Manuscript Argita

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga pada Pemberian Gizi

Anak Autis di Yayasan Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya


(Factors Which Associated With Family Support to Provision Autism Nutrition Gift in
Autism Foundation Center “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya)

Argita Putri, Dhian Satya R, S.Kep., Ns., M.Kep

ABSTRACT

Acceptance of children with autism is influenced by the support of a large family, the
family's financial capability, religious background, education level, age and level of
knowledge. Parents of children with autism often report that food can affect growth and
aggravate symptoms of their children. The research objective was to analyze the relationship
between the economy, education, age and knowledge with the family in the provision of
nutritional support children with autism at Autism Center Foundation "CAKRA" Pucang
Jajar Surabaya.

The study design using analytical design correlation with cross-sectional approach.
Sampling with Non-probability sampling technique with purposive sampling counted 32
respondents. The research variables are economic factors, education, age and knowledge to
support the family. The collection of data obtained through demographic data and
questionnaire. Data were analyzed using Spearman Rho test with ρ ≤ 0.05 significance level.
Results showed there is a relationship with the father of economic factors support the
family (ρ=0.002), there is a correlation between maternal education with the support of the
family (ρ=0.004), there is a correlation between maternal age with the support of the family
(ρ=0.001), there is a correlation between knowledge with the support of the family
(ρ=0.004).

The implications of this research addressing that economic factors, education, age
and knowledge have been associated with the provision of nutritional support for families of
children with autism is hoped that parents and schools can eliminate a source of food or
beverages that contain gluten and casein proteins.

Keywords: Autism, Economics, Education, Age, knowledge, family support, Giving


Nutrition

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │1


PENDAHULUAN

Autisme merupakan suatu glutein dan kasein. Makanan yang tidak


kumpulan gejala yang diakibatkan oleh diperbolehkan adalah mengandung glutein
kerusakan saraf. Gejala pada anak autis yaitu makanan yang terbuat dari biji
sudah tampak sebelum anak mencapai usia gandum dan tepung sedangkan yang
3 tahun. Penyandang autisme mengandung kasein adalah susu sapi.
menunjukkan gangguan komunikasi yang Orang tua anak autis sering melaporkan
menyimpang. Gangguan komunikasi anak bahwa masalah makan dapat
autis tersebut dapat terlihat dalam bentuk mempengaruhi pertumbuhan dan
keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara memperberat gejala anak mereka
dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti (Ramadayanti, 2013). Penelitian di
(bahasa planet), atau bicara hanya dengan Amerika, autisme terjadi pada 10 anak dari
meniru saja (ekolalia) dan penyandang 10.000 kelahiran. Kemungkinan terjadinya
autisme menunjukkan gangguan interaksi 4 kali lebih sering pada bayi laki-laki
dengan orang disekitarnya, baik orang dibanding bayi perempuan. Statistik bulan
dewasa maupun orang sebayanya Mei 2004 di Amerika menunjukkan, 1 di
(Maulana, 2007). Penyebab autisme masih antara 150 anak berusia di bawah 10 tahun
belum diketahui secara pasti. Salah satu atau sekitar 300.000 anak-anak memiliki
faktor penyebab autis yaitu faktor gejala autis. Perkiraan pertumbuhan
lingkungan yang terkontaminasi oleh zat- sebesar 10-17 % per tahun, para ahli
zat beracun, pangan, gizi dan akibat memperkirakan bahwa pada dekade yang
raksenasi (Winarno, 2013). Orang tua akan datang di Amerika akan terdapat 4
menerapkan diet bebas gluten dan kasein juta penyandang autis. Autisme terjadi di
pada anak autis adalah perilaku taat yang belahan dunia manapun. Tidak peduli pada
meliputi sikap dan tindakan orang tua suku, ras, agama, maupun status sosial
dalam menerapkan diet bebas gluten dan (Maulana, 2007). Di Indonesia belum ada
kasein sehingga dapat mengurangi gejala angka yang pasti mengenai prevalensi
autis (Elvira, 2013). Dukungan keluarga autisme, namun dari data yang ada di
merupakan suatu proses hubungan antara Poliklinik Psikiatri Anak & Remaja RSCM
anggota keluarga dengan adanya dukungan pada tahun 1989 hanya ditemukan 2
timbal balik, umpan balik dan keterlibatan pasien, dan pada tahun 2000 tercatat 103
emosional. Selain itu dukungan dari dalam pasien baru, terjadi peningkatan sekitar 50
keluarga dapat menciptakan suasana saling kali (Elvira, 2013). Hasil studi
memiliki, untuk memenuhi kebutuhan pendahuluan di Yayasan Autis Center
pada perkembangan keluarga. Dukungan “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya yang
keluarga merupakan sikap, tindakan dan dilaksanakan pada tanggal 23 Februari
penerimaan keluarga terhadap penderita 2015 dengan cara wawancara didapatkan
yang sakit, anggota keluarga memandang informasi bahwa dari 10 orang tua yang
bahwa orang yang bersifat mendukung memberikan dukungan terhadap
selalu siap memberikan pertolongan dan pemberian gizi non gluten dan kasein
bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). didapatkan hasil 3 (30%) orang tua
Ibu berperan dalam keluarga selain memiliki pengetahuan yang kurang tentang
mengasuh anak juga memegang peranan pemberian gizi non gluten dan kasein, 5
penting dalam pendampingan proses (50%) orang tua tidak tega karena anak
perkembangan anak termasuk dalam hal selalu meminta makanan yang sama , dan
pemilihan makanan yang tepat sesuai 2 (20%) orang tua memberikan gizi tanpa
kebutuhan anak. Orang tua dapat memilih kasein dan glutein. Hasil penelitian
makanan yang sesuai dengan diet pada Rahmayanti (2007), menunjukan adanya
anak autis yaitu pemberian makanan non penerimaan anak autis dipengaruhi faktor

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2


dukungan dari keluarga besar, kemampuan melakukan penelitian tentang faktor-faktor
keuangan keluarga, latar belakang agama, yang berhubungan dengan dukungan
tingkat pendidikan, usia serta tingkat keluarga pada pemberian gizi anak autis.
pengetahuan. Subjek cukup berperan serta Menyadari pentingnya dukungan keluarga
dalam penanganan anak mereka mulai dari untuk meningkatkan pemberian gizi yang
memastikan diagnosis dokter, membina terbaik untuk anak autis terutama orang tua
komunikasi dengan dokter, mencari dokter yang paling dekat dengan anaknya
lain apabila dokter yang bersangkutan hendaknya melakukan pengawasan yang
dinilai kurang kooperatif, berkata jujur saat ketat pada pola makan anak, mencatat
melakukan konsultasi mengenai makanan dan minuman yang dikonsumsi
perkembangan anaknya, memperkaya oleh anak agar orang tua dapat mengetahui
pengetahuan, dan mendampingi anak saat jenis makanan yang dapat menimbulkan
melakukan terapi. Fenomena semakin alergi pada anak, memenuhi kebutuhan
meningkatnya jumlah prevalensi autisme anak khususnya menyediakan makanan
maka, akan semakin banyak pula orang tua dan minuman yang tidak mengandung
yang mengalami konflik batin dalam gluten dan kasein. Fasilitas kesehatan
menerima keberadaan anaknya yang autis. seperti terapis untuk anak autis melakukan
Konflik ini dapat terjadi karena adanya sosialisasi dan konseling secara
kesenjangan karena adanya keinginan dan perorangan atau individu agar tidak terjadi
harapan orang tua yang tidak terpenuhi kesalahan dalam pengaturan diet anak
untuk memiliki anak yang dapat yang dapat menyebabkan kekurangan gizi
dibanggakan dalam keluarga, sehingga serta memberikan pengetahuan akan
dapat mempengaruhi penerimaan orang tua makanan dan minuman pada orang tua
yang memiliki anak autis khususnya Ibu yang boleh untuk dikonsumsi dan tidak
(Mansur, 2009). Makanan merupakan boleh dikonsumsi oleh. Anak dan pihak
suatu hal yang juga harus diperhatikan sekolah pun behubungan langsung dengan
pada anak dengan gangguan autis. anak autis sehingga berperan dalam
Pemberian serta pemilihan makanan secara memeperkenalkan makanan atau jajanan
benar merupakan suatu cara meringankan yang mengandung glutein dan kasein di
gejala autisme. Salah satu terapi diet yang luar lingkungan sekolah sehingga dapat
dianjurkan pada autisme adalah diet bebas menghindarkan anak dari meningkatnya
gluten dan bebas kasein. Peran ibu didalam gejala autisme.
keluarga selain mengasuh anak juga
memegang peranan penting dalam Rumusan Masalah
pendampingan proses perkembangan anak Apakah faktor-faktor yang
termasuk dalam hal pemilihan makanan berhubungan dengan dukungan keluarga
yang tepat sesuai kebutuhan anak. pada pemberian gizi anak autis di Yayasan
Pemilihan makanan yang sesuai pula harus Autisme Center “CAKRA” Pucang Jajar
diberikan secara tepat untuk mencegah Surabaya?
terjadinya kekurangan gizi pada anak autis.
Selain itu, orang tua anak autis sering Tujuan Penelitian
melaporkan bahwa masalah makan dapat
dapat mempengaruhi pertumbuhan anak Tujuan umum
mereka. Pemberian diet secara tepat Menganalisa faktor-faktor yang
diharapkan anak dengan gangguan autis berhubungan dengan dukungan
mendapatkan gizi yang cukup sesuai keluarga pada pemberian gizi anak
dengan kebutuhannya sehingga dapat autis di Yayasan Autisme Center
mengikuti terapi dan pendidikan dengan “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya.
baik (Ramadayanti, 2013). Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2


Tujuan Khusus 3. Bagi Masyarakat
1. Menganalisa hubungan faktor Hasil penelitian ini dapat
tingkat ekonomi dengan dukungan dimanfaatkan untuk masukan
keluarga pada pemberian gizi anak dalam meningkatkan dukungan
autis di Yayasan Autisme Center sosial maupun keluarga dalam
“CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. pemberian gizi pada anak autis.
2. Menganalisa hubungan faktor 4. Bagi Institusi
tingkat pendidikan dengan Hasil penelitian ini dapat
dukungan keluarga pada pemberian dimanfaatkan untuk pengembangan
gizi anak autis di Yayasan Autisme penelitian selanjutnya dan
Center “CAKRA” Pucang Jajar merupakan masukan sekaligus
Surabaya. sebagai bahan dokumen ilmiah
3. Menganalisa hubungan faktor usia pengembangan Sekolah Tinggi
orang tua dengan dukungan Ilmu Kesehatan Hang Tuah
keluarga pada pemberian gizi anak Surabaya.
autis di Yayasan Autisme Center
“CAKRA” Pucang Jajar Surabaya. METODE PENELITIAN
4. Menganalisa hubungan faktor Desain penelitian menggunakan
tingkat pengetahuan dengan rancangan analitik korelasi dengan
dukungan keluarga pada pemberian pendekatan cross-sectional. Variabel
gizi anak autis di Yayasan Autisme penelitian adalah faktor ekonomi,
Center “CAKRA” Pucang Jajar pendidikan, usia dan pengetahuan dengan
Surabaya. dukungan keluarga. Pengumpulan data
diperoleh melalui data demografi dan
Manfaat Penelitian kuisoner. Data dianalisa dengan
menggunakan Uji Spearman Rho dengan
Teoritis tingkat kemaknaan ρ ≤ 0,05. Penelitian ini
Dapat membuktikan secara ilmiah dilaksanakan pada tanggal 18-24 Mei 2015
tentang faktor-faktor yang di Yayasan Autisme Center “CAKRA”
berhubungan dengan dukungan Pucang Jajar Surabaya. Populasi pada
keluarga terhadap pemberian gizi penelitian ini adalah Orang tua yang
anak autis. memiliki anak autis 35 anak. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian
Praktik ini adalah Nonprobability sampling
1. Bagi Profesi Keperawatan dengan menggunakan purposive sampling
Hasil penelitian ini di harapkan yaitu suatu teknik penetapan sampel
dapat bermanfaat, memperluas dengan cara memilih sampel di antara
wawasan, dan memberikan populasi sesuai dengan yang dikehendaki
sumbangan ilmiah dalam bidang peneliti (tujuan/masalah dalam peneliti),
keperawatan anak. Khususnya sehingga sampel tersebut dapat mewakili
tentang faktor-faktor dukungan karakteristik populasi yang telah dikenal
keluarga terhadap pemberian gizi sebelumnya. Didapatkan 32 responden
anak autis. dengan menggunakan rumus besar sampel
2. Bagi Peneliti (Nursalam, 2013). Besar sampel yang
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam penelitian ini adalah 32
digunakan sebagai bahan acuan anak autis yang telah dihitung melalui
atau sumber data bagi penelitian rumus perhitungan besar sampel
selanjutnya. (Nursalam, 2013).
N
𝑛𝑛 =
1 + N(d)²

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │3


Keterangan : Instrumen yang digunakan pada
n = Jumlah sampel faktor usia adalah kuisoner data
N = Jumlah Populasi demografi orang tua menyatakan
d = Tingkat signifikansi (ρ). tentang usia orang tua.
Perhitungan sampel Penelitian sebagai d. Instrumen faktor pengetahuan
berikut : Kuisoner ini berjumlah 10 soal dan
N bentuk soal multiple choice dengan
𝑛𝑛 =
1 + N(d)² 3 pilihan jawaban a, b dan c untuk
35 kuisoner faktor pengetahuan.
𝑛𝑛 =
1 + 35 (0,05)2
Tabel 4.2 Klasifikasi pertanyaan
n= 32,18
faktor pengetahuan dukungan keluarga.
Indikator faktor Nomor Jumlah
Jadi, besar sampel pada penelitian ini
pengetahuan item soal
adalah 32 responden. Dengan kriteria
dukungan keluarga soal
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi 1. Pengertian 1 20
a. Orang tua yang berusia dewasa pemberian gizi
b. Orang tua kandung atau wali non gluten dan
c. Orang tua yang bisa baca tulis. kasein 2, 3
d. Orang tua yang bersedia menjadi 2. Pengertian
responden gluten dan
2. Kriteria ekslusi kasein 4, 5, 6, 7
a. Orang tua yang hanya 3. Makanan dan
mengantarkan anak dan tidak minuman yang
menemani anak dalam proses mengandung
terapi. dan tidak 8, 9, 10,
b. Orang tua tidak berada ditempat mengandung 11
atau tidak hadir saat penelitian. gluten
4. Makanan dan
Instrumen penelitian yang digunakan minuman yang
dalam penelitian ini ada 3, yaitu lembar mengandung
kuisoner untuk data demografi orang tua dan tidak 12, 13,
dan anak, lembar kuisoner untuk penilaian mengandung 14
faktor pengetahuan dan lembar kuisoner kasein
dukungan keluarga pada pemberian gizi 5. Dampak
anak autis. pengaruh kasein 15, 16
a. Instrumen faktor tingkat ekonomi dan gluten
Instrumen yang digunakan pada 6. Makanan yang
faktor tingkat ekonomi adalah dihindari dan 17, 18
kuisoner data demografi orang tua dianjurkan anak
menyatakan tentang penghasilan autis 19, 20
orang tua tiap bulan 7. Makanan yang
b. Instrumen faktor tingkat terkontaminasi
pendidikan 8. Pengetahuan
Instrumen yang digunakan pada orang tua
faktor tingkat pendidikan adalah terhadap gizi
kuisoner data demografi orang tua Penelitian untuk faktor pengetahuan
menyatakan tentang pendidikan dukungan keluarga masyarakat
terakhir orang tua. menggunakan skala Guttman (Benar atau
c. Instrumen faktor usia Salah). Indikator faktor pengetahuan

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │4


bersifat mengukur sejauh mana F = Jumlah jawaban yang
pengetahuan orangtua pada pemberian gizi benar
anak autis. Jika jawaban benar mendapat N = Jumlah skor maksimal
point 1 dan jawaban salah point 0. Kategori dukungan keluarga pada
Skoring ditentukan dengan rumus pemberian gizi anak autis :
sebagai berikut: d. 76-100% :
P = F x 100% Mendukung
N e. 75-56 : Cukup
P = Presentase f. <56% : Tidak
F = Jumlah jawaban yang patuh mendukung
diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
Kategori pengetahuan: Tabel 4.3 Klasifikasi pertanyaan
a. 76 – 100% : Baik dukungan keluarga pada
b. 56 – < 76% : Cukup pemberian gizi anak autis
c. < 56 % : Kurang Indikator dukungan Nomo Jumla
keluarga pada r item h soal
e. Pada lembar kuisoner dukungan pemberian gizi anak soal
keluarga pada pemberian gizi anak autis
autis 1. Dukungan 1, 2, 16
Terdapat 16 soal pertanyaan. emosional 3, 4
Peneliti memberikan kode untuk masing 2. Dukungan 5, 6,
– masing item. Kuesioner dukungan penilaian 7, 8
keluarga terbagi menjadi 2 penilaian 3. Dukungan 9, 10,
yaitu positif dan negatif. Sistem instrumental/fasil 11, 12
penilaian skala dalam penelitian ini itas
adalah skala likert sebagai berikut : 4. Dukungan 13,
1) Item Positif : Selalu (3), Sering informasi/pengeta 14,
(2), Kadang – kadang (1), huan 15, 16
Tidak pernah (0) yang terdiri
dari pertanyaan nomer 3, 4, 5,
6, 8, 11, 13 dan 14
2) Item Negatif : Selalu (0),
Sering (1), Kadang – kadang
(2), Tidak pernah (3) yang
terdiri dari pertanyaan nomer
1, 2, 7 ,9 ,10, 12, 15 dan 16
Proses pengelompokan item selesai
dan lembar kuisioner yang telah dijawab
oleh responden diberikan nilai, langkah
peneliti selanjutnya adalah
menjumlahkan seluruh nilai disetiap
itemnya dan memasukkannya dalam
beberapa kategori. Skoring ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
F
P= X 100%
N
Keterangan :
P = Prosentase

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │5


HASIL PENELITIAN terhadap Pemberian Gizi
Anak Autis di Yayasan
1. Hubungan Faktor Ekonomi dengan Autisme Center “CAKRA”
Dukungan Keluarga Surabaya pada Tanggal 18-
Tabel 5.23 Tabulasi Silang 24 Mei 2015 (n=32)
Berdasarkan Hubungan
Faktor Ekonomi dengan
Dukungan Keluarga
Dukungan Penghasilan
keluarga Tidak < 1 juta 1 juta– 2 juta – >3 juta Total
berpenghasilan 2 juta < 3 juta
N % N % N % N % N % N %
Baik 0 0 0 0 1 4,8 5 23,8 15 71,4 21 100
Cukup 1 10 1 10 2 20 3 30 3 30 10 100
Kurang 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100
Total 2 6,2 1 3,1 3 9,4 8 25 18 56,2 32 100
ρ value= 0,002
pemberian gizi anak autis di Yayasan
Tabel 5.23 menunjukan orang tua Autisme Center “CAKRA” Surabaya.
dengan kategori dukungan keluarga baik Dilihat dari Correlation Coefficient
berjumlah 21 orang tua diantaranya 15 didapatkan hasil nilai r = -.525** sehingga
orang tua (71,4%) berpenghasilan dikatakan terdapat hubungan korelasi
>Rp.3.000.000, 5 orang tua (23,8%) sedang. Secara statistik ada hubungan yang
berpenghasilan Rp.2.000.000– Rp. signifikan antara faktor ekonomi ayah
<3.000.000 dan 1 orang tua (4,8%) dengan dukungan keluarga pada
berpenghasilan Rp.1.000.000–Rp. pemberian gizi anak autis dan terdapat
2.000.000. Orang tua dengan kategori hubungan korelasi sedang.
dukungan keluarga cukup berjumlah 10
orang tua diantaranya 3 orang tua (30%) 2. Hubungan Faktor Pendidikan dengan
berpenghasilan >Rp.3.000.000 dan Dukungan Keluarga terhadap
Rp.2.000.000-<Rp.3.000.000, 2 orang tua Pemberian Gizi Anak Autis
(20%) berepnghasilan Rp.1.000.000- Tabel 5.24 Tabulasi Silang
Rp.2.000.000 dan 1 orang tua (10%) Berdasarkan Hubungan
berpenghasilan <Rp.1.000.000 dan tidak Faktor Pendidikan dengan
berpenghasilan. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil uji Spearmen terhadap Pemberian Gizi
Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= Anak Autis di Yayasan
0,002. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti Autisme Center “CAKRA”
Ho ditolak H1 diterima sehingga terdapat Surabaya pada Tanggal 18-
hubungan antara faktor penghasilan orang 24 Mei 2015 (n=32)
tua dengan dukungan keluarga terhadap

Dukungan Pendidikan
Keluarga Lulus SMA D3 S1 S2 Total
N % N % N % N % N %
Baik 0 0 1 4,8 19 90,5 1 4,8 21 100
Cukup 2 20 3 30 4 40 1 10 10 100
Kurang 1 100 0 0 0 0 0 0 1 100
Total 3 9,4 4 12,5 23 71,9 2 6,2 32 100
ρ value= 0,004

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │6


Tabel 5.24 menunjukan orang tua dikatakan terdapat hubungan
dengan kategori dukungan keluarga baik korelasi moderat. Secara statistik ada
berjumlah 21 orang tua diantaranya 19 hubungan yang signifikan antara faktor
orang tua (90,5%) berpendidikan S1, 1 pendidikan ibu dengan dukungan keluarga
orang tua (4,8) berpendidikan S2 dan D3. pada pemberian gizi anak autis dan
Orang tua dengan kategori dukungan terdapat hubungan korelasi moderat.
keluarga cukup berjumlah 10 orang tua
diantaranya 4 orang tua (40%) 3. Hubungan Faktor Usia dengan
berpendidikan S1, 3 orang tua (30%) Dukungan Keluarga terhadap
berpendidikan D3, 2 orang tua (20%) Pemberian Gizi Anak Autis
berpendidikan lulus SMA dan 1 orang tua Tabel 5.25 Tabulasi Silang
(10%) berpendidikan S2. Berdasarkan Hubungan
Berdasarkan hasil uji Spearmen Faktor Usia dengan
Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= Dukungan Keluarga
0,004. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti terhadap Pemberian Gizi
Ho ditolak H1 diterima sehingga terdapat Anak Autis di Yayasan
hubungan antara faktor pendidikan orang Autisme Center “CAKRA”
tua dengan dukungan keluarga terhadap Surabaya pada Tanggal 18-
pemberian gizi anak autis di Yayasan 24 Mei 2015 (n=32)
Autisme Center “CAKRA” Surabaya.
Dilihat dari Correlation Coefficient
didapatkan hasil r = -.490** sehingga

Dukungan Keluarga Usia


25-30 tahun 31-35 tahun >35 tahun Total
N % N % N % N %
Baik 0 0 3 14,3 18 85,7 21 100
Cukup 3 30 3 30 4 40 10 100
Kurang 0 0 1 100 0 0 1 100
Total 3 9,4 7 21,9 22 68,8 32 100
ρ value= 0,001

Tabel 5.25 menunjukan orang tua = -.545** sehingga dikatakan terdapat


dengan kategori dukungan keluarga baik hubungan korelasi sedang. Secara statistik
berjumlah 21 orang tua diantaranya 18 ada hubungan yang signifikan
orang tua (85,7%) berusia >35 tahun dan 3 antara faktor usia orang tua dengan
orang tua (14,3%) berusia 31-35 tahun. dukungan keluarga pada pemberian gizi
Orang tua dengan kategori dukungan anak autis dan terdapat hubungan korelasi
keluarga cukup berjumlah 10 orang tua sedang.
diantaranya 4 orang (40%) berusia >35
tahun dan 3 orang tua (30%) berusia 31-35
tahun dan 25-30 tahun.
Berdasarkan hasil uji Spearmen
Rho Correlation didapatkan nilai ρ value=
0,001. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti
Ho ditolak H1 sehingga terdapat hubungan
antara faktor usia orang tua dengan
dukungan keluarga terhadap pemberian
gizi anak autis di Yayasan Autisme Center
“CAKRA” Surabaya. Dilihat dari
Correlation Coefficient didapatkan hasil r
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │1
4. Hubungan Faktor Pengetahuan Autisme Center “CAKRA”
dengan Dukungan Keluarga Surabaya pada Tanggal 18-
terhadap Pemberian Gizi Anak 24 Mei 2015 (n=32)
Autis
Tabel 5.26 Tabulasi Silang
Berdasarkan Hubungan
Faktor Pengetahuan dengan
Dukungan Keluarga
terhadap Pemberian Gizi
Anak Autis di Yayasan
Dukungan keluarga Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total
N % N % N % N %
Baik 14 66,7 6 28,6 1 4,8 21 100
Cukup 1 10 4 40 5 50 10 100
Kurang 1 100 0 0 0 0 1 100
Total 16 50 10 31,2 6 16,8 32 100
ρ value= 0,004

Tabel 5.26 menunjukan orang tua PEMBAHASAN


dengan kategori dukungan keluarga baik Penelitian ini dirancang untuk
berjumlah 21 orang tua diantaranya 14 memberikan gambaran interpretasi dan
orang tua (66,7%) berpengetahuan baik, 6 mengungkap faktor-faktor yang
orang tua (28,6%) berpengetahuan cukup berhubungan dengan dukungan keluarga
dan 1 orang tua (4,8%) berpengetahuan pada pemberian gizi anak autis, maka akan
kurang. Orang tua dengan kategori dibahas hal-hal sebagai berikut:
dukungan cukup berjumlah 10 orang tua
diantaranya 5 orang tua (50%) 5.2.1 Hubungan Faktor Ekonomi
berpengetahuan kurang, 4 orang tua (40%) dengan Dukungan Keluarga
berpengetahuan cukup dan 1 orang tua pada Pemberian Gizi Anak Autis
(10%) berpengetahuan baik. Orang tua Hasil penelitian yang didapatakan
dengan kategori kurang mendukung orang tua dengan kategori dukungan baik
berjumlah 1 orang tua (100%). berjumlah 21 orang tua diantaranya 15
Berdasarkan hasil uji Spearmen orang tua (83.3%) berpenghasilan
Rho Correlation didapatkan nilai ρ value= >Rp.3.000.000. Semakin tinggi tingkat
0,004. Menunjukan bahwa ρ≤ 0,05 berarti ekonomi (penghasilan) seseorang biasanya
Ho ditolak H1 diterima sehingga terdapat akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
hubungan antara faktor pengetahuan orang penyakit yang dirasakan Purnawan (2008).
tua dengan dukungan keluarga terhadap Menurut peneliti semakin tinggi
pemberian gizi anak autis di Yayasan penghasilan orang tua semakin juga
Autisme Center “CAKRA” Surabaya. mempengaruhi akan kondisi kesehatan
Dilihat dari Correlation Coefficient anak, karena orang tua mampu mencukupi
didapatkan hasil r = .495** sehingga kebutuhan dari kebutuhan gizi anak autis
dikatakan terdapat hubungan korelasi tersebut dan dukung juga dengan jumlah
moderat. Secara statistik ada hubungan anak dalam keluarga, rata-rata keluarga
yang signifikan antara faktor pengetahuan yang berpenghasilan >Rp.3.000.000
orang tua dengan dukungan keluarga pada mempunyai anak satu sehingga dalam
pemberian gizi anak autis dan terdapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari lebih
hubungan korelasi moderat. memadai.

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2


Hasil penelitian didapatkan orang 5.2.2 Faktor Pendidikan Dukungan
tua dengan kategori dukungan keluarga Keluarga pada Pemberian Gizi
cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya Anak Autis
3 orang tua (30%) berpenghasilan Hasil penelitian didapatkan orang
Rp.2.000.000-<Rp.3.000.000, dukungan tua dengan kategori dukungan keluarga
instrumental meliputi penyediaan baik berjumlah 21 orang tua diantaranya
dukungan jasmaniah seperti pelayanan, 19 orang tua (90,5%) berpendidikan S1.
bantuan finansial dan material berupa Ihsan (2005) terdapat beberapa faktor yang
bantuan nyata (instrumental support mendukung kepatuhan, salah satunya yaitu
material support), suatu kondisi dimana pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha
benda atau jasa, akan membantu manusia meningkatkan kepribadian atau
memecahkan masalah praktis, termasuk proses perubahan perilaku menuju
didalamnya bantuan langsung, seperti saat kedewasaan dan penyempurnaan
seseorang memberi atau meminjamkan kehidupan manusia dengan jalan membina
uang, membantu pekerjaan sehari-hari, dan mengembangkan potensi
menyampaiakan pesan, menyediakan kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta,
transportasi, menjaga dan merawat saat rasa, karsa) dan jasmani. Menurut peneliti
sakit ataupun mengalami depresi yang pendidikan orang tua sangat berperan
dapat memecahkan masalah Friedman penting dalam pemberian gizi anak autis
(2010). Menurut peneliti penghasilan dimana ibu dituntut berperilaku sesuai
orang tua Rp.2.000.000-<Rp.3.000.000 anjuran dengan pengetahuan lebih yang
termasuk dalam kategori tidak cukup dimiliki.
tinggi sehingga dalam proses dukungan Hasil penelitian didapatkan orang
keluarga dalam pemberian gizi tidak tua dengan kategori dukungan keluarga
maksimal dibandingan penghasilan yang cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya
lebih dari Rp.3.000.000. 4 orang tua (40%) berpendidikan S1.
Hasil penelitian didapatkan orang Menurut Notoatmodjo (2010) domain
tua dengan kategori dukungan keluarga pendidikan seseorang dapat diukur dalam
kurang berjumlah 1 orang tua (100%) tidak 3 hal yaitu: pengetahuan terhadap
berpenghasilan tiap bulannya. Menurut pendidikan yang diberikan (knowledge),
Friedman (2010), Faktor-faktor yang sikap atau tanggapan terhadap materi
mempengaruhi dukungan keluarga lainnya pendidikan yang diberikan (attitude), dan
adalah kelas sosial ekonomi orang tua dan praktek atau tindakan sehubungan materi
tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas pendidikan yang diberikan. Menurut
menengah, suatu hubungan yang lebih peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan
demokratis dan adil mungkin ada, orang tua serta semakin banyaknya
sementara dalam keluarga kelas bawah, pengalaman yang didapatkan oleh orang
hubungan yang ada lebih otoritas atau tua tersebut, maka akan semakin baik pula
otokrasi. Menurut peneliti anak autis pengetahuan orang tua tersebut terhadap
membutuhkan perawatan yang lebih pemberian gizi anak autis.
dibandingkan anak normal sehingga Hasil penelitian didapatkan orang
memerlukan biaya yang lebih. Tidak tua dengan kategori dukungan keluarga
adanya penghasilan sehingga dukungan cukup berjumlah 1 orang tua (100%)
keluarga lebih rendah dalam pemberian berpendidikan lulus SMA . Kehidupan
gizi anak autis. anak juga sangat ditentukan
keberadaannya bentuk dukungan dari
keluarga, hal ini dapat terlihat bila
dukungan keluarga yang sangat baik maka
pertumbuhan dan perkembangan anak
relatif stabil, tetapi apabila dukungan

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │2


keluarga anak kurang baik, maka anak Soetjiningsih (2012). Menurut peneliti usia
akan mengalami hambatan pada dirinya semakin dewasa semakin siap menjalani
yang dapat mengganggu psikologis anak peran karena pengalaman yang lebih
Alimul (2005). Menurut peneliti anak banyak, sehingga dalam memberikan gizi
diberikan dukungan yang rendah oleh anak autis pada umur yang lebih dewasa
orang tua akan mempengaruhi dalam akan lebih cukup mendukung.
kesehatannya karena kurangnya tanggap Hasil penelitian didapatkan orang
orang tua terhadap pemberian gizi karena tua dengan kategori dukungan keluarga
pendidikan orang tua yang rendah kurang berjumlah 1 orang tua (100%)
sehingga pengetahuan yang didapatkan berusia 31-35 tahun. Menurut Friedman
minimal. (2010), orang tua yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa
5.2.3 Faktor Usia dengan Dukungan merasakan atau mengenali kebutuhan
Keluarga pada Pemberian Gizi anaknya dan juga lebih egosentris
Anak Autis dibandingkan orang tua yang lebih tua.
Hasil penelitian didapatkan orang Menurut peneliti orang tua yang berusia
tua dengan kategori dukungan keluarga 31-35 tahun merasa dirinya sudah benar
baik berjumlah 21 orang tua diantaranya sehingga kritik dan saran orang lain tidak
18 orang tua (85,7%) berusia >35 tahun. pernah dihiraukan dalam pemberian gizi
Menurut Haryanto (2002) dalam Kurasei anak autis.
(2009) bahwa umur menunjukkan ukuran
waktu pertumbuhan dan perkembangan 5.2.4 Faktor Pengetahuan dengan
seorang individu. Umur berkorelasi Dukungan Keluarga pada
dengan pengalaman, pengalaman Pemberian Gizi Anak Autis
berkorelasi dengan pengetahuan, Hasil penelitian orang tua denga
pemahaman dan pandangan terhadap suatu kategori dukungan keluarga baik
penyakit atau kejadian sehingga akan berjumlah 21 orang tua diantaranya 14
membentuk persepsi dan sikap. Semakin orang tua (66,7%) berpengetahuan baik.
cukup umur, tingkat kematangan dan Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan
kekuatan seseorang akan lebih matang merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
dalam berfikir dan bekerja. Menurut setelah orang melakukan pengindraan
peneliti dengan usia orang tua yang lebih terhadap sebuah objek tertentu.
banyak, anak sudah lama diasuh orang tua Pengetahuan atau kognitif merupakan
sehingga pengetahuan dalam memberikan domain yang sangat penting dalam
gizi pada anak autis lebih tinggi membentuk tindakan sesorang (overt
diakarenakan pengalaman yang sudah behavior). Menurut peneliti pengetahuan
dialalui oleh orang tua dan mengerti baik sangat mempengaruhi dukungan
makanan yang boleh dikonsumsi oleh dan dalam keluarga. Orang tua mempunyai
tidak. pedoman pengetahuan yang benar dan
Hasil penelitian didapatkan orang tinggal untuk mempraktikan kepada anak
tua dengan kategori dukungan keluarga dengan pemberian gizi anak autis.
cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya Hasil penelitian didapatkan orang
4 orang tua (40%) berusia >35 tahun. Usia tua dengan kategori dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang cukup berjumlah 10 orang tua diantaranya
mempengaruhi kesiapan pasangan dalam 5 orang tua (50%) berpengetahuan kurang.
menjalankan peran pengasuhan terhadap Beberapa faktor yang mempengaruhi
anaknya. Orang tua yang sebelumnya pengetahuan selain pendidikan,
memiliki pengetahuan dalam merawat diantaranya adalah informasi/media massa,
anak, mereka akan lebih siap dalam sosial budaya ekonomi, lingkungan,
menjalankan peran pengasuhan pengalaman dan usia seseorang Budiman

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │3


(2013). Menurut peneliti dengan kesalahan-kesalahan dan
pengetahuan kurang orang tua yang memerlukan banyak bimbingan.
mampu cukup mendukung dalam 2. Instrument yang digunakan dalam
pemberian gizi anak autis, bisa didukung bentuk kuesioner, dimana kejujuran
dari pengasuh anak yang diasuh oleh dan relativitas pendapat responden
kakek/nenek yang lebih pengalaman dalam dalam menjawab pertanyaan-
memberikan gizi anak autis. pertanyaan merupakan hal yang
Hasil penelitian didapatkan orang dapat mempengaruhi hasil
tua dengan kategori dukungan keluarga penelitian nantinya.
kurang berjumlah 1 orang tua (100%) 3. Desain yang dipakai cross
berpengetahuan baik. Dalam penelitian sectional, hanya mengamati satu
yang dilakukan oleh Mashabi dan Tajudin kali saja sehingga sulit untuk untuk
(2009) tentang pengetahuan gizi orang tua menemukan hubungan sebab
dengan pola makan anak autisme akibat.
menunjukan bahwa tinggi rendahnya
tingkat pengetahuan gizi orang tua akan
mempengaruhi pola makan anak autisme Simpulan
artinya semakin tinggi pengetahuan gizi Berdasarkan hasil penelitian yang
orang tua dapat mempengaruhi pola makan telah dilakukan oleh peneliti di Yayasan
anak autisme dan sebaliknya. Berdasarkan Autis Center “CAKRA” Pucang Jajar
hasil penelitian diatas maka sangatlah Surabaya dapat ditarik beberapa simpulan
penting bagi para orang tua untuk sebagai berikut:
meningkatkan pengetahuannya tentang 1. Ada hubungan antara faktor
pola pemberian makan pada anak. ekonomi (penghasilan ayah)
Peningkatan pengetahuan ini dapat dengan dukungan keluarga dan
diperoleh dari berbagai informasi yang tidak ada hubungan antara faktor
terdapat di media cetak, media elektronik ekonomi (penghasilan ibu) dengan
maupun dari orang lain yang memiliki dukungan keluarga pada pemberian
pengalaman tentang pola pemberian gizi anak autis di Yayasan Autisme
makan pada anak. Menurut peneliti Center “CAKRA” Pucang Jajar
seharusnya ibu dengan pengetahuan baik Surabaya.
mendukung adanya pemberian gizi anak 2. Ada hubungan antara faktor tingkat
autis, namun berdasarkan faktor lain ibu pendidikan ayah dan ibu dengan
dalam proses pengasuhan tidak dilakukan dukungan keluarga pada pemberian
sendiri melainkan dengan baby sister dan gizi anak autis di Yayasan Autisme
ibu sendiri bekerja sebagai pegawai Center “CAKRA” Pucang Jajar
swasta, sehingga pengetahuan yang Surabaya.
dimiliki ibu tidak dapat diterapkan di anak 3. Ada hubungan antara faktor tingkat
autis. usia ayah dan ibu dengan dukungan
keluarga pada pemberian gizi anak
Keterbatasan autis di Yayasan Autisme Center
Keterbatasan merupakan kelemahan dan “CAKRA” Pucang Jajar Surabaya.
hambatan dalam penelitian. Pada 4. Ada hubungan antara faktor
penelitian ini beberapa keterbatasan yang pengethauan orang tua dengan
dihadapi oleh peneliti adalah: dukungan keluarga pada pemberian
gizi anak autis di Yayasan Autisme
1. Peneliti masih dalam taraf pemula, Center “CAKRA” Pucang Jajar
sehingga dalam penyusunan hasil Surabaya.
penelitian ini masih banyak ditemui

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │4


Saran dokter. Yogyakarta: Yayasan
Beberapa saran yang dapat Essentia Medica
diberikan oleh peneliti adalah :
1. Bagi Orang Tua Budiman dan Agus Riyanto. 2013. Kapita
Bagi orang tua diharapkan mampu Selekta Kuisioner: Pengetahuan
selalu mendukung dari aspek dan Sikap Dalam Penelitian
apapun dalam mengatur makanan Kesehatan. Jakarta: Salemba
yang diperbolehkan dan Medika
meninggalkan makanan yang tidak
diperbolehkan serta mengawasi Delphie, B (2009). Pendidikan anak
pola makan anak. autistik. Sleman : KTSP
2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dari penelitian ini Elvira, Sylvia D., Hadisukanto Gitayanti.
dapat menambah pengetahuan (2013). Buku Ajar Psikiatri Ed 2.
tenaga kesehatan dalam menangani Jakarta: FKUI
anak bekebutuhan khusus pada
pemberian makanan yang boleh Friedman, Marlyn M, dkk. 2010. Buku
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi. ajar keperawatan keluarga.
3. Bagi Sekolah
Jakarta: EGC
Bagi sekolah khusus anak
berkebutuhan diharapkan pihak Ginanjar, S. (2008). Menjadi orang tua
sekolah dapat selalu memberikan
istimewa . Jakarta: Dian Rakyat
pengetahuan maupun praktek
dalam memberikan makanan yang Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar
boleh dikonsumsi maupun tidak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Kependidikan. Jakarta: PT Asdi
Bagi peneliti selanjutnya Mahasatya
diharapkan malakukan penelitian
dengan judul “Faktor-faktor yang Kessick, R. (2009). Autisme dan Pola
mempengaruhi dukungan keluarga Makan Yang Penting Untuk
pada pemberian gizi anak autis ”. Anda Ketahui. Penerjemah
Savitri, I.D. Jakarta : Gramedia
DAFTAR PUSTAKA Pustaka Utama
Alimul Hdayat, A.Aziz. (2005). Lakshita, N. (2012). Panduan simple
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. mendidik anak autis.
Jakarta: Salemba Medika 2012.Jogjakarta : Java Litera
Alisa, N. (2014). Hubungan kepatuhan Marmi, S.ST. (2013). Gizi Dalam
orang tua menerapakan diet Kesehatan Reproduksi.
bebas gluten dan kasein (GFCF) Yogyakarta. 2013
dengan perilaku anak autis.
Program Studi S1 Keperawatan: Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu
Skripsi tidak dipublikasikan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Beck, ME,]. (2011). Ilmu Gizi dan Diet :
Hubungannya dengan penyakit- Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
penyakit untuk perawat dan Ilmu Keperawatan : Pendekatan

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │5


Praktis, Ed 3. Jakarta : Salemba Veskarisyanti, Galih A. (2008). 12 Terapi
Medika Autis Paling Efektif & Hemat
untuk Autisme, Hiperaktif, dan
Pieter, HZ, Janiwarti, B & Saragih, M. Retardasi Mental. Yogyakarta :
(2011). Pengantar Psikopatologi Pustaka Anggrek
untuk Keperawatan. Jakarta :
Kencana Videbeck, Sheila . 2008. Buku ajar
keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Potter, P. (2009). Fundamental
Keperawatan buku 1 edisi 7. William, C., Barry Wright. (2007). How to
Jakarta: Salemba Medika. live with autism and asperger
syndrome (strategi praktis bagi
Ramadayanti, S. dan Ani M. (2013).
orang tua dan guru anak autis).
Perilaku pemilihan makanan Jakarta: Dian Rakyat
dan diet bebas gluten bebas
kasein pada anak autis, Winarno. (2013). Autisme Dan Peran
http://ejournal- Pangan. Jakarta : PT. Gramedia
s1.undip.ac.id/index.php/jnc Pustaka Utama
diunduh tanggal 10 February
2015 jam 18.35 WIB Wulandari (2012). Hubungan
pengetahuan dan dukungan
Safaria, T. 2005. Autisme : Pemahaman keluaraga dengan kecemasan
baru untuk hidup bermakna bagi ibu yang memiliki anak autis di
orang tua. Yogyakarta : Penerbit sekolah kota semarang,
Graha Ilmu. http://digilib.unimus.ac.id/
diunduh pada 22 February 2015
Sarasvati, R. (2004). Meniti pelangi: jam 09.48
Perjalanan seorang ibu yang tak
kenal menyerah dalam Yuwono, J . (2009). Memahami anak
membimbing putranya keluar autis(kajian teori dan empirik)
dari belenggu ADHD dan .Bandung : Alfabeta
Autisme. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo

Setiadi. (2007). Konsep dan Praktek


Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu

Suhartono, Suparlan. 2006. Filsafat


Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Susanti, Leni A. (2012). Kisah-Kisah


Motivasi Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus: Autis.
Jogjakarta : Javalitera

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya TA. 2015 │6

You might also like