Professional Documents
Culture Documents
Peningkatan Forced Expiratory Volume Melalui Latihan: Breathing Retraining Pada Pasien Ppok
Peningkatan Forced Expiratory Volume Melalui Latihan: Breathing Retraining Pada Pasien Ppok
Abstract: This Research was done to identify the increase of Forced Expiratory Volume after doing
Breathing Retraining exercises in RSUD Mardi Waluyo Blitar. The methodology of this research is
quantitative research with pre-Experimental design by Pretest-Posttest approach. The research sample
consisted of 35 respondents, they were COPD patients who underwent an outpatient at internal disease
poly. The sampling was done by purposive sampling. Breathing retraining was done for 14 days and
Forced Expiratory Volume were observed on the 1st, 7th and 14th day. The results of this research
showed an increase in average Forced Expiratory Volume 1845,72. The results of analysis showed
breathing retraining was effective to increase Forced Expiratory Volume (<0,05). Breathing retrain-
ing can increase tidal volume and increase the efficiency of ventilation. Breathing retraining exercises
in nursing can be used as one of the alternative independent nursing intervention in providing nursing
care of COPD patients.
Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi peningkatan Forced Expiratory Volume setelah
melakukan latihan Breathing Retraining di RSD Mardi Waluyo Blitar. Metodologi penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Pra-Experimental dengan pendekatan Pretest-Posttest.
Sampel penelitian terdiri dari 35 responden yaitu pasien PPOK yang menjalani rawat jalan di poli
penyakit dalam. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Breathing retrain-
ing ini dilakukan selama 14 hari dan Forced Expiratory Volume diobservasi pada hari ke-1, ke-7 dan
ke-14. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata Forced Expiratory Volume 1845,72.
Hasil analisis menunjukkan breathing retraining efektif dalam meningkatkan Forced Expiratory Vol-
ume (<0,05). Breathing retraining mampu meningkatkan volume tidal, dan meningkatkan efisiensi
ventilasi. Latihan breathing retraining dalam keperawatan dapat digunakan sebagai salah satu alter-
native intervensi keperawatan mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien PPOK.
31
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 31-35
tahun 2010. Komplikasi seperti insufisiensi dan tekanan resistive di jalan nafas dan menurunkan
kegagalan pernafasan merupakan komplikasi penyempitan jalan nafas selama ekspirasi. Dengan
utama yang mengancam hidup pada PPOK. Di latihan ini dapat menurunkan gejala dyspnea,
Indonesia PPOK menduduki urutan ke-4 dari 10 meningkatkan toleransi aktifitas, meningkatkan
penyebab kematian menurut sebab sakit (Depkes, forced expiratory volume (FEV1), meningkatkan
2009). Di RS Mardi Waluyo Blitar juga terjadi saturasi oksigen dan meningkatkan kualitas hidup.
peningkatan jumlah pasien PPOK. Tahun 2010 Dalam studi observasional pasien dengan
terdapat 496 pasien dan tahun 2011 meningkat PPOK, ditemukan bahwa tingkat penurunan FEV1
menjadi 564 pasien. selama periode 3 tahun sangat bervariasi.
Pasien PPOK akan mengalami obstruksi jalan Meskipun PPOK dianggap penyakit progresif,
nafas sebagai akibat inflamasi mukosa jalan nafas, hanya 38% dari pasien memiliki tingkat estimasi
konstriksi otot sepanjang pernafasan dan penurunan FEV1 lebih dari 40 ml per tahun.
peningkatan produksi mukus. Pasien sering Merokok saat ini sangat terkait dengan tingkat
mengalami peningkatan usaha bernafas. Otot-otot penurunan FEV1 . Selain itu, pasien dengan
inspirasi lama-lama harus bekerja lebih keras untuk emfisema (sebagaimana didefinisikan berdasarkan
memasukkan udara ke dalam paru sehingga CT scan) dan pasien dengan reversibilitas
membutuhkan bantuan otot-otot tambahan. bronkodilator keduanya memiliki kerugian lebih
Aktivitas otot tambahan ini juga membutuhkan dari FEV 1 selama masa studi 3 tahun,
oksigen sehingga oksigen yang dibutuhkan dibandingkan dengan peserta studi yang tidak
semakin tidak mencukupi (Lemone & Burke, memiliki kondisi ini (Jorgen, Lisa, dkk, 2011).
2009). Di RSD Mardi Waluyo Blitar, managemen
Managemen PPOK bertujuan untuk non farmakologi berupa latihan breathing retrain-
mengontrol penyakit dengan sedikit efek samping ing berupa pursed lip breathing dan diaphrag-
melalui pengkajian dan monitoring penyakit, matic breathing pada pasien PPOK belum
edukasi, kontrol lingkungan dan kondisi komorbid dilaksanakan. Seharusnya perawat dapat
serta farmakologi yang adekuat. Pengobatan memfasilitasi peningkatan ventilasi dan pertukaran
farmakologi dalam jangka yang lama pada pasien gas melalui tindakan keperawatan kolaboratif dan
PPOK sering diikuti oleh efek samping akibat mandiri. Tindakan keperawatan mandiri dapat
penggunaan steroid oral dan inhalasi. Beberapa dilakukan dengan melakukan latihan nafas
alternatif tindakan komplementer dikembangkan khususnya dengan latihan breathing retraining
untuk mengontrol PPOK seperti latihan nafas, sebagai managemen non farmakologi pada pasien
herbal, homeopathy, akupunktur, terapi rileksasi PPOK untuk meningkatkan fungsi paru,
dan manual terapi seperti massage. menurunkan dyspnea serta meningkatkan
Breathing exercise berupa breathing re- kemampuan aktifitas fisik. Berdasarkan fenomena
training seperti pursed lip breathing dan dia- di atas maka peneliti melakukan studi untuk
phragmatic breathing dapat digunakan sebagai mengetahui keefektifan breathing retraining
terapi modalitas pada pasien PPOK. Breathing untuk meningkakan forced expiratory volume
Retraining dapat meningkatkan volume paru, gas pada pasien penyakit paru obstruksi kronik di
darah dan toleransi aktifitas pada pasien PPOK Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo Blitar.
(Hajbaghery, 2011). Menurut Black & Hawk Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
(2005), breathing retraining dapat menurunkan peningkatan forced expiratory volume setelah
volume akhir respirasi, frekuensi nafas dan waktu melakukan latihan breathing retraining di RSD
ekspirasi sehingga latihan ini membantu pasien Mardi Waluyo Blitar.
selama istirahat dan aktifitas. Sedangkan menurut
Dechman & Wilson (2004), pursed lib breath-
ing menurunkan frekuensi nafas, menurunkan
Pada kunjungan kedua, Tabel 3 menunjukkan ditunjukkan dengan peningkatan oksigen pada
rata-rata forced expiratory volume sebelum darah. Latihan pernafasan diafragma bertujuan
latihan 597,14 dengan standar deviasi 650,78 dan agar klien dengan masalah ventilasi dapat
setelah latihan 1657,823 dengan standar deviasi mencapai ventilasi yang optimal, terkontrol, efisien
727,823. Ada peningkatan forced expiratory vol- dan dapat mengurangi kerja pernafasan. Latihan
ume 1060. Analisis lebih lanjut menunjukkan ada ini inflasi alveolar, meningkatkan relaksasi otot,
perbedaan signifikan rata-rata forced expiratory menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola
volume sebelum dan sesudah melakukan latihan aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna
breathing retraining (p=0,000, <0,05). dan tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi
Rerata forced expiratory volume sebelum pernafasan dan mengurangi kerja pernafasan.
latihan pada kunjungan ketiga dapat dilihat pada Pernafasan yang lambat, rileks dan berirama
Tabel 4 dengan 597,14 standar deviasi 650,78 dan membantu dalam mengontrol kecemasan yang
setelah latihan 2442,86 dengan standar deviasi timbul ketika klien diafragma mengalami sesak
562,576. Ada peningkatan forced expiratory vol- nafas. Dengan pelaksanaan latihan pernafasan
ume 1845,72. Analisis lebih lanjut menunjukkan diafragma mampu mengoptimalisasi penggunaan
ada perbedaan signifikan rata-rata forced expi- otot diafragma dan menguatkan diafragma selama
ratory volume sebelum dan sesudah melakukan pernafasan. Pernafasan diafragma dapat menjadi
latihan breathing retraining (p=0,000, <0,05). otomatis dengan latihan dan konsentrasi yang
cukup. Dengan pernapasan diafragma maka akan
PEMBAHASAN terjadi peningkatan volume tidal, penununan
Rerata forced expiratory volume dan kapasitas residu fungsional dan peningkatan
saturasi oksigen berbeda secara signifikan sebelum ambilan oksigen optimal (Muttaqin, 2008).
dan sesudah melakukan latihan breathing retrain- Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
ing. Hasil penelitian menunjukkan latihan breath- pendapat Khotimah (2013) latihan pernapasan
ing retraining dapat meningkatkan rata-rata mempunyai pengaruh peningkatan dalam ambilan
forced expiratory volume 342,86 pada hari ke- oksigen maksimal dan peningkatan volume tidal
1, 1060 pada hari ke-7 dan 1845,72 pada hari ke- serta penurunan frekuensi pernafasan sehingga
14. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan otot pernafasan lebih efektif dan terjadi penurunan
forced expiratory volume secara optimal dapat beban kerja pernafasan karena tidak banyak
terlihat setelah kunjungan yang ketiga atau latihan energi yang terbuang. Tujuan latihan pernafasan
breathing retraining sudah dilakukan selama 14 pada pasien PPOK adalah untuk mengatur
hari. Anderson (2008) mengatakan bahwa latihan frekuensi dan pola pernafasan sehingga
nafas (breathing exercise) yang dijadikan mengurangi air trapping, memperbaiki fungsi
kebiasaan bernafas dapat meningkatkan diafragma, memperbaiki ventilasi alveoli untuk
kesehatan fisik maupun mental. Transportasi memperbaiki pertukaran gas tanpa meningkatkan
oksigen di dalam proses bernafas juga menjadi kerja pernafasan, memperbaiki mobilitas sangkar
dasar konsep fungsi kardiopulmonal, diagnosis, dan thorax, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan
managemen penyakit kardiopulmonal. Salah satu pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan
metode yang paling kuat menghasilkan lebih sedikit mengurangi kerja pernafasan sehingga sesak
stress dan lebih banyak energi dalam tubuh adalah nafas berkurang.
bernafas dengan diaphragma. Dengan diaphragma Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai
untuk bernafas secara dramatis kita dapat penelitian dan teori yang terkait, peneliti berasumsi
mengubah fisiologis tubuh kita. Secara jelas latihan bahwa latihan breathing retraining efektif dalam
ini mengaktifasi pusat-pusat rileksasi dalam otak. meningkatkan forced expiratory volume. Latihan
Latihan breathing retraining meningkatkan breathing retraining bisa diterapkan sebagai
efisiensi ventilasi terhadap oksigen yang salah satu terapi non farmakologi pada pasien
PPOK, bisa sebagai terapi mandiri atau terapi