Professional Documents
Culture Documents
Blok 3 (Pensinyalan Sel)
Blok 3 (Pensinyalan Sel)
10.2014.161
E5
Abstract
Cell is the smallest unit of an organism. Cells cant work alone without coordination and
communication with other cells to form a network. Cell signaling or cell communication plays an
important role in regulating and controlling the activities of cells, tissues and even organs of the body
to maintain homeostasis. Cells interact with other cells in several ways, either through direct
communication and can also be a way to send a signal to the target cell. Based on the location, the
signaling is divided into melee that paracrine signaling, remote signaling that endocrine and nervous
systems, namely synaptic signaling. Paracrine signaling is a process by which a cell produces
mediators (cytokines) that are used to influence the activity of other cells, without the need for a
vascular or vascular system. Endocrine signaling is also called hormonal signaling. The release
hormones into the bloodstream, the low levels will act on target cells spread throughout the body.
There are three stages of communication between cells, cell reception, cell transduction pathways and
cellular responses. The signals received by receptors located on the cell membrane. Once the signal is
received by the receptor molecules, receptor protein signaling change and begin the process of
transduction. At this stage the signal is transformed into a form that can induce specific cellular
responses., primary prevention is education and training, and secondary prevention with early
diagnosis.
Abstrak
Sel merupakan unit terkecil suatu organisme. Sel tidak dapat bekerja sendiri tanpa adanya koordinasi
dan komunikasi dengan sel lainnya untuk membentuk suatu jaringan. Pensinyalan sel atau komunikasi
sel berperan penting dalam pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan bahkan organ tubuh
untuk mempertahankan homeostasis. Sel berinteraksi dengan sel lain melalui beberapa cara, bisa
melalui komunikasi langsung dan dapat pula dengan cara mengirimkan sinyal kepada sel target.
Berdasarkan lokasinya, pensinyalan dibagi menjadi pensinyalan jarak dekat yaitu parakrin,
pensinyalan jarak jauh yaitu endokrin dan pensinyalan sistem saraf yaitu sinaptik. Parakrin merupakan
suatu proses signaling dimana suatu sel menghasilkan mediator (sitokin) yang digunakan untuk
memengaruhi aktivitas sel yang lainnya, tanpa memerlukan suatu sistem vaskuler atau pembuluh.
Pensinyalan endokrin disebut juga pensinyalan hormonal. Hormon di lepaskan ke dalam aliran darah,
dalam kadar yang rendah akan beraksi pada sel target yang tersebar diseluruh tubuh. Terdapat tiga
tahapan komunikasi antar sel yaitu penerimaan sel, jalur transduksi sel dan respon seluler. Sinyal
diterima oleh reseptor yang terdapat di membran sel. Setelah molekul sinyal diterima oleh reseptor,
sinyal mengubah protein reseptor dan memulai terjadinya proses transduksi. Pada tahap ini sinyal
diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat menimbulkan respons seluler spesifik.
Pendahuluan
Sel merupakan unit terkecil suatu organisme. Sel tidak dapat bekerja sendiri tanpa
adanya koordinasi dan komunikasi dengan sel lainnya untuk membentuk suatu jaringan.
Kumpulan jaringan ini yang membentuk organ. Kumpulan organ ini membentuk sistem organ
dan kumpulan sistem organ membentuk suatu organisme. Sel-sel tersebut berkomunikasi
dengan cara mengirimkan sinyal kepada sel target yang dapat dibagi menjadi beberapa jenis
pensinyalan, berupa pensinyalan lokal, kontak langsung, dan pensinyalan hormonal
(pensinyalan jarak jauh). Pensinyalan ini diterima oleh reseptor yang terdapat di membran
sel. Sinyal yang diterima sel dapat dibagi kedalam berbagai macam bentuknya. Misalnya, sel
dapat mengindera dan merespon sinyal elektromagnetik, seperti cahaya dan sinyal mekanis,
seperti sentuhan. Disamping itu, sel-sel paling sering berkomunikasi dengan menggunakan
sinyal kimiawi.
Skenario Masalah
Suatu malam sekitar pukul 01.30 dini hari, Ani terbangun mau buang air kecil. Pada
saat keluar dari kamar Ani melihat bayangan seseorang sedang memasuki rumahnya lewat
jendela. Ani langsung berdiri tertegun, pucat dan ketakutan.
Rasa takut
Analisis Masalah
Rasa Takut
Pensinyalan Sel
Tahapan Jenis
Reseptor
Membran Sel
Komposisi
Hipotesis
Pensinyalan Sel
Pensinyalan sel atau komunikasi sel berperan penting dalam pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel, jaringan bahkan organ tubuh untuk mempertahankan homeostasis.
Sel berinteraksi dengan sel lain melalui beberapa cara, bisa melalui komunikasi langsung dan
dapat pula dengan cara mengirimkan sinyal kepada sel target. Komunikasi di antara sel-sel
mutlak diperlukan organisme multiseluler.1 Komunikasi sel dilakukan dengan mengirimkan
sinyal berupa substansi kimia. Sinyal tidak hanya disampaikan melalui substansi kimia,
sinyal juga bisa berupa nutrisi atau efek mekanik dari luar. Akan tetapi, biasanya molekul
sinyal berbentuk molekul kecil layaknya protein dan asam amino.2,3 Berdasarkan lokasinya,
pensinyalan dibagi menjadi pensinyalan jarak dekat yaitu parakrin, pensinyalan jarak jauh
yaitu endokrin dan pensinyalan sistem saraf yaitu sinaptik. Pada skenario ini, akan dibahas
mengenai pensinyalan parakrin dan pensinyalan endokrin.
Pensinyalan Parakrin
Parakrin merupakan suatu proses signaling dimana suatu sel menghasilkan mediator
(sitokin) yang digunakan untuk memengaruhi aktivitas sel yang lainnya, tanpa memerlukan
suatu sistem vaskuler atau pembuluh.4 Pensinyalan parakrin disebut juga pensinyalan jarak
dekat/reflex karena sel target berada di sekitar sel pensinyal dan pensinyalan ini
menyebabkan respon langsung di sel target.
Pensinyalan Endokrin
Terdapat tiga tahapan komunikasi antar sel yaitu penerimaan sel, jalur transduksi sel
dan respon seluler.
Penerimaan Sinyal
Penerimaan (reception) sinyal merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar
sel oleh sel target. Sinyal ini berupa zat kimia yang akan terdeteksi jika sinyal itu terikat pada
protein seluler di membrane sel target. Contohnya penerimaan epinifrin, walaupun epinifrin
melewati banyak sel, hanya sel yang ditargetkan yang dapat menerima dan mendeteksi
epinifrin tersebut.1
Reseptor
Berdasarkan sifat molekul sinyal, penerimaan dapat dilakukan oleh protein reseptor
yang terdapat di membran plasma seperti reseptor hormon epinefrin atau sitoplasma (reseptor
intraseluler) seperti reseptor hormon steroid.
Membran Plasma
Membran plasma adalah bagian terluar dari suatu sel. Disebut juga plasmalema.6
Membran plasma tersusun dari molekul-molekul lipid (lemak), protein dan sedikit
karbohidrat yang membentuk suatu lapisan dengan sifat dinamis dan asimetris. Bersifat
dinamis karena memiliki struktur fluida sehingga molekul lipid dan protein dapat bergerak.
Bersifat asimetris karena komposisi protein dan lipid di luar tidak sama dengan di dalam
membran sel.7 Terdapat dua macam protein yang terbenam (integral) dan protein yang
menempel (periferal) di lapisan fosfolipid. Sebuah fosfolipid terdiri dari bagian kepala
berupa fosfat dan bagian ekor berupa asam lemak. Bagian kepala bersifat hidrofilik
(mengikat air) sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik (tidak mengikat air).6,8
Lipid
Lipid adalah sekelompok molekul yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform.9 Lipid berfungsi untuk menstabilkan
kesatuan fisik membran plasma sehingga dapat menjadi penghalang yang efektif bagi lalu
lintas materi hidrofilik seperti air dan ion-ion. Dua lapis fosfolipid yang menyusun membran
plasma merupakan tempat melekatnya protein dan akan membantu proses fusi vesikel
maupun endositosis.7
Protein
Sebagian besar protein membran termasuk dalam jenis integral, yang berarti bahwa
protein-protein ini berinteraksi secara luas dengan fosfolipid.10 Peranan protein membran
plasma yang penting adalah (1) memberikan kekuatan struktural pada membran plasma; (2)
berperan sebagai enzim untuk mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dalam membran plasma; (3)
sebagai protein pembawa untuk transpor zat-zat tertentu melalui membran plasma; (4)
menguraikan atau mendesak zat-zat lipid dan memberi pori-pori pada membran plasma.11
Karbohidrat
Transduksi
Setelah molekul sinyal diterima oleh reseptor, sinyal mengubah protein reseptor dan
memulai terjadinya proses transduksi. Pada tahap ini sinyal diubah bentuknya menjadi bentuk
yang dapat menimbulkan respons seluler spesifik. Sebagai contoh adalah ketika terjadi
pengikatan epinephrine oleh protein reseptor membran, protein dalam membran plasma sel
hati mulai aktif dengan tujuan akhir mengaktifkan glikogenfosforilase. Beberapa proses
transduksi terjadi dalam satu langkah, tetapi kebanyakan jalur transduksi lebih panjang,
1
deretan molekulnya mengalami urutan perubahan (molekul relai). Transduksi sinyal
meliputi aktifitas sebagai berikut:1
- Pengenalan berbagai sinyal dari luar terhadap reseptor spesifik yang terdapat pada
permukaan membran sel.
- Penghantaran sinyal melalui membran sel ke dalam sitoplasma.
- Penghantaran sinyal kepada molekul efektor spesifik pada bagian membran sel
atau efektor spesifik dalam sitoplasma. Hantaran sinyal ini kemudian akan
menimbulkan respon spesifik terhadap sinyal tersebut.
Respon
Setelah molekul sinyal melewati prosess transduksi, molekul sinyal tersebut akan
memicu respon seluler spesifik. Respon spesifik yang timbul tergantung pada jenis sinyal
yang diterima. Respon dapat berupa peningkatan atau penurunan aktifitas enzim-enzim
metabolik, rekonfigurasi sitoskeleton, perubahan permeabilitas membran sel, aktifasi sintesa
DNA, perubahan ekspresi genetik atupun program apoptosis.1
Kesimpulan
Hipotesis diterima bahwa rasa takut terjadi karena adanya pensinyalan sel.
Pensinyalan yang terdapat pada skenario ini adalah pensinyalan parakrin atau pensinyalan
jarak dekat berupa rasa takut.
Daftar Pustaka
1. Campbell NA, Reece JB, & Mitchell LG. Biologi, Ed.5. Jakarta: Erlangga;2002.h.202-
9
2. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2008: h.3-4
3. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed.22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2005: h.36-39
4. Sudiana IK. Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta : Salemba Medika;2008.h.70
5. Bloom & Fawcett DW. Buku Ajar Histologi, Ed.22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1994: h.75
6. Karmana O. Biologi Buku Pelajaran untuk Kelas XI Semester 1 SMA. Ed 1.
Bandung: Grafindo Media Pratama; 2008: h.14
7. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk Kelas
XI. Jakarta : Erlangga;2004.h.8-9
8. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar:Sebuah Pendekatan
Klinis. Jakarta : EGC;1996.h.34
9. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC;1995.h.21
10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper, Ed. 27. Jakarta :
EGC;2006.h.440
11. Sumardjo D. Pengantar Kimia:Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC;2006.h.298