuan gizi rendah dan pengetahuan gizi sedang.
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara
Pengetahuan Kasus Kontrol
p-value OR 95% CI
Gizi n % n %
Rendah 4 66.7 3 75
0.779 1.5 0.89-25.392
Baik 2 33.3 1 25
Total 6 100 4 100
Sedang 18 90 20 95.2
0.529 2.222 0.185-26.629
Baik 2 10 1 4.8
Total 20 100 21 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Tingkat pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat
pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena
berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai
objek tertentu. Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi
makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi
kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna
simboliknya. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin
42

memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya


(Khomsan et al. 2009).
Konsumsi Makanan Berlemak
Konsumsi makanan berlemak dikategorikan ke dalam tinggi dan rendah.
Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah
jika contoh mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali. Distribusi contoh
berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol
Konsumsi Makanan Kasus Kontrol
p-value OR 95% CI
Berlemak n % n %
Tinggi 22 91.7 17 70.8
0.064 4.529 0.832-24.649
Rendah 2 8.3 7 29.2
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan
berlemak banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 91.7%
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara
konsumsi makanan berlemak dengan kanker payudara dianalisis menggunakan
Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi makanan
berlemak tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak
selaras dengan beberapa data eksperimental dan data epidemiologi yang
menunjukkan hubungan antara beberapa jenis kanker dan jumlah lemak dalam
makanan. Diet tinggi lemak cenderung tinggi kalori dan berkontribusi terhadap
obesitas, yang berhubungan dengan meningkatnya risiko beberapa kanker
seperti kolon dan rektum, esopagus, kandung empedu, payudara (terutama post
menopause), endometrium, pankreas, dan ginjal (Mahan & Escott-Stump 2008).
Lemak menyumbang energi paling besar yaitu sebesar 9 kkal/g dibandingkan
protein dan karbohidrat yaitu masing-masing sebesar 4 kkal/g. Namun, konsumsi
lemak secara keseluruhan tidak dapat mempengaruhi risiko kanker payudara.
Setiap jenis lemak menghasilkan efek yang berbeda (Willett 2001).
Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar
Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dikategorikan ke dalam tinggi
dan rendah. Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar
hampir setiap hari, rendah jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan
dibakar >2 hari sekali. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan
43

diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan diawetkan dan
dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
Konsumsi Makanan Kasus Kontrol
p-value OR 95% CI
Diawetkan dan Dibakar n % n %
Tinggi 11 45.8 2 8.3
0.003 9.308 1.778-48.723
Rendah 13 54.2 22 91.7
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan
diawetkan dan dibakar banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar
45.8% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 8.3%. Hubungan
antara konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dengan kanker payudara
dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa
konsumsi makanan diawetkan dan dibakar berhubungan dengan kanker
payudara (p<0.05). Berdasarkan nilai OR di atas diketahui bahwa wanita yang
konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya tinggi berisiko 9.308 kali (95% CI:
1.778-48.723) terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang
konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya rendah.
Dalam pengolahan daging seperti sosis dan kornet digunakan nitrat dan
nitrit. Awalnya nitrat dan nitrit secara luas digunakan untuk memperoleh warna
merah yang seragam pada produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini
membawa pengembangan proses curing modern. Saat ini penggunaan nitrat dan
nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena adanya
efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih beracun
dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia
dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini penggunaan nitrit
sebagai bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli karena adanya bukti-
bukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu karsinogen, dapat terbentuk
dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin sekunder pada daging
(Muchtadi 1989).
Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat
karsinogen. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan
curing dan pengasapan. Pengasapan dapat pula menyebabkan pembentukan
nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap kayu dan
amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh manusia
apabila pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan dalam
44

lambung (Harris & Karmas 1989). Diet tinggi sayuran dan buah-buahan yang
kaya vitamin C dan phytochemical dapat menghambat konversi nitrit menjadi
nitrosamin. Penelitian telah menunjukkan risiko kanker yang mungkin meningkat
yang ditimbulkan oleh pembentukan polisiklik hidrokarbon aromatik dan
hetrosiklik amina selama memasak dengan metode pemanasan seperti grilling,
broiling, barbecuing, dan daging yang diasapkan. Selain itu, beberapa peneliti
juga telah menemukan aktivitas mutagenik dalam makanan setelah digoreng dan
dipanggang dengan arang (Mahan & Escott-Stump 2008).
Konsumsi Sayur
Konsumsi sayur dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari.
Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Konsumsi Sayur p-value OR 95% CI
n % n %
<5 porsi/hari 19 79.2 17 70.8
0.507 0.639 0.171-2.395
5 porsi/hari 5 20.8 7 29.2
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi sayur <5 porsi/hari
banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 79.2% dibandingkan
dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara konsumsi sayur
dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2,
hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi sayur tidak berhubungan dengan kanker
payudara (p>0.05). Hasil penelitian ini tidak seperti beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan seperti hasil penelitian Zhang et al. (2009) di salah satu
rumah sakit Guangdong, Cina yang menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan
buah menjadi kebalikan dari faktor risiko kanker payudara. Sayur dan buah
bersifat melindungi atau mencegah perkembangan kanker termasuk kanker
payudara. Hal ini berkaitan dengan substansi potensial berupa antikarsinogenik
yang dikandung dalam sayur dan buah seperti karotenoid, vitamin C, vitamin E,
dihtiolthiones, isoflavon, dan isotiosianat. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan Perry (2009) pada wanita di Asia Timur dan wanita di negara barat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan tinggi sayuran dan buah segar
dapat mengurangi risiko kanker payudara baik pada wanita di Asia Timur
maupun wanita di negara barat.
45

Kajian komprehensif dari studi epidemiologi telah meneliti hubungan


antara konsumsi sayur dan buah terhadap timbulnya kanker, hasilnya
menemukan efek perlindungan yang signifikan secara statistik dalam 128 dari
156 penelitian diet. Pada umumnya, sayuran dan buah-buahan rendah energi
dan merupakan sumber yang baik untuk serat, vitamin, mineral dan zat biologis
aktif. Contoh zat-zat (karsinogenik) yang ditemukan dalam sayuran dan buah
adalah antioksidan seperti vitamin C dan E, selenium dan phytochemical,
karotenoid, flavonoid, sterol, senyawa allium, indoles, phenols dan terpenes
(Mahan & Escott-Stump 2008).
Konsumsi Buah
Konsumsi buah dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari.
Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Konsumsi Buah p-value OR 95% CI
n % n %
<5 porsi/hari 18 75 18 75
1 1 0.271-3.694
5 porsi/hari 6 25 6 25
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi buah <5 porsi/hari
ditemukan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu masing-
masing sebesar 75%. Hubungan antara konsumsi buah dengan kanker payudara
dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa
konsumsi buah tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Seperti
data yang diperoleh dari Riskesdas pada tahun 2007 bahwa prevalensi kurang
konsumsi sayur dan buah pada masyarakat Indonesia sebesar 93.6% yang
menyebabkan tingginya angka kejadian kanker di Indonesia (Depkes 2010).
Sayur dan buah merupakan salah satu zat anti kanker. Sebagian besar zat anti
kanker ini memiliki mekanisme yang saling melengkapi. Hal ini berkaitan dengan
penghambatan pembentukan nitrosamin, penyediaan subsrat untuk
pembentukan agen antineoplastik, mengikat cairan karsinogen dalam saluran
pencernaan, perubahan metabolisme hormon, dan efek antioksidan (Mahan &
Escott-Stump 2008).
Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga
Riwayat kanker payudara pada keluarga dilihat dari ada atau tidak
adanya riwayat kanker payudara pada keluarga. Distribusi contoh berdasarkan
46

riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Distribusi contoh berdasarkan riwayat kanker payudara pada keluarga
pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
Riwayat Kanker Kasus Kontrol
p-
Payudara pada OR 95% CI
n % n % value
Keluarga
Ya 6 25 3 12.5
0.267 2.333 0.509-10.629
Tidak 18 75 21 87.5
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa riwayat kanker payudara pada
keluarga lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25%
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 12.5%. Hubungan antara
riwayat kanker payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis
menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa riwayat
kanker payudara pada keluarga tidak berhubungan dengan kanker payudara
(p>0.05). Hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa kajian yang
menyebutkan bahwa sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap
keturunan, dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang
tua. Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah
mewarisi mutasi pada gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 (ACS 2011, van de Velve et al. 1999).
Penelitian prospektif dan retrospektif epidemiologi genetik telah
menunjukkan bahwa wanita dengan mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2
memiliki risiko tinggi kanker payudara dan ovarium (Vogel 2000). Ada tiga cara
atau faktor penting dalam proses terjadinya mutasi gen yaitu faktor lingkungan
yang meliputi zat gizi, agen infektor, gaya hidup; faktor kebetulan/kesempatan;
dan faktor keturunan atau bawaan (McKelvey & Evans 2003).
Usia Menstruasi Pertama
Usia menstruasi pertama contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia
<12 tahun dan 12 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi
pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok
kasus dan kelompok kontrol
Usia Menstruasi Kasus Kontrol
p-value OR 95% CI
Pertama n % n %
<12 tahun 5 20.8 9 37.5
0.204 0.439 0.121-1.587
12 tahun 19 79.2 15 62.5
Total 24 100 24 100
47

Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa contoh yang usia menstruasi


pertama <12 tahun lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar
37.5% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 20.8%. Hubungan
antara usia menstruasi pertama dengan kanker payudara dianalisis
menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa usia
menstruasi pertama tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil
penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang selaras dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Menurut Indrati (2005), van de Velve et al. (1999) menstruasi pertama
dini (sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat
(lebih dari 55 tahun) meningkatkan risiko terhadap kanker payudara, hal ini
berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Sirait et al. (2009) menyatakan pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif
terhadap esterogen, maka perempuan yang terpajan esterogen dalam jangka
panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker payudara.
Berdasarkan hasil penelitian Gao et al. (2000) wanita yang usia
menstruasi pertama 12 tahun berhubungan dengan risiko kanker payudara,
sedangkan wanita yang usia menstruasi pertamanya 17 tahun menurunkan
risiko terhadap kanker payudara sebesar 30%. Menurut Vogel (2000), wanita
yang menstruasi pertama pada usia 11-14 tahun memiliki risiko 10-30% lebih
besar terkena kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat
menstruasi pertama kali pada usia 16 tahun.
Usia Menopause
Usia menopause contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia >50 tahun
dan 50 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok
kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Usia Menopause p-value OR 95% CI
n % n %
>50 tahun 6 25 1 4.2
0.041 7.667 0.846-69.540
50 tahun 18 75 23 95.8
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa usia menopause >50 tahun
lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25% dibandingkan
dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 4.2%. Hubungan antara riwayat kanker
48

payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-


Square dan tabel 2x2. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan
antara usia menopause dengan kanker payudara (p<0.05). Namun, berdasarkan
hasil analisis tabel 2x2 diketahui bahwa nilai OR: 7.667 tidak bermakna pada
95% CI: 0.846-69.540.
Menurut Irawati (2002) menopause bukan peristiwa yang terjadi secara
mendadak, melainkan proses yang berlangsung lama bahkan pada beberapa
orang dapat berlangsung selama 10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang
lagi pada seorang perempuan rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang
antara 48-52 tahun). Biasanya menopause terjadi pada usia 45-55 tahun (Global
Alliance Indonesia et al. 2003). Usia menopause berkaitan dengan lamanya
paparan hormon esterogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proses
proliferasi jaringan payudara (Indrati 2005, van de Velve et al. 1999). Wanita
yang menopause pada usia sekitar 55 tahun atau lebih memiliki risiko 50% lebih
besar terkena kanker payudara, sedangkan wanita yang menopause pada usia
45 tahun atau lebih muda memiliki risiko 30% lebih besar terkena kanker
payudara (Vogel 2000).
Lama Menyusui
Lama menyusui contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu lama menyusui
6 bulan dan <6 bulan. Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus
dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Lama Menyusui p-value OR 95% CI
n % n %
<6 bulan 12 50 14 58.3
0.562 0.714 0.229-2.233
6 bulan 12 50 10 41.7
Total 24 100 24 100
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa contoh yang lama menyusui <6
bulan lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 58.3%
dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 50%. Hubungan antara
lama menyusui dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square
dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama menyusui tidak berhubungan
dengan kanker payudara (p>0.05). Penelitian ini tidak memperlihatkan hasil yang
serupa dengan beberapa penelitian lain, hasil penelitian Helewa et al. (2002)
dalam Riordan (2005) menunjukkan efek perlindungan dari menyusui. Hal ini
diduga karena mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi
49

dan intensitas menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan
dengan wanita yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat
mengurangi konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-
sel epitel duktal dan lobular. Menurut Azamris (2006) ada hubungan antara
lamanya menyusui dengan efek pencegahan terjadinya kanker payudara.
Dengan bertambah lamanya menyusui anak maka paparan estrogen terhadap
payudara berkurang dan menjadi faktor protektif terhadap risiko kanker
payudara.
Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal
Sebelum dideskripsikan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal,
akan dideskripsikan terlebih dahulu alat kontrasepsi hormonal yang digunakan
contoh. Alat kontrasepsi hormonal yang digunakan contoh dikategorikan menjadi
empat, yaitu pil, suntik, implan, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
hormonal.
Baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar tidak
menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu masing-masing sebanyak 21
orang (87.5%) dan 20 orang (83.3%). Pada kelompok kasus tidak ada contoh
yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implan, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak ada contoh yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
berupa pil dan implan. Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal
yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22 Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang
digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Alat Kontrasepsi yang Digunakan
n % n %
Pil 2 8.3 0 0
Suntik 1 4.2 4 16.7
Implan 0 0 0 0
Tidak menggunakan alat
21 87.5 20 83.3
kontrasepsi hormonal
Total 24 100 24 100
Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal contoh dikategorikan
menjadi dua, yaitu lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal selama >10
tahun dan 10 tahun. Dalam analisis, kelompok yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi hormonal tidak disertakan. Distribusi contoh berdasarkan lama
menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada Tabel 23.
50

Tabel 23 Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi


hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
Lama Menggunakan Alat Kasus Kontrol
Kontrasepsi Hormonal n % n %
>10 tahun 3 100 4 100
10 tahun 0 0 0 0
Total 3 100 4 100
Berdasarkan di atas, diketahui bahwa lama menggunakan alat
kontrasepsi hormonal >10 tahun banyak ditemukan pada kelompok kontrol.
Namun, tidak ada contoh yang lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal
10 tahun sehingga data ini tidak dapat dianalisis Chi-Square dan tabel 2x2. Di
Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer di
masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan
dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Harianto et al. (2005) diketahui bahwa
pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk
terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi
kombinasi. Untuk lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi pada kelompok
kasus banyak ditemukan pada kelompok pengguna 5-9 tahun.
Lama Melakukan Aktivitas Fisik
Lama melakukan aktivitas fisik dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
<30 menit/hari dan 30 menit/hari. Distribusi contoh berdasarkan lama
melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol
Lama Melakukan Kasus Kontrol
p-value OR 95% CI
Aktivitas Fisik n % n %
<30 menit/hari 23 95.8 20 83.3
0.156 4.6 0.474-44.604
30 menit/hari 1 4.2 4 16.7
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa lama melakukan aktivitas fisik
<30 menit/hari banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 95.8%
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3%. Hubungan antara
lama melakukan aktivitas fisik dengan kanker payudara dianalisis menggunakan
Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama melakukan
aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Dalam
mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan
51

kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak


tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik
dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT.
Perokok Pasif
Perokok pasif adalah contoh yang terpapar asap rokok baik dalam
lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Bukan perokok
pasif adalah contoh yang tidak terpapar asap baik dalam lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Distribusi contoh berdasarkan
perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Tabel 25.
Tabel 25 Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol
Kasus Kontrol
Perokok Pasif p-value OR 95% CI
n % n %
Ya 9 37.5 7 29.2
0.54 1.457 0.436-4.874
Tidak 15 62.5 17 70.8
Total 24 100 24 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa status perokok pasif banyak
ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 37.5% dibandingkan dengan
kelompok kontrol yaitu sebesar 29.2%. Hubungan antara perokok pasif dengan
kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya
menunjukkan bahwa perokok pasif tidak berhubungan dengan kanker payudara
(p>0.05).
Perokok pasif atau yang dikenal sebagai secondhand smoke dengan
kanker payudara masih kontroversi pada sebagian studi, karena ada efek risiko
yang berbeda antara perokok dengan orang yang hanya menghisap asap rokok
(ACS 2011). Namun, The U.S. Environmental Protection Agency, The U.S.
National Toxicology Program, The U.S. Surgeon General, dan The International
Agency for Research on Cancer perokok pasif dapat menyebabkan kanker pada
manusia terutama kanker paru-paru. Beberapa penelitian juga menemukan
bahwa perokok pasif diduga meningkatkan risiko kanker payudara, kanker
rongga hidung, dan kanker nasofaring pada orang dewasa serta risiko leukemia,
limfoma, dan tumor otak pada anak-anak (NCI 2011).
Penelitian Miller et al. (2006) menunjukkan ada hubungan antara perokok
pasif dengan kanker payudara terutama pada wanita pre menopause, sedangkan
studi yang dilakukan pada 10 case control study dan 4 cohort study, tujuh di
52

antaranya signifikan secara statistik menunjukkan bahwa perokok pasif


meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita post menopause.
Stadium Kanker
Khusus pada kelompok kasus, dideskripsikan mengenai stadium kanker
payudara ketika terdeteksi dari contoh yang ditemukan selama penelitian.
Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus dapat dilihat
pada Gambar 2.

Stadium I Stadium III


13% 25%

Stadium II
62.5%

Gambar 2 Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus


Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa sebagian besar contoh
memeriksakan dirinya pada stadium II yaitu sebesar 62.5%. Menurut American
Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian Cancer Society (2011)
stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan kondisi kanker. Kondisi
ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana
pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium awal/dini biasanya
merujuk pada stadium 0-2 sedangkan stadium lanjut pada stadium 2-4 (Cancer
Information & Support Center/CISC 2007).
Berdasarkan data dari rekam medis RSKD 2010, saat ini kanker
payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di
RSKD sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker
terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam
keadaan stadium lanjut (RSKD 2011). Menurut Depkes (2007) kanker payudara
menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia,
terutama di negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti
di Indonesia. Alasan meningkatnya kanker payudara di negara berkembang
tersebut adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif. Menurut
Depkes (2007), van de Velve et al. (1999) Program penapisan bertujuan untuk
53

mendeteksi keadaan sebelum terjadinya kanker maupun kanker pada stadium


dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut.
Saat ini di Indonesia telah dilakukan upaya penanggulangan terpadu
penyakit kanker payudara. Upaya ini dilakukan sejak dari puskesmas. Kunci
keberhasilan pengendalian kanker payudara tersebut adalah penapisan/skrining
yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Menurut data yang diperoleh dari
WHO pada tahun 2004, lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker
tidak pernah melakukan penapisan. Departemen Kesahatan Republik Indonesia
pun telah mengeluarkan buku pedomen teknis pengendalian kanker payudara
untuk puskesmas. Buku ini bertujuan untuk membantu tim manajemen provinsi,
kabupaten/kota, dan puskesmas untuk merencanakan, melaksanakan, membina,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan pencegahan dan pelayanan kanker
payudara di puskesmas (Depkes 2007).
Menurut Depkes (2007) selain penapisan, penemuan dini merupakan
strategi lain untuk down staging. Down staging adalah stadium kanker yang
masih rendah dan dapat disembuhkan. Penemuan dini dimulai dengan
peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya
kelainan pada payudara dengan memasyarakatkan kegiatan SADARI. SADARI
sebaiknya dilakukan pada wanita sejak usia subur. SADARI dilakukan secara
rutin setiap bulan untuk meyakinkan bahwa seorang wanita dalam keadaan
sehat.
Analisis Multivariat terhadap Faktor Risiko Kanker Payudara
Hubungan faktor-faktor risiko dengan kanker payudara dianalisis secara
bersama-sama dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik
berganda. Seleksi variabel kandidat yang masuk analisis multivariat adalah yang
memiliki nilai p<0.05. Faktor risiko yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke
dalam analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda
Variabel p-value
Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar
Tinggi
0.003
Rendah
Usia Menopause
>50 tahun
0.041
50 tahun
Setelah menganalisis kedua faktor risiko tersebut secara bersama-sama,
maka ditemukan satu faktor risiko yang berhubungan (p<0.05). Hasil analisis
multivariat terhadap faktor risiko kanker payudara dapat dilihat pada Tabel 27.
54

Tabel 27 Model akhir analisis regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor


risiko kanker payudara
Faktor Risiko B p-value OR 95% CI
Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar -2.231 0.008 0.107 0.021-0.562
Constant 1.705 .027 5.500
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa konsumsi makanan diawetkan
dan dibakar bukanlah faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara,
OR: 0.107 (95% CI: 0.021-0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa berdasarkan
hasil analisis regresi logistik berganda, tidak ada faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya kanker payudara.
Keterbatasan Penelitian
Selama masa penelitian terdapat beberapa kesulitan, berikut beberapa
kesulitan yang pada akhirnya menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Pada tahap pengumpulan data, banyak contoh yang menolak untuk dijadikan
subjek penelitian.
Keterbatasan waktu contoh dalam memberikan informasi atau jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal ini disebabkan oleh
wawancara dilakukan disela-sela waktu contoh menunggu giliran pemeriksaan
payudara.
Jumlah contoh yang dijadikan subjek dalam penelitian ini tidak representatif,
kurang menggambarkan kejadian yang sesungguhnya.
Perbedaan yang tidak terlalu mencolok antara kedua kelompok penelitian.
Rata-rata kelompok kontrol memiliki riwayat menderita kista payudara, tumor
jinak payudara, pasca operasi tumor jinak payudara, atau hal lain yang
umumnya terdapat keluhan pada payudara. Hal ini disebabkan jarang sekali
seseorang memeriksakan dirinya ke rumah sakit jika tidak ada keluhan yang
dirasakan sebelumnya dan dari semua contoh yang diteliti sedikit sekali yang
menyatakan bahwa datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan
secara berkala. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
kesamaan gaya hidup dan pola konsumsi antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol. Namun, pada saat dilakukan penelitian contoh pada
kelompok kasus tersebut telah tidak menderita penyakit-penyakit seperti yang
disebutkan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam penelitian ini ada empat belas faktor risiko yang diduga dapat
menyebabkan terjadinya kanker payudara. Namun, berdasarkan hasil analisis
bivariat, hanya konsumsi makanan diawetkan dan dibakar yang merupakan
faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, artinya tinggi
konsumsi makanan diawetkan dan dibakar berisiko 9.308 kali terkena kanker
payudara (OR=9.308 dengan 95% CI: 1.778-48.723) dibandingkan dengan
rendah konsumsi makanan diawetkan dan dibakar. Setelah dilakukan analisis
multivariat terhadap faktor risiko yang nilai p<0.05 (konsumsi makanan diawetkan
dan dibakar dan usia menopause) diketahui bahwa konsumsi makanan
diawetkan dan dibakar bukanlah faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker
payudara, OR: 0.107 (95% CI: 0.021-0.562). Hal ini dapat diartikan bahwa
berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda, tidak ada faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat
diberikan antara lain sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah contoh dan
panggalian data yang lebih baik. Lakukan wawancara pada saat contoh tidak
dalam keadaan terburu-buru.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustakan
Utama.

American Cancer Society. 2011. Breast cancer.


http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/index [8 Oktober 2011].

American Society of Clinical Oncology Foundation, Canadian Cancer Society.


2011. Stadium dan grade dalam kanker payudara.
http://www.primasolusimedika.com/images/events/Stadium%20Kanker%2
0Payudara.pdf [27 Agustus 2011].

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.

Azamris. 2006. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP


Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat. http:// kalbefarma.com [18 Mei
2011].

Bagga A, Kulkarni S. 2000. Age at menarche and secular trend in Maharashtrian


(Indian) girls. Acta Biologica Szegediensis 44(1-4):53-57.

Bernier MO, Plu-Bureau G, Bossard N, Ayzac Y, Thalabard JC. 2000.


Breastfeeding and risk of breast cancer: a meta-analysis of published
studies. European Society of Human Reproduction and Embrology
6(4):374-386.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H,
Adiono, penerjemah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Terjemahan dari: Food Science.

Cancer Information & Support Center. 2007. Kanker payudara: stadium berapa?.
http://cancerclubcisc.wordpress.com/2007/11/05/kanker-payudara-
stadium-berapa/ [16 Oktober 2011].

Cancer Research UK. 2010. Breast cancer risk factors.


http://info.cancerresearchuk.org/cancerstats/types/breast/riskfactors/ [18
Mei 2011].

Centers for Disease Control and Prevention. 2010. Breast Cancer Risk by Age.
http://www.cdc.gov/cancer/breast/statistics/age.htm [14 Oktober 2011].

Corwin EJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah;


Pakaryaningsing, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktoran EGC.
Terjemahan dari: Handbook of Pathophysiology.

Damayanthi E. 2008. Gizi dan kanker. Indonesia Journal of Cancer 3(2):109-113.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Glosarium 2006.


http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf [3
Desember 2011].

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Petunjuk Teknis


Pencegahan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara.
57

Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat


Jendral PP & PL, Departemen Kesehatan RI.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Obesitas dan


kurang aktivitas fisik menyumbang 30% kanker.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/137-obesitas-dan-
kurang-aktivitas-fisik-menyumbang-30-kanker [13 Oktober 2011].

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jika tidak


dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-
dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html [13 Oktober
2011].

[Dinkes] Dinas Kesehatan Bone Belango. 2007. Mengenal kanker.


http://dinkesbonebolango.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1
&id=56 [29 September 2011].

Diana N. 2009. Faktor risiko kejadian kanker payudara pada wanita di Rumah
Sakit Onkologi Surabaya tahun 2008 [skripsi]. Surabaya: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.

Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-6 Jilid I.
Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari:
Consumer Behavior.

Ganong WF. 1990. Fisiologi Kedokteran. Dharma A, penerjemah. Jakarta: EGC


Pnerbit Buku Kedokteran. Terjemahan dari: Medical Physiology.

Gao et al. 2000. Association of menstrual and reproductive factors with breast
cancer risk: Results from the shanghai breast cancer study. Int. J. Cancer
87:295300.

Global Alliance Inddonesia, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil,


Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Jawa Barat, Pusat
Pengembangan Sumberdaya Wanita, Yayasan Pengembangan
Manajemen Kesehatan Perdhaki. 2003. Tanya Jawab Seputar Kesehatan
Reproduksi Buku Pegangan Promosi Kesehatan Pekerja. Indonesia:
Global Alliance for Workers and Communities.

Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, Hastuti D. 1992. Manajemen sumber daya


keluarga [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Petanian Bogor.

Harianto, Mutiara R, Surachmat H. 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsi


kombinasi terhadap kejadian kanker payudara pada reseptor KB di Perjan
RS DR. Cipto Mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(1):84-99.

Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1985. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo,
penerjemah. Jakarta: UI Press.

Harris RS, Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Bandung: Penerbit ITB.
58

Indonesian Tobacco Control Network. 2007. Fakta konsumsi tembakau di


Indonesia. http://indotc1.blogspot.com/2007/05/fakta-konsumsi-tembakau-
di-indonesia.html [14 Oktober 2011].

Indrati R. 2005. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker


payudara wanita (studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang)
[tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
[terhubung berkala]. http://
eprints.undip.ac.id/14998/1/2005E4D002071.pdf [8 Mei 2011].

Irawati T. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan Lembaga


Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Kelsey JL, Gammon MD. 1991. The epidemiology of breast cancer. Cancer
Journal for Clinician 41(3):146-165.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Institut


Pertanian Bogor.

Khomsan et al. 2009. Aspek Sosio-Budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy.
Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.

Koswara S. 2010. Konsumsi lemak yang ideal bagi kesehatan.


http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/KONSUMSI%20LEMAK%20YAN
G%20IDEAL.pdf [11 Agustus 2011].

Kubba A. 2003. Breast cancer an the pill. Journal of The Royal Society of
Medicine 96:280-283.

Lemeshow S, Pramono D, Hari K. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahan LK, Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, & Diet Therapy. Canada:
Elsevier. Inc.

Mangan Y. 2005. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Margolis et al. 2005. Physical Activity in Different Periods of Life and the Risk of
Breast Cancer: The Norwegian-Swedish Women's Lifestyle and Health
Cohort Study. Cancer Epidemiol Biomarkers 14:27-32.

Maso LD et al. 2008. Effect of obesity and other lifestyle factors on mortality in
women with breast cancer. Int. J. Cancer 123:2188-2194.

McChance KL, Huether SE, editor. 2010. Pathophysiology The Biologic Basis for
Disease in Adults and Children. Ed ke-6. Canada: Mosby Elsevier.

McKelvey KD, Evans JP. 2003. Cancer genetics in primary Care. Journal of
Nutrition 133:3767S-377S.

Meylina E. 2005. Analisis faktor risiko hipertensi, diabetes melitus, penyakit


jantung dan pembuluh darah di Indonesia. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
59

Miller MD et al. 2006. The association between exposure to environmental


tobacco smoke and breast cancer: a review by the California
Environmental Protection Agency. California Environmental Protection
Agency 44(2):93-106.

Muchtadi D. 1989. Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

National Cancer Institute. 2009. What are BRCA1 and BRCA2.


http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/BRCA [17 Oktober
2011].

National Cancer Institute. 2011. What is secondhand smoke


http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Tobacco/ETS [17 Oktober
2011].

Newcomb P et al. 1994. Lactation and reduced risk of premenopausal breast


cancer. NEngl J Med 330(2):81-87.

Nurdiana E, Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan.


Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Perry CS, Otero JC, Palmer JL, Gross AS. 2009. Risk factors for breast cancer in
East Asian women relative to women in the West. Journal of Clinical
Oncology 5:219-231.

Peters et al. 2009. Physical activity and postmenopausal breast cancer in risk the
NIH-AARP diet and health study. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
18:289-296.

Riordan J. 2005. Breastfeeding and human lactation. Ed ke-3. Massachusetts:


Jones and Bartlett Publishers.

[RSKD] Rumah Sakit Kanker Dharmais. 2011. Tanda dan gejala kanker
payudara. http://www.dharmais.co.id/index.php/type-of-cancer.html [16
Oktober 2011].

Silalahi J. 2006. Antioksidan dalam diet dan karsinogenesis. Cermin Dunia


Kedokteran 153:39-42.

Sirait A, Oemiati R, Indrawati L. 2009. Hubungan kontrasepsi pil dengan


tumor/kanker payudara di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia
59(8).

Smith-Warner et al. 2001. Types of dietary fat and breast cancer: a pooled
analysis of cohort studies. Int. J. Cancer 92:767-774.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulastomo A, Nurdiana E, Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi


Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta:
Galang Printika.
60

Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Jakarta: Penerbit Ghaliq.

Supariasa IDN, Bakri B, dan Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.

Suyatno. 2009. Penentuan Status Gizi.


http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11pengertian-penentuan-status-
gizi.pdf [17 September 2011].

Tannock IF, Hill RP. 1998. The Basic Science of Oncology. Ed ke-3. Singapore:
McGraw-Hill.

Tapan E. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex


Media Komputindo.

Terry P, Rohan T. 2002. Cigarette Smoking and the Risk of Breast Cancer in
Women: A Review of the Literature. Cancer Epidemiol Biomarkers
11:953-971.

Tung HT et al. 1999. Risk factors for breast cancer in Japan, with special
attention to anthopometric measurements and reproductive history. Jpn J
Cun Oncol 29(3): 137-146.

van de Velve. CHJ, Bosman FT, Wagener DJTh. 1999. Onkologi. Arjono,
penerjemah. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito. Terjemahan
dari: Onkologie.

Vogel VG. 2000. Breast cancer prevention: A review of current evidence. Cancer
Journal for Clinicians 50(3):156-170.

Wakai et al. 2000. Fat intake and breast cancer risk in an area where fat intake is
low: a case-control study in Indonesia. International Journal of
Epidemiology 29:2028.

Widyantoro N. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan. Yayasan


Lembaga Konsumen Indonesia. Yogyakarta: Galang Printika.

Willett WC. 2001. Diet and breast cancer. Journal of Internal Medicine 249:395-
411.

Wirakusumah E. 2004. Tips & Solusi untuk Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di
Masa Menopause dengan Terapi Esterogen Alami. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

[WHO] World Health Organization. 2011. Cancer. http://www.who.int/cancer/en/


[8 Oktober 2011].

Zhang CX, Ho SC, Chen YM, Fua JH, Cheng SZ, Lin FY. 2009. Greater
vegetable and fruit intake is associated with a lower risk of breast cancer
among Chinese women. Int. J. Cancer 125:181-188.

Zheng T et al. 2001. Lactation and breast cancer risk: a case-control study in
Connecticut. British Journal of Cancer 84(11):1472-1476.
LAMPIRAN
62

Lampiran 1 Informed Consent

FORMULIR PARTISIPASI

PROGRAM EVALUASI KANKER PAYUDARA

UNDANGAN UNTUK POTENSI RISIKO DAN


BERPARTISIPASI KETIDAKNYAMANAN
Ibu/Sdri diundang untuk Kegiatan ini adalah suatu
berpartisipasi dalam Program wawancara dan pengukuran.
Evaluasi Kanker Payudara ini. Kegiatan ini kemungkinan akan
Informasi berikut ini disediakan menimbulkan rasa kurang nyaman
untuk membantu Ibu/Sdri untuk (bosan) selama pengisian kuesioner.
membuat keputusan keikutsertaan
POTENSI MANFAAT
setelah mendapat penjelasan. Jika
Manfaat secara personal
ada pertanyaan jangan ragu untuk
dapat Ibu/Sdri terima dari partisipasi
disampaikan.
dalam program ini adalah
TUJUAN PROGRAM mengetahui tingkat pengetahuan
Tujuan program ini adalah gizi.
untuk mengetahui tingkat
HAK PESERTA
pengetahuan gizi Ibu/Sdri dan untuk
Hak-hak Ibu/Sdri adalah
mengetahui faktor-faktor risiko
memperoleh informasi hasil
terjadinya kanker payudara.
pemeriksaan kesehatan antara lain
PENJELASAN PROSEDUR berat badan, tinggi badan, dan
PROGRAM status gizi.
Program ini dilakukan
PERNYATAAN PERSETUJUAN
dengan metode wawancara.
Ibu/Sdri secara sukarela
Wawancara dilakukan pada setiap
memutuskan apakah ikut
wanita yang datang dan
berpartisipasi atau tidak dalam
memeriksakan dirinya ke Instalasi
program ini. Tanda tangan Ibu/Sdri
Deteksi Dini dan Onkologi Sosial
telah memutuskan untuk
RSKD serta bersedia menyetujui
berpartisipasi karena telah membaca
Formulir Partisipasi. Pada Ibu/Sdri
dan memahami informasi yang
akan diajukan beberapa pertanyaan
diberikan.
yang dirangkum dalam kuesioner.
Kuesioner ditujukan untuk
mengetahui karakteristik, gaya
hidup, dan riwayat kesehatan
Ibu/Sdri. Selain melakukan
wawancara dengan kuesioner,
Tanda Tangan Peserta
kepada Ibu/Sdri juga akan dilakukan
pengukuran pengetahuan gizi,
Tanggal:
pengukuran berat badan, dan
pengukuran tinggi badan.
Kontak: Devi (0852 6691 8789)
63

Lampiran 2 Cara perhitungan besar contoh


Dengan menggunakan 95% Confidence Interval (CI) dan Statistic Power
80% besar contoh minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan persamaan
berikut (Lemeshow et al. 1997).

Di mana, P =

Keterangan:
n = besar contoh
P = perkiraan proporsi paparan pada kontrol
OR = Odds Rasio
Z = Tingkat kemaknaan = 95%
Z = Power/kekuatan = 80%
Nilai OR yang digunakan adalah nilai OR variabel frekuensi tinggi lemak yaitu
sebesar 2.71.

P= = 0.73

= 23.68 24 untuk masing-masing kelompok


64

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

You might also like