Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 17

1

EFFORTS TO IMPROVE PERFORMANCE AND LEARNING


ACTIVITIES THROUGH MODEL GAMES TEAMS TOURNAMENTS
(TGT) FUN THINKERS MEDIA OF REDOKS REACTION

Sri Yani Widyaningsih,


MAN Parakan Temanggung, Temanggung, 56218

Email korespondensi: widyaningsih_spd@yahoo.com

Abstrak

Teams Games Tournaments Learning models (TGT) through Fun Thinkers on this Classroom Action
Research is, aims to: increase the activity and achievement chemistry learning. The research was carried
out within semester 2, thronghout January - April of academic year 2013/2014. The research subjects was
class X-9, totalling to 31 students, redoks reaction material of, Madrasah Aliyah Parakan Temanggung.
The research was held cyclically divided into two cycles taking place conscutively. Each cycle consists of
four activities: planning, action, observation, and reflection. There are two kinds of data, they are: 1).
qualitative data, result: observation of each cycle of, direct interviews, and written interviews, 2).
quantitative data, in the form of cognitive outcomes of each cycle. The quantitative data analysis
outcomes of the final cycle: 1) cycle I: average value of 61.935, learning achievement19.36%, or 6
students have attained their competence, 2). Cycle II: the average value of 67.06, learning competence
reaches 48.39%, or 15 students have attained theirs learning competence. The qualitative analysis
outcomes was that: there has been an improvement of student activity in their learning cycle I and cycle
II. Conclusion that the Teams Games Tournaments (TGT) model through free of Fun Thinkers media: 1).
is able to increase the activity of an innovative learning and cognitive learning achievement 2).as was as
having a fun means of learning to most of the students X-9, 3). And was supposed to be relevant to apphy
in redoks reaction, Madrasah Aliyah Parakan Temanggung.

Keyword: learning, innovative, cyclical, qualitative, quantitative, cognitive.


2

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR


REAKSI REDOKS MELALUI MODEL TEAMS GAMES
TOURNAMENTS (TGT) MEDIA FUN THINKERS

Sri Yani Widyaningsih1,


1
MAN Parakan Temanggung, Temanggung, 56218

Email korespondensi: widyaningsih_spd@yahoo.com

ABSTRAK

Pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) melalui media Fun Thinkers pada Penelitian
Tindakan Kelas ini, bertujuan: meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar kimia. Penelitian dilaksanakan
pada semester 2, bulan Januari s/d April tahun pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah kelas X-9
sejumlah 31 siswa, materi reaksi redoks, Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung. Penelitian
dilaksanakan secara siklis yaitu dibagi menjadi dua siklus yang berlangsung secara berkesinambungan.
Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Terdapat dua
data yang dianalisis, yaitu: 1). data kualitatif: observasi setiap siklus, wawancara langsung, dan
wawancara tertulis, 2). data kuantitatif, berupa: nilai prestasi kognitif pada setiap siklus. Analisis data
kuantitatif akhir siklus diperoleh: 1) siklus I: nilai rata-rata 61,935, ketuntasan belajar 19,36%, atau 6
siswa telah mencapai ketuntasan, 2). siklus II: nilai rata-rata 67,06, ketuntasan belajar sebesar 48,39%,
atau 15 siswa telah mencapai ketuntasan. Analisis data kualitatif terjadi peningkatan aktivitas belajar
siklus I dan siklus II. Diperoleh kesimpulan bahwa Model Teams Games Tournaments (TGT) melalui
media Fun Thinkers: 1). model pembelajaran inovatif, mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
kognitif 2). pembelajaran yang menyenangkan bagi sebagian besar siswa kelas X-9, 3). cocok diterapkan
pada reaksi redoks, siswa Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung.

Kata Kunci: pembelajaran, inovatif, siklis, kualitatif, kuantitatif, kognitif,

A. PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) yang diterapkan mulai tahun
Tujuan pendidikan nasional menurut pelajaran 2006/2007, merupakan
Kemendiknas (2003) adalah penyempurnaan dari kurikulum 2004 atau
mengembangkan potensi peserta didik agar yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis
menjadi manusia yang beriman dan Kompetensi (KBK). Pembelajaran berbasis
bertakwa, berilmu, cakap, kreatif, dan kompetensi menekankan pembelajaran ke
mandiri. Sejalan dengan tujuan tersebut, arah penciptaan dan peningkatan
maka pendidik berkewajiban menciptakan kemampuan dan potensi siswa agar bisa
suasana belajar yang bermakna, mengantisipasi tantangan dalam hidupnya.
menyenangkan, dinamis, dan dialogis. Standar Proses Pendidikan dalam
Proses pendidikan dalam kegiatan Permendiknas No. 41 Tahun 2007
pembelajaran akan bisa berjalan dengan menjelaskan bahwa guru hendaknya
lancar, kondusif, interaktif apabila dilandasi memberi kesempatan berpikir,
oleh dasar kurikulum yang baik dan benar. menganalisis, menyelesaikan masalah dan
Menurut Muh.Yamin (2009): bertindak tanpa rasa takut sehingga proses
pendidikan bisa dijalankan dengan baik pembelajaran dapat berjalan efektif dan
ketika kurikulum menjadi penyangga utama efisien.
dalam proses belajar mengajar. Proses Proses pembelajaran pada
pendidikan di Indonesia selalu mengalami Kurikulum 2013 harus menyentuh tiga
penyempurnaan, pada dasarnya bertujuan ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
mengembangkan sumber daya manusia keterampilan. Ranah sikap menggamit
untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang
3

‘mengapa’, ranah keterampilan tahu pembelajaran, hal ini karena belum ada
tentang ‘bagaimana’, ranah pengetahuan kecocokan antara model yang digunakan
tahu tentang ‘apa’. dengan kondisi siswa yang ada, (3) aktivitas
Hasil akhirnya adalah peningkatan siswa seperti oral activities yaitu
mengemukakan pendapat, menjawab
dan keseimbangan antara kemampuan
pertanyaan dan mendebat pernyataan masih
untuk menjadi manusia yang baik(soft belum muncul selama proses KBM, (4)
skills) dan manusia yang memiliki belajar kimia masih berdasarkan buku teks
kecakapan dan pengetahuan untuk atau teori dan belum mengikuti
hidup secara layak (hard skills)dari pembelajaran sains yang sebenarnya.
peserta didik yang meliputi aspek Berdasarkan pengamatan peneliti,
kompetensi sikap, keterampilan, dan sekaligus sebagai wali kelas, serta masukan
pengetahuan. guru yang mengajar, sebagian besar siswa
Salah satu unsur dalam Rencana kelas X-9, mempunyai karakteristik: 1).
Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu: model/ cenderung ramai saat pembelajaran karena
metode pembelajaran, yang digunakan oleh kurangnya minat belajar, 2). aktivitas
guru untuk mewujudkan suasana belajar belajar rendah, 3). mengumpulkan tugas
dan proses pembelajaran agar peserta didik tidak tepat waktu, 4). kurang fokus serta
mencapai kompetensi dasar atau rendahnya motivasi dalam mengikuti
seperangkat indikator yang telah pembelajaran.
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran Sebagai data pendukung, penulis
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lampirkan hasil analisis nilai siswa kelas
peserta didik, serta karakteristik dari setiap X9, selama satu setengah semester dalam
indikator dan kompetensi yang hendak tertera Tabel 1.
dicapai pada setiap mata pelajaran. Tabel 1. Nilai Awal Kelas X9
Sebagai pendidik pada satuan Nilai
pendidikan yang mengacu pada Hasil
Analisis Mid UAS Mid
Permendikbud (2013), berkewajiban Sem 1 Sem 1 Sem 2
melaksanakan pembelajaran yang
berlangsung secara interaktif, inspiratif, Rata-rata/
44,9 60,6 47,1
menyenangkan, menantang, efisien, Mean
memotivasi peserta didik untuk Median 42,4 57,5 54,5
berpartisipasi aktif. Modus 33,3 52,5 54,5
Berpedoman pada tujuan pendidikan Standar
15 12 24
nasional beserta rambu-rambunya, harus Deviasi
terjadi perubahan paradikma dari Jangkauan 66,67 47,5 91
pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Minimal 15,15 35 25
Centered Learning) menjadi pembelajaran
Maksimal 81,82 82,5 91
berpusat pada siswa (Students Centered
Learning). Pada kenyataannya, saat ini
TCL (Teacher Centered Learning) masih Belum munculnya minat, motivasi,
banyak diterapkan dalam proses aktivitas, yang sebenarnya dalam belajar
pembelajaran di kelas dengan alasan TCL serta belum terbiasanya variasi strategi atau
adalah praktis dan tidak banyak menyita model pembelajaran guru dalam mengajar,
waktu. Guru hanya menyajikan materi adalah sumber utama rendahnya prestasi
secara teori dan abstrak sedangkan siswa belajar tersebut.
pasif. Pembelajaran kimia membutuhkan
Prinsip pembelajaran yang diharapkan perhatian dan partisipasi intelektual secara
pemerintah, belum terlaksana secara optimal. Materi kimia banyak membahas
maksimal pada Madrasah Aliyah Negeri hal abstrak, dan tidak hanya sekedar
Parakan Temanggung, antara lain dapat memecahkan soal-soal yang terdiri dari
dilihat dari beberapa hal: (1) metode angka-angka (soal numerik). Deskripsi
ceramah dianggap efektif untuk tetap seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia,
dipakai dalam penyampaian materi, (2) peristilahan kimia, juga merupakan bagian
siswa belum dilibatkan secara aktif dalam yang penting dalam mempelajari kimia.
4

Salah satu materi dalam mata pelajaran pembelajaran yang sesuai atau cocok
kimia yang dirasa sulit adalah konsep reaksi diterapkan untuk semua bidang studi atau
redoks. Materi ini bersifat abstrak, faktual, siswa. Bruce Joyce (2009), diperlukan
dan sangat penting, sebagai konsep dasar model pembelajaran yang tepat dan sesuai
untuk pembelajaran materi kimia reaksi dengan: karakteristik siswa, materi yang
elektrolisis di kelas XII IPA. Banyak akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai,
aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan tingkat perkembangan kognitif siswa, dan
sehari-hari, misalnya peristiwa sarana atau fasilitas yang tersedia. Made
pembakaran, perkaratan, pengohan limbah Wena (2012), menjelaskan bahwa
organik dan anorganik, penyepuhan, dan karakteristik siswa berupa: bakat, motivasi,
lain-lain. gaya belajar, pengetahuan awal, kebiasaan
Mengingat keterkaitan materi, dan belajar. Kesesuaian strategi pembelajaran
besarnya peran reaksi redoks, serta aplikasi dan karakteristik siswa, serta karakteristik
dalam kehidupan, maka pentingnya guru isi pembelajaran, menumbuhkan motivasi,
merancang pembelajaran reaksi redoks agar gairah, dan pemahaman.
belajar siswa menjadi lebih bermakna, Dalam merancang sebuah strategi
meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar pembelajaran, aspek yang paling penting
materi redoks dan menjadikan untuk diperhatikan oleh seorang guru
pembelajaran tersebut menyenangkan dan adalah karakteristik dan modalitas gaya
bermakna. Berikut ini, penulis sajikan nilai belajar individu peserta didik. Pembelajaran
ulangan harian reaksi redoks, selama tiga yang dirancang harus memiliki daya tarik
tahun terakhir, dalam Tabel 2. tersendiri guna merangsang proses
Tabel 2. Nilai UH Kelas X reaksi redoks pembelajaran yang menyenangkan. Degeng
Tahun Pelajaran 2013/2014. dalam Made Wena (2012) mengemukakan
bahwa hasil pembelajaran dapat
Kelas diklasifikasikan dalam tiga kelompok: a).
X3 X4 X5 keefektifan, b). efisiensi, c). Daya tarik.
Nilai Karakteristik siswa yang berhubungan
Rata- dengan aspek seperti: motivasi, bakat,
rata 53,94 61,29 45,5 minat, kemampuan awal, dan lainya, harus
dijadikan pilar untuk menentukan strategi
Pembelajaran bermakna adalah apabila pembelajaran agar tercapai hasil belajar
guru mampu merangsang pengetahuan yang maksimal.
siswa untuk mampu menghubungkan ilmu Menurut pandangan Bruner (1960)
pengetahuan dengan kehidupan. Reaksi yang dikutip Syaiful Sagala (2010), dalam
redoks membutuhkan pemahaman dan proses belajar dapat dibedakan pada tiga
ingatan yang cukup baik, karena siswa fase yaitu: (1) informasi, sifat informasi
mulai dilatih untuk memahami prinsip menambah pengetahuan yang telah dimiliki
reaksi kimia, yang selanjutnya / memperjelas dan memperdalamnya, atau
terspesifikasikan pada reaksi redoks bertentangan dengan apa yang telah kita
(reduksi oksidasi). Dengan demikian, ketahui sebelumnya, (2) transformasi,
diperlukan suatu model pembelajaran yang informasi itu harus dianalisis, diubah atau
dilengkapi media dalam suasana yang ditransformasi dalam bentuk abstrak, atau
menyenangkan melalui suatu permainan konseptual agar dapat digunakan untuk hal-
akademik, untuk mempelajari konsep reaksi hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan
redoks, sehingga diharapkan dapat guru sangat diperlukan, (3) evaluasi,
meningkatkan prestasi belajar siswa. pengetahuan yang diperoleh, ditransformasi
Untuk mempermudah proses dan dapat dimanfaatkan untuk memahami
pembelajaran dan mencapai hasil yang gejala- gejala lain.
optimal diperlukan suatu strategi Pengetahuan yang diperoleh dari proses
pembelajaran yang tepat dan jelas, sehingga belajar menurut Teori Piaget dalam Ratna
akan mempermudah proses belajar, efektif Wilis Dahar (1989) menyatakan bahwa ada
dan efisien. Strategi pembelajaran bersifat tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan
spesifik, artinya tidak ada satupun strategi fisik (physic knowledge) dikontruksi
terhadap obyek fisis secara langsung,
5

pengetahuan logiko-matematik (logico- pikiran untuk memperoleh pemahaman


mathematical knowledge): dibentuk dengan yang sama di antara para anggota tim.
tindakan tidak langsung dan pengetahuan Tugas yang harus diselesaikan oleh tim atau
sosial (social knowledge): dibentuk dengan kelompok bisa berupa lembar kerja siswa
pengalaman siswa dengan orang lain. (LKS), dan bertanggung jawab terhadap
Ketiga pengetahuan dibentuk oleh tindakan penguasaan materi oleh para anggotanya.
siswa terhadap pengalaman fisis dan sosial. Setiap anggota kelompok yang
Beberapa model pembelajaran bersangkutan akan memotivasi dan
kooperatif antara lain STAD (Student Team membantu anggota lain yang ada dalam
Achievement Divisions), Jigsaw, TAI (Team kelompoknya, sehingga mereka secara
Accelerated Instruction), CIRC kelompok merasa optimis untuk
(Cooperative Integrated Reading and memenangkan perlombaan karena para
Composition), dan TGT (Teams Game anggotanya sudah siap dengan penguasaan
Tournaments). Model pembelajaran materi secara tuntas. c). Permainan /Game.
kooperatif tipe TGT merupakan tipe Dalam kegiatan ini, para siswa memainkan
pembelajaran yang aktivitasya berpusat perlombaan dalam kelompoknya masing-
pada siswa. masing, terdiri dari lima atau enam siswa
Dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan tingkat kemampuan yang heterogen.
(PTK) ini, berdasarkan karakteristik siswa Game ini terdiri dari pertanyaan atau tugas-
kelas X9 serta materi reaksi redoks, penulis tugas yang relevan dengan materi yang
bersama kolaborator memilih model telah disampaikan untuk menguji tingkat
pembelajaran TGT (Teams Game penguasaan materi yang diperoleh siswa,
Tournaments) dengan menggunakan media baik ketika pada tahap pesentasi dari guru,
kartu yang diberi nama “Fun Thinkers”. maupun pada tahap belajar kelompok
Robert E. Slavin (2005) menjelaskan dengan teman-teman sesama anggota
bahwa: TGT pada awalnya dikembangkan kelompoknya. Permainan ini dilakukan
oleh David DeVries dan Keith Edwards. pada setiap akhir pembelajaran setelah para
Dalam pembelajaran ini, siswa membangun siswa mendapat materi dari guru dan
ketergantungan atau kepercayaan dalam tim mendalaminya melalui belajar kelompok.
asal yang memberikan kesempatan kepada d). Tournamen/Pertandingan. Tournamen
siswa untuk merasa percaya diri ketika dilaksanakan setelah kerja kelompok.
bersaing dalam tournament. Pembelajaran Setelah turnamen selesai maka dilakukan
kooperatif TGT lebih menekankan proses penilaian. Pertandingan ini terdiri dari
pembelajaran pada kerjasama kelompok, pertanyaan atau tugas-tugas yang yang
serta lebih menyenangkan. Tujuan yang relevan dengan materi yang telah
ingin dicapai tidak hanya kemampuan disampaikan untuk menguji tingkat
akademik yaitu penguasaan materi penguasaan materi yang diperoleh siswa,
pelajaran, tetapi juga ada unsur kerjasama baik ketika pada tahap pesentasi dari guru,
untuk menguasai materi tersebut. maupun pada tahap belajar kelompok
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teman-teman sesama anggota
kooperatif model TGT dicuplik dari kelompoknya. e). Penghargaan Tim/ team
Hamdani (2011), terdapat lima langkah, recognition. Pengakuan atau penghargaan
yaitu: a). Presentasi kelas/pengamatan atas prestasi kelompok berupa pemberian
langsung/mengajar konvensional, yaitu peringkat kepada tim sesuai dengan skor
kegiatan guru menyampaikan atau yang diperoleh.
mempresentasikan materi pelajaran berupa Salah satu peran guru dalam proses
fakta, konsep, prinsip, atau prosedur. Tugas pembelajaran adalah guru sebagai
guru pada tahap ini adalah menjelaskan hal- fasilitator. Sedangkan Learning to do
hal yang sifatnya mendasar tentang materi mengandung pengertian kompetensi akan
yang akan dipelajari siswa, termasuk dimiliki manakala siswa diberi kesempatan
prosedur pelaksanaan TGT, sehingga siswa untuk melakukan sesuatu. Menurut Teori
memahami materi dan hal-hal yang harus Belajar Piaget dalam Paul Suparno (2001)
dilakukan baik secara individu maupun mengajar bukan hanya mengisi
kelompok, b). Belajar Tim, merupakan pengetahuan dalam tabung kosong, namun
Pada tahab ini siswa untuk saling bertukar melibatkan siswa untuk aktif mmembangun
6

pengetahuan, dengan interaksi dengan belajar mengajar, d). mendorong motivasi


sumber belajar. siswa, e). meningkatkan efektiitas daan
Proses pembelajaran merupakan proses efisiensi dalam menyampaikan, f). dapat
komunikasi yang melibatkan tiga menimbulkan semangat, yang lesu menjadi
komponen: pengirim pesan (guru), bergairah, pelajaran yang berlangsung akan
komponen penerima pesan (siswa), dan menjadi lebih hidup.
pesan yang akan disampaikan (materi Media pembelajaran bukan hanya
pelajaran). Untuk mengoptimalkan pesan berupa alat atau bahan saja, namun hal-hal
agar diterima seutuhnya oleh siswa, maka yang lain yang memungkinkan siswa dapat
perlunya penyusunan strategi pembelajaran memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely
dengan memanfaatkan berbagai media. dalam Wina Sanjaya (2006)
Penggunaan media pembelajaran dalam mengklasifikasikan jenis media pendidikan
proses belajar mengajar dapat adalah 1). Gambar diam, baik dalam buku
membangkitkan keinginan dan minat yang teks, bulletin, papan display, slides, film
baru, membangkitkan motivasi dan strip, atau OHP. 2). Gambar gerak, baik
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan hitam putih, berwarna, baik bersuara
membawa pengaruh–pengaruh psikologis maupun tidak dan representasi grafis. 3).
terhadap siswa. Rekaman bersuara baik dalam kaset
Prinsip pokok dalam penggunaan media maupun piringan hitam. 4). Televisi. 5).
dalam pembelajaran, mengarah pada sarana Benda-benda hidup, simulasi maupun
mempermudah siswa belajar dalam upaya model, dan 6) Instruksional berprogram
memahami pesan guru (materi belajar). atau CAI (Computer Assisted Instruction).
Selain membangkitkan motivasi dan minat Menurut Schramm (1977) dalam Arif
siswa, media pembelajaran juga dapat Sadiman (1996), dari segi kerumitan media
membantu siswa meningkatkan dan besarnya biaya, media dibedakan
pemahaman, menyajikan data dengan menjadi media rumit dan mahal (big
sangat menarik dan terpercaya media), dan media sederhana dan murah
memudahkan penafsiran umum. (little media).
Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai Media Fun Thinkers termasuk salah
(2005) media pembelajaran dapat satu jenis media kartu sebagai alat bantu
mempertinggi proses belajar siswa dalam untuk komunikasi yang lebih efektif dalam
pengajaran yang pada gilirannya proses pembelajaran. Media ini berupa
diharapkan dapat meningkatkan hasil kartu yang berisi materi reaksi redoks.
belajar yang dicapainya. Dalam Arif Siswa mencari pasangan yang tepat pada
Sadiman (2007), media dalam pembelajaran dari kartu yang tersedia. Masing-masing
mempunyai manfaat antara lain: a). kelompok akan mempresentasikan hasil
memperjelas penyajian pesan agar tidak pencarian sesuai petunjuk LKS yang
terlalu bersifat verbalistik, b). mengatasi diterima, sehingga kelompok yang bekerja
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, dapat secara cepat diketahui kebenaran atas
c). dapat mengatasi sikap pasif dari anak jawabannya. Jadi sangat dibutuhkan peran
didik, d). dapat memberikan perangsang aktif dari masing-masing anggota
yang sama, mempersamakan pengalaman kelompok. Siswa tidak dibiarkan/diberi
dan menimbulkan persepsi yang sama. kesempatan membuang waktu untuk
Karena dengan sifat unik dari setiap melamun, atau bermalas-malasan. Melalui
siswa, adanya lingkungan dan pengalaman media Fun Thinkers, diharapkan siswa
yang berbeda, sedangkan kurikulum dan merasa senang dalam belajar, menemukan
materi pendidikan ditentukan sama untuk konsep-konsep reaksi redoks.
setiap siswa, dengan menggunakan media, Tujuan penggunaan media kartu (media
maka kesulitan tersebut dapat diatasi. Fun Thinkers merupakan bagian media
Secara umum, media pembelajaran kartu) menurut Oemar Hamalik (2011)
mempunyai manfaat antara lain: a). antara lain: 1). membangkitkan keinginan
menyampaikan informasi dalam proses dan minat baru dari siswa, karena melalui
belajar mengajar,b). memperjelas informasi alat/media siswa akan memperoleh
pada waktu tatap muka c). melengkapi dan pengalaman lebih luas dan lebih kaya,
memperkaya informasi dalm kegiatan sehingga persepsinya akan menjadi lebih
7

tajam dan pengertiannya lebih tepat, 2). adalah kegiatan yang melibatkan seluruh
membangkitkan motivasi dan merangsang panca indra yang dapat membuat seluruh
kegiatan belajar, 3). memberikan anggota tubuh dan pikiran terlibat langsung
pengalaman yang menyeluruh, konkrit dalam proses belajar. Sedangkan Oemar
berintegrasi menjadi pengertian/kesimpulan Hamalik (2011) aktivitas pembelajaran
yang abstrak. dalam kelas, adalah aktivitas yang
Menurut Paul Suparno (2007), dilaksanakan setiap kegiatan tatap muka
beberapa keuntungan bermain kartu antara dalam kelas terstruktur, dalam bentuk
lain: siswa senang bermain, asyik, dan komunikasi langsung, kegiatan kelompok
sekaligus dapat belajar materi yang belajar. Definisi operasional, aktivitas
disampaikan, materi pelajaran menjadi belajar adalah segala sesuatu yang
tidak menakutkan, tetapi mengasyikkan dan dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan untuk dipelajari, siswa juga terjadi baik fisik maupun non-fisik. yang
dapat berlatih kerjasama dalam bermain mengarah pada proses belajar seperti
bersama serta belajar mentaati peraturan bertanya, mengajukan pendapat,
permainan, sehingga sangat menunjang mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
keberhasilan TGT. pertanyaan guru, bekerjasama dengan siswa
Dengan media Fun Thinkers, siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
akan lebih tertarik untuk membaca, karena yang diberikan
model dan bentuknya yang ringkas dan Paul B. Diedrick dalam Oemar Hamalik
unik, mampu menggali inti dari konsep (2011) membedakan aktivitas siswa di
dasar materi pembelajaran yang akan sekolah menjadi: 1) visual activites
disampaikan. Adapun kelebihan media ini (aktivitas visual), yaitu kegiatan oleh indra
dapat disimpulkan: 1). tidak memerlukan mata yang meliputi membaca,
biaya besar untuk menyediakan dan memperhatikan gambar, demontrasi, 2)
mengoperasikannya, 2). dapat digunakan oral activites (aktivitas mulut) misalnya:
secara fleksibel, sehingga dapat menyatakan, menanyakan, memberi saran,
meminimalisasi terjadinya salah menyampaikan pendapat, melakukan
komunikasi, 3). meningkatkan terjadinya wawancara, 3) listening activites (aktivitas
interaksi langsung antara guru dengan pendengaran) misalnya; mendengarkan
siswa sehingga dapat membangkitkan minat percakapan, menerima saran, berdiskusi, 4)
siswa dalam belajar, dan pesan yang writing activites (aktivitas penulisan)
disampaikan guru dapat diterima dengan misalnya: menulis laporan, mengerjakan
baik. tugas, menyalin catatan, 5) drawing
Dari berbagai ragam keuntungan Fun activites (aktivitas gambaran), misalnya:
Thinkers sebagai media sederhana, tampak membuat peta, menggambar, membuat
beberapa kekurangan diantaranya: 1). grafik,membuat diagram, 6) motor activites
kurang dapat mengakomodasikan seluruh (aktivitas motorik) misalnya: melakukan
indera siswa, 2). kurang bisa mengukur percobaan, membuat konstruksi, bermain,
kemampuan siswa, terutama kemampuan 7) mental activites (aktivitas mental,
analisis. misalnya menanggapi, mengingat,
Namun demikian, bila dibandingkan memecahkan masalah, melihat hubungan
dengan keuntungan yang diperoleh, media dan menganalisis, 8) emotional activites
Fun Thinkers tetap baik digunakan dalam (aktivitas perasaan) misalnya menaruh
proses pembelajaran, minimal siswa minat, merasa bosan, gembira, sedih,
memperoleh pengalaman belajar yang bersemangat, bergairah, tenang-tenang,
berbeda dari biasanya dan juga terbantu sungguh-sungguh.
imajinasinya dan mengurangi kejenuhan Terciptanya kelas sebagai lingkungan
dalam belajar. belajar yang nyaman pada pembelajaran
Pembelajaran kimia membutuhkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
perhatian dan partisipasi intelektual secara mencapai tujuan pembelajaran.
optimal. Mengajar harus didasarkan pada Pembelajaran yang efektif adalah
aktivitas belajar siswa, dan mampu pengajaran yang menyediakan kesempatan
membuat siswa aktif. Definisi konsepsual siswa untuk belajar sendiri atau melakukan
menurut Sardiman: (2010) aktivitas belajar aktivitas sendiri.
8

Pada pembelajaran TGT melalui media Berdasarkan hasil observasi, dan


Fun Thinkers lebih menitik beratkan pada wawancara, penyebab timbulnya masalah,
aktivitas sejati, yang dimaksud di sini siswa dan alternatif tindakan pemecahan masalah
belajar sambil bekerja, siswa menerapkan di atas, maka peneliti merumuskan
perolehan konsep saat presentasi guru (fase masalah sebagai berikut: “Apakah Model
1 TGT), untuk menjawab soal-soal yang Teams Games Tournaments (TGT) Melalui
dikemas dalam kartu, serta menjawab kuis. Media Fun Thinkers meningkatkan
Dengan bekerja mereka memperoleh Aktivitas Dan Prestasi Belajar Konsep
pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek Reaksi Redoks kelas X-9, MAN Parakan
tingkah laku lainnya, serta mampu Temanggung?
mengembangkan ketrampilan. (Oemar Penggunaan Model Teams Games
Hamalik, 2011). Tournaments (TGT) Melalui Media Fun
Sistem penilaian yang berlaku dalam Thinkers bertujuan: 1). mengembangkan
pembelajaran KTSP, tidak hanya dilakukan kemampuan berpikir secara sistematis,
pada akhir periode tetapi dilakukan secara logis dan kritis, atau mengembangkan
integrasi dengan kegiatan pembelajaran, kemampuan intelektual sebagai bagian dari
artinya kemajuan belajar dinilai dari proses proses mental, 2). menumbuhkan daya tarik
bukan semata-mata hasil. Penilaian tersendiri guna merangsang proses
dilakukan secara menyeluruh yaitu pembelajaran yang menyenangkan, 3).
mencakup semua aspek kompetensi yang membantu meningkatkan pemahaman
meliputi aspek kognitif, afektif, dan konsep yang dianggap sulit.
psikomotor. Peserta didik mengkonstruksi
Dalam penelitian ini prestasi belajar pemahaman konsep dengan memperluas
dibatasi pada ranah kognitif saja. Beberapa pengetahuan yang sudah ada, dan melatih
ahli telah menyusun definisi prestasi kemandiriannya sehingga terbentuk rasa
belajar, yang perumusannya berbeda-beda tanggung jawab dan percaya diri, melalui
antara lain: (1) Winkel (1996) mengatakan kerjasama dalam tim serta mengembangkan
bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti kemampuan berkomunikasi.
keberhasilan belajar atau kemampuan Manfaat praktis bagi peserta didik
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan antara lain: a). membantu meningkatkan
belajarnya sesuai dengan bobot yang prestasi belajar materi pokok reaksi redoks,
dicapainya. (2) Nana Sudjana (2009) b). meningkatkan potensi intelektual, daya
mengemukakan bahwa prestasi belajar ingat, dan mengembangkan konsep diri, c).
adalah kemampuan yang dimiliki siswa memberikan masukan bagi guru untuk
setelah ia menerima pengamalan menerapkan pembelajaran kooperatif, d).
belajarnya. (3) Alvin W. Howard dalam meningkatkan pengembangkan bakat,
Slameto (2010) menyatakan bahwa prestasi menghindar belajar menghafal, e).
belajar adalah penguasaan pengetahuan, meningkatkan rasa percaya diri, mandiri
ketrampilan terhadap mata pelajaran dan tanggung jawab, f). memberikan
sebagai hasil usaha yang telah dilaksanakan pengalaman belajar yang bermakna dan
menurut batas kemampuan dari pelaksana menarik, g). mengembangkan ketrampilan
usaha tersebut. (4) Kemendiknas (2003) berpikir kritis dan berpikir ilmiah.
menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah Secara umum, manfaat penelitian ini,
peguasaan pengetahuan atau ketrampilan salah satu usaha guru untuk meningkatkan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, kualitas proses pembelajaran bersama
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau peserta didik dalam mewujudkan tujuan
angka yang dberikan oleh guru. pendidikan kimia dan tujuan pendidikan
Dari beberapa pendapat ahli diatas Nasional.
tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh B. METODE PENELITIAN
seseorang setelah melakukan usaha untuk
mendapat ilmu pengetahuan yaitu berupa Penelitian ini adalah penelitian tindakan
penguasaan pengetahuan, sikap, kelas, yang dilakukan semester 2, tepatnya
keterampilan terhadap mata pelajaran yang bulan Januari s/d April tahun pelajaran
dibuktikan melalui hasil tes. 2013/2014. Subyek penelitian adalah siswa
9

kelas X-9 sebanyak 31 siswa, MAN siklus, 8). lembar wawancara tertulis, 9).
Parakan Temanggung. Penelitian Tindakan catatan lapangan.
Kelas dilaksanakan secara siklis yaitu Pelaksanaan tindakan penelitian
dibagi menjadi dua siklus yang berlangsung dilaksanakan pada kelas X9, oleh peneliti
secara berkesinambungan. Setiap siklus dan dibantu kolaborator yang bertugas
terdiri atas empat kegiatan yaitu membantu memfasilitasi berlangsungnya
perencanaan, tindakan, observasi, dan pembelajaran dan melakukan observasi.
refleksi . Tindakan yang diberikan berupa Sebelum pembelajaran siklus I, siswa diberi
penerapan model Teams Games angket aktivitas belajar, untuk mengetahui
Tournaments (TGT) Melalui Media Fun aktivitas awal sebelum diberikan
Thinkers materi pokok Reaksi redoks. pembelajaran TGT. Kegiatan pembelajarn
Perencanaan tindakan sebelum Siklus I, diawali pembentukan kelompok
penelitian adalah: 1). menganalisis hasil tes TGT, pembagian: LKS, media Fun
kemampuan dasar (psikodata), sebagai Thinkers, lembar wawancara, soal kuis,
pertimbangan pembentukan kelompok masing-masing kelompok. Pembelajaran
TGT, 2). mengambil nilai aktivitas belajar siklus I meliputi RPP ke: 1,2, siklus II RPP
melalui angket, untuk mengetahui aktivitas ke: 3,4.
belajar kondisi awal, 3). mengetahui gaya Observasi terhadap dampak tindakan
belajar siswa melalui angket, sebagai dilakukan secara kontinyu, selama proses
pedoman pemilihan media belajar yang pembelajaran, oleh peneliti dibantu
tepat, 4). membuat skenario pembelajaran, kolaborator untuk mengetahui
dilengkapi dengan instrumen yang tertera perkembangan proses/aktivitas belajar,
dalam RPP, 5). membuat instrumen melalui: 1). tabel pengamatan observer
tanggapan pembelajaran (wawancara terhadap partisipasi peserta selama kegiatan
tertulis) yang akan diisi oleh siswa, pada pembelajaran, 2). lembar kerja ketrampilan
akhir pembelajaran siklus I, untuk refleksi proses individu, 3). lembar kerja
sebagai bahan pertimbangan perencanaan ketrampilan proses kelompok, 4). lembar
siklus II, 5). membuat Media Fun Thinkers, penilaian Lembar kerja ketrampilan proses
6). membuat modul pembelajaran yang individu dan kelompok.
akan diberikan siswa sebelum pembelajaran Data hasil penelitian yang dianalisis
siklus I, untuk membantu pemahaman adalah: prestasi belajar kognitif. Teknik
konsep reaksi redoks, sehingga pada fase pengumpulan data yang digunakan adalah:
belajar tim, siswa mempunyai pengetahuan 1) teknik tes untuk prestasi kognitif (akhir
yang luas. siklus I dan II), 2) teknik non tes yaitu
Instrumen pelaksanaan penelitian yang angket untuk menilai aktivitas belajar 3)
digunakan berupa silabus, Rencana teknik pengamatan/observasi saat siswa
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan melakukan belajar tim, permainan game,
Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk dan turnamen, untuk menilai aktivitas dan
menjamin validitas isi instrumen sikap.
pelaksanaan penelitian ini, dilakukan Analisis data penelitian hasil belajar
dengan menyusun kisi-kisi dan telah kognitif menggunakan analisis statistik
divalidasi oleh teman sejawat. deskriptif dan deskriptif komparatif yaitu
Instrumen penelitian berupa: 1). soal membandingkan hasil tes tertulis prasiklus
tes aktivitas berupa angket, 2). tabel dengan siklus dan antar siklus maupun
pengamatan observer terhadap partisipasi dengan indikator kerja. Sedangkan data non
peserta selama kegiatan pembelajaran, 3). tes (hasil observasi dan wawancara) yaitu
tabel tanggapan peserta didik terhadap aktivitas belajar dianalisis secara deskriptif
proses pembelajaran selama penelitian, 4). kualitatif.
lembar kerja ketrampilan proses individu, Hasil analisis data kemudian
5). lembar kerja ketrampilan proses dievaluasi/refleksi digunakan sebagai
kelompok, 6). lembar penilaian lembar pedoman perlu atau tidaknya pembelajaran
kerja ketrampilan proses individu, 7). remidiasi akhir siklus I dan perbaikan
lembar penilaian lembar kerja ketrampilan instrumen untuk perencanaan siklus II.
proses kelompok, 7). soal penilaian akhir Hasil analisis tabel tanggapan peserta didik
terhadap proses pembelajaran selama
10

penelitian siklus I, digunakan untuk awal yang baik untuk mengoptimalkan


perbaikan teknik peneliti dalam hasil berikutnya.
pembelajaran siklus II. Sebanyak 6 siswa (19,56%) telah
memperoleh nilai sama/lebih besar dari
C. HASIL PENELITIAN DAN batas KKM. Kemampuan siswa menjawab
PEMBAHASAN benar dari masing-masing soal kognitif,
lebih banyak dibanding siswa yang
SIKLUS I memberikan jawaban salah (sebanyak 16
Sebanyak dua puluh soal kognitif hasil soal). Dengan melihat nilai rata-rata kelas
pembelajaran siklus I, dari pertemuan 1 dan yaitu 61,94 terdapat 19 siswa memperoleh
2, yang diujikan terhadap subyek sebanyak nilai lebih besar dari nilai rata-rata kelas
31 siswa, diperoleh hasil analisis secara tersebut. Dapat disimpulkan bahwa siklus I,
rinci terlampir pada Tabel 3. Adapun untuk 61% siswa kelas X9 mampu memberikan
melihat hasil analisis dalam bentuk kontribusi yang cukup bagus, untuk konsep
histogram, tertera pada Gambar 1. redoks. Namun mengacu pada KKM 75,
materi reaksi redoks belum terpenuhi target
Tabel 3: Data statistik nilai kognitif, Reaksi ketuntasan klasikal. Modus (nilai sering
redoks siklus I muncul) diperoleh sebanyak 18 siswa pada
Analisis Data Siklus I Nilai Rentang nilai 58-72 yaitu pada kelas ke-4.
(Gambar 1).
Mean 61,94
Hasil tes kognitif nilai terendah adalah:
Median 65 10, atas nama L. Siswa ini berdasarkan
Modus 65 observasi awal angket gaya belajar
Standar Deviasi 17,1 tergolong kinestetik. Sedangkan sebanyak
Jangkauan 80 30 siswa tergolong visual. Tipe Visual,
Minimal 10 penglihatan lebih dominan untuk menerima
pelajaran. Sedangkan tipe Kinestetik,
Maksimal 90 gerakan anggota tubuh lebih dominan
dalam menerima pelajaran. Berdasarkan
pengamatan selama pembelajaran, juga
masukan beberapa guru, siswa L cenderung
menyendiri, berbicara sangat pelan, sulit
bergaul dengan temannya. Dilihat dari
kemampuan tes bakat, siswa L tersebut
tergolong berkemampuan rendah (EQ, IQ,
SQ, kemampuan verbal, kemampuan non
verbal, tata hitung dan bilangan, dsb).
Sebetulnya L tidak tepat diberikan
pembelajaran melalui media Fun Thinkers,
Gambar 1: Histogram nilai kognitif, Reaksi namun karena lebih dominan visual maka,
redoks siklus I L harus menyesuaikan pembelajaran dalam
Analisis nilai kognitif diperoleh nilai PTK ini, dan diberikan bimbingan lebih
rata-rata 61,94. Jika dilihat KKM (kriteria dibanding siswa lain.
Ketuntasan Minimal =75) dapat TGT adalah menuntut siswa untuk
disimpulkan belum tecapainya ketuntasan bekerja bersama tim, berdasarkan
secara klasikal siswa kelas X9. Namun pengamatan, siswa L kurang mampu
apabila dibandingkan dengan kondisi awal melibatkan dirinya dalam tim, aktivitas
yaitu Tabel.1. nilai mean/rata-rata hasil belajar rendah. Teman dalam timnya juga
ulangan mid semester 1 atau 2, serta UAS tidak melibatkan L dalam kerja kelompok.
semester 1, terjadi peningkatan nilai yang Sehingga minimnya L mendapatkan
signifikan. Angka yang lebih tinggi juga, informasi, mengolah informasi dan
jika dibanding prestasi Ulangan harian memanggil informasi dalam memori
reaksi redoks beberapa kelas X, tahun otaknya ketika mengerjakan tes kognitif,
ajaran 2012/2013. Hasil siklus I merupakan menjadikan kurang suksesnya dalam
belajar. Menurut Nana Sudjana, prestasi
11

belajar rendah karena kurangnya mengembangkan pengetahuan yang


kemampuan yang dimiliki siswa dalam diperolehnya. Integrasi dengan teman
menerima pengalaman belajarnya. sangat penting dalam prose belajar. Oleh
Dengan rendahnya nilai L pada siklus I, karena itu, keberhasilan kelompok dalam
merupakan bahan refleksi untuk siklus II, turnamen atau perlombaan nanti akan
hasil musyawarah peneliti dan kolaborator, sangat tergantung pada penguasaan materi
memandang perlunya dukungan dan oleh setiap anggota kelompok yang
bantuan yang spesifik terhadap L, serta 11 bersangkutan.
siswa yang lain yang tergolong kelompok Berdasarkan hasil wawancara tertulis,
bawah berdasar analisis prestasi kognitif 30 siswa menyatakan setuju/sangat setuju
siklus I. dengan pembelajaran TGT media Fun
Pembelajaran TGT media Fun Thinkers Thinkers dan 31 siswa berpendapat model
merupakan model pembelajaran yang baru tersebut merupakan pembelajaran yang
dalam pelajaran kimia untuk kelas X9. menyenangkan. Hal ini terbukti pada saat
Siklus I, merupakan pengalaman yang baru pembelajaran tidak ada siswa yang
bagi siswa, sehingga merupakan taraf awal mengantuk. Sebanyak 28 siswa menyatakan
untuk penyesuaian diri. Berdasarkan setuju pembelajaran ini memudahkan
pengamatan sebagian siswa masih tampak menghafal materi serta memberi
kebingungan, menggunakan media Fun kesempatan berinisiatif, meningkatkan
Thinkers yang berada di meja tim, motivasi, aktivitas, afektif, minat.
dipandangi, dibolak-balik, meskipun sudah Pada fase permainan/game, masih
dijelaskan, namun belum ada upaya tampak beberapa siswa diam, sementara
menyelesaikan, mencari jawaban sesuai teman dalam kelompoknya mencermati
dengan petunjuk LKS, karena minimnya kartu dan LKS. Setelah peneliti dan
informasi yang ada dalam memori otaknya kolaborator mengingatkan prinsip kerja
tentang rumus senyawa. TGT, siswa membangun kerja tim dan ikut
Membangkitkan keinginan dan minat bergabung dalam timnya. Namun sudah
siswa bukan hal yang mudah. Belajar tim menunjukkan peningkatan aktivitas belajar
merupakan fase TGT untuk mengkonstruksi dibanding sebelum penerapan TGT media
pengetahuan, sangatlah penting terjadi Fun Thinkers. Dengan demikian, melalui
integrasi dengan teman dalam tim untuk alat/media siswa akan memperoleh
mengembangkan ilmu yang ada dalam pengalaman lebih luas dan lebih kaya.
otaknya. Berdasarkan Teori Piaget Dalam permainan kuis, sebagian siswa
pengetahuan fisik (physic knowledge) sudah menunjukkan kemampuan aktivitas
dikontruksi melalui tindakan terhadap yaitu oral activities (mengemukakan
obyek yaitu materi redoks yang disajikan pendapat, menjawab pertanyaan dan
dalam media Fun Thinkers, yaitu berupa berdebat).
kartu tentang berbagai reaksi reduksi dan Sesuai pendapat Bruce Joyce, melalui
oksidasi. Sedangkan pengetahuan logiko- model pembelajaran TGT media Fun
matematik(logico-mathematical Thinkers melatih siswa mengembangkan
knowledge) secara individu berpikir kapasitas meningkatkan pengetahuan dan
operatif, mencermati Lembar Kerja Siswa bekerjasama dengan orang lain untuk
(LKS), menganalisis, menghubungkan menciptakan hubungan sosial dan
konsep yang telah dimiliki serta intelektual yang produktif, dalam ranah
menggolongkan kartu-kartu dalam reaksi akademik sosial dan personal secara
oksidasi reduksi. Pengetahuan sosial (social bersamaan. TGT media Fun Thinkers
knowledge), dibentuk dengan membangun membantu para siswa dalam meningkatkan
kerjasama dalam tim, menyatukan pendapat kekuatannya sebagai pembelajar (to help
dan menyusun sebuah kesimpulan, yang student increase their power as learners)
dituangkan dalam pengerjaan LKS. dan untuk mencapai ruang lingkup tujuan-
Menurut Piaget pula, pentingnya tujuan kurikulum (membaca, menghitung,
kegiatan secara aktif siswa dalam proses memahami sistem matematika, memahami
belajar misalnya: mengolah bahan, sains).
mengerjakan soal, merumuskan dengan
kata-kata sendiri, akan membantu SIKLUS II
12

Siklus II mengalami peningkatan dibanding


Setelah melalui tahab refleksi, peneliti Siklus I. Kenaikan nilai rata-rata kognitif
dan kolaborator mengadakan pembelajaran sebesar 5,165 serta kenaikan dalam
remidi akhir siklus I. Berdasarkan refleksi berbagai aspek, tertera pada Tabel 4 dan
hasil penilaian dan analisis siklus I, peneliti Gambar 2.
mengadakan pembenahan berbagai aspek
yang akan dilaksanakan pada siklus II Tabel 4. Data nilai kognitif, siklus II
dalam hal: perencanaan, persiapan, dan
instrumen yang digunakan terkait bahan Analisis Data Siklus II Nilai
pembelajaran, terutama kartu Fun Thinkers. Mean 67,1
Sehingga ha-hal yang belum tercapai
Median 70,0
selama pembelajaran, serta belum
terpenuhinya ketuntasan pada indikator Modus 30
penentuan bilangan oksidasi unsur dalam Standar Deviasi 23
gugus ion, atau senyawa pada siklus I, akan Jangkauan 65
diperbaiki pada siklus II. Minimal 30
Diharapkan media ini mampu
Maksimal 95
menyampaikan pesan materi kimia yang
sulit dan bersifat abstrak, menjadi materi
yang bersahabat dengan siswa serta mampu
membantu pemahaman tentang reaksi
redoks, autoredoks dan komproporsionasi.
Siswa lebih mampu menerapkan
/menghubungkan informasi yang diperoleh
sebelumnya (siklus I) tentang penentuan
bilangan oksidasi dengan materi yang
diberikan sekarang (siklus II). Sehingga
menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
Untuk mengoptimalkan kerjasama tim
dan kesuksesan TGT, keanggotaan Gambar 2: Histogram nilai kognitif, Reaksi
kelompok siklus II berbeda dari redoks siklus II
keanggotaan siklus I. Pembentukan
kelompok berdasarkan ranking nilai Rentang nilai terendah (30-40) terdapat 7
kognitif siklus I. Hasil nilai kognitif siklus siswa, rentang nilai tertinggi (85-95) 11
I, dikelompokkan menjadi 3, yaitu siswa, rentang tersebut adalah sebagai kelas
kelompok: atas, sedang dan bawah. Jumlah modus (nilai sering muncul). Dilihat nilai
anggota masing-masing kelompok KKM=75, terdapat 15 siswa (48,4%) telah
berjumlah 6 siswa, masing-masing 2 siswa memenuhi nilai batas ketuntasan. Meskipun
dari kelompok atas, sedang, bawah. belum terpenuhi ketuntasan secara klasikal,
Sehingga keanggotaan tim siklus II namun pengaruh TGT media Fun Thinkers
heterogen, dari segi prestasi kognitif. sudah tampak sekali. Siswa yang
Diharapkan siswa akan saling keseharian kurang berminat dalam belajar,
membantu sehingga aktivitas pembelajaran sudah terlihat aktif, memainkan kartu serta
dalam kelas lebih meningkat, melalui mencari penyelesaian LKS, berdiskusi, dan
komunikasi langsung, dalam kegiatan mengemukakan pendapat dalam belajar tim.
kelompok belajar. Meningkatnya aktivitas Sejalan dengan pendapat Slavin dalam
belajar yang mengarah pada proses belajar penelitiannya yang berjudul “Cooperative
seperti bertanya, mengajukan pendapat, Learning in the Social Studies: Balancing
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab the Social and the Studies”, sebagai
pertanyaan guru, bekerjasama dengan siswa berikut: selama lima bulan setelah
lain, serta tanggung jawab terhadap tugas pembelajaran, siswa pada kelas TGT
yang diberikan dan terbukti meningkatkan menunjukkan peningkatan yang sangat baik
prestasi kognitif siklus II. dalam beberapa hal, antara lain: interaksi
Berdasarkan hasil analisis prestasi positif antar teman dan guru, kemampuan
belajar kognitif, nilai rata-rata (mean) mengerjakan tugas, perilaku yang lebih
13

baik, dan kehadiran yang lebih baik emosi positif, sehingga otak lebih efektif.
daripada kelas yang lain. Emosi positif mendorong kekuatan otak,
Berdasarkan Gambar histogram yang mengarah pada keberhasilan, dan
(Gambar 1 dan gambar 2) untuk siklus II kehormatan yang lebih tinggi.
frekuensi tertinggi pada kelas ke-6, yaitu Perbandingan hasil prestasi kognitif
rentang nilai 85-95, sedangkan pada siklus I siklus I dan siklus II (Gambar. 3), tampak
frekuensi tertinggi terdapat kelas ke: 4 hasil perhitungan statistik siklus II lebih
(rentang nilai 58-72), terjadi pergeseran 2 unggul siswa nilai siklus I.
kelas untuk siklus II, dibandingkan siklus I.
Tidak hanya prestasi kognitif saja, namun
peningkatan pada aktivitas belajar. Dari
pengamatan aktivitas belajar lebih dominan
muncul dibanding siklus I. Pada siklus II
tampak aktivitas siswa antara lain:
meningkatnya minat, motivasi, oral
activities (mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan dan berdebat).
Peneliti dan kolaborator berkeliling
antar tim, berfungsi sebagai fasilitator,
pengamat, penilai, dan selalu mengingatkan
peran siswa dalam kelompok. Dengan
menciptakan lingkungan yang positip,
aman, mendukung, santai dan
menggembirakan, hasil observasi
menunjukkan sebagian besar siswa mampu
menciptakan jalinan kerjasama yang baik
antar siswa, siswa dengan guru, sehingga Gambar 3. Histogram prestasi kognitif
siswa melaksanakan diskusi tidak gabungan Siklus I dan Siklus II
canggung, sehingga menghasilkan
pengalaman belajar yang efektif. Terjadi peningkatan yang relatif tinggi,
Huana, Syiang Linn (2009), dalam terhadap nilai minimal tes kognitif siklus II
penelitian yang berjudul The Interplay of (min=30) dibanding siklus I (min=10).
the Classroom Learning Environment and Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala,
Inquiry-based Activities, menyatakan: proses belajar adalah proses penerimaan
bahwa interaksi yang dibangun antara siswa informasi, untuk diolah sehingga
dan guru saja tidak cukup, diperlukan suatu menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
aktivitas seperti mengamati, melakukan belajar. Informasi awal yang dimiliki siswa
hipotesis, dan menyimpulkan secara sebelum penelitian masih terbatas, karena
berkelompok untuk merangsang siswa banyak siswa yang terlihat ragu dan pasif
berfikir lebih tinggi yang dilihat dari dalam mengikuti pembelajaran. Selama
pertanyaan yang diajukan. Aktivitas siklus I, pertemuan 1 dan 2, siswa
berpengaruh terhadap kesuksesan memperoleh pengalaman, dan akan
pembelajaran. semakin banyak informasi yang diterima
Melalui pembelajaran model TGT yaitu pada siklus II, yaitu pertemuan 2, dan
media Fun Thinkers mampu 3. Sehinggga hasil perolehan keluaran
membangkitkan dan meningkatkan minat (prestasi kognitif) siklus II lebih bagus dari
belajar. Menyisipkan kegiatan belajar siklus I.
dengan permainan, untuk pembagian tugas Dalam pemprosesan informasi terjadi
dalam diskusi, untuk menyeimbangkan otak adanya interaksi antara kondisi-kondisi
siswa. Debbi de Porter (2002) menjelaskan, internal dan kondisi-kondisi eksternal
menyeimbangkan belahan otak kanan dan individu. Kondisi internal yaitu keadaaan
kiri, dengan menciptakan suasana santai dalam diri individu yang diperlukan untuk
menghargai teman dalam pengalaman mencapai hasil belajar dan proses kognitif
belajar, memberikan umpan balik positif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
dalam belajar, mampu membangkitkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
14

lingkungan (TGT dan media Fun Thinkers) Konsep-konsep yang telah melekat pada
yang mempengaruhi individu dalam proses memori jangka panjang siap dipanggil
pembelajaran. Prestasi belajar siswa (recall).
ditentukan dari interaksi kondisi internal Fase generalisasi yang dimaksud adalah
berupa aktivitas belajar dengan kondisi setelah siswa belajar reaksi redoks, siswa
eksternal siswa yaitu stimulus dari dapat memecahkan masalah nyata, siswa
lingkungan sehingga diperoleh informasi dapat menjelaskan mengapa perkaratan
verbal, keterampilan intelektual, motorik, logam dapat terjadi.
dan sikap. Fase penampilan dalam proses
Tahapan proses pembelajaran menurut pembelajaran dapat ditunjukkan setelah
Gagne dalam Ratna Wilis (1989).meliputi siswa belajar reaksi redoks, yaitu siswa
fase motivasi, pengenalan, perolehan, mampu menyelesaikan kuis dalam
retensi, pemanggilan, generalisasi, permainan. Siswa mampu menampilkan
penampilan, dan umpan balik Dalam kembali konsep reaksi redoks yang
pembelajaran konsep redoks, memunculkan dibuktikan melalui penerapan dalam bentuk
aktivitas belajar para siswa dapat dilakukan soal-soal reaksi redoks. Sebanyak 58%
dengan membangkitkan perhatian mereka siswa berhasil meningkatkan prestasi
dalam pelajaran melalui kartu. Aktivitas kognitif dari siklus I ke siklus II artinya
merupakan keseluruhan daya penggerak di 58% sudah mampu mengalami dan
dalam diri siswa yang menimbulkan menunjukkan keberhasilan pembelajaran
kegiatan belajar. menurut Gagne meliputi fase motivasi,
Fase pengenalan adalah fase yang pengenalan, perolehan, retensi,
memperhatikan aspek-aspek yang relevan pemanggilan, generalisasi, penampilan,
dengan materi reaksi redoks. Fase sedangkan 42% masih perlu remidiasi dari
perolehan yang dimaksud adalah apabila berbagai aspek.
siswa memperhatikan informasi yang Setelah siswa menyelesaikan fase
relevan, maka siswa telah siap untuk tournamen, siswa akan melaksanakan fase
menerima pelajaran. Informasi mengenai akhir dalam TGT yaitu: penghargaan tim/
reaksi redoks yang didapat siswa tidak team recognition. Pengakuan atau
langsung disimpan dalam memori. Siswa penghargaan atas prestasi kelompok berupa
membentuk asosiasi-asosiasi antara pemberian peringkat kepada tim sesuai
informasi baru (dari siklus II dengan dengan skor yang diperoleh. siswa harus
informasi lama (siklus I). Setelah siswa memperoleh umpan balik tentang
memperoleh dan menguasai konsep reaksi penampilan mereka, yang menunjukkan
redoks dari siklus I, maka siswa dapat apakah mereka telah atau belum mengerti
menerapkan konsep tersebut untuk tentang apa yang dipelajari. Fase umpan
meningkatkan pengetahuan dalam balik memberikan reinforcement
memecahkan game siklus II. (penguatan) pada siswa agar siswa bekerja
Dalam fase retensi terjadi proses lebih baik lagi.
pemindahan informasi dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang agar D. SIMPULAN DAN SARAN
informasi yang sudah diperoleh tidak
hilang. Ini dapat terjadi melalui Model dan media pembelajaran
pengulangan kembali (rehearsal), praktik merupakan faktor yang mempengaruhi
dan elaborasi. Informasi materi konsep prestasi belajar siswa, kegiatan siswa lebih
redoks yang sudah diperoleh siswa terarah, terstruktur dengan panduan guru
dimasukan kedalam memori jangka pendek yang lebih intensif dalam kegiatan tim
kemudian setelah siswa mengalami proses tournamen, permainan game, kuis melalui
aktivasi kognisi secara berulang-ulang fasilitator guru dalam melakukan kegiatan
melalui eksperimen, latihan soal, dan memecahkan permasalahan reaksi redoks.
diskusi untuk memecahkan masalah maka Berdasarkan hasil Penelitian PTK dapat
materi redoks tidak lagi ada pada memori disimpulkan bahwa, pembelajaran melalui
jangka pendek tetapi telah dipindahkan ke Model Teams Games Tournaments (TGT)
dalam memori jangka panjang berupa Media Fun Thinkers : 1). merupakan salah
konsep-konsep yang teratur dengan baik. satu pembelajaran inovatif mampu
15

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Bagi Peserta Didik: a). setiap peserta
siswa, 2). memudahkan penyampaian didik harus mampu menumbuhkan dan
konsep redoks dan menyenangkan bagi mengembangkan aktivitas yang baik,
sebagian besar siswa kelas X9, sehingga karena aktivitas dapat meningkatkan
mampu menumbuhkan semangat belajar, prestasi belajar, b). melalui kerjasama yang
3). pembelajaran yang mampu menjalin baik dan peran siswa yang tinggi dalam
kerjasama tim yang baik, serta kelompok, akan memotivasi dan membantu
menumbuhkan tanggung jawab pribadi 4). anggota lain dalam kelompoknya, sehingga
pembelajaran yang cocok diterapkan siswa akan meningkatkan prestasi belajar.
yang berkarakteristik gaya belajar tipe Bagi Peneliti lain: a). perlu
visual. dilakukan penelitian model TGT melalui
Berdasarkan kesimpulan dari Penelitian Media Fun Thinkers, diterapkan pada
Tindakan Kelas maka penulis mengajukan pokok bahasan, pelajaran, kelas yang
saran sebagai berikut: Bagi Pendidik berbeda, serta sekolah atau madrasah
(Guru): a). persiapan LKS dengan petunjuk lainnya, b). perlu dilakukan penelitian
kerja yang jelas, b). persiapan soal kuis menggunakan berbagai model
yang siap dikerjakan siswa, disesuaikan pembelajaran dan media yang
waktu yang tersedia, c). kartu Fun Thinkers
bervariasi, yang dimungkinkan akan
harus betul-betul mampu menyampaikan
materi pembelajaran, d). pembentukan mempengaruhi prestasi belajar siswa,
kelompok dilakukan oleh guru agar c). perlu dilakukan penelitian
diperoleh anggota kelompok yang penggunaan metode pembelajaran yang
heterogen, e). menyiapkan alat penilaian lain sesuai dengan karakteristik materi
yang akurat, f). bimbingan guru agar semua pembelajaran kimia yang akan
anggota tim terlibat dalam TGT. dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

[1]. Kemendiknas. 2003. Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat


Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
[2]. Yamin. M. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Indonesia. Yogyakarta:
Diva Press.

[3]. Permendiknas. 2007. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Jakarta:
direktorat pendidikan menengah umum depdiknas.
[4]. Permendikbud. 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
[5]. Joyce, B. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[6]. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
[7]. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
[8]. Dahar, R. W. dan Liliasari 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
[9]. Robert E, S. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

[10]. ________________2005. Cooperative Learning in the Social Studies: Balancing the


Social and the Studies. Johns Hopkins University.

[11]. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

[12]. Suparno, S. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
[13]. _________ 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
[14]. Sudjana, N. & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

[15]. Sardiman, A. S. 1996. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

[16]. Sardiman, A. S. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[17]. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara.
[18]. Oumar Hamalik (2011)
[19]. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

[20]. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.
[21]. Arif Sardiman (2008)
[22]. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
[23]. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
[24]. Porter, B. D. & Hernachi, M. (2002). Quantum Learning (Abdurrahman, A.). Bandung:
Kaifa.
[25]. Huana, Syiang Linn, et al. 2009. The Interplay of the Classroom Learning Environment
and Inquiry-based Activities. Nasional Hualien University of education. International
Journal of Science Education.

You might also like