Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 67

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA DATA/INFORMASI DI
TEMPAT KERJA

(Studi pada Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran


Kelas XII SMK Negeri 1 Purwokerto)
ABSTRACT

Arizna. 2010.Implementation of Student Teams Achievement Division Method of


Cooperative Learning to Increase Student Learning Outcomes on Training Subject of
Communication (A Study of AP 1 Students in Class X of SMK Negeri 1 Tanggul).
Thesis, Office Administration Education of
Management Department, Faculty of Economy. State University of Malang.
Advisors: (I) Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M (II) Drs. Agus Hermawan,
M.Si., M.Bus
Keywords: Cooperative Learning, Student Teams Achievement Division
Methode, Student Learning Outcomes.
One of the problems that we have to face in our education today is about
weaknesses in the learning process. Recent learning processes evidently burden
students with so many materials and assignments that students finally feel bored in
the class. In learning activities, many approaches have been conducted by teachers;
nevertheless, it has not yet shown satisfying results. It was proved by the results of
both school and national examinations and individual skill tests achieved by students.
Schools themselves have not yet been able to create a learning environment that
enables students to think critically, creatively, and responsibly, as well as gives
students opportunities to explore their own imaginative ideas. Hence, it is important
that a learning method can encourage students to be active in learning processes. The
research tried to implement a Student Teams Achievement Division method of
cooperative learning model. STAD is a method of cooperative learning that students
are trained to overcome a real-life problem while for the group divisions, this method
is chosen as what expected that students are able to find information themselves in
the group then solve any test or problem cooperatively.
The purposes of the research are: 1) to describe the implementation Student
Teams Achievement Division method of cooperative learning model on the topic of
communication, 2) to know the increase of student learning outcomes through the
implementation of Student Teams Achievement Division method of cooperative
learning model, 3) to know the Student Teams Achievement Division
method of cooperative learning model increase effect of student learning
outcomes, and 4) to know student response of implement Student Teams
Achievement Division model of cooperative learning method. Subjects of the
research are 40 AP 1 students of class X in SMK Negeri 1 Tanggul.
The research is a qualitative research designed in the form of classroom action
research (CAR). The research data were collected by 1) test, 2) observation sheets, 3)
questionnaire, 4) documentation and 5) field notes. This kind of research is a
classroom action research conducted in 2 cycles. Each cycle involves 4 stages,
namely: 1) planning, 2) action, 3) observation, 4) reflection. Data analysis in the
research is done in a descriptive way.
The result shows that generally Student Teams Achievement Division method
of cooperative learning model has been done well. Students helped each other, did
interaction, discussed with the teacher and their classmates, contributed
ii
scores for teams, gave respect to others, and became independent and good
students. It can be seen from the observation result of students’ cooperative skills.
In the implementation of cycle 1, based on the observation between two observers it
shows a success stage. The implementation of Student Teams Achievement Division
method and cooperative learning model on AP 1 students of class X of SMK Negeri
1 Tanggul is good. It is shown by the increase from cycle I that is 70% to 90% in
cycle 2. The increase of 20% shows the learning thoroughness. In the cycle I the
number of students completing their learning changes from 29 students to 37
students. Although in the action implementation there were many weaknesses and
constraints in the cycle I, the researcher tried to improve it in the cycle 2.
Based on the result it can be concluded that the implementation of Student
Teams Achievement Division method of cooperative learning model can increase the
learning outcome of the training subject of communication in the topic of
correspondent. It can be seen through 3 aspects, namely cognitive and affective and
psychomotor that increase in every cycle.
Some suggestions that the researcher recommends are: 1) School to give
science about cooperative method of way teaches that more medley please to learn
subject. 2) Teachers should be more increase student motivation for think active in
solves a problem, mutually, cooperative and give guidance on student to solve a
problem. 3) Diknas must socialize about cooperative learning to learn school and
teacher via training or seminar to increase science instructor for implement this
method. 4) Writer expects research it cans be referenced for further researcher deep
inscriptive of science.
ABSTRAK

Arizna. 2010.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif metode Student Teams


Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran Kelas X
SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember). Skripsi, Jurusan Manajemen Program
Studi Pendidikan
Administrasi Perkantoran, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M (II) Drs. Agus Hermawan,
M.Si., M.Bus
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, metodeStudent Teams Achievement
Division(STAD), hasil belajar siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita sekarang adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang ada selama ini
ternyata hanya membuat siswa sangat terbebani dengan materi dan tugas yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa merasa bosan di dalam kelas. Dalam
pembelajaran di kelas telah banyak pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh guru
tetapi sampai saat ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan, ini ditunjukkan
dengan hasil-hasil ujian siswa baik ujian nasional maupun ujian sekolah serta
keterampilan individu siswa itu sendiri. Dari pihak sekolah sendiri juga belum
berdaya untuk menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa berpikir
kritis, kreatif, bertanggung jawab, dan memberi peluang bagi siswa untuk
menjelajahi idenya yang imajinatif. Oleh sebab itu perlu adanya sebuah metode
pembelajaran untuk membangkitkan semangat peserta didik agar aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini mencoba menerapkan metode pembelajaran
kooperatif metodeStudent Teams Achievement Division. STAD merupakan bentuk
pembelajaran kooperatif di mana siswa dilatih untuk bekerja secara berkelompok
beranggotakan 4 orang yang heterogen untuk memecahkan suatu masalah yang ada
di dunia nyata, diharapkan siswa dapat memecahkan permasalahan serta mencari
informasi sendiri dalam kelompok yang kemudian bekerja sama untuk mencapai
ketuntasan belajar bersama.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui penerapan metode
pembelajaran kooperatif model STAD. 2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas
pada mata pelajaran komunikasi. 3) Untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif metode STAD terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran komunikasi. 4) Untuk mengetahui respons siswa kelas terhadap penerapan
model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran komunikasi.
Subyek penelitian adalah siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember dengan jumlah 40 siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dirancang dengan desain
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data penelitian dikumpulkan melalui 1) tes, 2)
lembar observasi, 3) angket, 4) dokumentasi dan 5) catatan lapangan. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus mencakup 4 tahap kegiatan yaitu: 1) perencanaan
2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif metode STAD
secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Siswa saling membantu, saling
berinteraksi tatap muka, berdiskusi dengan guru dan teman, menyumbangkan skor
untuk kelompok, tenggang rasa, sopan dan mandiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil
observasi keterampilan kooperatif siswa. Pada pelaksanaan siklus 1 berdasarkan
perbandingan dari kedua pengamat menunjukkan taraf keberhasilan. Penerapan
model pembelajaran STAD pada kelas X APK 1 SMK Negeri 1 Tanggul sudah baik.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari siklus 1 sebesar 70 % menjadi sebesar
90 % pada siklus 2. Peningkatan sebesar 20% tersebut sudah menunjukkan
ketuntasan belajar yaitu dari siklus 1 yang hanya 29 siswa yang tuntas belajar
meningkat menjadi 37 siswa yang tuntas belajar. Meskipun dalam pelaksanaan
tindakan banyak kekurangan dan kelemahan pada siklus 1 maka peneliti mencoba
memperbaiki pada siklus 2.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran komunikasi pada pokok bahasan melakukan komunikasi tertulis. Hal ini
dapat dilihat dari ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
meningkat setiap siklusnya.
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu: 1) Sekolah diharapkan
memberi pengetahuan mengenai berbagai metode atau cara mengajar yang lebih
beragam kepada guru mata pelajaran. 2) Guru hendaknya lebih meningkatkan
motivasi siswa untuk berpikir lebih aktif dalam memecahkan suatu masalah, saling
bekerja sama antar siswa dan memberikan bimbingan pada siswa untuk memecahkan
suatu masalah. 3) Diknas hendaknya dapat memberikan sosialisasi mengenai model-
model pembelajaran kooperatif terhadap guru atau sekolah melalui pelatihan atau
seminar. 4) Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti-
peneliti selanjutnya dalam penulisan karya ilmiahnya.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil‘Alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang


telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
MetodeStudent Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Komunikasi (Studi pada Siswa Jurusan
Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember)”.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Dr. Wening Patmi Rahayu, S.Pd., M.M, selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan dorongan sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Drs. Agus Hermawan, M.Si., M.Bus, selaku pembimbing II yang banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Imam Bukhori, S.Pd., M.M, selaku penguji yang telah memberikan
masukan dan koreksi terhadap kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ery Tri Djatmiko Rudiyanto W.W, M.A, M.Si selaku Deka
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian.....................................................................8
E. Keterbatasan Penelitian.................................................................10
F. Definisi Istilah.............................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Temuan Penelitian yang Relevan..................................................12


B. Kajian Teori.................................................................................18
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran............................................18
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.........................................20
3. Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif..............................23
4. Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams Achievement
Division).....................................25
5. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
STAD........................................................34
6. Hasil Belajar............................................................................36

7. Hubungan Antara Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Metode


STAD dengan Hasil belajar omunikasi....................................................

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................
B. Kehadiran Peneliti........................................................................
44
C. Lokasi Penelitian..........................................................................
44
D. Data dan Sumber Data..................................................................
45
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................
46
F. Tahap-Tahap Penelitian................................................................
48

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Gambaran Umum Sekolah...........................................................
56
B. Paparan Data................................................................................
60
1. Paparan Data Pra Tindakan....................................................
60
2. Paparan Data Siklus 1............................................................
61
a. Tahap Perencanaan Siklus 1.................................................
62
b. Tahap Pelaksanaan Siklus 1.................................................
63
c. Tahap Observasi Siklus 1.....................................................
69
d. Tahap Refleksi Siklus 1.......................................................
75
3. Paparan Data Siklus 2............................................................
76
a. Tahap Perencanaan Siklus 2................................................
76
b. Tahap Pelaksanaan Siklus 2.................................................
77
c. Tahap Observasi Siklus 2.....................................................
82
d. Tahap Refleksi Siklus 2.......................................................
86
e. Respons Siswa....................................................................
87
C. Temuan Penelitian........................................................................
91
1. Temuan Siklus 1....................................................................
91
2. Temuan Siklus 2....................................................................
92
BAB V PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Model STAD pada Mata Pelajaran Komunikasi Siswa
Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kab. Jember......................

93

B. Hasil Belajar Siswa Kelas X AP 1


SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember pada Mata Pelajaran Komunikasi......................................

96

C. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Metode STAD Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten
Jember pada Mata Pelajaran Komunikasi......................................

98

D. Respons Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul


Kabupaten Jember terhadap Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD
pada Mata Pelajaran Komunikasi.................................................. 101

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 104
B. Saran............................................................................................. 106

DAFTAR RUJUKAN................................................................................... 108


LAMPIRAN................................................................................................. 110
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... 158

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas..................................................
4.1 Struktur Organisasi Sekolah....................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 1.......................................................
65
4.2 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 1.....................................................
68
4.3 Kategori Keberhasilan Tindakan..........................................................
71
4.4 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus..............................
71
4.5 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran............................
73
4.6 Hasil Pre Test Siswa pada Siklus 2.......................................................
79
4.7 Hasil Post Test Siswa pada Siklus 2....................................................
81
4.8 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus 2...............................
83
4.9 Hasil Analisis Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran.............................
85
4.10 Hasil Angket Respons Siswa Terhadap Pembelajaran STAD...............
88
4.11 Kriteria Respons Siswa........................................................................
89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Silabus................................................................................................... 111

2. Hasil Belajar Siswa................................................................................ 112

3. a. Rencana Pembelajaran Siklus 1.......................................................... 113

b. Rencana Pembelajaran Siklus 2.......................................................... 117

4. a. Materi Surat Pribadi........................................................................... 120

b. Materi Surat Niaga............................................................................. 124

5. a. Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1................................................... 129

b. Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2................................................... 130


6. a. Topik Diskusi Siklus 1....................................................................... 131

b. Topik Diskusi Siklus 2....................................................................... 133

7. a. Lembar Observasi Mengenai Ketepatan Peneliti Siklus 1................... 136

b. Lembar Observasi Mengenai Ketepatan Peneliti Siklus 2................... 138

8. a. Lembar Observasi Mengenai Aktivitas Siswa Siklus 1....................... 140

b. Lembar Observasi Mengenai Aktivitas Siswa Siklus 2....................... 142

9. a. Lembar Observasi Catatan Lapangan Siklus 1.................................... 144

b. Lembar Observasi Catatan Lapangan Siklus 2.................................... 146

10. Angket Respons Siswa........................................................................... 148


Dokumentasi.......................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan

bangsa, dimana kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan.

Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan,

terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan

menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional

pada bidang masing-masing. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai

secara optimal, apabila dilakukan pengembangan dan perbaikan terhadap komponen

pendidikan itu sendiri.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan

kualitas tenaga pengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang menekankan pada

pengembangan aspek-aspek yang bermuara padpeningkatan dan pengembangan

kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi

peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang.

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan


tingkat menengah atas yang disediakan pemerintah dalam rangka menyiapkan

tenaga kerja siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan

menengah kejuruan yaitu siswa diharapkan menjadi tenaga profesional yang

memiliki keterampilan yang memadai, produktif, kreatif dan mampu berwirausaha.

Untuk itu perlu kiranya siswa SMK dibekali dengan kemampuan dasar dan

keterampilan teknik yang memadai.


Namun dalam kenyataannya proses belajar mengajar yang berlangsung di

sekolah khususnya SMK saat ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa. Hal

ini terbukti dengan masih seringnya digunakan model ceramah atau konvensional

yang hampir pada semua mata pelajaran atau mata pelajaran termasuk mata pelajaran

komunikasi. Padahal tidak semua materi komunikasi harus diajarkan dengan model

ceramah atau konvensional. Kenyataan pengajaran komunikasi yang seperti ini

menunjukkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi

pokok sangatlah penting.

Salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan

pengalaman belajar secara langsung adalah model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas pandangan konstruktivis yang

menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep, prinsip dan teori yang

disajikan kepadanya. Mereka mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan

skema pengetahuan yang sudah dimiliki dalam struktur kognitifnya dan

menambahkan atau menolaknya (Suparno, 1997).

Johnson (dalam Supriadi, 1995: 56) mengemukakan bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antar siswa

dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar bersama. Model pembelajaran


kooperatif ini dapat melatih siswa untuk

menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar

pikiran atau diskusi dengan teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan

mendorong untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


Johnson (dalam Nur, 1995: 1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

sesuai dengan teori motivasi karena struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif

adalah struktur tujuan kooperatif yang menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya

cara agar anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka hanya apabila

kelompoknya berhasil. Situasi yang tercipta ini akan membuat setiap anggota

kelompok harus saling membantu teman dalam kelompoknya dengan melakukan apa

saja yang dapat membantu kelompok itu agar berhasil dan yang paling penting

adalah saling memberi dorongan kepada teman dalam kelompoknya untuk

melakukan upaya yang maksimum. Dikatakan juga, siswa yang belajar dalam

kelompok ternyata memiliki perolehan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan

siswa yang belajar secara tradisional. Belajar tradisional dalam hal ini adalah belajar

secara individu, dimana setiap siswa bertanggung jawab memperoleh

pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode pembelajaran yaitu:


STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted
Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian
kelompok (Group Investigation). Dalam penelitian ini peneliti memilih model
pembelajaran kooperatif dengan metode STAD sebagai objek eksperimen

Menurut Johnson (dalam Noornia, 1997: 29) penggunaan pembelajaran


kooperatif khususnya metode STAD memiliki keuntungan, antara lain lebih

dapat memotivasi siswa dalam berkelompok agar mereka saling mendorong dan

membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan. Dalam

pembelajaran kooperatif metode STAD memiliki ciri khusus yaitu kelompok yang

terbentuk dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ciri lainnya adalah

adanya empat tahap penting di dalamnya, yaitu: (1) Presentasi kelas oleh guru, (2)
Studi kelompok, (3) Tes individu, dan (4) Adanya tahap penghargaan (Handayanto,

2000: 115).

Penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran

komunikasi diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling

berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima,

yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi

juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan observasi pendahuluan mandiri yang dilakukan peneliti beberapa

waktu sebelumnya, diperoleh bahwa hasil belajar pada Siswa Kelas X Jurusan

Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember

untuk mata pelajaran Komunikasi masih rendah.

Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh Siswa Kelas X Jurusan

Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember

masih kurang memuaskan, karena pada ulangan harian ke-1 50% siswa mendapatkan

nilai di bawah nilai minimal, sedangkan pada ulangan harian ke-2 hampir 65%

siswanya mendapatkan nilai di atas minimal yang telah ditentukan, untuk mata pelajaran

Komunikasi nilai minimalnya adalah 70, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2. Hal

ini disebabkan pelaksanaan pembelajarannya masih disampaikan dengan

menggunakan model ceramah sebagai model yang lebih dominan diterapkan

daripada model lain. Sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta

mencatat hal yang dianggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap materi yang diajarkan, sehingga

menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif. Hal inilah yang

menyebabkan rata-rata nilai siswa masih rendah, khususnya Siswa Kelas X Jurusan

Administrasi Perkantoran 1 (AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember

dalam mengoptimalkan hasil belajar pada mata pelajaran Komunikasi, padahal perlu

diketahui mata pelajaran Komunikasi memiliki kontribusi yang besar dalam

pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa jurusan Administrasi

Perkantoran.

Penerapan pembelajaran yang konvensional tersebut masih bersifat berpusat pada

guru(teacher centered), sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik

dan komunikatif. Hal ini dapat menghambat usaha siswa, khususnya siswa kelas X

jurusan Administrasi Perkantoran dalam mengoptimalkan hasil belajar pada mata

pelajaran Komunikasi, padahal perlu diketahui mata pelajaran Komunikasi memiliki

kontribusi yang besar dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa

jurusan Administrasi Perkantoran. Jika penerapan model pembelajaran untuk mata

pelajaran Komunikasi hanya menggunakan model ceramah sebagai model utama,

maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton.

Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi hasil belajar, minat belajar dan daya

tarik siswa dalam mengikuti pelajaran serta berkaitan pula dengan mas depan siswa.

Model ceramah sebagai model utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan

tetapi penggunaan model tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa

bosan, jenuh dan menurunnya motivasi belajar.


Penerapan sistem pembelajaran konvensional secara terus-menerus tanpa

variasi tersebut dapat menjadi kendala dalam pembentukan pengetahuan secara aktif

khususnya dalam mata pelajaran Komunikasi, maka diperlukan variasi dan

kreativitas dalam model pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata pelajaran Komunikasi yang

dalam penerapannya di dalam kelas akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang

saling komunikatif, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima,

yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi

juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran Komunikasi.

Pemilihan metode STAD sebagai fokus penelitian ini, disebabkan metode STAD

memiliki potensi lebih daripada pembelajaran dengan menggunakan model

konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui sistem gotong-

royong, saling membantu. Johnson & Johnson (dalam Lie, 2002:7) menyatakan

bahwa suasana belajar kooperatif menghasilkan hasil belajar yang lebih baik,

hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada

suasana belajar yang penuh dengan persaingan. Pemilihan metode pembelajaran STAD jika

dibandingkan dengan metode dari model pembelajaran kooperatif lainnya apabila dikaitkan dengan

jurusan dan mata pelajaran yang diteliti yaitu jurusan Administrasi Perkantoran dan mata

pelajaran Komunikasi merupakan alternatif terbaik serta memiliki potensi

keberhasilan yang cukup besar baik karena faktor kesederhanaan dan kemudahan

dalam prakteknya. Hal ini yang mendorong peneliti untuk memilih pembelajaran

kooperatif metode STAD di dalam melakukan penelitian.


Sedangkan pemilihan Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 1 (AP

1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember sebagai objek penelitian lebih

dikarenakan kesamaan jurusan yang diambil oleh peneliti dengan obyek yang diteliti,

selain itu mata pelajaran Komunikasi hanya ada pada jurusan Administrasi

Perkantoran.

Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam


penelitian ini adalah“PenerapanModel Pembelajaran Kooperatif Metode

Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

pada Mata pelajaran Komunikasi Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran 1

(AP 1) di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD di
SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi

3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten

Jember pada mata pelajaran komunikasi?

4. Bagaimanakah respons siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten

Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata

pelajaran komunikasi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD
di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul
Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi.

3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul

Kabupaten Jember pada mata pelajaran komunikasi.

4. Untuk mengetahui respons siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten

Jember terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD pada mata

pelajaran komunikasi.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memecahkan suatu masalah baik langsung maupun tidak langsung dan
juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Bagi Guru Mata pelajaran Komunikasi

Penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan kepada guru agar dapat

menerapkan strategi pembelajaran selain ceramah yang lebih bervariasi sehingga

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan motivasi

siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Siswa SMK Negeri 1 Tanggul

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa agar tercipta kebiasaan-

kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan sebagainya.

3. Bagi Kepala SMK Negeri 1 Tanggul


Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi perbaikan

kualitas pendidikan khususnya di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember.

Diharapkan Kepala SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember dapat mendorong dan

memfasilitasi guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif metode

STAD ini, sehingga guru tidak hanya menggunakan model ceramah atau

konvensional terus-menerus.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi peneliti karena peneliti akan lebih

mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar

mengajar khususnya dalam model pembelajaran kooperatif


10
dan sebagai bekal bagi peneliti untuk menjadi tenaga pendidik di masa yang
akan datang.
E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini adalah penerapan model kooperatif metode STAD

terhadap hasil belajar siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember

pada mata pelajaran komunikasi. Untuk memudahkan penelitian dalam mencapai

sasaran, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember.


2. Model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini terbatas pada metode
Student Teams Achievement Division(STAD).
3. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X jurusan AP 1 yang
berjumlah 40 siswa.
4. Materi yang diajarkan adalah materi untuk kelas X semester I yaitu
Komunikasi khususnya pada materi melakukan komunikasi tertulis.
5. Topik diskusi yang diberikan pada masing-masing kelompok hanya satu dan
sama yaitu materi melakukan komunikasi tertulis (surat-menyurat).
6. Hasil catatan Lapangan yang diperoleh dari kedua observer dalam penelitian
ini adalah sam
F. Definisi Istilah

1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerja

sama dalam kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar.

2. STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan siswa secara heterogen dengan

melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran

individu anggota demi tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar

mengajar yang memungkinkan untuk diukur dan dicerminkan oleh nilai tes yang

diperoleh dari hasilpre test di awal danpost test di akhir proses belajar mengajar.

4. Mata pelajaran Komunikasi memiliki pengertian dimana salah satu pihak

memberikan informasi kepada pihak lain dengan tujuan saling mengerti dan

mempengaruhi, yang merupakan keahlian dasar dari seorang sekretaris dalam

administrasi pekerjaan di kantor.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Temuan Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa di samping pembelajaran kooperatif

membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa, secara bersamaan

membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Slavin dalam Ibrahim

(2001:16) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah

dilaksanakan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi Bahasa, Geografi,
Ilmu Sosial, Sains, Matematika dan Bahasa Inggris. Studi yang telah ditelaah

dilaksanakan di sekolah-sekolah pinggiran dan pedesaan Amerika Serikat, Israel,

Nigeria dan Jerman. Dari 45 laporan 37 menunjukkan bahwa hasil akademis kelas

kooperatif lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Beberapa Studi di bawah ini menunjukkan tidak banyak perbedaan dan


tidak ada satu pun studi yang menunjukkan hasil negatif, diantaranya adalah:
1.Skripsi Puji Ekowati (2006) yang berjudul “Keefektifan Penerapan Model

Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil belajar Siswa

Kelas X Di SMAN I Srengat Blitar Pada Pokok Bahasan Permasalahan Ekonomi”.

Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan

kelas (Classroom Action Research), teknik pengumpulan data menggunakan


tes, wawancara, observasi, catatan lapangan, dan angket. Sedangkan analisis datanya
melalui beberapa tahap yaitu mereduksi data, penyajian data, dan
penyajian kesimpulan serta verifikasi.

Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa padapre-test siklus 1 hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata

65, sedangkanpost-test diperoleh nilai rata-rata 75,71. Pada siklus 2 diperoleh

kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata- rata yang diperoleh adalah 82,40. Dari

segi kemampuan, kerja sama siswa dapat dibilang berlangsung dengan baik karena

antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saling membantu untuk menyelesaikan

tugas kelompok.

Respons yang diberikan siswa terhadap penanganan surat masuk dan surat

keluar dengan pembelajaran kooperatif model STAD sangat positif. Hasil dari

analisis data menunjukkan bahwa 1) penerapan pembelajaran kooperatif model


STAD untuk meningkatkan hasil belajar dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

model pembelajaran penanganan surat masuk dan surat keluar, 2) pembelajaran

kooperatif model STAD dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan keterampilan

dan aktivitas siswa dalam belajar.

Dalam penelitian ini diajukan saran yaitu pembelajaran kooperatif model

STAD dapat dijadikan alternatif pilihan dalam praktek pembelajaran di kelas untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, perlu penyediaan sarana dan prasarana yang

lengkap untuk mendukung efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif model

STAD yaitu berupa pengadaan ruangan, bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan

kegiatan penelitian lebih lanjut tentang penerapan pembelajaran kooperatif model

STAD dengan mata pelajaran yang lain dan subjek penelitian yang valid.

2.Skripsi Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar

Ekonomi Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang”, penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas,

dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 1B SMP


Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42 siswa.

Data diperoleh melalui tes (pre-test danpost-test), observasi, catatan lapangan,

dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah mereduksi data, sajian data,

penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Dari tiga siklus dalam penelitian ini

diperoleh hasil berdasarkan hasil tes pada setiap akhir siklus, pembelajaran kegiatan

pokok ekonomi dengan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan


hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada siklus 1 rata-rata kelas siswa

adalah 56,2, pada siklus 2 nilai rata-rata kelas adalah 56,4 dan pada siklus 2 nilai

rata-rata kelas adalah 59,3. berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang

dilakukan setiap siklus, persentase rata-rata aktivitas belajar kelas dalam

pembelajaran kontekstual dengan pendekatan kooperatif model STAD menunjukkan

peningkatan yang cukup baik.

Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada

siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Sedangkan

berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru sebagai fasilitator dalam

pembelajaran kooperatif sangatlah penting agar siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket

15
siswa diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif model STAD.

Dalam penelitian ini diajukan beberapa saran yaitu: pembelajaran kontekstual

dengan pendekatan kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam

pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual

dengan pendekatan kooperatif model STAD adalah hasil pengelolaan kelas berupa

pengelolaan tempat, waktu dan pengelolaan siswa, dan untuk peneliti selanjutnya

agar mengetahui lebih jauh tentang penerapan model STAD dalam pembelajaran

mata pelajaran Ekonomi dengan melakukan penelitian pada pokok bahasan yang

berbeda dan menggunakan bentuk penilaian yang beragam.

3.Jurnal oleh M. Setyarini yang berjudul: “Pembelajaran Konstruktivisme


Melalui Model Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas

Dan Hasil Belajar Kimia (PTK Di Kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung TP

2006/2007)”.Berdasarkan hasil diskusi dengan guru bidang

studi kimia kelas XI IPA2 SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007

diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil tes formatif siswa pada pokok bahasan

larutan asam basa adalah 59. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru, minat

belajar dan aktivitas siswa rendah. Upaya meningkatkannya adalah dengan

menerapkan pembelajaran konstruktivisme melalui modelcooperative learning tipe

STAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan rata-rata (1)

aktivitas siswa; (2) penguasaan konsep siswa; (3) minat siswa terhadap pembelajaran

kimia; dan (4) keterampilan siswa bekerja di laboratorium. Jenis penelitian adalah

penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data kuantitatif diperoleh melalui

tes. Data kualitatif diperoleh melalui observasi dan kuesioner. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- rata (1) aktivitas siswa dari siklus I ke

siklus II sebesar 8,17%, dari siklus II ke siklus III sebesar 5,21%; (2) penguasaan

konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 12,98%, dari siklus II ke siklus III

sebesar 7,59%; (3) minat siswa terhadap pembelajaran kimia dari siklus I ke siklus II

sebesar 14,4%, dari siklus II ke siklus III sebesar 6,85%; (4) keterampilan siswa

bekerja di laboratorium dari siklus I ke siklus II sebesar 17,71%, dari siklus II ke

siklus III sebesar 5,7%.

4. Jurnal Pendidikan oleh Styarini (2004) yang berjudul:“PenggunaanModel


Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 5 Semarang”. Pokok bahasan
yang diambil adalah hewan vetebrata dan invertebrata. Styarini mengungkapkan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja guru. Pada siklus I hasil belajar siswa

meningkat sebesar 7,5%, siklus II sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%.

Keaktifan belajar siswa pada siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan

siklus III mencapai 90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%,

siklus II mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif

oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD karena

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Jurnal Pendidikan oleh Endy (2005) yang berjudul:“PenerapanModel


Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Gambar Teknik di SMK Negeri 1 Kendal”.

Menegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat

meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena pada mata

pelajaran gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan ketelitian,

sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga latihan-latihan

penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar mengalami peningkatan

sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan siklus III sebesar 9,18%. Sedangkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I sebesar 59,89%, siklus II sebesar

63,33% dan siklus III sebesar 83,33%.

6. Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan pada

siswa SMK Muhammadiyah 1 Semarang pada mata pelajaran akuntansi dengan


kompetensi mengelola administrasi dana kas bank dan kas kecil melalui

pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan sebesar 13,16%, siklus II sebesar

19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%. Siswa juga terlibat secara aktif selama

pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1 sebesar

81,79%, siklus II sebesar 93,44% dan siklus III sebesar 97,81%. Bahkan indikator

ketercapaian hasil belajar siswa melebihi dari yang ditetapkan yaitu 90% dari

keseluruhan siswa dengan mendapat nilai minimal 70.

B. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar bermacam-macam tergantung dari mana belajar tersebut

ditinjau. Menurut Sadirman (2005:22) pengertian belajar secara luas adalah kegiatan

psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit

belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting karena semakin

pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menimbulkan

berbagai perubahan yang melanda aspek kehidupan manusia. Dalam

perkembangannya konsep belajar mengajar beralih ke konsep belajar efektif.


Menurut Winkel (1997:56) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-

pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan tersebut bersifat secara

relatif konstan dan berbekas.

Menurut Di Vesta dan Thomspon (dalam Mappa, 1994:6) belajar merupakan

perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman. Kata kunci yang menandai belajar menurut pandangan ini adalah

perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Di Vesta juga mendefinisikan belajar

merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh guru sebagai fasilitator oleh karena

tugas mereka adalah

mengembangkan proses belajar secara efisien, dan merupakan hakikat dari


perannya dalam mengubah tingkah laku pelajar.

Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan,

kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga

melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang

melibatkan kemampuan fisik. Menurut Dimyati (1999:3) hasil belajar diperoleh dari

suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru berperan

membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar mengajar yang berupa

dampak pengajaran, sedangkan peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu


mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar

sebagai acuannya.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku internal siswa yang kompleks, yang

terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-

ranah kognitif dan psikomotorik. Tindakan belajar tentang suatu hal tampak sebagai

perilaku belajar yang tampak dari luar. Penyebab belajar itu adalah hal-hal diluar

siswa yang sukar ditentukan. Oleh karena itu beberapa ahli mengemukakan

pandangan yang berbeda tentang belajar. Skinner (dalam Dimyati, 1999: 9)

menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka

responsnya menurun. Lain halnya dengan Gagne (dalam Dimyati, 1999:10) belajar

merupakan kegiatan

yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabilitas. Lebih lanjut lagi menurut

Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi internal, kondisi

eksternal dan hasil belajar.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Manusia memerlukan kerja sama karena manusia merupakan makhluk

individual yang mempunyai potensi, latar belakang, serta harapan masa depan yang

berbeda-beda. kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi

kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi,

atau sekolah. Tanpa kerja sama kehidupan akan punah (Lie, 2002:27).
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan

perdebatan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Untuk menghindari hal tersebut

maka diperlukan interaksi yang baik antar individu. Dimana, dalam interaksi tersebut

harus ada saling tenggang rasa. Dalam pembelajaran, interaksi tersebut dapat terjadi

dan ditemukan dalam

proses pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini,”pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan” (Nurhadi, dkk, 2004:61).

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebenarnya bukan suatu bentuk

pembelajaran yang baru. Para ahli psikologi sosial telah mengembangkan pola kerja

kooperatif pada sekitar tahun 1920, sedangkan

penekanan pola kerja kooperatif yang diaplikasikan pada pembelajaran di dalam

kelas dimulai sekitar 1970 (Noornia, 1997). Selanjutnya riset-riset mulai dilakukan

para peneliti pendidikan, untuk menemukan berbagai model atau teknik-teknik

pembelajaran kooperatif pada pembelajaran di dalam kelas.

Menurut Lie (2002:28), model pembelajaran kooperatif berbeda dengan

sekedar belajar dalam kelompok. Perbedaan ini terletak pada adanya unsur-unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model pembelajaran kooperatif yang


dilakukan dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih

efektif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) adalah


sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Apabila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama,
etnis dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap belajar kooperatif. Sistem

pengajarancooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar

kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang termasuk dalam struktur ini

adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok, karena keberhasilan

kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok untuk saling

belajar dan mengajari teman-temannya sehingga teman sekelompoknya paham.

Sistem penilaian dalam metode ini mampu memacu siswa yang berkemampuan

rendah untuk bekerja tanpa ada rasa minder karena bagaimanapun juga mereka bisa

menyumbangkan nilai kepada kelompoknya. Sebaliknya, siswa yang berkemampuan

tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang berkemampuan rendah karena mereka

juga telah memberikan sumbangan nilai.

b. Tanggung jawab perseorangan, karena setiap anggota diharuskan bekerja

menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas dan pada akhir pembelajaran


siswa harus berusaha agar memperoleh nilai yang tinggi agar dia mampu

menyumbangkan poin nilai kepada kelompoknya.

c. Tatap muka antar anggota, agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan

pikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling

menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing

anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga dapat memperluas

wawasan untuk lebih memahami pelajaran.

d. Komunikasi antar anggota, karena dalam proses kelompok ini tiap anggota akan

berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata

mufakat untuk menyelesaikan masalah yang didalam prosesnya mereka harus bisa

menggunakan kata-kata yang bijaksana. Hal ini disebabkan karena didalam

kelompok terdapat perbedaan latar belakang masing-masing anggota sehingga proses

ini dapat memperkaya siswa dalam perkembangan mental dan emosional.

e. Evaluasi proses kelompok, karena keberhasilan belajar dari kelompok sangat

menentukan tercapainya tujuan belajar. Evaluasi kelompok ini bisa dilakukan setelah

beberapa kali kerja kelompok.

3. Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali metode yang dikenalkan antara

tipe pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan, baik pada

keunggulan, cara pembelajaran maupun kekurangannya. Tipe pembelajaran


kooperatif yang sudah diterapkan yaitu: STAD (Student Teams Achievement

Division), TAI (team-Assisted

Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian


kelompok (Group Investigation).
a. STAD(Student Teams Achievement Division)
STAD dikembangkan oleh Robert slavin. Dalam STAD atau tim siswa
kelompok prestasi, siswa dikelompokkan dalam tim belajar beranggotakan empat
atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin
dan suku. Penerapannya guru mula-mula menyajikan informasi kepada siswa,
selanjutnya siswa diminta berlatih dalam kelompok kecil sampai setiap anggota
kelompok mencapai skor maksimal pada kuis yang akan diadakan pada akhir
pelajaran. Seluruh siswa diberi kuis tentang materi itu dan harus dikerjakan sendiri-
sendiri. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor

terdahulu mereka dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa

menyamai atau melampaui prestasi yang lalunya sendiri. Poin anggota tim ini

dijumlahkan untuk mendapat skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat

diberikan penghargaan.

b. TAI(Team Assisted Individualization)

TAI atau pengajaran individual dibantu tim pada dasarnya hampir sama dengan

STAD, dalam penggunaan tim belajar empat anggota berkemampuan campur dan

penghargaan untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu

langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pembelajaran individu.

c. TGT(Teams Games Tournament)


TGT atau pertandingan-pertandingan tim merupakan pengembangan dari STAD.
Setelah siswa belajar dalam kelompoknya, masing-masing anggota kelompok akan
mengadakan lomba dengan anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Penilaian kelompok didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh
dari masing- masing anggota kelompok.
d. JigsawDalam metode jigsaw setiap kelompok mendapat satu topik

bahasan, dan setiap anggota kelompok mencari informasi tentang isi satu sub topik

dari topik yang dipelajari. Siswa yang mengajarkan informasi yang diperoleh kepada

kelompok lain. Artinya kelompok dibongkar dan siswa-siswa yang mempunyai topik

yang sama dari kelompok yang

berbeda bertemu atau membentuk kelompok baru yang disebut


“kelompok ahli”. Anggota kelompok ahli ini saling mengajarkan dan

mendiskusikan perolehannya, sampai semua anggota menguasai sub topik yang

dikerjakan. Kemudian, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan

mengajarkan sub topik yang dikuasainya kepada kelompok lain. Pada akhir kegiatan

setiap anggota mengerjakan tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari.

Skor hasil tes tiap kelompok dihitung dan diumumkan secara terbuka.

e. GI(Group Investigation)

Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang dirancang agar siswa

bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mengembangkan

keterampilan meneliti. Didalam teknik ini siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok dan perencanaan serta

proyek kooperatif. Tiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang
diminati, membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga

mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan kelompok.

Laporan hasil kerja kelompok dilaporkan kesemua anggota kelompok.

4. Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams Achievement Division)


Pembelajaran kooperatif metode STAD merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa dalam pembelajaran kooperatif metode STAD dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-5 siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan
apabila memungkinkan berasal dari suku, agam dan etnis yang berbeda (Ibrahim,
2000: 20). Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama
dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas

Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara

klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada

konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja

pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau

diskusi.

b. Menetapkan siswa dalam kelompok


Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok
harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan
akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling
meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar.
Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam
menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa
dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok
sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan
antar anggota dalam satu 27
kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri
teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis

Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian
kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa
usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi kesuksesan kelompok.

d. Skor peningkatan individual

Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras


memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor
peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar
dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang
dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode
STAD.

e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang
telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau
bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan
bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut
28
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,
dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif
dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap


kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar
belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih
kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja.
Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut
(Maidiyah, 1998:7-8):

a) Merangking siswa

Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas.


Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking
tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.

b) Menentukan jumlah kelompok


Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.

Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk bagilah banyaknya siswa

dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada

delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang

beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan

dibentuk.

c) Membagi siswa dalam kelompok


Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk

yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil

belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata-

rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.

d) Mengisi lembar rangkuman kelompok

isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman

kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif

metode STAD).

3) Menentukan Skor Awal

Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum

pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang

dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada

semester sebelumnya.

4) Kerja sama kelompok


Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya

diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan
bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling
mengenal antar anggota kelompok.

5) Jadwal Aktivitas

STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian
materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan
berkala kelas.

b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang
meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan
kuis.

Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu
penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.

b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep
atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran 31
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan
memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru.

b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan
soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan
diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada
kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru
memberikan umpan balik.

c. Kegiatan Kelompok

1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa
yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:

a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam


kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh
guru.

b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok
menguasai pelajaran.

c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok
mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada
guru.

d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.

2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai
kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:

a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.


b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.

c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh
anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka
mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya
mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman
yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
menjelaskan.

d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari.
Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman
sekelompoknya.

3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam
kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana
anggota kelompok berdiskusi.

d. Kuis atau Tes

Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian,
guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis.
Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran.
Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor
kelompok.

e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok

Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor
perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.

2) Menghargai hasil belajar kelompok

Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru
mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu
guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau
berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama


Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa

5. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode


STADSetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,

begitu juga dengancooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati


(1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:

Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis


kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD


untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut
35
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai
rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar


mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi


menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan


bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk
menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan
pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas yaitu:
a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama
atau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam
grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam
satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok
akan tampak macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,
misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian
tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang
timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut
Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang
paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil,
adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang
lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat
menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan
kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode
STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian
yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan
cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

6. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar siswa menunjukkan
kompetensi siswa, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Untuk dapat mengembangkan kompetensi, maka proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi merupakan
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila dikaitkan
dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar yang telah
dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan,
dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar
yang dapat tercermin dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
keterampilan terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses
belajar mengajar. Selain itu, proses belajar merupakan salah satu indikator dari mutu
pengajaran yang pada akhirnya mencerminkan mutu pendidikan. Hasil belajar
merupakan kemampuan aktual siswa yang dapat diukur secara langsung melalui tes.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari

dalam diri sendiri yang meliputi faktor jasmani, kemampuan dasar, sikap, bakat,
minat, dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar,
yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial. Faktor
lingkungan sosial terdiri dari guru, teman sekelas, tetangga, masyarakat, dan
keluarga, sedangkan faktor lingkungan non-sosial antara lain gedung sekolah dan
letaknya, alat belajar, keadaan cuaca, serta waktu belajar.
Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif. dan psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berhubungan dengan pengetahuan, daya pikir, dan penalaran. Tahap-
tahap yang berkaitan dengan ranah kognitif adalah sebagai berikut.
1) Mengenal(Recognition)/pengetahuan)
Dalam pengenalan mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari atau
disimpan dalam ingatan. Siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban.
2) Pemahaman
Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep
3) Penerapan atau Aplikasi
Siswa diminta untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu
abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) untuk diterapkan
dalam situasi baru.
4) Analisis
Siswa diminta untuk menganalisis/merinci hubungan atau situasi yang kompleks
atas konsep-konsep dasar.
5) Sintesis
Siswa diminta untuk membuat suatu pola baru atau generalisasi.
6) Evaluasi
Siswa diminta untuk memulai/berpendapat mengenai kasus-kasus tertentu
b. Ranah Afektif
Ranah ini bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, terdiri dari
lima perilaku sebagai berikut
1) Penerimaan
Mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperlihatkan hal tersebut.
2) Partisipasi
Mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau penentuan sikap
Mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
4) Organisasi
Mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
hidup.
5) Pembentukan pola hidup
Mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai
kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah ini berhubungan dengan keterampilan, baik fisik maupun motorik, terdiri atas
tujuh perilaku sebagai berikut:
1) Persepsi
Mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan hal-
hal) secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2) Kesiapan
Mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana
akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4) Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5) Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang
terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat
6) Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7) Kreativitas
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang telah dicapai dalam belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
diperoleh oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dapat diukur.
Pengalaman belajar secara kooperatif mendorong siswa untuk meningkatkan
motivasi yang tinggi untuk belajar. terutama motivasi intrinsik, menimbulkan
kepuasan yang tinggi, membentuk sikap menerima perbedaan antar sesamanya, dan
memperbaiki interaksi antar siswa yang mempunyai latar belakang etnik yang
berbeda, dan antara siswa yang mengalam kesulitan belajar.

7. Hubungan Antara Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Metode


STAD dengan Hasil belajar Komunikasi

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dari


pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif di desain untuk membantu
pengembangan kerja sama dan interaksi antar siswa, serta untuk menghilangkan
persaingan yang sering ditemukan dalam kelas yang cenderung menghasilkan
kelompok-kelompok siswa yang menang dan siswa yang kalah (Slavin dalam
Hidayah, 2005:11).

Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, STAD


bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan
bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga
dirinya sendiri (Handayanto, 2000: 115).
STAD merupakan metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam kelas
yang memiliki karakteristik yang heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis
kelamin, suku, motivasi dan lain-lain. Dalam pembelajaran kooperatif metode STAD
ini tanggung jawab siswa terhadap proses belajar lebih besar karena siswa lebih
banyak bekerja dari pada sekedar mendengarkan informasi, sehingga model
pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab siswa terhadap proses belajarnya.
Pembelajaran kooperatif metode STAD yang menuntut siswa untuk melakukan
kegiatan diskusi bersama kelompok, sesuai untuk diterapkan dalam mata pelajaran
komunikasi khususnya pada materi melakukan komunikasi tertulis (surat-menyurat).
Karena pada pembelajaran komunikasi tidak seharusnya menempatkan siswa sebagai
pendengar saja, tetapi siswa juga harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat
untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan
interaksi dengan lingkungan sosialnya sehingga mampu membangun pemahaman
dan pengetahuannya sendiri (learning to know).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan pembelajaran komunikasi
dengan pembelajaran kooperatif metode STAD pada peserta didik. Untuk
mendeskripsikan proses belajar ini, peneliti mengumpulkan data berupa uraian-
uraian atau kalimat dan bukan angka-angka.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas(classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktek pembelajaran di kelasnya. Karena PTK berfokus pada kelas atau pada proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas, dan bukan pada input kelas (silabus, materi,
dll) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas.
Arikunto (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi
dari ketiga kata “penelitian + tindakan + kelas” sebagi berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat mutu suatu hal yang
menarik minat penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu kerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian terbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian dimaksudkan sebagai jalan keluar


alternatif pembelajaran komunikasi yang selama ini masih berjalan secara
konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kepada peserta
didik pada materi komunikasi dengan pembelajaran kooperatif metode STAD.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang menuntut peneliti sebagai
instrumen penelitian yang utama sekaligus sebagai pengumpul data. Dalam
penelitian ini terjadi kerja sama antara peneliti dengan guru mata pelajaran.

B. Kehadiran Peneliti

Rancangan penelitian yang dipandang cocok dalam penelitian ini dalah


penelitian tindakan partisipasi. Tindakan partisipasi ini diambil karena peneliti
berpartisipasi langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai dengan akhir
penelitian. Disini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus berperan serta
sebagai pengajar mata pelajaran komunikasi, peneliti juga terlibat langsung dalam
merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi, refleksi, dan pelaporan
hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tanggul Kabupaten Jember yang
terletak di jalan PB. Sudirman No. 114 Tanggul, Jember, Jawa Timur. Sedangkan
subyek dalam penelitian ini yaitu semua peserta didik kelas X Jurusan Administrasi
Perkantoran (AP 1) yang berjumlah 40 peserta didik.
31

b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa

mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.

c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan.

d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.

e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok

masalahnya.

3) Praktek terkendali

a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan

soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan

diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.


c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada

kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru

memberikan umpan balik.

c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya
menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:

a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam

kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh

guru.

b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota


kelompok menguasai pelajaran.

c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok

mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada

guru.

d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.

2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai

kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:

a) Guru
meminta
siswa
berkelompok
dengan
teman
sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta
lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh

anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka

mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya

mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman

yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk

menjelaskan.

d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari.

Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh

teman sekelompoknya.

33

3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam

kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana

anggota kelompok berdiskusi.

d. Kuis atau Tes

Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian,

guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis.

Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran.

Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor

kelompok.

e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor

kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor

perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.

2) Menghargai hasil belajar kelompok

Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru

mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu

guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau

berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama


Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.
34
5. Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode
STADSetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,

begitu juga dengancooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati

(1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa
dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis


kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD


untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
35
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai
rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar


mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi


menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan


bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD belum banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk

menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan

pengajar enggan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas yaitu:


a. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka diterapkan dalam grup.
b. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama
atau belajar dalam kelompok.
c. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.

d. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka,
sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup
dengan siswa yang lebih pandai.

e. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya
menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning
mempunyai kekurangan sebagai berikut:

a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan


keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok
akan tampak macet.

b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,


misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan

kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan
ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian
tugas.

c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang


timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut

Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang

paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil,

adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat

berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang

lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat

menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan

kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.


Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode

STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian

yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.

Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan

cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan

tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

6. Hasil Belajar
Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK
70
5) Pada saatpost test siswa sudah mulai mengerjakan secara individu dan
tidak tampak ada kecurangan.

Secara keseluruhan berdasarkan pengamatan peneliti, terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan

diskusi kelompok. Mereka bertukar pendapat, saling belajar, saling memberi dan menerima gagasan maupun pendapat orang

lain, yang mengerti memberi tahu yang belum mengerti dan di kelas telah tercipta suasana yang kondusif. Hasil observasi

peneliti dan teman sejawat meliputi aktivitas dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran diuraikan sebagai

berikut:

1) Hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dalam pembelajaran

Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, adapun setiap munculnya deskriptor (penilaian

“ya”) mendapatkan skor 1, sedangkan untuk penilaian “tidak” (tidak munculnya deskriptor) mendapat skor 0.

Skor yang muncul terhadap masing- masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor, kemudian dihitung nilai

rata-rata dengan rumus sebagai berikut

%
100

maksimal
skor
perolehan
skor
rata
rata
nilai
Persentase
Kategori taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai
berikut:
71
Tabel 4.3 Kategori Keberhasilan Tindakan
Taraf Keberhasilan
Kategori
Nilai
86-100
Sangat Baik
A
66-85
Baik
B
46-65
Cukup
C
26-45
Kurang
D
0-25
Sangat Kurang
E
(Sumber: Silabus KTSP SMK Negeri 1 Tanggul, 2009)
Hasil observasi kedua pengamat yaitu Ibu RR. Retno, S.Pd dan M. Lutfar terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1


No
Tahap
Indikator
Pengamat 1
Pengamat 2
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.
Awal

1. Melakukan aktivitas rutin di awal tatap


muka (memberi salam dan
mempresentasi siswa).



2. Memotivasi siswa.


3. Mengingatkan materi yang akan
dipelajari.


4. Mengingatkan kompetensi yang ingin
dicapai.


5. MemberikanPre Test


6 Mengembangkan pengetahuan awal.


2.
Inti
7. Menjelaskan aturan main pembelajaran
kooperatif metodeStudent Teams
Achievement Division


8. Membagi siswa menjadi 10 kelompok


9. Membagikan topik diskusi sebagai
pengganti pertanyaan lisan kepada siswa.

10 .Meminta siswa berpikir bersama untuk


menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban tersebut.



11. meminta siswa dari masing-masing
kelompok untuk menjawab.


3.
Akhir
12. guru menyempurnakan jawaban siswa.


13..Memberikanpost test


14. Melakukan refleksi.


15. Melakukan aktivitas rutin pada akhir
tatap muka.


(Sumber: Penelitian Lapangan, 2009)

72

Hasil data observasi pengamat 1 jumlah skor yang diperoleh adalah 28 sedangkan skor maksimal adalah 30.

Pengamat 2 jumlah skor yang diperoleh adalah 28 sedangkan skor maksimal adalah 30. Berdasarkan hasil data observasi

kedua pengamat pada tabel 4.3 jumlah skor keseluruhan adalah 56 dan skor maksimal adalah 60. Dengan

demikian
persentase
nilai
rata-rata
adalah
%
33
,
93
%
100
60
56
x

, hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil


observasi kedua pengamat keberhasilan kegiatan penelitian termasuk
dalam kategori A.
2) Hasil Observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran

Hasil observasi aktivitas siswa tetap dianalisis menggunakan analisis persentase dan kriteria keberhasilan tindakan

yang sama dengan analisis dan kriteria keberhasilan untuk kegiatan peneliti. Observasi kedua pengamat terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

You might also like