Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/317318097

Pembelajaran Berbasis Etnomatematika

Conference Paper December 2016

CITATIONS READS

0 1,620

1 author:

Sri Rahmawati Fitriatien


PGRI University of Adi Buana
11 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sri Rahmawati Fitriatien on 02 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pembelajaran Berbasis Etnomatematika
Sri Rahmawati Fitriatien
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
rahmawatien.srf@unipasby.ac.id

Abstract: Based Learning Etnomatematika. Etnomatematika a


mathematical grow and develop within a given culture. Etnomatematika
grow and develop in Indonesia as an alternative in developing the
mathematics that still tend to be conventional and less contextual. These
conditions give an idea that learning tend to be conventional and less
contextual may reduce the ability of students in solving reasoning and
problem solving. Therefore, the application of etnomatemaika on student
learning at the level of secondary school (SMP) is expected to improve
the mathematical skills of students. This type of research is the study
literature by taking cultural craft of Bangkalan - Madura. One craft of
Bangkalan - Madura are carved to represent the world of mathematics one
of which is a geometry that can menteselasi be square, triangular,
irregular pentagons, hexagons, and can also be irregular curves. That is,
the mathematics is given in schools identified by the academic
mathematics can be integrated with etnomatematika which could give an
idea that the craft of Bangkalan - Madura contained mathematical
concepts.
Keywords: etnomatematika, mathematics, craft carving

Abstrak: Pembelajaran Berbasis Etnomatematika. Etnomatematika


merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang dalam suatu
kebudayaan tertentu. Etnomatematika tumbuh dan berkembang di
Indonesia sebagai alternatif dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika yang selama ini masih cenderung konvensional
dan kurang kontekstual. Kondisi demikian memberikan gambaran bahwa
pembelajaran yang cenderung konvensional dan kurang kontekstual
tersebut dapat mengurangi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
penalaran dan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, penerapan
etnomatemaika pada pembelajaran siswa pada tingkatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
matematika siswa. Jenis penelitian ini merupakan studi pustaka dengan
mengambil budaya kerajinan dari Bangkalan - Madura. Salah satu
kerajinan dari Bangkalan - Madura yaitu ukiran yang mampu
merepresentasikan dunia matematika salah satunya adalah bangun
geometri yang bisa menteselasi berupa persegi, segitiga, segilima
beraturan, segi enam beraturan dan bisa juga berupa kurva. Artinya,
matematika yang diberikan di sekolah yang dikenal dengan academic
mathematics dapat diintegrasikan dengan etnomatematika yang mampu
memberikan gambaran bahwa kerajinan dari Bangkalan Madura
terkandung konsep-konsep matematika.
Kata kunci:etnomatematika, pembelajaran matematika, kerajinan ukiran

Disadari atau tidak, setiap orang telah bahwa matematika merupakan bagian
menerapkan matematika dalam dari kebudayaan. Telah kita ketahui
kehidupan sehari-hari karena ketahui bersama, bahwa matematika
matematika memiliki sifat sosio adalah raja dari segala bidang ilmu.
kultural-historis. Oleh karena itu, tidak Hal ini tidak berlebihan, karena
salah bahwa terdapat beberapa matematika memiliki sifat yang
pendapat ahli yang menyebutkan universal dengan segala bentuk
pembelajarannya.Matematika memiliki etnomatematika. DAmbrosio
sifat reinvention, yaitu pengetahuan memperkenalkan istilah tersebut untuk
yang dapat ditemukan kembali dengan menyebutkan suatu matematika yang
cara memahami atau mengikuti berbeda dengan matematika sekolah.
bagaimana cara pengetahuan itu Matematika di sekyang dibelajarkan di
ditemukan, termasuk dalam hal ini sekolah dasar dikenal dengan
adalah siswa secara alami dapat academic mathematics, sedangkan
menemukan hingga menyimpulkan etnomatematika merupakan
proses pembelajaran matematika yang matematika yang diterapkan pada
dialaminya baik pada pendidikan kelompok budaya (Ubayanti, dkk.,
formal atau pun diluar itu. Matematika 2016:13).
juga dapat dikatakan sangat erat Gagasan DAmbrosio tersebut
kaitannya dengan budaya, dikarenakan menjelaskan bahwa munculnya
terdapat sekelompok masyarakat yang etnomatematika merupakan akibat dari
menggunakan peluang ini sebagai aktivitas matematika yang dipengaruh
pendekatan dalam pembelajaran oleh kegiatan lingkungan masyarakat
matematika misalnya adalah karena adanya pengaruh budaya.
masyarakat Bali yang menggunakan Dengan kata lain, keberadaan
konsep teselasi dalam membuat matematika sebagai suatu ilmu tidak
kerajinan anyaman Bali. serta merta terjadi hanya di dalam
Kecenderungan sebagian besar kelas pembelajaran, melainkan dapat
masyarakat berfikir bahwa matematika berlangsung di luar kelas pembelajar.
hanyalah suatu mata pelajaran di Hasil studi PISA (Programme for
sekolah, tetapi pada kenyataannya International Student Assesssment)
sebagian besar masyarakat secara tidak tahun 2009 dan hasil penelitian TIMSS
sadar telah menerapkan ilmu (Thrends International Mathematics
matematika dalam kehidupan sehari- Science Study) tahun 2011
hari. Salah satu bentuk aktivitas yang menempatkan Indonesia pada
menerapkan ilmu matematika adalah, peringkat yang masih jauh dari
berhitung, mengurutkan bilangan, harapan, dalam artian masih di bawah
mengelompokkan objek-objek benda rata-rata. Hasil ini disebabkan karena
ke dalam kelompok yang sama, dan kurangnya kemampuan matematika
lain sebagainya. siswa dalam menyelesaikan soal
Dari kejadian tersebut, dapat penalaran dan pemecahan masalah.
dikatakan bahwa pendidikan dan Salah satu penyebabnya adalah
budaya merupakan suatu bentuk pembelajaran matematika yang
kolaborasi atau perpaduan yang tidak dilakukan saat ini denderung
dapat dihindari dalam kehidupan konvensional dan kurang kontekstual.
sehari-hari. Menurut K. Rhofy Nur, Peraturan Menteri Pendidikan dan
dkk (2015:1) menyebutkan bahwa Kebudayaan No.68 Tahun 2013
pendidikan dan budaya merupakan mendukung pola pembelajaran inovatif
satu kesatuan utuh yang berlaku dan kontekstual. Sehingga diharapkan
dalamsuatu masyarakat dan proses pembelajaran menjadi
pendidikan merupakan kebutuhan interaktif, menyenangkan, memotivasi,
mendasar bagi setiap individudalam memantang, serta meninggalkan pola
masyarakat. pembelajaran tunggal menjadi
Hal ini sejalan dengan pemikiran pembelajaran yang berpola
ilmuwan matematika dari Brazil, multidicipline (Maulana, A., dkk.,
Ubiratan DAmbrosio yang sejak 2014:1).
tahun 1977 telah menjadi pemrakarsa Dari hasil penelitian tersebut,
gagasan untuk memanfaatkan unsur seharusnya kita dapat mengupayakan
sosial budaya ke dalam pembelajaran adanya perubahan yang baik dalam
matematika. Ia mengistilahkan meningkatkan kemampuan matematika
matematika yang dipratekkan oleh siswa dengan pembelajaran yang
kelompok budaya seperti kelompok inovatif dan kreativ sebagai alternatif
perkotaan dan pedesaan, kelompok yang baik untuk menyikapi hal
buruh, anak-anak dari kelompok usia tersebut. Salah satu perbaikan dalam
tertentu, atau masyarakat adat sebagai proses pembelajaran khususnya dalan
meningkatkan proses berfikir atau adalah data tertulis yang
bernalar siswa, memecahkan masalah mendeskripsikan ide-ide matematika
dan berargumentasi serta komunikasi, yang terdapat pada seni kerajinan ukir
pembelajaran berbasis etnomatematika Madura.
dapat menjadi solusi alternatif guna Data tentang kerajinan ukir
proses perbaikan pembelajaran siswa. Madura diperoleh dari budayawan
Sebagai contoh bentuk dari lukis dan patung yang berasal dari
pembelajaran berbasis etnomatematika Bangkalan Madura yang menjadi
yang kita temukan dalam kehidupan narasumber peneliti. Untuk menggali
sehari-hari adalah konsep matematika hal-hal terkait seni kerajinan ukir
pada candi dan prasasti, gerabah dan Madura, peneliti melakukan
peralatan tradisonal, motif kain batik wawancara kepada nawasumber, studi
dan bordir, permainan tradisional, pustaka terkait seni kerajinan ukir
satuan lokal, dan berbagai macam hasil Madura, serta catatan etnografi
aktivitas yang sudah membudaya (catatan lapangan). Catatan etnografi
(Maulana, A., dkk., 2014:1). terkait seni kerajinan ukir Madura
Pembelajaran berbasis diperoleh pada saat kegiatan observasi
etnomatematika juga dapat dan wawancara dengan narasumber.
diimplemetasi ke dalam kurikulum Penelitian ini merupakan
matematika formal untuk mengatasi penelitian eksploratif dengan
kesulitan belahjar matematika siswa. pendekatan etnografi. Peneliti
Peran guru dalam kegiatan belajar melakukan penggalian informasi guna
formal disini dapat salah satunya dapat menemukan dan mengetahui suatu
dilakukan dengan memberikan makna gejala atau konsep matematika yang
kontekstual yang relevan terkait terdapat pada seni kerajinan ukir
materi pembelajaran matematika yang Madura. Instrumen penelitian pada
diberikan kepada siswa harus penelitian ini menggunakan human
terintegrasi dengan budaya lingkungan instrumen. Peneliti berperan sebagai
siswa tinggal. intrumen utama guna mengumpulkan
Berdasarkan uraian permasalahan data. Terlaksana penelitian ini tidak
di atas terkait kesulitan siswa dalam luput dari dukungan instrumen
belajar matematika, dibutuhkan sebuah pendukung yang meliputi field notes,
terobosan baru untuk menarik kembali pedoman wawancara dan observasi
minat siswa dalam mempelajari serta dokumentasi peneliti.
matematika dengan pendekatan
eksplorasi etnomatematika yang TINJAUAN PUSTAKA
selanjutnya digunakan oleh guru untuk Matematika sebagai Produk Budaya
merencanakan proses pembelajaran Matematika tumbuh dan
berbasis lokal budaya. Kajian berkembang secara pesat tidak hanya
penelitian ini bertujuan untuk di satu lokasi tertentu, melainkan di
menggali etnomatematika pada segala penjuru tempat telah mengalami
kerajinan ukir Madura, khususnya ukir perkembangan yang pesat dalam dunia
Bangkalan dengan harapan dapat matematika. Tidak dipungkuri bahwa
memberikan masukan atau Indonesia adalah salah satu negarai
sumbangsih pada dunia pendidikan yang mampu mengalami perubahan
matematika. Hasil pembelajaran yang tersebut. Pertumbuhan dan
telah diperoleh selama ini di tingkat perkembangan matematika di
Sekolah Menengah Pertama dapat Inodnesia dapat terlihat dari segi
ditingkatkan melalui pembelajaran kehidupan bermasyarakat, baik dari
matematika berbasis etnomamtematika segi hubungan sosial maupun kultural.
yang lebih inovatif kontekstual. Akan tetapi, pertumbuhan dan
perkembangan dunia matematika yang
METODE PENELITIAN terjadi di Indonesia secara garis besar
Metode etnografi digunakan untuk tidak dapat disamakan. Hal ini karena
menggambarkan, menjelaskan dan adanya tantangan hidup yang dihadapi
menganalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat Indonesia di berbagai
masyarakat atau suku bangsa. Data wilayah dengan latar belakang budaya
yang digunakan dalam penelitian ini yang berbeda.
Setiap budaya dan subbudaya bahwa ada cara lain dan berbeda dalam
mengembangkan matematika dengan mengungkapkan dan melakukan ilmu
cara mereka sendiri. Sehingga matematika yang selama ini hanya
matematika dipandang sebagai hasil terpaku bahwa matematika merupakan
akal budi (pikiran) manusia dalam ilmu dari pendidikan formal di
aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal sekolah. Bentuk implementasi
ini menyimpulkan bahwa matematika matematika yang dilakukan secara
merupakan produk budaya yang praktik dapat diwujudkan dalam
merupakan hasil abstraksi pikiran kehidupan sehari-hari dengan
manusia, serta alat pemecahan mengembangkan pengetahuan
masalah. Sebagaimana diungkapkan matematika akademik yaitu mengukur,
oleh Sembiring dalam Rachmawati berhitung, merancang bangunan atau
(2010) bahwa matematika adalah alat, bermain dengan menerapkan
konstruksi budaya manusia konsep matematika, dan lain
(Rachmawati, I., 2013:2). sebagainya.
Dengan demikian, DAmbrosio
Pengertian Etnomatematika menjelaskan bahwa sebagai hasil dari
Menurut DAmbrosio dalam sejarah budaya matematika dapat
Rachmawati, (2013:4), menyatakan memiliki bentuk yang berbeda-beda
bahwa secara bahasa awalan ethIno dan berkembang sesuai dengan
diartikan sebagai sesuatu yang sangat perkembangan masyarakat
luas yang mengacu pada konteks sosial pemakainya. Etnomatematika
budaya, termasuk bahasa, jargon, kode menggunakan konsep matematika
perilaku, mitos dan simbol. Kata dasar secara luas yang terkait dengan
matIhema cenderung berarti berbagai aktivitas matematika,
menjelaskan, mengetahui, memahami, meliputi aktivitas mengelompokkan,
dan melakukan kegiatan seperti berhitung, mengukur, merancang
pengkodean, mengukur, bangunan atau alat, bermain,
mengklasifikasi, menyimpulkan, dan menentukan lokasi, dan lain
pemodelan. Akhirnya tIcs berasal sebagainya (Rachmawati, I., 2013:4).
dari techne, dan bermakna sama
seperti teknik. Sedangkan secara Peran Etnomatematika dalam
istilah etnomatematika diartikan Pembelajaran Matematika
sebagai matematika yang Pembelajaran matematika
dipraktekkan di antara kelompok membutuhkan suatu pendekatan agar
budaya diidentifikasi seperti dalam pelaksanaanya memberikan
masyarakat nasional suku, kelompok keefektifan. Sebagaimana dari salah
buruh, anak-anak dari kelompok usia satu tujuan pembelajaran itu sendiri
tertentu dan kelas profesional. bahwa pembelajaran dilakukan agar
Istilah tersebut kemudia peserta didik dapat mampu menguasai
disempurnakan menjadi Saya telah konten atau materi yang diajarkan dan
menggunakan Etnomatematika sebagai menerangkannya dalam memecahkan
mode, gaya, dan teknik (tics) masalah. Untuk mencapai tujuan
menjelaskan, memahami, dan pembelaaran ini mestinya guru lebih
menghadapi lingkungan alam dan memahami faktor apa saja yang
budaya (mathema) dalam sistem berpengaruh dalam lingkungan siswa
budaya berbeda (ethnos) terhadap pembelajaran. Salah satu
(Rachmawati,I,. 2013:4). faktor yang berpengaruh dalam
Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran adalah budaya yang ada
dapat disimpulkan bahwa di dalam lingkungan masyarakat yang
etnomatematika merupakan bentuk siswa tempati. Budaya sangat
lain dari matematika yang dilakukan menentukan bagaimana cara pandang
secara praktik oleh kelompok tertentu siswa dalam menyikapi sesuatu.
dalam lingkup sosio-kultur-budaya. Termasuk dalam memahami suatu
Sejalan dengan pandangan tokoh matemati matematika. Ketika suatu
matematika dari Brazil tersebut, materi begitu jauh dari skema budaya
menyebutkan bahwa tujuan dari yang mereka miliki tentunya materi
etnomatematika untuk mengakui tersebut sulit untuk difahami. Untuk
itu diperlukan suatu pendekatan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran matematika yang Keberadaan Kerajinan Ukir
mampu menghubungkan antara Madura
matematika dengan budaya mereka. Manusia memiliki kemampuan
(Wahyuni,A., dkk., 2013: 116) untuk menghasilkan atau menciptakan
Etnomatematika merupakan suatu karya yang luar biasa dengan
jembatan matematika dengan budaya, menggunakan alat geraknya. Dengan
sebagaimana telah dijelaskan menghasilkan karya dari hasil
sebelumnya bahwa etnomatematika tangannya sendiri mampu menjadikan
mengakui adanya cara-cara berbeda manusia yang emmeiliki pengalaman
dalam melakukan matematika dalam untuk semakin terampil dan inovatif
aktivitas masyarakat. Dengan baik dari segi penghasil barang
menerapakn etnomatematika sebagai ataupun kreatif dalam menciptakan
suatu pendekatan pembelajaran akan ide-ide yang inovatif guna membantu
sangat memungkinkan suatu materi proses pembelajaran.
yang dipelajari terkait dengan budaya Pulau Madura yang meliputi
mereka sehingga pemahaman suatu wilayah Bangkalan, Sampang,
materi oleh siswa menjadi lebih mudah Pamekasan dan Pamekasan memiliki
karena materi tersebut terkait langsung ragam budaya yang bervariasi.
dengan budaya mereka yang Terlebih untuk wilayah Bangkalan
merupakan aktivitas mereka sehari- yang memiliki seni kerajinan batik.
hari dalam bermasyarakat. (Wahyuni, Seni kerajinan batik disini tidak hanya
A., dkk., 2013: 116) dituangkan dalam selembar kain batik,
Salah satu bentuk penerapan melainkan dapat dikreasikan dengan
etnomatematika dalam pembelajaran media kayu.
matematika adalah penggunaan lidi Berbagai ragam ukiran dapat
untuk konsep operasi perkalian pada ditemukan di Masjid, rumah-rumah
bilangan bulat. Budaya yang terdapat penduduk, perahu, perabotan rumah
dalam pembelajaran ini adalah tangga, hingga ukiran untuk
penggunaan lidi merupakan bagian pemakaman. Ukiran yan peneliti kaji
dari alat pembersih yang biasa pada penelitian ini adalah seni
digunakan untuk menyapu halaman kerajinan ukir Madura yang terdapat di
atau tempat yang kotor. Budaya ini lemari pakaian dengan motif bunga
diselipkan pada proses pembelajaran dan burung. Ukiran dengan berbagai
matematika yang menggunakan media variasibentuk, ukuran, motif dan warna
sapu lidi untuk menyelesaikan masalah menunjukkan sebagai ciri khas
operasi perkalian bilangan bulat. Madura. Kalau kita melihat ukiran
Dengan adanya bentuk pembelajaran yang ada di lemari pakaian, dapat kita
ini siswa lebih mudah dalam menerima bedakan pula mana lemari ukir yang
dan memahami materi yang berasal dari Bangkalan, Sampang,
disampaikan oleh guru dan hasil Pamekasan maupun Sumenep
belajar siswa pun mengalami dikarenakan ciri ukiran atau hiasan
perbaikan. pada lemari pakaian tersebut..
Salah satu contoh di atas Ukiran Madura antara lain dapat
merupakan bentuk keberhasilan dari dikenali dari ciri-ciri penampilannya
pembelajaran matematika berbasis yang lugas/sederhana, kasar/gagah,
etnomatematika yang dapat dilakukan menonjol/merangsang, gemuk/besar.
oleh guru dalam melakukan inovasi Warna-warna yang banyak dipakai
pembelajaran di kelas. Selain itum adalah merah (merah tua), hitam,
dapat pula sebagau upaya perbaikan putih, kuning (dan brons), hijau, biru.
dalam memperbaiki kualitas Dapat dikatakan ukiran Madura,
pembelajaran matematika. Ini artinya bersifat tradisional sebab pengalihan
bahwa nilai-nilai sosio-kultur-budaya ketrampilan ini secara turun-temurun
tidak terpisah dari ilmu matematika dan masih selalu mempertahankan
dengan dijembatani etnomatematika. teknik, bentuk maupun motif yang
mereka terima secara turun-temurun
pula.
Dari kekayaan ragam hias (motif) refkleksi, dan rotasi (Puspadewi, K.R.,
yang beraneka rupa dapat kita kaji dkk., 2014: 82).
berapa reseptif dan luwesnya budaya Departemen Pendidikan Nasional
Madura yang tampaknya kaku itu menjelaskan (dalam Puspadewi, K.R.,
seperti: dkk., 2014: 82) bahwa prinsip teselasi
Tetumbuhan, terutama sulur gelung tersebut banyak diterapkan
("janggoleng") yang digunakan juga dalamkehidupan sehari-hari, seperti
untuk menggayakan kepala kala, pada teknik pemsangan ubin,
manusia atau hewan dalam sulur- pembuatan motif kain, desain
sulur; bunga-bunga dan buahan. wallpaper, dan lain-lain. Bahkan di
Binatang, baik yang natural maupun alam pun bisa ditemukan contoh
super-natural seperti kuda, ular teselasi yang terjadi secara alami, yaitu
naga, burung phunix, burung pada sarang lebah. Bangun-bangun
merak, singa, kijang dan masih geometri yang bisa menteselasi
banyak lagi. contohnya persegi, segitiga, segilima
Motif bingkai, biasanya geometris. beraturan, segi enam beraturan, dan
Benda-benda alam, baik naturalistis bisa juga berupa kurva.
maupun simbolis seperti surya,
cakra, gunung, laut, awan, kilat. Pemanfaatan Etnomatematika
Senjata, seperti keris, pedang, Kerajinan Ukir Madura dalam
tombak, clurit, tameng, pecut dan Pembelajaran
lain-lain. Dari pembahasan di atas, dapat
Huruf-huruf Arab yang digayakan dijelaskan bahwa konsep matematika
(Kaligrafi). banyak terkandung dalam seni
kerajinan ukir Madura. Salah satu
Motif mahkota, piala, payung.
konsep matematika yang ada pada
Wayang dan sedikit orang dan lain-
ukiran Madura pada objek lemari
lain.
pakaian adalag teselasi. Karena adanya
penerapan konsep matematika dalam
Secara garis besar ukiran Madura
ukiran Madura pada lemari pakaian,
ada empat macam, yakni:
maka hasil kerajinan ukir ini dapat
"dalessan", yakni kombinasi
dimanfaatkan dalam pembelajaran di
torehan dan cekungan;
kelas terutama untuk sumber belajar
"lapadan", relief dengan dasar yang
materi geometri.
rata;
Konsep teselasi diharapkan
"karawangan", ukiran tembus;
mampu menemukan bentuk-bentuk
"karangkangan", tembus dan
bangun geometri yang ada pada objek
bertumpang-tindih sehingga lebih
lemari pakaian dengan desain ukiran
bersifat tiga dimensi (www.
Madura sehingga siswa mampu
Wikipedia.com).
mengamati hingga menemukan
bangun geometri yang terdapat pada
Teselasi pada Kajian Geometri
objek belajar tersebut. Desain ukir
Teselasi merupakan suatu pola
dengan penerapan teselasi tersebut
khusus yang terdiri dari bangun-
mampu membantu siswa guna
bangun geometri yang disusun tanpa
mencapai kompetensi dalam
pemisah atau jarak untuk menutupi
memahami bentuk
suatu bidang datar. Teselasi
bangun geometri berdasarkan prinsip-
merupakan konsep antar cabang ilmu
prinsip teselasi yang ada. Hal lain yang
pengetahuan yaitu matematika dan
diharapkan adalah meningkatnya
seni . ketika teknik teselasi digunakan
kreativitas siswa dalam
oleh seniman tukang batu, teselasi
mengintegrasikan antara ilmu
mengacu pada konsep artistik.
matematika dengan nilai-nilai budaya
Sedangkan dalam pembelajaran
yang ada di lingkungan tempat siswa
matematika, teselasi meliputi beberapa
tinggal.
konsep matematika yang lebih dalam
seperti segi banyak beraturan, segi
banyak tidak beraturan, kekongruenan,
sudut dalam, jumlah sudut dalam suatu
segi banyak, simetri, translasi,
Pembelajaran matematika yang
menyelipkan etnomatematika yang
bersumber dari kerajinan ukir Madura
akan menambah wawasan siswa
mengenai keberadaan matematika
yang ada pada salah satu unsur budaya
yang dimiliki oleh tempat siswa
tinggal yaitu di Pulau Madura, serta
mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa pada matematika
denganmengaitkan budaya lokal
khususnya kerajinan ukir Madura ke
Gambar 1. Beberapa Unsur Matematika dalam proses pembelajaran
pada Kerajinan Ukir Madura matematika terkait konsep geometri.

Perhatikan gambar contoh SIMPULAN DAN SARAN


kerajinan ukir Madura di Simpulan
atas.Beberapa unsur matematika yang Etnomatematika yang ada pada
lain yang ada dalam pola kerajinan kerajinan ukir Madura adalah adanya
ukir antara lain mengenai garis penggunaan prinsip teselasi pada pola
vertikal dan garis horisontal, garis kerajinan ukir Madura berupa bangun-
tegak lurus, garis sejara, sudut siku- bangun geometri pada lemari ukir
siku, simetri, dan lain sebagainya. Madura.Teselasi tersebut
Guru dapat mengemas pembelajaran menggunakan berbagai jenis bangun
dengan memanfaatkan unsur geomteri misalnya persegi panjang,
matematematika ini dengan konsep sudut, konsep garis, bangun
menyesuaikan pada topik yang setengah lingkaran dan bangun
dibahas. lingkaran yang terdapat pada lemari
1. Bangun geomteri yang adalah ukir Madura. Dapat disimpulkan
persegi panjang (kotak berwarna bahwa kerajinan ukir Madura yang
kuning). diaplikasikan pada lemari pakaian
2. Antara persegi panjang yang satu dapat dijadikan sebagai referensi untuk
dengan yang lain simetris (4 kotak sumber belajar dalam pembelajaran
warna kuning). matematika. Keberadaan
3. Sudut yang terbentuk adalah sudut etnomatematika tidak hanya terbatas
siku-siku (noktah biru). pada seni ukir Madura saja, melainkan
4. Garis yang ditunjukkan oleh anak masih banyak terdapat pada unsur-
panah berwarna magenta adalah unsur budaya Madura yang lainnya.
contoh garis horisontal. Sehingga segala sesuatu yang menjadi
5. Garis yang ditunjukkan oleh anak unsur budaya di Madura dapat
panah berwarna hijau stabilo adalah dijadikan sebagai alternatif
contoh garis vertikal. pembelajaran matematika yang
6. Garis horisontal tegak lurus dengan inovatif dan kreatif.
garis vertikal.
7. Antara garis horisontal yang satu Saran
dengan yang lain saling sejajar, Untuk perkembangan
begitu pula antara garis vertikal pembelajaran matematika yang
yang satu dengan yang lain saling berkelanjutan, etnomatematika dapat
sejajar. dijadikan sebagai rujukan dan sarana
8. Bangun geometri yang ada pada guna menjembatani antara matematika
pusat bunga sebagai aksen ukir sebagai ilmu pengetahuan dengan
lemariadalah lingkaran (berwarna budaya sosio kultural masyarakat
merah, ditunjukkan dengan anak Madura. Sebagai tindak lanjut dari
panah berwarna hitam). penelitian ini, pemerintah Kabupaten
9. Bangun geometri yang ada pada Madura, khususnya di Kabupaten
aksen mahkota ukir lemari adalah Bangkalan mengadakan sosialisasi
setengah lingkaran (berwana ungu). terkait inovasi pembelajaran berbasis
etnomatematika untuk guru mulai Matematika . (Online), Vol. 4 No.
tingkatan Sekolah Dasar hingga 2, Desember 2015,
Sekolah Menengah Atas. Dengan (http://ojs.unud.ac.id/index.php/jm
adanya sosialisasi dan pengenalan at/article/view/12552/8647,diakses
etnomatematika diharapakan mampu 5 Desember 2016).
menumbuhkan rasa cinta dan bangga
terhadap budaya lokal yang Rachmawati, I. 2013. Eksplorasi
diimplementasikan pada pembelajaran Etnomatematika Masyarakat
matematika. Sidoarjo, (Onlien),
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.p
DAFTAR RUJUKAN hp/mathedunesa/article/view/249,
https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_M diakses 5 Desember 2016).
adura, (Online), diakses 5
Desember 2016. Ubayanti, C.S., dkk. 2016. Eksplorasi
Etnomatematika pada Sero (Set
K, Rhofy Nur.,dkk. 2015. Eksplorasi Net): Budaya Masyarakat Kokas
Etnomatematika Masyarakat Suku Fakfak Papua Barat. Jurnal Ilmiah
Madura di Situnondo. Artikel Matematika dan Pembelajarannya.
Ilmiah Mahasiswa , 2015, II Volume 2 Nomor 1 (2016): 12
(1):1-4. 17.

Maulana, A. 2014. Penerapan Wahyuni, A., dkk. 2013. Peran


Etnomatematika pada Pembe Etnomatematika dalam
lajaran Matematika Tingkat SMP. Membangun Karakter Bangsa.
(Online),(www.academia.edu/180 Makalah disajikan dalam Seminar
90110, diakses 5 Desember 2016). Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika,
Puspadewi, K.R., dkk. 2014. Universitas Negeri Yogyakarta,
Etnomatematika di Balik Yogyakarta, 9 November 2013.
Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal

View publication stats

You might also like