Professional Documents
Culture Documents
Justice Principles in The Sharing of Property With Religious Diversity in Religious Courts in Indonesia
Justice Principles in The Sharing of Property With Religious Diversity in Religious Courts in Indonesia
Diajukan oleh:
Siddiki
NBI: 03.122.0.0308
i
FINALISASI DISERTASI
Diajukan oleh:
Siddiki
NBI: 03.122.0.0308
2017
ii
4
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
PENGADILAN AGAMA 9
PUSTAKA...................……………………………..……………… 3
8
22
24
25
25
26
26
26
26
26
27
28
9
30
30
30
31
31
32
32
32
8
10
33
34
BAB I
PENDAHULUAN
ajaran agama dalam kerangka membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera.
ketenangan lahir dan batin dengan dipenuhinya keperluan hidup yang bersifat
biologis yang harus dipenuhi seperti kebutuhan akan makan, minum dan tidur
mengikuti dan tunduk kepada fitrah yang diciptakan oleh Allah. Pemenuhan
harus tunduk dan patuh pada aturan-aturan yang diturunkan oleh Allah lewat
dan harta; dan bahwa dalam memenuhi kebutuhan naluri fisiknya manusia harus
tunduk pada ketentuan Allah. Pertama dijelaskan di dalam surat Ali Imran ayat 14
1
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ilmu Fiqh,
Cetakan ke-2, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama,
Jakarta, 1984/1985, hlm. 62.
2
Ibid.
12
yang isinya menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dihiasi dengan
kesenangan akan wanita, anak dan harta. Kedua pada surat Ar Rum ayat 30 yang
ketentuan Allah yang menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya, tidak ada
yang bisa mengganti kepada ciptaan Allah, agama Allah adalah agama yang lurus,
pengaruh yang sangat besar terhadap orang yang melakukan perkawinan, bagi
susunan yang paling kecil dan mendasar dalam pembinaan masyarakat. Hubungan
perkawinan adalah ikatan lahir dan batin yang mempunyai tanggung jawab
Dari tujuan umum perkawinan tersebut yang meliputi tujuan lahiriyah dan
batiniyah, dapat diperinci tujuan perkawinan bagi manusia menjadi lima, yaitu:
Tentang Perkawinan yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974,
dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari rumusan Pasal 1
UU Perkawinan ini ada empat unsur yang dapat dipahami dari perkawinan, yaitu:
4
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Op. Cit, hlm.
64.
14
sebagai berikut:
Pasal 1
Sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila, di mana Sila yang
pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi unsur
bathin/rohani, juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk
keluarga yang bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula
merupakan tujuan perkawinan, Pemeliharaan dan Pendidikan menjadi hak
dan kewajiban orang tua.
Perkawinan adalah bahwa di dalam jiwa suami istri yang melakukan perkawinan
terpatri niat yang mendalam untuk hidup bersama dalam bangunan rumah tangga
secara abadi. Karena itu bangunan rumah tangga perkawinan harus diusahakan
keturunan yang harus dipelihara dan dididik secara baik dan benar sesuai dengan
menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang melakukannya. Akibat hukum yang
paling utama dari terlaksananya akad nikah adalah halalnya “hubungan badan”
antara suami dan istri. Sebelum adanya akad nikah, hubungan badan antara wanita
5
Bakri A. Rahman, Drs. dan Ahmad Sukarja, Op. Cit, hlm. 13.
6
Ibid, hlm. 14.
15
dan pria yang bukan mahram hukumnya haram dan merupakan perbuatan zina
dalam Bab VI tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri. Di dalam Pasal 30 UU
Perkawinan disebutkan bahwa “suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.”
Posisi suami dan istri mempunyai porsi yang seimbang sesuai dengan
diberi tempat yang wajar, tidak dalam posisi yang paling menentukan. Demikian
juga istri tidak dikecilkan perannya sehingga ia juga mempunyai hak untuk
Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.
adanya keseimbangan antara suami istri, tidak hanya di dalam intern kehidupan
7
Dedi Susanto, Kupas Tuntas Masalah Harta Gono-gini, Buku Pegangan Keluarga, Akademisi
dan Praktisi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hlm. 63.
16
rumah tangga, tetapi juga di dalam kehidupan masyarakat. Dalam Pasal 31 ayat
perbuatan hukum. Peran yang dipikul oleh suami dan istri dalam rumah tangga
berposisi sebagai kepala keluarga dan isteri berposisi sebagai ibu rumah tangga.
Pasal 34
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugutan kepada Pengadilan.
sangat luas, bisa dalam bentuk fisik, juga bisa dalam bentuk non fisik.
2. Konsekwensi dari bentuk kewajiban suami untuk melindungi istrinya,
maka ia harus memberi segala keperluan hidup berumah tangga. Kewajiban ini
Sedangkan mengenai kewajiban istri di dalam rumah tangganya adalah istri wajib
mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya. Dari ketentuan ini suami dan istri
sama-sama berperan aktif dalam mengurus rumah tangga. Jika kewajiban suami
17
di dalam masa selama perkawinan suami dan istri. Dimuat dalam Bab VII tentang
Harta Benda Dalam Perkawinan Pasal 35 ayat (1) bahwa harta benda yang
diperoleh selama dalam masa perkawinan menjadi harta bersama suami dan istri.
Di dalam Pasal 35 ayat (2) dinyatakan bahwa harta bawaan dari masing-masing
suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah
tidak menentukan lain. Dari ketentuan ini, harta yang berada dalam kekuasaan
suami dan istri selama dalam masa perkawinan ada tiga jenis:
1. Harta bersama;
2. Harta bawaan; dan
3. Harta yang diperjanjikan oleh suami dan istri.
Harta yang diperoleh dari hadiah atau warisan dan harta yang diperoleh
sebelum masa perkawinan dilangsungkan dari suami atau istri merupakan harta
bawaan masing-masing. Selain dari harta bawaan dari suami dan istri merupakan
dilangsungkan. Jika ada perjanjian antara suami istri mengenai harta yang
diperoleh semasa dalam perkawinan, maka status harta itu ditentukan seperti yang
antara suami dan istri adalah harta yang diperoleh selama dalam masa perkawinan
berlangsung. Tidak ada syarat atau ketentuan bahwa harta bersama itu dihasilkan
8
Ibid, hlm. 86.
18
dari hasil bekerja suami atau istri. Salah satu pihak saja yang bekerja atau
berpenghasilan, suami atau istri, maka harta yang dihasilkannya menjadi harta
bersama. Suami yang bekerja dan berpenghasilan, sedangkan istri hanya berada di
rumah tidak bekerja, maka harta yang dihasilkan suami itu merupakan harta
perkawinan sampai perkawinan bubar. Setelah akad nikah terjadi atau setelah ijab
diucapkan oleh wali calon istri dan kabul oleh calon suami, maka sejak saat itu
dimulai masa terbentuknya harta bersama. Masa akhir dari terbentuknya harta
bersama ialah setalah perkawinan berakhir atau putus, yaitu ketika terjadi
dan istri setuju terhadap tindakan itu. Bila suami yang akan melakukan tindakan
terhadap harta bersama, maka ia harus terlebih dahulu disetujui oleh istrinya,
demikian juga sebaliknya. Sedangkan terhadap harta pribadi suami dan terhadap
pribadi istri, maka masing-masing suami dan istri berwenang untuk bertindak
Pasal 36
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
mengenai harta bendanya.
9
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Pustaka Kartini,
1993, Jakarta, hlm. 272-278.
19
Melihat dari kesakralan tujuan dari perkawinan dari sudut pandang agama
serta arti pentingnya buat tatanan kemasyarakatan, maka tidak seorangpun yang
Karena menjunjung tinggi sifat perkawinan yang suci, banyak orang berusaha
Hanya karena dalam kehidupan rumah tangga sudah tidak ada suasana
yang harmonis, tidak lagi saling mencintai dan tidak saling menghormati serta
tidak ada komunikasi, karena percekcokan yang terjadi secara terus menerus,
tidak adanya saling mempercayai antara satu dengan yang lain, sehingga tidak ada
sudah diusahakan oleh berbagai pihak untuk tetap bersatu dalam perkawinan,
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal sesuai Pasal 1 UU
memang sangat sulit, apalagi apabila hubungan rumah tangga sudah tidak
10
Jurnal Hukum Perkawinan, http://www.jurnalhukumperkawinan.com/10002/5-alasan-untuk-
tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
20
yang harus ditempuh untuk menjaga timbulnya aspek lain yang dapat mengancam
kehidupan keluarga, baik secara fisik maupun psikis. Perceraian bukan perbuatan
baik, tetapi harus dilakukan untuk mencegah timbulnya akibat yang tidak baik
terjadi perselisihan dan pertengkaran. Ada beberapa alasan mengapa terjadi yang
demikian:
sendiri atau menikah lagi dengan orang lain, belum tentu memberikan keadaan
kemudian mencari solusi saling bekerja sama dalam menyelesaikan setiap ada
masalah yang timbul dan saling berkompromi ketika terjadi konflik serta
11
Jurnal Hukum Perkawinan, http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
12
Jurnal Hukum Perkawinan, http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
21
ditemukan 30,4 % pria dan 23,6 % wanita pada usia yang layak menikah (di
bercerai akan sulit menemukan cinta baru, apalagi usia yang bercerai sudah
lebih banyak penghasilannya sangat sulit; atau usaha yang selama ini
13
https://en.wikipedia.org/wiki/Statistical_Abstract_of_the_United_States, diakses pada hari Rabu,
tanggal 9/8/2017 jam 18:31 dan http://www.infoplease.com/ipa/A0193922.html, diakses pada hari
Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 10:30.
14
Jurnal Hukum Perkawinan, http:// www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
15
Jurnal Hukum Perkawinan, http:// www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
16
Jurnal Hukum Perkawinan, http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
22
perbuatan halal oleh Allah adalah thalaq.” Artinya perceraian merupakan proses
terakhir dari berbagai cara dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Ada jalan
yang mesti dilalui untuk sampai kepada perceraian, dan jalan itu harus ditempuh
perceraian, karena itu – kalau dapat – janganlah cerai diambil sebagai cara
pemecahan masalah.17
dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA RI) mencatat,
pada tahun 2001 ada 159.299 perkara yang masuk ke pengadilan agama, pada
tahun 2006 ada 167.807 perkara, dan pada 2015 ada 445.568 perkara. Dari
perkara yang masuk itu pada tahun 2001 ada 144.912 perkara cerai, pada tahun
2007 meningkat menjadi 175.088 perkara, pada tahun 2014 meningkat pula
menjadi 382.231 perkara, tetapi pada tahun 2015 menurun dari tahun sebelumnya,
yaitu ada 347.425 perkara. Dari perkara cerai yang masuk itu, pada tahun 2001
ada perkara cerai gugat (cerai yang diajukan oleh istri) sebanyak 83.319, cerai
talak (cerai yang diajukan oleh suami) ada 61.593 perkara. Pada tahun 2014 ada
17
Jurnal Hukum Perkawinan http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-
untuk-tetap-mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
23
268.381 cerai gugat dan ada 113.850 cerai talak. Dan pada tahun 2015 ada
Dari data Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA RI)
tersebut ada peningkatan jumlah perkara perceraian dari tahun ke tahun. Rentang
waktu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 dalam perkara cerai gugat ada
kenaikan 71.9 %. Sedangkan dalam perkara cerai talak ada kenaikan 28.1 %.
Kelihatan dari data tersebut jumlah perkara cerai gugat jumlahnya lebih tinggi dari
cerai talak. Artinya cerai yang terjadi di masyarakat yang telah diputus oleh
menjadi pemicu terjadinya perceraian. Dari isi faktor penyebab perceraian pada
tahun 2015, dari keseluruhan perkara perceraian, ada 31.5 % karena disebabkan
tidak adanya keharmonisan di dalam rumah tangga, yaitu 110.354 perkara. Yang
disebabkan karena tidak adanya tanggung jawab dalam keluarga ada 25.5% atau
88.596 perkara. Kemudian perceraian yang disebabkan karena faktor ekonomi ada
23.4% atau 81.702 perkara. Lalu ada 8.2% perceraian yang disebabkan karena
18
Wahyu Widiana, Slide: Penguatan Peran dan Penataan Organisasi BP4, Disampaikan pada
Sosialisasi Mekanisme Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan – Kemenag RI, Jakarta, 8 Desember
2016.
19
Ibid.
20
Ibid.
24
tingkat perceraian tinggi. Setiap tahun Badan Demografi PBB merilis negara
dengan angka perceraian paling tinggi di dunia. Dari hasil survei statistik di
seluruh dunia, ada 10 negara dengan tingkat perceraian tertinggi di dunia. Urutan
pertama, Rusia dengan tingkat perceraian lima per 1000 orang. Berikutnya
Belarus, pecahan negara Soviet memiliki tingkat perceraian 3,8 per 1000 orang.
Ukraina memiliki angka perceraian 3,6 per 1000 orang. Moldova, negara kecil
pecahan Soviet di antara Rumania dan Ukraina memiliki angka 3,5 perceraian per
1000 orang. Kepulauan Cayman, memiliki tingkat perceraian 3,4 per 1000 orang.
dunia, setiap 1000 orang penduduk AS, tingkat perceraian mencapai 3,4.
Bermuda, memiliki angka perceraian cukup tinggi, 3.3 per 1000 orang. Kuba
perceraian 3,1 per setiap 1000. Republik Cekome miliki angka perceraian 3 per
1000 orang.21
21
http://www.life.viva.co.id/news/read/195848-10-negara-dengan-tingkat-perceraian-tertinggi,
diakses jam 10:20 tanggal 11/6/2015.
25
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang ditetapkan oleh Presiden Republik
pada tanggal 1 April 1975, (selanjutnya dalam penelitian ini ditulis dengan PP No.
Tahun 1989 tentang Peradilan agama yang disahkan oleh Presiden Republik
Republik Indonesia Nomor 3400, yang diubah dengan Undang Undang Republik
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang disahkan oleh Presiden Republik
Indonesia dan diundangkan di Jakarta oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
diundangkan oleh Menteri hukum dan hak Asasi Manusia Republik indonesia
pada tanggal 29 oktober 2009, Lembaran negara republik indonesia tahun 2009
Peradilan Agama). Selain itu juga berpegang pada Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Presiden Republik Indonesia tanggal 10 Juni 1991
tentang menyebarkan luaskan Kompilasi Hukum Islam (K.H.I) yang terdiri dari:
Buku III tentang Hukum Perwakafan, serta peraturan lain yang berkaitan.22
Peradilan Agama ini merupakan pasal pokok dari proses perceraian yang diatur
oleh undang-undang. Norma yang ada di dalam pasal itu adalah perceraian hanya
kedua belah pihak, dan pengadilan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.
tersebut secara positivis ada tiga hal yang menjadi unsur di dalam perkara
perceraian:
22
Arto, H.A. Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Cetakan ke-1,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, hlm. ..
27
Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama
adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang
ini. Dari ketentuan tersebut ada dua sumber hukum mengenai hukum acara yang
Peradilan Umum.
2. Hukum acara yang diatur secara khusus dalam Undang-undang ini,
secara garis besarnya pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum adalah:
1. Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R) atau Reglemen Indonesia
dan Madura.
2. Regelemen Acara Hukum untuk Daerah Luar Jawa dan Madura
Republik Indonesia Nomor 4359, dan diubah yang kedua kalinya dengan
Indonesia dan diundangkan oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
5077.23
23
Ibid. dan http://koirula.blogspot.co.id/2016/04/hukum-acara-perdata-peradilan-umum-dan.html,
diakses pada hari Kamis tanggal 17 Agustus 2017 jam 16:49.
30
Sedangkan hukum acara yang diatur secara khusus dalam Undang Undang
72.
4. Paragraf 3, tentang Cerai Gugat, dari Pasal 73 sampai dengan Pasal
86.
5. Paragraf 4, Cerai dengan Alasan Zina, dari Pasal 87 sampai dengan
Pasal 88.
6. Bagian Ketiga, Biaya Perkara, dari Pasal 89 sampai dengan Pasal
91.
hukum acara pada pengadilan agama adalah H.I.R untuk daerah Jawa dan
dari Pasal 54 sampai dengan Pasal 91. Dalam praktik peradilan UU No. 1/1974
dan PP No. 9/1975 juga dijadikan sumber hukum acara pada pengadilan agama.
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam (Pasal 2 UU Peradilan Agama),
Agama. Secara umum hukum acara yang berlaku pada pengadilan agama tidak
ada perbedaan dengan hukum acara yang berlaku pada peradilan umum. Pada
garis besarnya perbedaan hukum acara pada pengadilan agama dan peradilan
karena suami atau istri, atau kedua-duanya, berkehendak untuk tidak melanjutkan
ikatan perkawinannya. Jadi yang tampak dari perceraian ini adalah hati dari suami
atau istri, atau kedua-duanya, sudah tidak ada cinta lagi sehingga perkawinannya
harus diakhiri. Jadi terjadinya perceraian bertumpu pada masalah hati. Hati dari
suami atau istri, atau kedua-duanya, sudah tidak ingin melanjutkan perkawinannya
sehingga tidak bisa dipaksa untuk terus berada dalam mahligai rumah tangga.
Sehingga dialog yang biasa muncul dalam persidangan perkara perceraian dari
suami atau istri, atau kedua-duanya, ketika ditanya mengenai alasan mengapa
32
mengajukan perkara perceraian adalah: “cinta kami sudah habis” atau “sudah
acara di pengadilan mengenai gugatan hak terhadap suatu benda atau jasa. Dalam
hak atas suatu benda atau jasa dengan alasan-alasan yang tercantum di dalam surat
gugat. Kalau gugatan ditolak oleh tergugat, maka kewajiban penggugat untuk
gugatan dikabulkan; apabila tidak tertbukti, maka gugatan ditolak. Jadi prinsip
dalam gugatan hak terhadap suatu benda, barang atau jasa adalah:
1. Kebenaran dalil-dalil gugatan dengan mengajukan bukti-bukti yang
menguatkan gugatannya.
2. Dalam gugatan hak ada salah-benar dan kalah-menang. Pihak yang dapat
perkara perceraian tidak dicari siapa yang salah dan siapa yang benar, dan tidak
ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Fokus utamanya dalam perkara
24
http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-untuk-tetap-
mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
25
http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-untuk-tetap-
mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
33
terjadi rukun kembali, maka perkara perceraiannya dicabut. Jika tidak terjadi
perkara gugatan hak pada kebendaan. Masih harus menghadirkan minimal dua
orang saksi yang tahu mengenai permasalahan rumah tangganya. Padahal tidak
ada manfaatnya saksi yang tahu persis mengenai permasalahan rumah tangganya,
karena tidak dicari siapa yang salah dan siapa yang benar. Di dalam perkara
perceraian bukan perkara yang terdapat kalah dan menang. Apabila tidak bias
Peradilan Agama.27
Apabila proses berjalannya pemeriksaan perkara perceraian memakai
model H.I.R dan R.Bg dengan acara jawab menjawab, maka prosesnya itu mencari
siapa yang benar dan siapa yang salah. Karena jawaban pihak tergugat sering
membantah dalil yang diajukan di dalam gugatan. Kalau gugatan dibantah, maka
harus ditolak. Ketika perkara perceraian ditolak, tidak ada jalan keluar bagi
pasangan suami-istri yang tidak rukun yang di dalam rumah tangganya selalu
26
http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-untuk-tetap-
mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
27
http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-untuk-tetap-
mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
34
persidangan. Mereka tidak mungkin rukun lagi karena hati mereka sudah tidak
bersatu.28
Tetapi di dalam peraktik persidangan perkara perceraian pada pengadilan
sengketa hak kebendaan. Secara utilitis muncul persepsi yang ingin tahu mengenai
manfaatnya. Dan ironisnya lagi, dalam beberapa kasus perkara perceraian ada
yang ditolak karena saksinya tidak tahu langsung atau pihak penggugat tidak
yang berperkara tersebut tidak menjadi rukun lagi, bahkan sengketa rumah
mempersulit perceraiannya.29
Secara yuridis juga ditemukan adanya ketidak-konsistenan hukum dalam
terbuka untuk umum. Di sini terlihat adanya konflik norma, di satu isi
karena menyangkut rahasia rumah tangga yang kalau dilakukan secara terbuka
untuk umum akan membuat malu pihak-pihak yang bersidang. Tetapi kalau
29
http://www.jurnalhukumperkawinanindonesia.com/10002/5-alasan-untuk-tetap-
mempertahankan-pernikahan, diakses pada hari Jum’at taggal 5 Juni 2015 jam 9:44.
35
jawab menjawab dan pembuktian dengan saksi yang sangat sulit mencarinya.
sangat sulit untuk menemukan saksi yang tahu langsung pertmasalahan rumah
karena semua yang terjadi selama proses mediasi tidak dibenarkan dibawa ke
ruang sidang pengadilan. Dan semua data-data yang dihasilkan selama proses
bercerai, sehingga tidak perlu lagi dilakukan persidangan dengan acara jawab
ringan.30
sudah menjalani proses upaya perdamaian untuk rukun lagi di dalam keluarganya.
Upaya damai itu dilakukan oleh keluarga dekat, atau tokoh masyarakat yang
30
http://www.siddikilegaldick.blogspot.co.id/2014/12/mengapa-memilih-mediasi.html diakses
tanggal 20/01/2016 jam 13.30.
36
supaya rukun lagi. Bukan pada mencari siapa yang salah dan siapa yang benar.
Karena mencari siapa yang salah dan siapa yang benar sering menghambat upaya
rekonsiliasi antara suami dengan istri yang bertikai. Biasanya kalau mau rukun
lagi, masalah yang lalu harus ditutup dan ke depannya mulai dengan lembaran
baru.32
Memakai hukum acara sebagaimana H.I.R dan R.Bg dalam proses perkara
yang panjang. Juga konsekwensi logis dari penerapan H.I.R dan R.Bg akan terjadi
perkara perceraian yang ditolak. Jika demikian justru proses peradilan dalam
rukun lagi malah bagus. Tetapi yang sering terjadi perkara perceraian yang ditolak
oleh pengadilan, suami-istri itu tidak terjadi rukun lagi, tetapi bahkan menambah
pengadilan. Pihak yang ditolak permohonan cerainya yang tidak puas terhadap
hukum banding. Tetapi ia diam beberapa bulan setelah putusan perkaranya jatuh.
32
http://www.siddikilegaldick.blogspot.co.id/2014/12/mengapa-memilih-mediasi.html diakses
tanggal 20/01/2016 jam 13.30.
37
sama. Yang namanya perkara cerai tidak mungkin ia mengajukan alasan baru
dalam perkaranya. Yang dipakai adalah alasan lama dengan kemasan baru.
dicantumkan di dalam permohonan atau gutannya selalu bersifat umum dan tidak
jelas. Kalau mau konsisten dengan hukum acara, maka banyak sekali perkara
perceraian yang tidak diterima karena alasan hukum. Maka alangkah baiknya
dengan metode baru dengan fokus pada upaya perdamaiannya sehingga proses
Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 49 huruf (a) UU Peradilan Agama. Dalam
berlaku yang dilakukan menurut syari'ah Islam. Antara lain ada 22 poin mengenai
huruf (a) UU Peradilan Agama. Pada angka 8 adalah perceraian karena talak, pada
angka 9 adalah gugatan perceraian dan pada angka 10 adalah penyelesaian harta
bersama merupakan bagian yang berada di dalam area sengketa perkawinan yang
Perkawinan dalam konsep Islam adalah ikatan lahir dan batin antara suami
dan istri untuk membentuk rumah tangga yang tenteram dan bahagia dari dunia
sampai akhirat. Konsep ini tertuang dalam Pasal 1 UU No. 1/1974 tentang
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Jiwa dasar dalam konsep perkawinan di dalam Islam adalah dibangun
untuk selamanya.
Ada empat hal yang terkandung di dalam Pasal 1 UU No. 1/1974 tentang
perkawinan, yaitu:
tangga yang:
- bahagia, dan
- kekal.
4. Dasar kejiwaannya adalah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
(K.H.I) pada Pasal 2 disebutkan, bahwa perkawinan menurut hukun Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dan pada Pasal 3 KHI
39
Ada tiga hali yang terkandung di dalam Pasal 2 K.H.I ini mengenai
perkawinan, yaitu:
perintah Allah.
3. Tujuan melaksanakan perkawinan adalah karena Allah semata-
Menurut hukum Islam yang tertuang secara normatif pada UU No. 1/1974
ikatan yang sangat kuat yang dimanifestasikan secara lahiriyah dan batiniyah.
Karena kuatnya ikatan itu maka roh pernikahan itu dibangun untuk selamanya.
sebagai dasar bolehnya perceraian di dalam Islam adalah sabda Nabi Muhammad
Islam diperbolehkan, tetapi merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah.
Oleh karena itu sebisa mungkin perceraian itu diusahakan untuk dihindarkan,
1. Kematian.
2. Perceraian.
3. Atas keputusan pengadilan.
Disebutkan dalam Pasal 38 UU No. 1/1974, bahwa perkawinan dapat
matang.
a. Kematian.
b. Perceraian.
c. Putusan pengadilan.
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam sama mengenai penyebab putusnya perkawinan, yaitu ada 3 sebab,
kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan. Di dalam Pasal 114 K.H.I
terjadinya perceraian. Kalau dalam PP No. 9/1975 ada 6 alasan yang menjadi
penyebab terjadinya perceraian, sedangkan dalam K.H.I ada 8 alasan. Dua alasan
tambahan yang tercantum di dalam K.H.I yaitu suami menlanggar taklik talak dan
42
peralihan agama suami atau istri atau murtad yang menyebabkan terjadinya
Setiap suami atau istri yang beragama Islam yang berkehendak untuk
selain mengikuti hukum acara perdata pada umumnya, pengadilan agama tunduk
rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu (Pasal 2
dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi (Pasal 4 ayat (2) UU Peradilan
Agama).
Agama yaitu:
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
berikut:
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Menurut UUD 1945 ada dua lembaga yang
peradilan tata usaha negara serta Mahkamah Konstitusi adalah kekuasaan negara
keadilan (Pasal 24 ayat (1) UUD 1945). Di dalam Bab I tentang Ketentuan Umum
Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
47
pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada
Pasal 39 :
ayat (1) : Pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada
semua badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung.
ayat (2) : Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap pelaksanaan
tugas administrasi dan keuangan.
ayat (3) : Pengawasan internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh
Mahkamah Agung.
48
berikut:
Pasal 32 :
ayat (1) : Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman.
ayat (2) : Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan para
Hakim di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya.
ayat (3) : Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan tentang
hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua Lingkungan
Peradilan.
ayat (4) : Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, tegoran, atau
peringatan yang dipandang perlu kepada Pengadilan di semua Lingkungan
Peradilan.
ayat (5) : Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (1) sampai dengan ayat (4) tidak boleh mengurangi kebebasan Hakim
dalam memeriksa dan memutus perkara.
dilakukan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" (Pasal 2 ayat
disebutkan bahwa peradilan harus dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya
ringan. Dalam semua proses penyelesaian perkara pada pengadilan harus selalu
49
memegang prinsip dan asas peradilan yang dilakukan dengan sederhana, cepat,
disebutkan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib menjaga
kemandirian peradilan. Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak
dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan (Pasal 4 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman).
pelaksana kekuasaan kehakiman harus aktif berusaha terciptanya prinsip dan asas
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Agar supaya hakim tetap berada dalam
koridor yang benar dalam menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, maka Hakim harus memiliki
50
integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan
samping itu karena besarnya peranan hakim dalam menegakkan hukum dan
keadilan, maka Hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
Yang Maha Esa". Hakim sebagai pelaksana utama penegakan hukum dalam
ditegakkan itu adalah keadilan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sederhana, cepat, dan biaya ringan ukurannya
dan biaya ringannya tidak sama. Tetapi keadaan sederhana, cepat, dan biaya
mandiri, karena itu hakimnya juga harus mandiri. Apabila hakimnya tidak
keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat
tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dari ketentuan ini
51
memang peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan tidak bisa diukur dengan
pasti, tetapi bisa diusahakan untuk semakin sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Untuk melaksanakan prinsip ini hakim tidak boleh membeda-bedakan orang. Dari
lapisan manapun pencari keadilan itu, prinsip peradilan sederhana, cepat, dan
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat. Dalam hal ini hakim tetap harus berada dalam prinsip
kecurigaan kepada hakim, karena nilai keadilan yang diterapkan bisa berbeda
dengan norma hukum yang tertulis. Karena itu integritas hakim sangat penting
Pengadilan Agama memang sudah diterapkan norma yang selama ini sudah
prinsip tidak membeda-bedakan orang. Dan pengadilan juga sudah berusaha untuk
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
harus tetap dilakukan dan jangan sampai berhenti. Di dalam penelitian ini asas
peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan masih bisa ditingkatkan. Ada faktor
52
rasa keadilan yang berbicara ketika suatu perkara perceraian yang mestinya bisa
segera diselesaikan demi kesederhanaan, kecepatan dan biaya ringan, tetapi hal ini
tidak dilakukan hanya karena sudah berdasar pada norma yang sudah ada tanpa
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Pasal 2 ayat (2) UU No. 1/1974,
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk
huruf (c) K.H.I disebutkan bahwa yang dimaksud dengan akad nikah ialah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
dalam hukum perdata, maka perkawianan adalah peristiwa hukum antara beberapa
subjek hukum yang melahirkan fakta hukum. Peristiwa hukum perkawinan adalah
hukubungan hukum yang melahirkan akibat hukum adanya hak dan kewajiban.
Sebagai akibat hukum dari peristiwa hukum perkawinan juga timbul keadaan
hukum yang diantaranya berupa adanya harta perkawinan dan kelahiran anak. Dan
kelanjutan dari adanya peristiwa hukum perkawinan juga bisa timbul kejadian
53
hukum yang berupa putusnya perkawinan yang bisa disebabkan oleh karena
UU No. 1/1974).33
hukum bahwa subjek hukum yang melaksanakan akad nikah adalah sebagai
suami-istri. Dalam fakta hukum sebagai suami-istri, maka timbul keadaan hukum
yang mana semua harta yang dihasilkan selama dalam perkawinan (harta
perkawinan) adalah merupakan harta bersama. Pasal 35 ayat (1) UU No. 1/1974
menyebutkan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama. Dan pada ayat (2) nya disebutkan bahwa harta bawaan dari masing-
masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-
masing suami atau isteri. Karena menurut K.H.I Pasal 86 ayat (1), pada dasarnya
tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri karena perkawinan.
yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama atau biasa juga disebut
harta gono-gini.
33
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta Balai Pustaka, 2008, hlm. 59; Pipin Syarifin dan
Zarkasy Chumaidy, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, Pustaka Setia, 1998, hlm. 72; Dudu
Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2003, hlm. 40; Soeroso,
Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 191.
54
timbul perbuatan hukum yang berupa hubungan hukum mengenai hak dan
kewajiban terhadap harta bersama tersebut. Pasal 36 ayat (1) UU No. 1/1974
menyebutkan, bahwa mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak
atas persetujuan kedua belah pihak. Kewajiban yang harus dilaksanakan terhadap
harta bersama menurut Pasal 89 K.H.I, suami bertanggung jawab menjaga harta
bersama, harta isteri maupun harta sendiri. Selanjutnya di dalam Pasal 90 K.H.I
disebutkan bahwa isteri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama maupun
bisa disebabkan oleh karena kematian, perceraian atau atas keputusan Pengadilan.
1/1974, apabila perkawinan putus karena perceraian, harta benda diatur menurut
dalam Pasal 96 K.H.I ditentukan, apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta
bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama. Pada Pasal 97 K.H.I
disebutkan, janda atau duda cerai masing-masing berhak seperdua dari harta
macam model pembagian terhadap harta bersama secara hukum adat, ada yang
membagi untuk suami lebih besar bagiannya daripada istri karena perannya yang
kecenderungan pengadilan membagi harta bersama tidak sama besar antara suami
dan istri, bahkan bagian istri lebih besar daripada bagian suami, yaitu ¼ bagian
untuk suami dan ¾ bagian untuk istri. Adanya kecenderungan pengadilan yang
membagi harta bersama tidak sama besar antara suami dan istri, dan bagian istri
lebih besar daripada bagian suami, karena menilai dari segi kontribusi dari suami-
Selama ini pengadilan tidak menilai mengenai siapa dari suami atau istri
adalah harta bersama, maka pembagiannya dibagi dua sama besar, suami dapat
separuh dan istri dapat separuh. Intinya harta itu dihasilkan selama suami dan istri
dengan memberi pertimbangan terhadap seberapa besar kontribusi dari suami dan
34
http://blogperadilan.blogspot.co.id/2011/05/paradigma-baru-penyelesaian-sengketa.html
diunduh tanggal 6/2/2016 jam 15:10.
56
Fakta terjadinya perceraian antara suami dan istri ternyata tidak hanya
menyangkut perceraiannya itu saja, tetapi juga berimbas pada masalah hak
beragama Islam telah melakukan tugasnya secara baik. Namun demikian cukup
a. Filosofis
pada pengadilan agama yang selama ini berjalan menyamakan perkara perceraian
dengan perkara sengketa harta. Kekhususan perkara perceraian yang selama ini
dari perkara perceraian, yaitu perkara sengketa harta bersama. Praktek yang
selama ini berjalan dalam putusan pengadilan adalah membagi dua harta bersama
(gono-gini) sama besar antara mantan istri dan mantan suami. Kemudian
aspek kontribusi dan peran masing-masing mantan suami dan mantan istri ketika
pengumpulan harta lebih sedikit dibanding istrinya dan suami mempunyai prilaku
yang jelek, maka bagiannya mendapat lebih sedikit dari pada istrinya.
suami istri itu dikaruniai keturunan. Dalam penyelesaian sengketa harta bersama
manfaat dari harta itu. Karena itu meskipun secara normatif harta bersama itu
adalah hak dari mantan suami dan mantan istri alangkah bijaksananya jika
bersama.
b. Teoritis
kalangan ulama ushul fikih disebut juga dengan Asrar al-Syari'ah, yaitu rahasia-
rahasia yang terdapat di balik hukum yang ditetapkan oleh syara’, berupa
35
Jurnal Maqasid Al-Syariah, http://www.referensimakalah.com/2011/09/pembicaraan-tentang-
maqasid-al-syari_1553.html, diakses tanggal 20/08/2017 jam 11:18. Muhammad Abdul’Athy
Muhammad ‘Aly, Dr., Al-Maqashid Al-Syar’yah wa Atsaruha fi Al-Fiqh Al-Islamy, Dar al-Hadits,
Al-Qahiroh, 2007, hlm. 7. Muhammad Sa’ed ibn Ahmad ibn Mas’aud al-Yuby, Maqashid al-
Syari’ah al-Islamiyah wa ‘Alaqtuha bi al-Adillah al-Syar’iyah, Dar al-Hijrah, Al-Riyadl, 1998,
hlm. 7-8.
58
suami istri itu sudah bertahun-tahun tidak tinggal serumah, lalu gugatannya
ditolak, maka tidak ada kemaslahatan bagi suami istri yang sedang berselisih
tersebut. Begitu juga dengan penyelesaian sengketa harta bersama. Ketika harta
bersama itu dibagi dua, dan pasangan suami istri itu mempunyai keturunan, maka
tidak akan nampak kemaslahatan harta itu untuk keturunannya. Bahkan untuk
mantan istri dan mantan suami pun dalam jangka panjang tidak akan nampak
kemaslahatnnya.
c. Sosiologis
Teori sosiologi hukum yang dikemukakan oleh Rudolf von Jhering (1800-
1889), seorang Juris Jerman terkenal dengan gelarnya sebagai “the father of
Jhering esensi hukum itu adalah suatu kehendak nyata untuk melindungi
antara kedua jenis kepentingan itu. Jhering menganggap bahwa dengan adanya
Karena beliau yakin bahwa di bawah hukum kepentingan masyarakat harus lebih
adalah seperangkat kondisi-kondisi kehidupan sosial dalam arti luas sekali, yang
ditegakkan oleh kekuasaan negara melalui usaha paksaan dari luas (external
paksaan. Teori sosiologi hukum dari Jhering meneropong bahwa arah yang
sebenarnya dari hukum adalah realisasi dari suatu keseimbangan antara asas-asas
(the principles) dan maksud/motivasi individu di satu pihak dan asas-asas dan
sesuai dengan teori sosiologi hukum dari Rudolf von Jhering ini semestinya
hukum dari Jhering meneropong bahwa arah yang sebenarnya dari hukum adalah
pihak lain. Begitu juga semestinya mengenai proses penyelesaian sengketa harta
agama.
d. Historis
36
Jurnal Hukum Dr. Rahman Amin, S.H., M.H.,
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2014/03/filsafat-hukum-aliran-utilitarianisme.html, diakses
tanggal 20/08/2017 jam 13.04, dan Jurnal Sosiologi Hukum
http://aepcitystudio.blogspot.co.id/2014/09/teori-sosiologi-hukum-menurut-beberapa.html, diakses
tanggal 20/08/2017 jam 13.04.
60
“Das Recht wird nicht gemacht, est ist und wird mit dem volke” (Hukum itu tidak
dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat). Ajaran Savigny ini
terdapat banyak bangsa dan pada tiap bangsa mempunyai volkgeist/jiwa rakyat.
Perbedaan ini juga sudah barang tentu berdampak pada perbedaan hukum yang
disesuaikan dengan tempat dan waktu. Hukum sangat bergantung atau bersumber
pada jiwa rakyat dan isi hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari
semua individu kepada masyarakat yang modern dan kompleks di mana kesadaran
hukum rakyat itu tampak pada apa yang diucapkan oleh para ahli hukumnya.
pada pengadilan agama dan sengketa harta bersama sebagai akibat dari perceraian,
manapun tempatnya. Padahal berangkat dari pemikiran Savigny, hukum itu tidak
bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat dan isi hukum itu ditentukan oleh
keadilan.
e. Yuridis
keadilan. Dari misi Mahkamah Agung angka 1 dan 2 ini dapat diambil tiga
pengertian, yaitu:
H.I.R yaitu majlis hakim mendorong para pihak melakukan perdamaian. Kalau
usaha damai oleh majlis hakim tidak berhasil, maka majlis hakim harus
mendorong para pihak untuk melakukan proses mediasi sesuai PERMA No. 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Majlis hakim harus menunda
juga harus ditempuh proses pra persidangan mengenai proses penyelesaian untuk
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Seharusnya porsi
dan fokus pada usaha perdamaian kepada pihak suami dan istri. Bukan malah
berdasarkan pada Pasal 163 H.I.R, yaitu: “Barang siapa, yang mengatakan ia
itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan
pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata
yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang
telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini.” Sesuai teori “Lex specialis
derogat legi generali, bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis)
yaitu melakukan upaya damai sebagai sumber hukum elementer. Sementara Pasal
pembacaan putusan oleh majlis hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum.
63
Apabila pihak-pihak tidak puas terhadap putusan tingkat pertama, maka ada upaya
hukum banding. Jika setelah jatuh putusan banding masih belum puas, maka ada
upaya hukum kasasi. Setelah jatuh putusan kasasi, maka perkara sudah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) dan amar putusannya dapat
pelaksanaan putusan.
Melihat pada ketentuan Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung (UU MA) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun
dan dari penjelasan pasalnya yang juga berbunyi “cukup jelas”, maka dapat kita
MA.
b. Alasan yang dikemukakan didukung oleh fakta atau bukti yang jelas dan
sempurna, dan
c. Dapat diduga majelis hakim yang akan memeriksa PK besar kemungkinan
akan mengabulkannya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
Pengadilan Agama.
1.3.2. Menganalisis dan menemukan prinsip keadilan dalam
perceraian.
1.4.1.2. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan
akibat perceraian.
66
akibat perceraian.
1.5. Orisinalitas Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh peneliti di beberapa perguruan
tinggi tidak ditemukan hasil penelitian disertasi yang judul dan masalahnya mirip
Arti kata landas adalah alas atau tumpuan; arti kata “landasan” adalah alas
atau alas untuk menempa, kata bukti atau keterangan sebagai penguat suatu
landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi,
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; 2. asas dan hukum umum yang
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
37
https://kbbi.web.id/landas, diakses jam 8:21 tanggal 7/12/2017.
38
http://ineusintiawati.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-landasan.html, diakses jam 12:35 tanggal
7/12/2017.
39
S. Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Malang: Shinta Dharma, 1972, hlm. 161.
40
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
https://kbbi.web.id/teori, diakses jam 12:43 tanggal 7/12/2017.
68
Teori berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti
perenungan, dari kata thea dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau hasil
pandang, yaitu suatu konstruksi di alam ide imajinatif manusia tentang realitas-
dasar tempat berpijak yang dijadikan pedoman dan sumber yang berasal dari
pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang didukung oleh
argumentasi ilmiah.
1) Hans Kelsen
bukan mengenai hukum yang seharusnya. Teori hukum yang dimaksud adalah
teori hukum murni, yang disebut teori hukum positif. Teori hukum murni,
objek penjelasan dari segala hal yang tidak bersangkut paut dengan hukum.
2) Friedman
41
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Teori, diakses jam
12:48 tanggal 7/12/2017.
42
https://krisnaptik.com/polri-4/teori/teori-hukum-dan-pengertian/, diakses jam 1:11 tanggal
7/12/2017.
43
Otje Salman S., 2010, Teori Hukum, Cetakan Ke-2, Bandung, Refika Aditama, hlm. 60-70.
69
yang berkaitan antara filsafat hukum di satu sisi dan teori politik di sisi lain.
Disiplin teori hukum tidak mendapatkan tempat sebagai ilmu yang mandiri, maka
disiplin teori hukum harus berusaha untuk mendapatkan tempat di dalam disiplin
3) Ian Mc Leod
Teori hukum adalah suatu yang mengarah kepada analisis teoritik secara
4) John Finch
Teori hukum adalah studi yang meliputi karakteristik esensial pada hukum
dan kebiasaan yang sifatnya umum pada sutau sistem hukum yang bertujuan
5) Bruggink
masalah yang ada. Berdasarkan hal itu dikemukakan beberapa pemikiran atau
teori-tori yang dapat dipakai sebagai pisau analisis penelitian ini. Di dalam
70
penelitian disertasi ini mengacu pada teori-teori tentang keadilan, teori tujuan
kradilan adalah teori keadilan menurut John Rawls. Konsep keadilan menurut
Rawls mengenai keadilan ini termasuk gagasan yang banyak diikuti oleh pemikir-
ini mengenai bagaimanakah prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan mengenai
Pengadilan Agama.
sangat besar di bidang filsafat politik dan filsafat moral. Melalui gagasan-gagasan
utama bagi perdebatan filsafat politik dan filsafat moral kontemporer. Hal ini
dikarenakan jangkauan pemikiran Rawls yang sangat luas dan dalam, yaitu sebuah
sebelum Rawls serta merekonstruksi warisan teori kontrak sosial dari Hobbes,
Locke dan Kant sebagai titik tolak untuk merumuskan sebuah teori keadilan yang
44
Daniels, Norman, (Ed.), Reading Rawls: Critical Studies on Rawls’ A Theory of Justice, Oxford:
Basil Blackwell, 1975, hlm. 27.
71
A Theory of Justice adalah sebuah karya filsafat politik dan filsafat moral
yang kuat, mendalam, luas dan sistematik yang tidak pernah terlihat lagi semenjak
karya-karya John Stuart Mill, atau sebelumnya. Buku ini merupakan sumber mata
air ide-ide yang terintegrasi bersama dalam satu kesatuan yang bagus. Para
pemikir filsafat politik sekarang harus bekerja di dalam teori Rawls, atau harus
tersebut datang dari berbagai kalangan, terutama dari para pemikir yang berada di
melibatkan diri di dalam perdebatan ini adalah Rawls sendiri, Jurgen Habermas,
45
Nozick, Robert, Anarchy, State, and Utopia, Oxford: Blackwell, 1974, Nozick: 1974, h. 183.
46
Rasuanto, Bur, Keadilan Sosial: Pandangan Deontologis Rawls dan Habermas; Dua Teori
Filsafat Politik Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 26; dan Magnis-Susseno,
Franz, Moralitas dan Nilai-nilai Komunitas: Debat Komunitarisme dan Universalisme Etis dalam
Franz Magnis-Susseno, Pijar-pijar Filsafat: Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, dari Adam
Muller ke Postmodernisme, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005, h. 198-216.
72
terhadap masalah hak dan kewajiban, yang didasarkan pada suatu konsep keadilan
bagi suatu kerja sama sosial. Teori keadilan Rawls memusatkan perhatian pada
menanggung beban yang sama. Agar terjamin distribusi hak dan kewajiban yang
berimbang, menurut Rawls, harus ada kesepakatan yang fair di antara semua
anggota masyarakat. Kesepakatan yang fair inilah yang mampu mendorong kerja
sama sosial.47
Kesepakatan yang fair menurut Rawls adalah rumusan kunci untuk
yang fair hanya bisa dicapai dengan adanya prosedur yang tidak memihak. Hanya
dianggap fair. Karenanya, bagi Rawls, keadilan sebagai fairness adalah “keadilan
prosedural murni”. Dalam hal ini, apa yang dibutuhkan oleh mereka yang terlibat
dalam proses perumusan konsep keadilan hanyalah suatu prosedur yang fair yang
47
Rawls, John, A Theory of Justice, London: Oxford University Press, 1971, h. 4-5.
48
Ujan, Andre Ata, Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls, Yogyakarta:
Kanisius, 2001, h. 42.
73
Jika dalam penerapan prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan mengenai
menjadi adil bagi semua pihak. Begitu juga prinsip keadilan dalam pembagian
kesepakatan yang fair antara mantan suami isteri untuk kepentingan bersama,
maka hasilnya akan lebih banyak berguna untuk anak keturunannya. Makanya
teori keadilan menurut John Rawls menjadi sangat mendasar dalam kaitannya
keputusan-keputusan yang oleh setiap orang dapat diterima sebagai hal yang adil.
Adapun prosedur yang fair ini hanya bisa terpenuhi apabila terdapat iklim
distribusi yang fair atas hak dan kewajiban. Rawls menegaskan pentingnya semua
keadilan, berada dalam suatu kondisi awal yang disebutnya “posisi asali” (the
original position).
Gagasan Rawls tentang posisi asali mempunyai pengertian sebagai berikut:
Pertama, adalah penting untuk menegaskan terlebih dahulu bahwa posisi asali
sebagai suatu prasyarat yang niscaya bagi terjaminnya kadilan sebagai fairness.
Namun posisi asali ini bukan sebagai suatu yang riil, melainkan merupakan
sebuah kondisi awal yang bersifat imajiner. Kondisi awal yang imajiner ini harus
diandaikan dan diterima, karena hanya dengan cara ini tercapainya keadilan
sebagai prosedural murni bisa dibayangkan. Hanya saja, kendati bersifat imajiner,
74
posisi asali sudah merupakan syarat yang memadai untuk melahirkan sebuah
konsep keadilan yang bertujuan pada terjaminnya kepentingan semua pihak secara
fair.49
Kedua, setiap orang yang berpartisipasi di dalam proses perumusan prinsip-
prinsip keadilan ini harus benar-benar masuk dalam situasi ideal tersebut. Hanya
saja tidak semua orang dapat masuk ke dalam posisi asali. Hanya orang-orang
tertentu yang dapat masuk ke dalam situasi hipotetis ini, yaitu mereka yang
memiliki kemampuan bernalar sesuai dengan standar formal dalam dunia ilmu
Semua pihak yang berada dalam posisi asali harus juga berada dalam
pengetahuan” tersebut, semua pihak yang ada dalam posisi asali tidak memiliki
menjamin fairness. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam proses
sifatnya.51
49
Rawls, John, Op. Cit., h. 120
50
Ibid., h. 130-135.
51
Ibid., h. 136-142.
75
Dalam posisi asali tersebut semua pihak juga diandaikan bersikap saling-
paling baik bagi dirinya. Pada saat yang sama, mereka juga dianggap tidak saling
mengetahui apa yang dapat diperoleh pihak lain bagi dirinya sendiri. Sikap saling-
tidak-peduli di antara orang-orang yang ada dalam posisi asali tersebut sebenarnya
lebih sebagai sebuah pengandaian agar semua pihak dalam posisi asali mampu
membebaskan diri dari rasa iri terhadap apa yang mungkin didapatkan oleh orang
lain. Untuk itu, semua orang harus berkonsentrasi hanya pada apa yang terbaik
distribusi “nilai-nilai primer” (primary goods) yang fair. Dalam hal ini, “nilai-nilai
nilai primer, maka akan tercakup semua nilai sosial dasar yang pasti diinginkan
dan dikejar oleh semua manusia. Sehingga semua manfaat dilihat dan dihayati
sebagai nilai-nilai sosial yang harus dimiliki oleh seseorang agar layak disebut
manusia.
Posisi asali tersebut merupakan refleksi dari konsep moral tentang person.
Setiap manusia diakui dan diperlakukan sebagai person yang rasional, bebas, dan
setara (memiliki hak yang sama). Manusia sebagai person moral pada dasarnya
keadilan dan dengan itu juga didorong untuk mengusahakan suatu kerja
sama sosial.
(2) Kemampuan untuk membentuk, merevisi, dan secara rasional
sisi.52
3) Dua Prinsip Keadilan
Dalam kondisi awal (posisi asali) sebagaimana dijelaskan di atas, semua
pihak akan bersikap rasional; dan sebagai person yang rasional, semua pihak akan
lebih suka memilih prinsip keadilan yang ditawarkannya daripada prinsip manfaat
(utilitarianisme).
kekayaan, dan basis harga diri – harus didistribusikan secara sama. Suatu
distribusi yang tidak sama atas nilai-nilai sosial tersebut hanya diperbolehkan
beruntung.53
Bertolak dari prinsip umum di atas, maka ada dua prinsip keadilan, yaitu:
(1) Setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang
53
Daniels, Norman, Op. Cit., h. 62.
77
harus diatur dalam suatu tatanan yang disebutnya sebagai serial order atau lexical
dasar tidak bisa ditukar dengan keuntungan-keuntungan sosial dan ekonomi. Hal
ini berarti bahwa prinsip keadilan kedua hanya bisa mendapat tempat dan
diterapkan apabila prinsip keadilan pertama telah terpenuhi. Dengan kata lain,
penerapan dan pelaksanaan prinsip keadilan yang kedua tidak boleh bertentangan
dengan prinsip keadilan yang pertama. Oleh karena itu, hak-hak dan kebebasan-
kebebasan dasar dalam konsep keadilan khusus ini memiliki prioritas utama atas
sendiri. Itu berarti, perlu diterima suatu pengaturan secara kelembagaan atas
55
Ibid., h. 63-64.
56
Ibid., h. 250.
57
78
peluang bagi pihak lain untuk mendapatkan manfaat dalam hal yang sama. Oleh
karena itu, ketidak-samaan dalam perolehan nilai sosial dan ekonomi tidak harus
selalu dimengerti sebagai ketidak-adilan. Inti dari prinsip keadilan yang kedua
masyarakat yang ideal di mana keterbukaan peluang yang sama (dijamin melalui
prinsip kesempatan yang adil) tidak akan menguntungkan sekelompok orang dan
pada saat yang sama merugikan kelompok orang lainnya. Oleh karena itu, adanya
prinsip “perbedaan” merupakan pengakuan dan sekaligus jaminan atas hak dari
kelompok yang lebih beruntung (the better off) untuk menikmati prospek hidup
yang lebih baik pula. Akan tetapi, dalam kombinasi dengan prinsip kesempatan
yang sama dan adil, prinsip itu juga menegaskan bahwa “kelebihan” berupa
prospek yang lebih baik itu hanya dapat dibenarkan apabila membawa dampak
berupa peningkatan prospek hidup bagi mereka yang kurang beruntung atau
pada keragaman pemaknaan terhadap hukum dari segi bentuk dan hakekat.
Keadilan adalah merupakan salah satu dari tujuan hukum dalam perspektif
filsafat hukum. Teori etis atau etische theory, merupakan teori yang pertama kali
59
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis, Jakarta: Toko
Gunung Agung, 2002, hal. 72.
79
mewujudkan keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan
oleh kesadaran ethis mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.61
acapkali kita dengar, namun pemahaman yang tepat justru rumit bahkan abstrak,
kompleks.62 Keadilan adalah tujuan akhir dari sebuah sistem hukum, yang terkait
erat dengan fungsi sistem hukum sebagai sarana untuk mendistribusikan dan
sebaliknya rasa keadilan sering kali tidak memiliki kepastian hukum, sehingga
komprominya adalah bagaimana agar hukum positif yang ada selalu merupakan
Pengertian keadilan yang luas dapat dikembangkan ke mana pun. Pengertian ini
60
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 20.
61
Van Apeldomm, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradya Paramita, 1996, hal.12.
62
Robert Reiner dalam tulisannya berjudul “justice” menggambarkan perdebatan tentang keadilan
sebagai suatu ‘essentially contested concept’. Dalam James Penner et.al. (editors), Introduction to
Jurisprudence and Legal Theory (Commentary and Materials), Butterwords, London, 2002, hal.
719. Menurut Plato keadilan merupakan bagian dari virtue (kebajikan). Lam, Etika Sosial, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997, hal.117.
63
Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, New York: Rusell
Sage Foundatiolandn,1975, hal. 17-18.
80
tujuan hukum adalah berguna, satu dan lain hal akan bergantung pada cara
adil. Sementara adil adalah tidak berat sebelah, tidak memihak dan berpihak
kepada yang benar. Keadilan adalah apabila dipenuhi dua prinsip, yaitu: pertama
tidak merugikan seseorang dan kedua, perlakuan kepada tiap-tiap manusia apa
konsep yang relatif66, pada sisi lain, keadilan merupakan hasil interaksi antara
harapan dan kenyataan yang ada, yang perumusannya dapat menjadi pedoman
kemudian disinonimkan dengan wasth yang menurunkan kata wasith, yang berarti
penengah atau orang yang berdiri di tengah yang mengisyaratkan sikap yang adil.
64
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia Hukum Perjanjian
Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Bandung: Pt. Rafika Aditama, 2006Op Cit, hal. 213.
65
Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994, hal. 26.
66
Majjid Khadduri, The Islamik Conception of Justice, Baltimore and London: The Jhons
Hoopkins University Press, 1984, hal. 1.
81
Kata adil disinonimkam dengan inshaf yang berarti sadar, karena orang
yang adil adalah orang yang sanggup berdiri di tengah tanpa a priori memihak.
Orang yang demikian adalah orang yang selalu menyadari persoalan yang
pribadi atau golongan dengan memberikan hak itu kepada yang berhak sedang
lawan dari keadilan adalah kezaliman yaitu keadaan dimana tidak menempatkan
dengan kata-kata, akan tetapi lebih dekat untuk dirasakan. Orang lebih mudah
bagaimana keadilan itu. Memang terasa sangat abstrak dan relatif, apalagi tujuan
adil atau keadilan itupun beraneka ragam, tergantung mau dibawa kemana.
Menurut kajian filsafat, ada berbagai macam teori menangani keadilan dan
Aristoteles tentang keadilan dapat kita lihat dalam bukunya nichomachean ethics,
politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku ini
mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, karena hukum hanya bisa
67
Nurcholis Madjid, Islam kemanusiaan dan kemoderenan, Doktrin dan Peradaban, sebuah
Telaah Kritis Tentang Masalah Keimaanan, Jakarta: Yayasan Wakaf, Cetakan Ke 2,1992, hal. 512.
68
Ibid, hal. 513-516.
82
mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit yang sekarang biasa dipahami
proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan
merupakan suatu pendapat mengenai nilai secara pribadi. Selanjutnya untuk hal-
hal yang sama diperlakukan sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak
distributif dan keadilan korektif. Keadilan distributif bahwa imbalan yang sama
rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Distribusi yang adil boleh jadi
merupakan distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikan, yakni nilai bagi
masyarakat.70 Di sisi lain, keadilan korektif fokus pada pembentulan sesuatu yang
memiliki relevansi dengan asas`keadilan sebagai bagian dari asas umum dalam
hukum Islam. Asas keadilan merupakan asas yang penting dan mencakup semua
69
Fridrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Pepektif Historis, Bandung: Nusamedia, 2004, hal. 24.
70
Ibid., hal. 25
71
Ibid, hal. 26
83
asas dalam bidang hukum Islam.72 Hal ini pula yang dikembangkan para Islamic
adalah keadilan.
Maslahat adalah merupakan inti dari tujuan syari'at. Pada dasarnya tujuan
pada bahaya dan pengorbanan yang tidak semestinya.73 Bahkan menurut Abu
kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
Keadilan merupakan bagian yang diperjuangkan dalam maslahat. Hal ini
didasarkan pada teori yang dikembangkan para Islamic juries (fuqoha)75 di mana
73
Sofyan Hasan, Dasar-dasar Memahami Hukum Islam di Indonesia, Surabaya: Usaha Nasional,
hal. 21.
74
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, Cairo: Dar al-Fikr al-Arab, 1958, hal. 336.
75
Para ahli hukum yang konsen dalam mengukur maslahat dengan keadilan adalah seperti
Munawir Sadjali, dan Masdar F. Mas'udi. Kedua tokoh muslim Indonesia ini, oleh kebanyakan
umat dianggap pemikirannya kontroversial. Salah satu pemikiran Munawir sadjali yang dianggap
kontroversial adalah pandangannya tentang pembagian harta waris yang termuat dalam Q.S. (4):17
yang dipandangnya tidak adil.
76
Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia: dari Nalar Partisipatoris hingga Emansipatoris,
Yogyakarta: Lkis, 2005, hal. 209.
84
(ḥifzh an-nafs), intelektual (ḥifzh al-aql), keluarga dan keturunan (ḥifzh an-nasl),
manusia, yaitu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup
di dunia dan di akhirat. Salah satu saja tidak terpenuhi atau terpenuhi tetapi tidak
lebih dekat untuk dirasakan, demikianlah yang terjadi dalam penyelesaian perkara
diharapkan prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan menjadi kenyataan dalam
Equality before the law, merupakan prinsip yang melekat pada setiap
negara yang menyatakan diri sebagai negara hukum. Dalam prinsip ini setiap
orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan tanpa membedakan
77
Asy-Syathibi Li Abi Ishaq, Al-Muwafaqat Fi al-Ushul asy-Syari'ah, Beirut: Dar al-Kutub
al-'Alamiyah, 2003, Jilid. II, hal. 8.
78
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Berbagai Aspek Ekonomi Islam,
Yogyakarta: PT Tiara Wacana dan P3EI UII,2008. hal. 3-4.
85
dari negara, harus memastikan jaminan terlindunginya setiap warga negara dari
sosial bagi seluruh rakyat dari negara itu adalah termasuk di dalam makna
perlindungan hukum. Hal seperti itu merupakan teori perlindungan hukum yang
sebagaimana dikemukakan dalam teori Wade di atas itu merupakan semangat yang
Semua hal itu dapat dijumpai dalam setiap proses peradilan yang utama diadakan
menurut teori kontrak sosial, maka apa yang disebut perlindungan hukum itu
79
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Madju, Bandung,
2014, h. 10.
80
H. W. R. Wade, Character of the Law, Chapter One, Administrative Law, English-Book Society,
Oxford University Press, London, 1986, hal., 27-35.
86
kontrak sosial. Kontrak sosial ini dalam perspektif teori keadilan bermartabat yaitu
hukum ala Hobbes itu dikemukakan di bawah ini. Dalam kosepsi atau Hobbes’
When the people appoint the sovereign, they do not simply estabished a de
facto power able to dominate them through superior might. Rather, they
authorise him to act as he sees fit so that he act by right of the people, who
are de jure obligated to obey him. The social contract does not merely create
the sovereign de facto, it creats a moral-juridical relationship between
sovereign and people in which the people acknowledge the soverign’s acts as
their own and are obigated to obey his commands because he commands as
of right82.
faktuil (de facto) yang dapat melindungi mereka melalui penggunaan kekuasaan
yang dimilikinya. Namun lebih kepada adanya kekuasaan dan kemampuan bagi
kepadanya oleh rakyat, yang secara yuridis (de jure) diwajibkan untuk
mematuhinya.
81
Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum, Cetakan Pertama, Nusa Media,
Bandung, 2015.
82
D. Gauthier, The Logic of Leviathan, Oxford University Press, Oxford, 1969, Chapter IV., hal.,
98.
87
de facto bagi penguasa, namun lebih untuk menciptakan hubungan hukum yang
dimana rakyat mengakui upaya yang ditempuh oleh penguasa, sehubungan dengan
itu, maka rakyat memikul kewajiban untuk mematuhi setiap perintah penguasa
karena apa yang diperintahkannya adalah apa yang baik menurutnya. Oleh karena
itu, rakyat sebagai pihak yang diperintah memiliki kewajiban untuk mentaatinya.
Dengan teori perlindungan hukum prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan
dan kewenangan secara silih bergansi. Bahkan tidak jarang antara kedua istilah ini
83
E John M Echols, & Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Gramedia, Jakarta, 1977, hal.
1150.
88
sesuatu)84. Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus dari Pusat Pembinaan dan
perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan orang lain agar sesuatu
kewajiban melakukan tugas yang sudah ditentukan itu 87. Menurut I Dewa Gede
tersebut meliputi atribusi, delegasi dan mandate88. Dalam hal authority sebagai
kekuasaan, menurut Miriam Budiardjo terjadi melalui proses dalam diri manusia
bahwa:
84
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal.
1150.
85
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 1011.
86
Ibid., hal. 1170.
87
Ibid., hal. 173.
88
Ibid.
89
memerintah dan pihak yang diperintah atau dengan istilah yang lebih sederhana
adalah antara yang memberi wewenang dan yang menerima wewenang. Untuk
89
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hal. 28.
90
Ossip K. Flechtheim, Fundamental of Political Science, Ronald Press Co., New York, 1952, hal.
16.
90
Selain itu, Mac Iver juga mengemukakan bahwa kekuasaan dalam suatu
... karena kenyataan bahwa kekuasaan yang satu membuktikan dirinya lebih
unggul daripada lainnya, hal mana berarti bahwa yang satu itu lebih kuat
dengan jalan mensubordinasikan kekuasaan lainnya itu. Atau dengan
perkataan lain struktur piramida kekuasaan itu terbentuk oleh kenyataan
dalam sejarah masyarakat, bahwa golongan yang berkuasa (dan yang
memerintah) itu relatif selalu lebih kecil jumlahnya daripada golongan yang
dikuasai (dan yang diperintah). .... Gaetano Mosca mendalilkan bahwa the
many are ruled by the few. Dan kenyataan tersebut berlaku, baik dalam
sistem demokrasi maupun diktator.93
harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu dperoleh melalui tiga
91
Robert M. Mac Iver, The Web of Government, The Mac-Millan Company, New York, 1961, hal.
87.
92
Ibid.
93
Miriam Budiardjo, op.cit., hal. 29.
94
F.A.M. Stroink en J.G. Steenbeek, Inleiding in het Staats en Administratief Recht, Samson H.D.,
Tjeenk Wilink, Alphen aan den Rijn, 1985, hal. 40.
91
ditentukan dan diatur, maka tindakan legal (sah menurut hukum) tidak perlu
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5
ayat (1) telah memberi legalitas untuk teori kewenangan ini. Pengadilan dalam hal
ini hakim harus membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat,
dan biaya ringan. Begitu juga hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami
pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Untuk
95
Ibid.
92
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Maslahat secara etimologi adalah kata tunggal dari kata al-masᾱlih, yang
searti dengan kata ṣolah, yaitu "mendatangkan kebaikan.96 Setiap segala sesuatu
maslahat. Dalam konteks kajian usul fikih, kata maṣlahah menjadi sebuah istilah
teknis yang berarti "berbagai manfaat yang dimaksudkan syar'i dalam penetapan
jiwa, akal, keturunan dan harta kekayaan, serta mencegah hal-hal yang dapat
Maslahat adalah merupakan inti dari tujuan syari'at. Pada dasarnya tujuan
pada bahaya dan pengorbanan yang tidak semestinya.98 Bahkan menurut Abu
96
Ibn Manzhur, Kamus Lisanul ‘Arab, Beirut: Dar Shadir, Cet.I, tt., hal. 517.
97
M. Hasbi Umar, Nalar Fikih Kontemporer, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, hal.112.
98
Sofyan Hasan, Op.Cit., hal. 21.
93
kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
tujuan syara’ atau tujuan hukum Islam, sedangkan tujuan hukum Islam menurut
al-Ghazali adalah memelihara lima hal di atas. Setiap hukum yang mengandung
tujuan memelihara salah satu dari lima hal di atas disebut maslahah, dan setiap hal
maslahah mursalah adalah salah satu cara dalam melakukan ijtihad dalam rangka
menggali hukum (istinbat) Islam, akan tetapi berdasarkan kepada nash tertentu
(maqosid asy-syari’ah).100
didasarkan pada teori yang dikembangkan para Islamic juries (fuqoha)101 di mana
99
Muhammad Abu Zahrah, Op.Cit., hal. 336.
100
Mahmuzar, Maslahah Mursalah: Suatu Metode Istinbat Hukum, diakses dari http://fush.uin-
suska.ac.id/attachments/073_Mahmuzar.pdf, 17/12/2014.
101
Para ahli hukum yang konsen dalam mengukur maslahat dengan keadilan adalah seperti
Munawir Sadjali, dan Masdar F. Mas'udi. Kedua tokoh muslim Indonesia ini, oleh kebanyakan
umat dianggap pemikirannya kontroversial. Salah satu pemikiran Munawir sadjali yang dianggap
kontroversial adalah pandangannya tentang pembagian harta waris yang termuat dalam Q.S. (4):17
yang dipandangnya tidak adil.
102
Fuad Mahsun, Op.Cit., hal. 209.
94
(ḥifzh an-nafs), intelektual (ḥifzh al-aql), keluarga dan keturunan (ḥifzh an-nasl),
manusia, yaitu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup
di dunia dan di akhirat. Salah satu saja tidak terpenuhi atau terpenuhi tetapi tidak
Segala macam kasus hukum baik yang secara eksplisit diatur di dalam al-
Qur’an dan al-Hadis maupun yang dihasilkan melalui ijtihad, harus bertitik tolak
dari tujuan tersebut. Dalam kasus hukum yang secara eksplisit dijelaskan di dalam
kedua sumber utama tersebut, kemaslahatan dapat ditelusuri melalui teks yang
ada. Jika ternyata kemaslahatan itu dijelaskan maka ia (kemaslahatan) itu harus
tidak dijelaskan secara eksplisit dalam kedua sumber itu, peranan mujtahid sangat
penetapan hukum.105
103
Asy-Syathibi Li Abi Ishaq, Loc Cit.
104
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Op.Cit., hal.3-4.
105
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos, 1995,
hal.37.
95
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.106 Konsep atau anggitan adalah abstrak,
entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu
entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin
merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam
suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan
106
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan),
https://kbbi.web.id/konsep, diakses jam 1:19 tanggal 7/12/2017.
107
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses jam 1:21 tanggal 7/12/2017.
108
http://www.kuliah.info/2015/05/konsep-adalah-apa-itu-konsep-ini.html, diakses jam :23 tanggal
7/12/2017.
96
mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang
objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata
(lambang bahasa).
3) Singarimbun menyatakan bahwa pengertian konsep adalah generalisasi
kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam
memakainya.
Dari beberapa pengertian yang sudah disebutkan di muka, maka konsep
berarti ide atau pengertian yang diabstrakkan dari suatu kesatuan pengertian
tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri yang sama yang mampu mengadakan abstraksi terhadap
tertentu.
Berlandaskan teori keadilan menurut John Rawls, teori tujuan hukum,
teori perlindungan hukum, teori kewenangan, dan teori maslahat, maka konsep
mendasar sejak Masa Reformasi, diawali dengan adanya TAP MPR RI Nomor
97
eksekutif. Sejak adanya TAP MPR tersebut, peraturan yang mengatur tentang
dan finansial Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya
Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C dan Pasal 25.
98
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara dengan Mahkamah Agung
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam
Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah pelaksana
lebih tinggi agar peraturan yang tingkatnya lebih rendah tidak bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi. Kekuasaan kehakiman yang semula diatur
Kehakiman dan karena Undang-Undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka diganti dengan Undang-
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 24 ayat (2 )dan pasal 24A ayat (1) dan
terhadap undang-undang.
c. kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
Mahkamah Agung berwenang juga:
- melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di
kekuasaan kehakiman;
- melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan yang ada
di bawahnya;
- meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis
Agama. Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
beragama Islam” adalah orang atau badan hukum yang dengan sendirinya
menundukkan diri dengan suka rela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infak;
h. sodaqoh;
i. ekonomi syari’ah.
hukumnya.
tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Aceh sebagai Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam.
Syar’iyah Propinsi.
Aceh, Peradilan khusus dalam lingkungan Peradilan Agama diatur dalam BAB
XVIII tentang Mahkamah Syar’iyah Pasal 128 - Pasal 137. Pengadilan yang
memutuskan perkara-perkara:
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
perkawinan, (b) waris (c) wasiat, (d) hibah, (e) wakaf, (f) zakat (g) infaq, (h)
Pasal 49 :
Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syari'ah,
melainkan juga di bidang ekonomi syari'ah lainnya.
Yang dimaksud dengan "antara orang-orang yang beragama Islam" adalah
termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan
diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi
kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan pasal ini.
Huruf a :
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal-hal yang diatur dalam atau
berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang
dilakukan menurut syari'ah, antara lain:
1. Izin beristri lebih dari seorang;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yangbelum berusia 21
(dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam
garis lurus ada perbedaan pendapat;
3. Dispensasi kawin;
4. Pencegahan perkawinan;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
106
Huruf e :
Yang dimaksud dengan "wakaf" adalah perbuatan seseorang atau
sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syari'ah.
Huruf f :
Yang dimaksud dengan "zakat" adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Huruf g :
Yang dimaksud dengan "infaq" adalah perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan
sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah
Subhanahu Wata'ala.
Huruf h :
Yang dimaksud dengan "shadaqah" adalah perbuatan seseorang yang
memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan
mengharap ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.
Huruf i : Yang dimaksud dengan "ekonomi syari'ah" adalah perbuatan atau
kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain
meliputi:
a. Bank syari'ah;
b. Lembaga keuangan mikro syari'ah.
c. Asuransi syari'ah;
d. Reasuransi syari'ah;
e. Reksa dana syari'ah;
f. Obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
g. Sekuritas syari'ah;
h. Pembiayaan syari'ah;
i. Pegadaian syari'ah;
j. Dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan
k. Bisnis syari'ah.
Tahun 2006 adalah bidang hukum perdata, yaitu ketentuan yang mengatur hak-
108
hukum di daratan Eropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni
hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata. Dalam sistem Anglo
Agama untuk penyelesaiannya, maka hukum acara yang berlaku dalam proses
beracara adalah hukum acara perdata pada Peradilan Agama. Hukum acara
pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak satu sama lain untuk
109
id.wikipedia.org/wiki/Hukum_perdata, diunduh jam 09.55 tanggal 13/1/2013.
110
Hukum.kompasiana.com/2012/07/12/huk…, diunduh jam 10:02 tanggal 13/1/2013.
111
http://dc177.4shared.com/doc/NJLykB0N/preview.html, diunduh jam14:45 tanggal 12/11/2012.
112
Ibid.
109
harus bertindak di muka pengadilan yang terdiri dari cara mengajukan tuntutan
lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku dalam
lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam
undang-undang ini. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa sumber hukum acara
dan Madura.
5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan
1 Tatun 1974.
113
Ibid.
110
Agung yang diikuti oleh hakim lain dalam putusan yang sama.
12. Surat Edaran Mahkamah Agung sepanjang menyangkut Hukum
Acara Perdata.
hukum acara (yang secara garis besarnya berlaku pada Peradilan Umum tetapi ada
adalah114:
dianut kedua belah pihak ketika terjadinya hukum dan hubungan ikatan mereka
berdasarkan hukum Islam. Jika salah satu dari patokan itu tidak terpenuhi maka
kedua belah pihak yang bersengketa di bidang tersebut tidak berlaku asas
ke-Islam-an ini adalah dasar umum dan saat terjadinya hubungan hukum.
menunjukkan Kartu Tanda Penduduk, SIM, atau tanda bukti yang lainnya tanpa
Jadi sebelum hakim menyelesiakan suatu masalah atau perkara tersebut dengan
ini tidak dilakukan, maka putusan yang dijatuhkan hakim batal demi hukum
biaya ringan merupakan dambaan dari setiap orang pencari keadilan, sehingga
apabila peradilan agama kurang optimal dalam mewujudkan asas ini, maka
tidak membeda-bedakan orang. Dalam acara hukum perdata, asas ini dikenal
dengan istilah audi et alteram partem yang berarti bahwa pihak-pihak yang
bedakan hukum dalam istilah sistem hukum anglo saxon adalah equality before
the law yang artinya bahwa setiap orang mempunyai persamaan kedudukan di
bawah hukum. Sedangkan lawan dari asas ini adalah diskriminasi yang berarti
diharapkan agar: (1) dapat menjamin adanya social control atas tugas yang
pemeriksaan secara fair serta tidak memihak, (2) untuk memberikan edukasi
dan prepensi kepada masyarakat tentang suatu peristiwa, (3) masyarakat dapat
menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Pengecualian dari asas ini
ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989). Konsekuensi yuridis jika asas
ini tidak dipenuhi, misalkan dalam awal sidang tidak dinyatakan bahwa sidang
terbuka untuk umum atau dalam putusan tidak adakata-kata diputuskan dalam
sidang terbuka untuk umum, maka sebagaimana ketentuan Pasal 59 ayat (2)
cepat, dan biaya ringan (Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 48 tahun
salah satunya menjadi ketua mejelis hakim dan berwenang untuk memimpin
perlindungan hak-hak asasi manusia dalam peradilan. Jika dalam hal ini tidak
dengan cara voting. Sementara jika ada keputusan yang berbeda maka
Seseorang yang merasa haknya dilanggar oleh orang lain dan ia tidak
diajukan pada Pengadilan Agama. Pada hari sidang yang telah ditentukan yang
musyawarah mufakat. Akan tetapi apabila tidak berhasil perdamaian, maka hakim
mewajibkan kepada para pihak untuk menempuh mediasi. Hakim wajib menunda
proses persidangan perkara itu untuk memberikan kesempatan kepada para pihak
menempuh proses mediasi, dan melalui kuasa hukum atau langsung kepada para
pihak, hakim wajib mendorong para pihak untuk berperan langsung atau aktif
dalam proses mediasi (Pasal 3 Ayat (1), (2) dan (3) PermaNo. 1 Tahun 2016).
yang harus dibacakan terlebih dahulu oleh hakim di hadapan para pihak sebelum
hakim menjatuhkan putusan yang menghukum kedua belah pihak untuk mentaati
isi perdamaian tersebut, atau perkaranya dicabut. Tetapi jika dalam waktu yang
telah ditetapkan yaitu selama 40 (empat puluh) hari mediasi tidak menghasilkan
telah gagal dan memberitahukan kegagalan kepada hakim. Segera setelah diterima
115
hukum acara yang berlaku (Pasal 12 Ayat(1) dan (2) Perma No. 1/2016).
pihak yang bersengketa, yang harus dihadiri sendiri oleh suami-istri tersebut.
dicabut. Akan tetapi pabila tidak berhasil perdamaian, maka hakim mewajibkan
kepada para pihak untuk menempuh mediasi. Apabila usaha perdamaian melalui
mediasi-pun gagal, maka gugatan perceraian diperiksa dalam sidang yang tertutup
untuk umum.
Dalam setiap perkara perdata, ada alur dimana hakim harus mendamaikan
kedua belah pihak yang bersengketa dengan mediasi yang bertujuan untuk
mendamaikan kedua belah pihak. Usaha mendamaikan kedua belah pihat yang
berperkara tidak terbatas pada hari sidang pertama saja, melainkan dapat
pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan Pasal 130 HIR/Pasal154 RBg.
mutlak harus dimiliki oleh setiap hakim sebagaimana diamanatkan oleh undang-
undang. Dengan bertitik tolak pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hakim dalam memutus setiap perkara,
maka harus didasarkan pada keadilan yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa.115
Konsekuensi aspek ini maka hakim dalam memutus perkara tidak boleh
hanya bersandar pada undang-undang atau peraturan tertulis semata, tetapi juga
harus sesuai dengan kebenaran berlandaskan hati nurani. Dalam konteks ini hakim
dalam mengadili perkara selain bersandar kepada hukum yang tertulis juga harus
ini maka hakim dalam posisinya sebagai penegak hukum harus merdeka untuk
secara seksama sisi hukum dan sisi keadilannya. Di satu sisi hakim harus
116
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebagai Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996. hal.
48
117
yang lain ia harus menegakkan keadilan. Hakim tidak dapat memaksakan suatu
norma hukum yang dipandang tidak adil untuk diterapkan pada masyarakat.
Karena itu maka hakim harus dapat menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam
suatu masyarakat sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman, yaitu
hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
hukum yang konkrit. Terdapat hirarki penerapan hukum di pengadilan oleh hakim
hukum yang tertulis; kedua, yurisprudensi; ketiga, hukum yang tidak tertulis yang
berupa hukum yang sudah berlaku di dalam masyarakat; keempat, pendapat ahli
negara sebagai pengayom masyarakat. Dalam bentuk hukum yang tertulis, maka
118
Ibid., hal. 52
119
Ibid.
118
pula berarti kumpulan putusan hakim yang disusun secara sistematis dari tingkat
peradilan pertama sampai pada tingkat kasasi dan yang pada umumnya diberi
sebagai pandangan atau pendapat para ahli yang dianut oleh hakim dan
yurisprudensi tetap. Apabila suatu kaedah atau ketentuan dalam suatu putusan
kemudian diikuti secara konstan atau tetap oleh para hakim dalam putusannya dan
dapat dianggap menjadi bagian dari keyakinan hukum umum, maka dikatakan
Yurisprudensi yang dipakai sebagai landasan hukum oleh hakim secara terus-
menerus membuat kaedah hukum dalam suatu putusan oleh suatu yurisprudensi
atau Pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Kasasi atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah tetap
badan peradilan (hakim) yang diikuti secara berulang-ulang dalam kasus yang
120
Ibid.
121
Subekti, Hukum Adat Indonesia dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung, (Bandung : Alumni,
1974) hal. 117
119
sama oleh para hakim lainnya sehingga karenanya dapat disebut pula sebagai
putusan pengadilan yang mengandung norma hukum yang diikuti oleh putusan-
sama.
kebiasaan atau hukum adat yang berlaku dalam masyarakat. Hukum yang tidak
tertulis yang berupa kebiasaan-kebiasaan atau hukum adat yang sudah berlaku di
dalam masyarakat dan tidak ada yang keberatan terhadap keberlakuannya itu bisa
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
(penafsiran) atau disebut juga metode yuridis. Ajaran tentang penafsiran ini telah
ada sejak abad kesembilan belas yang sangat dipengaruhi oleh Von Savigny. Ia
123
Subekti, Hukum Adat Indonesia dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung, (Bandung : Alumni,
1974) hal. 117
120
proses legislasi. Hukum ciptaan hakim berupa putusan dan hanya berlaku
mengalirnya dari penemuan hukum atau penciptaan hukum oleh hakim adalah
keadilan.125
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan tersebut
Tetapi kebebasan hakim dalam mengambil keputusan tetap selalu harus mengacu
yang ditemukan bukan hanya makna dari kata-kata, tetapi harus bisa menemukan
124
Mertokusumo, op.cit., hal. 56
125
Roscoe Pound membedakan dua istilah dalam membahas persoalan penemuan hukum, yaitu
”law making” yang lebih merupakan kegiatan pembentuk undang-undang dalam membentuk suatu
aturan (lex), sedangkan ”law finding” berupa aturan yang hidup dalam masyarakat (ius). Periksa
Roscoe Pound, Law Finding Through Experience and Reason: Three Lectures, University of
Georgia Press, Athens, 1960, hal. 1.
121
terhadap semua hakim agar mengadili perkara yang ditanganinya secara sungguh-
Pasal 2 :
ayat (1) : Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
ayat (2) : Peradilan negara menerapkan dan menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila.
ayat (3) : Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan
biaya ringan.
agama. Persoalan yang selama ini terjadi adalah terlalu ketatnya penerapan hukum
126
Harifin A. Tumpa, Kekuasaan Kehakiman Dimaknai Menegakkan Hukum, Keadilan,
http://www.ditjenmiltun.net/index.php/component/content/article/114-umum/1410-harifin-
kekuasaan-kehakiman-dimaknai-menegakkan-hukum-keadilan.html, diunduh pada tanggal 8
Januari 2016 jam 9:45.
122
selama ini sudah berjalan. Tidak ada koreksi maupun introspeksi mengenai
penerapan asas peradilan yang harus dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya
ringan.
berjalan. Di sisi yang lain ada pemahaman bahwa pelaksanaan penegakan hukum
harus diartikan secara mendalam mengenai hakikat dari apa yang dikehendaki
oleh pengadilan harus selalu ada koreksi dan introspeksi. Harus ada instrumen
harus dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan. Setiap waktu harus ada
sederhana, cepat dan biaya ringan. Penelitian ini bertujuan untuk merombak
pemikiran formal yang selama ini berjalan pada Pengadilan Agama dengan
Keadilan bisa dilihat dari dua sisi, keadilan menurut teks undang-undang
suatu keadaan yang adil. Dengan berjalannya waktu, dan munculnya situasi yang
tuntutan keadilan yang diinginkan. Makanya secara hakiki berhukum itu tidak
keadilan, maka ia harus menegakkan hukum. Tetapi sering yang dipilih oleh
pengadilan dalam penegakan hukum itu adalah keadilan formal, bukan keadilan
dihadapkan kepada pilihan sulit. Karena itu ia harus bekerja keras untuk
bagi manusia. Hukum tidak bebas dari berbagai aspek yang mengelilinginya.
Karena itu ia harus dilihat dan diterapkan bersama lingkungannya itu. Hukum
yang dipandang sebagai institusi yang otonom yang terlepas dari lingkungan
127
Satya Arinanto dan Ninuk Triyanti (Editor), Memahami Hukum: Dari Konstruksi Sampai
Implementasi, Ed. 2, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm. 3 - 5.
124
Agama, intisari yang dapat diambil adalah bahwa hukum itu tidak statis, tetapi ia
dapat berubah-ubah sesuai dengan masa dan keadaan. Konsep awalnya tetap
hukum tertulis yaitu undang-undang dan hukum tertulis lainnya. Tetapi pada tahap
keadaan yang baru yang mau tidak mau harus dipertimbangkan dalam
(hukum berlaku sesuai dengan illat/faktor waktu dan keadaannya). Atau dalam
bahasa yang lain disebutkan al-hukmu yaduru ma'a 'illatihi wujudan wa 'adaman
(hukum itu dinamis, bisa berubah tergantung alasannya). Dalam kontek Indonesia,
berkenaan dengan hukum Islam, telah terjadi dialog yang sangat panjang antara
menjadi tradisi baru yang membumi. Masyarakat Islam ini menyatu dalam pola
pikir (ittifaq al-ara’ wal-mahzab) dan referensi tradisi sosial keagamaan (ittihad
al-ma’khad wal-masyrab).128
prinsip keagamaan (qaidah al-fiqhyah) yang dirumuskan oleh para ulama klasik.
128
Abdul Karim Zaidan (dalam terjemahan Muhyiddin Mas Rida), Al-Wajiz 100 Kaidah Fikih
dalam Kehidupan Sehari-hari, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 1, Jakarta, 2008, hlm. 1 – 5; dan
125
Maksudnya, rumusan hukum yang tidak bersifat absolut dapat ditata selaras
dengan mengacu kepada kesejahteraan dan kebaikan masyarakat tersebut. Hal ini
bersifat absolut (qath’i), dalil-dalil yang merupakan kaidah umum dan prinsip-
prinsip universal.129
masyarakat. Hukum Islam pun menjadi hukum yang mampu menjawab tantangan
zaman dan tuntutan umat tanpa dibatasi ruang dan waktu. Umat Islam Indonesia
lalu dan melakukan adopsi nilai-nilai baru yang lebih baik). Kaidah ini merupakan
agama dan budaya merupakan dua hal yang berbeda serta mempunyai
independensi tersendiri. Agama berasal dari wahyu Tuhan karena itu bersifat suci
dan permanen. Sedangkan budaya adalah produk manusia yang selalu berubah
implikasi dari dialog budaya dan prinsip-prinsip keagamaan. Kaidah ini juga
129
http://kangparjay.blogspot.co.id/2011/05/qidah-fiqhiyyah.html, diakses tanggal 12/9/2015 jam
9:17.
126
teknologi. Sehingga hukum Islam tidak menjelma sebagai hukum yang statis dan
stagnan. Bahkan sebaliknya hukum Islam menjadi hukum yang dinamis, kreatif
Kaidah lainnya adalah ma la yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib (jika
sebuah keharusan tidak dapat ideal kecuali dengan unsur yang lain itu juga
Optimalisasi atas sesuatu secara otomatis juga optimalisasi atas faktor yang
terbesar dengan cara dengan melaksanakan yang paling kecil resikonya). Kaidah
ini merupakan solusi untuk menghindari resiko buruk dengan cara menghindari
masyarakat selalu mengandung resiko. Karena itu resiko buruk harus menjadi
dipimpinnya.130
yang terkait telah ditentukan mengenai harta yang dengan sendirinya menjadi
penerapannya di dalam kenyataan ini. Berikut ini adalah batasan dalam ruang
barang yang dibeli selama perkawinan maka harta tersebut menjadi objek
Mei 1971 No. 803 K/Sip/1970. Dalam putusan ini dijelaskan bahwa harta
yang dibeli oleh suami atau isteri di tempat yang jauh dari tempat tinggal
130
Ibid.
131
http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/ruang-lingkup-harta-bersama.html, diunduh
tanggal 7/2/2016 jam 3:6.
128
perkawinan berlangsung.
Lain halnya jika uang yang digunakan untuk membeli barang berasal dari
harta pribadi suami atau isteri. Jika uang yang digunakan untuk membeli
barang secara murni berasal dari harta pribadi, maka barang yang dibeli itu
itu dibeli atau dibangun sesudah terjadinya perceraian. Hal ini sejalan
K/Sip/1970, yakni apa saja yang dibeli, jika uang pembelinya berasal dari
harta bersama. Penerapannya yang seperti ini harus dipegang teguh untuk
harta yang diperoleh selama perkawinan di luar dari harta pribadi, warisan
bahwa dalam suatu sengketa harta bersama, tentu tidak semulus dan
semudah itu. Pada umumnya, dalam setiap perkara harta bersama pihak
dengan dalih, bahwa harta yang digugat bukan harta bersama, melainkan
harta milik pribadi tergugat. Jika penggugat mengajukan dalih bahwa harta
atau tidak.
Patokan ini secara jelas tertuang dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan
rumah dan tanah terperkara adalah harta bersama antara suami dan isteri,
bukan hanya yang tumbuh dari harta bersama yang jatuh menjadi objek
dari harta pribadi pun akan jatuh menjadi objek harta bersama. Sekalipun
mengenai hasil yang timbul dari harta pribadi, maka seluruh hasil yang
130
diperoleh dari harta pribadi suami dan harta pribadi isteri jatuh menjadi
isteri tidak terjadi pemisahan maka dengan sendirinya akan menjadi harta
sering muncul permasalahan di mana salah satu pihak merasa lebih berhak atas
harta yang diperebutkan. Sampai saat ini mengenai pembagian harta memang
tidak ada acuan bakunya. UU Perkawinan tidak mengatur hal tersebut secara
tegas. Dalam UU Perkawinan tidak disebutkan bahwa harta bersama akan dibagi
dimaksud berimbang disini belum tentu “sama rata”, namun lebih kepada sejauh
bagian dari seluruh harta bersama. Adakalanya setengah besaran bagian suami
atau isteri atas seluruh harta bersama tidak mutlak menjadi keharusan, karena
akan menciderai rasa keadilan dan kepatutan apabila suami yang tidak bekerja
mendapat bagian separuh dari seluruh harta bersama sementara harta bersama
tersebut dihasilkan seluruhnya dari jerih payah dan keringat seorang isteri.
Sehingga oleh karena itu besarnya bagian harta bersama kepada masing-masing
suami atau isteri jika dimungkinkan sepatutnya didasari atas dasar kesepakatan
macam model pembagian terhadap harta bersama secara hukum adat, ada yang
132
https://kamaldiegrosse.wordpress.com/pembagian-harta-gono-gini-dalam-perceraian/, 7/2/2016
jam 3:37; http://alfarabi1706.blogspot.co.id/2013/01/harta-bersama-gono-gini-hukum-
perdata.html, diunduh tanggal 7/2/2016 jam 3:43.
132
membagi untuk suami lebih besar bagiannya daripada istri karena perannya yang
kecenderungan pengadilan membagi harta bersama tidak sama besar antara suami
dan istri, bahkan bagian istri lebih besar daripada bagian suami, yaitu ¼ bagian
untuk suami dan ¾ bagian untuk istri. Adanya kecenderungan pengadilan yang
membagi harta bersama tidak sama besar antara suami dan istri, dan bagian istri
lebih besar daripada bagian suami, karena menilai dari segi kontribusi dari suami-
dengan amar putusan harta bersama diserahkan kepada anak. Putusan ini yang
baru. Tetapi putusan ini, meskipun merupakan suatu terobosan hukum yang
berikutnya, karena tidak didukung dengan basis argumentasi yang kuat dan
masyarakat, besar maupun kecil, selalu diikuti oleh hukum. Hukum terdapat di
133
http://blogperadilan.blogspot.co.id/2011/05/paradigma-baru-penyelesaian-sengketa.html ,
diunduh tanggal 6/2/2016 jam 15:10.
134
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10951, diunduh tanggal 7/2/2016 jam 3:33.
133
mana saja di seluruh dunia selama ada masyarakat. Kesemuanya itu menunjukkan
masyarakat juga berkembang maju dalam hal tata aturan berkenaan dengan
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan
untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
pada keilmuan yang bersifat deskriptif jawaban yang diharapkan adalah true atau
135
Tugas, Fungsi dan Tujuan Hukum, http://thatsmekrs.wordpress.com/ 2010/06/17/tugas-fungsi-
dan-tujuan-hukum/, diunduh jam 07:38 tanggal l7/10/2012.
136
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 20l2, Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat,
Cetakan ke-14, Jakarta, RajaGrafindo Persada, hlm. 1.
134
hukum tidak diperlukan adanya hipotesis. Di dalam penelitian hukum juga tidak
dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu metode penelitian
hukum dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka 138. Penelitian hukum normatif
merupakan salah satu kajian yang dikenal secara umum dalam bidang ilmu hukum
untuk mengkaji substansi hukum positip secara tekstual. Tidak hanya terhadap
perkara perceraian pada Pengadilan Agama dan prinsip keadilan dalam pembagian
Wignyosubroto, mencakup tiga hal berupa: (1) usaha penemuan hukum positip;
(2) usaha penemuan asa-asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin); dan (3)
usaha penemuan hukum a quo yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu
137
Peter Mahmud Marzuki, Prof. Dr., S.H. M.S. LL.M, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, November 2011), hal. 35-36.
138
lawmetha.wordpress.com,http:// lawmetha . wordpress . com /2011/05/19/metode-penelitian-
hukum- normatif/, diunduh jam 12:37 tanggal l5/l0/2012.
139
Sutandyo Wignyosubroto, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta:
Elsam & Huma, 2002), hal. 56. Lihat juga Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,
(Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2005), hal. 42.
135
hukum normatif, menurut Jan Gijssal dan Mark Van Hoecke, bertitik tolak dari
hakikat keilmuan hukum yang secara teoritik terbagi dalam tiga lapisan utama,
yakni dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum, yang kajiannya
cepat dan biaya ringan mengenai penyelesaian perkara perceraian pada Pengadilan
landasan teori: teori tentang keadilan menurut John Rawls, teori tujuan hukum,
pada Pengadilan Agama. Permasalahan ini juga diteliti pada tataran dogmatik
pisau analisis landasan teori: teori tentang keadilan menurut John Rawls, teori
tujuan hukum, teori perlindungan hukum, teori kewenangan, dan teori maslahat.
140
Jan Gijssal dan Mark Van Hoecke, Apakah Teori Hukum itu?, Terjemahan B. Arief Sidharta,
(Bandung: FH Unpar, 2000), hal. 109.
136
H.M. Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardania, ada lima pendekatan dalam
1. Pendekatan perundang-undangan,
2. Pendekatan kasus,
3. Pendekatan historis,
4. Pendekatan perbandingan, dan
5. Pendekatan konseptual.
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di dalam penelitian ini,
maka pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai
142
H.M. Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardani, 2012, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer,
Cetakan Ke-I, Yogyakarta, Genta Publishing, hlm. 45-46.
143
Ibid.
137
dari para sarjana atau para pakar sebagai pendukung dari pembahasan
terhadap isu hukum dalam penelitian ini. Pendekatan konseptual ini dilakukan
isu hukum (legal issue) dalam penelitian normatif secara radikal dan
dilaksanakan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Begitu juga berkaitan
perceraian.
1.7.3. Sumber Bahan Hukum
hukum yang dipergunakan merupakan bahan pustaka hukum yang terdiri dari:
Jadi sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
terdiri dari:
145
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cetakan ke-6: Bayumedia
Publishing, , Malang , 2012, hal. 321.
146
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Op. Cit., hlm. 141.
139
Perkawinan,
1.5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tantang Pelaksanaan
Kekuasaan Kehakiman,
1.10. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01
teks, literatur, artikel, jurnal dan pendapat para sarjana dan praktisi hukum
140
yang terkait dan relevan dengan permasalahan atau isu hukum yang diteliti
primer, sekunder, dan tersier secara sistematis dan tetap fokus pada permasalahan
yang diteliti.
kepustakaan sebagai sumber bahan penelitian. Oleh karena itu dalam melakukan
atas. Hasil yang hendak dicapai adalah memberikan preskripsi mengenai apa yang
seyogyanya.147
1.8. Pertanggungjawaban Sistematika
Penelitian disertasi ini disusun dengan sistematika penulisan diawali
dengan:
- Bab I, Pendahuluan.
Di dalam bab I ini diuraikan mengenai latar belakang masalah yang melatar
diuraikan mengenai apa yang menjadi tujuan penelitian dan apa manfaat
dan jawabannya.
- Masih di dalam Bab I, lalu dibahas mengenai landasan teori dan
Rawls yang meliputi keadilan sebagai fairness, posisi asali dan dua prinsip
147
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Op. Cit., hlm. 89.
142
tentang Ruang Lingkup Harta Bersama dan Pembagian Harta Bersama yang
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier,
pertanggungjawaban sistematika.
- Bab II, Prinsip Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan dalam
sub bab ini membahas mengenai proses penyelesaian perkara cerai talak dan
cerai gugat; akibat hukum terjadinya perceraian terhadap anak dan harta
benda dalam perkawinan; dan bagaimana bila terjadi perkawinan lebih dari 1
kali terhadap harta benda perkawinan. Kemudian pada sub bab berikutnya
pada pengadilan agama. Dalam pembahasan ini bertitik tolak pada asas
peradilan harus dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Ketika
membahas prinsip ini dikaitkan dengan norma penemuan hukum oleh hakim
berdasarakan undang-undang.
- Bab III, Prinsip Keadilan dalam Pembagian Harta Bersama Akibat
perkawinan lebih dari 1 kali terhadap harta benda perkawinan; dan bagaimana
akibat perceraian pada Pengadilan Agama; dan apa yang baru yang dihasilkan
BAB II
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi
yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim
tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan
berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis149. “Kawin” dengan awalan “per”
148
Wikipedia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan, diakses hari Selasa
tanggal 24/10/2017 jam 18:03.
149
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus versi online, https://kbbi.web.id/kawin, diakses
hari Selasa tanggal 24/10/2017 jam 18:18.
145
dan akhiran “an” menjadi “perkawinan” berarti proses terjadinya kawin, peristiwa
Lain kata dari “kawin” adalah “nikah”. Nikah berasal dari bahasa Arab
yang berarti “berhimpun” atau “wathi” (hubungan badan). Secara istilah (syara’)
nikah adalah suatu akad yang memperbolehkan seorang pria dan wanita bergaul
pernikahan disebut dengan dua kata, yaitu “nikah” dan “zawaj”. Kedua kata ini
yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadits Nabi.152 Secara arti kata nikah bermakna “bergabung” atau
kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam Al_Qur’an
melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-
laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak,
dengan dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman
dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah. Menurut Mahmud Yunus, pengertian
150
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus versi online, https://kbbi.web.id/asimilasi,
diakses hari Selasa tanggal 24/10/2017 jam 18:27.
151
Peunoh Daly, Dr., Hukum Perkawinan Islam, Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan
Ahlus-Sunnah dan Negara-negara Islam, cetakan ke-2, Bulan Bintang, Jakarta, 2005, hlm. 73.
152
Amir Syarifuddin, Prof. Dr., Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, cetakan ke-5, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 35.
153
Ibid., hlm 36.
146
pernikahan atau perkawinan ialah akad antara calon laki istri untuk memenuhi
hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariat. Dalam hal ini, aqad adalah ijab
dari pihak wali perempuan atau wakilnya dan kabul dari calon suami atau
perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan
perkawinan menurut Abdullah Sidiq adalah pertalian yang sah antara seorang
lelaki dan seorang perempuan yang hidup bersama (bersetubuh) dan yang
laki-laki dan seorang wanita. Perjanjian dalam hal ini bukan sembarang perjanjian
tapi perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki dan
seorang wanita. Suci di sini dilihat dari segi keagamaan dari suatu pernikahan.
perkawinan merupakan akad (ijab kabul) antara wali dan mempelai laki-laki
dengan ucapan tertentu dan memenuhi rukun dan syaratnya. Dalam Pengertian
Pernikahan secara umum adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki
tentang Perkawinan, pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Kompilasi Hukum Islam No. 1 Tahun 1991
mengartikan perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
merupakan ibadah.
Kata perkawinan menurut istilah hukum Islam sama dengan kata “nikah”
dan kata “zawaj“. Nikah menurut bahasa adalah menghimpit, menindih atau
berkumpul. Nikah mempunyai arti kiasan yakni “wathaa” yang berarti “setubuh”
sehari-hari nikah dalam arti kiasan lebih banyak, sedangkan dipakai dalam arti
sebenarnya jarang sekali dipakai saat ini. Dari pengertian pernikahan atau
perkawinan yang diungkapkan para pakar di atas tidak terdapat pertentangan satu
sama lain, karena intinya secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian pernikahan atau perkawinan adalah perjanjian antara calon suami dan
calon isteri untuk membolehkan bergaul sebagai suami isteri guna membentuk
suatu keluarga.154
154
Jurnal Pengertian Pakar, Kumpulan Pengertian Menurut Para Pakar,
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan-perkawinan.html,
diakses tanggal 24/10/2017 jam 18:11.
148
tentang Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa,
1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya dalam penelitian ini
yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah
perkawinan adalah:
Menurut hukum adat, perkawinan adalah suatu bentuk hidup bersama yang
lenggeng lestari antara seorang pria dan wanita yang diakui oleh persekutuan adat
dan yang diarahkan pada pembantu dan keluarga. Perkawinan menurut hukum
adat pada umumnya di Indonesia, bukan saja berarti sebagai perikatan perdata
hak dan kewajiban suami isteri, harta bersama kedudukan anak, hak dan
mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan
kerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, dan urusan pribadi. Van Vollenhoven
akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Akibat hukum ini telah ada sejak sebelum perkawinan terjadi, yaitu
(hubungan anak-anak, bujang gadis) dan “rasa tuha” (hubungan orang tua
keluarga dari pada calon suami istri). Setelah terjadinya ikatan perkawinan maka
155
Hilman Hadikusuma, H. Prof. S.H., Hukum Perkawinan Indonesia menurut: Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, cetakan ke-3 Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 8-10.
156
Ibid.
150
timbul hak-hak dan kewajiban orang tua termaksud anggota keluarga, kerabat
menurut hukum adat setempat yaitu dengan pelaksanaan upacara adat dan
selanjutnya dalam peran serta membina dan memelihara kerukunan, keutuhan dan
adat” seperti tentang kedudukan suami atau kedudukan istri, begitu pula tentang
kedudukan anak dan pengangkatan anak, kedudukan anak tertua anak anak
penerus keturunan, anak adat, anak asuh dan lain-lain, mengenai harta perkawinan
bersistim perkawinan jujur dimana pelamaran dilakukan pihak pria kepada pihak
wanita; dan setelah perkawinan, isteri mengikuti tempat kedudukan dan kediaman
suami; hal ini biasa dijumpai seperti di Bantul, Lampung dan Bali. Kemudian
pihak pria; dan setelah perkawinan, suami mengikuti tempat kedudukan dan
kediaman istri; hal ini bisa dijumpai seperti di daerah Minangkabau dan Sumatera
Selatan. Ada bentuk perkawinan bebas yaitu seperti di Jawa dimana pelamaran
dilakukan oleh pihak pria; dan setelah perkawinan, kedua suami istri bebas
Yang terakhir ini banyak berlaku dikalangan masyarakat keluarga yang telah maju
(Modern).157
kesepakatan;
2) akad tersebut adalah di dalamnya antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami dan istri yang bertujuan untuk membentuk
rumah tangga; rumah tangga ini dibentuk dengan niat untuk selamanya,
bagaimanapun tata tertib adat yang harus dilakukan oleh mereka yang akan
berarti terserah kepada selera dan nilai-nilai budaya dari masyarakat yang
perkawinan dalam arti “perikatan adat”, walaupun dilangsungkan antara adat yang
Pertama: nikah hukumnya wajib bagi yang mampu melaksanakan nikah dari segi
dia memiliki dana untuk menikah. Jika dia tidak mampu secara dana,
Kedua, pendapat mayoritas ulama, menikah sebagai anjuran bagi yang mampu
anjuran, dan bukan wajib. Karena itu, tidak wajib harus menikah. Para
ulama itu mengatakan bahwa keharusan menikah itu hanya ada seumur
wajib. Jika menjauhi yang haram tidak bisa dilakukan kecuali melalui
Terhadap ketentuan tersebut ada yang memaknai bahwa perkawinan itu sah
158
Jurnal Konsultasi Syari'ah, https://konsultasisyariah.com/21710-hukum-menikah-dalam-
islam.html, diakses tanggal 25/10/2017 jam 17:25.
153
Dengan pengertian ini ada pemisahan antara hukum agama dan hukum
kepercayaan.
perkawinan itu sah apabila dilakukan menurut hukum agama orang yang
Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan di luar hukum rnasing-masing
dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain
apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun. Ada dua hal yang harus
159
https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B4%D8%B1%D8%B7/, diakses jam 11:10
tanggal 15-11-2017.
154
فالشرط في صحاة العبادة ما تتوقف صحاة العباد عليه، واصطلحاا الشرط هو ما ل يتم الشيء إل به
كالطهارة.160
Artinya: “Secara istilah, syarat berarti bahwa sesuatu keadaan yang sesuatu
peebuatan tidak akan sempurna kecuali dengan adanya keadaan itu.” Seperti orang
yang akan bershalat harus suci dari najis, hadats kecil dan hadats besar. Suci dari
najis, hadats kecil dan hadats besar merupakan syarat dari sahnya shalat.
Seseorang itu tidak sah shalatnya apabila tidak suci dari najis, hadats kecil dan
hadats besar.
ما يلزم من عدمه عدم المشروط ول يلزم من وجوده عدم ول وجود لذاته:الشرط هو.161
Artinya: “Syarat adalah sesuatu yang karena tidak adanya, maka perbuatan yang
dinyaratkan menjadi tidak ada; tetapi tidak harus karena syaratnya sudah ada lalu
berarti yang disyaratkan mesti menjadi ada.” Seperti sahnya shalat harus suci dari
najis, hadats kecil dan hadats besar. Tetapi bukan berarti orang yang bershalat
yang suci dari najis, hadats kecil dan hadats besar lalu shalatnya menjadi sah,
karena ada hal-hal lain yang menyebabkan batalnya shalat seseorang. Syarat ialah
suatu yang harus dipenuhi sebelum mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kalau syarat-
160
Ibid.
161
Islamweb.net, Markaz al-Fatawa, http://fatwa.islamweb.net/fatwa/ index. php?
page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=2038, diakses jam 12:10 tanggal 14-11-2017.
162
Jurnal Tuntunan Ilmu, http://menurut-islam.blogspot.co.id/2013/03/ syarat-dan-rukun.html,
diakses jam 12:55 tanggal 14-11-2017.
155
ول يلزم من وجوده وجودد ول عدم، هو الذي يلزم ممن عدمه العدم:وفي اصطلحا الصولييين.163
Artinya: “Syarat adalah sesuatu yang karena tidak adanya, maka perbuatan yang
dinyaratkan menjadi tidak ada; tetapi tidak harus karena syaratnya sudah ada lalu
1) Syarat primer, yaitu syarat yang kalau tidak ada atau tidak dipenuhi, maka
perbuatannya menjadi tidak sah. Seperti orang yang hendak bershalat harus
maka perbuatannya tidak serta merta perbuatannya menjadi tidak sah, tetapi
hanya tidak sempurna. Seperti penjual dan pembeli di dalam akad jual beli
disyaratkan harus dewasa. Kalau penjual dan pembeli tidak dewasa tidak serta
merta jual belinya tidak sah, jika penjual dan pembeli sudah bisa membedakan
Artinya: “Salah satu bagian dari sesuatu, sesuatu itu bisa tegak dengan bagian
itu”.
جزء الماهية وإن شئت جزء الذات كالركوع والسجود بالنسبة للصلةا:والركن هو.165
163
Sa’d ibn Abdillah Al-Hamid, Dr., Al-Alukah Al-Syar’iyah, http://
www.alukah.net/sharia/0/102016/, diakses jam 12:23 tanggal 14-11-2017.
164
https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B1%D9%83%D9%86/, diakses jam 12:19
tanggal 15-11-2017.
165
Islamweb.net, Markaz al-Fatawa, http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=
showfatwa&Option=FatwaId&Id=2038 diakses jam 12:10 tanggal 14-11-2017.
156
Artinya: “Rukun adalah bagian dari suatu perbuatan. Seperti ruku’ di dalam
shalat.”
: ومن عدمه العدم داخل العمل؛ فمثلل،وأما الركن في اصططلِحا الصوليين هو الذي يلزم من وجوده الوجود
وإن، فالصلة صحايحاة، فإن توقفرت جميع أركان الصلة،الركوع في الصلة من أركانها بالجماع المتيققن
ومن عدمها عدم، يلزم من وجود الركان وجود الصحاة: فالصلة باطلة؛ أي،انعدم ركن واحاد منها
الصحاة.166
Artinya: “Rukun menurut istilah ushul fiqh adalah sesuatu yang harus ada untuk
adanya sesuatu yang lain. Kalau tidak ada rukun itu, maka perbuatan menjadi
tidak sah. Seperti ruku’ di dalam shalat. Apabila tidak ada ruku’ di dalam shlat
seseorang, maka shalatnya tidak sah.” Rukun ialah sesuatu yang harus dikerjakan
dalam melakukan suatu pekerjaan. Jadi, rukun berarti sebagai bagian yang
pokok.167
Artinya: “Perbedaan antara syarat dan rukun, syarat berada di luar dari perbuatan;
166
Sa’d ibn Abdillah Al-Hamid, Dr., Al-Alukah AlSyar’iyah,
http://www.alukah.net/sharia/0/102016/, diakses jam 12:23 tanggal 14-11-2017.
167
Jurnal Tuntunan Ilmu, http://menurut-islam.blogspot.co.id/2013/03/syarat-dan-rukun.html,
diakses jam 12:55 tanggal 14-11-2017.
168
Islamweb.net, Markaz al-Fatawa, http://fatwa.islamweb.net/fatwa/ index.php?
page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=2038, diakses jam 12:10 tanggal 14-11-2017.
157
والشرط ل يلزم من وجوده وجوءد ول، والركن يكون داخل العمل،أن الشرط ييكون خارج العمل
di dalam perbuatan.”
Perbuatan yang lengkap syarat dan rukunnya, maka perbuatan itu sah
secara hukum. Jika tidak lengkap syarat dan rukunnya, maka perbuatan itu tidak
sah atau batal secara hukum. Sah ialah telah cukup syarat dan rukunnya serta
sudah benar. Batal ialah tidak cukup syarat dan rukunnya (tidak benar). Jadi suatu
pekerjaan atau perkara yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya berarti perkara
hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Pada Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974
undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak diatur mengenai sahnya
169
Sa’d ibn Abdillah Al-Hamid, Dr., Al-Alukah AlSyar’iyah, http://www.
alukah.net/sharia/0/102016/ , diakses jam 12:23 tanggal 14-11-2017.
170
Jurnal Tuntunan Ilmu, http://menurut-islam.blogspot.co.id/2013/03/syarat-dan-rukun.html,
diakses jam 12:55 tanggal 14-11-2017.
158
Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991. Kompilasi Hukum Islam
Menteri Agama untuk menyebarkan luaskan Kompilasi Hukum Islam yang terdiri
perkawinan, yaitu dari Pasal 14 sampai dengan 44 melalui Bab IV tentang rukun
dan syarat perkawinan, Bab V tentang mahar Bab VI tentang larangan kawin.
Pada Bab IV tentang rukun dan syarat perkawinan terdiri dari lima bagian, Bagian
Kesatu tentang rukun perkawinan, Bagian Kedua tentang calon mempelai, Bagian
Ketiga tentang wali nikah, Bagian Keempat tentang saksi nikah, dan Bagian
Islam, rukun nikah disebutkan bahwa untuk melaksanakan perkawinan harus ada:
159
a. calon suami; b. calon isteri; c. wali nikah; d. dua orang saksi dan e. ijab dan
kabul.
Rukun berasal dari bahasa Arab “al-ruknu” yang berarti bagian yang
sesuatu menjadi kuat karena bagian itu.171 Rukun menurut istilah fiqh adalah satu
bagian yang menjadi unsur pokok di dalam sesuatu hal; bagian itu adalah unsur
yang mendasar di dalamnya yang sesuatu itu tidak bisa tegak kecuali dengan
unsur tadi.172 Dengan pengertian secara istilah ini, maka pernikahan menjadi tidak
ada atau tidak sah apabila tidak terpenuhi rukun nikahnya. Sesuai Pasal 14
Kompilasi Hukum Islam, maka rukun nikah ada 4, yaitu: 1. calon mempelai yang
terdiri dari calon suami dan calon isteri; 2. wali nikah; 3. dua orang saksi, dan 4.
ijab dan kabul. Sesuai ketentuan hukum Islam, maka pernikahan menjadi tidak
1. Rukun Nikah yang Pertama tentang Calon Mempelai (calon suami dan
calon isteri)
pada Pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa untuk
calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 ayat 1
171
Jurnal Maudlu’ Akbar Mauqi’ ‘Araby bi al-“Alam, http://mawdoo3.com/, diakses tanggal
31/10/2017 jam 18:13.
172
Ibid.
160
adalah:
keturunan serta untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga. Dengan usia
calon suami 19 tahun dan calon istri berusia 16 tahun dipandang sudah dewasa.
Ketika pasangan yang menikah sudah dewasa diharapkan rumah tangganya makin
dengan cara-cara yang dewasa. Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974
berbunyi: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas)
tahun.”
untuk menikah karena belum mencapai batas usia minimal diajukan pada
dispensasi menikah ini dikabulkan, maka perkawinan untuk calon mempelai dapat
Dari ketentuan batas usia minimal untuk menikah ini menunjukkan bahwa
batas usia minimal untuk menikah bukan syarat mutlak atau syarat primer untuk
oleh pegawai pencatat nikah kantor urusan agama setelah pelaksanaan perkawinan
atas persetujuan calon mempelai. Syarat ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1)
Pasal 16 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam, bentuk persetujuan calon mempelai
wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat
tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.
dilaksanakan tanpa ada persetujuan oleh kedua belah pihak. Perkawinan yang
semacam ini terjadi sering karena dijodohkan oleh orang tuanya. Di dalam
syarat persetujuan calon mempelai tidak termasuk syarat primer yang dapat
perjalanan perkawinannya ternyata tidak terjadi rukun, maka salah satunya dapat
sakinah diharapkan dengan mudah dicapai. Untuk itu di dalam Pasal 17 ayat (1)
hadapan dua saksi nikah. Dan di dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang
Perkawinan, bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang calon
pentingnya syarat persetujuan calon mempelai, pada Pasal 17 ayat (3) Undang-
undang Perkawinan diatur bagi calon mempelai yang menderita tuna wicara atau
tuna rungu persetujuan dapat dinyatakan dengan tulisan atau isyarat yang dapat
dimengerti.
Hukum Islam, bagi calon suami dan calon isteri yang akan melangsungkan
antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
e.berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
atau keturunannya;
b. dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu;
c. dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya.
2) Karena pertalian kerabat semenda:
a. dengan seorang wanita yang melahirkan isterinya atau bekas
isterinya;
b. dengan seorang wanita bekas isteri orang yang menurunkannya;
c. dengan seorang wanita keturunan isteri atau bekas isterinya,
dukhul;
d. dengan seorang wanita bekas isteri keturunannya.
3) Karena pertalian sesusuan:
a. dengan wanita yang menyusui dan seterusnya menurut garis lurus
ke atas;
b. dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis
lurus ke bawah;
c. dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemanakan sesusuan
ke bawah;
d. dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke
atas;
e. dengan anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya.
164
dan Pasal 39 Kompilasi Hukum Islam tentang larangan kawin, ada 3 komponin
semenda, 3. karena pertalian sesusuan. Syarat ini adalah syarat primer. Apabila
ke atas. Seorang pria tidak boleh menikah dengan seorang wanita yang
ibu, dan seterusnya ke atas. Seorang pria tidak boleh menikah dengan
pria tidak boleh menikah dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu,
yaitu saudara seayah dan seibu, saudara seayah dan saudara seibu. Seorang
saudara orang tua (bibi); dan seorang pria tidak boleh menikah dengan
(1) Seorang pria tidak boleh menikah dengan seorang wanita yang
keturunan isteri (anaknya istri) atau bekas isterinya (anaknya mantan istri);
seorang pria bercerai dengan istrinya, kemudian mantan istri menikah lagi
dan mempunyai anak wanita, maka pria mantan suaminya tidak boleh
bukan anaknya ketika masih bayi menyusu kepada seorang ibu yang bukan orang
tuanya, maka pria itu disebut anak susuan dan ibunya adalah ibu susuan.
Berkaitan dengan hubungan sesusuan ini, maka seorang pria tidak boleh menikah
(5) Seorang pria tidak boleh menikah dengan anak yang disusui oleh
Dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang, maka berlaku
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 41 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam,
yaitu seorang pria dilarang memadu isterinya dengan seoarang wanita yang
Larangan ini tetap berlaku meskipun isteri-isterinya telah ditalak raj`i, tetapi
masih dalam masa iddah. Larangan ini sifatnya muaqqat ()مؤقت. Artinya ketika
pria itu telah menceraikan istrinya dan telah lepas masa iddahnya, maka ia boleh
mengawini wanita saudara kandung, seayah atau seibu atau keturunannya mantan
a.Seorang pria tidak boleh menikah dengan seorang wanita karena wanita
beragama Islam.
167
karena keadaan tertentu, menurut Pasal 43 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam,
yaitu:
a.Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang
wanita bekas isterinya yang ditalak tiga kali. Larangan ini gugur, kalau
bekas isteri tadi telah kawin dengan pria lain, kemudian perkawinan tersebut
laknat Allah kepadanya kalau ia berbohong. Istri yang dituduh zina dan
suaminya telah bersumpah li’an tersebut, disebut istri yang di-lian. Dengan
adanya li”an ini, maka secara serta merta terjadi perceraian antara suami-
istri tersebut dan keduanya mantan suami dengan mantan istri tersebut tidak
Menurut Pasal 40 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam, seorang pria tidak boleh
menikah dengan seorang wanita yang tidak beragama Islam. Begitu juga seorang
wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak
dengan seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai 4 (empat) orang
isteri yang keempat-empatnya masih terikat tali perkawinan atau masih dalam
iddah talak raj`i ataupun salah seorang diantara mereka masih terikat tali
Islam, ada dua macam larangan kawin yang harus diperhatikan oleh setiap lelaki
yaitu seorang lelaki dilarang mengawini wanita dengan kriteria tertentu tidak
berbatas waktu. Untuk selamanya tidak boleh mengawini wanita dengan kriteria
tertentu itu; dan 2. Larangan yang bersifat sementara; seorang lelaki dilarang
mengawini wanita dengan kriteria keadaan tertentu. Jika keadaan itu berubah,
seibu.
(5) Bibi (saudara perempuan ibu) sekandung, sebapak, atau
seibu.
(6) Anak perempuan dari saudara laki-laki, baik saudara
bawah.
(7) Anak perempuan dari saudara perempuan kandung,
dari jalur bapak maupun dari jalur ibu (surat al-Nisa: 22). Tidak ada
dicampuri.
(4) Anak perempuan dari istri (anak tiri), kalau istri itu sudah
dicampuri sesudah akad yang sah maupun akad yang fasid (tidak
susuan dan saudara susuan. Rasulullah bersabda: “Haram kawin karena susuan
seperti apa yang diharamkan karena hubungan nasab (kelahiran)”. 174 Dalam Al-
174
Ibid.
170
Qur’an disebutkan dua macam golongan orang yang diharamkan kawin karena
diharamkan kawin karena nasab diharamkan pula karena susuan. Kalau dari pihak
nasab ada tujuh macam yang diharamkan kawin, maka dengan sebab susuan ada
disusui ibu atau menyusu pada istri bapak dan putri dari bapak
susuan.
(4) Bibi susuan (saudara perempuan dari bapak susuan),
bawah (cucu-cucunya).
(7) Anak perempuan susuan dari istri, jika ibunya sudah
adalah larangan kawin karena adanya keadaan tertentu. Apabila keadaan tertentu
175
Ibid.
171
itu hilang, maka dengan sendirinya larangan kawinnya juga hilang. Ada beberapa
dengan bibiknya atau ponakannya (dari pihak ibu dan bapak) karena nasab
ataupun sesusuan. Allah berfirman dalam surat al-Nisa: 23, “Dan diharamkan
pihak ibu atau bapak”. Larangan tersebut berlaku baik dalam melakukan akad
nikah sekaligus maupun dengan terpisah-pisah, ataupun masih dalam iddah raj’i.
b. Istri yang Sudah Talak Tiga
Termasuk dalam golongan wanita yang haram dikawini untuk sementara
waktu oleh seorang laki-laki adalah istrinya yang telah ditalak tiga. Terhadap
istrinya yang sudah ditalak tiga, suaminya tidak boleh rujuk kembali kepada
mantan istrinya itu dan juga tidak boleh kawin kembali dengan mantan istrinya itu
meskipun masa iddahnya sudah habis. Mantan suaminya boleh menikah kembali
kepada mantan istrinya yang sudah ditalak tiga itu, jika mantan istrinya itu sudah
kawin dengan laki-laki lain, dan dalam perkawinannya itu mereka campur,
kemudian mereka bercerai dan habis masa iddahnya, barulah mantan suaminya
yang dahulu boleh menikah kembali dengan mantan istrinya yang sudah ditalak
tiga itu.
c. Kawin Lebih dari 4 Orang Istri
Seorang laki-laki haram mempunyai lebih dari 4 orang istri dalam satu
yang berada dalam masa iddah. Selama dalam masa iddah, wanita yang diceraikan
yang ditalak suaminya haruslah menunggu (tidak kawin) selama tiga kali sucian.”
Ini bagi wanita yang masih haidl. Bagi wanita yang tidak haidl, maka ia harus
menunggu selama 3 bulan. Bagi wanita yang sedang hamil, ia harus menunggu
baik akad itu untuk dirinya ataupun untuk orang lain. Seorang wanita yang tidak
yang diminta hakim setempat, maka ia boleh menunjuk seorang laki-laki yang adil
Jika menikah tanpa wali, maka pernikahannya tidak sah. Menurut Pasal
19 Kompilasi Hukum Islam tentang Wali Nikah, wali nikah dalam perkawinan
merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita. Wali
bertindak untuk menikahkan calon mempelai wanita dengan calon mempelai pria.
Di dalam Pasal 20 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa yang
bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum
176
Ibid, hlm. 74.
173
Islam yakni muslim, aqil dan baligh. Jadi ada 3 syarat bagi wali yang berhak
menikahkan, yaitu:
Ketiga syarat tersebut bagi seorang wali merupakan syarat yang elementer
yang secara kumulatif ketiga-tiganya harus dipenuhi. Syarat pertama bagi seorang
wali harus beragama Islam (muslim). Karena yang hendak dinikahkan beragama
Islam (muslim), maka yang akan menikahakan juga harus beragama Islam
(muslim). Syarat kedua adalah beraqal, yaitu tidak terganggu akalnya atau normal
dalam berfikir. Karena ia sebagai wali, tidak mungkin akan bertindak secara
hukum kalau ia kurang sehat akalnya, apalagi gila. Syarat yang ketiga adalah
tanggung jawab secara hukum. Acara akad nikah merupakan peristiwa hukum
Menurut Pasal 20 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam, wali nikah terdiri dari:
a. Wali nasab;
b. Wali hakim.
Pasal 21 ayat (1) mengatur bahwa wali nasab terdiri dari empat kelompok
dalam urutan kedudukan, kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang
lain sesuai erat tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita,
yaitu:
Pertama, kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas yakni ayah, kakek dari
Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah,
Ketiga, kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara
Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang yang
sama-sama berhak menjadi wali, maka yang paling berhak menjadi wali ialah
yang lebih dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai wanita. Apabila
dalam satu kelompok sama derajat kekerabatannya, maka yang paling berhak
menjadi wali nikah ialah karabat kandung dari kerabat yang seayah. Apabila
menjadi wali nikah, dengan mengutamakan yang lebih tua dan memenuhi syarat-
syarat wali. Pasal 22 Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa apabila wali nikah
yang paling berhak, urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah atau
oleh karena wali nikah itu menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah udzur,
maka hak menjadi wali bergeser kepada wali nikah yang lain menurit derajat
berikutnya.
Pasal 23 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa wali hakim
baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak
mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau
adlal/enggan menjadi wali. Pasal 23 ayat (2) Kompilasi hukum Islam, dalam hal
175
wali adlal atau enggan untuk menjadi wali, maka wali hakim baru dapat bertindak
sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan Agama tentang wali tersebut.
a. Bapak.
b. Kakek dan seterusnya menurut garis lurus ke atas.
c. Saudara laki-laki seibu-sebapak.
d. Saudara laki-laki sebapak.
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu-sebapak.
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya menurut garis
lurus ke bawah.
g. Paman kandung (saudara bapak).
h. Anak laki-laki dari paman kandung.
i. Paman (saudara bapak yang sebapak), kemudian putra-putranya dan
Apabila seorang wanita tidak mempunyai wali, maka yang menjadi wali adalah
pemangku negara. Anak laki-laki tidak boleh menjadi wali nikah untuk ibunya.
Ketentuan ini tercantum di dalam Pasal 24 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.
Dalam setiap peristiwa perkawinan harus disaksikan oleh dua orang saksi. Jika
tidak dipenuhi syarat dua orang saksi ini, maka pernikahannya tidak sah.
Menurut Pasal 25 Kompilasi Hukum Islam, yang dapat ditunjuk menjadi
saksi dalam akad nikah ialah seorang laki-laki muslim, adil, aqil baligh, tidak
terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli. Sesuai pasal ini ditentukan
1) Laki-laki.
2) Beragama Islam (muslim).
3) Adil, aqil baligh, tidak terganggu ingatan.
4) Tidak tuna rungu atau tuli.
Pada prinsipnya syarat dua orang saksi sama dengan syaratnya seorang
wali, yaitu beragama Islam (muslim), beraqal, dan baligh/dewasa. Seorang yang
secara fisik dan akal fikirannya. Selain itu ia juga harus dewasa, karena dengan
Kompilasi Hukum Islam, saksi harus hadir dan menyaksikan secara langsung
akad nikah serta menandatangani Akta Nikah pada waktu dan ditempat akad nikah
wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak berselang waktu.
Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang
berhalangan hadir pada saat akad nikah dilaksanakan. Bisa juga ijab oleh wali
berhak mengucapkan kabul ialah calon mempelai pria secara pribadi. Namun
dalam keadaan tertentu ucapan kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain
dengan ketentuan calon mempelai pria memeberi kuasa yang tegas secara tertulis
bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria. Menurut
Pasal 29 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, apabila dalam hal calon mempelai
177
wanita atau wali keberatan calon mempelai pria diwakili, maka akad nikah tidak
boleh dilangsungkan.
5. Tentang Mahar / Mas Kawin
pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas179, mahar atau mas kawin adalah harta yang
perempuan (atau keluarga dari mempelai perempuan) pada saat pernikahan. Istilah
yang sama pula digunakan sebaliknya bila pemberi mahar adalah pihak keluarga
sebagai bentuk lain dari transaksi jual beli sebagai kompensasi atas kerugian yang
Hukum Islam mengatur bahwa calon mempelai pria wajib membayar mahar
kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh
kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Mahar diberikan secara langsung
178
https://kbbi.web.id/mahar, diakses jam 2:25 tanggal 22-11-2017.
179
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahar, diakses jam 2:20 tanggal 22-11-2017.
178
oleh calon suami atau keluarganya kepada calon mempelai wanita, dan sejak itu
mahar boleh ditangguhkan baik untuk seluruhnya atau sebagian. Mahar yang
Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akad nikah, tidak
bahwa suami yang mentalak isterinya qobla al dukhul (belum dikumpuli) wajib
membayar setengah mahar yang telah ditentukan dalam akad nikah. Apabila
suami meninggal dunia qobla al dukhul tetapi besarnya mahar belum ditetapkan,
maka suami wajib membayar mahar mitsil (mas kawin yang sesuai menurut adat
kebiasaan).
Islam menentukan agar mahar itu dapat diganti dengan barang lain yang sama
bentuk dan jenisnya atau dengan barang lain yang sama nilainya atau dengan uang
yang senilai dengan harga barang mahar yang hilang. Apabila terjadi selisih
Pasal 38 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa apabila mahar
yang diserahkan mengandung cacat atau kurang, tetapi calon mempelai tetap
Tetapi apabila isteri menolak untuk menerima mahar karena cacat, suami harus
menggantinya dengan mahar lain yang tidak cacat. Selama penggantinya belum
suami-istri dan mahar yang telah ditentukan belum diserahkan oleh suami kepada
istrinya, maka mahar itu menjadi hutang mantan suami yang harus dibayarnya
6. Pencegahan Perkawinan
Perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-
keturunan lurus ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, wali, pengampu dari
calon mempelai berada di bawah pengampuan. Apabila salah seorang dari calon
nyata akan mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya, maka
maka atas permintaan salah satu pihak yang ingin melangsungkan perkawinan,
oleh pegawai pencatat perkawinan akan diberikan suatu keterangan tertulis dari
dari Pasal 60 sampai dengan Pasal 69. Pencegahan perkawinan bertujuan untuk
atau calon isteri yang akan melangsungkan perkawinan tidak memenuhi syarat-
Perundang-undangan.
Yang dapat mencegah perkawinan ialah para keluarga dalam garis
keturunan lurus ke atas dan lurus ke bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu
dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang bersangkutan. Ayah
kandung yang tidak pernah melaksankan fungsinya sebagai kepala keluarga tidak
gugur hak kewaliannya untuk mencegah perkawinan yang akan dilakukan oleh
terikat dalam perkawinan dalam perkawinan dengan salah seorang calon isteri
atau calon suami yang akan melangsungkan perkawinan. Pejabat yang ditunjuk
dicabut.
Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan menarik kembali
pegawai pencatat nikah, maka atas permintaan salah satu pihak yang ingin
Pencatat Nikah.
Para pihak yang kehendak perkawinannya ditolak berhak mengajukan
rintangan yang mengakibatkan penolakan tersebut hilang dan para pihak yang
183
tersebut batal secara hukum. Tentang batalnya perkawinan diatur dalam Pasal 22
sudah dilaksanakan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-
yang tidak berwenang, wali-nikah yang tidak sah atau yang dilangsungkan tanpa
dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat dimintakan pembatalannya oleh para
keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri, jaksa dan
Hak untuk membatalkan oleh suami atau isteri berdasarkan alasan yang
tersebut daalam ketentuan ini gugur apabila mereka telah hidup bersama sebagai
suami isteri dan dapat memperlihatkan akte perkawinan yang dibuat pegawai
salah sangka mengenai diri suami atau isteri. Apabila ancaman telah berhenti, atau
yang bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6
(enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak
haknya gugur.
mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya
70 sampai dengan Pasal 76. Di dalam Kompilasi Hukum Islam diatur bahwa
nikah karena sudah mempunyai empat orang isteri sekalipun salah satu dari
olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pernah menikah dengan pria lain
kemudian bercerai lagi ba`da al dukhul dan wanita tersebut telah habis masa
iddahnya;
d. perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai
1974, yaitu:
1) berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau
keatas.
2) berhubugan darah dalam garis keturunan menyimpang yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
186
atau isteri-isterinya.
lain;
d. perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan sebagaimana
tidak berhak;
f. perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.
perkawinan apabila:
Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari
keadaanya dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup
pembatalan nikah.
187
adalah:
a. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami
atau isteri;
b. Suami atau isteri;
c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut
Undang-undang.
d. para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam
rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-
undangan.
Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan
Agama yang mewilayahi tempat tinggal suami atau isteri atau tempat perkawinan
Agama mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat
surut terhadap:
a. perkawinan yang batal karena salah satu suami atau isteri murtad;
b. anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;
c. pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan ber`itikad
antara anak dengan orang tuanya. Meskipun perkawinan sudah batal secara
orang tuanya tetap terjalin dan tidak terpengaruh dengan putusnya perkawinan
orang tuanya. Ketika secara hukum hubungan anak dan orang tua tetap berjalan
dan tidak putus, maka begitu juga dengan hubungan hukum lainnya yang dapat
yang dibentuk adalah rumah tangga yang bahagia. Tidak dibenarkan orang
rumah tangganya. Rumah tangga yang dibentuk adalah rumah tangga yang kekal.
Tidak dibenarkan orang menikah untuk suatu tujuan yang hanya sementara waktu.
Karena itu untuk mencapai kebahagiaan dan kekekalan rumah tangga harus
Ketuhanan Yang Mahaesa berarti orang yang menikah itu berdasarkan kepada
agama. Karena itu kebahagian dan kekealan yang hendak dicapai di dalam
tetapi juga bersifat ukhrawiyah. Bahagia dan kekal dari dunia sampai dengan di
akhirat nanti.
Menurut Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, perkawinan bertujuan untuk
[189 :]العراف
Artinya: “Dia lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari diri yang
ق ليككيم مين أيينفكسككيم أييزيواةجا لتييسكككنوا إلييييها يويجيعيل بييينيككيم يميولدةاة يويريحيمةة إلن في يذل ي
ك يومين آييياته أيين يخلي ي
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram dan tercipta
rasa kasih dan sayang, sesungguhnya yang demikian itu merupakan peringatan
rahmah. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tujuan pernikahan akan dibahas
sebagai berikut:180
1. Tujuan Pernikahan Sakinah (tenang)
Salah satu dari tujuan pernikahan atau perkawinan adalah untuk
memperoleh keluarga yang sakinah. Sakinah artinya tenang, dalam hal ini
hal yang wajar karena seseorang pasti akan merasa cenderung terhadap dirinya.
Apabila kecenderungan ini disalurkan sesuai dengan aturan Islam maka
yang tercapai adalah ketenangan dan ketentraman, karena makna lain dari sakinah
180
Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal. 12.
181
Ibid.
190
adalah ketenangan. Ketenangan dan ketentraman ini yang menjadi salah satu dari
yang mawadah dan rahmah. Tujuan pernikahan Mawadah yaitu untuk memiliki
keluarga yang di dalamnya terdapat rasa cinta, berkaitan dengan hal-hal yang
yang di dalamnya terdapat rasa kasih sayang, yakni yang berkaitan dengan hal-hal
Mawaddah adalah makna kinayah dari nikah yaitu jima’ sebagai konsekuensi
keturunan yaitu terlahirnya keturunan dari hasil suatu pernikahan. Ada juga yang
mengatakan bahwa mawaddah hanya berlaku bagi orang yang masih muda
sikap saling menjaga, saling melindungi, saling membantu, saling memahami hak
satu fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Aurat sendiri bermakna sesuatu
yang memalukan, karena memalukan maka wajib untuk ditutup. Dengan demikian
seharusnya dalam hubungan suami istri, satu sama lainnya harus saling menutupi
191
terbaik.182
3. Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan
Naluri manusia adalah mempunyai kecenderungan untuk mempunyai
keturunan. Keturunan ini berdasarkan peristiwa yang sah karena dilakukan dengan
generasi manusia. Allah memberi jalan dengan menikah secara sah agar keturunan
yang dihasilkan mempenyai kulitas selain secara lahiriyah juga secara bathiniyah.
Kualitas ini dibutuhkan karena manusia pada dasarnya adalah khalifah Allah di
muka bumi.
4. Memelihara Diri dari Kerusakan
Salah satu sumber kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat nanti
oleh Allah di dalam kitan suci Nya Al-Qur’an. Nafsu syahwat tidak hanya
menimbulkan kebaikan, jika tidak dilakukan secara sah dan halal, maka nafsu
182
Tujuan Pernikahan atau Tujuan Perkawinan, http://www. pengertianpakar.com /2015/03/
pengertian-dan-tujuan-pernikahan-perkawinan.html, diakses tanggal 23/02/2017 jam 17:10
192
karena hewan tidak mempunyai akal seperti manusia. Manusia diberi aturan oleh
Allah dalam melakukan hubungan syahwat, yaitu dengan pernikahan yang sah
pernikahan untuk tujuan agar manusia dapat memelihara diri dari kerusakan.
2.1.4. Prosedur perkawinan
langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah. Menurut Wikipedia 184
prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus
dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu memperoleh
aktifitas perkawinan; atau metode langkah demi langkah secara pasti dalam
perkawinan adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang
harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu
memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama berkenaan dengan
183
https://kbbi.web.id/prosedur, diakses jam 10:04 tanggal 21/11/2017.
184
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prosedur, diakses jam 10:10 tanggal 21/11/2017.
193
Pencatatan Perkawinan dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 9 dan pada Bab III
tentang Tata Cara Perkawinan dari Pasal 9 sampai dengan Pasal 11. Secara
1. Pencatatan Perkawinan
Menurut Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, bagi
1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi orang-orang
selain Agama Islam, berdasarkan pada Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pada Kantor
Catatan Sipil.
kecamatan pada Kantor Urusan Agama. Jadi bagi orang yang akan
maksud kehendak nikah ini diurus oleh 194pparat desa atau kelurahan yang diberi
Pemberitahuan kehendak nikah itu dapat dilakukan secara lisan atau tertulis oleh
calon mempelai atau oleh orang tua atau wakilnya. Pemberitahuan memuat nama,
umur, agama, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai. Apabila salah seorang
atau keduanya pernah kawin, maka disebutkan juga nama istri atau suaminya yang
terdahulu.
a. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Kalau tidak
ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan surat keterangan
yang menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh
c. Izin tertulis atau dispensasi dari Pengadilan jika calon mempelai belum
1974.
d. Surat kematian isteri atau suami yang terdahulu atau akte cerai bagi
anggota TNI/POLRI;
f. Surat kuasa otentik atau di bawah tangan apabila salah seorang calon
1975, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat ditulis dalam sebuah
daftar yang diperuntukkan untuk itu. Apabila ternyata dari hasil penelitian
pada kantor Pencatatan Perkawinan pada suatu tempat yang sudah ditentukan dan
dan memuat:
mempelai dan dari orang tua calon mempelai. Apabila salah seorang atau
keduanya pernah kawin, harus disebutkan nama isteri dan atau suami
perkawinan diumumkan oleh Pegawai Pencatat Nikah. Bagi orang yang beragama
Islam, tatacara perkawinan dilakukan menurut hukum Islam dan harus memenuhi
ditandatangani pula oleh kedua saksi dan Pegawai Pencatat Nikah yang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pada azasnya dalam suatu perkawinan
seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh
Seorang suami hanya boleh beristri seorang. Seorang istri hanya hanya boleh
bersuami seorang.
Pengecualian hanya boleh dilakukan oleh suami. Sedangkan istri tidak ada
pengecualian. Seorang istri hanya boleh bersuami seorang. Pada Pasal 3 ayat (2)
197
Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari
ketentuan ini seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki
oleh fihak-fihak yang bersangkutan, tidak hanya dikehendaki oleh satu pihak
seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, maka sesuai Pasal 4 ayat (1)
yang akan beristeri lebih dari seorang, ia wajib mengajukan permohonan kepada
Pengadilan di daerah tempat tinggalnya, dalam hal ini adalah Pengadilan Agama
Perkawinan, Pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan
Ada 3 syarat bagi suami yang yang berkehendak beristri lebih dari
seorang. Ketiga syarat ini sifatnya alternatif. Artinya minimal ada satu syarat yang
harus dipenuhi sebagai alasan bagi suami yang berkehendak menikah lebih dari
seorang istri. Dan syarat ini dikemukakan kepada pengadilan untuk diperiksa.
kehendak untuk menikah dengan lebih seorang istri harus juga dikehendaki oleh
istri. Bahasa yang dipakai oleh undang-undang adalah apabila dikehendaki oleh
fihak-fihak, bukan hanya satu pihak. Jadi syarat kehendak dari pihak-pihak
Syarat yang kedua adalah isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan. Dan syarat yang ketiga adalah isteri tidak dapat
melahirkan keturunan. Dari ketiga syarat ini minimal satu syarat harus ada dalam
hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka. Syarat ini adalah agar tercipta
ketenteraman di dalam rumah tangga, dan menikah lebih dari seorang tidak
dan keturunannya.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anak mereka. Jaminan oleh suami yang hendak menikah lebih seorang
dengan pernyataan dari suami. Pernyataan ini tidak cukup hanya disampaikan
199
secara lisan, tetapi juga harus disampaikan dalam bentuk surat pernyataan,
agar memberi keyakinan kepada pengadilan untuk memberi ijin untuk beristri
dipenuhi semuanya, tidak boleh ada ayang tertinggal. Apabila ada syarat yang
tidak dipenuhi, maka permohonan suami untuk menikah lebih seorang istri
Di luar ketentuan yang telah disebutkan, pada Pasal 5 ayat (2) Undang-
dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau
apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun,
atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim
yang hendak menikah lebih dari seorang istri tidak diperlukan dengan kriteria:
tahun.
3. Karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim
Pengadilan.
Ketiga kriteria ini bersifat alternatif, tidak harus semua terpenuhi. Apabila
beristri lebih dari seorang dapat dikabulkan. Kriteria nomor 3 merupakan syarat
yang sangat luas. Karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari
Hakim Pengadilan merupakan pasal yang dapat ditarik secara fleksibel oleh hakim
beristri lebih seorang. Ketentuan ini diatur dalam Bab IX tentang Beristeri Lebih
Satu Orang dari Pasal 55 sampai dengan Pasal 59. Bagi suami yang berkehendak
beristeri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai
empat isteri. Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu
berlaku adil terhadap ister-isteri dan anak-anaknya. Apabila syarat utama suami
harus mampu berlaku adil terhadap ister-isteri dan anak-anaknya tidak mungkin
Suami yang berkehendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat
izin dari Pengadilan Agama. Pengajuan permohonan izin pada Pengadilan Agama
dilakukan menurut pada tata cara sebagaimana diatur dalam Bab VIII Peraturan
Pemeritah No. 9 Tahun 1975. Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada
pengadilan Agama bagi suami yang berkehendak beristri lebih seorang, harus pula
1974, yaitu:
201
Persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara tertulis atau dengan lisan,
tetapi sekalipun telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan
Persetujuan dari istri atau istri-istri tidak diperlukan bagi seorang suami yang
2 tahun; atau
f. karena sebab lain yang perlu mendapat penilaian Hakim.
Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan izin
untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur
dalam Pasal 55 ayat (2) dan 57 Kompilasi Hukum Islam, Pengadilan Agama dapat
menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar isteri yang
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur juga tentang suami
yang berkehendak beristeri lebih dari seorang, yaitu pada Bab VIII dari Pasal 40
Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka
a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi,
ialah:
- bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.
- bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
- bahwa isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun
isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami
berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon untuk beristeri lebih dari seorang,
maka Pengadilan memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih
perkawinan seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya
203
izin Pengadilan. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau
keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama tidak mempunyai kekuatan hukum.
4. Pelaksanan Pernikahan
itu sah menurut syari’at Islam, maka calon suami dan calo istri harus memenuhi
1) Calon suami tidak sedang dalam berihram ibadah umrah atau haji. Begitu
juga ia tidak boleh mewakilkan kepada orang lain kalau dalam keadaan
jelas.
4) Calon suami harus tahu bahwa calon istrinya halal baginya untuk
dikawini.
Sedangkan mengenai syart-syarat untuk calon istri, menurut madzhab
dilaksanakannya perkawinan.
4) Waktu penyebutan nama untuk calon istri ketika ijab oleh wali harus jelas
identitasnya.
2.1.5. Akibat hukum terjadinya perkawinan terhadap hak dan
kewajiban suami-istri
185
Peunoh Daly, Dr., Op. Cit., hlm. 126-130.
204
Pada saat telah terlaksana peristiwa hukum akad nikah, maka timbul akibat
hukum terhadap suami dan istri dalam pernikahan tersebut. Akibat hukum yang
munculnya kewajiban bagi suami kepada istrinya dan kewajiban istri kepada
suaminya dan terhadap rumah tangganya. Selain timbul kewajiban, muncul juga
hak bagi istri terhadap suaminya dan hak suami terhadap istrinya.
Tentang hak dan kewajiban suami dan isteri dalam perkawinan diatur di
tentang Perkawinan disebutkan bahwa suami dan isteri memikul kewajiban yang
luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
bagi suami dan istri berdua bersama-sama. Rumah tangga adalah unit terkecil di
dalam masyarakat yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Karena itu
kewajiban suami dan istri dalam menegakkan rumah tangga merupakan kewajiban
yang luhur dan mulya. Dengan menegakkan rumah tangga sehingga tidak roboh
Setelah kewajiban pertama dari suami dan istri, yaitu menegakkan rumah
tangga, digariskan juga bahwa hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan
hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat. Hak dan kedudukan suami dan isteri ini seimbang
205
dipandang dari sudut hukum. Karena itu masing-masing pihak suami dan istri
kedudukan isteri adalah sebagai ibu rumah tangga. Sebagai konsekwensi dari
posisi kedudukan suami dan istri, maka suami dan isteri harus mempunyai tempat
kediaman yang tetap. Rumah tempat kediaman yang tetap ini ditentukan secara
memberi bantuan lahir dan bathin yang satu kepada yang lain.
isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
maka keduanya atau salah satunya dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
diatur dari Pasal 77 sampai dengan Pasal 84. Kompilasi Hukum Islam mengatur
tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dan
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satui kepada yang lain;
Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga. Hak dan
kedudukan isteri secara hukum adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
tetapi sebaiknya dibicarakan secara bersama supaya jangan sampai ada yang
suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetap
kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
207
anak;
c. biaya pendidikan bagi anak.
Kewajiban suami terhadap isterinya ini dimulai dan berlaku sesudah ada tamkin
(penyerahan) sempurna dari isterinya setelah akad nikah. Namun demikian isteri
menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya atau bekas isteri yang
masih dalam iddah. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk
isteri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
Tujuan tempat kediaman disediakan adalah untuk melindungi isteri dan anak-
anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram.
sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. Karena itu suami
Bagi suami yang beristri lebih dari seorang lebih besar kewajibannya dari
suami yang hanya beristri seorang. Suami yang mempunyai isteri lebih dari
seorang berkewajiban memberikan tempat tiggal dan biaya hidup kepada masing-
masing isteri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang
208
dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya dalam
berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam hal yang dibenarkan oleh hukum
sehari-hari dengan sebaikbaiknya. Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau
isteri dalam keadaan nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya tersebut tidak
kewajiban suami tersebut dicabut dan berlaku kembali kewajian suami terhadap
kewajiban anak-anak
Telah disebutkan di muka bahwa salah satu tujuan perkawinan adalah
dan rukunnya, baik menurut hukum Islam maupun menurut peraturan perundang-
lahiriyah (fisik) dan batiniyah (rohani). Tujuan hidup di dunia ini adalah
rasul Nya memberitakan aturan yang jelas dan terperinci mengenai hukumnya
pernikahan.
Anak yang sah menurut Pasal 42 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
209
perkawinan yang sah. Anak yang dilahirkan di luar perkawinan secara a contrario
merupakan anak yang tidak sah. Menurut Pasal 43 ayat (1) Undang-undang
dengan memutus bahwa Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan bertentangan dengan UUD 1945. Karena anak luar kawin tidak
keluarga ibunya juga mempunyai hubungan perdata dengan ayahnya dan keluarga
ayahnya. Ketentuan dari Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Februari 2012 adalah merupakan hubungan biologis yang berbeda secara hukum
menegaskan bahwa anak luar kawin pun berhak mendapat perlindungan hukum.
adanya keharusan memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap
status seorang anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk
disengketakan.
Putusan MK RI dengan terobosan hukumnya tersebut membuka titik
terang hubungan antara anak luar kawin dengan bapaknya. Hubungan darah antara
anak dan ayah dalam arti biologis bisa dikukuhkan berdasarkan proses hukum.
terhadap anak luar kawin oleh ayah biologisnya dilakukan dengan cara:
- Pengakuan oleh sang ayah biologis;
- Pengesahan oleh sang ayah biologis terhadap anak luar kawin tersebut.
Putusan MK RI menguatkan kedudukan ibu atas anak luar kawin dalam
memintakan pengakuan terhadap ayah biologis dari anak luar kawin. Jika terdapat
timbul hubungan perdata dengan ayah biologis dan keluarganya dengan anak luar
kawin yang diakui. Adanya pengakuan akan melahirkan hubungan hukum ayah
211
dan anak sesuai dengan Pasal 280 KUHPer yaitu “Dengan pengakuan terhadap
anak di luar kawin, terlahirlah hubungan perdata antara anak itu dan bapak atau
ibunya.”186
Terhadap anaknya, kedua orang tuanya (ayah dan ibunya) wajib
tua ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana
Pasal 46 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, anak wajib menghormati
orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik. Pada ayat (2) nya disebutkan
bahwa jika anak tersebut telah dewasa, ia wajib memelihara orang tua dan
keluarga dalam garis lurus ke atas menurut kemampuannya, bila mereka itu
memerlukan bantuannya.
Menurut Pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, anak
yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
orang tuanya tidak dicabut dari kekuasaannya. Dalam hal anak bearada di bawah
kekuasaan orang tuanya, menurut ayat (2) nya, orang tua mewakili anak tersebut
meskipun orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di
dalam dan di luar Pengadilan, tetapi orang tua tidak diperbolehkan memindahkan
hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum
186
Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), Referensi HAM,
http://referensi.elsam.or.id/2014/10/putusan-nomor-46puu-viii2010-mahkamah-konstitusi-
republik-indonesia-tentang-perkawinan/, diakses tanggal 23-11-2017 jam 6:05.
212
orang tua dapat dicabut kekuasannya terhadap seorang anak atau lebih untuk
waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam
garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
Di dalam Kompilasi Hukum Islam, mengenai hak dan kewajiban orang tua
terhadap anaknya dan sebaliknya diatur di dalam Bab XIV tentang Pemeliharaan
Anak dari Pasal 98 sampai dengan 106. Menurut Kompilasi Hukum Islam, anak
isteri tersebut.
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan
ibunya dan keluarga ibunya. Ketentuan ini telah direvisi oeh Mahkamah
Februari 2012 yang telah melakukan terobosan hukum dengan memutus bahwa
Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bertentangan dengan
213
UUD 1945. Karena anak luar kawin tidak memiliki hubungan dengan ayahnya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, mengenai batas usia anak yang mampu
berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun. Batas usia anak yang mampu berdiri
sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik
menurut Pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, mengenai batas
usia adalah anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan. Dalam hal anak belum dewasa, maka orang
tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di
Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan
dalam dan di luar Pengadilan, apabila kedua orang tuanya tidak mampu.
kepada orang yang berkewajiban memberi nafkah kepada ayahnya atau walinya.
Penyusuan terhadap anak dilakukan untuk paling lama dua tahun, dan dapat
dilakukan penyapihan dalam masa kurang dua tahun dengan persetujuan ayah dan
ibunya.
214
bersama)
1974 mengatur dalam Bab VII tentang Harta Benda dalam Perkawinan dari Pasal
35 sampai dengan Pasal 37. Menurut Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974, harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama. Dari ketentuan ini dapat diambil pengertian bahwa semua harta yang
diperoleh selama dalam perkawinan adalah harta bersama. Tidak dibahas siapa
yang menghasilkan harta itu. Yang penting harta itu diperoleh selama dalam masa
ditentukan bahwa harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta
1) Harta bersama.
Menurut Yahya Harahap, berdasarkan pada Pasal 35 ayat (1) Undang-
terkait telah ditentukan mengenai harta yang dengan sendirinya menjadi harta
dalam kenyataan ini. Berikut ini adalah batasan atau kualifikasi dalam ruang
harta bersama atau tidak, ditentukan pada saat pembeliannya. Setiap barang yang
dibeli selama perkawinan, maka harta tersebut menjadi objek harta bersama suami
Lain halnya jika uang yang digunakan untuk membeli barang berasal dari harta
pribadi suami atau isteri. Jika uang yang digunakan untuk membeli barang secara
murni berasal dari harta pribadi, maka barang yang dibeli itu tidak termasuk objek
harta bersama.
bersama atau tidak adalah ditentukan berdasarkan asal-usul uang biaya pembelian
atau pembangunan barang yang bersangkutan, meskipun barang itu dibeli atau
dibangun sesudah terjadinya perceraian. Apa saja yang dibeli, jika uang
pembelinya berasal dari harta bersama, maka hasilnya adalah termasuk harta
bersama.
c. Harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama masa perkawinan.
Patokan ini sejalan dengan kaidah hukum harta bersama, yakni semua
harta yang diperoleh selama perkawinan di luar dari harta pribadi, warisan dan
187
http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/ruang-lingkup-harta-bersama.html, diunduh
tanggal 7/2/2016 jam 3:6.
216
hibah dengan sendirinya menjadi harta bersama. Namun disadari bahwa dalam
suatu sengketa harta bersama, tentu tidak semulus dan semudah itu.
d. Penghasilan harta bersama dan harta bawaan
Penghasilan yang tumbuh dari harta bersama, sudah logis akan jatuh
menambah jumlah harta bersama. Tumbuhnya pun berasal dari harta bersama,
sudah semestinya hasil tersebut menjadi harta bersama. Tetapi bukan hanya yang
tumbuh dari harta bersama yang jatuh menjadi objek harta bersama di antara
suami isteri, penghasilan suami-isteri yang tumbuh dari harta pribadi pun akan
jatuh menjadi objek harta bersama. Sekalipun hak dan kepemilikan harta pribadi
hasil yang timbul dari harta pribadi, maka seluruh hasil yang diperoleh dari harta
pribadi suami dan harta pribadi isteri jatuh menjadi objek harta bersama.
e. Segala penghasilan pribadi suami-istri.
Segala penghasilan pribadi suami isteri baik dari keuntungan yang
masing pribadi sebagai pegawai jatuh menjadi harta bersama suami isteri. Jadi
maka dengan sendirinya akan menjadi harta bersama. Demikianlah ruang lingkup
a. Harta benda yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri yang
Tindakan terhadap harta bersama, baik oleh suami maupun istri, keduanya
dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal 36 ayat (1) Undang-
suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
1974). Cuma secara etika social, meskipun suami dan isteri mempunyai hak
ada yang tidak baik mengenai langkah yang diambil oleh pasangannya. Begitu
juga sebaliknya, jika dipandang baik, maka pasangannya akan memberi dukungan
perkawinan, yaitu dalam Bab XIII tentang Harta Kekayaan Dalam Perkawinan
dari Pasal 85 sampai dengan Pasal Pasal 97. Menurut Kompilasi Hukum Islam
Pasal 85 bahawa adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri. Jadi menurut
Kompilasi Hukum Islam ada dua macam harta di dalam perkawinan, yaitu:
218
1) harta bersama.
2) harta milik masing-masing suami atau isteri.
dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri karena
perkawinan. Jadi harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasi sepenuhnya
olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasi
sepenuhnya olehnya.
bawaan, yaitu:
1) harta yang dibawa suami dan istri yang berasal dari sebelum perkawinan
terjadi.
2) harta yang berasal dari hadiah.
3) harta yang berasal dari warisan.
4) harta yang berasal dari hibah.
5) harta yang berasal dari sodaqah.
menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Suami dan isteri mempunyai hak
dan istri. Apabila terjadi perselisihan antara suami isteri tentang harta bersama,
harta sendiri. Isteri juga bertanggung jawab menjagaharta pribadi, harta bersama
maupun harta suami yang ada padanya. Dalam arti tanggung jawab adalah apabila
salah satu pihak suami atau istri akan bertindak terhadap harta bersama, maka ia
219
harus ada persetujuan dari pihak lain. Begitu juga salah satu suami atau istri yang
dengan pasaangannya.
a. kematian,
b. perceraian, dan
c. atas keputusan Pengadilan.
Ketika suami meninggal dunia, berarti perkawinannya putus sejak saat suaminya
meninggal dunia. Sejak saat suaminya meninggal dunia, maka status istrinya
berubah menjadi janda. Ketika istri meninggal dunia, perkawinannya putus sejak
saat istrinya meninggal dunia. Sejak saat istrinya meninggal dunia, maka status
Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah pada huruf (b) dan (c) bahwa:
1989 tentang Peradilan Agama bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada huruf (b) dan (c) timbul kesan
bahwa perkawinan putus karena perceraian (di luar putusan pengadilan) dan ada
220
tentang Perkawinan pada huruf (b) adalah juga atas putusan pengadilan.
Perkawinan huruf (c) tentang perkawinan dapat putus karena atas keputusan
pembatalan perkawinan.
Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, perceraian hanya dapat
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan
perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat
hidup rukun sebagai suami isteri. Esensi dalam perceraian adalah antara suami
isteri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami isteri, setelah Pengadilan berusaha
dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak suami dan istri.
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
Dari alasan-alasan perceraian yang disebutkan dari huruf (a) sampai dengan huruf
(f) tersebut, esensinya tetap pada fakta bahwa suami-istri itu sudah tidak dapat
didamaikan. Jika suami-istri itu dapat didamikan, meskipun ada alasan terpenuhi
mengenai alasan perceraian, maka perceraian itu tidak akan terjadi. Enam alasan
adalah antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
a. Kematian,
b. Perceraian, dan
c. atas putusan Pengadilan.
222
kedua belah pihak suami-istri. Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-
alasan:
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. Suami melanggar taklik talak (talak yang dikaitkan dengan perjanjian);
k. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Talak raj`i adalah talak kesatu
atau kedua, di mana suami berhak rujuk (kembali kepada istrinya yang ditalak)
selama isterinya dalam masa iddah. Talak ba`in shughra adalah talak yang tidak
223
boleh di-rujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun
Talak ba`in kubra adalah talak oleh suami terhadap istrinya yang terjadi untuk
ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan
kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas isteri menikah
degan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba`da al dukhul dan habis masa
iddahnya.
Talak sunny adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan
terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.
Talak bid`i adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu
isteri dalam keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri
selama-lamnya. Li`an terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zinah dan atau
mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya,
sedangkan isteri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut. Tata cara li`an
a. Suami bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau
Allah atas dirinya apabila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut dusta”;
224
empat kali dengan kata “tuduhan dan atau pengingkaran tersebut tidak benar”,
diikuti sumpah kelima dengan kata-kata murka Allah atas dirinya jika tuduhan
dianggap tidak terjadi li`an. Li`an hanya sah apabila dilakukann di hadapan
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam,
perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan. Bagi orang yang
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan pihak yang berkehendak bercerai, maka
patut dikabulkan.
tentang Peradilan Agama yang berbunyi bahwa perceraian hanya dapat dilakukan
225
Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan untuk
melakukan perceraian harus ada cukup alasan. Alasan yang dikemukakan oleh
pihak yang berkehendak untuk bercerai adalah bahwa antara suami-isteri itu tidak
akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Senada dengan Pasal 39 ayat (2)
tidak mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan perceraian, maka
a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya;
c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. Suami melanggar taklik talak;
h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang
harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu
memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama, semisal prosedur kesehatan
dan keselamatan kerja. Lebih tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian
yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah
akibat.188
menyelesaikan suatu aktivitas; 2. metode langkah demi langkah secara pasti dalam
yaitu “an established or official way of doing something” (cara yang mapan atau
188
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur, diakses
jam 9:50 tanggal 29/11/2017.
189
https://kbbi.web.id/prosedur, diakses jam 9:55 tanggal 29/11/2017.
190
https://translate.google.co.id/?hl=en#id/en/prosedur, jam 10:06 tanggal 29/11/2017.
228
course of action (with definite start and end points) that must be followed in the
same order to correctly perform a task” (urutan aktivitas atau tindakan tindakan
tetap, langkah-demi-langkah (dengan titik awal dan akhir yang pasti) yang harus
diikuti dengan urutan yang sama untuk melakukan tugas dengan benar).192
spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan untuk memperoleh hasil
secara pasti dalam mengurus perkara perceraian hingga selesai; urutan aktivitas
atau tindakan tindakan tetap, langkah-demi-langkah (dengan titik awal dan akhir
yang pasti) yang harus diikuti dengan urutan yang sama untuk melakukan tugas
(UU Peradilan Agama) dari Pasal 65 sampai dengan Pasal 88. Prosedur perceraian
ini dikenal dengan hukum acara. Karena prosedur perceraian berada di dalam
191
https://www.google.co.id/search?
q=what+is+the+procedure&oq=what+is+the+procedure&aqs=chrome..69i57j0l5.4688j0j8&source
id=chrome&ie=UTF-8, jam 10:04 tanggal 29/11/2017.
192
Business Dictionary, http://www.businessdictionary.com/definition/procedure.html, diakses jam
10:14 tanggal 29/11/2017.
229
katagori hukum perdata, maka hukum acaranya masuk dalam kualifikasi hukum
acara perdata.
Hukum acara adalah hukum formal, yaitu peraturan hukum yang mengatur
bagaimana mengajukan suatu perkara ke muka suatu badan peradilan serta cara-
individu. Dapat dikatakan bahwa hukum acara itu sebagai alat penegak dari aturan
hukum material.193
Dikatakan pula bahwa hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
Lebih tegas dikatakan bahwa hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur
Hukum acara perdata yang disebut juga hukum perdata formal mengatur
perdata material. Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
193
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm.
112.
194
Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 238.
230
peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di
muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak satu sama lain
pengajuan perkara perceraian dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak satu
demi-langkah dari titik awal sampai dengan titik akhir diikuti dengan benar, maka
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam di bidang:
a. perkawinan;
195
Ibid.
231
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
dalam katagori Pasal 49 huruf (a) UU Peradilan Agama, yang dimaksud dengan
bidang perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-
antara lain:
(dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis
kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
(14) putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
(15) putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
(16) pencabutan kekuasaan wali;
(17) penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal
(18) penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum
cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
(19) pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang
Perceraian karena talak pada angka (8) dan gugatan perceraian pada angka
Karena itu berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 49 UU Peradilan Agama, bagi orang
sengketa bidang perkawinan juga adalah akibat hukum dari perceraian karena
Peradilan Agama pada Bab IV tentang Hukum Acara dari Pasal 54 sampai dengan
Pasal 64. Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam
233
Peradilan Agama.
Sebagai konsekwensi dari ketentuan ini, maka sumber hukum dari hukum
Madura.
2) Rechtsreglement Buitengewesten (R.Bg) untuk luar Jawa dan
Madura.
3) Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv).
4) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan
Kehakiman.
234
Mahkamah Agung yang diikuti oleh hakim lain dalam putusan yang sama.
12) Surat Edaran Mahkamah Agung sepanjang menyangkut Hukum
Acara Perdata.
Selain mengenai sumber hukum acara, asas-asas hukum acara yang berlaku pada
Pengadilan Agama berlaku juga asas-asas hukum acara yang berlaku pada
Peradilan Agama.
yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Dari pengertian tersebut dapat
kita lihat pengertian yang esensial dari asas itu ialah: merupakan dasar, pokok
tempat menemukan kebenaran dan sebagai tumpukan berpikir. Tentang apa yang
dimaksud dengan asas hukum banyak pengertian yang dikemukakan oleh para
dikutip oleh Mahadi197 mengatakan asas adalah: “A principles is the broad reason,
which lies at the base of rule of law” yang dalam bahasa Indonesia kalimat itu
berbunyi: asas adalah suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan
196
https://kbbi.web.id/asas, diakses jam 2:29 tanggal 29/11/2017.
197
Mahadi, Prof., S.H, FALSAFAH HUKUM SUATU PENGANTAR, Alumni, Jakarta, 2000, hlm.
50.
235
mendasari adanya sesuatu norma hukum. Dari pengertian tersebut dapat diurai
1) Alam pikiran;
2) Rumusan luas;
3) Dasar bagi pembentukan norma hukum.
suatu norma hukum. Rumusan asas yang dihidangkan oleh G. W. Paton memberi
kesan seolah-olah setiap norma hukum dapat dikembalikam kepada susunan asas.
tidak dapat ditelusuri bagaimana bunyi asas yang mendasarinya. Salah satu
contoh, norma hukum positif dalam bidang lalu lintas, yang menyuruh pemakai
jalan umum yang mempergunakan bagian kiri dari jalan itu. Untuk norma hukum
itu sulit dicarikan asasnya, tetapi kalau ia menjadi asas maka norma hukum itu
Karena itu menurut Mahadi ada norma hukum yang dapat dikembalikan
kepada suatu asas tetapi adapula kalanya yang tidak dapat dikembalikan kepada
asas. Keadaan seperti itu, menurut Mahadi, banyak terdapat pada bidang-bidang
hukum yang netral, yaitu bidang-bidang hukum yang tidak ada kaitannya dengan
(bidang-bidang hukum yang erat kaitannya dengan agama dan budaya), dapat
Menurut Van Eikema Hommes asas hukum tidak boleh dianggap sebagai
norma hukum yang konkret, tetapi perlu dipandang sebagai dasar umum atau
236
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain bahwa asas hukum
The Liang Gie berpendapat bahwa asas merupakan suatu dalil umum yang
petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu. Menurut P. Scholten, asas hukum adalah
disimpulkan bahwa asas hukum baru merupakan cita-cita suatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar atau tumpukan berpikir untuk menciptakan norma hukum.
Jadi pengertian asas hukum adalah suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang
dengan agama dan budaya). Agar supaya asas hukum berlaku dalam praktek maka
isi asas hukum itu harus dibentuk yang lebih konkret. Seperti misalnya asas
bentuk konkret yang terdapat dalam ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
198
Pengertian Pakar, Kumpulan Pengertian Menurut Para Pakar,
http://www.pengertianpakar.com/2015/01/pengertian-fungsi-dan-macam-macam-asas-hukum.html,
diakses jam 5:02 tanggal 5-12-2017.
199
Sudikno Mertokusumo, Prof., Dr., S.H., Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, 2005, hlm. 32.
237
depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan
sine praevia lege poenali) sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1 angka (1)
KUH Pidana yang berbunyi : “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
Jika asas hukum telah dirumuskan secara konkret dalam bentuk peraturan norma
Sedangkan asas hukum yang belum konkret dirumuskan dalam ketentuan hukum,
Berdasarkan uraian dan contoh asas hukum diatas jelaslah bahwa asas
peraturan yang konkret dan bersifat umum dan abstrak. Untuk menjadi hukum,
maka asas tersebut harus ditungkan terlebih dahulu dalam bentuk norma. Ketika
Dalam tatanan hukum di Indonesia dikenal adanya dua asas yaitu asas
a. Asas lex posteriori derogat legi priori (peraturan yang baru akan
Kehakiman.
b. Asas lex speciali derogat legi generali (peraturan yang lebih
1975.
(2) Asas hukum khusus
Asas hukum khusus ialah asas yang berlaku dalam lapangan hukum
tertentu. Misalnya:
peradilan perdata adalah asas-asas hukum yang berlaku pada peradilan umum di
berperkara telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku. Hal ini tertuang
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan memutusnya. Hal ini tertuang
di dalam Pasal 56 ayat (1) UU Peradilan Agama dan Pasal 10 ayat (1) UU
harus memeriksa dan mengadilinya sampai selesai. Tetapi di dalam ayat (2)
KETUHANAN YANG MAHA ESA. Hal ini tertuang di dalam Pasal 57 ayat
ESA".
4) Asas tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat
dalam Pasal 57 ayat (2) UU Peradilan Agama. Asas ini hanya berlaku khusus
ringan. Hal ini tertuang di dalam Pasal 57 ayat (3) UU Peradilan Agama dan
tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Hal ini
tertuang di dalam Pasal 58 ayat (2) UU Peradilan Agama Pasal 4 ayat (2)
UU Kekuasaan Kehakiman.
8) Asas sidang pemeriksaan Pengadilan terbuka untuk umum, kecuali
dengan sidang tertutup. Hal ini tertuang di dalam Pasal 59 ayat (1) UU
kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Hal
Agama.
prosesnya. Pertama, perkara perceraian yang diajukan oleh pihak suami, ini
disebut dengan perkara cerai talak. Yang kedua perkara cerai yang pihak
Peradilan Agama ini merupakan pasal pokok dari proses perceraian yang diatur
oleh undang-undang. Norma yang ada di dalam pasal itu adalah perceraian hanya
kedua belah pihak, dan pengadilan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.
Perceraian adalah proses yang dilakukan oleh suami atau istri, atau kedua-
karena suami atau istri, atau kedua-duanya, berkehendak untuk tidak melanjutkan
ikatan perkawinannya. Jadi yang tampak dari perceraian ini adalah hati dari suami
atau istri, atau kedua-duanya, sudah tidak ada cinta lagi sehingga perkawinannya
harus diakhiri. Jadi terjadinya perceraian bertumpu pada masalah hati. Hati dari
suami atau istri, atau kedua-duanya, sudah tidak ingin melanjutkan perkawinannya
sehingga tidak bisa dipaksa untuk terus berada dalam mahligai rumah tangga.
Mengenai gambaran alur proses perkara yang harus dilalui oleh pihak-
pihak yang berperkara dalam skema litigasi di Pengadilan Agama adalah sebagai
berikut:
- Pihak penggugat membayar panjar biaya perkara, lalu mengajukan surat
gugatan;
- Surat gugatan diberi nomor perkara oleh bagian kepaniteraan dan
membuat penetapan bahwa perkaranya telah dicabut; yang kedua, para pihak
hukum banding dan lain-lainnya. Apabila ada pihak yang tidak mau
tetap tersambung dengan mesra, bahkan mungkin menjadi lebih mesra dari
yang sebelumnya.
- Apabila dengan bantuan mediator tidak terjadi perdamaian, maka mediator
terakhir putusan.
- Pihak-pihak yang tidak puas terhadap putusan pada tingkat pertama, dapat
mengajukan upaya hukum biasa, yaitu banding, dengan membayar panjar biaya
perkara banding.
- Pihak-pihak yang tidak puas terhadap putusan pada tingkat banding, dapat
mengajukan upaya hukum biasa, yaitu kasasi, dengan membayar panjar biaya
perkara kasasi.
- Pihak-pihak yang tidak puas terhadap putusan pada tingkat kasasi, dapat
mengajukan upaya hukum luar biasa, yaitu peninjauan kembali (PK), dengan
dapat dilaksanakan. Kalau putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap tidak
245
tetap tidak puas dan tali silaturrahmi menjadi putus serta terjadi dendam yang
pengadilan dengan dua syarat: 1. pihak tergugat telah dipanggil secara patut;
melakukan verzet, yaitu perlawanan yang diajukan dan diperiksa serta diadili
perkaranya segera diputus cerai, dan selesai pada pengadilan tingkat pertama.
246
Tetapi apabila salah satu pihak tidak bersedia bercerai dan tidak puas terhadap
Pasal 72. Di dalam proses penyelesaian perkara perceraian ini berlaku Bab IV
Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini.
Artinya sejauh tidak diatur secara tersendiri mengenai hukum acara peradilan
agama, maka berlaku hukum acara pada peradilan umum. Prinsip-prinsip hukum
yang berlaku pada peradilan umum juga berlaku pada peradilan agama.
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh
dengan asas, yaitu kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan
202
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
https://kbbi.web.id/prinsip, diakses jam 2:84 tanggal 28/11/2017.
203
Google Translate, https://translate.google.co.id/?hl=en#id/en/prinsip, diakses jam 3:14 tanggal
28/11/2017.
247
atau proposisi fundamental yang berfungsi sebagai dasar bagi sistem kepercayaan
cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup untuk umum, sesuai Pasal 68 ayat (2)
sidang yang tertutup untuk umum, namun dalam pengucapan putusannya harus
dilakukan di dalam sidang yang terbuka untuk umum. Yang kedua adalah asas
perceraian. Jika ada ketentuan yang samar maknanya atau tidak jelas, maka
pelaksanaannya harus dikembalikan kepada aturan dasar tadi. Ketentuan dasar ini
204
https://www.google.co.id/search?
q=what+is+the+meaning+of+the+word+principle&oq=what+is+the+meaning+of+the+word+prin
ciple&aqs=chrome..69i57j0l2.3508j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8, diakses jam 2:58 tanggal
28/11/2017.
248
suami yang beragama Islam yang berkehendak akan menceraikan istrinya harus
menyaksikan ikrar talak. Dari pasal ini muncul istilah perkara cerai talak untuk
perkara cerai yang diajukan oleh pihak suami. Karena perkaranya berupa
orang-orang yang beragama Islam. Dengan ketentuan ini maka yang dapat
yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon (suami), Pasal 66 ayat (2) UU
pemohon (suami) dan termohon (istri) bertempat kediaman di luar negeri, maka
istri, kecuali jika istri dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang
dilangsungkan atau Pengadilan Agama Jakarta Pusat, jika suami dan istri
Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama
suami ataupun sesudah ikrar talak diucapkan, Pasal 66 ayat (5) UU Peradilan
Agama. Begitu juga pihak istri dapat mengajukan gugatan balik (rekonpensi)
mengenai soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama
suami-istri bersama-sama dengan permohonan cerai talak dari suami, dan dapat
yaitu istri;
250
Sesuai dengan asas personalitas keislaman, maka identitas agama juga harus
dicantumkan di dalam permohonan cerai, agama dari suami dan agama dari istri.
Sedangkan alasan-alasan yang menjadi dasar cerai talak adalah alasan-alasan yang
perceraian ini dikaitkan dengan Pasal 65 dan 70 ayat (1) UU Peradilan Agama
Pengadilan Agama paling lambat tiga puluh hari setelah berkas atau surat
oleh Majelis Hakim selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau
dalam sidang tertutup untuk umum. Pemeriksaan perkara permohonan cerai talak
yang harus dilakukan secara terbuka untuk umum. Asas pemeriksaan tertutup
untuk umum berlaku khusus untuk Peradilan Agama dalam perkara perceraian,
mendamaikan kedua pihak suami dan istri. Dalam sidang perdamaian tersebut,
251
suami dan istri harus datang secara pribadi, kecuali apabila salah satu pihak
bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara
pribadi dapat diwakili oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.
Apabila suami dan istri bertempat kediaman di luar negeri, maka suami pada
belum diputus dan perkara permohonan cera talak terus berlangsung, maka usaha
Apabila tercapai perdamaian antara suami dan istri, maka tidak dapat
diajukan permohonan cerai talak baru berdasarkan alasan yang ada dan telah
diketahui oleh suami sebelum perdamaian tercapai. Kalau di kemudian hari pihak
alasannya harus baru, bukan alasan yang telah pernah disampaiakan pada
permohonan cerai terdahulu. Permohonan cerai talak oleh suami gugur apabila
bahwa kedua belah pihak suami dan istri tidak mungkin lagi didamaikan dan telah
cukup alasan perceraian, maka oleh Pengadilan permohonan cerai talak tersebut
dapat dikabulkan. Terhadap putusan cerai oleh pengadilan, berlaku asas istri dapat
mengajukan upaya hukum banding. Setelah upaya hukum banding putus, pihak
istri dapat melakukan upaya hukum kasasi, sesuai Pasal 60 UU Peradilan Agama.
penyaksian ikrar talak, dengan memanggil suami dan istri atau wakilnya untuk
252
menghadiri sidang tersebut. Dalam sidang itu suami atau wakilnya yang diberi
kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak,
mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh istri atau kuasanya. Jika istri telah
mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak datang menghadap sendiri
atau tidak mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya dapat mengucapkan
ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya. Jika suami dalam tenggang waktu
enam bulan sejak ditetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, tidak datang
panggilan secara sah atau patut, maka gugurlah kekuatan putusan yang
sejak ikrar talak diucapkan, dan penetapan tersebut tidak dapat dimintakan
banding atau kasasi. Sejak ikrar talak diucapkan oleh suami terhadap istrinya,
tiga puluh hari setelah ikrar talak diucapkan oleh suami terhadap istrinya agar
mengirimkan satu helai salinan penetapan pengucapan ikrar talak kepada Pegawai
Pencatat Nikah yang wilayahnya meliputi di tempat kediaman suami dan dan istri
perceraian dalam sebuah daftar yang disediakan untuk itu. Apabila perkawinannya
bukti cerai kepada para pihak selambat-lambatnya tujuh hari terhitung setelah
bersangkutan atau pejabat Pengadilan yang ditunjuk, apabila yang demikian itu
Edisi Revisi 2013 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
R.I. prosedur penyelesaian perkara cerai talak pada pengadilan agama sebagai
berikut:
a) Cerai talak adalah proses cerai yang diajukan oleh pihak suami
untuk mendamaikannya.
c) Apabila tidak terjadi perdamaian, proses sidang dilanjutkan dengan
disebut dengan istilah cerai gugat. Pengajuan perkara perceraian oleh istri ini
diatur di dalam UU Peradilan Agama dari Pasal 73 sampai dengan Pasal 86.
Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang
izin tergugat (suami), Pasal 73 ayat (1) UU Peradilan Agama. Jika penggugat
Pasal 73 ayat (2) UU Peradilan Agama. Jika penggugat (istri) dan tergugat (suami)
istri itu dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Pasal 73 ayat
Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak (suami)
tergugat (suami) mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
256
yang sangat sengit), maka untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar
keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat
keterangan saksi-saksi tentang sifat persengketaan antara suami dan istri, maka
pihak ataupun orang lain untuk menjadi hakam (penengah), Pasal 76 ayat (2) UU
Peradilan Agama.
suami istri tersebut untuk tidak tinggal di dalam satu rumah, Pasal 77 UU
menjadi hak bersama suami-istri atau barang-barang yang menjadi hak suami
selambat-lambatnya tiga puluh hari sejak berkas atau surat gugatan perceraian
257
perkara gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup untuk umum. Namun
majlis hakim harus dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum, Pasal 81
ayat (1) UU Peradilan Agama. Apabila suami atau istri meninggal dunia sebelum
Peradilan Agama.
kedua pihak suami dan istri, Pasal 82 ayat (1) UU Peradilan Agama. Dalam sidang
perdamaian tersebut, suami dan istri harus datang secara pribadi, kecuali apabila
salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak dapat datang
menghadap secara pribadi dapat diwakili oleh kuasanya yang secara khusus
dikuasakan untuk itu, Pasal 82 ayat (2) UU Peradilan Agama. Apabila kedua pihak
suami dan istri bertempat kediaman di luar negeri, maka penggugat (istri) pada
Pasal 82 ayat (3) UU Peradilan Agama. Usaha mendamaikan kedua pihak suami
dan istri dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan, selama perkara gugata
tidak dapat diajukan gugatan perceraian yang baru berdasarkan alasan yang ada
dan telah diketahui oleh penggugat (istri) sebelum perdamaian tercapai, Pasal 83
258
UU Peradilan Agama. Kalau pihak istri setelah terjadi proses damai, lalu suatu
ketika akan mengajukan perkara gugat cerai yang baru, maka harus memakai
alasan yang baru di dalam gugatannya, tidak boleh memakai alasan lama yang
terhitung sejak putusan Pengadilan yang telah diucapkan di dalam sidang yang
terbuka untuk umum memperoleh kekuatan hukum tetap, Pasal 81 ayat (2) UU
Peradian Agama. Putusan memperoleh kekuatan hukum tetap jika semua jenjang
memperoleh kekuatan hukum tetap agar supaya mengirimkan satu helai salinan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap itu kepada
untuk itu. Apabila perkawinan dilangsungkan di luar negeri, maka satu helai
salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap disampaikan kepada Pegawai
kepada para pihak suami dan istri selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak
yang bersangkutan atau pejabat Pengadilan yang ditunjuk, apabila yang demikian
itu mengakibatkan kerugian bagi bekas suami atau bekas istri atau keduanya.
penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama suami-istri dapat
putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap. Begitu juga suami dapat
anak, nafkah istri, dan harta bersama suami-istri bersama-sama dengan gugatan
perceraian oleh istri, atau dapat diajukan sesudah putusan perceraian memperoleh
Edisi Revisi 2013 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
R.I. prosedur penyelesaian perkara cerai talak pada pengadilan agama sebagai
berikut:
a) Cerai gugat adalah perkara perceraian yang diajukan oleh pihak
melakukan “hubungan badan”). Waktu tunggu ini artinya bekas istri (janda) tidak
boleh menerima lamaran dan juga tidak boleh menikah lagi dari dan dengan laki-
laki lain. Setelah lepas atau lewat masa tunggu (iddah), maka ia boleh menerima
lamaran dan juga boleh menikah lagi dari dan dengan laki-laki lain. Apabila sudah
lewat masa iddah dan ia berkehendak kembali kepada bekas suaminya, maka ia
dan bekas suaminya harus dengan akad menikah lagi, bukan dengan akad rujuk
(kembali).
Berdasarkan pada Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
dan Pasal 153 Kompilasi Hukum Islam, masa atau lama waktu tunggu bagi janda
adalah:
(haidl/menstruasi)
Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu bagi janda --
Mut’ah adalah pemberian bekas suami kepada bekas isteri yang dijatuhi
talak berupa benda atau uang dan lainnya, Pasal 1 huruf (j) Kompilasi Hukum
Islam. Bekas suami wajib memberikan Mut`ah yang layak kepada bekas istri
dengan syarat: a. isteri yang ba`da al dukhul dan belum ditetapkan mahar/mas
kawin, b. perceraian itu atas kehendak suami (cerai talak), Pasal 158 Kompilasi
Hukum Islam.
Selain mengenai mut’ah, bekas suami yang bercerai karena talak wajib
a. nafkah, maskan (tempat tinggal) dan kiswah (pakaian) kepada bekas isteri
selama dalam masa iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak bain, atau
qobla al-dukhul;
c. Sebagai konsekwensi dari kewajiban bekas suami berupa nafkah, maskan
(tempat tinggal) dan kiswah (pakaian) kepada bekas isteri selama dalam masa
iddah, maka bekas isteri selama dalam waktu iddah, wajib menjaga dirinya,
ialah:
dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri (Pasal 1 huruf
mendidik anak-anaknya;
- Pemeliharaan dan pendidikan anak oleh ibu dan bapaknya
atau ibunya.
g. Memindahkan Hak Hadhanah Kepada Kerabat Lain
Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain
yang mempunyai hak hadhanah pula, atas permintaann kerabat dari anak,
keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah
telah dicukupi.
h. Biaya Hadhanah dan Nafkah Anak
Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah
mantan suami dan mantan istri, maka yang menentukan adalah putusan
Pengadilan Agama.
j. Pengadilan Agama dapat pula menetapkan jumlah biaya dan dibebankan
kemampuannya.
2.2.4. Akibat Hukum Terjadinya Perceraian Terhadap Harta
Sudah diuraikan di muka berdasarkan Pasal 35 ayat (1) dan (2) UU Nomor
1 Tahun 1974 bahwa ada dua jenis mengenai harta di dalam perkawinan: 1. harta
bersama, dan 2. harta bawaan. Harta bersama atau yang juga biasa disebut dengan
harta gono-gini adalah harta benda yang diperoleh selama dalam perkawinan.
Harta bawaan adalah harta yang diperoleh atau dipunyai oleh masing-masing
suami dan isteri dari sebelum adanya perkawinan, dan harta benda yang diperoleh
harta bersama atau tidak, ditentukan pada saat pembeliannya. Setiap barang yang
dibeli selama perkawinan, maka harta tersebut menjadi objek harta bersama suami
Lain halnya jika uang yang digunakan untuk membeli barang berasal dari harta
pribadi suami atau isteri. Jika uang yang digunakan untuk membeli barang secara
murni berasal dari harta pribadi, maka barang yang dibeli itu tidak termasuk objek
harta bersama.
b. Harta yang dibeli dan dibangun sesudah perceraian yang dibiayai dari
harta bersama.
bersama atau tidak adalah ditentukan berdasarkan asal-usul uang biaya pembelian
atau pembangunan barang yang bersangkutan, meskipun barang itu dibeli atau
dibangun sesudah terjadinya perceraian. Apa saja yang dibeli, jika uang
pembelinya berasal dari harta bersama, maka hasilnya adalah termasuk harta
bersama.
Patokan ini sejalan dengan kaidah hukum harta bersama, yakni semua
harta yang diperoleh selama perkawinan di luar dari harta pribadi, warisan dan
Penghasilan yang tumbuh dari harta bersama, sudah logis akan jatuh
menambah jumlah harta bersama. Tumbuhnya pun berasal dari harta bersama,
sudah semestinya hasil tersebut menjadi harta bersama. Tetapi bukan hanya yang
tumbuh dari harta bersama yang jatuh menjadi objek harta bersama di antara
suami isteri, penghasilan suami-isteri yang tumbuh dari harta pribadi pun akan
jatuh menjadi objek harta bersama. Sekalipun hak dan kepemilikan harta pribadi
Ketentuan ini berlaku sepanjang suami isteri tidak menentukan lain dalam
hasil yang timbul dari harta pribadi, maka seluruh hasil yang diperoleh dari harta
pribadi suami dan harta pribadi isteri jatuh menjadi objek harta bersama.
masing pribadi sebagai pegawai jatuh menjadi harta bersama suami isteri. Jadi
maka dengan sendirinya akan menjadi harta bersama. Demikianlah ruang lingkup
a. Harta benda yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri yang berasal
dari hadiah.
c. Harta benda yang diperoleh masing-masing suami dan istri yang berasal
dari warisan.
Tindakan terhadap harta bersama, baik oleh suami maupun istri, keduanya
dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal 36 ayat (1) Undang-
suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
1974).
bila perkawinan putus karena perceraian, maka harta bersama diatur menurut
di dalam peraktek, tidak hanya pada perkawinan yang putus karena perceraian,
tetapi juga dalam hal perkawinan putus karena kematian dan atas keputusan
norma yang samar yang perlu penjelasan lebih lanjut dan sering menimbulkan
permasalahan berikutnya.
penjelasan tersebut. Sedangkan mengenai hukum agama dan hukum adat yang
Pasal 87 Kompilasi Hukum Islam, harta di dalam perkawinan itu ada tiga macam,
yaitu:
prinsipnya tidak ada percampuran antara harta hak milik suami dan harta hak
270
milik isteri karena adanya perkawinan. Setelah terjadi perkawinan, harta hak milik
isteri tetap menjadi hak milik isteri dan dikuasi sepenuhnya oleh istri, demikian
juga harta hak milik suami tetap menjadi hak milik suami dan dikuasi sepenuhnya
oleh suami. Harta hak milik suami dan harta hak milik suami isteri berada di
lain dalam perjanjian perkawinan. Suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya
untuk melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing hak milik suami dan
Dengan adanya tiga macam harta di dalam perkawinan, harta hak milik
isteri, harta hak milik suami dan harta bersama yang menjadi hak milik istri dan
suami, suami bertanggung jawab menjaga harta bersama, harta isteri, maupun
harta sendiri. Begitu juga isteri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama,
harta suami, maupun harta sendiri. Ketentuan ini menggariskan bahwa pada
berupa harta hak milik pribadi maupun harta bersama, harus dengan musyawarah
dan persetujuan siami dan istri, karena keduanya tetap harus bertanggung jawab
Harta pribadi istri, harta pribadi suami dan harta bersama hak milik suami
dan istri, yaitu harta yang dihasilkan selama dalam perkawinan dapat berupa:
Harta bersama yang berupa benda berwujud dan hak-hak dapat dijadikan sebagai
barang jaminan oleh salah satu pihak suami atau istri atas persetujuan pihak
lainnya, atau oleh kedua-keduanya suami dan istri. Suami atau isteri tanpa
bersama.
Mengenai hutang, Pasal 93 Kompilasi Hukum Islam menggariskan bahwa
kepentingan keluarga, dibebankan kepada harta bersama; bila harta bersama tidak
mencukupi, maka dibebankan kepada harta suami; bila harta suami tidak ada atau
harta istri. Dalam katagori hutang suami atau istri untuk kepentingan keluarga,
dibebankan kepada harta suami; bila harta suami tidak ada atau tidak mencukupi,
dalam kaitannya suami beristri lebih seorang. Harta bersama dari perkawinan
seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang, masing-masing terpisah
dan berdiri sendiri. Pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang suami yang
mempunyai isteri lebih dari seorang dihitung pada saat berlangsungnya akad
suami menikah dengan istri kedua, maka hartanya yang diperoleh dengan istri
yang pertama merupakan harta bersama dengan istri yang pertama. Maksud dari
masing-masing terpisah dan berdiri sendiri adalah ketika harta bersama dengan
harta bersama dengan istri pertama, meskipun posisi waktu perkembangan harta,
suami tersebut sudah menikah dengan istri yang kedua. Begitu juga harta yang
diperoleh oleh suami dengan istri yang kedua merupakan harta bersama dengan
istri yang kedua, meskipun keadaannya tetap beristri dengan istri yang pertama.
Begitulah keadaannya dengan istri yang ketiga dan juga dengan istri yang
keempat.
separuh dari harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama, dan
dunia. Separuh dari harta bersama menjadi hak milik dari pasangannya yang
hidup. Separuhnya menjadi harta warisan dari yang meninggal dunia dan harus
dibagi waris kepada ahli warisnya. Pasangan yang hidup lebih lama akan
273
mendapat lagi dari harta peninggalan dari yang meninggal dunia yang berupa
Berdasaarkan pada Pasal 97 Kompilasi hukum Islam, janda atau duda cerai
separuh dari harta bersama, suami juga mendapat bagian separuh dari harta
sebuah negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral. Tidak seperti
arbitrase, yang merupakan proses ADR yang agak mirip dengan peradilan,
mediasi tidak melibatkan pengambilan keputusan oleh pihak ketiga yang netral
itu. Pemilihan cara mediasi dapat dimulai oleh pihak-pihak yang bersengketa atau
kesepakatan kontrak.205
Dalam proses mediasi, para pihak yang bersengketa bekerja dengan pihak
205
http://www.siddikilegaldick.blogspot.co.id/2014/12/mengapa-memilih - mediasi. html, diunduh
tanggal 30/1/2016 jam 1:57.
274
kesamaan dan kesepakatan dengan harapan yang realistis. Dia mungkin juga
hakim) memberikan keputusan atas sengketa, tetapi dalam proses mediasi tidak
demikian. Dalam mediasi, para pihak dan mediator, mereka biasanya secara
mediasi berlangsung, siapa saja yang akan hadir, bagaimana mengenai biaya
atau tertulis; dan kontennya bervariasi sesuai dengan jenis mediasi. Biasanya
206
Ibid.
207
Ibid.
275
sederhana dibanding proses litigasi formal. Hal ini memungkinkan para pihak
untuk fokus pada keadaan yang mendasari yang memberikan kontribusi pada
pihak-pihak yang bersengketa, bukan pada masalah hukum yang sempit. Proses
mediasi tidak fokus pada kebenaran atau kesalahan. Pertanyaan dari pihak mana
yang benar atau salah umumnya kurang penting dibandingkan tentang bagaimana
(Perma No. 1 Tahun 2016). Ditetapkannya Perma No. 1 Tahun 2016 didasari oleh
pertimbangan:
1) Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih
keadilan;
3) Mediasi diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen efektif dalam
dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan, dan asas kewajiban
208
Ibid.
276
bahwa di dalam menerapkan hukum, asas kepastian, asas keadilan dan asas
sangat lama dan harus mengeluarkan biaya banyak. Setelah putus pada peradilan
tingkat pertama, masih ada upaya hukum banding, kasasi dan peninjauan kembali,
Apabila salah satu pihak tidak mau menjalankan putusan pengadilan, maka
dijatuhkan itu.
Eksekusi putusan pun bisa berhasil bisa tidak. Apabila eksekusi putusan
turun temurun.
mengandung keadilan, kemanfaatan dan kepastian, ada beberapa hal yang mesti
dipedomani, yaitu:210
210
Ibid., hlm. 156.
277
di atas, tetap saja pengadilan dan hakim menjadi sorotan publik. Menjawab
adalah cara yang paling baik sehingga tidak ada yang merasa dikalahkan dan
Sesuai dengan asas “pacta sunt servanda” (janji harus ditepati, dalam
pepatah Arab: janji adalah hutang), persetujuan atau kesepakatan perdamaian yang
pihak-pihak yang membuatnya. Hal ini sejalan dengan fungsi hukum untuk
menyelesaikan sengketa.
amar yang berbunyi: “menghukum kedua pihak untuk patuh dan taat terhadap
dapat dipaksakan pelaksanaannya. Berdasarkan Pasal 130 ayat (3) HIR, putusan
dan bahkan bisa membuat jiwa melayang. Pada Pengadilan Agama Surabaya,
perkara masuk pada tahun 2012 seluruhnya berjumlah 7276 perkara; perkara cerai
yang diajukan isteri sebanyak 3605 perkara dan perkara cerai yang diajukan suami
perceraian, yaitu:
berkehendak untuk bercerai, dan tidak ada masalah lain selain perceraian;
2) Tipe kedua: perkara perceraian murni, tetapi salah satu pihak suami atau
istri tidak berkehendak untuk bercerai, bahkan sampai kapanpun tetap akan
satu pihak ingin bercerai tetapi salah satunya tidak ingin bercerai, juga ada
mediasi berjalan secara informal dan sifatnya tertutup. Hal ini sudah sesuai
dengan proses litigasi di dalam perkara perceraian yang harus tertutup untuk
211
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Surabaya Tahun 2012.
279
umum demi menjaga kerahasian rumah tangga dari liputat umum. Proses informal
perceraian karena sering suami dan istri hanya dapat mengemukakan isi hatinya
mengenai rumah tangganya dalam suasana yang rileks dan santai. Terintegrasinya
mediasi, maka proses berperkara menjadi semakin cepat, sederhana dan biaya
ringan. Dengan mediasi, apabila berhasil dengan perdamaian, maka jenjang yang
harus dilalui oleh pihak-pihak yang berperkara menjadi semakin singkat. Dengan
singkatnya proses yang dilalui, maka biaya yang mesti dikeluarkan pun semakin
kecil. Pikiran dan tenagapun setelah selesai dapat dipergunakan untuk urusan lain
yang lebih produktif, karena sengketa selesai dan hubungan kekeluargaan tetap
Dalam proses litigasi, selain lama dan biaya besar, sering penyelesaiannya tidak
tuntas dan masih menyisakan masalah di luar perkara yang sebenarnya. Karena
Keputusan melalui mediasi mempunyai tingkat keadilan yang relatif tinggi karena
280
keputusan itu atas dasar kehendak mereka sendiri yang yang bersifat win-win
win-win solution.
2.4. Prinsip Keadilan dalam Penyelesaian Perkara
Perceraian
John Rawls sangat memperhatikan terciptanya keadilan dalam masyarakat.
peraturan yang ada harus terjadi dengan sendirinya atas kesadaran yang muncul
dari dalam dirinya sendiri. Masyarakat yang baik adalah ketika mereka mematuhi
peraturan dengan sukarela tanpa ada paksaan atau terpaksa. Keadaan ini,
masyarakatnya sudah tertata dengan baik. Bukan hanya tertata dengan baik, tetapi
tatanan yang baik itu yang ada dalam masyarakat harus dilandasi oleh keadilan
sebagai fairness.
Konsep keadilan menurut Rawls, keadilan itu harus muncul sebagai hasil
dari proses yang fairness ketika memulai dan melakukan penciptaan tatanan
dalam masyarakat. Menurut Rawls, keadilan itu harus dimulai sejak dalam tahap
proses penciptaan tatanan. Ketika dalam tahap proses penciptaan tatanan itu
sebagai hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan secara fairness. Dalam
masyarakat yang berkeadilan secara fairness ini, maka akan muncul masyarakat
Keadaan dari proses yang fairness di dalam masyarakat itu menurut Rawls
adalah suatu kondisi dimana ada pendistribusian hak dan kewajiban kepada
hak dan kewajiban sesuai dengan kondisi orang itu dan dilakukan secara
hak untuk dirinya, tetapi secara bersamaan ia memperoleh beban kehidupan yang
sangat berat bagi dirinya. Untuk mengukur keseimbangan antara hak dan
kewajiban bagi seseorang adalah orang yang menerima itu sendiri. Apabila
seseorang menerima manfaat dari hak dan beban kewajiban dengan senang hati
dan rasa gembira, maka berarti ia sudah mendapatkan pendistribusian hak dan
seimbang di dalam masyarakat, menurut Rawls, harus ada kesepakatan yang fair
dari semua anggota masyarakat. Adanya kesepakatan yang fair inilah yang mampu
mendorong kerja sama sosial dengan baik secara sukarela. Kesepakatan yang fair
inilah menurut Rawls yang merupakan rumusan kunci untuk memahami dan
menciptakan keadilan.
Agar bisa sampai pada terciptanya kesepakatan yang fair di dalam
masyarakat, maka harus dibuat prosedur yang tidak memihak. Prosedur yang tidak
memihak ini dibangun untuk kepentingan bersama, dan baru bisa terwujud apabila
berbuat untuk kepentingan bersama. Tidak boleh ada untuk kepentingan satu
golongan atau kelompok, kemudian kelompok yang lain harus dikorbankan. Inilah
masyarakat yang lebih unggul dari elemen lainnya, semua sama rata dan sederajat
fair pula guna dapat mendistribusikan hak dan kewajiban kepada masyarakat
secara seimbang. Kesepakatan itu dibuat dengan tidak memihak kepada salah satu
keseluruhan. Kalau kondisi ini sudah terjadi, maka – menurut Rawls – keadilan
akan tercipta. Keadilan sebagai hasil akhir harus dilakukan dengan proses yang
adil pula.
Untuk menilai keadilan secara paripurna – menurut Rawls – bukan hanya
melihat hasil akhirnya. Tetapi juga harus dinilai secara lengkap dari awal proses
dilakukan. Apabila proses dari awal dilakukan dengan tidak adil, meskipun pada
akhirnya tercipta keadilan, maka keadaan ini bukan keadilan yang sesungguhnya.
Apabila dari awal sudah dilakukan proses secara adil, maka pada ujungnya pasti
akan dihasilkan suatu keadaan yang adil. Ketika tercipta yang demikian ini, maka
lahirnya keputusan-keputusan yang oleh setiap orang dapat diterima sebagai hal
yang adil. Adapun prosedur yang fair ini hanya bisa terpenuhi apabila terdapat
menjamin distribusi yang fair atas hak dan kewajiban secara seimbang. Rawls
golongan. Ketika semua pihak yang terlibat dalam proses musyawarah memilih
prinsip-prinsip keadilan, maka keadaan ini berarti berada dalam suatu kondisi
awal yang oleh Rawls disebutnya sebagai “posisi asali” (the original position).
Posisi asali adalah penting sebagai suatu prasyarat yang niscaya bagi
jaminan terciptanya kadilan sebagai fairness. Posisi asali merupakan syarat yang
harus ada untuk melahirkan sebuah konsep keadilan yang bertujuan pada
terjaminnya kepentingan semua pihak secara fair. Setiap orang harus bisa
person. Setiap manusia diakui dan diperlakukan sebagai person yang rasional,
bebas, dan setara (memiliki hak yang sama). Manusia sebagai person moral pada
dengan itu juga didorong untuk mengusahakan suatu kerja sama sosial.
2) Kemampuan untuk membentuk, merevisi, dan secara rasional
Kedua kemampuan ini sebagai a sense of justice dan a sense of the good.
sebagai person moral untuk bertindak secara rasional dan otonom dalam
menetapkan cara-cara dan tujuan-tujuan yang dianggap baik bagi dirinya di satu
Rawls semua pihak akan bersikap rasional; dan sebagai person yang rasional,
semua pihak akan lebih suka memilih prinsip keadilan yang ditawarkannya
dan kesempatan, pendapatan dan kekayaan, dan basis harga diri – harus
didistribusikan secara sama. Suatu distribusi yang tidak sama atas nilai-nilai sosial
harus diatur dalam suatu tatanan yang disebutnya sebagai serial order atau lexical
dasar tidak bisa ditukar dengan keuntungan-keuntungan sosial dan ekonomi. Hal
ini berarti bahwa prinsip keadilan kedua hanya bisa mendapat tempat dan
285
diterapkan apabila prinsip keadilan pertama telah terpenuhi. Dengan kata lain,
penerapan dan pelaksanaan prinsip keadilan yang kedua tidak boleh bertentangan
dengan prinsip keadilan yang pertama. Oleh karena itu, hak-hak dan kebebasan-
kebebasan dasar dalam konsep keadilan khusus ini memiliki prioritas utama atas
sendiri. Itu berarti, perlu diterima suatu pengaturan secara kelembagaan atas
peluang bagi pihak lain untuk mendapatkan manfaat dalam hal yang sama. Oleh
karena itu, ketidak-samaan dalam perolehan nilai sosial dan ekonomi tidak harus
selalu dimengerti sebagai ketidak-adilan. Inti dari prinsip keadilan yang kedua
masyarakat yang ideal di mana keterbukaan peluang yang sama (dijamin melalui
prinsip kesempatan yang adil) tidak akan menguntungkan sekelompok orang dan
pada saat yang sama merugikan kelompok orang lainnya. Oleh karena itu, adanya
prinsip “perbedaan” merupakan pengakuan dan sekaligus jaminan atas hak dari
kelompok yang lebih beruntung (the better off) untuk menikmati prospek hidup
yang lebih baik pula. Akan tetapi, dalam kombinasi dengan prinsip kesempatan
yang sama dan adil, prinsip itu juga menegaskan bahwa “kelebihan” berupa
prospek yang lebih baik itu hanya dapat dibenarkan apabila membawa dampak
286
berupa peningkatan prospek hidup bagi mereka yang kurang beruntung atau
pengakuan yang kuat akan hak dan kewajiban manusia, baik dalam bidang politik
menuntut hak pastisipasi yang sama bagi semua warga masyarakat dalam setiap
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada ayat (2) nya disebutkan
berikut:
Menimbang: b. bahwa untuk mewujudkan tata kehidupan tersebut dan
menjamin persamaan kedudukan warga negara dalam hukum diperlukan
upaya untuk menegakkan keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian
hukum yang mampu memberikan pengayoman kepada masyarakat;
berikut:
Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negarg Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk rnewujudkan tata
kehidupan bangsa, negara, dan masyarakat yang tertib, bersih, makmur, dan
berkeadilan;
b. bahwa Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
sebagai berikut:
tugas menegakkan hukum dan keadilan. Hukum dan keadilan yang harus
ditegakkan oleh hakim adalah hukum dan keadilan yang berdasarkan pada
Pancasila (Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU Kekuasaan Kehakiman) dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penegakan hukum dan
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, hukum dan keadilan yang
Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, hukum dan keadilan yang ditegakkan oleh
kepada masyarakat dan juga harus memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat.
Tugas ini menempatkan hakim pada posisi yang sangat berat, karena selain harus
norma-norma hukum.
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat
juga memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat. Dalam hal ini artinya hakim
tidak boleh terpaku terhadap hukum yang tertulis saja yang berupa peraturan
perundang-undangan.
dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan (Pasal 2 ayat (4) UU Kekuasaan
diselesaikan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan. Untuk memenuhi asas ini,
senantiasa selaras dengan asas. Hakim juga dituntut memenuhi kewajiban yang
suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang
perceraian pada pengadilan agama, sesuai dengan teori keadilan menurut Rawls,
bahwa keadilan itu harus dimulai dengan proses yang fair sejak awal dengan jalan
menentukan prosedur secara fair pula yang mana untuk menuju proses ini harus
Bertitik tolak pada landasan teori ini pengadilan agama dapat melakukan
harus sama dengan proses yang selama ini berjalan yang sudah dianggap
menjadi prinsip pokok secara umum dalam perkara perceraian adalah perceraian
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak (Pasal
65 UU Peradilan Agama). Ada tiga prinsip menurut pasal ini mengenai perceraian
suami istri:
Memang pada Pasal 68 ayat (1) dan (2) serta Pasal 69 UU Peradilan
Agama ada kata-kata “pemeriksaan” dalam perkara permohonan cerai talak, dan
pada Pasal 80 ayat (1) dan (2) UU Peradilan Agama pada perkara cerai gugat.
terhadap kedua pasal tersebut dinyatakan cukup jelas. Sehingga dengan demikian
dapat saja kata-kata “pemeriksaan” pada kedua pasal tersebut dikembalikan pada
makna umum dari perkara perceraian sesuai Pasal 65 UU Peradilan Agama, yaitu
berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan dan telah
tersebut dikabulkan; dan pada ayat (2) nya yang disebutkan, terhadap penetapan
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), istri dapat mengajukan banding.
prinsip umum perkara perceraian. Tidak ada gunanya upaya hukum banding
Perceraian menurut hukum Islam ada tiga kali: talak satu, talak dua dan talak tiga.
292
Sepanjang masih berada dalam area talak dua, maka suami-istri itu masih dalam
posisi aman untuk menjadi suami-istri lagi meskipun sudah bercerai, apabila
talak satu dan talak dua, meskipun suami-istri itu sudah bercerai, tetapi masih
dalam posisi introspeksi. Apabila hasil dari introspeksi lebih baik kembali lagi,
atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar
keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat
dengan suami istri. Kemudian pada ayat (2) nya, pengadilan setelah mendengar
keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara suami istri dapat mengangkat
seorang atau lebih dari keluarga masing-masing pihak ataupun orang lain untuk
menjadi hakam. Ketentuan ini adalah upaya untuk mencari jalan damai suapaya
bisa rukun kembali, bukan dalam kontek mencari kebenaran dalil masing-masing
dalam sidang yang tertutup untuk umum. Tetapi di sisi yang lain putusan
mengenai perkara perceraian harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum. Pemeriksaan secara tertutup agar rahasia keluarga tidak terbuka ke umum.
293
Ketika putusannya diucapkan secara terbuka, maka rahasia keluarga itu menjadi
dibuka. Dalam hal ini terjadi kontradiksi yang selama ini tidak pernah dipikirkan
cara penyelesaiannya.
peradilan agama. Pada Bab IV diatur mengenai hukum acara pada pengadilan
agama yang menentukan, bahwa Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku
pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur
Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
perceraian telah diatur secara khusus di dalam undang-undang ini sehingga tidak
umum.
perceraian ini, maka penyelesaiannya harus kasuistik. Satu tipe perkara perceraian
tidak sama proses penyelesaiannya dengan satu tipe yang lainnya. Tetapi
perdamaian tidak berhasil, maka perceraian dapat dilakukan oleh pihak yang
BAB III
mengenai harta bersama dalam perkawinan, maka harus merujuk kepada pasal
bersama.
2) harta bawaan masing-masing suami istri disebut harta pribadi yang
diperjanjikan selainnya.
harta, yaitu harta bersama dan harta pribadi masing-masing suami dan istri. Harta
bersama adalah harta yang diperoleh selama berada dalam ikatan perkawinan,
295
adalah harta yang ada atau diperoleh di luar masa dalam perkawinan.
perkawinan, yang dikutip oleh M. Yahya Harahap, S.H. 212, pencaharian bersama
yang dilakukan oleh suami dan istri semestinya masuk dalam pembahasan bab
bersama, kemungkinan hal tersebut dikarenakan di dalam tradisi dan adat istiadat
orang Arab tidak dikenal adanya harta yang diperoleh secara bersama antara
Di dalam tradisi yang berlaku di Jazirah Arab yang kemudian – bisa jadi –
ini diadopsi oleh para ulama ke dalam paham yang dicantumkan di dalam kitab-
kitab fiqh, yang mempunyai kewajiban mencari nafkah adalah suami. Kewajiban
kebutuhan rumah tangganya. Ia – suami – wajib memberi nafkah kepada istri dan
anaknya berupa pakaian, tempat tinggal dan lainnya yang menjadi kebutuhan
primer dan suplementer dalam rumah tangganya. Sementara istri mempunyai hak
untuk mendapatkan nafkah dari suami, selain itu istri juga berhak mendapatkan
212
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Pustaka Kartini,
1993, Jakarta, hlm. 272.
296
dari suaminya berupa tempat tinggal, pakaian, perhiasan dan lain-lainnya yang
Maka dari itu, menurut Ismail Muhammad Syah, apabila suami dan istri
memahaminya dapat dicari dan ditelusuri melalui bab syarikah. Menurutnya, harta
harta bersama yang diperoleh selama di dalam perkawinan suami dan istri. Yang
mempunyai hak memperoleh nafkah dari suaminya dan hak-hak lainnya sebagai
istri. Istri, menurut tradisi yang berlaku di Jazirah Arab yang kemudian dijadikan
paham juga oleh sebagian umat Islam di Indonesia karena pengaruh fiqh Timur
213
Ibid., hlm. 273.
214
Syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi
dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah
suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan
tujuan memperoleh keuntungan. Syirkah Abdan kesepakatan para pemilik usaha dan kerajinan
untuk menerima pekerjaan dan berserikat dalam hasilnya. Syirkah Mufawadhah menggabungkan
beberapa macam bentuk syirkah yang masing-masing dari syirkah itu dibolehkan secara terpisah,
beberapa macam bentuk syirkah itu dikombinasikan. Syirkah Abdan Mufawadhah adalah syirkah
antara yang satu pemilik modal dan yang satunya tidak mempunyai modal yang bentuk syirkahnya
menggabungkan atau mengkombinasikan dari berbagai macam syirkah.
https://nonkshe.wordpress.com/tag/maca-macam-syirkah/, diakses jam 8:53 tanggal 12/12/2017.
297
bukan menjadi harta bersama suami dan istri. Tetapi suami mempunyai kewajiban
Ditinjau dari sudut hukum adat mengenai harta yang diperoleh di dalam
Harahap216, semua harta yang dimiliki yang diperoleh selama dalam waktu
dengan sebutan harta bersama atau harta syarikat. Begitu juga pendapat yang
dikemukakan oleh B. Ter Haar, bahwa harta yang diperoleh suami atau istri
selama di dalam perkawinan merupakan harta bersama suami dan istri. 217
Pengertian harta bersama secara hukum adat ini sudah diakui keberadaannya di
beda.218
dikuatkan oleh Mahkamah Agung dengan putusan tanggal 23 Mei 1973 Nomor
adanya harta syarikat/harta bersama yang digugat oleh seorang istri yang berasal
215
Ibid.
216
Ibid., hlm. 273-274.
217
Adib Bahari, S.H., S.HI., Tata Gugatan Cerai, Pembagian Harta Gono-Gini dan Hak Asuh
Anak, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 143-145.
218
Ibid.
298
dari Tapanuli Selatan yang di daerah tersebut tidak mengenal adanya bentuk harta
bersama tidak dikenal di dalam Hukum Adat Tapanuli Selatan dan hukum Islam,
dipandang adil harta yang diperoleh suami atau istri selama dalam perkawinan
ditentukan sebagai harta syarikat atau harta bersama yang harus dibagi dua antara
suami dan istri apabila keduanya bercerai. Di dalam putusan Mahkamah Agung
Menurut Pasal 35 ayat (1) dan juga Pasal 36 ayat (1) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974, harta yang diperoleh selama dalam ikatan suami istri
disebut dengan istilah harta bersama. Di berbagai daerah yang menganut sistem
hukum adat yang berbeda-beda, istilah yang dipakai untuk menjelaskan mengenai
harta yang diperoleh suami istri selama dalam masa perkawinan disebut dengan
dengan istilah harta seharkat. Dalam masyarakat Melayu dipakai istilah harta
bagi sebuah konsep harta atau penghasilan yang diperoleh oleh suami istri selama
219
Ibid.
299
menjadi harta bersama, yang kemudian di dalam masyarakat juga disebut dengan
istilah harta pencaharian bersama atau gono-gini. Istilah penyebutan itu mengarah
pada harta yang ada atau didapat selama dalam perkawinan masih berlangsung
bahwa: harta benda yang diperoleh selama dalam perkawinan menjadi harta
saat terjadinya akad perkawinan sampai perkawinan bubar221. Setelah akad nikah
terjadi atau setelah ijab diucapkan oleh wali calon istri dan kabul oleh calon
suami, maka sejak saat itu dimulailah masa terbentuknya harta bersama. Masa
akhir dari terbentuknya harta bersama ialah setelah perkawinan berakhir atau
putus, yaitu ketika terjadi perceraian atau meninggalnya suami atau istri 222.
221
Ibid.
222
Ibid., hlm. 275-278.
300
berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, maka semua harta benda yang
dengan demikian ketika terjadi perceraian, maka harta bersama tersebut dibagi
sama rata antara bekas suami dan bekas istri. Menurutnya, kaidah yang
menentukan semua harta yang diperoleh selama masa dalam perkawinan menjadi
yang diperoleh selama dalam masa perkawinan menjadi wujud harta bersama
kekayaan yang diperoleh suami istri selama dalam masa perkawinan dinyatakan
pencaharian suami saja atau istri saja. Dalam rumah tangga, suami saja yang
bekerja, maka hasilnya adalah harta bersama. Begitu juga istri saja yang bekerja
suami istri menjadi sederhana, yaitu harta yang diperoleh selama masa
perkawinan berlangsung. Tidak ada syarat bahwa harta bersama itu dihasilkan dari
hasil kerja suami dan istri. Cukup salah satu pihak saja yang bekerja atau
223
Ibid.
301
berpenghasilan, suami atau istri, maka harta yang dihasilkannya menjadi harta
bersama224.
Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menentukan
terbentuknya harta bersama secara umum, tidak terkait dengan siapa yang bekerja.
Rumusan ini juga sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung yang sudah ada
Tahun 1974.
3.3. Batasan-batasan Harta Bersama
Nomor 1 Tahun 1974 yaitu harta yang diperoleh selama masa dalam perkawinan.
pembahasan harta bersama secara panjang lebar dan mendalam dilakukan oleh M.
tersebut menjadi objek harta bersama suami istri, tanpa mempersoalkan siapa
yang membeli, apakah suami atau istri dan terdaftar atas nama siapa harta itu.
Suami yang membeli barang atas nama suami di dalam masa perkawinan, maka
224
Adib Bahari, S.H., S.HI., Op. Cit.
225
Ibid., hlm. 278-282.
302
harta ini termasuk objek harta bersama, begitu juga sebaliknya, dan terletak di
mana saja harta itu. Di dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 5 Mei 1971
Nomor 803 K/Sip/1970 dijelaskan bahwa harta yang dibeli suami atau istri di
tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka termasuk harta bersama suami-isteri
dalam waktu perkawinan, apabila uang yang dijadikan alat pembeli itu murni
berasal dari milik pribadi. Contohnya uang yang dibuat membeli barang adalah
murni berasal dari tabungan yang dihasilkan ketika belum menjadi suami istri,
maka barang tersebut bukan termasuk ke dalam harta bersama. Di dalam putusan
menyatakan bahwa karena harta yang disengketakan berasal dari harta bawaan
istri, meskipun dibeli dalam masa perkawinan, tidak termasuk ke dalam katagori
harta bersama. Umpama istri membeli barang dalam masa perkawinan, uang yang
dijadikan pembeli berasal dari menjual harta bawaan dari sebelum perkawinan,
maka barang yang dibeli dalam masa perkawinan ini bukanlah termasuk ke dalam
batasan harta bersama. Dalam contoh kasus ini berlaku batasan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang
berlaku asas: harta pribadi istri tetap menjadi hak milik istri dan dikuasai
asal usul uang yang dijadikan biaya pembelian atau pembangunan. Menurut
303
putusan Mahkamah Agung tanggal 5 Mei 1970 Nomor 803 K/Sip/1070 yang
menentukan meskipun harta itu dibeli atau dibangun setelah masa perkawinan
atau setelah suami istri bercerai, tetapi dibeli atau dibangun dengan biaya atau
uang dari hasil harta bersama, maka harta tersebut termasuk ke dalam katagori
harta bersama. Jadi harus dinilai secara akal sehat mengenai harta yang dibeli atau
dibangun setelah masa perkawinan atau sesudah bercerai. Harus ditelusuri aliran
dananya, apabila berasal dari harta bersama, maka termasuk ke dalam pengertian
harta bersama.
Harta bersama yang produktif yang meskipun suami istri telah bercerai,
maka produksi dari harta bersama itu dan hasilnya yang berasal dari harta bersama
termasuk kedalam katagori harta bersama. Begitu juga harta pribadi yang tumbuh
tumbuh kembangnya ini termasuk ke dalam katagori harta bersama. Harta pribadi
yang menjadi pokok tetap berupa harta pribadi. Tetapi hasilnya selama masa
perkawinan yang berasal dari harta pribadi merupakan harta bersama. Seperti
suami sebelum kawin mempunyai kebun kelapa sawit senilai 100 milyar. Setelah
kawin, kebun itu terus berkembang. Maka perkembangan dari kebun itu
merupakan harta bersama. Tetapi pokok modal yang berupa harta pribadi yang
4. Penghasilan suami-istri
Suami atau istri yang berpenghasilan dalam masa perkawinan, maka
Agung tanggal 11 Maret 1971 Nomor 454 K/Sip/1970 yang menentukan bahwa
304
segala penghasilan pribadi suami istri, baik dari keuntungan yang diperoleh dari
sebagai pegawai jatuh menjadi harta bersama suami istri. Sepanjang tidak
diperjanjikan adanya pemisahan harta, maka semua penghasilan pribadi suami dan
istri selama perkawinan yang menjalani profesi sebagai apa pun hartanya menjadi
harta bersama.
Terhadap konsep ini bahwa semua penghasilan suami atau istri menjadi
35 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) dan (2) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
menjadi harta bersama karena memahami Pasal 35 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan berdiri sendiri dan terpisah dari Pasal 34 ayat (1) dan (2)
konsep bahwa semua penghasilan suami atau istri menjadi harta bersama melalui:
ekstensif terhadap Pasal 35 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) dan (2) UU Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam pengertian yang saling mengait dan dalam
terhadap pemaknaan pada Pasal 34 ayat (1) dan (2) UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Secara struktur pasal per pasal keduanya memang terpisah
305
dan berdiri sendiri. Tetapi menurut peneliti secara substantif pemaknaan keduanya
sistematika pengaturan hukum dalam hubungannya antar pasal atau ayat dari
Pasal 34 ayat (1) dan (2) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
Pasal 35 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang membahas
Bab VII mengenai Harta Benda dalam Perkawinan. Secara tematik kedua bab itu
situasi dan kondisi yang dihadapi dengan tujuan untuk sedapat mungkin berusaha
yang pada dasarnya merupakan masalah baru bagi penerapan peraturan hukum
masyarakat, meskipun tujuan orang itu hanyalah untuk mencari laba yang sebesar-
memperluas isi pengertian suatu ketentuan hukum dengan maksud agar dengan
perluasan tersebut, hal-hal yang tadinya tidak termasuk dalam ketentuan hukum
tersebut sedangkan ketentuan hukum lainnya pun belum ada yang mengaturnya,
dapat dicakup oleh ketentuan hukum yang diperluas itu. Akibatnya masalah-
menggunakan ketentuan hukum yang isinya telah diperluas melalui penafsiran ini,
sehingga tidak perlu lagi repot-repot disusun suatu ketentuan hukum yang baru
lagi, yang khusus dibuat hanya untuk mengatur hal-hal baru yang itu saja. Contoh
penafsiran ekstensi adalah Pasal 100 KUHP yang memperluas pengertian “kunci
palsu” dengan menegaskan: “yang masuk sebutan kunci palsu yaitu sekalian
34 ayat (1) dan (2) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang
pengartiannya, bahwa:
a. Suami wajib:
(1) melindungi isterinya; dan
(2) memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga,
tampak, tidak kena panas, angin, atau udara dingin, 2. menjaga, merawat, 3.
memelihara.228
istrinya, maka suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
baiknya. Kewajiban istri kaitannya dengan rumah tangga hanya satu, yaitu
mengatur agar rumah tangganya menjadi teratur. Yang berlebih diatur agar
secukupnya diatur agar tidak kekurangan. Yang kekurangan diatur agar jangan
sampai kehidupan rumah tangganya berantakan. Karena itu bagi yang kekurangan
226
http://m.artikata.com/arti-370773-melindungi.html, diakses jam 12:34 tanggal 10/12/2017.
227
http://kamus-internasional.com/definitions/?indonesian_word=protect, diakses jam 12:34
tanggal 10/12/2017.
228
https://www.babla.co.id/bahasa-indonesia-bahasa-inggris/melindungi, diakses jam 12:34
tanggal 10/12/2017.
308
dan secukupnya istri membantu untuk mencari tambahan, yang kurang menjadi
tentang Perkawinan mengenai harta bersama, maka harus dikaitkan dalam kontek
suami wajib melindungi istrinya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 34 ayat (1)
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jadi yang dimaksud dengan “harta
benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama” harus dimaknai
dalam keadaan “suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
demikian maka pemaknaan harta bersama harus menghargai kewajiban isteri yang
bahwa semua penghasilan suami dan istri seluruhnya menjadi harta bersama itu
dalam Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
pertolongan) supaya terhindar dari mara bahaya. Kalau istri bekerja dan
bersama, maka tidak sejalan dengan prinsip melindungi dari suami terhadap
istrinya ini.
penghasilan dari istri tidak dapat dikatagorikan sebagai harta bersama. Sehingga
309
ungkapan: “suami mencari pengahasilan adalah untuk anak-istri”. Tidak ada dan
maka Pasal 35 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai
harta bersama pengertiannya adalah harta yang dihasilkan oleh suami, bukan harta
yang dihasilkan oleh istri. Harta yang dihasilkan suami adalah untuk anak dan
istrinya. Sementara harta yang dihasilkan oleh istri adalah untuk anak dan dirinya
sendiri.
ketentuan hukum dengan maksud agar hal-hal yang tadinya tidak termasuk dalam
ketentuan hukum tersebut -- sedangkan ketentuan hukum lainnya pun belum ada
yang mengaturnya -- dapat dicakup oleh ketentuan hukum yang diperluas itu.
Gunanya agar masalah-masalah yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tadinya tidak
menggunakan ketentuan hukum yang isinya telah diperluas melalui penafsiran ini.
Panafsiran ekstensif diterapkan kepada Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, arti kata suami wajib melindungi istri diperluas menjadi
suami wajib termasuk melindungi harta istri. Ketika suami wajib melindungi harta
istri, maka tidak layak penghasilan istri dimasukkan ke dalam katagori harta
bersama.
310
sistematis, sosiologis dan ekstensif, maka yang termasuk ke dalam katagori harta
bersama menurut peneliti ini adalah pengasilan suami, tidak termasuk penghasilan
istri. Sedangkan penghasilan istri adalah menjadi harta pribadi yang penguasaan
dan pemanfaatannya dilakukan oleh istri. Suami dalam hal ini wajib memberi
perlindungan kepada harta istrinya dalam status ini. Dalam kontek ini penurut
peneliti, semua harta pribadi hak milik istri dan semua yang berkembang darinya
Satu/Poligami)
tentang perkawinan bahwa seorang suami yang beristeri lebih dari seorang, maka
a. Suami wajib memberi jaminan hidup yang sama kepada semua isteri dan
anaknya;
b. Isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama
yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya itu
terjadi;
c. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang terjadi
berhak terhadap harta bersama suami dengan istri kedua, harta bersama
suami dengan istri ketiga, dan harta bersama suami dengan istri keempat.
b) harta bersama suami dengan istri yang kedua dan
berhak terhadap harta bersama suami dengan istri yang pertama, harta
bersama suami dengan istri ketiga, dan harta bersama suami dengan istri
keempat.
c) harta bersama suami dengan istri yang ketiga dan
berhak terhadap harta bersama antara suami dengan istri pertama, harta
bersama antara suami dengan istri kedua, dan harta bersama antara suami
berhak terhadap harta bersama antara suami dengan istri pertama, harta
bersama antara suami dengan istri kedua, dan harta bersama antara suami
Sejak perkawinan suami dengan istri kedua, ketiga dan keempat lalu
muncul batas mengenai harta bersama. Status harta bersama suami dengan istri
kedua timbul sejak perkawinan mereka dilakukan, tetapi istri kedua tidak berhak
terhadap harta bersama suami dengan istri pertama. Status harta bersama suami
dengan istri ketiga timbul sejak perkawinan mereka dilakukan, tetapi istri ketiga
tidak berhak terhadap harta bersama suami dengan istri pertama dan harta bersama
suami dengan istri kedua. Status harta bersama suami dengan istri keempat timbul
sejak perkawinan mereka dilakukan, tetapi istri keempat tidak berhak terhadap
312
harta bersama suami dengan istri pertama, harta bersama suami dengan istri
kedua, dan harta bersama suami dengan istri ketiga. 229 Masing-masing berdiri
suami dengan istri pertama tetap menjadi harta bersama suami dengan istri
pertama. Perkembangan harta bersama suami dengan istri kedua tetap menjadi
harta bersama suami dengan istri kedua. Perkembangan harta bersama suami
dengan istri ketiga tetap menjadi harta bersama suami dengan istri ketiga.
Perkembangan harta bersama suami dengan istri keempat tetap menjadi harta
Kompilasi Hukum Islam, yaitu pada Pasal 94 ayat (1) yang berbunyi: “Harta
bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari
berdiri sendiri adalah sebagaimana yang telah diuraikan di muka. Ada batas yang
tidak ada saling mengambil antara suami dengan istri pertama, suami dengan istri
kedua, suami dengan istri ketiga, dan suami dengan istri keempat. Kepemilikan
harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari
seorang dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan yang kedua, ketiga
atau keempat.230
229
Happy Susanto, Memahami Peraturan, Menumbuhkan Kesadaran, Pembagian Harta Gono-
Gini Saat Terjadi perceraian, Pentingnya Perjanajian Perkawinan untuk Mengantisipasi Masalah
Harta Gono-Gini, Cetakan Ketiga, Visimedia, Jakarta, 2008, hlm. 36.
230
Ibid., hlm. 37
313
cerai talak (Paragraf 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah
barang-barang yang menjadi hak bersama suami istri atau barang-barang yang
menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri”. Dan pada Pasal 86
ayat (1) UU Peradilan Agama disebutkan bahwa “Gugatan soal harta bersama
huruf (c) dan Pasal 86 ayat (1) memperbolehkan penggabungan antara gugat cerai
dengan gugat harta bersama. Menurut M. Yahya Harahap 231, hal ini adalah demi
tercapainya prinsip bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya
ringan sesuai dengan kehendak Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 48 Tahun
prinsip peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan sudah ada
sejak Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 yaitu pada Pasal 4 ayat (2). UU
231
Op. Cit., hlm. 267-272.
314
gugat cerai untuk bersama-sama juga mengajukan gugatan harta bersama atau
tidak. Ketentuan ini sangat membantu bagi para istri yang ingin bercerai dengan
dirinya. Dalam hal ini suami berhak mengajukan gugat balik terhadap istri
nafkah istri, dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan”. Dalam ketentuan
ini suami yang mengajukan permohonan cerai talak dapat juga secara bersama
sekaligus mengajukan gugat harta bersama terhadap istrinya. Begitu juga istrinya
dapat mengajukan gugat balik mengenai harta bersama yang dikusai suaminya.
Sudah sangat adil UU Peradilan Agama memberi kesempatan kepada suami atau
harta bersama.
2) Suami mengajukan gugatan harta bersama setelah ia mengucapkan ikrar
talak.
315
ketika proses permohonan cerai talak oleh suami dalam proses berlangsung di
Pengadilan Agama.
4) Istri mengajukan gugat cerai sekaligus mengajukan gugatan harta bersama.
5) Istri mengajukan gugatan harta bersama setelah gugatan cerainya
tetap.
6) Suami mengajukan gugatan harta bersama dalam gugatan balik
(rekonpensi) ketika proses gugat cerai oleh istri dalam proses berlangsung di
Pengadilan Agama.
3.6. Pemeriksaan Sengketa Harta Bersama
Di muka telah diuraikan pengertian dan batasan-batasan mengenai harta
bersama. Juga telah dijelaskan mengenai hak suami dan istri untuk mengajukan
gugat harta bersama. Bagi suami istri yang bersengketa mengenai harta bersama
berikutnya adalah mengajukan perkara ke pengadilan, dalam hal ini bagi orang
perdamaian bagi pihak-pihak yang bersengketa sesuai dengan Pasal 130 Het
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang sengketa harta bersama. Pada
Pasal 50 ayat (1) UU Peradilan Agama disebutkan bahwa dalam hal terjadi
sengketa hak milik atau sengketa lain, khusus mengenai objek sengketa tersebut
harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
Pada Pasal 50 ayat (2) UU Peradilan Agama disebutkan bahwa apabila terjadi
sengketa hak milik yang subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama
dengan pokok perkara. Tetapi untuk menegakkan asas peradilan dilakukan dengan
sederhana, cepat dan biaya ringan, semestinya meskipun sengketa hak milik yang
subjek hukumnya antara orang-orang yang tidak beragama Islam tetap mengenai
objek yang tersangkut sengketa hak milik diselesaikan oleh peradilan agama
bersama-sama dengan pokok perkara yang tidak terindikasi adanya sengketa hak
milik.
Yang dimaksud dengan sengketa hak milik yang tercantum di dalam Pasal
50 UU Peradilan Agama adalah sengketa dengan pihak ketiga selain suami istri.
sengketa hak milik mengenai objek sengketa yang bersangkutan dengan pihak
ketiga yang tidak beragama Islam, maka khusus mengenai objek sengketanya ini
harus diselesaikan terlebih dahulu oleh peradilan umum. Mengikuti bunyi teksnya
maka demikianlah pengertian jalan yang harus dilalui. Tetapi kalau berpijak
kepada asas peradilan harus dilakukan secara sederhana, cepat dan biaya ringan,
maka meskipun subjek hukumnya sengketa hak milik adalah pihak ketiga orang
yang tidak beragama Islam, maka semuanya harus diselesaikan oleh peradilan
317
agama, baik mengenai objek yang terindikasi sengketa hak milik maupun terhadap
Agama, maka hukum acara yang dipakai untuk memeroses perkara tersebut
adalah hukum acara yang berlaku pada peradilan umum, sesuai dengan Pasal 54
UU Peradilan Agama. Kalau gugatan harta bersama diajukan oleh penggugat, lalu
ditolak/dibantah oleh tergugat, maka sesuai dengan prinsip umum gugatan yang
tertuang di dalam ketentuan Pasal 163 H.I.R. penggugat wajib membuktikan dalil
harta sebagai harta bersama, sedangkan penggugat sama sekali tidak ada bukti
atas klaimnya itu sesuai H.I.R., sementara secara faktual harta itu diperoleh
selama dalam masa perkawinan. Tergugat membantah harta itu sebagai harta
bersama dan menyatakan bahwa harta itu adalah berasal dari harta pribadi/bawaan
ditolaklah gugatannya. Tetapi bagi hakim yang progresif dipakai kaidah fiqh
bahwa “apabila ada barang berada di wilayah kekuasaan seseorang, maka barang
itu adalah hak miliknya sampai ada pihak lain yang membuktikan sebaliknya”.
Terhadap kaidah ini dapat diterapkan ke dalam perkara sengketa harta bersama
dengan bahasa “semua harta yang dikuasai suami istri dalam masa perkawinan
318
berlangsung, maka harta itu merupakan harta bersama sampai ada pihak yang
membuktikan sebaliknya”.
Operasionalisasi dari kaidah ini ialah bahwa orang yang membantah
bahwa objek itu bukan harta bersama, sementara harta itu faktual dihasilkan
mana yang membuktikan adalah orang yang mengklaim objek itu adalah sebagai
objek itu bukan harta bersama. Tetapi kalau tidak dapat membuktikan, maka harta
itu adalah harta bersama. Batasannya ialah bahwa objek itu faktual diperoleh dan
20 Nopember 1975 yang dikuatkan oleh putusan Mahkamah Agung dalam tingkat
kasasi tanggal 30 Juli 1974 Nomor 808 K/Sip/1974, sebagaimana dikutip oleh M.
mengatur bahwa jika perkawinan putus karena perceraian, maka harta bersama
232
Ibid. h. 284-296.
319
Nomor 1 Tahun 1974 dengan Pasal 96 ayat (1) dan Pasal 97 Kompilasi Hukum
Islam, maka penerapan pembagian harta bersama, baik yang perkawinannya putus
karena mati atau karena perceraian, masing-masing mantan suami dan mantan istri
berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam
perjanjian perkawinan.
separuh bagian. Ditegaskan dalam putusan ini bahwa dalam hal terjadi perceraian,
antara suami dan istri dengan masing-masing mendapat separoh bagian. Konsep
separoh bagian dalam hal ini artinya suami dan istri masing-masing mendapatkan
sama besar atau dengan jumlah yang sama. Yurisprudensi ini telah diikuti oleh
Dalam hal suami beristri lebih dari seorang, Pasal 65 ayat (1) huruf b dan c
seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang telah ada sebelum
perkawinan dengan istri kedua atau berikutnya terjadi; semua istri mempunyai hak
yang sama atas harta bersama yang terjadi sejak perkawinannya masing-masing.
Ketentuan dalam Pasal 94 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam menyebutkan:
233
Ibid.
320
Merujuk pada Pasal 94 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, dalam hal suami
beristri dua istri – umpamanya – maka harta yang diperoleh suami dengan istri
pertama menjadi harta bersama suami dengan istri pertama; dan ketika menikah
dengan istri kedua, maka dimulai sejak akad nikah dengan istri kedua, harta yang
dihasilkan dengan istri kedua menjadi harta bersama suami dengan istri kedua.
Harta yang diperoleh suami dengan istri pertama berdiri sendiri dan harta yang
diperoleh suami dengan istri kedua berdiri sendiri secara terpisah. Demikian
seterusnya bagi suami yang menikah dengan tiga istri atau empat istri.
Tetapi penerapan ketentuan ini menjadi kabur, karena menyimpang dari
prinsip pengertian harta bersama yang dikonsepkan sebagai harta yang diperoleh
dalam masa perkawinan. Contohnya, suami beristri dua. Dengan istri pertama
anak senilai seratus milyar. Lalu kawin dengan istri kedua, belum mempunyai
harta bersama. Setelah menikah dengan istri kedua nilai perusahaan berkembang
menjadi dua ratus milyar. Kalau memakai konsep harta bersama dari perkawinan
seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang, masing-masing terpisah
dan berdiri sendiri, maka istri kedua tidak mempunyai hak sama sekali terhadap
perusahaan yang sudah bernilai dua ratus milyar. Karena perusahaan itu
jadi istri kedua dan berikutnya tidak akan pernah mempunyai harta bersama sebab
321
harta yang dihasilkan berasal dari harta bersama dengan istri pertama. Ketentuan
ini juga menyimpangi prinsip pengertian harta bersama yang dikonsepkan sebagai
harta yang diperoleh dalam masa perkawinan. Kalau memakai konsep awal
mengenai harta bersama, maka nilai tambahan yang seratus milyar – sebagai
perkembangan dari nilai seratus milyar yang berupa harta bersama dengan istri
pertama – semestinya menjadi harta bersama antara suami dengan kedua istrinya.
Lalu kawin dengan istri ketiga dan perusahaan berkembang menjadi tiga ratus
milyar. Maka seratus milyar berikutnya – sebagai perkembangan dari yang dua
ratus milyar – menjadi harta bersama antara suami dengan ketiga isterinya. Begitu
menerima dan mematuhi ketentuan dan peraturan yang ada harus terjadi dengan
sendirinya atas kesadaran yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Masyarakat
yang baik adalah ketika mereka mematuhi peraturan dengan sukarela tanpa ada
paksaan atau terpaksa. Keadaan ini, masyarakat yang mematuhi peraturan dengan
sukarela, akan terjadi apabila masyarakatnya sudah tertata dengan baik. Bukan
hanya tertata dengan baik, tetapi tatanan yang baik itu yang ada dalam masyarakat
dari proses yang fairness ketika memulai dan melakukan penciptaan tatanan
dalam masyarakat. Menurut Rawls, keadilan itu harus dimulai sejak dalam tahap
proses penciptaan tatanan. Ketika dalam tahap proses penciptaan tatanan itu
322
sebagai hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan secara fairness. Dalam
masyarakat yang berkeadilan secara fairness ini, maka akan muncul masyarakat
adalah suatu kondisi dimana ada pendistribusian hak dan kewajiban kepada
hak dan kewajiban sesuai dengan kondisi orang itu dan dilakukan secara
hak untuk dirinya, tetapi secara bersamaan ia memperoleh beban kehidupan yang
sangat berat bagi dirinya. Untuk mengukur keseimbangan antara hak dan
kewajiban bagi seseorang adalah orang yang menerima itu sendiri. Apabila
seseorang menerima manfaat dari hak dan beban kewajiban dengan senang hati
dan rasa gembira, maka berarti ia sudah mendapatkan pendistribusian hak dan
masyarakat. Dengan cara seperti ini maka putusan pengadilan akan memberi
yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Meskipun sudah ada hukum yang
tertulis, tetapi aplikasi dari hukum ini harus bercirikan rasa keadilan. Menurut
323
memuat alasan dan dasar putusan, juga harus memuat pasal tertentu dari peraturan
dijadikan dasar untuk mengadili. Kalau tidak mendapatkan dasar hukum pada
undang-undang, maka hakim harus mencari dari sumber hukum tak tertulis yang
Timbulnya tiga model penyelesaian sengketa harta bersama oleh pengadilan ini
bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta benda diatur menurut
illat/faktor waktu dan keadaannya). Atau dalam bahasa yang lain disebutkan al-
hukmu yaduru ma'a 'illatihi wujudan wa 'adaman (hukum itu dinamis, bisa
rasa keadilan masyarakat. Di dalam kaidah yang lain disebutkan: tasharruf al-
Karena itu segala kebijakan yang diambil harus mengacu kepada kepentingan
rakyat yang dipimpinnya. Begitu juga hakim dalam mengambil keputusan harus
mengacu pada rasa keadilan masyarakat, sejauh mana putusan dapat memberi
Agung adalah membagi harta bersama menjadi dua bagian sama besar, setengah
untuk mantan istri dan setengahnya untuk mantan suami. Cara ini menjadi model
yang sudah diperaktekkan secara luas di pengadilan agama. Meskipun selalu ada
bantahan mengenai rasa keadilan terhadap cara ini, tetapi pengadilan selalu tidak
harta bersama model pertama, lalu muncul cara penyelesaian harta bersama model
kedua, yaitu membagi harta bersama menjadi dua bagian, tetapi tidak sama besar.
suami mendapat bagian yang lebih besar. Jika istri yang lebih besar kontribusinya
dalam menghasilkan harta, maka mantan istri mendapat bagian yang lebih besar.
ini, sangat relatif dan tergantung subjektifitas pendapat hakim. Sehingga kadang
ada kritik yang sangat tajam dari mantan istri karena suami tidak mempunyai
memberi nafkah kepada istri, tetapi dalam penyelesaian sengketa harta bersama,
mendapat bagian harta bersama lebih besar dari suami. Dalam perkara ini
Mahkamah Agung dengan majlis Drs. H. Andi Syamsu Alam, S.H., Drs. H.
Hamdan, S.H., M.H. dan Drs. H. Mukhtar Zamzami, S.H., M.H. memutuskan
memberikan harta bersama yang lebih besar kepada istri di mana istri sebagai
penggugat dari hasil kerjanya. Demi rasa keadilan Mahkamah Agung memandang
pantas penggugat memperolah harta bersama yang lebih besar dari tergugat.
bersama yang tidak melihat siapa yang berpenghasilan. Kalau memakai konsep
awal mengenai harta bersama, maka sudah adil dengan pembagian separuh sama
besar antara suami dan istri. Ketika salah satu pihak dari suami atau istri
berarti nantinya suami yang tidak bekerja, istri yang tidak bekerja atau istri yang
326
nusyuz tidak akan mendapatkan bagian dari harta bersama yang diperolehnya.
Dan ini menjadi suatu fenomena baru dalam perkembangan hukum di Indonesia.
dengan dua istri, lalu suami bercerai dengan istri kedua, dengan memakai konsep
harta bersama pada perkawinan serial di muka, maka yang dibagi adalah harta
bersama suami dengan istri kedua saja. Pembagian harta bersama dengan istri
yang kedua ini terlepas dari harta bersama suami dengan istri pertama. Demikian
yang tergambar dalam putusan Mahkamah Agung No. 127 K/Ag/1992 tanggal 28
seorang suami menikah dengan seorang istri, memperoleh harta bersama, lalu
bercerai, tidak ada gugatan harta bersama. Dalam perjalan waktu mantan suami
menikah kembali dengan mantan istri, memperoleh harta bersama, lalu bercerai,
memisahkan harta bersama suami dengan istri pada perkawinan periode pertama
dan harta bersama suami dengan istri pada perkawinan periode kedua. Harta
bersama suami dengan istri pada perkawinan periode pertama dibagi dua sama
besar, masing-masing kepunyaan mantan suami dan mantan istri, dan harta
bersama suami dengan istri pada perkawinan periode kedua dibagi dua sama
Cara ketiga adalah membagi harta bersama kepada anak apabila mantan
pasangan suami istri itu mempunyai keturunan. Model pembagian ini sangat tidak
popular di pengadilan agama, karena jauh menyimpang dari norma hukum yang
cara ini sebenarnya tidak menyimpang dari norma hukum dan keadilan.
Landasan berpikir secara normatif dari penyelesaian cara ketiga ini adalah
dan keadilan. Sarwohadi, hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Agama Mataram
faktor kemanusiaan.234 Faktor kemanusian ini salah satunya adalah karena adanya
pihak yang bersengketa mempunyai anak, alangkah baiknya apabila sejak putusan
harta bersama tersebut diserahkan pada anak. Dengan diserahkan kepada anak,
maka objek sengketa akan tetap utuh. Karena seandainya anak itu masih di bawah
umur, maka pihak-pihak yang bersengketa sebagai orangtua tidak bisa memindah-
tangankan kecuali atas ijin pengadilan. Harta bersama itu seutuhnya dipergunakan
234
Sarwohadi, Sekitar Kejurusitaan, Pengadilan Tinggi Agama Mataram, Mataram, 2015, hlm. 68.
235
Ceramah oleh Sarwohadi, hakim tinggi Pengadilan Tinggi Agama Mataram dalam rapat
koordinasi pengadilan agama se-wilayah hukum PTA Mataram yang disampaikan pada tanggal 27
Maret 2015 di Mataram.
328
untuk kepentingan anak. Kalau anak itu masih dalam usia sekolah, maka
Cara terakhir ini sesuai dengan pepatah bangsa Indonesia, “kasih sayang
anak kepada orang tua sepanjang gala, tetapi kasih sayang orang tua kepada anak
bahwa hak milik orang tua, jiwa raga, diperuntukkan untuk anak keturunan. Ini
sesuai dengan pameo orang Indonesia yang mengatakan bahwa dalam mencari
harta mereka selalu mengatakan “untuk dan demi anak-anak”. Dengan demikian
memutuskan dengan amar putusan harta bersama diserahkan kepada anak. Namun
putusan ini dijatuhkan setelah terjadi kesepakatan antara suami dan istri untuk
karena tidak didukung dengan basis argumentasi yang kuat dan perangkat
sistematika putusan yang lengkap, maka kemudian putusan ini mendapat kritikan
yang tajam.236
236
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10951, diunduh tanggal 7/2/2016 jam
3:33.
329
Pada putusan Pengadilan Agama Jember juga ada putusan mengenai harta
yang diputus pada tanggal 22 Juni 2017 memberikan amar putusan diantara, yaitu:
Kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat, harta orang tua memang diturunkan
keturunannya. Dari sisi keadilan, putusan tersebut juga memenuhi rasa keadilan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
331
Dari pembahasan yang telah diuraian di muka, hal baru yang dapat
diperoleh dari penelitian ini berlandaskan pada Teori Keadilan John Rawls, Teori
tolak pada landasan teori ini dan sesuai dengan konsep kekuasaan
DAFTAR BACAAN
Buku:
Aji, Oemar Seno, Peradilan Bebas Negara Hukum, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1980.
Alawy, Zainal Abidin, Ijtihad Kontemporer dan Reformasi Hukum Islam dalam
Perspektif Mahmud Syaltut, Yayasan Haji Abdullah Amin, Jakarta, 2003.
Ali, A. M. Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan
Analisis Historis, Teoritis, &Praktis, Kencana, Jakarta, 2004.
Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis, Toko
Gunung Agung, Jakarta, 2002.
---------------, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Kencana Prenada
group, Jakarta, 2009.
Ali, Chaidir, Yurisprudensi Perbuatan Melanggar Hukum, Bina Cipta, Bandung,
1970.
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
--------------------------, Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan), Rajawali Press
Jakarta, 1995.
-------------------------, Hukum Islam Dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan),
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.
-------------------------, Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia,
Yayasan Risalah, Jakarta, 1984.
----------------------, dan Habiba Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia,
Raja Grafindopersada, Jakarta, 1995.
Ali, Zainuddin, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, 2006.
Al-Qardᾱgi, Ali Muhyἶ ad-Dἶn Ali, Mabda ar-Ridᾱ Fἶ al-Uqῡd Dirᾱsah
Muqᾱranah Fἶ al-Fiqh al-Islamἶ wa al-Qanῡn al-Madᾱni (ar-Rumᾱni wa
al-Faransi wa al-Injilἶjiy wa al-Mishriy wa al-'Irᾱqy), Jilid I, Dᾱr- al-
Basyᾱir al-Islᾱmiyyati, Beirut, 1985.
Al-Qazwini, Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Yazid ibn Majah, Sunan Ibn Majah,
vol. 3, Dar al-Ma’rifah, Beirut, 1996.
Al-Samarqandi, ‘Abd. Allah bin ‘Abd al-Rahman al-Darimi, Sunan al-Darimi,
vol.2, Dal al-Kitab al-‘Arabi, Beirut, 1987.
Al-Yuby, Muhammad Sa’ed ibn Ahmad ibn Mas’aud, Maqashid al-Syari’ah al-
Islamiyah wa ‘Alaqtuha bi al-Adillah al-Syar’iyah, Dar al-Hijrah, Al-
Riyadl, 1998.
335
Nasution, Bahder Johan, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Madju,
Bandung, 2014.
Natabaya, H.A.S, Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Sekretaris
Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006.
Natin, Sri, dkk., Hukum tentang Orang, Hukum Keluarga dan Hukum Waris di
Belanda dan Indonesia, Pustaka Larasan, Denpasar, 2012.
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, Jakarta,
1998.
---------------, Pengantar ke Pemikiran Politik, Cet. I, CV. Rajawali, Jakarta, 1983
Notosusanto, Organisasi dan Jurisprudensi Peradilan Agama di Indonesia, B.P.
Gadjah Mada, Yogyakarta, 1963.
Nozick, Robert, Anarchy, State, and Utopia, Blackwell, Oxford, 1974.
Panggabean, Samsu Rizal dan Taufik Adnan Amal, Politik Syariat Islam Dari
Indonesia hingga Nigeria, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2004.
Pat O'Malley, Risk, Uncertainty and Goverment, Glass-House Press, New South
Wales, 2004.
Paton, G. W., A Textbook of Jurisprudence, Clarendon Press, Oxford, 1972.
Penner, James (editors), Introduction to Jurisprudence and Legal Theory,
(Commentary and Materials), Butterwords, London, 2002.
Perangin, Effendi, Hukum Waris, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997.
Philippe, Nonet & Philip Selznick, Hukum Responsif, Nusamedia, Bandung, 2008.
Pitlo, A., Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Intermasa, Jakarta, 1979.
Pointer, J.A., Penemuan Hukum, terjemahan B. Arief Sidharta, Jendela Mas
Pustaka, Bandung, 2008.
Pound, Roscoe, Law Finding Through Experience and Reason: Three Lectures,
University of Georgia Press, Athens, 1960.
Praja, Juhaya S., Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, cetakan pertama,
Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.
Pramukti, Annger Sigit dan Andre Budiman Panjaitan, Pokok-Pokok Hukum
Asuransi, Pustaka Yustisia, Jakarta, 2016.
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum,
Cetakan Ke-4, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011.
343
Zaidan, Abdul Karim (dalam terjemahan Muhyiddin Mas Rida), Al-Wajiz 100
Kaidah Fikih dalam Kehidupan Sehari-hari, Cetakan 1, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta, 2008.
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Haji Masa
Agung, Jakarta, 1992.
Kamus:
Black, Henry Campbell, BlackS Law Dictionary, Minn-West Publishing co, St.
Paul, 1990.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990.
E John M Echols,. & Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Gramedia,
Jakarta, 1977.
Echols, John M. & Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Gramedia, Jakarta,
1977.
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictitionary, West Publisher, Minnesota,
2003.
Ibn Manzhur, Kamus Lisanul ‘Arab, Beirut: Dar Shadir, Cet.I, tt.
John M. Echols dan Hasan Syadilly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, 2009, Cetakan ke-4, Jakarta, Pustaka
Phoenix.
Peter Salim, Contemporary English-Indonesian Dictionary, Modern English
Press, Jakarta, 1998.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1986.
S. Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Malang: Shinta Dharma, 1972.
Suharso dan Ana Ratnaningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan
Kesepuluh Semarang, Widya Karya, 2012.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Sakai-Indonesia, Depdikbud, 1985.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.
350
Perundang-undangan:
Internet:
354
Business Dictionary,
http://www.businessdictionary.com/definition/procedure.html, diakses jam
10:14 tanggal 29/11/2017.
Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), Referensi HAM,
http://referensi.elsam.or.id/2014/10/putusan-nomor-46puu-viii2010-
mahkamah-konstitusi-republik-indonesia-tentang-perkawinan/, diakses
tanggal 23-11-2017 jam 6:05.
Google Translate, https://translate.google.co.id/?hl=en#id/en/prinsip, diakses jam
3:14 tanggal 28/11/2017.
Harifin A. Tumpa, Kekuasaan Kehakiman Dimaknai Menegakkan Hukum,
Keadilan,
http://www.ditjenmiltun.net/index.php/component/content/article/114-
umum/1410-harifin-kekuasaan-kehakiman-dimaknai-menegakkan-hukum-
keadilan.html, di Unduh pada tanggal 8 September 2015 jam 9:45.
Harifin A. Tumpa, Kekuasaan Kehakiman Dimaknai Menegakkan Hukum,
Keadilan,
http://www.ditjenmiltun.net/index.php/component/content/article/114-
umum/1410-harifin-kekuasaan-kehakiman-dimaknai-menegakkan-hukum-
keadilan.html, diunduh pada tanggal 8 Januari 2016 jam 9:45.
http://advosolo.wordpress.com/2012/07/04/kekuasaan-kehakiman-di-indonesia/,
diunduh jam 14:20 tanggal 23/11/2012.
http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-
penyelesaian-konflik/, diunduh jam 07:27 tanggal 16/l0/2012.
http://blogperadilan.blogspot.co.id/2011/05/paradigma-baru-penyelesaian-
sengketa.html diunduh tanggal 6/2/2016 jam 15:10.
http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/10/07/artikel-politik-hukum-tujuan-
hukum-menurut-gustav-radbruch/, diunduh jam 07:23 tanggal 17-12-2012.
http://dc177.4shared.com/doc/NJLykB0N/preview.html, diunduh jam 14:45
tanggal 12/11/2012.
http://dieks2010.wordpress.com/2010/08/27/pengertian-fungsi-dan-tujuan-negara-
kesatuan-republik-indonesia/, diunduh jam 08:45 tanggal 19/11/2012.
http://dukunhukum.wordpress.com/2012/04/09/asas-asas-hukum-acara-perdata/,
diunduh jam 14:47 tanggal l7/10/2012.
http://filkumania-bentham.blogspot.com/,diunduh jam l4:31 tanggal 15/l0/2012.
355
http://gokil8.wordpress.com/2011/04/13/asas-hukum-peradilan-agama/, diunduh
jam 14:48 tanggal 12/11/2012.
http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/ruang-lingkup-harta-
bersama.html,diunduh tanggal 7/2/2016 jam 3:6.
http://hnikawawz.blogspot.com/2011/11/kajian-teori-perlindungan-hukum.html,
diunduh jam 08:00 tangga 16/11/2012.
http://id.shvoone.com/law-and-politics/law/2093155-fungsi-hukum/, diunduh jam
l4:30 tanggal 17/10/2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kain_dan_Habel,diunduh jam 07:33 tanggal
16/10/2012.
http://ineusintiawati.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-landasan.html, diakses
jam 12:35 tanggal 7/12/2017.
http://kamus-internasional.com/definitions/?indonesian_word=protect, diakses
jam 12:34 tanggal 10/12/2017.
http://kangparjay.blogspot.co.id/2011/05/qidah-fiqhiyyah.html, diakses tanggal
12/9/2015 jam 9:17.
http://koirula.blogspot.co.id/2016/04/hukum-acara-perdata-peradilan-umum-
dan.html, diakses pada hari Kamis tanggal 17 Agustus 2017 jam 16:49.
Error! Hyperlink reference not valid., diunduh jam 12:37 tanggal l5/l0/2012.
http://m.artikata.com/arti-370773-melindungi.html, diakses jam 12:34 tanggal
10/12/2017.
http://mklh10arbitrase.blogspot.com, diunduh jam 19:36 tanggal l2/9/2012.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10951, diunduh tanggal 7/2/2016
jam 3:33.
http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/25/akar-konflik/, diunduh jam 07:31
tanggal 16/l0/2012.
http://thatsmekrs.wordpress.com/2010/06/17/tugas-fungsi-dan-tujuan-hukum/,
diunduh jam 07:38 tanggal l7/10/2012.
http://wawasankeislaman.blogspot.com/2012/02/fiqh-shulh-l.html, diunduh jam
07:51 tanggal 16/10/2012.
http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/alternatif-
penyelesaian-sengketa-di-indonesia/, diunduh jam 19:08
tanggal 22/12/2012.
356
http://www.ekomarwanto.com/2011/05/arbitrase-dan-alternatif-penyelesaian.html,
diunduh jam 19:33 tanggal l2/9/2012.
http://www.infoplease.com/ipa/A0193922.html, diakses pada hari Jum’at taggal 5
Juni 2015 jam 10:30.
http://www.kuliah.info/2015/05/konsep-adalah-apa-itu-konsep-ini.html, diakses
jam 10:23 tanggal 7/12/2017.
http://www.life.viva.co.id/news/read/195848-10-negara-dengan-tingkat-
perceraian-tertinggi, diakses jam 10:20 tanggal 11/6/2015.
http://www.scribd.com/doc/46240963/Asas-Kepastian-Hukum, diunduh jam
08:34 tanggal 5/11/2012.
http://www.scribd.com/doc/51273229/BENTUK-ALTERNATIF-
PENYELESAIAN-SENGKETA, diunduh jam 12:41 tanggal 5/11/2012.
http://www.siddikilegaldick.blogspot.co.id/2014/12/mengapa-memilih-
mediasi.html diakses tanggal 20/01/2016 jam 13.30.
http://www.siddikilegaldick.blogspot.co.id/2014/12/mengapa-memilih - mediasi.
html, diunduh tanggal 30/1/2016 jam 1:57.
https://en.wikipedia.org/wiki/Statistical_Abstract_of_the_United_States, diakses
pada hari Rabu, tanggal 9/8/2017 jam 18:31.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prosedur, diakses jam 10:10 tanggal 21/11/2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses jam 1:21 tanggal 7/12/2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahar, diakses jam 2:20 tanggal 22-11-2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip, diakses jam 2:46 tanggal 28/11/2017.
https://kamaldiegrosse.wordpress.com/pembagian-harta-gono-gini-dalam-
perceraian/, 7/2/2016 jam 3:37;
http://alfarabi1706.blogspot.co.id/2013/01/harta-bersama-gono-gini-
hukum-perdata.html, diunduh tanggal 7/2/2016 jam 3:43.
https://kbbi.web.id/asas, diakses jam 2:29 tanggal 29/11/2017.
https://kbbi.web.id/landas, diakses jam 8:21 tanggal 7/12/2017.
https://kbbi.web.id/mahar, diakses jam 2:25 tanggal 22-11-2017.
https://kbbi.web.id/prosedur, diakses jam 10:04 tanggal 21/11/2017.
https://kbbi.web.id/prosedur, diakses jam 9:55 tanggal 29/11/2017.
https://krisnaptik.com/polri-4/teori/teori-hukum-dan-pengertian/, diakses jam 1:11
tanggal 7/12/2017.
357