Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK INTERPERSONAL


PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE
OPERASI FRAKTUR
Cemy Nur Fitria 1 Otavia Andansari 2
Prodi DIII Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta (penulis 1)
cemynurfitria@gmail.com

Prodi DIII Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta (penulis 2)


Otavia@yahoo.com

Background : Surgery is a unique experience the change be planned on body that cause
anxiety. Anxiety can be reduced by focusing on the act of nursing therapeutic
communication and health education for patients and their families. The
Communication therapeutic is a relationship take and a give between nursing and
patient. Based on the results of a survey in 237 hospitals there Dr. Moewardi during 3
last month. There are 12 of the 15 patients who experience anxiety with the criteria
being the sign. Objective : To determine effectiveness of communication therapeutic on
pre operative patient anxiety levels Fractures in Hospital Dr. Moewardi. Methods : The
research method in the form of quasi experimental with One Group Pretest-Posttest
Design. Data analysis using paired t test. Sampling technique is accidental sampling
fracture on preoperative patients with a sample of 15 respondents. The instrument used
in the form of leaflets communication therapeutic and HRS A. Results :
Communication therapeutic nursing there is very effected on patient anxiety level
fracture with score before 39,5 and after 22,3, the results of the value of 0,000 results
at the 5 % significance. Conclusion : Communication therapeutic interpersonal nursing
there is very effected on preoperative patient anxiety level fracture in Space Mawar II
Hospital Dr. Moewardi.
Keywords : Communication Therapeutic, Anxiety, Pre Surgery Fracture

A. Pendahuluan keperawatan fokus pada komunikasi


terapeutik dan pendidikan kesehatan
Kecelakaan tersebut seringkali
bagi pasien dan keluarganya.
menyebabkan cedera tulang atau yang
Komunikasi terapeutik merupakan
disebut dengan fraktur.Kecelakaan
hubungan interpersonal antara
lalu lintas merupakan penyebab
perawat dan klien, dalam hubungan
fraktur (patah tulang) terbanyak.
ini perawat dan klien memperoleh
Menurut WHO (2009),
pengalaman belajar bersama dalam
Operasi atau pembedahan
rangka memperbaiki pengalaman
merupakan pengalaman baru bagi
emosional klien (Suryani, 2006).
pasien yang menimbulkan
Terdapat dua faktor yang
kecemasan, respon pasien
mempengaruhi tingkat kecemasan,
ditunjukkan melalui: ekspresi marah,
yaitu ancaman terhadap integritas
bingung, apatis, atau mengajukan
seseorang meliputi seseorang
pertanyaan. Kecemasan dapat
ketidakmampuan fisiologis yang akan
dikurangi dengan tindakan
terjadi atau menurunkan kapasitas

406
ISSN 2407-9189 The 3 rd Universty Research Colloquium 2016

untuk melakukan aktivitas sehari- Menurut Suryani (2006), mendefinisikan


hari. Pada ancaman ini, stressor yang komunikasi sebagai sebuah proses
berasal dari sumber eksternal adalah penyesuaian dan adaptas i yang dinamis
faktor-faktor yang dapat antara dua orang atau lebih dalam
sebuah interaksi tatap muka yang pada
menyebabkan gangguan fisik
saat tersebut terjadi pertukaran ide,
(misalnya : infeksi virus, polusi makna, perasaan dan perhatian.
udara). Sedangkan yang menjadi Komunikas i pada hakikatnya adalah
sumber internalnya adalah kegagalan suatu proses sosial. Sebagai proses
mekanisme fisiologi tubuh (misalnya sosial, dalam komunikasi se lain terjadi
: sistem jantung, sistem imun, hubungan antar manusia juga terjadi
pengaturan suhu, dan perubahan interaksi sa ling mempengaruhi. Ha kikat
fisiologis selama kehamilan). komunikasi sebagai suatu hubungan
Ancaman terhadap sistem diri yang dapat menimbulkan perubahan
seseorang dapat membahayakan sikap dan tingkah laku serta
identitas, harga diri, dan fungsi sosial kebersamaan dalam menciptakan sa ling
pengertian dari orang-orang yang
yang terintegrasi seseorang. Ancaman
terlibat dalam komunikas i.Pendekatan
yang berasal dari sistem eksternal konseling yang memungkinkan klien
yaitu kehilangan orang yang berarti menemukan siapa dirinya merupakan
(meninggal, perceraian, pindah kerja) fokus dari komunikasi terapeutik
dan ancaman yang berasal dari 2) Tujuan komunikas i tera peutik
sumber internal berupa gangguan Menurut Suryani (2006), tujuan dari
hubungan interpersonal di rumah, komunikasi tera peutik adalah :
tempat kerja, atau menerima pesan a) Realisasi diri, penerimaa n diri
baru. Mekanisme koping terhadap dan peningkatan penghormatan
ansietas antara lain menyerang, diri
menarik diri dan kompromi (Dalami, b) Kemampuan membina
hubungan interpersonal yang
2009).
tidak superfisial dan sa ling
Berdasarkan studi pendahuluan bergantung dengan orang lain
di Rumah Sakit, bahwa pasien yang c) Peningkata n fungsi dan
akan dilakukan tindakan operasi kemampuan untuk memuaskan
terutama dengan fraktur dari 10 kebutuhan serta mencapai tujuan
pasien menyatakan kecemasannya yang realistis
dan rata rata tingkat kecemasannya d) Rasa identitas personal yang
termasuk pada kategori sedang 40% jelas dan peningkata n integritas
dan kecemasan tinggi 60%. Tujuan diri
Penelitian mengetahui efektifitas 3) Prinsip prinsip komunikasi
komunikasi terapeutik interpersonal terapeutik
Menurut Priyanto (2009),
perawat terhadap tingkat kecemasan
prinsip prinsip komunikasi
pasien pre operasi fraktur di RSUD terapeutik sebagai berikut:
Dr. Moewardi. a) Menjadikan klien
sebagai fokus yang
B. Kajian Literatur dan Pengembangan utama dalam intera ksi
Hipotesis b) Mengkaji kualitas
1. Tinjauan Teori intelektual untuk
a. Komunik asi Terapeutik menentukan pemahaman
1) Pengertian komunikasi
terapeutik.

407
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

c) Mempergunakan sikap b) Menunjukkan penerimaan


membuka diri hanya dengan sikap perawat
tujuan terapeutik yang menunjukkan rasa
d) Menerapkan perilaku percaya meliputi:
professional dalam mengatur mendengarkan tanpa
hubungan tera peutik memutuskan
e) Menghindari hubungan pembicaraan,
sosial dengan klien memberikan umpan balik
f) Harus betulbetul menjaga verbal pada klien dengan
kerahasiaan klien cara yang baik,
g) Mengimplementasikan memastikan bahwa
intervensi berdasarkan teori isyarat non-verbal sesuai
h) Mengobservasi respons dengan komunikasi
verbal klien melalui verbal, menghindari
pernyataan klarifikasi dan perdebatan,
hindari perubahan subjek mengekspresikan
atau topik jika perubahan isi keraguan, ata u mencoba
topik bukan sesuatu yang untuk mengubah pikiran
sangat menarik bagi klien klien
i) Memelihara hubungan atau c) Menanyakan perta nyaan
interaksi yang tidak menilai, yang berkaitan
dan hindari membuat d) Mengulang ucapan klien
penilaian tentang tingkah dengan menggunakan
laku atau memberi nas ihat kata-kata sendiri
klien e) Klarifikas i
j) Berikan petunjuk klien untuk f) Memfokuskan
menginterpretasi kembali g) Menyampaikan hasil
pengalamannya secara observas i
rasional h) Menawarkan informas i
4) Teknik komunikas i tera peutik i) Diam
Menurut Dalami (2009), j) Meringkas
teknik komunikasi terapeutik k) Memberikan penghargaan
antara lain l) Menawarkan diri
a) Mendengarkan dengan m) Memberi kesempatan
penuh perhatian: klien untuk memulai
pandanglah klien ketika pembicaraan
sedang berbicara atau n) Mempersilakan untuk
menyampaikan pesan, meneruskan pembicaraan
pertahankan kontak mata , o) Menganjurkan klien
Pertahankan sikap tubuh , untuk menjelas kan
hindari melakukan persepsinya
gerakan gera kan yang p) Refleksi
tidak perlu, berikan
anggukan kepala jika
klien membicarakan hal b. Kecemasan
penting , posisikan tubuh Keadaan dimana seseorang
dengan mencondongkan mengalami perasaan gelisa h dan
badan ke arah lawan aktivitas sistem saraf otonomi
bicara dalam merespon terhadap
ancaman yang tidak jelas , tidak

408
ISSN 2407-9189 The 3 rd Universty Research Colloquium 2016

spesifik.Kecemasan merupakan lebih banyak jika diberi


respon individu terhadap suatu arahan.Terjadi penyempitan
keadaan yang tidak lahan persepsi.
menyenangkan dan dialami oleh Respon fisiologi :
semua makhluk hidup dalam sering nafas pendek, nadi
kehidupan seharihari. dan tekanan darah naik,
Kecemasan yang diartikan mulut kering, anoreksia,
sebagai pengalaman sub dari diare/ konstipas i, gelisah.
individu dan tidak dapat Respon perilaku dan
diobservasi secara langsung serta emosi : gerakan terse ntak
merupakan suatu keadaan emosi sentak (mere mas tangan),
tanpa objek yang spesifik bicara banyak dan lebih
(Suliswati, 2005 : 108). cepat, susah tidur, perasaan
c. Tingkat kecemasan tidak aman.
Tingkat kecemasan 3) Ansietas berat
menurut P ieter (2011), dibagi Sangat mengurangi
menjadi 4 yaitu lahan presepsi seseorang.
1) Ansietas ringan Individu cenderung untuk
Berhubungan dengan berfokus pada sesuatu yang
ketegangan dalam terinci dan spes ifik serta
kehidupan sehari tidak dapat berfikir tentang
hari.Ansietas pada tingkat yang lain. Semua perilaku
ini menyebabkan seseorang ditujukan untuk mengurangi
menjadi waspada dan ketegangan. Individu
meningkatkan lahan tersebut memerlukan
persepsinya.Ansietas ini banyak pengarahan untuk
dapat memotivasi belajar, dapat berfokus pada suatu
menghas ilkan pertumbuhan area lain.
dan kreativitas, dan Respon fisiologi : nafas
menajamkan indra. pendek, nadi dan tekanan
Respon perilaku dan emosi darah naik, berkeringat dan
: tidak dapat duduk tenang, sakit kepala, penglihata n
tremor halus pada tangan, kabur.
suara kadang kadang Respon perilaku dan
meninggi. emosi : perasaan ancaman
Respon fisiologi : sesekali meningkat, verbalisasi
nafas pendek, nadi dan meningkat, blocking.
tekanan darah naik, gejala 4) Tingkatan panik
ringan pada lambung, muka Ansietas berhubungan
berkerut dan bibir bergetar. dengan terperangah,
2) Ansietas sedang ketakutan dan terror,
Memungkinkan karena mengalami
seseorang untuk kehilangan kembali,
memusatkan pada hal yang individu mengalami panik
penting dan tidak mampu melakukan
mengesampingkan yang sesuatu wa laupun dengan
lain. Sehingga seseorang pengarahan.Terjadi
mengalami tidak perhatian peningkata n aktivitas
yang se lektif namun dapat motorik. Detil perhatian
melakukan sesuatu yang hilang, penyimpangan

409
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

persepsi dan hilangnya observas i perta ma (pretest) sehingga


pikiran ras ional, tidak peneliti dapat menguji perubahan
mampu berfungsi secara perubahan yang terjadi setelah adanya
efektif. Berkurangnya perlakuan. Populas i dalam penelitian ini
kemampuan berhubungan adalah pasien pre operasi fraktur.Teknik
dengan orang lain, sampling yang digunakan dalam
biasanya disertai dengan penelitian ini adalah accidental sampling,
disorganisasi kepribadian. jumlah sempel 15 res ponden. Sampel ini
c. Pengukuran kece masan di ambil menggunakan kriteria inklusi
Untuk mengeta hui dan kriteria ekslusi. Waktu penelitian
sejauh mana dera jat mulai Maret sa mpai Juni 2014.
kecemasan seseorang apakah
ringan, se dang, berat, atau D. Hasil dan Pembahasan
sangat berat menggunakan 1. Hasil Penelitian
alat ukur yang dikenal Tabel 4.1 Distribusi Responden
dengan nama HRS A berdasarkan Jenis Kelamin
(Hamilton Rating Scale for Jenis Frekuen Ratarata Skor
Anxiety) (Nursalam cit Kelamin si Kecemasan
Septiana, 2013). Terdapat pre post
penilaian skor antara 0-4, Laki laki 8 39,3 21,7
yang artinya adalah : Perempuan 7 39,7 23
Nilai :0 = tidak ada gejala; Jumlah 15
1= gejala ringan; 2= gejala
sedang; 3 = gejala berat, 4= Rata rata skala kecemasan
gejala sangat bera.t
sebelum dilakukan komunikasi
Penilaian derajat terapeutik pada katergori berat
kecemasan < 14= tidak (28 41) dan setelah dilakukan
ada kecemasan
komunikasi terapeutik menjadi
14-20= kecemasan ringan sedang (21 27).
2127 = kecemasan Tabel 4.2 Distribusi Responden
sedang berdasarkan Umur
2841 = kecemasan berat
42 56 = panic
D. Hipotesis Umur Frekuensi Ratarata Skor
Ha Ada efektifitas antara Kecemasan
komunikasi terapeutik Sebelu Setelah
interpersonal perawat dengan m
tingkat kecemasan pasien pre 18 30 6 38,3 22,3
operasi fra ktur. tahun
Ho Tidak ada efektifitas antara 30 55 9 40,3 22,3
komunikasi terapeutik tahun
interpersonal perawat dengan > 55 0 0 0
tingkat kecemasan pasien pre tahun
operasi fra ktur. Jumlah 15

C. Metodologi Penelitian Diketahui bahwa ada 9 pasien


Jenis penelitian ini adalah quasi
yang berumur 30 - 55 tahun.
eksperimen, dengan pendekatan One
Group PretestPosttest Design, yaitu Ratarata skala kecemasan
pengumpulan yang sudah dilakukan sebelum dilakukan komunikasi

410
ISSN 2407-9189 The 3 rd Universty Research Colloquium 2016

terapeutik pada kategori berat (28 Tabel 4.5 Distribusi Responden


41) dan setelah dilakukan berdasarkan Tingkat Kecemasan
komunikasi terapeutik menjadi Sebelum dan Sete lah Dilakukan
sedang (21 27). Komunikas i Terapeutik

Tingkat Jumlah Skor Ratarata Skor


Tabel 4.3 Distribusi Responden
Kecemasan Skor cema cemas
berdasarkan Tingkat Pendidikan
s
terakhir
pre pre post pre post
Tingkat Frekuensi Ratarata
Pendidikan Skor Ringan 0 0 52 0 17,3 post
Kecemasan (14 20) 335/15
Pre Post = 22,3
Sedang (21 0 0 283 0 23,5
SD 5 38,6 22,8 27)
SLTP 3 40 24,6
SLTA 6 39,6 21,8 Berat 9 333 0 37 0 pre
(28 41) 593/15
D I/ III/ IV/ 1 42 19
= 39,5
Strata I Panik 6 260 0 43,3 0
Jumlah 15 (42 56)
Jumlah 15 593 335
Diketahui bahwa ada 6 pasien
dengan pendidikan SLTA. Rata
rata skala kecemasan sebelum Diketahui bahwa sebelum
dilakukan komunikasi terapeutik dilakukan komunikasi terapeutik
pada katergori berat (28 41) dan rata rata skor kecemasan pada
setelah dilakukan komunikasi kategori berat (39,5) dan setelah
terapeutik menjadi sedang (21 dilakukan komunikasi terapeutik
27). menjadi sedang (22,3).

411
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

rata - rata skor kecemasan

Skor Mean Std. Std. t df Sig.


Grafik perbandingan sebelum dan Kece Deviatio Error (2-
setelah dilakukan komunikasi masan n Mean tailed)
terapeutik. Sebel 17,200 5,955 1,537 11,2 14 0,000
um -
Setela
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas h
Test of Homogenety of Variances
Tingkat Kecemasan Sebelumnya telah diketahui dari
Levene df1 df2 Sig. deskriptif tingkat kecemasan
Statistic bahwa sebelum dilakukan
0,261 1 28 0,614 komunikasi terapeutik tingkat
kecemasan termasuk berat dan
Tabel 4.7 memperlihatkan hasil panik sedangkan sesudah
uji normalitas dengan dilakukan komunikasi terapeutik
menggunakan homogeneity of tingkat kecemasan pasien menjadi
variance. Tehnik analisis bivariat ringan dan sedang. Ini berarti
yang digunakan adalah paired bahwa secara kategorik ada
samples t test. Dikatakan penurunan tingkat kecemasan
berdistribusi normal apabila pada pasien pre operasi fraktur
value lebih dari 0,05 (0,614 > sebelum dan setelah dilakukan
0,050). komunikasi terapeutik. Rata rata
Tabel 4.7 Hasil Analisa skor kecemasan sebelum
Perbandingan Kecemasan Sebelum komunikasi terapeutik adalah 39,5
dan Setelah Komunikasi Tera peutik
sedangkan setelah dilakukan
komunikasi terapeutik adalah
22,3. Hasil hitung ini

412
ISSN 2407-9189 The 3 rd Universty Research Colloquium 2016

menunjukkan bahwa secara umur lebih muda akan lebih mudah


numerik juga ada penurunan mengalami gangguan akibat
kecemasan. Nilai sebesar 0,000 kecemasan dari pada seseorang yang
< 0,050 berarti bahwa perbedaan lebih tua karena pembedahan.
Rata rata skor kecemasan
(penurunan) kecemasan antara
tertinggi sebelum dilakukan
sebelum dan setelah dilakukan komunikasi terapeutik adalah 42
komunikasi terapeutik dinyatakan (panik) pada tingkat pendidikan
signifikan. Penelitian ini dapat DI/III/IV/Strata I dan setelah
disimpulkan bahwa komunikasi dilakukan komunikasi tera peutik
terapeutik berpengaruh signifikan menjadi 19 (ringan). Menurut Stuart
(secara efektif mampu & Sundeen (1998), tingkat
mengurangi) terhadap kecemasan pendidikan yang rendah pada
pasien yang akan menjalani seseorang akan menyebabkan orang
operasi fraktur di RSUD Dr. tersebut mudah mengalami
Moewardi. kecemasan. Tingkat pendidikan
seseorang atau individu akan
berpengaruh terhadap kemampuan
2. Pembahasan
berfikir, semakin tinggi tingkat
Penelitian telah dilakukan
pendidikan akan se makin mudah
pada responden se jumlah 15 orang
berfikir ras ional dan menangkap
yang menjalani rawat inap di
informas i baru termasuk dalam
RuangMawar II RSUD Dr.
menguraikan masalah yang baru.
Moewardi mendapatkan hasil
Penelitian menunjukkan hasil
berdasarkan statistic menunjukkan
nilai ratarata skor kecemasan
dengan ratarata skor kece masan
sebelum dilakukan komunikasi
sebelum dilakukan komunikas i
terapeutik adalah 39,5 sedangkan
terapeutik pada perempuan adalah
setelah dilakukan komunikasi
39,7 dan pada laki laki adalah 39,3,
terapeutik adalah 22,3. Ini berarti
Gangguan panik merupakan suatu
bahwa secara numeric juga ada
gangguan kecemasan yang spontan
penurunan kecemasan. Pengujian
dan episodik. De ngan wa nita
statistic terhadap penurunan skor
berisiko dua kali lipat lebih besar
kecemasan dengan signifikansi ()
daripada laki laki (Viedebeck,
sebesar 0,000 (0,000 < 0,050). Nilai
2008).
< 0,05 berarti bahwa perbedaan
Klien berumur 30 - 55 tahun
(penurunan) kecemasan antara
yaitu sebanyak 9 orang dibandingkan
sebelum dan setelah dilakukan
dengan klien berumur 18 - 30 tahun
komunikasi terapeutik dinyata kan
sebanyak 6 orang dan klien yang
signifikan. Menurut peneliti,
berumur > 55 tahun se banyak 0
kecemasan pada pasien pre operasi
orang. Ratarata skor kecemasan
apabila tidak segera diatasi maka
tertinggi sebelum dilakukan
dapat mengganggu proses operasi.
komunikasi terapeutik adalah 40,3
Pasien yang akan menjalani operasi
(berat) pada usia 30 55 tahun dan
harus diberi setidaknya informas i
setelah dilakukan komunikasi
tentang pers iapan menjelang operasi
terapeutik menjadi 22,3 (sedang).
untuk menurunkan atau mengurangi
Menurut Kozier (2010), usia dan
gejala kecemasan. Pendekatan
status perkembangan mempengaruhi
dengan komunikas i tera peutik dapat
kemampuan untuk mengatasi stress
mengurangi tingkat kecemasan
fisiologis dan psikologis akibat
pembedahan. Seseorang dengan

413
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

pasien sebelum dilakukan terhadap tingkat kecemasan pas ien


pembedahan. pre operasi fraktur di RSUD Dr.
Menurut Suryani (2006), Moewardi. Komunikasi tera peutik
komunikasi tera peutik merupakan berpengaruh efektif terhadap
hubungan interpersonal antara kecemasan pasien yang akan
perawat dan klien, dalam hubungan menjalani operasi fraktur di RSUD
ini perawat dan klien memperoleh Dr. Moewardi.
pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman E. Simpulan
emosional klien. Berdasarkan penelitian yang
Persiapan mental merupakan dilakukan pada pasien yang akan
hal yang tidak kalah pentingnya menjalani operasi fraktur di RSUD Dr.
dalam proses persiapan operasi, Moewardi, dapat disimpulkan beberapa
karena mental pasien tidak siapa tau simpulan sebagaiberikut :
labil dapat berpengaruh terhadap a. Responden paling banyak berjenis
kondisi fisiknya. Secara mental, kelamin laki - laki (8 responden),
pasien harus dipers iapkan untuk berumur 30 - 55 (9 responden),
menghadapi pembedahan, karena dengan tingkat pendidikan SLTA (6
akan selalu ada rasa cemas akan responden).
penyuntikan, nyeri luka, anastesia, b. Tingkat kecemasan res ponden
bahkan terhadap kemungkinan cacat sebelum dilakukan komunikasi
atau mati. Kecemasan berat juga terapeutik dikategorikan berat dan
meningkatkan risiko pembedahan panik.
dan mengganggu kemampuan klien c. Tingkat kecemasan res ponden
dalam memproses informas i dan setelah dilakukan komunikasi
merespon dengan tepat terhadap terapeutik dikategorikan ringan dan
instruksi yang diberikan. Penyuluhan sedang.
pre operatif adalah bagian penting d. Komunikasi tera peutik interpersonal
asuhan keperawatan. Penelitian telah perawat terhadap tingkat kecemasan
membuktikan bahwa penyuluhan pre pas ien pre operasi fraktur sangat
operatif dapat menurunkan efektif di Ruang Mawar II RSUD Dr.
kecemasan klien dalam pengalaman Moewardi dengan hasil nilai
pembedahan.Penyuluhan pre operatif signifikansi () sebesar 0,000 pada
yang baik juga memfas ilitasi klien signifikansi 5 %.
untuk kembali bekerja atau aktivitas
lainnya dalam kehidupan se harihari. Saran Berdasarkan simpulan tersebut
Pemahaman klien mengenai maka penulis memberikan saran
perannya se lama pengalaman pre sebagai berikut :
operatif akan meningkatkan rasa a. Bagi RSUD Dr. Moewardi Agar
kendali dan menurunkan kecemasan lebih menekankan komunikasi
klien (Kozier, 2010). terapeutik yang sesuai dengan
Penelitian ini diperkuat dengan
prosedur sebagai kegiatan tetap
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Septiana (2013) yang berjudul
dalam persiapan pre operasi guna
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra upaya pencegahan kecemasan
Bedah terhadap Tingkat Kecemasan pasien pre operasi sehingga
Psasien Pre Operasi Fraktur di dapat meningkatkan mutu dan
RSUD Dr. Moewardi, yang kualitas pelayanan bagi RSUD
menunjukkan adanya pengaruh yang Dr. Moewardi.
signifikan pendidikan kesehatan

414
ISSN 2407-9189 The 3 rd Universty Research Colloquium 2016

b. Bagi Perawat dihara pkan dengan Pieter, Herri Zan dkk. 2011.
kondisi itingkat kecemasan pas ien Pengantar Psikopatologi untuk
pre operasi saat ini, perawat dengan Keperawatan. Jakarta: Kencana.
pengetahuan, sikap, cara
komunikasi yang baik mampu Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi
mengaplikas i kegiata n komunikas i Metodologi Penelitian Kesehatan.
yang bers ifat terapi sebelum Yogyakarta :NuhaMedika.
dilakukan operasi sesuai prosedur
kepada pasien dalam upaya Septiana, Sulis. 2013. Pengaruh
menurunkan tingkat kece masan Pendidikan Kesehatan Pra
pasien.
Bedah terhadap Tingkat
c. Bagi Institusi Pendidikan
Kecemasan Pasien Pre Operasi
Diharapkan institusi pendidikan
dapat lebih menambah kajian ilmu Fraktur di RSUD Dr.
tentang aplikas i pencegahan Moewardi.
kecemasan pas ien pre operasi serta
mampu mengaplikasikan langsung Suliswati. 2005. Konsep Dasar
ke pasien. Keperawatan Jiwa. Jakarta :
d. BagiPeneliti Lain EGC
Hasil penelitian ini dapat Suryani.2006. Komunikasi Terapeutik
ditingkatkan dengan menggunakan Teori &Praktik.Jakarta : EGC.
sampel penelitian yang lebih besar
dan tidak hanya meneliti pas ien pre Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku
operasi fraktur tetapi juga dapat Keperawatan Jiwa Edisi 3.
meneliti pas ien dengan kas us pre Jakarta : EGC.
operasi yang lainnya.
Suryani. 2006. Komunikasi
F. Re ferensi
Terapeutik Teori & Praktik.
Jakarta : EGC.
Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi
Masalah Psikologi. Jakarta: Trans dan Konseling. Jakarta :
Info Media. Salemba Medika.

Kozier, Barbara. 2010. Buk u Ajar Viedebeck, L. S. (2008). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan Vol. 2. Keperawatan Jiwa. Ja karta: RGC.
Jakarta : EGC. Yuwono, S., & Aad, S. (2011).
Modul Praktikum Psikologi
Eksperimen. Surakarta

415

You might also like