Professional Documents
Culture Documents
Skenario A (Blok 16)
Skenario A (Blok 16)
Skenario A (Blok 16)
Mrs. Cek Molek, a 30- years old house wife, was admitted to the emergency room
in Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang with the complaints:
dyspnea, palpitation, and epigastric pain.She Thought that She got a heart
Attack.She looked very anxious and sweating. These complaints recurrent 1-3
times monthly. She accompanied by her husband, Lanang Belagak, and he told
that his wife has been suffered these complaints since 2 years ago. At the
begining, her complaints rather infrequent and then increased from time to time.
She had been consulted to many doctors, starting from general practitioners in
Puskesmas to internist (specialist of internal medicine). Almost all of medical
examination procedures had been performed to her, such as ECG, abdominal USG
and stomach contrastX ray photos, thoracic X ray photos; complete blood, urine
and feces laboratory examination with result in normal limit. Although no
pathological finding of all those examinations, she still repeat presented her
physical symptoms, and request for more sophisticated examination. Mrs. Cek
Molek has been maried since four years. They love each other and already have a
three years old son.
Additional Examination
The result from psychiatric interview is as folllow:
Mrs. Cek Molek, about 2 years ago, visited her neighbour who died
because of acute cardiac attack. She got information about the symptoms of
cardiac disease, i.e: frequent palpitations, chest or epigastic pain and discomfort
feeling.
Several days leter, she thought that if she died she would leave her little
son alone and woried that none wuold take care of him. The bad thoughts
continued, that if she died her little son would get step mothrt. Sometimes, she
aware that the bad thoughts that the bad thoughts were useless. But she couldt
stop it. Those bad thoughts made her depressed and very anxious and cause
palpitation. When she aware that her heart beat was increasing, she felt epigastric
pain.
Her premorbid personality characteristic by: over-concern with physical
attractiveness so her appearance and behavoiur make her easily to get attention,
continuing seeking for appreciation by others, and emotional labile (Histrionic
personality).
A. Klarifikasi Istilah
1. Dyspnea : terengah-engah atau sesak nafas; pernapasan yang sukar atau
berat.
2. Palpitasi : perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang cepat atau tak
teratur yang bersifat subjektif.
3. Epigastric pain : nyeri pada epigastrium.
4. Heart attack : serangan jantung.
5. Anxious : status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri dari respon
psikofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang tidak riil atau yang
terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak
diketahui.
6. Sweating : berkeringat.
7. Depressed : suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa, dan tidak bersemangat.
8. Premorbid personality : kepribadian yang terjadi sebelum berkembangnya
penyakit
9. Over concern with physical attractiveness : sangat memperhatikan
penampilan fisik
10. Emotional labile : ketidakstabilan emosi; perubahan emosi yang cepat.
11. Histrionic personality : gangguan kepribadian yang ditandai dengan
perilaku mencari perhatian dan emosi yang berlebihan; terdapat
kepedulian yang berlebihan terhadap ketertarikan fisik, rayuan seksual,
tidak toleran terhadap balasan yang terlambat, dan cepat berubah serta
ekspresi emosi yang dangkal.
B. Identifikasi Masalah
1. Ny. Cek Molek (30 tahun) mengeluh dyspnea, palpitasi, dan nyeri
epigastric yang kemudian ia mengira kalau ia sakit jantung, dan kemudian
ia tampak cemas dan berkeringat serta keluhan ini hilang timbul 1-3 kali
dalam sebulan.
2. Ia mengalami kejadian ini sejak 2 tahun yang lalu dan makin lama makin
tidak teratur dan meningkat. Hal ini sudah ia keluhkan ke dokter dan
dilakukan pemeriksaan yang semua hasilnya normal.
3. Hasil anamnesis psikiatrik dua tahun yang lalu menyebutkan kalau ia
pernah mengunjungi tetangganya yang meninggal akibat heart attack dan
ia merasa kalau ia mengalami gejala yang sama.
4. Dia mulai timbul kekhawatiran-kekhawatiran tentang apa yang akan
terjadi pada anaknya apabila ia meninggal dan makin lama ia semakin
cemas dan depresi
5. Premorbid personalitynya menunjukkan kalau ia mempunyai kepribadian
histrionic.
C. Analisis Masalah
1. Apa penyebab dan mekanisme dyspneu, palpitasi, nyeri epigastri,
cemas, dan sweating pada kasus ini?
2. Mengapa hasil lab semuanya normal?
3. Mengapa keluhan bertambah seiring berjalannya waktu?
4. Apa hubungan gejala dengan kematian tetangganya?
5. Bagaimana hubungan pemikiran buruknya dengan palpitasi, depresi,
dan cemas?
6. Apa dampak depresi pada kasus ini?
7. Apa pengaruh kepribadian histrionik dengan penyakit Cek Molek?
8. Mengapa ia tidak bisa menghentikan pikiran buruknya?
9. Apa diagnosis bandingnya?
10. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan diagnosis kerjanya?
11. Apa penatalaksanaannya?
12. Bagaimana prognosisnya?
13. Apa komplikasi yang bisa terjadi?
D. Hipotesis
Mrs. Cek Molek (30 tahun) mengalami gangguan somatoform dengan
predisposisi kepribadian histrionic.
E. Sintesis
1. Apa penyebab dan mekanisme dyspneu, palpitasi, nyeri epigastri,
cemas, dan sweating pada kasus ini?
Berfikir mendapat Sistem limbic
Cemas
serangan jantung mengintegrasi
emosi
Merangsang
Sekresi Merangsang
hipotalamus
asam ACTH
(pusat saraf
lambung otonom)
Nyeri Peningkatan
epigastri frekuensi dan Adrenalin
k kekuatan kontraksi
jantung
Palpitasi Aktivitas
Berkeringat
metabolisme
tubuh
(-) feedback
Energi oksidatif Membutuhka
suhu
langsung n O2 yang
tubuh
menjadi energi lebih banyak
panas
Dyspnea
2 thn lalu, tetangga meninggal krn Pasien menyadari bahwa pikiran tsb tidak baik, tp tidak
serangan jantung dapat menghilangkannya
HR (palpitasi )
Somatoform disorder
6. Apa dampak depresi pada kasus ini?
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan
sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas
sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi.
Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang
berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas
beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab
utama kejadian bunuh diri. Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak
terutama serotonin
Faktor psikoedukasi karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku
terhadap suatu situasi sosial
Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan
pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
7. Apa pengaruh kepribadian histrionik dengan penyakit Cek Molek?
a. Definisi
DSM IV-R: sebuah pola emosi yang berlebihan dan kebiasaan mencari
perhatian termasuk kebutuhan akan persetujuan/pembenaran dan
biasanya imulai pada awal masa dewasa. Gangguan ini biasanya
terdiagnosis ketika sikap-sikap ini menjadi bersifat menetap dan sangat
menyusahkan.
b. Symptom
Berdasarkan DSM IV-R menunjukan 5 atau lebih dari gejala berikut
i. secara konstan mencari pembenaran dan pernyataan setuu dari
orang lain
ii. terlalu memdramatisir keadaan dengan menunjukkan reaksi emosi
yang berlebihan (drama queen)
iii. terlalu sensitive terhadap kritikan dan ketidaksetujuan dari
lingkungan
iv. sikap atau penampilan yang menggoda tidak pada tempatnya
v. terlalu perhatian pada penampilan fisik
vi. kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian
vii. toleransi yang rendah terhadap frustasi serta pada kegembiraan
yang tertunda/kegagalan
viii. menunjukkan perubahan emosi yang sangat cepat dan dangkal
bagi orang lain
ix. opininya mudah terpengaruh orang lain namun sulit untuk mem-
back up-nya secara terperinci
x. cenderung mempercayai sebuah hubungan yang lebihdekat/ intim
dibandingkan kenyataan yang sesungguhnya (GR-an)
xi. membuat keputusan secara terburu-buru
xii. mengancam akan melakukan tindakan bodoh untuk mendapatkan
perhatian (misalnya bunuh diri)
Deskripsi penderita kepribadian histrionic berdasarkan gender:
i. wanita:
a) self-centered
b) self-indulged
c) sangat bergantung pada orang lain
d) labil secara emosional
e) lekat pada orang lain dalam hubungan yang tidak dewasa
f) berlebihan dalam mengidentifikasi hubungan dengan
orang lain, proyek-proyeknya tidak realistis, tujuan-
tujuannya difantasikan terhadap orang-orang yang
terlibat di dalamnya
g) labil secara emosional dan memiliki kesulitan dalam
memahami orang lain & dirinya sendiri sedalam apa pun
h) menunjukkan kemarahan yang hebat tidak pada
tempatnya
i) terlibat hubungan asmara yang menyakitkan dengan
pasangannya dan meningkat dari waktu ke waktu
ii. pria:
a) krisis identitas dan kekurangan control perasaan mereka
b) anti-sosial
c) eksploitasi secara fisik
d) secara emosi, tidak dewasa, dramatis, dan dangkal
e) umumnya cenderung bersosial secara baik tapi
cenderung mengguankan kemampuan ini untuk
memanipulasi orang lain dan menjadi pusat perhatian
f) gagal melihat situasi personal mereka secara rasional dan
realistis, dan sebagai gantinya mereka cenderung
mendramatisir dan melebih-lebihkan kesulitan yang
dialaminya
g) tanggung jawab dan kekecewaan biasanya dilimpahkan
kepada orang lain
h) suka gonta-ganti pekerjaan karena mereka merupakan
sosok pembosan
i) kesulitan dalam keadaan frustasi
j) ketagihan akan kesenangan yang baru dan kegembiraan
sehingga sering menempatkan mereka pada kondisi
beresiko
iii. lain-lain:
a) Sikap expresif mereka mudah sekali terjadi tapi sering kali
tampak dbuat-buat, kekanak-kanakan, dan berusaha
menimbulkan rasa simpati atau perhatian (sering kali
secara erotis atau seksual) dari orang lain.
b) Bertingkah provokatif secara seksual atau menjadikan
hubungan non-seksual menjadi seksual. Mereka
sebenarnya tidak ingin melakukan hubungan seksual;
tetapi tingkah laku mereka sering menutupi keinginan
untuk terikat dan terlindungi.
c) Bersedih tanpa alasan dan membesar-besarkan masalah
fisik mereka tanpa alasan untuk mendapatkan perhatian
yang mereka butuhkan.
Individu dengan gangguan keperibadian histrionik dapat berfungsi secara
sosial dengan baik, bahkan pada level yang tinggi, ia dapat sukses dalam
pekerjaannya. Mereka mempunyai kemampuan sosial yang baik, akan
tetapi kecenderungan perilaku tersebut adalah manipulatif dengan tujuan
untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
2 thn lalu, tetangga meninggal krn Pasien menyadari bahwa pikiran tsb tidak baik, tp tidak
serangan jantung dapat menghilangkannya
Somatoform disorder
8. Mengapa ia tidak bisa menghentikan pikiran buruknya?
Karena terdapat gangguan pikiran obsesi pada diri Mrs. Cek Molek. Gangguan
pikiran obsesi adalah isi pikiran yang datangnya berulang, secara sadar tidak
menginginkan sebab ia menyadari bahwa pikiran tersebut tidak wajar / tanpa
dasar, tapi ia tidak dapat menghilangkannya
Kepribadian histrionik
Stressor psikososial
Bad thoughts
Multiaksial diagnosis
AKSIS I : F45 Gangguan Somatoform
AKSIS II : F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik
AKSIS III: tidak ada
AKSIS IV: tidak ada
AKSIS V : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang bisa
c. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab munculnya somatoform disorder masih
belum diketahui, mungkin terjadi masalah pada impuls saraf yang
menghantarkan sinyal nyeri, tekanan, dan sensasi tidak nyaman lainnya ke
otak. Sampai sekarang juga belum diketahui nyeri dan masalah klinis lainnya
yang disebabkan oleh somatoform disorder itu benar-benar nyata, atau
hanya khayalan.
Hal-hal yang mempengaruhi munculnya somatoform disorders:
Tekanan dalam keluarga
Meniru orang tua (parental modeling)
Pengaruh kultur
Faktor biologis : genetik
d. Epidemiologi
Prevalensinya lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki , wanita
: laki:laki = 10 : 1
Biasanya dimulai saat masih anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Tapi
paling banyak terjadi pada orang dewasa sebelum usia 30 tahun.
Prevalensinya 5 11% populasi.
Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan
somatoform (berisiko 10-20X)
e. Faktor resiko
Riwayat orang tua
Pola asuh dalam keluarga yang salah
Wanita
Memiliki kepribadian yang mudah cemas
Orang yang tertutup
Alkoholism
Penyalahgunaan obat
f. Klasifikasi
Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik:
Gangguan somatisasi yang oleh banyak keluhan fisik yang mengenai
banyak sistem organ.
Gangguan konversi ditandai olah satu atau dua keluhan neurologis.
Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada
kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu.
Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau
persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami
cacat.
Gangguan nyeri yang ditandai dengan gejala nyeri yang semata-mata
berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna
dieksarsebasi oleh faktor psikologis.
DSM-IV juga memiliki 2 kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform:
Undifferentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak
digolongkan salah satu di atas, yang ada selama 6 bulan atau lebih.
Somatoform disorder NOS.
g. Manifestasi klinis
i. Gangguan somatisasi
1) Adanya beberapa keluhuan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana
ketika diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tapi ia
tetap kontinyu memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena
penggunaan obat. Keluhan yang umunya, misalnya: sakit kepala, sakit perut,
sakit dada, menstruasi tidak teratur, dll.
2) Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan
tersiksa/merana.
3) Berulang memeriksakan diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat,
dirawat di RS, bahkan dilakukan operasi
4) Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperi kesulitan
dalam pernikahan
ii. Gangguan konversi
1) Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi, walaupun secara
fisiologis, pada siatem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat
gangguan/ kelainan.
2) Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan
total pada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau
seperti ditusuk-tusuk, ketidakpekaan terhadap nyeri, atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan sensasi (anestesi), kelumpuhan, kebutaan,
tidak dapat mendengar, tidak dapat membau, suara hanya berbisik, dll.
3) Biasanya muncul tiba-tiba dalam kondisi stres, adanya usaha individu untuk
menghindari beberapa aktivitas atau tanggung jawab.
4) Konsep Freud : energi dari insting yang direpres berbalik menyerang dan
menghambat fungsi saluran sensorimotor.
5) Kecemasan dan konflik psikologis diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.
iii. Hipokondriasis
1) Meyakini / ketakutan atau pikiran yang berlebihan & menetap bahwa
dirinya memiliki suatu penyakit fisik yang serius.
2) Adanya reaksi yang berlebihan terhadap sensasi fisik / tubuh (salah
interpretasi terhadap gejala fisik yang dialaminya). Misal : otot kaku,
pusing / sakit kepala, berdebar-debar, kelelahan.
3) Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan
diri ke banyak dokter atau rumah sakit.
4) Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat / penjelasan
dokter, walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya
penyakit dan sudah diyakinkan.
5) Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi
sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya
iv. Gangguan dismorfik tubuh
1) Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-
lebihkan kekurangan dalam hal penampilan (individu merasa yakin
bahwa dirinya mengalami masalah dengan penampilannya, misalkan
keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)
2) Keyakinan / perhatian berlebihan ini menyebabkan stress,
menghabiskan banyak waktu, menjadi mal-adaptive atau menimbulkan
hambatan dalam fungsi social, pekerjaan atau aspek penting lainnya
(menghindar / tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah atau
pekerjaan), juga sering menyebabkan dirinya harus konsultasi untuk
operasi plastik.
3) Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi
budaya
v. Gangguan nyeri
1) Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat
& berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan
setelah pemeriksaan yang intensif).
2) Rasa nyeri ini bersifat subjektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis,
muncul di satu atau beberapa bagian tubuh.
3) Rasa nyeri ini menyebabkan stres atau hambatan dalam fungsi social,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
4) Faktor2 psikologis sering memainkan peranan penting dalam
memunculkan, memperburuk rasa nyeri.