Professional Documents
Culture Documents
Nilai Uh Redoks
Nilai Uh Redoks
Abstrak
Teams Games Tournaments Learning models (TGT) through Fun Thinkers on this Classroom Action
Research is, aims to: increase the activity and achievement chemistry learning. The research was carried
out within semester 2, thronghout January - April of academic year 2013/2014. The research subjects was
class X-9, totalling to 31 students, redoks reaction material of, Madrasah Aliyah Parakan Temanggung.
The research was held cyclically divided into two cycles taking place conscutively. Each cycle consists of
four activities: planning, action, observation, and reflection. There are two kinds of data, they are: 1).
qualitative data, result: observation of each cycle of, direct interviews, and written interviews, 2).
quantitative data, in the form of cognitive outcomes of each cycle. The quantitative data analysis
outcomes of the final cycle: 1) cycle I: average value of 61.935, learning achievement19.36%, or 6
students have attained their competence, 2). Cycle II: the average value of 67.06, learning competence
reaches 48.39%, or 15 students have attained theirs learning competence. The qualitative analysis
outcomes was that: there has been an improvement of student activity in their learning cycle I and cycle
II. Conclusion that the Teams Games Tournaments (TGT) model through free of Fun Thinkers media: 1).
is able to increase the activity of an innovative learning and cognitive learning achievement 2).as was as
having a fun means of learning to most of the students X-9, 3). And was supposed to be relevant to apphy
in redoks reaction, Madrasah Aliyah Parakan Temanggung.
ABSTRAK
Pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) melalui media Fun Thinkers pada Penelitian
Tindakan Kelas ini, bertujuan: meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar kimia. Penelitian dilaksanakan
pada semester 2, bulan Januari s/d April tahun pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah kelas X-9
sejumlah 31 siswa, materi reaksi redoks, Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung. Penelitian
dilaksanakan secara siklis yaitu dibagi menjadi dua siklus yang berlangsung secara berkesinambungan.
Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Terdapat dua
data yang dianalisis, yaitu: 1). data kualitatif: observasi setiap siklus, wawancara langsung, dan
wawancara tertulis, 2). data kuantitatif, berupa: nilai prestasi kognitif pada setiap siklus. Analisis data
kuantitatif akhir siklus diperoleh: 1) siklus I: nilai rata-rata 61,935, ketuntasan belajar 19,36%, atau 6
siswa telah mencapai ketuntasan, 2). siklus II: nilai rata-rata 67,06, ketuntasan belajar sebesar 48,39%,
atau 15 siswa telah mencapai ketuntasan. Analisis data kualitatif terjadi peningkatan aktivitas belajar
siklus I dan siklus II. Diperoleh kesimpulan bahwa Model Teams Games Tournaments (TGT) melalui
media Fun Thinkers: 1). model pembelajaran inovatif, mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
kognitif 2). pembelajaran yang menyenangkan bagi sebagian besar siswa kelas X-9, 3). cocok diterapkan
pada reaksi redoks, siswa Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung.
‘mengapa’, ranah keterampilan tahu pembelajaran, hal ini karena belum ada
tentang ‘bagaimana’, ranah pengetahuan kecocokan antara model yang digunakan
tahu tentang ‘apa’. dengan kondisi siswa yang ada, (3) aktivitas
Hasil akhirnya adalah peningkatan siswa seperti oral activities yaitu
mengemukakan pendapat, menjawab
dan keseimbangan antara kemampuan
pertanyaan dan mendebat pernyataan masih
untuk menjadi manusia yang baik(soft belum muncul selama proses KBM, (4)
skills) dan manusia yang memiliki belajar kimia masih berdasarkan buku teks
kecakapan dan pengetahuan untuk atau teori dan belum mengikuti
hidup secara layak (hard skills)dari pembelajaran sains yang sebenarnya.
peserta didik yang meliputi aspek Berdasarkan pengamatan peneliti,
kompetensi sikap, keterampilan, dan sekaligus sebagai wali kelas, serta masukan
pengetahuan. guru yang mengajar, sebagian besar siswa
Salah satu unsur dalam Rencana kelas X-9, mempunyai karakteristik: 1).
Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu: model/ cenderung ramai saat pembelajaran karena
metode pembelajaran, yang digunakan oleh kurangnya minat belajar, 2). aktivitas
guru untuk mewujudkan suasana belajar belajar rendah, 3). mengumpulkan tugas
dan proses pembelajaran agar peserta didik tidak tepat waktu, 4). kurang fokus serta
mencapai kompetensi dasar atau rendahnya motivasi dalam mengikuti
seperangkat indikator yang telah pembelajaran.
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran Sebagai data pendukung, penulis
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lampirkan hasil analisis nilai siswa kelas
peserta didik, serta karakteristik dari setiap X9, selama satu setengah semester dalam
indikator dan kompetensi yang hendak tertera Tabel 1.
dicapai pada setiap mata pelajaran. Tabel 1. Nilai Awal Kelas X9
Sebagai pendidik pada satuan Nilai
pendidikan yang mengacu pada Hasil
Analisis Mid UAS Mid
Permendikbud (2013), berkewajiban Sem 1 Sem 1 Sem 2
melaksanakan pembelajaran yang
berlangsung secara interaktif, inspiratif, Rata-rata/
44,9 60,6 47,1
menyenangkan, menantang, efisien, Mean
memotivasi peserta didik untuk Median 42,4 57,5 54,5
berpartisipasi aktif. Modus 33,3 52,5 54,5
Berpedoman pada tujuan pendidikan Standar
15 12 24
nasional beserta rambu-rambunya, harus Deviasi
terjadi perubahan paradikma dari Jangkauan 66,67 47,5 91
pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Minimal 15,15 35 25
Centered Learning) menjadi pembelajaran
Maksimal 81,82 82,5 91
berpusat pada siswa (Students Centered
Learning). Pada kenyataannya, saat ini
TCL (Teacher Centered Learning) masih Belum munculnya minat, motivasi,
banyak diterapkan dalam proses aktivitas, yang sebenarnya dalam belajar
pembelajaran di kelas dengan alasan TCL serta belum terbiasanya variasi strategi atau
adalah praktis dan tidak banyak menyita model pembelajaran guru dalam mengajar,
waktu. Guru hanya menyajikan materi adalah sumber utama rendahnya prestasi
secara teori dan abstrak sedangkan siswa belajar tersebut.
pasif. Pembelajaran kimia membutuhkan
Prinsip pembelajaran yang diharapkan perhatian dan partisipasi intelektual secara
pemerintah, belum terlaksana secara optimal. Materi kimia banyak membahas
maksimal pada Madrasah Aliyah Negeri hal abstrak, dan tidak hanya sekedar
Parakan Temanggung, antara lain dapat memecahkan soal-soal yang terdiri dari
dilihat dari beberapa hal: (1) metode angka-angka (soal numerik). Deskripsi
ceramah dianggap efektif untuk tetap seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia,
dipakai dalam penyampaian materi, (2) peristilahan kimia, juga merupakan bagian
siswa belum dilibatkan secara aktif dalam yang penting dalam mempelajari kimia.
4
Salah satu materi dalam mata pelajaran pembelajaran yang sesuai atau cocok
kimia yang dirasa sulit adalah konsep reaksi diterapkan untuk semua bidang studi atau
redoks. Materi ini bersifat abstrak, faktual, siswa. Bruce Joyce (2009), diperlukan
dan sangat penting, sebagai konsep dasar model pembelajaran yang tepat dan sesuai
untuk pembelajaran materi kimia reaksi dengan: karakteristik siswa, materi yang
elektrolisis di kelas XII IPA. Banyak akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai,
aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan tingkat perkembangan kognitif siswa, dan
sehari-hari, misalnya peristiwa sarana atau fasilitas yang tersedia. Made
pembakaran, perkaratan, pengohan limbah Wena (2012), menjelaskan bahwa
organik dan anorganik, penyepuhan, dan karakteristik siswa berupa: bakat, motivasi,
lain-lain. gaya belajar, pengetahuan awal, kebiasaan
Mengingat keterkaitan materi, dan belajar. Kesesuaian strategi pembelajaran
besarnya peran reaksi redoks, serta aplikasi dan karakteristik siswa, serta karakteristik
dalam kehidupan, maka pentingnya guru isi pembelajaran, menumbuhkan motivasi,
merancang pembelajaran reaksi redoks agar gairah, dan pemahaman.
belajar siswa menjadi lebih bermakna, Dalam merancang sebuah strategi
meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar pembelajaran, aspek yang paling penting
materi redoks dan menjadikan untuk diperhatikan oleh seorang guru
pembelajaran tersebut menyenangkan dan adalah karakteristik dan modalitas gaya
bermakna. Berikut ini, penulis sajikan nilai belajar individu peserta didik. Pembelajaran
ulangan harian reaksi redoks, selama tiga yang dirancang harus memiliki daya tarik
tahun terakhir, dalam Tabel 2. tersendiri guna merangsang proses
Tabel 2. Nilai UH Kelas X reaksi redoks pembelajaran yang menyenangkan. Degeng
Tahun Pelajaran 2013/2014. dalam Made Wena (2012) mengemukakan
bahwa hasil pembelajaran dapat
Kelas diklasifikasikan dalam tiga kelompok: a).
X3 X4 X5 keefektifan, b). efisiensi, c). Daya tarik.
Nilai Karakteristik siswa yang berhubungan
Rata- dengan aspek seperti: motivasi, bakat,
rata 53,94 61,29 45,5 minat, kemampuan awal, dan lainya, harus
dijadikan pilar untuk menentukan strategi
Pembelajaran bermakna adalah apabila pembelajaran agar tercapai hasil belajar
guru mampu merangsang pengetahuan yang maksimal.
siswa untuk mampu menghubungkan ilmu Menurut pandangan Bruner (1960)
pengetahuan dengan kehidupan. Reaksi yang dikutip Syaiful Sagala (2010), dalam
redoks membutuhkan pemahaman dan proses belajar dapat dibedakan pada tiga
ingatan yang cukup baik, karena siswa fase yaitu: (1) informasi, sifat informasi
mulai dilatih untuk memahami prinsip menambah pengetahuan yang telah dimiliki
reaksi kimia, yang selanjutnya / memperjelas dan memperdalamnya, atau
terspesifikasikan pada reaksi redoks bertentangan dengan apa yang telah kita
(reduksi oksidasi). Dengan demikian, ketahui sebelumnya, (2) transformasi,
diperlukan suatu model pembelajaran yang informasi itu harus dianalisis, diubah atau
dilengkapi media dalam suasana yang ditransformasi dalam bentuk abstrak, atau
menyenangkan melalui suatu permainan konseptual agar dapat digunakan untuk hal-
akademik, untuk mempelajari konsep reaksi hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan
redoks, sehingga diharapkan dapat guru sangat diperlukan, (3) evaluasi,
meningkatkan prestasi belajar siswa. pengetahuan yang diperoleh, ditransformasi
Untuk mempermudah proses dan dapat dimanfaatkan untuk memahami
pembelajaran dan mencapai hasil yang gejala- gejala lain.
optimal diperlukan suatu strategi Pengetahuan yang diperoleh dari proses
pembelajaran yang tepat dan jelas, sehingga belajar menurut Teori Piaget dalam Ratna
akan mempermudah proses belajar, efektif Wilis Dahar (1989) menyatakan bahwa ada
dan efisien. Strategi pembelajaran bersifat tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan
spesifik, artinya tidak ada satupun strategi fisik (physic knowledge) dikontruksi
terhadap obyek fisis secara langsung,
5
tajam dan pengertiannya lebih tepat, 2). adalah kegiatan yang melibatkan seluruh
membangkitkan motivasi dan merangsang panca indra yang dapat membuat seluruh
kegiatan belajar, 3). memberikan anggota tubuh dan pikiran terlibat langsung
pengalaman yang menyeluruh, konkrit dalam proses belajar. Sedangkan Oemar
berintegrasi menjadi pengertian/kesimpulan Hamalik (2011) aktivitas pembelajaran
yang abstrak. dalam kelas, adalah aktivitas yang
Menurut Paul Suparno (2007), dilaksanakan setiap kegiatan tatap muka
beberapa keuntungan bermain kartu antara dalam kelas terstruktur, dalam bentuk
lain: siswa senang bermain, asyik, dan komunikasi langsung, kegiatan kelompok
sekaligus dapat belajar materi yang belajar. Definisi operasional, aktivitas
disampaikan, materi pelajaran menjadi belajar adalah segala sesuatu yang
tidak menakutkan, tetapi mengasyikkan dan dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan untuk dipelajari, siswa juga terjadi baik fisik maupun non-fisik. yang
dapat berlatih kerjasama dalam bermain mengarah pada proses belajar seperti
bersama serta belajar mentaati peraturan bertanya, mengajukan pendapat,
permainan, sehingga sangat menunjang mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
keberhasilan TGT. pertanyaan guru, bekerjasama dengan siswa
Dengan media Fun Thinkers, siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
akan lebih tertarik untuk membaca, karena yang diberikan
model dan bentuknya yang ringkas dan Paul B. Diedrick dalam Oemar Hamalik
unik, mampu menggali inti dari konsep (2011) membedakan aktivitas siswa di
dasar materi pembelajaran yang akan sekolah menjadi: 1) visual activites
disampaikan. Adapun kelebihan media ini (aktivitas visual), yaitu kegiatan oleh indra
dapat disimpulkan: 1). tidak memerlukan mata yang meliputi membaca,
biaya besar untuk menyediakan dan memperhatikan gambar, demontrasi, 2)
mengoperasikannya, 2). dapat digunakan oral activites (aktivitas mulut) misalnya:
secara fleksibel, sehingga dapat menyatakan, menanyakan, memberi saran,
meminimalisasi terjadinya salah menyampaikan pendapat, melakukan
komunikasi, 3). meningkatkan terjadinya wawancara, 3) listening activites (aktivitas
interaksi langsung antara guru dengan pendengaran) misalnya; mendengarkan
siswa sehingga dapat membangkitkan minat percakapan, menerima saran, berdiskusi, 4)
siswa dalam belajar, dan pesan yang writing activites (aktivitas penulisan)
disampaikan guru dapat diterima dengan misalnya: menulis laporan, mengerjakan
baik. tugas, menyalin catatan, 5) drawing
Dari berbagai ragam keuntungan Fun activites (aktivitas gambaran), misalnya:
Thinkers sebagai media sederhana, tampak membuat peta, menggambar, membuat
beberapa kekurangan diantaranya: 1). grafik,membuat diagram, 6) motor activites
kurang dapat mengakomodasikan seluruh (aktivitas motorik) misalnya: melakukan
indera siswa, 2). kurang bisa mengukur percobaan, membuat konstruksi, bermain,
kemampuan siswa, terutama kemampuan 7) mental activites (aktivitas mental,
analisis. misalnya menanggapi, mengingat,
Namun demikian, bila dibandingkan memecahkan masalah, melihat hubungan
dengan keuntungan yang diperoleh, media dan menganalisis, 8) emotional activites
Fun Thinkers tetap baik digunakan dalam (aktivitas perasaan) misalnya menaruh
proses pembelajaran, minimal siswa minat, merasa bosan, gembira, sedih,
memperoleh pengalaman belajar yang bersemangat, bergairah, tenang-tenang,
berbeda dari biasanya dan juga terbantu sungguh-sungguh.
imajinasinya dan mengurangi kejenuhan Terciptanya kelas sebagai lingkungan
dalam belajar. belajar yang nyaman pada pembelajaran
Pembelajaran kimia membutuhkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
perhatian dan partisipasi intelektual secara mencapai tujuan pembelajaran.
optimal. Mengajar harus didasarkan pada Pembelajaran yang efektif adalah
aktivitas belajar siswa, dan mampu pengajaran yang menyediakan kesempatan
membuat siswa aktif. Definisi konsepsual siswa untuk belajar sendiri atau melakukan
menurut Sardiman: (2010) aktivitas belajar aktivitas sendiri.
8
kelas X-9 sebanyak 31 siswa, MAN siklus, 8). lembar wawancara tertulis, 9).
Parakan Temanggung. Penelitian Tindakan catatan lapangan.
Kelas dilaksanakan secara siklis yaitu Pelaksanaan tindakan penelitian
dibagi menjadi dua siklus yang berlangsung dilaksanakan pada kelas X9, oleh peneliti
secara berkesinambungan. Setiap siklus dan dibantu kolaborator yang bertugas
terdiri atas empat kegiatan yaitu membantu memfasilitasi berlangsungnya
perencanaan, tindakan, observasi, dan pembelajaran dan melakukan observasi.
refleksi . Tindakan yang diberikan berupa Sebelum pembelajaran siklus I, siswa diberi
penerapan model Teams Games angket aktivitas belajar, untuk mengetahui
Tournaments (TGT) Melalui Media Fun aktivitas awal sebelum diberikan
Thinkers materi pokok Reaksi redoks. pembelajaran TGT. Kegiatan pembelajarn
Perencanaan tindakan sebelum Siklus I, diawali pembentukan kelompok
penelitian adalah: 1). menganalisis hasil tes TGT, pembagian: LKS, media Fun
kemampuan dasar (psikodata), sebagai Thinkers, lembar wawancara, soal kuis,
pertimbangan pembentukan kelompok masing-masing kelompok. Pembelajaran
TGT, 2). mengambil nilai aktivitas belajar siklus I meliputi RPP ke: 1,2, siklus II RPP
melalui angket, untuk mengetahui aktivitas ke: 3,4.
belajar kondisi awal, 3). mengetahui gaya Observasi terhadap dampak tindakan
belajar siswa melalui angket, sebagai dilakukan secara kontinyu, selama proses
pedoman pemilihan media belajar yang pembelajaran, oleh peneliti dibantu
tepat, 4). membuat skenario pembelajaran, kolaborator untuk mengetahui
dilengkapi dengan instrumen yang tertera perkembangan proses/aktivitas belajar,
dalam RPP, 5). membuat instrumen melalui: 1). tabel pengamatan observer
tanggapan pembelajaran (wawancara terhadap partisipasi peserta selama kegiatan
tertulis) yang akan diisi oleh siswa, pada pembelajaran, 2). lembar kerja ketrampilan
akhir pembelajaran siklus I, untuk refleksi proses individu, 3). lembar kerja
sebagai bahan pertimbangan perencanaan ketrampilan proses kelompok, 4). lembar
siklus II, 5). membuat Media Fun Thinkers, penilaian Lembar kerja ketrampilan proses
6). membuat modul pembelajaran yang individu dan kelompok.
akan diberikan siswa sebelum pembelajaran Data hasil penelitian yang dianalisis
siklus I, untuk membantu pemahaman adalah: prestasi belajar kognitif. Teknik
konsep reaksi redoks, sehingga pada fase pengumpulan data yang digunakan adalah:
belajar tim, siswa mempunyai pengetahuan 1) teknik tes untuk prestasi kognitif (akhir
yang luas. siklus I dan II), 2) teknik non tes yaitu
Instrumen pelaksanaan penelitian yang angket untuk menilai aktivitas belajar 3)
digunakan berupa silabus, Rencana teknik pengamatan/observasi saat siswa
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan melakukan belajar tim, permainan game,
Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk dan turnamen, untuk menilai aktivitas dan
menjamin validitas isi instrumen sikap.
pelaksanaan penelitian ini, dilakukan Analisis data penelitian hasil belajar
dengan menyusun kisi-kisi dan telah kognitif menggunakan analisis statistik
divalidasi oleh teman sejawat. deskriptif dan deskriptif komparatif yaitu
Instrumen penelitian berupa: 1). soal membandingkan hasil tes tertulis prasiklus
tes aktivitas berupa angket, 2). tabel dengan siklus dan antar siklus maupun
pengamatan observer terhadap partisipasi dengan indikator kerja. Sedangkan data non
peserta selama kegiatan pembelajaran, 3). tes (hasil observasi dan wawancara) yaitu
tabel tanggapan peserta didik terhadap aktivitas belajar dianalisis secara deskriptif
proses pembelajaran selama penelitian, 4). kualitatif.
lembar kerja ketrampilan proses individu, Hasil analisis data kemudian
5). lembar kerja ketrampilan proses dievaluasi/refleksi digunakan sebagai
kelompok, 6). lembar penilaian lembar pedoman perlu atau tidaknya pembelajaran
kerja ketrampilan proses individu, 7). remidiasi akhir siklus I dan perbaikan
lembar penilaian lembar kerja ketrampilan instrumen untuk perencanaan siklus II.
proses kelompok, 7). soal penilaian akhir Hasil analisis tabel tanggapan peserta didik
terhadap proses pembelajaran selama
10
baik, dan kehadiran yang lebih baik emosi positif, sehingga otak lebih efektif.
daripada kelas yang lain. Emosi positif mendorong kekuatan otak,
Berdasarkan Gambar histogram yang mengarah pada keberhasilan, dan
(Gambar 1 dan gambar 2) untuk siklus II kehormatan yang lebih tinggi.
frekuensi tertinggi pada kelas ke-6, yaitu Perbandingan hasil prestasi kognitif
rentang nilai 85-95, sedangkan pada siklus I siklus I dan siklus II (Gambar. 3), tampak
frekuensi tertinggi terdapat kelas ke: 4 hasil perhitungan statistik siklus II lebih
(rentang nilai 58-72), terjadi pergeseran 2 unggul siswa nilai siklus I.
kelas untuk siklus II, dibandingkan siklus I.
Tidak hanya prestasi kognitif saja, namun
peningkatan pada aktivitas belajar. Dari
pengamatan aktivitas belajar lebih dominan
muncul dibanding siklus I. Pada siklus II
tampak aktivitas siswa antara lain:
meningkatnya minat, motivasi, oral
activities (mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan dan berdebat).
Peneliti dan kolaborator berkeliling
antar tim, berfungsi sebagai fasilitator,
pengamat, penilai, dan selalu mengingatkan
peran siswa dalam kelompok. Dengan
menciptakan lingkungan yang positip,
aman, mendukung, santai dan
menggembirakan, hasil observasi
menunjukkan sebagian besar siswa mampu
menciptakan jalinan kerjasama yang baik
antar siswa, siswa dengan guru, sehingga Gambar 3. Histogram prestasi kognitif
siswa melaksanakan diskusi tidak gabungan Siklus I dan Siklus II
canggung, sehingga menghasilkan
pengalaman belajar yang efektif. Terjadi peningkatan yang relatif tinggi,
Huana, Syiang Linn (2009), dalam terhadap nilai minimal tes kognitif siklus II
penelitian yang berjudul The Interplay of (min=30) dibanding siklus I (min=10).
the Classroom Learning Environment and Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala,
Inquiry-based Activities, menyatakan: proses belajar adalah proses penerimaan
bahwa interaksi yang dibangun antara siswa informasi, untuk diolah sehingga
dan guru saja tidak cukup, diperlukan suatu menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
aktivitas seperti mengamati, melakukan belajar. Informasi awal yang dimiliki siswa
hipotesis, dan menyimpulkan secara sebelum penelitian masih terbatas, karena
berkelompok untuk merangsang siswa banyak siswa yang terlihat ragu dan pasif
berfikir lebih tinggi yang dilihat dari dalam mengikuti pembelajaran. Selama
pertanyaan yang diajukan. Aktivitas siklus I, pertemuan 1 dan 2, siswa
berpengaruh terhadap kesuksesan memperoleh pengalaman, dan akan
pembelajaran. semakin banyak informasi yang diterima
Melalui pembelajaran model TGT yaitu pada siklus II, yaitu pertemuan 2, dan
media Fun Thinkers mampu 3. Sehinggga hasil perolehan keluaran
membangkitkan dan meningkatkan minat (prestasi kognitif) siklus II lebih bagus dari
belajar. Menyisipkan kegiatan belajar siklus I.
dengan permainan, untuk pembagian tugas Dalam pemprosesan informasi terjadi
dalam diskusi, untuk menyeimbangkan otak adanya interaksi antara kondisi-kondisi
siswa. Debbi de Porter (2002) menjelaskan, internal dan kondisi-kondisi eksternal
menyeimbangkan belahan otak kanan dan individu. Kondisi internal yaitu keadaaan
kiri, dengan menciptakan suasana santai dalam diri individu yang diperlukan untuk
menghargai teman dalam pengalaman mencapai hasil belajar dan proses kognitif
belajar, memberikan umpan balik positif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
dalam belajar, mampu membangkitkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
14
lingkungan (TGT dan media Fun Thinkers) Konsep-konsep yang telah melekat pada
yang mempengaruhi individu dalam proses memori jangka panjang siap dipanggil
pembelajaran. Prestasi belajar siswa (recall).
ditentukan dari interaksi kondisi internal Fase generalisasi yang dimaksud adalah
berupa aktivitas belajar dengan kondisi setelah siswa belajar reaksi redoks, siswa
eksternal siswa yaitu stimulus dari dapat memecahkan masalah nyata, siswa
lingkungan sehingga diperoleh informasi dapat menjelaskan mengapa perkaratan
verbal, keterampilan intelektual, motorik, logam dapat terjadi.
dan sikap. Fase penampilan dalam proses
Tahapan proses pembelajaran menurut pembelajaran dapat ditunjukkan setelah
Gagne dalam Ratna Wilis (1989).meliputi siswa belajar reaksi redoks, yaitu siswa
fase motivasi, pengenalan, perolehan, mampu menyelesaikan kuis dalam
retensi, pemanggilan, generalisasi, permainan. Siswa mampu menampilkan
penampilan, dan umpan balik Dalam kembali konsep reaksi redoks yang
pembelajaran konsep redoks, memunculkan dibuktikan melalui penerapan dalam bentuk
aktivitas belajar para siswa dapat dilakukan soal-soal reaksi redoks. Sebanyak 58%
dengan membangkitkan perhatian mereka siswa berhasil meningkatkan prestasi
dalam pelajaran melalui kartu. Aktivitas kognitif dari siklus I ke siklus II artinya
merupakan keseluruhan daya penggerak di 58% sudah mampu mengalami dan
dalam diri siswa yang menimbulkan menunjukkan keberhasilan pembelajaran
kegiatan belajar. menurut Gagne meliputi fase motivasi,
Fase pengenalan adalah fase yang pengenalan, perolehan, retensi,
memperhatikan aspek-aspek yang relevan pemanggilan, generalisasi, penampilan,
dengan materi reaksi redoks. Fase sedangkan 42% masih perlu remidiasi dari
perolehan yang dimaksud adalah apabila berbagai aspek.
siswa memperhatikan informasi yang Setelah siswa menyelesaikan fase
relevan, maka siswa telah siap untuk tournamen, siswa akan melaksanakan fase
menerima pelajaran. Informasi mengenai akhir dalam TGT yaitu: penghargaan tim/
reaksi redoks yang didapat siswa tidak team recognition. Pengakuan atau
langsung disimpan dalam memori. Siswa penghargaan atas prestasi kelompok berupa
membentuk asosiasi-asosiasi antara pemberian peringkat kepada tim sesuai
informasi baru (dari siklus II dengan dengan skor yang diperoleh. siswa harus
informasi lama (siklus I). Setelah siswa memperoleh umpan balik tentang
memperoleh dan menguasai konsep reaksi penampilan mereka, yang menunjukkan
redoks dari siklus I, maka siswa dapat apakah mereka telah atau belum mengerti
menerapkan konsep tersebut untuk tentang apa yang dipelajari. Fase umpan
meningkatkan pengetahuan dalam balik memberikan reinforcement
memecahkan game siklus II. (penguatan) pada siswa agar siswa bekerja
Dalam fase retensi terjadi proses lebih baik lagi.
pemindahan informasi dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang agar D. SIMPULAN DAN SARAN
informasi yang sudah diperoleh tidak
hilang. Ini dapat terjadi melalui Model dan media pembelajaran
pengulangan kembali (rehearsal), praktik merupakan faktor yang mempengaruhi
dan elaborasi. Informasi materi konsep prestasi belajar siswa, kegiatan siswa lebih
redoks yang sudah diperoleh siswa terarah, terstruktur dengan panduan guru
dimasukan kedalam memori jangka pendek yang lebih intensif dalam kegiatan tim
kemudian setelah siswa mengalami proses tournamen, permainan game, kuis melalui
aktivasi kognisi secara berulang-ulang fasilitator guru dalam melakukan kegiatan
melalui eksperimen, latihan soal, dan memecahkan permasalahan reaksi redoks.
diskusi untuk memecahkan masalah maka Berdasarkan hasil Penelitian PTK dapat
materi redoks tidak lagi ada pada memori disimpulkan bahwa, pembelajaran melalui
jangka pendek tetapi telah dipindahkan ke Model Teams Games Tournaments (TGT)
dalam memori jangka panjang berupa Media Fun Thinkers : 1). merupakan salah
konsep-konsep yang teratur dengan baik. satu pembelajaran inovatif mampu
15
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Bagi Peserta Didik: a). setiap peserta
siswa, 2). memudahkan penyampaian didik harus mampu menumbuhkan dan
konsep redoks dan menyenangkan bagi mengembangkan aktivitas yang baik,
sebagian besar siswa kelas X9, sehingga karena aktivitas dapat meningkatkan
mampu menumbuhkan semangat belajar, prestasi belajar, b). melalui kerjasama yang
3). pembelajaran yang mampu menjalin baik dan peran siswa yang tinggi dalam
kerjasama tim yang baik, serta kelompok, akan memotivasi dan membantu
menumbuhkan tanggung jawab pribadi 4). anggota lain dalam kelompoknya, sehingga
pembelajaran yang cocok diterapkan siswa akan meningkatkan prestasi belajar.
yang berkarakteristik gaya belajar tipe Bagi Peneliti lain: a). perlu
visual. dilakukan penelitian model TGT melalui
Berdasarkan kesimpulan dari Penelitian Media Fun Thinkers, diterapkan pada
Tindakan Kelas maka penulis mengajukan pokok bahasan, pelajaran, kelas yang
saran sebagai berikut: Bagi Pendidik berbeda, serta sekolah atau madrasah
(Guru): a). persiapan LKS dengan petunjuk lainnya, b). perlu dilakukan penelitian
kerja yang jelas, b). persiapan soal kuis menggunakan berbagai model
yang siap dikerjakan siswa, disesuaikan pembelajaran dan media yang
waktu yang tersedia, c). kartu Fun Thinkers
bervariasi, yang dimungkinkan akan
harus betul-betul mampu menyampaikan
materi pembelajaran, d). pembentukan mempengaruhi prestasi belajar siswa,
kelompok dilakukan oleh guru agar c). perlu dilakukan penelitian
diperoleh anggota kelompok yang penggunaan metode pembelajaran yang
heterogen, e). menyiapkan alat penilaian lain sesuai dengan karakteristik materi
yang akurat, f). bimbingan guru agar semua pembelajaran kimia yang akan
anggota tim terlibat dalam TGT. dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
[3]. Permendiknas. 2007. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Jakarta:
direktorat pendidikan menengah umum depdiknas.
[4]. Permendikbud. 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
[5]. Joyce, B. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[6]. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
[7]. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
[8]. Dahar, R. W. dan Liliasari 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
[9]. Robert E, S. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
[11]. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
[12]. Suparno, S. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius
[13]. _________ 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
[14]. Sudjana, N. & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
[16]. Sardiman, A. S. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[17]. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara.
[18]. Oumar Hamalik (2011)
[19]. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.