Mutlara Medika
Vol. @ No. 277-82, Jul 2008
Dampak Anestesi Umum, Spinal dan Epidural Terhadap Tempat Rawat
Pasca Operasi dan Skor Apgar pada Pasien Precklampsia Berat yang
Dilakukan Seksiosesaria di RSUP Dr Sardjito Tahun 2004-2006
The Suitable Room of Post Operative Sectiosecaria Care and Apgar Score of
Severe Pre Eclampsia Cases Performed in Sardjito Hospital Yogyakarta Year
2004-2006
Ardi Pramono', Yusmein Uyun', Bambang Suryono?
"Bagian Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, *Bagian Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Abstract
The author want to know the place of post operative care and Apgar score of general
‘and regional anesthesia in patients with severe preeclampsia who will be performed
seetiosecaria in Sardjito Hospital Yogyakarta year 2004-2006. Data vill be collected from
medical record. The study will be conducted with cohort retrospective and sample method
swith consequtive sampling. The inclusion criteria of severe preeclampsia patients were systolic
pressure.” 160mmHlg and or diastolic pressure e” 11OmmHlg before any medical intervention
With one or more sign of protein-uria, visual disturbance during pregnancy, and cyanosis,
without any disseminated intravascular coagulation (DIC), pulmonary edema, organ
dysfunction, and HELLP (hemolytic, elevated liver enzyme, low platelet) syndrome. The
recovery room of post operative care was divided into standard room, intensive care unit
€CU) with or without mechanical ventilator. General anesthesia willbe limited using tiopenthal
4 induction agent, and regional anesthesia technique (spinal or epidural) with bupivacatn
The result showed that there were no differences in recovery room of post operative care
between general, spinal, and regional anesthesia (p>0.05). Apgar score in first I minute was
significant lower in general compared with spinal and epidural anesthesia.
Keyword: Apgar score, epidural anesthesia, general anesthesia, intensive care unit (ICU),
severe preeclampsia, spinal anesthesia
Pendahuluan
Penyakit hipertensi dalam
kehamllan (HDK) termasuk preekiampsia
dan eklampsia sampai seat ini masin
merupaken masalah dalam pelayanan
‘obstetridi Indonesia. Walaupun sudah jaun
menutun, angke morbiditas dan mortalitas
‘maternal dan perinatal akivat penyakit ini
mmasih tinggi dan merupakan salah satu cari
ketiga penyebab utama kematian ibu, di
samping perdarahan dan infeksi". Menurut
survei demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 1994, angka kematian ibu (AKI)
masih cukup tinggi, yatu 390 per 100.000
kelahiran. Penyebab kemalian ibu terbesar
(68,12) adalah perdarahan dan eklampsia*
sedangkan dala mengenal hal tersebut di
Yogyakarta khususnya RS Sardito belum
300 mg protein dalam 24 jam
turin tampung?
Preeklamps! digolongkan dalam
ringan atau berat. Dikatakan berat jika
hipertensi ciikuti satu atau lebih tanda
berikut: tekanan sistolik darah lebih tinggi
dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110
mmlg pada dua pengukuran dalam 6 jam,
adanya proteinuria 25 g pada urin 24 jam.
ligura (keluaran urin <500 ml dalam 24
jam), gengguan visual, edema pulmoner,
dan slanosis, nyeri epigasirik atau
abdominal kuadran kanan atas, gangguan
fungsi hepar, trombositopenia atau
hambatan pertumbuhan intrauterin’®.
Keputusan untuk mengakhiri
kehamilan dengen jalan tindekan seksio
sesaria tergentung dari Koncisi fetus, umur
78
kehamilan, dan Bishop score (Sibai, 2003),
Jika tindaken operasi diambil, maka
diperiukan tindakan anestesi baik
menggunakan teknik anestes! umum atau
regional. Meskipun masin banyak
kontroversi. tetepi beberepa penelitian
menunjukkan penggunaan teknik anestesi
spinal pada penderita preeklampsia
berat™"°dan toknik epidural sama baiknya
dengan anestesi umum pada penderita
eklampsia dengan kesadaran yang
penuh™*, Beberapa peneliti yang
menggunakan teknik regional anestesi
betpendapat bahwa enestesi umum pada
preeKlampsia memilikibahaya karen risiko
-gagal intubasi 8 kali lebih besar deripada
pasien bedah lainnya"”, dan gejolak
hemodinamik sewakiu _ intubasi
Penggunaan anestesi regional. terbatas
apabila profil Koagulas! tidak memanjang
dan angka trombosit di atas 50000",
Bebecapa peneiitian ciatas hanya
‘menunjukkan penggunaan dan keamanan
anestes! umum maupun regional pada
pasion yang akan dilakukan seksio sesarie
dengan preeklampsia beral. Penelitian
mengenai dampak anestesi umum dan
regional pada pasien preeklampsia berat
yang dilakukan seksio sesaria terhadap
tempatrawat pasca operasi dan skor Apgar
ayi belum banyak dilakukan. Tujuan
jan ini akan mengetahui ruang
ppemuiihan yang sesuei untuk pasien pasca
‘operasi seksiosesaria dengan presklamsia
berat dan skor Apger bayi pada pasien di
RS Sardjito dan tahun 2004-2006.
Bahan dan Gara
Peneitian menggunakan rancangan
analitixobservasionel, dengsn pengamatan
secara kohor retrospektif. Seteleh
ditentukan populasi terjangkau, kemudian
dipilin pasien yang masuk dalam kriteria
inklusi, selanjutnya diambil sampel
peneliian.Mutiara Media
Vo. @ Mo, 2:77-82, Jul 2008
‘Secara skematis, rancangan penelitian sebagai berikut:
N EC Ic
s [al rR
Gambar: Skema penelitian. N: populasi terjangkau, EC: Populasi terplh, IC: kriteriainklusi!
eksklusi, $ : sampel, A: analisis, R: hasil
Subjek penclitian adatah pasion
yang dilekukan tindeken seksioseseria
karena preeklampsi berat_dengan
‘menggunakan anestesi umum, spinal atau
‘epidural diRS Sarto dari tahun 2004-2006.
‘Semua pasion yang memenuhi kriteria
inklusi dimasukkan dalam subjek peneliia.
Kiteria inktusi pada peneiiian ini adalah
semua pasien yang menderita
proeklampsia berat dan dilakukan
seksiosesaria dengan ancstesi umum,
spinal atau epidural di RSUP Dr Sardito
tahun 2004-2006, Anestesi umum adalah
teknik anestesi yang menggunakan agen
anestesi_ yang bersifat hipnotik,
‘melumpubkan oto, dan analgotk schingga
dapattercapai'ias anestesi, yal hipnosis,
relaksaei, dan analgesia, Anestesiragional
spinal adalah teknik anestes! yang
menggunaken jerum spinal untuk
‘memasukkan agen anestesi lokal untuk
‘memblok persarafan diruang subarachnoid
sehingga tercapai analgesia, sedangkan
anesthesia epidural adalah memasukkan
‘agen anestesi nke ruang epidural. Pasien
preeklampsia berat adalah pasien hamil
dengan tekanan darah sisole lebih deri 160
mmHg den atau diastole lebih dari 110
mmHg, yang terjadi sebelum umur
kehamilan 20 minggu, disertai 1 atau lebih
tanda berikut: proteinuri, atau canaguan
visual sewaktuhamil. Seksiosesaria adalah
tindakan terminasikehamilan yang dlakukan
dengan tindakan pembedahan.
Veriabel bobas pada peneliian ini
berupa tekanan darah, teknik anestesi
umum, spinal atau epidural. Variabel
tergantung berupa skor Apgar, dan tempat
rawat pasce operasi. Sampol pada
penelitian ini dipilin dengan cara
consecutive sampling yaitu semua subjek
yang memenuhi criteria dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang
Giperlukan terpenuhi."* Besar sampel
dinitung berdasar populasi terjengkau
dengan menggunakan rumus n= N/
{(N#1)62), dengan n adaleh besar sampel,
jumlah populasi, dan e adalah error yang
ditentukan oleh penelii®, sehingga besar
sampel dengan populasi PEB dalam 3
‘tahun sebesar 300 dan error sebeser 10%
adalah (300/3.01)=100 subjek. Menurut
Sastroasmoro (2002), populasi dalam
penelitian adalah sejumiah besar subjek
yang mempunyai karakteristik tertentu,
sedangkan popuiasi terjangkau adalah
bagian dari populasi target yang dapat
djengkau oleh penelit yang cibatasi tempat
dan waktu, Data sudjek diambil secara
retrospektif dari catatan medik di bagian
catatan medik RS Sardjto dati tahun 2004-
2008. Meiode penelitian yang digunekan
‘adalah secara kohor. Metode ini merupakan
metode penelitian analitik non
ceksperimental yang mempetajarihubungan
antara faktor resiko dengan efek atau
penyakit.*
Data anostesi yang diambil berupa
metode anestesi yang dipilih. Untuk
anestesi umum, diambil data yang
rmengguntakan agen induksi thiopental dosis
‘5mg/kg88 dan relaksan rokuronium dosis
0,8mg/kgBB, sedangkan jika anestesi
spinel atau epidurel, diambil data yang
menggunakan agen bupivakain 0,5% 2cc.
Dicatat skor Apgar, dan tempat rawat pasca
operasi apakah di bangsal, di ICU dengan
atau tanpa ventilator mekanik.
Semua data pasien dengan
preeklamsi berat yang menjalani operasi
sseksio sesaria dar tahun 2004-2006 dicatat
pada lembaran kuesioner. Sotiap satu‘AcdiPrameno, Yusmein Uyun, Bambang Suryano, Dampak Anostesi Unum, Spinal...
pasion mendapat satu kuesioner yang dis!
‘oleh petugas penelitian. Setiap kuesioner
yang telah lengkap terisi kemudian
dikumpulkan untuk direkapitulasi dan
dikelompokkan untuk dibuat tabel serta
janalisis secara statistik. Untuk
mengetahui adanya perbedaan proporsi
dari tindakan anestesi, maka ditakukan uji
kal-square untuk data jenis anestesi dan
tempat rawat pasca operasi serta skor
‘Apgar. Dikatakan berbeda bermakna secara
statistik jka p<0,05.
Hasil
Data yang berhasil didapat dan
momenuhi kriteria inklusi penelitian
sebanyak 87 subjek panelitan. Terdapat
sebanyak 38 subjek (58,72%) dienestesi
dengan teknik anestes! umum, 17 subjek
(25,37%) epidural, dan 13 (19,4%) subjek
dengan anestesi spinal (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis anestesi yang digunakan dalam persalinan seksiosesaria pasien dengan
preeklamsi berat
TENISANESTES! Jur
“Anestesi umum a7
‘Anesiesi epidural 7
‘Anestesi spinal 13
Jumiah, o7
Haeil yang didepat menunjukkan
bahwa pasien pasca operasi yang langsung
rawat di bangsal lebih banyak pada
enggunaan teknik anestes| spinal (22,3%)
dibandingkan tekrik epidural dan anestesi
mum, tetapi secara statistik tidak berbeda
bermakna. (p<0,05\(Tabel 2). Terdapat
perbedaan skor Apgar antara ketiga toknik
anestesi (p<0,05). Skor Apgar 1 menit <5
temnyata lebih banyek pada penggunean
teknik anestesi umum dibandingkan tekni
lainnya (Tabel 3). Tidak terdapat komplikasi
anestesi yang lain pada semua pasien.
‘Tabel 2. Tempal rawvat pasca operasi berdasar teknik anestesi
Teknilc anestesi Bangsal Ventilator — Tanpa ventilator Chi squai
(4) (4) n(%)
Anestesi umum 18(48,6) (10,8) 15(40,5) 0,096
Anestesi epidural
‘Anestesi spinal
Jumiah
‘abel 3. Skor Apgar 1 meni berdasar teknik anestesi
Teknik anestesi __ Skor APGAR
(te)
28(75,68),
(47.1)
‘Anestesi umum
‘Anestesi epidural
‘Anestesi spinal
Juma
3 Skor APGAR 1>5 Chi Square
n(%)
924,32)
9(52,9)
1184.6),
28Diskusi
Preeklamsia berat merupakan
salah satu masalzh dalam pelayanan
obsteti. Tindakan seksio seseria kadang-
kadang diperlukan untuk mengakhiri
kehamilen dengan preeklampsia berat. ka
keputusan seksio seseria diambil, maka
diperlukan tindakan anestasi yang dapat
dllakukan dengan teknik anestesi umum
rmaupun regional. Levy menyatakan behwa
{indakan anestesi umum pada preeklamsi
berat dilakukan ike terdepat gejala
koagulopatiberat yang tidak dapat dkoreksi
dan terdapat impending eklamsi.””
Sedangkan jika pasien memiliki angka
trombosit yang rendah dan masa
perdarahan lidak dapat dilakuken, make
anestesi umum merupakan satu-satunya
altomatif enesiosi
Pada peneliian ini, moka subjek
yang diambil merupakan pasien dengan
preeklamsi berat yang tidak mempunyal
penyulit seperti udema pulmo dan sindroma
HELLP berupa poningkatan enzim hepar,
hemolisis, dan tromosit yang rendah. Dari
hasilujstatistk chi-square, didapat bahwa
tindakan seksio sesara pada pasien dengan
EB menggunkan tokrik anestes! umum
ddan regional berupa epidural maupun spinal
tidak memiliki perbedaan ruang pemulihan
pasca operasi yang bermakna secara
statistik (p>0,05). Méskipun demikia
temnyata lebin banyak pasien masuk ke ICU
pada pasien yang dilakukan tindakan
anestesi umum dibandingken bila diakukan
tindakan epinal maupun epidural. Hal ini
kemungkinen karena pada tindakan
‘anestesi umum, diperukan waktu yang lebih
fama untuk memulinken kesedaran dan
kemungkinan terjadinya apneu yang
berkepanjangan akibet penggunaen
polumpuh otot.*
‘Skor Apgar bayimenitpertama pada
pasien dengan teknik anestesi umum lebih
banyak yang kurang dari 5 Garipada pasien
yang mendapat anestes! regional (spinal
maupun epidural). Kemungkinan hal inl
Karena pada anestesi umum, cbat-obat
hipnotik akan masuk ke sirkulasifetal, yang
dapat mergakibatkan dampak pada felus."*
nn
Matiara Moca
Vol. 8 No. 2:77-82, lf 2008
Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
smuken perbedaan hasil tempat
erawatan pasca operasi pada pasion
preekiamsi berat yang dilakukan
anestesi umum, epidural maupun spinal
antara yang dirawat di bangsal dan ICU.
2, Terdapat perbedaan hasil skor Apgar
pada beyi yang lebih rendah pada ibu
yang mendapat anestesi_ umum
‘dibandingkan regional
‘Saran
Masih diperiukan penelitian lebih
lanjut dampak anestesi umum dan regional
pada pasien dengan preekiamsiberat, pada
‘sampel yang lebih luas
Daftar Pustaka
1. Armanza, F, Karkata, MK. 2005. Kadar
asam urat sebagai prediktor luaran
pengelolaan preekiampsia berat
preterm, Cermin Dunia Kedokteran No.
146.
2. GO1& UNICEF. 2000, Laporan Nasional
Tindak Lanjut Konferensi Tingkat
TingglAnak (Draft).
3. Warden, M, 2007. Preeclampsia
(Toxemia of Pregnancy). WebMD,
‘emedicine.com.
4. Mackay, A., Berg, C.J., Atrash, H.K
2001. Pregnancy-Related Mortality
From Preeclampsia and Eclampsia.
Obstetrics & Gynecology, 97:639-538
& Crosby, E.T. 1991. Obstetrical
anaesthesia for patients with the
syndrome of haemolysis, elevated liver
enzymes and lowplatelets. Can. J.
Anaesth, 227-33.
6. Morgan, GE., Mikhail, M.S., Murray, MJ.
2002, Clinical anosthosiology, 3rd od.
Me.Graw-Hil,
7. Sibai, B.M. 2005. Diagnosis,
prevention, and management of
eclampsia, obstetrics = &
gynecology, 105:402-810
8, Gambling, D.R. 2004. Hypertensive
disorders, In: Chesnut, D.H. Obstetric
anesthesia principles and practice, Sra
‘ed. Mosby Inc., USA.
at‘Ari Pramono, Yusmein Uyun, Bambang Suryono, Danpek Anestes! Umum, Spina renex
@.
10.
11
12,
Antoine, GM.A., Rosoline, M., Valles,
N., Ferrer, J.. Robert, C., Ripart, J,
Coussaye, JE. 2003, Patients with
‘Severe Preeclampsia Experience Less
Hypotension DuringSpinal Anesthesia
for Elective Cesarean Delivery than
Healthy Parturients: A Prospective
Cohort Comparison, Anesth Anelg. 97:
867-872,
Stamer, ULM, Wiese, R., Stiber, F,
Wulf, H., Meuse, T 2008. Change in
anaesthetic practice for caesarean
section in Germany. Acta
Anaesthesiologica Scandinavica,
Vol.49,
Wallace, D.H.,
Cunningham, FG.
Shearer, V.E., Sidawi, J.E. 1995.
Randomized comparison of general
and regional anesthesia for cesarean
delivery in pregnancies complicated by
severe preeclampsia. Obsiot
Gynecol, 66:193-9
Moodley, J. 1990. Treatment of
eclampsia, British Journal of Obstetrics
‘and Gynacology : 89-101
18. Dyer, RA. Els, |, Farbas, J., Torr, Gu,
‘Schoeman, LK., James, MLF. 2003.
Prospective, Randomized Trial
Comparing ‘General with Spinal
‘Anesthesia for CesareanDelivery in
Preeciamptic Patients with a
Nonreassuring Fetal Heart Trace.
Anesthesiology 99:561-9.
14, James, M.F-M. 1992. The anaesthetists
role in the mangement of pre-
eclamptic toxaemia of pregnancy,
dalam: Atkinson, R.S., Adams, A.P.
Recent advances in anaesthesia and
‘analgesia. Churchill Livingstone.
1, Umar, H.2003. Metodologiriset periiaku
konsumen jase. Ghalia Indonesia,
Jakarta,
16, Sastroasmoro, S. 2006. Dasarcasar
‘metodologipenelitian Minis, edisi ke-2.
CV Sagung Seto Jakarta,
17. Levy, D.M. 2003. Hypertensive
disorders of pregnancy. World
Federation of Societies of
Anaesthesiologists Issue 17:8
48. Chestnut, D.H. 2004. Obstetric
‘anesthesia principles and practice. 3°
‘e4,, Mosby Inc., USA
a2