Professional Documents
Culture Documents
Pembelajaran Kooperatif Metode Stad
Pembelajaran Kooperatif Metode Stad
METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA DATA/INFORMASI DI
TEMPAT KERJA
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M, selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Agus Hermawan, M.Si., M.Bus, selaku pembimbing II yang banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Imam Bukhori, S.Pd., M.M, selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan koreksi terhadap kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ery Tri Djatmiko Rudiyanto W.W, M.A, M.Si selaku Deka
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian.....................................................................8
E. Keterbatasan Penelitian.................................................................10
F. Definisi Istilah.............................................................................. 10
93
96
98
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 104
B. Saran............................................................................................. 106
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas..................................................
4.1 Struktur Organisasi Sekolah....................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 1.......................................................
65
4.2 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 1.....................................................
68
4.3 Kategori Keberhasilan Tindakan..........................................................
71
4.4 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus..............................
71
4.5 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran............................
73
4.6 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 2.......................................................
79
4.7 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 2....................................................
81
4.8 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus 2...............................
83
4.9 Hasil Analisis Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran.............................
85
4.10 Hasil Angket Respons Siswa Terhadap Pembelajaran STAD...............
88
4.11 Kriteria Respons Siswa........................................................................
89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Silabus................................................................................................... 111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya
bangsa, dimana kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan
pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan
peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang.
tenaga kerja siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan
Untuk itu perlu kiranya siswa SMK dibekali dengan kemampuan dasar dan
sekolah khususnya SMK saat ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa. Hal
ini terbukti dengan masih seringnya digunakan model ceramah atau konvensional
yang hampir pada semua mata pelajaran atau mata pelajaran termasuk mata pelajaran
komunikasi. Padahal tidak semua materi komunikasi harus diajarkan dengan model
Salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan
menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep, prinsip dan teori yang
kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antar siswa
menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar
pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan
sesuai dengan teori motivasi karena struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif
adalah struktur tujuan kooperatif yang menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya
cara agar anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka hanya apabila
kelompoknya berhasil. Situasi yang tercipta ini akan membuat setiap anggota
kelompok harus saling membantu teman dalam kelompoknya dengan melakukan apa
saja yang dapat membantu kelompok itu agar berhasil dan yang paling penting
melakukan upaya yang maksimum. Dikatakan juga, siswa yang belajar dalam
siswa yang belajar secara tradisional. Belajar tradisional dalam hal ini adalah belajar
pengetahuannya sendiri.
dapat memotivasi siswa dalam berkelompok agar mereka saling mendorong dan
membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan. Dalam
pembelajaran kooperatif metode STAD memiliki ciri khusus yaitu kelompok yang
terbentuk dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ciri lainnya adalah
adanya empat tahap penting di dalamnya, yaitu: (1) Presentasi kelas oleh guru, (2)
Studi kelompok, (3) Tes individu, dan (4) Adanya tahap penghargaan (Handayanto,
2000: 115).
komunikasi diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling
yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi
juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
waktu sebelumnya, diperoleh bahwa hasil belajar pada Siswa Kelas X Jurusan
Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh Siswa Kelas X Jurusan
masih kurang memuaskan, karena pada ulangan harian ke-1 50% siswa mendapatkan
nilai di bawah nilai minimal, sedangkan pada ulangan harian ke-2 hampir 65%
siswanya mendapatkan nilai di atas minimal yang telah ditentukan, untuk mata pelajaran
Komunikasi nilai minimalnya adalah 70, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2. Hal
daripada model lain. Sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta
mencatat hal yang dianggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap materi yang diajarkan, sehingga
menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif. Hal inilah yang
menyebabkan rata-rata nilai siswa masih rendah, khususnya Siswa Kelas X Jurusan
dalam mengoptimalkan hasil belajar pada mata pelajaran Komunikasi, padahal perlu
Perkantoran.
dan komunikatif. Hal ini dapat menghambat usaha siswa, khususnya siswa kelas X
kontribusi yang besar dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa
maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton.
Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi hasil belajar, minat belajar dan daya
tarik siswa dalam mengikuti pelajaran serta berkaitan pula dengan mas depan siswa.
Model ceramah sebagai model utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan
variasi tersebut dapat menjadi kendala dalam pembentukan pengetahuan secara aktif
model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran Komunikasi yang
dalam penerapannya di dalam kelas akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang
saling komunikatif, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima,
yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi
juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
Pemilihan metode STAD sebagai fokus penelitian ini, disebabkan metode STAD
royong, saling membantu. Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:7) menyatakan
bahwa suasana belajar kooperatif menghasilkan hasil belajar yang lebih baik,
hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada
suasana belajar yang penuh dengan persaingan. Pemilihan metode pembelajaran STAD jika
dibandingkan dengan metode dari model pembelajaran kooperatif lainnya apabila dikaitkan dengan
jurusan dan mata pelajaran yang diteliti yaitu jurusan Administrasi Perkantoran dan mata
keberhasilan yang cukup besar baik karena faktor kesederhanaan dan kemudahan
dalam prakteknya. Hal ini yang mendorong peneliti untuk memilih pembelajaran
dikarenakan kesamaan jurusan yang diambil oleh peneliti dengan obyek yang diteliti,
selain itu mata pelajaran Komunikasi hanya ada pada jurusan Administrasi
Perkantoran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD di
SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi
Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata
pelajaran komunikasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD
di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi.
Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata
pelajaran komunikasi.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan suatu masalah baik langsung maupun tidak langsung dan
juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Bagi Guru Mata pelajaran Komunikasi
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa agar tercipta kebiasaan-
kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam
Diharapkan Kepala SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember dapat mendorong dan
STAD ini, sehingga guru tidak hanya menggunakan model ceramah atau
konvensional terus-menerus.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi peneliti karena peneliti akan lebih
terhadap hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember
3. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar
mengajar yang memungkinkan untuk diukur dan dicerminkan oleh nilai tes yang
diperoleh dari hasilpre test di awal danpost test di akhir proses belajar mengajar.
memberikan informasi kepada pihak lain dengan tujuan saling mengerti dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Temuan Penelitian yang Relevan
dilaksanakan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi Bahasa, Geografi,
Ilmu Sosial, Sains, Matematika dan Bahasa Inggris. Studi yang telah ditelaah
Nigeria dan Jerman. Dari 45 laporan 37 menunjukkan bahwa hasil akademis kelas
Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil belajar Siswa
Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa padapre-test siklus 1 hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata
kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata- rata yang diperoleh adalah 82,40. Dari
segi kemampuan, kerja sama siswa dapat dibilang berlangsung dengan baik karena
antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saling membantu untuk menyelesaikan
tugas kelompok.
Respons yang diberikan siswa terhadap penanganan surat masuk dan surat
keluar dengan pembelajaran kooperatif model STAD sangat positif. Hasil dari
STAD dapat dijadikan alternatif pilihan dalam praktek pembelajaran di kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, perlu penyediaan sarana dan prasarana yang
STAD yaitu berupa pengadaan ruangan, bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan
STAD dengan mata pelajaran yang lain dan subjek penelitian yang valid.
dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah mereduksi data, sajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Dari tiga siklus dalam penelitian ini
diperoleh hasil berdasarkan hasil tes pada setiap akhir siklus, pembelajaran kegiatan
adalah 56,2, pada siklus 2 nilai rata-rata kelas adalah 56,4 dan pada siklus 2 nilai
rata-rata kelas adalah 59,3. berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang
Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada
siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Sedangkan
berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru sebagai fasilitator dalam
15
siswa diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif model STAD.
dengan pendekatan kooperatif model STAD adalah hasil pengelolaan kelas berupa
pengelolaan tempat, waktu dan pengelolaan siswa, dan untuk peneliti selanjutnya
agar mengetahui lebih jauh tentang penerapan model STAD dalam pembelajaran
mata pelajaran Ekonomi dengan melakukan penelitian pada pokok bahasan yang
Dan Hasil Belajar Kimia (PTK Di Kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung TP
studi kimia kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007
diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil tes formatif siswa pada pokok bahasan
larutan asam basa adalah 59. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru, minat
STAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan rata-rata (1)
aktivitas siswa; (2) penguasaan konsep siswa; (3) minat siswa terhadap pembelajaran
kimia; dan (4) keterampilan siswa bekerja di laboratorium. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data kuantitatif diperoleh melalui
tes. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- rata (1) aktivitas siswa dari siklus I ke
siklus II sebesar 8,17%, dari siklus II ke siklus III sebesar 5,21%; (2) penguasaan
konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 12,98%, dari siklus II ke siklus III
sebesar 7,59%; (3) minat siswa terhadap pembelajaran kimia dari siklus I ke siklus II
sebesar 14,4%, dari siklus II ke siklus III sebesar 6,85%; (4) keterampilan siswa
hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja guru. Pada siklus I hasil belajar siswa
meningkat sebesar 7,5%, siklus II sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%.
Keaktifan belajar siswa pada siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan
siklus III mencapai 90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%,
siklus II mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif
oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD karena
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa menjadi
pelajaran gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan ketelitian,
penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar mengalami peningkatan
sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan siklus III sebesar 9,18%. Sedangkan
6. Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan pada
pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan sebesar 13,16%, siklus II sebesar
19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%. Siswa juga terlibat secara aktif selama
81,79%, siklus II sebesar 93,44% dan siklus III sebesar 97,81%. Bahkan indikator
ketercapaian hasil belajar siswa melebihi dari yang ditetapkan yaitu 90% dari
B. KAJIAN TEORI
ditinjau. Menurut Sadirman (2005:22) pengertian belajar secara luas adalah kegiatan
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan tersebut bersifat secara
perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman. Kata kunci yang menandai belajar menurut pandangan ini adalah
merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh guru sebagai fasilitator oleh karena
kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga
melibatkan kemampuan fisik. Menurut Dimyati (1999:3) hasil belajar diperoleh dari
suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru berperan
sebagai acuannya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku internal siswa yang kompleks, yang
terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-
ranah kognitif dan psikomotorik. Tindakan belajar tentang suatu hal tampak sebagai
perilaku belajar yang tampak dari luar. Penyebab belajar itu adalah hal-hal diluar
siswa yang sukar ditentukan. Oleh karena itu beberapa ahli mengemukakan
menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka
responsnya menurun. Lain halnya dengan Gagne (dalam Dimyati, 1999:10) belajar
merupakan kegiatan
yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabilitas. Lebih lanjut lagi menurut
Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi internal, kondisi
individual yang mempunyai potensi, latar belakang, serta harapan masa depan yang
berbeda-beda. kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi,
atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan akan punah (Lie, 2002:27).
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan
maka diperlukan interaksi yang baik antar individu. Dimana, dalam interaksi tersebut
harus ada saling tenggang rasa. Dalam pembelajaran, interaksi tersebut dapat terjadi
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
pembelajaran yang baru. Para ahli psikologi sosial telah mengembangkan pola kerja
kelas dimulai sekitar 1970 (Noornia, 1997). Selanjutnya riset-riset mulai dilakukan
sekedar belajar dalam kelompok. Perbedaan ini terletak pada adanya unsur-unsur
efektif.
kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang termasuk dalam struktur ini
kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok untuk saling
Sistem penilaian dalam metode ini mampu memacu siswa yang berkemampuan
rendah untuk bekerja tanpa ada rasa minder karena bagaimanapun juga mereka bisa
tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang berkemampuan rendah karena mereka
c. Tatap muka antar anggota, agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan
pikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling
anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga dapat memperluas
d. Komunikasi antar anggota, karena dalam proses kelompok ini tiap anggota akan
berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata
mufakat untuk menyelesaikan masalah yang didalam prosesnya mereka harus bisa
menentukan tercapainya tujuan belajar. Evaluasi kelompok ini bisa dilakukan setelah
tipe pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan, baik pada
terdahulu mereka dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa
menyamai atau melampaui prestasi yang lalunya sendiri. Poin anggota tim ini
dijumlahkan untuk mendapat skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat
diberikan penghargaan.
TAI atau pengajaran individual dibantu tim pada dasarnya hampir sama dengan
STAD, dalam penggunaan tim belajar empat anggota berkemampuan campur dan
penghargaan untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu
pembelajaran individu.
bahasan, dan setiap anggota kelompok mencari informasi tentang isi satu sub topik
dari topik yang dipelajari. Siswa yang mengajarkan informasi yang diperoleh kepada
kelompok lain. Artinya kelompok dibongkar dan siswa-siswa yang mempunyai topik
mengajarkan sub topik yang dikuasainya kepada kelompok lain. Pada akhir kegiatan
setiap anggota mengerjakan tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari.
Skor hasil tes tiap kelompok dihitung dan diumumkan secara terbuka.
e. GI(Group Investigation)
proyek kooperatif. Tiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang
diminati, membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga
klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada
konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja
pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau
diskusi.
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian
kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa
usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi kesuksesan kelompok.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang
telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau
bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan
bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut
28
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,
dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif
dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
a) Merangking siswa
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk bagilah banyaknya siswa
dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada
delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang
beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan
dibentuk.
yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil
belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata-
metode STAD).
Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum
pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang
dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada
semester sebelumnya.
diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan
bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling
mengenal antar anggota kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian
materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan
berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang
meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan
kuis.
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu
penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep
atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran 31
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan
memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan
soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan
diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada
kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru
memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa
yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok
menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok
mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada
guru.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai
kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh
anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka
mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya
mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman
yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari.
Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman
sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam
kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana
anggota kelompok berdiskusi.
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian,
guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis.
Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran.
Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor
kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor
perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru
mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu
guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau
berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai
rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk
menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan
pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas yaitu:
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama
atau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam
grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam
satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok
akan tampak macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,
misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian
tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang
timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut
Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang
paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil,
adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang
lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat
menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan
kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian
yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan
cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
6. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar siswa menunjukkan
kompetensi siswa, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Untuk dapat mengembangkan kompetensi, maka proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi merupakan
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila dikaitkan
dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar yang telah
dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan,
dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar
yang dapat tercermin dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
keterampilan terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses
belajar mengajar. Selain itu, proses belajar merupakan salah satu indikator dari mutu
pengajaran yang pada akhirnya mencerminkan mutu pendidikan. Hasil belajar
merupakan kemampuan aktual siswa yang dapat diukur secara langsung melalui tes.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari
dalam diri sendiri yang meliputi faktor jasmani, kemampuan dasar, sikap, bakat,
minat, dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar,
yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial. Faktor
lingkungan sosial terdiri dari guru, teman sekelas, tetangga, masyarakat, dan
keluarga, sedangkan faktor lingkungan non-sosial antara lain gedung sekolah dan
letaknya, alat belajar, keadaan cuaca, serta waktu belajar.
Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif. dan psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berhubungan dengan pengetahuan, daya pikir, dan penalaran. Tahap-
tahap yang berkaitan dengan ranah kognitif adalah sebagai berikut.
1) Mengenal(Recognition)/pengetahuan)
Dalam pengenalan mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari atau
disimpan dalam ingatan. Siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban.
2) Pemahaman
Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep
3) Penerapan atau Aplikasi
Siswa diminta untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu
abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) untuk diterapkan
dalam situasi baru.
4) Analisis
Siswa diminta untuk menganalisis/merinci hubungan atau situasi yang kompleks
atas konsep-konsep dasar.
5) Sintesis
Siswa diminta untuk membuat suatu pola baru atau generalisasi.
6) Evaluasi
Siswa diminta untuk memulai/berpendapat mengenai kasus-kasus tertentu
b. Ranah Afektif
Ranah ini bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, terdiri dari
lima perilaku sebagai berikut
1) Penerimaan
Mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperlihatkan hal tersebut.
2) Partisipasi
Mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau penentuan sikap
Mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
4) Organisasi
Mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
hidup.
5) Pembentukan pola hidup
Mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai
kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah ini berhubungan dengan keterampilan, baik fisik maupun motorik, terdiri atas
tujuh perilaku sebagai berikut:
1) Persepsi
Mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan hal-
hal) secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2) Kesiapan
Mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana
akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4) Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5) Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat
6) Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7) Kreativitas
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang telah dicapai dalam belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
diperoleh oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dapat diukur.
Pengalaman belajar secara kooperatif mendorong siswa untuk meningkatkan
motivasi yang tinggi untuk belajar. terutama motivasi intrinsik, menimbulkan
kepuasan yang tinggi, membentuk sikap menerima perbedaan antar sesamanya, dan
memperbaiki interaksi antar siswa yang mempunyai latar belakang etnik yang
berbeda, dan antara siswa yang mengalam kesulitan belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan pembelajaran komunikasi
dengan pembelajaran kooperatif metode STAD pada peserta didik. Untuk
mendeskripsikan proses belajar ini, peneliti mengumpulkan data berupa uraian-
uraian atau kalimat dan bukan angka-angka.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas(classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktek pembelajaran di kelasnya. Karena PTK berfokus pada kelas atau pada proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas, dan bukan pada input kelas (silabus, materi,
dll) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas.
Arikunto (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi
dari ketiga kata “penelitian + tindakan + kelas” sebagi berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat mutu suatu hal yang
menarik minat penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu kerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian terbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember yang
terletak di jalan PB. Sudirman No. 114 Tanggul, Jember, Jawa Timur. Sedangkan
subyek dalam penelitian ini yaitu semua peserta didik kelas X Jurusan Administrasi
Perkantoran (AP 1) yang berjumlah 40 peserta didik.
31
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
masalahnya.
3) Praktek terkendali
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan
soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan
kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya
menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh
guru.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok
guru.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai
a) Guru
meminta
siswa
berkelompok
dengan
teman
sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta
lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh
mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya
menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari.
Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh
teman sekelompoknya.
33
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian,
guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis.
Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran.
Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor
kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru
guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau
berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
berikut:
Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa
dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai
rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum banyak
menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka,
sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup
dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian
tugas.
paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil,
adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang
lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat
menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian
cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
6. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK
70
5) Pada saatpost test siswa sudah mulai mengerjakan secara individu dan
tidak tampak ada kecurangan.
Secara keseluruhan berdasarkan pengamatan peneliti, terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok. Mereka bertukar pendapat, saling belajar, saling memberi dan menerima gagasan maupun pendapat orang
lain, yang mengerti memberi tahu yang belum mengerti dan di kelas telah tercipta suasana yang kondusif. Hasil observasi
peneliti dan teman sejawat meliputi aktivitas dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran diuraikan sebagai
berikut:
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, adapun setiap munculnya deskriptor (penilaian
“ya”) mendapatkan skor 1, sedangkan untuk penilaian “tidak” (tidak munculnya deskriptor) mendapat skor 0.
Skor yang muncul terhadap masing- masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor, kemudian dihitung nilai
%
100
maksimal
skor
perolehan
skor
rata
rata
nilai
Persentase
Kategori taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai
berikut:
71
Tabel 4.3 Kategori Keberhasilan Tindakan
Taraf Keberhasilan
Kategori
Nilai
86-100
Sangat Baik
A
66-85
Baik
B
46-65
Cukup
C
26-45
Kurang
D
0-25
Sangat Kurang
E
(Sumber: Silabus KTSP SMK Negeri 1 Tanggul, 2009)
Hasil observasi kedua pengamat yaitu Ibu RR. Retno, S.Pd dan M. Lutfar terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat
√
√
2. Memotivasi siswa.
√
√
3. Mengingatkan materi yang akan
dipelajari.
√
√
4. Mengingatkan kompetensi yang ingin
dicapai.
√
√
5. MemberikanPre Test
√
√
6 Mengembangkan pengetahuan awal.
√
√
2.
Inti
7. Menjelaskan aturan main pembelajaran
kooperatif metodeStudent Teams
Achievement Division
√
√
8. Membagi siswa menjadi 10 kelompok
√
√
9. Membagikan topik diskusi sebagai
pengganti pertanyaan lisan kepada siswa.
√
√
√
√
11. meminta siswa dari masing-masing
kelompok untuk menjawab.
√
√
3.
Akhir
12. guru menyempurnakan jawaban siswa.
√
√
13..Memberikanpost test
√
√
14. Melakukan refleksi.
√
√
15. Melakukan aktivitas rutin pada akhir
tatap muka.
√
√
(Sumber: Penelitian Lapangan, 2009)
72
Hasil data observasi pengamat 1 jumlah skor yang diperoleh adalah 28 sedangkan skor maksimal adalah 30.
Pengamat 2 jumlah skor yang diperoleh adalah 28 sedangkan skor maksimal adalah 30. Berdasarkan hasil data observasi
kedua pengamat pada tabel 4.3 jumlah skor keseluruhan adalah 56 dan skor maksimal adalah 60. Dengan
demikian
persentase
nilai
rata-rata
adalah
%
33
,
93
%
100
60
56
x
Hasil observasi aktivitas siswa tetap dianalisis menggunakan analisis persentase dan kriteria keberhasilan tindakan
yang sama dengan analisis dan kriteria keberhasilan untuk kegiatan peneliti. Observasi kedua pengamat terhadap aktivitas