Professional Documents
Culture Documents
10 Kamel Rosyida
10 Kamel Rosyida
10 Kamel Rosyida
Abstract
Settings on the environmental documents in particular the EIA (Environmental Impact
Assessment) required by financial institutions in the financial sector where the
regulators, especially Bank Indonesia and the Financial Services Authority (FSA) has
started the financial initiatives (sustainable finance) to address sustainable
development solutions. Therefore in 2013 partly Institutions Financial Services has
required the EIA document as an assessment of business financing proposal. Thus, on
May 26, 2014 has renewed the collective agreement on increasing the role of the
Institute of Financial Services in the protection and management of the environment
through the development of sustainable financial services. This cooperation is in line
with the commitment of the Ministry of Environment to promote environmentally
sustainable development, as mandated by Law No. 32 of 2009 on the Protection and
Management of the Environment (Law PPLH).
Keywords: Legal Aspect, Environment Document, Financial Services Authority.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor keuangan sebagai sebuah komponen utama dalam penggerak dunia usaha
juga merasakan dampak lingkungan dan sosial dewasa ini. Pihak regulator sektor
keuangan khususnya Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
memulai inisiatif keuangan berkelanjutan (sustainable finance) untuk menjawab
solusi pembangunan berkelanjutan. Inisiatif keuangan berkelanjutan ini memberikan
landasan platform yang solid dan terarah untuk sektor keuangan di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan prioritas yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan salah satunya
adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lembaga jasa keuangan (LJK),
yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dan pengembangan panduan-panduan
yang berhubungan dengan tata kelola lingkungan hidup. Panduan bagi LJK dalam
mengevaluasi dokumen-dokumen lingkungan hidup dan izin-izin lingkungan hidup
yang biasanya disertakan dalam proposal pembiayaan.2
1
Kamel Rosyida, adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam As-syafiiyah, Jakarta.
2
Otoritas Jasa Keuangan, Buku Pedoman Memahani Dokumen Lingkungan Hidup Sektor
Energi Bersih untuk Lembaga Jasa Keuangan, 2015.
181
3
http://keuangan.kontan.co.id/news/5-poin-penting-kerjasama-ojk-dan-klh
4
Lihat http://www.antaranews.com/berita/436023/klh-gandeng-ojk-lindungi-lingkungan-hidup,
2014.
182
Lingkungan hidup sektor energy bersih ini memberi arahan pada pihak-pihak yang
terlibat dalam proposal pembiayaan proyek energy bersih oleh bank dan Lembaga
Jasa Keuangan. Dokumen ini berisi informasi lengkap mengenagi proses pelaksanaan
Amdal, UKL-UPL dan izin lingkungan khususnya disektor energy bersih.
Indonesia menetapkan konsep ekonomi hijau untuk mendukung pembangunan
nasional yang bersifat pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment.
Pendekatan ini menjawab bahwa saling ketergantungan antara ekonomi dan
ekosistem serta dampak negative dari ekonomi termasuk perubahan iklim dan
pemanasan global. Dengan demikian pada 26 Mei 2014 telah memperbaharui
kesepakatan bersama tentang peningkatan peran Lembaga Jasa Keuangan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui pengembangan jasa
keuangan berkelanjutan. Kerjasama ini sejalan dengan komitmen KLHK untuk
mendorong pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, sebagaimana
diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH).
Menurut Menteri LH, dalam kerjasama tersebut mencakup harmonisasi
kebijakan terhadap mekanisme perbankan, peningkatan kapasitas sumberdaya
manusia dan adanya analisis resiko lingkungan. KLH memiliki program Proper yang
menilai perusahaan-perusahaan yang dalam kegiatannya melakukan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. "Hasil proper ini kita ajukan ke bank
sehingga menjadi pertimbangan mereka untuk memberikan kredit kepada perusahaan
atau industri. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan,
kepedulian terhadap isu lingkungan dan sosial merupakan suatu kebutuhan dan bukan
semata-mata karena mentaati peraturan. "MoU ini menjadi dasar kita untuk
melakukan kepedulian terhadap lingkungan sekaligus bisa mengawal kegiatan
ekonomi sehingga bisa menjamin keberlanjutan kehidupan kita di masa depan," kata
Muliaman.5
Kemajuan ekonomi ternyata harus dibayar mahal dari terjadinya kerusakan
lingkungan akibat eksploitasi alam oleh suatu kegiatan usaha yang tidak
mengindahkan Amdal. Dunia melihat sejak 50 tahun terakhir dengan dua hal yang
menjadi konsennya, yaitu pengentasan kemiskinan dan perubahan iklim untuk peran
serta pelaku ekonomi dalam mengatasinya. Keduanya telah menjadi agenda PBB
yang masuk dalam Sustainable Development Goals (SGDs) yang ditetapkan pada
5
http://www.antaranews.com, Op Cit.
183
akhir Maret 2015 lalu. Beberapa upaya bersama dalam bentuk kesepakatan antara
OJK dan KLH tersebut diantaranya adalah:6
1. Harmonisasi kebijakan di sektor jasa keuangan dengan kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
2. Harmonisasi kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dengan kebijakan di sektor jasa keuangan;
3. Penyediaan dan pemanfaatan data dan informasi lingkungan hidup untuk
pengembangan jasa keuangan berkelanjutan;
4. Penelitian/survei dalam rangka penyusunan konsep kebijakan di bidang
keuangan berkelanjutan; dan
5. Peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) sektor
jasa keuangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peran strategis OJK melalui keuangan berkelanjutan atau sustainable finance,
diharapkan menjadi bukti kongkrit dukungan lembaga jasa keuangan
untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, berupa penyediaan sumber-sumber
pendanaan proyek-proyek ramah lingkungan, seperti energi baru dan terbarukan,
pertanian organik, industri hijau dan eco tourism. Peningkatan portofolio pendanaan
tersebut diyakini akan membantu penyelesaian permasalahan ekonomi nasional,
terkait dengan kemandirian di bidang energi, pertanian dan perindustrian. "Kebijakan
keuangan berkelanjutan selain diharapkan memberikan dampak yang positif terhadap
perubahan paradigma lembaga jasa keuangan juga bagi konsumen lembaga jasa
keuangan," ujar Muliaman di Jakarta, Senin (26/5). OJK (selaku lembaga yang
mengatur jasa keuangan bank dan jasa keuangan non bank) memiliki posisi strategis
dalam rangka mengatur perekonomian melalui kebijakan penyaluran
kredit/pembiayaan yang ramah lingkungan dan mendorong terbentuknya entitas jasa
keuangan non bank lainnya yang berwawasan lingkungan seperti saham, asuransi dan
sektor jasa keuangan lainnya.
AMDAL (Analisa Mengenahi Dampak Lingkungan Hidup) menjadi suatu hal
yang penting dalam memperoleh ijin lingkungan dan ijin usaha suatu perusahaan atau
suatu kegiatan usaha. Amdal begitu penting untuk berdirinya suatu usaha agar
dampak buruknya terhadap lingkungan bisa dianalisa, dan usaha tersebut akan
membawa manfaat bagi lingkungan sekitar, baik untuk penyerapan tenaga kerja atau
lingkungan yang tetap asri karena limbah perusahaan diolah sedemikian rupa agar
tidak mencemari lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat limbah beracun misalnya,
6
http://keuangan.kontan.co.id/news/5-poin-penting-kerjasama-ojk-dan-klh
184
akan memakan waktu yang panjang dan penanganan yang khusus untuk rehabilitasi
lingkungan agar kembali baik seperti semula. Belum lagi kesehatan yang buruk bagi
masyarakat terdampak, bahkan bagi generasi selanjutnya yang mungkin dilahirkan
oleh masyarakat (ibu) terdampak tersebut. Kalau sudah demikian, negeri ini akan
dilanjutkan oleh generasi-generasi yang tidak sehat baik fisik maupun psikisnya.
Sedangkan dalam proses pembangunan, harus tersinergi antara pembangunan materil
dan pembangunan immaterial, sehingga terjadi keselarasan pembangunan yang
menyeluruh dan berkesinambungan.
Sedangkan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sebagai mitra ekonomi dalam proses
pembangunan ini turut merasakan dampak kerusakan lingkungan yang akhir-akhir ini
terjadi. Sebagai mitra ekonomi, Lembaga Jasa Keuangan konsen akan perbaikan
lingkungan yang sudah mengalami kerusakan sedemikian rupa hingga berdampak
pada kesehatan, kerusakan sosial, ekologi, ekonomi hingga mengganggu proses
pembangunan bangsa ini. Kemajuan ekonomi ternyata harus dibayar mahal dari
terjadinya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi alam oleh suatu kegiatan usaha
yang tidak mengindahkan Amdal. Dunia melihat ini sudah puluhan tahun terakhir
dengan dua hal yang menjadi konsennya, yaitu pengentasan kemiskinan dan
perubahan iklim untuk peran serta pelaku ekonomi dalam mengatasinya. Keduanya
telah menjadi agenda PBB yang masuk dalam Sustainable Development Goals
(SGDs).
Dalam menjaga keselarasan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan,
kebijakan pemerintah merupakan hal yang penting untuk dijadikan acuan dalam
penerapan dan pelaksanaan pembangunan. Kebijakan tersebut berfungsi untuk
mencegah atau meminimalisir dampak negatif pembangunan bagi lingkungan.
Kebijakan lingkungan yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut : Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)7
yang kemudian diperbarui oleh UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup8 serta peraturan lain dibawahnya. Peraturan tersebut
telah dibuat oleh pemerintah dan DPR sedemikian rupa agar tercipta lingkungan yang
sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu hak hidup sejahtera bangsa Indonesia seperti
yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi :
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
7
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
8
Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
185
9
Undang-undang Dasar 1945
10
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL)
11
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL)
12
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
186
13
Lihat M.Daud Silalahi, Sistem Hukum Lingkungan Di Indonesia, Suara Harapan Bangsa,
2011, hal 29
187
14
PerMeN Lingkungan Hidup RI No 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan
188
189
19
http://sulistiayusuf.blogspot.co.id/2015/11/makalah-amdal-analisis-mengenai-dampak.html
20
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-amdal-fungsi-tujuan-manfaat-amdal.html
190
21
Bisdan Sigalingging, Analisis Hubungan Kelembagaan Antara Otoritas Jasa Keuangan
Dengan Bank Indonesia (Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013). hal.107
191
22
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
192
23
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
193
24
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Op Cit, pasal 8
25
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Op Cit, pasal 9
194
26
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Op Cit, pasal 10 15.
195
III. PEMBAHASAN
A. Resiko Sosial dan Lingkungan Hidup pada Lembaga Jasa Keuangan
Analisa resiko lingkungan hidup merupakan salah satu komponen dari proses
bisnis dalam melakukan evaluasi kredit pada lembaga jasa keuangan. Tingkatan
analisa resiko lingkungan hidup dan sosial yaitu uji patuh terhadap peraturan yang
ada dengan memastikan adanya izin lingkungan hidup dan sampai pada tingkat
advance. Yaitu dengan menerapkan sistem management tata kelola sosial dan
lingkungan hidup (Environment and Governence System). Lembaga Jasa Keuangan
sebagai salah satu komponen utama penggerak pertumbuhan ekonomi, mempunyai
peranan yang sangat strategis terhadap isu lingkungan hidup dan sosial masyarakat.
Akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan isu lingkungan hidup
berkelanjutan sudah kita rasakan bersama dampaknya. Resiko sosial dan lingkungan
hidup berdampak signifikan dan bisa bersifat katastropik terhadap dunia usaha di
sector real yang selanjutnya dapat mempengaruhi sektor keuangan. Otoritas Jasa
Keuangan sebagai regulator Lembaga Jasa Keuangan sangat sadar dengan isu
pembangunan berkelanjutan, dimana Otoritas Jasa Keuangan menggunakan landasan
Kerangka Pembangunan Berkelanjutan yang dikeluarkan oleh Bappenas sebagai
salah satu landasanya dalam melaksanakan tugasnya.
Pada Desember 2014 lalu OJK meluncurkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan
2015 2019. Roadmap ini berisi paparan rencana kerja program keuangan
brekelanjutan untuk industri jasa keuangan yang berada dibawah otoritas OJK, yaitu
perbankan, pasar modal dan IKNB (Industri Keuangan Non Bank). Roadmap ini akan
menjadi bagian dari Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia(MPSJKI). Serta
digunakan sebagai acuan bagi pemangku kepentingan keuangan berkelanjutan.
Tujuan keuangan berkelanjutan adalah :27
a. Meningkatkan daya tahan dan daya saing LJK sehingga mampu tumbuh dan
berkembang serta berkesinambungan. Daya tahan dikaitkan dengan
kemampuan management resiko yang lebih baik, semetara daya saing
dikaitkan dengan kemampuan LJK untuk melakukan inovasi produk/ layanan
lingkungan yang ramah lingkungan.
b. Menyediakan sumber pendanaan yang dibutuhkan masyarakat mengacu
kepada RPJP dan RPJM yang bercirikan pro-growth, pro-job, pro-poor dan
pro-environment.
27
Otoritas Jasa Keuangan, Op Cit.
196
28
Ibid.
197
198
199
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Peraturan Perundang-undangan
200
PerMeN Lingkungan Hidup RI No05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenahi Dampak
Lingkungan Hidup.
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPLH).
Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Website/Internet
http://pepayamanggapisangjambu.blogspot.co.id/2015/03/contoh-makalah-
amdal.html
http://keuangan.kontan.co.id/news/5-poin-penting-kerjasama-ojk-dan-klh Senin, 26
Mei 2014 / 17:01 WIB
http://www.antaranews.com/berita/436023/klh-gandeng-ojk-lindungi-lingkungan-
hidup, 2014
http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx, 2015.
201