Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL SFAE DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP


PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA
Ni Pt. Eka Ariyanti1, Nym. Wirya2, I Gd. Margunayasa3
1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan PAUD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: arianty_eka@yahoo.com1, Nyoman.wirya14@gmail.com2,


pakgun_pgsd@yahoo.com3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SFAE dan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada kelas IV di
Gugus II Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah kelas IV di Gugus II
Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 136 orang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner untuk mengukur motivasi belajar
dan tes untuk mengukur pemahaman konsep. Data yang dikumpulkan dianalisis
menggunakan ANAVA dua jalur. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh: 1) terdapat
perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model SFAE dan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 2) terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan motivasi terhadap pemahaman konsep IPA siswa. 3) Pada kelompok
siswa yang memiliki motivasi tinggi, terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SFAE dengan kelompok
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. 4) Pada
kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah, tidak terdapat perbedaan pemahaman
konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SFAE
dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional. Sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran SFAE dan motivasi
belajar berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa.

Kata-kata kunci: Model SFAE, Pemahaman Konsep, Motivasi Belajar

Abstract
This study aimed to determine the difference of the understanding science concept
between students who were taught by using SFAE teaching model and the students using
conventional model in fourth grade students at Gugus II Gianyar District in the academic
year 2013/2014. This research was categorized as quasi experimental. The research
population was all students in grade IV which belong to Elementary School Gugus II
Kecamatan Gianyar in academic year 2013/2014, the total population was 136 students.
In collecting the data, the writer used questionnaire and test. The questionnaire used was
to measure learning motivation and the test was used to the measure understanding of
science concept. The data were analysed using an ANAVA two ways. The result of this
research showed that : 1) there were the differences understanding of science concept
that significant between the students that taught by SFAE learning model and those that
were taught by conventional learning model. 2) there were interaction between learning
model and motivation through understanding science concept. 3) In the students which
were in high motivation group, there were differences understanding of science concept
between the students taught by SFAE learning model and those taught by conventional
learning model. 4) The students which were in low motivation group, there were
differences between the students taught by SFAE learning model and those taught with
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

conventional learning model. In this research SFAE learning model and study motivation
can be considered significant in understanding of science concept.

Keywords: SFAE models, understanding of science concepts, study motivation

PENDAHULUAN sendiri. Dilihat dari pihak guru mungkin


Guru merupakan ujung tombak disebabkan oleh kurangnya pemahaman
terselenggaranya pendidikan di sekolah, guru tentang model, pendekatan, strategi,
sebab guru adalah salah satu komponen dan metode, serta guru belum
penting dalam proses pembelajaran demi memanfaatkan potensi lingkungan sebagai
tercapainya tujuan pendidikan. Guru media dan sumber belajar. Jika dilihat dari
sebagai tenaga pendidik yang mempunyai pihak siswa mungkin disebabkan oleh
tugas pokok mengajar dan mendidik, pengetahuan awal siswa yang belum
memegang peranan dan tanggung jawab terakomodasi dengan baik dalam
yang penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, kurangnya minat, motivasi,
pembelajaran di sekolah. Peranan guru sikap, kebiasaan belajar dan konsep diri
sangatlah penting untuk menciptakan siswa yang berbeda satu sama lain.
suasana belajar yang merangsang minat Selain itu, guru juga sebagai
siswa untuk belajar dan mampu menyerap pelaksana pendidikan dituntut harus
materi yang diberikan. Tanpa guru yang mampu mengembangkan strategi-strategi
berkualitas baik dikhawatirkan sekolah tidak pembelajaran yang sesuai dengan
akan mampu menyelenggarakan kurikulum dan kondisi siswa di lapangan.
pendidikan yang berkualitas dan profesional Selain itu, guru juga sebagai pelaksana
sangat diperlukan agar mampu mendukung pendidikan dituntut harus mampu
kecerdasan kehidupan berbangsa serta mengembangkan strategi-strategi
mampu bersaing pada era globalisasi. pembelajaran yang sesuai dengan
Keberhasilan pendidikan suatu kurikulum dan kondisi siswa di lapangan.
negara ditentukan oleh kualitas Pemilihan strategi pembelajaran yang
pendidikannya. Jika kualitas pendidikannya sesuai akan membantu terciptanya
tinggi maka tingkat keberhasilan pendidikan suasana belajar yang kondusif dan
negara tersebut juga tinggi dan sebaliknya. interaktif, sehingga dapat meningkatkan
Namun, di Negara Indonesia kualitas atau motivasi siswa dalam belajar. Mulai dari
mutu pendidikan saat ini masih rendah di perancangan, pelaksanaan, dan tahap
berbagai jenjang pendidikan, baik evaluasi.
pendidikan formal maupun informal. Sama dalam pembelajaran IPA,
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia seorang guru dituntut untuk mampu
disebabkan oleh beberapa masalah antara menguasai konsep IPA dan menerapkan
lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan suatu strategi yang dapat membuat siswa
standarisasi pengajaran. Permasalahan berperan aktif dalam mencari pengetahuan-
inilah yang menghambat penyediaan nya sendiri. Dalam menerapkan pembelaja-
sumber daya manusia yang mempunyai ran IPA khususnya pada usia SD harus
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi benar-benar dilakukan secara mendasar
pembangunan bangsa di berbagai bidang. dan nyata. Pembelajaran IPA hendaknya
Permasalahan lainnya dalam dunia dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, merasa senang, gembira, dan tidak merasa
rendahnya kualitas guru, rendahnya tertekan atau terpaksa. Selain itu,
kesejahteraan guru, rendahnya pembelajaran IPA hendaknya dapat
kesempatan pemerataan pendidikan, dan menjadikan siswa aktif, baik secara fisik
mahalnya biaya pendidikan serta maupun mental. Pembelajaran yang
permasalahan yang mendasar lainnya ialah dirancang agar selalu memberikan
rendahnya prestasi siswa. kesempatan yang seluas-luasnya bagi
Rendahnya prestasi siswa siswa untuk mengoptimalkan dan
disebabkan oleh beberapa hal, baik dari memanfaatkan semua inderanya untuk
segi guru maupun dari segi siswa itu belajar dengan mengaktifkan komunikasi,
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

kerja sama, serta kolaborasi dengan siswa masih berpusat pada guru. (5) Kurangnya
yang lain. pengetahuan guru dalam menerapkan
Pembelajaran IPA dapat menjadi model pembelajaran yang inovatif. (6)
wahana bagi siswa mengembangkan dan
Kurangnya pemanfaatan media sebagai
menumbuhkan motivasi, inovasi, serta
kreativitas sehingga siswa mampu alat bantu pembelajaran. Hal ini akan
menghadapi masa depan yang penuh berdampak pada tingkat pemahaman
tantangan melalui penguasaan sains konsep siswa. Pemahaman konsep
secara umum sehingga salah satu produk merupakan tingkat kemampuan yang
yang diharapkan adalah kemandirian mengharapkan siswa tidak hanya mengeta-
belajar siswa yang tinggi. Pembelajaran hui yang sifatnya mengingat (hapalan) saja,
yang menarik dan menyenangkan berkaitan
tetapi mampu menguasai atau memahami
erat dengan suasana belajar yang menarik
perhatian siswa dan menyenangkan bagi arti atau konsep, mampu menerapkan pada
siswa, sehingga siswa dapat memusatkan aspek lainnya dengan mengembangkan
perhatiannya secara penuh pada konsep berpikirnya situasi dan fakta yang
belajarnya. Keadaan belajar yang aktif, diketahui, serta dapat menjelaskan dengan
menarik dan menyenangkan tidaklah menggunakan kata-kata sendiri sesuai
cukup, jika proses pembelajaran tidak dengan pengetahuan yang dimilikinya
efektif.
sehingga memudahkan untuk mengerti
Pembelajaran yang efektif, adalah
pembelajaran yang dapat menghasilkan bahan yang akan dipelajari dengan tidak
belajar yang bermanfaat dan terfokus pada mengubah artinya (KBBI, 2008).
siswa melalui penggunaan prosedur yang Pemahaman adalah suatu proses
tepat. Berarti dalam pembelajaran mental terjadinya adaptasi dan transformasi
menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh ilmu pengetahuan (Sagala,2009).
para siswa, sebab pembelajaran memiliki Pemahaman merupakan salah satu unsur
sejumlah tujuan yang harus dicapai siswa. pendidikan yang sangat mendasar dalam
Hal tersebut akan memperkuat rekaman rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
memori di otak siswa, mempermudah dan Pemahaman adalah kemampuan yang
mempercepat siswa memahami sesuatu, mengaharapkan pembelajar mampu
meningkatkan keterampilan siswa, serta memahami arti atau konsep, situasi, serta
meningkatkan sikap positif siswa terhadap fakta yang diketahuinya.
mata pelajaran IPA. Masalah Rendahnya pemahaman
Pada kenyataannya pembelajaran IPA di konsep IPA tersebut perlu dicarikan suatu
sekolah saat ini masih belum sesuai solusi agar pembelajaran yang
dengan harapan. Seperti yang diperoleh dilaksanakan dapat memberikan hasil yang
optimal dan mampu meningkatkan
dari hasil observasi dan wawancara pada
pemahaman konsep IPA sekaligus motivasi
hari Rabu, 12 Desember 2012 di SD Gugus belajar siswa. Salah satu model
II Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar pembelajaran inovatif yang dapat
ditemukan beberapa permasalahan yang digunakan untuk meningkatkan
diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya pemahaman konsep IPA adalah tipe
pemahaman konsep IPA. Adapun Student Facilitator And Explaining (SFAE).
permasalahan tersebut sebagai berikut. (1) Model pembelajaran SFAE ini merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat
Kurangnya minat membaca pada siswa
meningkatkan keaktifan, minat, motivasi
(2) Cara belajar siswa masih seperti dan kreativitas siswa serta merancang
mendengarkan, dan mencatat.(3) Siswa proses pembelajaran yang menarik dan
kurang antusias dalam mengikuti pelajaran menyenangkan. Model ini menekan pada
IPA dan menganggap bahwa mata keaktifan siswa dalam memanipulasi dan
pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang memberikan pendapat kepada teman-
sangat membosankan. (4) Pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

temannya dengan menggunakan cara dan perbedaan pemahaman konsep IPA pada
bahasanya sendiri. siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
Model ini juga efektif dalam melatih antara kelompok siswa yang belajar dengan
siswa berbicara, sehingga siswa tidak lagi menggunakan model pembelajaran SFAE
hanya menjadi objek pembelajaran, tetapi dengan kelompok siswa yang belajar
juga sebagai subjek yang dapat mengalami, dengan menggunakan model pembelajaran
menemukan, mengkonstruksikan, dan kovensional. 4) mengetahui perbedaan
memahami konsep dengan cara melakukan pemahaman konsep IPA pada siswa yang
atau memanipulasi benda, menggunakan memiliki motivasi belajar tinggi antara
indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik kelompok siswa yang belajar dengan
lingkungan berupa benda, tempat serta menggunakan model pembelajaran SFAE
peristiwa-peristiwa disekitar mereka. Artinya dengan kelompok siswa yang belajar
pembelajaran IPA bukan hanya dengan menggunakan model pembelajaran
penguasaan kumpulan pengetahuan yang kovensional.
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan METODE
suatu proses penemuan akan dapat Penelitian yang dilaksanakan
tercapai dengan baik. Sehingga motivasi termasuk jenis penelitian eksperimen,
belajar siswa akan menjadi lebih sehingga penelitian yang digunakan adalah
meningkat. penelitian eksperimen semu (Quasi
Berdasarkan permasalahan Eksperiment) karena tidak semua variabel
pemahaman konsep siswa kelas IV di (gejala yang muncul) dan kondisi
Gugus II Kecamamatan Gianyar khususnya eksperimen dalam penelitian ini dapat
mata pelajaran IPA, maka dilakukan diatur dan dikontrol secara ketat. Tempat
penelitian dengan tujuan; 1) mengetahui pelaksanaan penelitian ini adalah di SD
perbedaan pemahaman konsep IPA antara Gugus 2 Kecamatan Gianyar, pada rentang
kelompok siswa yang mengikuti waktu semester II (genap) tahun pelajaran
pembelajaran dengan menggunakan model 2013/2014 dan penelitian ini berlangsung
pembelajaran SFAE dan kelompok siswa selama dua bulan. Rancangan penelitian
yang mengikuti pembelajaran dengan yang digunakan adalah post-test only
menggunakan model pembelajaran control group design. Rancangan analisis
kovensional. 2) mengetahui pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
interaksi antara model pembelajaran SFAE dengan rancangan faktorial 2 × 2. Desain
dengan motivasi belajar terhadap ini dapat dilihat pada Tabel 1.
pemahaman konsep IPA. 3) mengetahui

Tabel 1. Rancangan Analisis Faktorial Anava Dua Jalur


Model pembelajaran (A) SFAE Konvensional
(A1) (A2)

Motivasi Belajar (B)


Motivasi belajar tinggi (B1) A1B1 A2B1
Motivasi belajar rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan
A1 : Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan SFAE
A2 : Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional
B1 : Kelompok siswa yang memiliki Motivasi belajar tinggi
B2 : Kelompok siswa yang memiliki Motivasi belajar rendah

Populasi dalam penelitian ini adalah Gianyar. Dari 4 SD yang ada di gugus II
seluruh siswa kelas IV gugus II Kecamatan dilakukan uji kesetaraan untuk menentukan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

sampel setara atau tidak. Hasil dari uji kelompok siswa yang memiliki motivasi
kesetaraan pada populasi didapatkan ke 4 belajar rendah.
sekolah tersebut setara. Pengambilan Penentuan kelompok siswa yang
sampel dalam penelitian ini menggunakan memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi
teknik random sampling dengan cara belajar rendah dapat diketahui dari hasil
undian. Pada teknik acak ini, semua kuesioner motivasi belajar yang diberikan.
anggota dalam populasi mempunyai Kemudian skor yang diperoleh siswa
kesempatan yang sama dalam pengundian diurutkan dari skor tertinggi sampai skor
agar dapat ditentukan kelas eksperimen terendah, dari skor yang diperoleh
dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil dilakukan perangkingan yang dilakukan
pengundian untuk menentukan kelas terhadap kelompok tinggi dan kelompok
eksperimen dan kontrol, diperoleh sampel rendah berdasarkan skor yang diperoleh
yaitu siswa kelas IV SD No. 1 dan 2 dengan ketentuan bahwa sebanyak 33%
Abianbase sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelompok atas dinyatakan sebagai
siswa kelas IV SD No. 3 dan 4 Abianbase kelompok yang memiliki motivasi belajar
sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen tinggi dan 33% dari kelompok bawah
diberikan perlakuan pembelajaran dengan dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki
model SFAE dan kelas kontrol diberikan motivasi belajar rendah.
perlakuan pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional. Selanjutnya, HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing kelas dipilih kembali HASIL
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok siswa Data rekapitulasi hasil perhitungan
yang memiliki motivasi belajar tinggi dan dari beberapa kelompok yang dianalisis
dalam penelitian ini diringkas pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Pemahaman Konsep IPA Siswa

Data
A1 A2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Statistik
Mean 32,39 28,09 32,27 27,82 28,86 31,64
Standar
4,10 4,30 3,61 4,24 3,47 3,71
Deviasi
Varians 16,80 18,52 13 17,96 12,03 13,76

Keterangan:
A1 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran SFAE
A2 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
A1B1 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran SFAE dan
memiliki motivasi belajar tinggi
A1B2 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran SFAE dan
memiliki motivasi belajar rendah
A2B1 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
dan memiliki motivasi belajar tinggi
A2B2 : Pemahaman Konsep IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
dan memiliki motivasi belajar rendah.

Selanjutnya, dari data yang diperoleh varians yang homogen. Uji normalitas
tersebut Kemudian dilakukan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Chi-
dan homogenitas. Syarat agar dapat square terhadap data pemahaman konsep
dilanjutkan ke uji hipotesis adalah data IPA siswa yang mengikuti model
harus berdistribusi normal dan berasal dari pembelajaran SFAE dan model
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

pembelajaran konvensional. Berdasarkan pembelajaran dengan model pembelajaran


uji normalitas yang dilakukan diperoleh SFAE dan yang mengikuti pembelajaran
bahwa: 1) Pada kelompok A1 di peroleh dengan model pembelajaran konvensional.
nilai χ2 hitung = 1,153 < χ2tabel = 7,815, Berdasarkan analisis yang dilakukan
sehingga data yang diperoleh pada diperoleh hasil Fhitung = 1,67. Besarnya Ftabel
kelompok A1 berasal dari data yang berdasarkan taraf signifikansi 5% yaitu
berdistribusi normal. 2) Pada kelompok A2 2,29. Sehingga diperoleh hasil berdasarkan
di peroleh nilai χ2 hitung = 1,375 < χ2tabel = perbandingan hasil Fhitung dan Ftabel
7,815, sehingga data yang diperoleh pada menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel atau
kelompok A2 berasal dari data yang 1,67 < 2,29. Hal ini berarti hasil
berdistribusi normal. 3) Pada kelompok pemahaman konsep IPA siswa berasal dari
A1B1 di peroleh nilai χ2 hitung = 0,570 < χ2tabel = populasi yang homogen. Uji bartleet
5,591, sehingga data yang diperoleh pada digunakan untuk mencari varians antara
kelompok A1B1 berasal dari data yang kelompok siswa yang mengikuti model
berdistribusi normal. 4) Pada kelompok pembelajaran SFAE dan yang mengikuti
A1B2 di peroleh nilai χ2 hitung = 2,302 < χ2tabel = pembelajaran dengan model pembelajaran
5,591, sehingga data yang diperoleh pada konvensional, yang telah dibedakan
kelompok A1B2 berasal dari data yang berdasarkan motivasi belajar terlebih
berdistribusi normal. 5) Pada kelompok dahulu. Hasil uji homogenitas dengan
A2B1 di peroleh nilai χ2 hitung = 2,690 < χ2tabel = menggunakan metode bartleet diperoleh
5,591, sehingga data yang diperoleh pada hasil χ2hitung = 7,173. Besarnya χ2tabel
kelompok A2B1 berasal dari data yang berdasarkan taraf signifikan 5% dan dk 3
berdistribusi normal. 6) Pada kelompok yaitu 7,815. Sehingga diperoleh hasil
A2B2 di peroleh nilai χ2 hitung = 1,552 < χ2tabel = berdasarkan perbandingan hasil χ2 hitung dan
5,591, sehingga data yang diperoleh pada χ2tabel menunjukkan bahwa χ2 hitung < χ2tabel
kelompok A2B2 berasal dari data yang atau 7,173 < 7,815. Hal ini berarti hasi
berdistribusi normal. Dapat disimpulkan pemahaman konsep IPA siswa berasal dari
bahwa data yang diperoleh dari semua populasi yang homogen.
kelompok berasal dari data yang Berdasarkan hasil uji prasyarat yaitu uji
berdistribusi normal. normalitas dan homogenitas dapat
Uji homogenitas varians dimaksudkan disimpulkan bahwa data dari semua
untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang kelompok berasal dari populasi yang
diperoleh dari uji ANAVA dua jalur benar- berdistribusi normal dan mempunyai
benar berasal dari perbedaan antar varians yang homogen. Oleh karena itu uji
kelompok, bukan disebabkan oleh hipotesis dengan ANAVA dua jalur dapat
perbedaan di dalam kelompok. Uji dilakukan. Analisis ANAVA dua jalur untuk
homogenitas varians dalam penelitian ini menguji hipotesis 1 dan 2.
dilakukan dengan uji F dan uji Bartlett. Uji F Berikut merupakan ringkasan hasil
digunakan untuk mencari homogenitas ANAVA dua jalur disajikan dalam Tabel 3.
varians antara siswa yang mengikuti

Tabel 3. Rangkuman ANAVA Dua Jalur Hasil Pemahaman Konsep IPA

Sumber JK db RJK Fhitung Ftabel


Variasi
5%

A 34,47 1 34,47 7,81**) 3,94


B 20,55 1 20,55 4,65**) 3,94
Inter AB 61,38 1 61,38 13,91**) 3,94
dalam 371,06 84 4,41 - 3,94
Total 487,46 87 - - -
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

Berdasarkan perhitungan ANAVA dua ringkasan hasil pengujian hipotesis dalam


jalur pada Tabel 3 dapat disimpulkan penelitian ini yakni: 1) Pengujian hipotesis
bahwa: 1) Pengujian hipotesis pertama, pertama, hipotesis nol ditolak dan hipotesis
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif alternatif diterima. Ini berarti terdapat
diterima (Fhitung >Ftabel), ini berarti terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara
perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model SFAE dengan
pembelajaran dengan model SFAE dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model konvensional. 2)
menggunakan model konvensional. 2) Pengujian hipotesis kedua, hipotesis nol
Pengujian hipotesis pertama, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. ini
ditolak dan hipotesis alternatif diterima berarti terdapat interaksi antara model
(Fhitung >Ftabel), ini berarti terdapat interaksi pembelajaran dan motivasi terhadap
antara model pembelajaran dan motivasi pemahaman konsep IPA siswa. 3)
terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Pengujian hipotesis ketiga, hipotesis nol
Hasil pengujian hipotesis di atas ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal
menunjukkan bahwa terdapat interaksi ini berarti pada kelompok siswa yang
antara model pembelajaran dan motivasi memiliki motivasi belajar tinggi, terdapat
terhadap pemahaman konsep IPA, maka perbedaan pemahaman konsep IPA antara
pengujian hipotesis dapat dilanjutkan siswa yang mengikuti model pembelajaran
dengan menggunakan uji t-Scheffe untuk SFAE dengan pemahaman konsep IPA
menguji hipotesis ketiga dan keempat. siswa yang mengikuti model pembelajaran
Berdasarkan analisis dengan konvensional. 4) Pengujian hipotesis
menggunakan uji t-Scheffe untuk hipotesis keempat, hipotesis nol ditolak dan hipotesis
ketiga, diperoleh hasil thitung adalah 7,75 dan alternatif diterima. Ini berarti pada kelompok
nilai dari ttabel adalah 1,980. Oleh karena itu siswa yang memiliki motivasi belajar
dapat dilihat bahwa thitung lebih besar dari rendah, terdapat perbedaan pemahaman
ttabel. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak dan konsep IPA antara siswa yang mengikuti
hipotesis alternatif diterima atau pada model pembelajaran SFAE dengan
kelompok siswa yang memiliki motivasi pemahaman konsep IPA siswa yang
belajar tinggi, terdapat perbedaan mengikuti model pembelajaran
pemahaman konsep IPA antara siswa yang konvensional.
mengikuti model pembelajaran SFAE
dengan pemahaman konsep IPA siswa PEMBAHASAN
yang mengikuti model pembelajaran Berdasarkan hasil uji hipotesis
konvensional. pertama telah dilakukan terhadap data yang
Berdasarkan analisis dengan diperoleh dalam penelitian, maka
menggunakan uji t-Scheffe untuk hipotesis ditemukan hasil yang menunjukkan adanya
keempat, diperoleh hasil thitung adalah 8,68 pengaruh dari model pembelajaran SFAE
dan nilai dari ttabel adalah 1,980. Oleh terhadap pemahaman konsep IPA siswa.
karena itu dapat dilihat bahwa thitung lebih Besarnya koefisien ANAVA F (A) adalah
besar dari ttabel. Hal ini berarti hipotesis nol 7,81 yang ternyata signifikan. Selanjutnya
ditolak dan hipotesis alternatif diterima atau terbukti bahwa pemahaman konsep IPA
pada kelompok siswa yang memiliki siswa yang mengikuti model pembelajaran
motivasi belajar rendah, terdapat SFAE dengan skor rata-rata sebesar 32,39
perbedaan pemahaman konsep IPA antara lebih tinggi daripada pemahaman konsep
siswa yang mengikuti model pembelajaran IPA siswa yang mengikuti model
SFAE dengan pemahaman konsep IPA pembelajaran konvensional dengan skor
siswa yang mengikuti model pembelajaran rata-rata sebesar 28,09.
konvensional. Hasil uji hipotesis tersebut
Berdasarkan analisis menggunakan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
ANAVA dua jalur dan uji t-Scheffe, model pembelajaran SFAE lebih unggul
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

dalam meningkatkan pemahaman konsep konvensional. Hal tersebut dapat dilihat


IPA siswa daripada pembelajaran dengan pada rata-rata pemahaman konsep IPA
model pembelajaran konvensional. Model sebesar 32,27 lebih tinggi daripada skor
pembelajaran SFAE pada kelas eksperimen rata-rata pemahaman konsep IPA siswa
dapat membantu siswa di dalam yang memiliki motivasi belajar tinggi tetapi
mengembangkan pemahaman konsep mengikuti model pembelajaran
siswa karena dalam model ini siswa diajak konvensional sebesar 28,86. Hasil uji Tukey
untuk mengungkapkan ide atau menunjukkan angka tukey sebesar 7,75
pendapatnya kepada teman atau yang ternyata signifikan.
menjelaskan materi yang telah dipelajarinya Hasil tersebut menunjukkan bahwa,
dengan menggunakan bahasanya sendiri. untuk pemahaman konsep siswa yang
Hal berbeda diperoleh pada kelas memiliki motivasi belajar tinggi yang
kontrol yang menggunakan model mengikuti model pembelajaran SFAE lebih
pembelajaran konvensional yang membuat tinggi daripada pemahaman konsep siswa
siswa lebih banyak belajar IPA secara yang mengikuti model pembelajaran
prosedural. Dalam penelitian ini, guru lebih konvensional. Model pembelajaran SFAE
banyak mendominasi kegiatan pembelaja- dalam pembelajaran IPA memberikan
ran. Siswa berperan sebagai pendengar ruang yang cukup bagi siswa untuk
yang pasif dan mengerjakan apa yang membangun dan mengembangkan
disuruh guru serta melakukannya sesuai kemampuan mengeksporasi secara
dengan yang dicontohkan. Masalah- mendalam. Sehingga siswa belajar atas
masalah IPA yang kontekstual biasanya prakarsa sendiri karena guru menaruh
digunakan untuk menguji pemahaman kepercayaan terhadap kemampuan anak
siswa pada konsep yang telah dipelajari untuk berpikir dan mengemukakan gagasan
dan biasanya diberikan pada akhir baru, dan ketika anak diberi kesempatan
pembahasan materi. Antar siswa sangat untuk bekerja sesuai dengan
jarang terjadi interaksi. Selain itu, dalam kebutuhannya, maka motivasi belajar dapat
pembelajaran dengan strategi konvensional tumbuh subur. Model pembelajaran SFAE
ini, siswa jarang diberikan kesempatan merupakan pembelajaran yang
untuk melakukan eksplorasi terhadap suatu memusatkan aktivitas belajar pada siswa
masalah dengan cara pikirnya sendiri. (student center). Dalam model
Pembelajaran seperti ini membuat siswa pembelajaran SFAE siswa diberikan
tidak terlatih untuk berinvestigasi dan hanya kesempatan seluas-luasnya untuk
akan menunggu perintah guru. mengungkapkan gagasan-gagasannya atau
Pemahaman yang diperoleh tentunya ide-idenya di dalam menyampaikan suatu
bersifat temporer karena pengetahuan yang pendapat. Dalam model pembelajaran
diperoleh siswa hanya berdasarkan SFAE siswa merupakan objek dan subjek
informasi guru. Akibatnya akan mempenga- dalam belajar, sehingga model
ruhi keingintahuan siswa, dan ketertarikan pembelajaran SFAE mempunyai kaitan erat
terhadap dunia sekitar dengan mengobser- dengan motivasi belajar siswa.
vasi maupun mengeksplorasi. Siswa akan Hasil uji hipotesis keempat menguji
memandang pelajaran IPA jauh dari ada tidaknya perbedaan pemahaman
dunianya dan menganggapnya pelajaran konsep IPA yang memiliki motivasi belajar
yang membosankan. rendah, antara kelompok siswa yang
Pada penelitian ini, pembahasan juga mengikuti model pembelajaran SFAE dan
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya siswa yang mengikuti model pembelajaran
peran motivasi belajar dalam peningkatan konvensional. Hal tersebut dapat dilihat
pemahaman konsep IPA siswa. pada skor rata-rata pemahaman konsep
Hasil uji hipotesis ketiga menguji ada IPA sebesar 31,64 lebih tinggi daripada
tidaknya perbedaan pemahaman konsep skor rata-rata pemahaman konsep IPA
IPA yang memiliki motivasi belajar tinggi, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
antara kelompok siswa yang mengikuti tetapi mengikuti model pembelajaran SFAE,
model pembelajaran SFAE dan siswa yang sebesar 27,82. Hasil uji Tukey
mengikuti model pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

menunjukkan angka tukey sebesar 8,68 interaksi tersebut , penerapan model SFAE
yang ternyata signifikan. sangat sesuai dengan siswa yang memiliki
Hasil tersebut menunjukkan bahwa, motivasi belajar tinggi, sehingga
untuk pemahaman konsep siswa yang pemahaman konsep IPA yang diperoleh
memiliki motivasi belajar rendah yang lebih optimal. Namun demikian bukan
mengikuti model pembelajaran SFAE lebih berarti penerapan model SFAE tidak sesuai
rendah dari pada pemahaman konsep dengan siswa yang memiliki motivasi
siswa yang mengikuti model pembelajaran rendah, tetapi penerapannya memerlukan
konvensional. Siswa yang memiliki motivasi waktu untuk mendapatkan hasil yang
belajar rendah kurang siap untuk terlibat optimal.
langsung dalam proses pembelajaran Hasil penelitian ini sejalan dengan
sehingga mereka cenderung tidak aktif dan pendapat Uno Hamzah (dalam Uno dan
kurang memperhatikan dan mengikuti Nurdin, 2011) model SFAE merupakan
jalannya proses pembelajaran. salah satu model pembelajaran untuk
Dapat disimpulkan bahwa model menciptakan pembelajaran yang aktif, salah
pembelajaran SFAE dapat meningkatkan satunya adalah anak belajar dari pengala-
pemahaman konsep IPA siswa yang mannya, selain anak harus belajar meme-
memiliki motivasi tinggi. Namun untuk siswa cahkan masalah yang dia peroleh dengan
yang memiliki motivasi rendah dalam cara melakukan, menjelajahi lingkungan,
penerapan model SFAE juga dapat menggunakan indera serta peristiwa-
meningkatkan pemahaman konsep siswa. peristiwa langsung dan nyata disekitar
Guru harus dapat meyakinkan siswa untuk mereka. Keterlibatan yang aktif dengan
dapat aktif di dalam proses pembelajaran. objek-objek ataupun gagasan teresbut
Berdasarkan uji hipotesis dapat mendorong aktivitas untuk berpikir,
mengindikasikan adanya interaksi antara menganalisa, menyimpulkan dan menemu-
model pembelajaran dengan motivasi kan pemahaman konsep kemudian mengin-
belajar siswa dalam pengaruhnya terhadap tegrasikan dengan konsep yang sudah
pemahaman konsep IPA, maka pola mereka miliki sebelumnya serta meningkat-
interaksi dapat digambarkan seperti kan pemahaman konsep.
Gambar 1.
SIMPULAN
33 Berdasarkan hasil pengujian dan
32
pembahasan dari data yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa: 1)
31
Nilai rata-rata

Terdapat perbedaan yang signifikan


30
pemahaman konsep IPA antara siswa yang
29 mengikuti model pembelajaran SFAE dan
Motivasi Tinggi
28 siswa yang mengikuti model pembelajaran
Motivasi rendah
27 konvensional. 2) Terdapat interaksi yang
26 signifikan antara model pembelajaran
25 dengan motivasi belajar terhadap
SFAE Konvensional pemahaman konsep IPA. 3) Terdapat
Model Pembelajaran perbedaan pemahaman konsep IPA
anatara siswa yang mengikuti model
pembelajaran SFAE dan siswa yang
Gambar 1. Pola Interaksi mengikuti model pembelajaran
konvensional pada kelompok siswa yang
Gambar pola interaksi diatas, memiliki motivasi belajar tinggi. 4) Terdapat
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh perbedaan pemahaman konsep IPA
interaksi antara model pembelajaran anatara siswa yang mengikuti model
dengan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran SFAE dan siswa yang
pengaruhnya terhadap pemahaman konsep mengikuti model pembelajaran
IPA. Berdasarkan temuan pengaruh konvensional pada kelompok siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

Berdasarkan hasil dari penelitian


yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yaitu
pertama, bagi guru-guru model SFAE dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran di kelas dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
IPA. Kedua, untuk menciptakan siswa lebih
aktif dalam belajar hendaknya pihak
sekolah dan guru memperhatikan tiga hal
pokok yaitu materi atau sumber pendukung
pembelajaran, aktivitas atau kegiatan
pembelajaran. Ketiga, dalam menerapkan
model SFAE, guru sebaiknya memberikan
penekanan pada konsep–konsep penting
dalam materi pelajaran agar tidak terjadi
miskonsepsi pada pemahaman siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Djaali, H. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi
1 Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
2008. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional.
Kirna, I, Made. 2013. Penulisan Artikel di
Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan
dalam seminar akademik: Melalui
Seminar Akademik Kita Tingkatkan
Kemampuan Mahasiswa PGSD
dalam Menulis Artikel di E-Journal
Undiksha, Singaraja, 12 April
2013.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan
(Teknik Analisis Data Kualitatif).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sagala, H.S. 2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad.
2011. Belajar dengan Pendekatan
PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

You might also like