Dampak Terapi Sitikolin, Sosiodemografi Dan Komorbiditas Terhadap Nilai GCS Pasien Stroke Di RSUP Dr. M. Djamil Padang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol.

19 Suplemen 1 (Desember 2017)

Dampak Terapi Sitikolin, Sosiodemografi dan


Komorbiditas Terhadap Nilai GCS Pasien Stroke
di RSUP dr. M. Djamil Padang

Rahmad ABSTRACT: Assessment level of consciousness is an important part of clinical neurologic assessment in handling
stroke, decrease in consciousness may aggravate prognosis and one of the mortality factors in stroke patients.
Abdillah1*,
This study examined the impact of citicoline, sociodemographic characteristics (gender, age, and occupation), and
Armenia2, comorbidity on Glasgow Coma Scale (GCS) in stroke patients. Total amount of 82 stroke patients were participated
Kusnandar in this study. Between all sociodemographic factors only age and occupation significantly affected GCS (p<0.05).
Anggadireja3. There was no significant impact between dose of citicoline and comorbidity to GCS (p>0,1). We found a significant
impact of interaction among type of stroke, dose of citicoline, recurrent stroke, and comorbidity, on GCS (p<0.05).
This indicates that there are several factors contributing to the score GCS in this research.
1
Sekolah Tinggi Ilmu Keyword: GCS; stroke; sociodemographic characteristics; neuroprotector; comorbidities.
Farmasi Padang,
2
Fakultas Farmasi ABSTRAK: Kesadaran pasien adalah salah satu luaran penting dalam penanganan stroke, penurunan kesadaran
Universitas Andalas pada pasien stroke dapat memperburuk prognosis dan salah satu faktor mortalitas pada pasien stroke. Penelitian
Padang, ini dilakukan untuk mengetahui dampak terapi sitikolin, sosiodemografi (usia, jenis kelamin,dan pekerjaan)
3
Institut Teknologi dankomorbiditas pasien stroke terhadap Glasgow Coma Scale (GCS). Sebanyak 82 pasien stroke berpartisipasi
Bandung, dalam penelitian ini. Dari tiga karakteristik sosiodemografi tersebut hanya umur dan jenis perkerjaan yang
mempengaruhi nilai GCS (p<0,05). Namun tidak terdapat pengaruh variasi dosis sitikolin dan komorbiditas
terhadap nilai GCS pasien stroke (p>0,1). Ditemukan dampak interaksi antara jenis stroke danvariasi dosis
Corresponding Author:
Rahmad Abdillah
sitikolin, jenis stroke, terapi sitikolin, kejadian stroke berulang, danjenis stroke, serta komorbiditasdankejadian
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi stroke berulang, terhadap nilai GCS (p<0,05).
Padang

adil.grassia72@gmail.com Kata kunci: GCS; stroke; sosiodemografi; neuroprotektor; komorbiditas.

PENDAHULUAN (Markus H et. al., 2010; Depkes.2011)


Stroke didefinisikan sebagai kerusakan
Stroke merupakan salah satu penyakit mendadak pada peredaran darah otak
kronik di dunia yang memerlukan perhatian dalam satu pembuluh darah atau lebih yang
serius dari organisasi dan lembaga mengganggu atau mengurangi pasokan
kesehatan untuk beberapa dekade kedepan. oksigen dan menyebabkan kerusakan yang
Secara global stroke adalah penyebab serius akibat nekrosis pada sel dan jaringan
kematian nomor tiga di dunia (Markus H yang ada di otak. Serangan stroke dapat
et. al., 2010). Berdasarkan data 10 besar mengakibatkan kematian, kecacatan fisik
penyakit terbanyak di Indonesia tahun dan mental baik pada usia produktif maupun
2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia usia lanjut (Sturm JW et. al., 2004). Tingkat
yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah kecacatan fisik dan mental yang terjadi
sebesar 7,0 per mill sedangkan untuk yang pasca stroke sangat mempengaruhi kualitas
terdiagnosis memiliki gejala stroke adalah hidup pasien. Kecacatan yang ditimbulkan
sebesar 12,1 per mill. Prevalensi kasus stroke dapat berupa gangguan motorik, autonom,
Access this article tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sensorik maupun kognitif, untuk mengetahui
website: jstf.ffarmasi.unand.ac.id (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua tingkat kecacatan akibat stroke, dapat
(2,3%), sedangkan di Provinsi Sumatera Barat digunakan Indeks Barthel (BI) dan subskala
sebesar 8,5%. Berdasarkan hasil Riskesdas Rankin yang dimodifikasi ( mRS ), dua jenis
tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di alat ukur yang paling sering digunakan pada
Indonesia meningkat seiring bertambahnya penelitian yang berfokus pada kecacatan
usia. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis akibat stroke (Teasdale G et. al., 1974).
tenaga kesehatan adalah pada masyarakat Kesadaran pasien adalah salah satu
dengan rentang usia 75 tahun keatas (43,1%) luaran penting dalam penangan stroke,
dan terendah pada pada masyarakat dengan penurunan kesadaran pada pasien stroke
rentang usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2% dapat memperburuk prognosis dan salah

s89
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

satu faktor mortalitas pada pasien stroke rawat inap.


Glasgow Coma Scale (GCS) adalah salah satu instrument Sehingga:
sederhana dalam menilai tingkat kesadaran pada pasien n’ = 6436 x 1,962 x 0,2 x 0,8
stroke. Peningkatan nilai GCS menandakan perbaikan
0,12 (6436 -1) + 1,962 x 0,2 x 0,8
prognosis dan kesadaran pasien dan juga sebagai salah
satu parameter keberhasilan terapi pada pasien stroke
n’ = 3955,92
(Howard G et. al., 1986; Weir et. al., 2011; Kelso et. al.,
64,94
2011)
Neuroprotektor adalah kelompok obat-obatan yang
n’ = 61
digunakan dalam pengobatan pasca terjadinya serangan
stroke. Neuroprotektor mencegah kematian saraf akibat
Kriteria inklusi dan eksklusi
terjadinya serangan stroke, membantu produksi sel-sel
Kriteria inklusi
saraf baru dan dan mampu berfungsi sebagai prekursor
1. Pasien stroke yang menggunakan obat
pembentukan neurotransmitter. Neuroprotektor di
neuroprotektif dengan komorbiditas apapun dan
gunakan bersamaan dengan obat-obat lainnya dalam
telah dirawat selama 7 hari
penanganan serangan stroke (Ginsbert, 2008; Davalos
2. Bersedia untuk disertakan dalam penelitian
et. al., 2002) Neuroprotektor yang umum di pada pasien
3. Mampu untuk diwawancarai
stroke adalah sitikolin dan pirasetam. Berdasarkan
Kriteria eksklusi
penelitian, penggunaan neuroprotektor memberikan
1. Pasien stroke yang tidak menggunakan
luaran yang signifikan terhadap kesadaran, fungsi
neuroprotektif
kognitif dan motorik pada pasien stroke walaupun ada
2. Pasien stroke yang dirawat di Intensive Care Unit
beberapa penelitian yang tidak sependapat dengan hasil
(ICU)
tersebut (Bullock R et. al., 2000). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan terapi neuroprotektor,
Variabel penelitian dan definisi operasional
sosiodemografi dan komorbiditas, terhadap nilai GCS
Variabel penelitian
pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.
1. Variabel bebas
Djamil Padang.
Variabel bebas di dalam penelitian ini adalah
karakteristik sosiodemografi (jenis kelamin, usia,
METODE PENELITIAN
pendidikan, dan pekerjaan), terapi neuroprotektif,
dan komorbiditas pasien
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
2. Variabel terikat
analitik dengan desain penelitian cross-sectional.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai nilai
GCS pada pasien stroke.
Prosedur Penelitian
Penetapan populasi dan sampel
Instrumen penelitian
1. Populasi
Penilaian GCS pasien stroke terhadap pengobatan
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke
diukur dengan menggunakan instrument Glasgow Coma
rawat inap di RSUP Dr.M. Djamil Padang yang
Scale yang telah terstandar dan tervalidasi.
mendapatkan terapi neuroprotektor.
2. Sampel
Analisis data
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
purposive sampling. Jumlah sampel yang disertakan
karakteristik demografis seperti usia, jenis kelamin, serta
dalam penelitian dihitung dengan rumus berikut ini
pekerjaan dan karakteristik penyakit pasien seperti
(Naing L et. al., 2006).
penyakit lain yang diderita oleh pasien. Persentase dan
frekuensi digunakan untuk variabel kategorikal (usia, jenis
n’ = NZ2 P(1-P) kelamin, pekerjaan, jenis stroke, kejadian stroke berulang,
d2 (N- 1) + Z2 P(1-P) penyakit lain yang diderita, jenis obat neuroprotektor
yang digunakan), sedangkan nilai rata-rata dan standar
Dimana: deviasi digunakan untuk variabel kontiniu (skor GCS).
n’= jumlah sampel minimal Hubungan usia, jenis kelamin, jenis stroke dan
Z = nilai pada distribusi normal standar yang sama kejadian stroke berulang dengan GCS dianalisis
dengan tingkat kemaknaan (untuk p = 0,05 adalah menggunakan uji Mann Whitney. Hubungan antara
1,96) terapi sitikolin dan komorbiditas terhadap GCS dianalisis
P = proporsi terjadi pada populasi : 0,2 dengan uji Kruskal Wallis.Interaksi antar faktor terhadap
N = jumlah populasi : 6436 (Jumlah kunjungan pasien GCS di analisis dengan menggunakan analisa uni variant.
stroke di Bangsal Neurologi RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2015) HASIL DAN DISKUSI
d = derajat ketepatan yang diinginkan : 10% (0,1)

s90 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak transisi terjadi penurunan konsentrasi estrogen sebanyak
terapi neuroprotektor, komorbiditas, dan sosiodemografi 60%.yang mengakibatkan terjadinya penurunan
terhadap nilai GCS pasien stroke rawat inap. Berdasarkan katabolisme LDL dan ambilan HDL hepatik sehingga
penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis (Goldstein
mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan dan LB, 2011). Pada penelitian ini kelompok pekerjaan yang
tingkat kesadaran pasien pasien antara lain faktor memiliki proporsi terbesar adalah ibu rumah tangga
penyakit, faktor terkait terapi, faktor pasien, faktor faktor (21,90%), sedangkan kelompok pekerjaan yang memiliki
sosiodemografis, faktor psikososial, serta faktor gaya proporsi terkecil adalah mahasiswa (4,50%).
hidup dan biomedis (Horne, 2011; Jin et. al., 2008). Pada
penelitian ini faktor yang akan di bahas hanya faktor
Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi pasien stroke RSUP. DR.
terapi neuroprotektor, jenis stroke, kejadian stroke
M. Djamil Padang
berulang, faktor penyakit dan faktor sosiodemografi.
Penelitian ini dilakukan di bangsal saraf RSUP. Dr. M. Karakterisitik
Jumlah (n) Persentase (%)
Djamil Padang dari awal Januari hingga akhir Maret Sosiodemografi
2016. Pada awalnya didapatkan 102 pasien dengan Jenis Kelamin
didiagnosa awal menderita stroke, namun hanya 82 Pria 46 68,4
pasien yang masuk kriteria inklusi. Dari 102 pasien, 4 Wanita 36 31,6
orang didiagnosa SOL intrakranial, 2 orang menderita
Umur
kanker otak, 3 orang pindah rawat ke kelas VIP, 4 orang
<60 tahun 21 24,4
pasien pulang paksa sebelum mencapai 7 hari rawat, 5
orang pasien menderita afasia berat sehingga sulit untuk ≥60 tahun 61 75,6
diwawancarai, dan 2 orang pasien meninggal sebelum Jenis Pekerjaan
mencapai 7 hari rawat. Wiraswasta 17 4,5
Pasien di bagi atas dua kelompok, yaitu pasien Ibu Rumah Tangga 18 21,9
dengan umur ≥ 60 tahun dan pasien dengan umur PNS 6 7,3
< 60 tahun. Dari 82 pasien, sebagian besar (75,60
Pensiunan 12 14,6
%) berada pada kelompok usia lansia. Usia terendah
Buruh 10 15,5
adalah 22 tahun, sedangkan usia tertinggi adalah 85
tahun sedangkan rata-rata umur dari keseluruan pasien Swasta 7 8,5
adalah 60,01 tahun. Usia adalah salah satu faktor resiko Mahasiswa 2 4,5
stroke yang tidak dapat dirubah (Gofir Abdul, 2009). Petani 10 15,5
Dari beberapa penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
2/3 serangan stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun.
Meskipun demikian, bukan berarti usia muda atau Sebagian besar pasien (58,50%) mengalami stroke
produktif akan terbebas dari serangan stroke (Wiwit S, hemoragik, sementara sisanya (41,50%) mengalami
2010). Data lengkap karakteristik sosiodemografi dapat stroke iskemik. Sebagian besar pasien (74,40%)
dilihat pada tabel 1. menderita stroke untuk pertama kali, sementara sisanya
Dari 82 pasien, sebagian besar (68,40 %) berjenis (25,60%) mengalami kejadian stroke berulang. Data lebih
kelamin laki-laki dan 31,6% adalah pasien wanita. lengkap dapat dilihat pada tabel 2. Responden yang
Setelah di rinci, lebih banyak pasien laki-laki yang ikut serta dalam penelitian ini selain mengalami stroke
menderita stroke iskemik dibandingkan dengan pasien juga menderita penyakit penyerta hipertensi, diabetes
perempuan yaitu 22 pasien pria dan 14 orang pasien mellitus, bronkopneumonia, atau kombinasi dari penyakit
wanita. Hal ini mungkin tidak terlepas dari proporsi - penyakit tersebut. Kelompok komorbiditas dengan
pasien laki-laki yang lebih besar dibandingkan dengan proporsi terbesar (73,10%) adalah hipertensi yang
pasien perempuan. Namun di sisi lain, beberapa studi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab
menyimpulkan bahwa pada populasi umum, laki-laki stroke, sedangkan penyakit diabetes melitus memiliki
memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami proporsi terkecil (2,50%). Data selengkapnya dapat
stroke iskemik dibandingkan perempuan (Di Carlo et. dilihat pada tabel 3.
al., 2003; Kapral et. al., 2005; Paul et. al., 2005). hal ini Responden yang ikut serta dalam penelitian ini
disebabkan oleh faktor hormon estrogen pada wanita hanya menggunakan neuroprotektor sitikolin. Seluruh
yang memegang peranan penting dalam vasodilatasi pasien stroke dalam penelitian ini menerima terapi
pembuluh darah (Gokkaya et. al., 2005; Goldstein et. al., neuroprotektor sitikolin dalam bentuk injeksi, tidak
2011). terdapat penggunaan terapi neuroprotektor lain.
Pada stroke hemoragik proposi pria dan wanita Data selengkapnya dapat dilihat pada table 4. Alasan
tidak jauh berbeda yaitu 26 orang pasien pria dan 22 sitikolin digunakan sebagai satu-satunya neuroprotketor
orang pasien wanita. Pada pasien wanita yang menderita dalam terapi stroke karena sitikolin merupakan
stroke hemoragik faktor risiko pada perempuan akan neuroprotektor yang memiliki evidence based terbaik
meningkat pada masa transisi menopause. Pada masa dalam peningkatan fungsi neurologi dan kognitif pasca

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017) s91
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

serangan stroke (Helgason et. al., 1997; Overgaard k, hari ke 8 yang lebih tinggi (13,88 ± 1,01) dibandingkan
2014). Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok dosis pasien yang menderita stroke hemoragik(13,35 ± 0,69).
sitikolin yang digunakan yaitu dosis 2x250 mg, 2x500 mg Selengkapnya ditunjukkan pada tabel 6.
dan 2x1000 mg. Pemilihan dosis sitikolin berdasarkan
panduan Perdossi tahun 2004 mengenai penggunaan Tabel 5. Hasil uji Wilcoxon terhadap nilai GCS
neuroprotektor. Kelompok dosis yang paling banyak
digunakan (40,2%) adalah sitikolin 2x1000 mg, kemudian Nilai GCS Jumlah (n)
Rata-rata
P
GCS ± SD
sitikolin 2x250 mg (36,5%) dan sitikolin 2x500 mg (23,3%).
GCS Awal Masuk 82 10,14 ± 1,31
0
Tabel 2. Karakteristik jenis stroke pada pasien stroke RSUP. GCS Hari ke 8 82 13,57 ± 0,87
DR. M.Djamil Padang
Tabel 6. Dampak jenis stroke dan kejadian stroke berulang
Karakterisitik Stroke Jumlah (n) Persentase (%) terhadap GCS

Jenis Stroke Karakterisitik Jumlah Rata-rata GCS


P
Stroke Hemoragik 48 58,5 Stroke (n) ± SD

Stroke Iskemik 34 41,5 Jenis Stroke

Kejadian Stroke Berulang Stroke Iskemik 34 13,88 ± 1,01


0,01
Ya 21 25,6 Stroke Hemoragik 48 13,35 ± 0,69

Tidak 61 74,4 Stroke Berulang


Ya 21 13,28 ± 0,95
0,07
Tabel 3. Karakteristik komorbiditas pasien stroke RSUP. Tidak 61 13,67 ± 0,83
DR.M.Djamil Padang

Persentase Hal ini diakibatkan pada kondisi stroke hemoragik


Karakterisitik Komorbiditas Jumlah (n)
(%)
terjadi pendarahan yang mengakibatkan peningkatan
Hipertensi 48 58,5 tekanan intrakranial yang mempengaruhi kesadaran
Diabetes Melitus 3 3,6 pasien. Kejadian stroke berulang tidak memberikan
Hipertensi+Diabetes Melitus 9 11 dampak yang signifkan terhadap nilai GCS hari ke 8
Hipertensi+Bronkopneumonia 8 9,8 (p>0,05). Pada penelitian ini pasien yang menderita
Diabetes 2 2,5 stroke berulang memiliki nilai GCS hari ke 8 yang
Melitus+Bronkopneumonia lebih rendah (13,28 ± 0,95) dibandingkan pasien yang
Hipertensi+Dislipidemia 12 14,6 menderita stroke hemoragik (13,67 ± 0,83).
Dari tiga karakteristik sosiodemografi, umur dan
Tabel 4. Karakteristik neuropotektor pasien stroke RSUP.
jenis pekerjaan yang memiliki dampak yang signifikan
DR.M.Djamil Padang
terhadap nilai GCS hari ke 8 (p<0,05). Jenis kelamin tidak
memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai GCS hari
Dosis Neuroprotektor Jumlah (n)
Persentase ke 8 (p>0,05). Pada penelitian ini pasien pria dan wanita
(%) memiliki nilai GCS hari ke 8 yang tidak jauh berbeda
Sitikolin 2x250 mg 30 36,5 yaitu pria (13,54 ± 0,95) dan wanita (13,61 ± 0,76). Pada
Sitikolin 2x500 mg 19 23,3 kelompok umur, pasien dengan umur < 60 tahun memiliki
Sitikolin 2x1000 mg 33 40,2 nilai GCS hari ke 8 (14,26 ± 0,73) yang lebih tinggi dari
pasien dengan umur ≥60 tahun (13,36 ± 0,80). Hasil ini
sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nilai GCS pasien di awal masuk rumah sakit berkisar Dostovic dan teman-teman pada 2012 menemukan
antara 8 hingga 13. Sedangkan nilai GCS pasien pada umur dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kesadaran
hari ke 8 di saat wawancara berkisar antara 12 hingga 15. pasien secara signifikan (Dostovic, 2012). Selengkapnya
Hasil uji Wilcoxon yang membandingkan nilai GCS pada ditunjukkan pada tabel 7.
awal pasien masuk dengan GCS ke 8 saat wawancara, di Pada penelitian tersebut penulis membandingkan
dapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p = 0,00) dengan menggunakan tiga metode penilaian kesadaran
sehingga dapat disimpulkan selama 1 minggu di rawat yaitu nilai GCS, nilai Diagnostic and Statistical Manual
pasien mengalami perbaikan yang ditunjukan dari nilai of Mental Disorders IV (DMSD IV) dan nilai National
rata-rata GCS hari ke 8 yang tinggi (13,57 ± 0,57) jika Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) (Dostovic, 2012).
di bandingkan dengan nilai rata-rata GCS awal masuk Perbedaan jumlah pasien bisa jadi merupakan salah
(10,14 ± 1,31). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. satu faktor yang menyebabkan hasil ini berbeda. Untuk
Jenis stroke memberikan dampak yang signifikan parameter jenis pekerjaan pasien dengan pekerjaan PNS
terhadap nilai GCS hari ke 8 (p<0,05). Pada penelitian ini dmemiliki nilai GCS hari ke 8 yang paling baik (14,16 ±
pasien yang menderita stroke iskemik memiliki nilai GCS 0,98), di ikuti pasien dengan pekerjaan swasta (14,00

s92 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

± 0,81) mahasiswa (14,00 ± 0,00) petani (13,90 ± 0,73) dan pemulihan kondisi pasien hingga 8%.
dan buruh (13,90 ± 0,73), sementara itu pasien dengan Komorbiditas tidak memberikan dampak signifikan
pekerjaan ibu rumah tangga memiliki nilai rata-rata GCS terhadap nilai GCS hari ke 8 (p>0,1), hal ini sesuai dengan
hari ke 8 paling rendah (13,27 ± 0,75). penelitian yang dilakukan oleh Dostovic dkk (2012)
ditemukan bahwa komorbid yang diderita pada pasien
Tabel 7. Dampak karakteristik sosiodemografi terhadap GCS stroke tidak mempengaruhi nilai GCS secara signifikan
(Dostovic, 2012). Hasil selengkapnya di tunjukkan pada
Umur Pasien Jumlah (n)
Rata-rata GCS
P tabel 8.
± SD
Sebanyak 48 pasien stroke dalam penelitian ini
<60 tahun 21 13,36 ± 0,80 menderita hipertensi merupakan komorbid yang paling
0,00
≥60 tahun 61 14,26 ± 0,73 banyak diderita, disusul hipertensi da dislipedimia
Jenis Kelamin sebanyak 12 orang pasien, hipertensi dan diabetes
Pria 46 13,54 ± 0,95 melitus sebanyak 9 orang pasien, hipertensi dan
0,59 bronkopneumonia sebanyak 8 orang pasien dan diabetes
Wanita 36 13,61 ± 0,76
mellitus sebanyak 2 orang pasien. Pada penelitian ini
Jenis Pekerjaan
pasien dengan komorbid hipertensi dengan dislipidemia
Wiraswasta 17 13,47 ± 0,94 dan diabetes mellitus memiliki nilai GCS hari ke 8 yang
Ibu Rumah paling tinggi yaitu 14,00 ± 0,85 dan 14,00 ± 1,00 namun
18 13,27 ± 0,75
Tanggab nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai GCS hari ke 8
PNSa 6 14,16 ± 0,98 pada komorbid lain.
12 13,00 ± 0,85
Dalam penelitian ini, jenis stroke, perbedaan jenis
Pensiunana 0,02 terapi neuroprotektor, dan kejadian stroke berulang
Buruh b 10 13,90 ± 0,73 akan menyebabkan perbedaan signifikan nilai GCS hari
Swastab 7 14,00 ± 0,81 ke 8 pasien stroke (p<0,05). Pada dosis sitikolin 1000 mg
pasien stroke iskemik baik pada stroke berulang maupun
Mahasiswa 2 14,00 ± 0,00
tidak berulang memberikan nilai GCS tertinggi dan
Petani b 10 13,90 ± 0,73 berbeda jika di bandingkan dengan kelompok lainnya.
a)Uji Man Whitney terdapat perbedaan signifikan (p<0,05). Hasil interaksi antar faktor dapat dilihat pada tabel 8.
b) Uji Man Whitney terdapat kecenderungan perbedaan (p<0,1)
Tabel 8. Dampak terapi neuroprotektor dan komorbiditas
terhadap GCS
Pada jenis pekerjaan hasil uji lanjut dengan Man
Whitney didapatkan terdapat perbedaan signifikan Jenis Jumlah Rata-rata GCS
P
Neuroprotektor (n) ± SD
antara nilai GCS jenis pekerjaan PNS dan pensiunan
(p<0,05) dan kecenderungan perbedaan signifikan Sitikolin 2x250 mg 30 13,46 ± 0,77
antara jenis pekerjaan ibu rumah tangga dan PNS, ibu Sitikolin 2x500 mg 19 13,31 ± 0,74 0,14
rumah tangga dan buruh, ibu rumah tangga dan swasta Sitikolin 2x1000 mg 33 13,81 ± 0,17
serta ibu rumah tangga dan petani (p<0,1). Faktor Komorbiditas
psikososial, tingkat mobilitas serta aktifitas fisik pada Hipertensi 48 13,50 ± 0,90
pasien pensiunan merupakan salah satu faktor mengapa
Diabetes Melitus 3 14,00 ± 1,00
terdapat perbedaan kesadaran yang signifikan antara
Hipertensi +
pasien PNS dan pensiunan. Hal yang sama juga dapat 9 13,33 ± 0,86
Diabetes Melitus
terjadi pada pasien ibu rumah tangga.
Hpertensi + 0,46
Variasi dosis sitikolin tidak memberikan dampak Bronkopneu
8 13,50 ± 0,75
yang signifikan terhadap nilai GCS hari ke 8 (p>0,1).
Diabetes Melitus +
Pasien yang mendapatkan dosis sitikolin 2x250 mg, Bronkopneumonia
2 13,50 ± 0,70
sitikolin 2x500 mg dan sitikolin 2x1000 mg memiliki nilai
Hipertensi +
GCS hari ke 8 yang tidak berbeda nyata jika dilihat dari Dislipidemia
12 14,00 ± 0,85
nilai rata-rata GCS hari ke 8 masing-masing (13,46 ±
0,77), (13,31 ± 0,74) dan (13,81 ± 0,17). Hal ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Milani Sementara itu pada dosis sitikolin 2x250 mg dan
dkk pada tahun 2013, selain memberikan hasil yang 2x500 mg dengan jenis stroke berbeda dan kejadian
signifikan jika dibandingkan dengan placebo, diantara stroke berulang atau tidak memberikan nilai GCS yang
variasi dosis yang diberikan dosis 1000 mg merupakan tidak jauh berbeda. Dalam penelitian ini, jenis stroke,
dosis yang memberikan perbaikan kesadaran yang paling perbedaan jenis komorbid, dan kejadian stroke berulang
tinggi. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh akan menyebabkan perbedaan signifikan nilai GCS hari ke
Davalos dkk pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dosis 8 pasien stroke (p<0,05). Pada nilai rata-rata GCS terlihat
sitikolin tertinggi 2x1000 mg meningkatkan kesadaran jelas bahwa pasien stroke iskemik dengan komorbid

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017) s93
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

hipertensi dengan diabetes mellitus, hipertensi dengan dosis neuroprotektor sitikolin dan komorbiditas tidak
bronkopneumonia, hipertensi dengan dislipidemia memberikan dampak signifikan terhadap nilai GCS pasien
memberikan nilai GCS tertinggi baik pada kelompok (p>0,1), namun nilai GCS awal masuk rumah sakit dan GCS
stroke berulang maupun tidak berulang, sedangkan hari ke 8 saat pasien dilakukan wawancara memberikan
pasien stroke hemoragik dengan komorbid hipertensi perbedaan signifikan (p<0,05). Terdapat interaksi
dengan diabetes mellitus baik memberikan nilai GCS signifikan antara jenis stroke, terapi neuroprotektor, dan
terendah, baik pada kelompok stroke berulang maupun kejadian stroke berulang, jenis stroke, komorbiditas dan
tidak berulang. Secara umum dapat kita lihat bahwa kejadian stroke berulang, serta jenis stroke dan terapi
pasien dengan stroke berulang dengan komorbiditas neuroprotektor terhadap niliai GCS pasien (p<0,05).
apapun baik untuk tipe iskemik dan hemoragik
memberikan nilai GCS yang lebih rendah dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
pasien yang pertama kali menderita stroke.
Dalam penelitian ini, jenis stroke, dan perbedaan 1. Bullock R, Chesnut R, Ghajar J, et al. Guidelines for the
terapi neuroprotektor akan menyebabkan perbedaan management of traumatic brain injury. J. Neurotama.
signifikan nilai GCS hari ke 8 pasien stroke (p<0,05). Pada 2000; 17: 448-554.
nilai rata-rata GCS terlihat jelas bahwa pasien stroke 2. Dávalos A, Castillo J, Alvarez-Sabín J, Secades JJ,
iskemik dengan dosis sitikolin 2x1000 mg memberikan Mercadal J, López S, Cobo E, Warach S, Sherman D,
nilai tertinggi dan jauh berbeda jika dibandingkan pada Clark WM, Lozano R . 2002, Oral citicoline in acute
dosis yang sama dengan pasien stroke hemoragik. ischemic stroke: an individual patient data pooling
Sementara itu sitikolin dengan dosis 2x250 mg dan 2x500 analysis of clinical trials, Stroke. Dec; 33(12):2850-
mg memberikan nilai GCS yang tidak jauh berbeda baik 2857
pada pasien stroke iskemik maupun pada pasien stroke 3. Depkes. 2011. 8 dari 1000 Orang Di Indonesia
hemoragik. Terkena Stroke. Kamis, 6 Oktober 2011. http://www.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1703-
mengkaji dampak karakteristik sosiodemografis, terapi 8-dari-1000-orang-di-indonesia-terkena-stroke.
neuroprotektor dan komorbiditas terhadap nilai GCS html. Diakses tanggal 26 Januari 2012.
pada pasien stroke. Cakupan variabel penelitian yang 4. Di Carlo, A., Lamassa, M., Baldereschi, M., Pracucci, G.,
luas diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan Basile, A.M., & Wolfe, C.D. 2003. Sex differences in
terkait GCS secara komprehensif. Selain itu, penelitian ini the clinical presentation, resource use, and 3-month
didukung dengan latar belakang sosiodemografis pasien, outcome of acute stroke in Europe: data from a
data klinis terkait komorbiditas yang diderita, dan variasi multicenter multinational hospital-based registry.
dosis neuroprotektor yang cukup beragam, sehingga Stroke.34, 1114–1119.
diharapkan dapat mewakili kenyataan yang sebenarnya 5. Dostovic, Zikrija, Ernestina Dostovi, and C
di lapangan. Omer. “Stroke and Disorders of Consciousness
Meskipun demikian, hasil penelitian ini belum dapat Cardiovascular Psychiatry and Neurology (2012):
digeneralisasi untuk populasi yang lebih luas. Hal ini 1-4.
terjadi karena beberapa keterbatasan. Pertama, faktor 6. Ginsberg, Myron D.2008, Neuroprotection for
komorbiditas dan terapi neuroprotektor yang hanya ischemic stroke: Past, present, and Future, NIH
menggunakan satu jenis obat saja, tetapi tidak diikuti Journal.Vol 55(3), pp 363-389Gobert JG, Baltes EL.
dengan jumlah pasien yang berimbang untuk masing- Availability and plasma clearance of piracetam in
masing kategori. Kemudian, yang kedua, minimnya man. Farmaco 1977;3:84–91.
data terkait kondisi kesehatan awal, keparahan penyakit 7. Gofir, Abdul. 2009, Manajemen Stroke Evidence
stroke, serta data-data pemeriksaan penunjang yang Based Medicine, Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
terkait dengan keterkendalian komorbiditas yang 8. Gokkaya, N. K., Aras, M. D., & Cakci, A. 2005. Health-
diderita oleh pasien. Ketiga, pada penelitian ini tidak related quality of life of Turkish stroke survivors.
dibahas faktor penyebab stoke lainnya seperti merokok International Journal of Rehabilitation Research
dan aktivitas fisik pasien, serta pada penelitian ini pasien 28(3), 229-235
tidak di kelompokkan berdasarkan tingkat keparahan 9. Goldstein, L.B., Bushnell, C.D., Adams, R.J. Appel, L.J.,
stroke dan tidak melibatkan jenis obat lain pada terapi Braun, L.T., Chaturvedi, S., Creager, M.A., Culebras,
stroke sebagai salah satu faktor dalam menilai luaran A., Eckel, R.H., Hart, R.G., Hinchey, J.A., Howard, V.J.,
pasien. Jauch, E.C., Levine, S.R., Meschia, J.F., Moore, W.S.,
Nixon, J.V.I., & Pearson, T.A. 2011. Guidelines for
KESIMPULAN the Primary Prevention of Stroke: A Guideline for
Healthcare Professionals From the American Heart
Pada penelitian ini umur dan jenis pekerjaan Association/American Stroke Association. Stroke 42,
memberikan dampak signifikan terhadap GCS (p<0,05), 517-584.
namun jenis kelamin tidak memberikan dampak 10. Goldstein, L.B., Bushnell, C.D., Adams, R.J. Appel, L.J.,
signifikan terhadap nilai GCS pasien (p>0,1). Variasi Braun, L.T., Chaturvedi, S., Creager, M.A., Culebras,
A., Eckel, R.H., Hart, R.G., Hinchey, J.A., Howard, V.J.,

s94 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017)
Abdilah dkk |Formulasi dan Uji Sifat...

Jauch, E.C., Levine, S.R., Meschia, J.F., Moore, W.S., 18. Naing, L, Winn, T, & Rusli, BN. 2006. Practical Issues
Nixon, J.V.I., & Pearson, T.A. 2011. Guidelines for in Calculating the Sample Size for Prevalence Studies.
the Primary Prevention of Stroke: A Guideline for Archives of Orofacial Sciences, 1, 9-14.
Healthcare Professionals From the American Heart 19. Overgaard, K. 2014. The Effects of Citicoline on Acute
Association/American Stroke Association. Stroke 42, Ischemic Stroke: A Review. Journal of Stroke and
517-584. Cerebrovascular Diseases, 23,1764-1769.
11. Helgason, C. M. & Wolf, P.A. 1997. American Heart 20. Paul, S.L., Sturm, J.W., Dewey, H.M., Donnan, G.A.,
Association Prevention Conference IV. Prevention Macdonell, R.A.L. & Thrift, A.G. 2005. Long-term
and rehabilitation of stroke. Circulation 96, 701–707. outcome in the North East Melbourne stroke
12. Horne, R. 2001. Compliance, Adherence, and incidence study: predictor of quality of life at 5 years
Concordance. Dalam Taylor, K., Kevin, G. Pharmacy after stroke. Stroke. 36, 2082-2086.
Practice. London: Taylor&Francis. 21. Sturm, J.W., Donnan, G.A., Dewey, H.M., Macdonell,
13. Howard G, Waller MD, Becker C, Coull C, Feibel S, R. A., Gilligan, A. K., Srikanth, V., & Thrift, A. G. 2004.
Leroy MK, et al. Community based stroke programs: Quality of life after stroke: the North East Melbourne
North Caroline, Oregon and New York. Factor Stroke Incidence Study (NEMESIS). Stroke. 35, 2340–
influencing survival after stroke: proportional hazard 2345.
analysis of 4219 patients. Stroke. 1986;17 : 294 -9. 22. Teasdale G, Jennet B. Assesment of coma and
14. Jin, J., Sklar, G.E., Min, S. O. V., & Chuen, L. S. 2008. impaired consciousness: A practical scale. Lancet
Factors affecting therapeutic compliance: a review 1974; ii: 81-4
from the patient’s perspective. Ther Clin Risk 23. Weir, C J, A P J Bradford, and K R Lees. “The Prognostic
Manag.13(1), 269–286. Value of the Components of the Glasgow Coma Scale
15. Kapral MK, Fang J, Hill MD, Silver F, Richards J, & Following Acute Stroke.” Q J Med 96 (2003): 67–74.
Jaigobin C.2005. Sex differences in stroke care and 24. Wiwit S. (2010). Stroke dan penanganannya:
outcomes: results from the Registry of the Canadian memahami, mencegah, dan mengobati stroke.
Stroke Network. Stroke.36, 809–814. Jogjakarta : Katahati.
16. Kelso, M.L.; Pauly, J.R. Therapeutic targets for
neuroprotection and/or enhancement of functional
recovery following traumatic brain injury. Prog. Mol.
Biol. Transl. Sci. 2011, 98, 85–131.
17. Markus, H, Pereira, A, & Cloud, G. 2010. Citicoline
as Codjuvant Treatment of Cognitive Impairment
in Chronic Degenerative Central Nervous System
Disease and in Ischemic Stroke: A Review Of Available
Stroke Medicine, New York: Oxford University Press.

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 19 Suplemen 1 (Desember 2017) s95

You might also like