37,
ISSN 1412-8926
\Vol.8 No.4 April 2009
Terbit setiap April dan Oktober
Makassar
Aprili2009)
ISSN:
1412-8926
Dentofas. | Vol. | No.1 | nee
SealeU VY Calllovalinter1.8 No.1 April 2009 SSW 44,
vol 2 2995
Dentofasial
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
‘dan Oktober
‘Terbit setiap AP’
PENGELOLA JURNAL DENTOFASIAL
Sk Dekan FRO Unhas No 2967.4. 1814972009 (28 Jamar 2009)
Penasehat:
Detan Fakes Kedolteran Gai Universitas Hasan
eta Penyunting
M1, Jablarh dg, MiKes
(osindonsta Univestas Basan)
It Ketua Penuntng
toni Jeti Nugroho, dg. Sp-K.G
(onsereas-Universis Hasan)
apes
‘Bote, barthin Lotter Manda, MLA.ALPHL (SactaUniversits Haramugin): Pak enn
viamvia Universitas Sumatera Utara}, Prof. Dr. M. Rublanco, drg, MSqSpPerie (Pema tt
1 Material-Universitas Indonesi). Tis Karasutisna, dre, SpDMIK) tere
ae ana aeePh bs Spit Penyat Mule Unverss[ndoncnl Prot De Sif sea est
rat Dr Ekky Soelasoemantrs
Masyarakat niverstas
Neston, drg.Ph. SDP
nversis Artanggs: Pr
Mol Universi Pails
Akbardeg Sp RGU) ose
sig ts
Prof. Dr. Burkanvdin Dz. Pasig rg, M.Kes. Qkeschotan G
(Geschatan Ciat Masyrat-univerits Hasanuddin: Pr
tava Unversias Hass}: raf, Rasa Sema
Sion. Dharma Utama, dg. Pho). SoProuk) (rotadwseteras
(esd, Dr Tedeys f Mttlada, deg M.S. (Eoneeeat-Universioe Hasinaddin)s Maro 1 nthara dp, MDS Rewer
Unies Hasanedds), De, erly Horaw deg, MS. (KedoKeran Gigi Anak- University Hasso.” Rarenawaty Vey dr Wk
[SpRKG. (Railor Devl-Unncratas Hasnain: Imam Shdjarwo, dr, MLK. (Teknolog\ bs tUnersiae Haced) Sema,
ftg, SU. (Onodorss Uniecotts Hasanadin), Prot De. M. Hendra Chandha, drg, MS. (De urns Hasna), Da
ravine dre. ALS (Penyekt Malu Universiae Hasddin); Prt. Dr Hasanuddin,drgy NS. idowolog-Universtas Hoar
ffend §:Dangheng dg 1.S-(Posiodonsia-Universtas Hasarudia)
Pelokzona Administra.
‘Acng Habib, dr,
Tale
(Fakulas Kedobteran Gigi Universitas Hasan)
capa trima kasthKepada penyunting yong ertuges pada Jarnal Deniofesil V8 No.l, pet 207
Foi H. Jobhat, deg M.Ker. (Mosfodoria-Univess Hasanuddin), Prot. Moh. Dharma Ua segs PAD, SpRroa) Poses
sven Hasan, Prof Dr Mt Hendra Chana dre MS (hed Mules), Mara Tui 0S
onservai- Universitas Hasanudin; Dr. Sherly Horax, dr, MS. (Kedoktera Gigi Anak Univesiss sco Prt Dr Hasan
MS.(Peiodonslog-Univertas Hasan) Teuse ae J
Alomar Pengetote:
Lembaga Pencitian dan Pengabian Masyarakat
Fakulas Kedokeran Gigi Universias Hasenadin
5, Pesos Kemetdekana Kin 10 Tamalanrea, Makassar 90245 Indonesia
hon: (062-411) 886012, Fax: (062-111) S641
mal: demote yahoo com
Scanned by CamScannerPArm— Ae x
Vol.8 No.4 April 2009
ISSN 1412-8926
6.
jontektomi parsialis secara terencana pada molar ketiga rahang bawah
‘Nasman NurAlint . a si oT 95-62
Halaman
Pencegahian dekalsifikasi email setelah perawatan ortodonsi
Eddy H. Habar
Cracked toothsyndrome
Maria Tanumihardja.
610
Optimalisasi radiografi gigi konvensional untuk membantu pemasangan imp!
Barunawaty Yunus. - wet7
Penanganan hiperplasia fibromatous gingiva
Lenni Indriani Hatta és 18-22
Management of premature loss of primary frst molar case with simple fixed space maintainer
‘Sherly Hora. ieee ‘ 23-26
Perbandingan status gizi dan karies gigi pada murid SD Istam Athirah
dan SD Bangkala Il] Makassar
‘Nurlindah Hamrun, Mughny Rathi 27-34
Penanganan sialolitiasis
Hatta rasan Soo 35-39
Respon jaringan periodontal terhadap penggunaan nikel kromium sebagai kemponen
gigitiruancekat
‘Ardiansyah S, Pawinru, Edy Machmud 40-47
Penanganan delayed eruption karena impaksi gai insisivus sentraliskri dengan
surgical exposure pada anak
Harun Achmad. 48-54
Scanned by CamScannerOdontektomi parsiatig
a
Fakultas Kedokteran
Makassar, Indonesia
tulut
ABSTRACT
been related to deeply
ply impact
Keyword: mandibular third n
dilakukan dan dapat menyebabks
nervus ini telah dihubungkan dengan
berdekatan dengan inferiordlenaleanal.
fed tooth and to
molar impact
roots closed ta thei
te, info
‘rior alveolar nerve, complicated,
‘an kerusakan pada.
igi yang impaksi secara dalam dan
55,
techniques to prowct
removal of impacted
reedures performed and
nferior dental canal
‘kar yang,
Kata kunei: Impaksi molar ketigarahang bawah, nervusalveolarsinferor, komplikast
Soresponden: Nasman Nur Alim, Bagian lm Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Giei
Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10,Makassar, Indonesia
PENDAH JLUAN
Sudah soenjadi standar yang ber
bahwa selans+ ini para dokter gigi maupus pis ali
bedah mulut, sewaktu mencabut gigi dens closed
‘method mau>a odontektomi, gigi harus
seeara in foi°. Alasannya adalah bahy
‘masih terdaps sisa akar yang tertinggal
kar menjadi nekrotik akan berakibet
bende asing yo 1g juga akan dapat berpera
oral foci. Bias'snya keputusan untuk mer
sisa akar tetop berada dalam soket pada wv
Pencabutan gigi, adalah gigi patah
direncanakan sebelumnya. Sisa si
Scanned by CamScanner
fetap dibiarkan tertinggal dalam soketnya pada
-waktu pencabutan gigi berlangsung. Demikian pula
pada odontektomi molar ketiga rahang bawah,
Pengangkatan sisa akar tidak dilanjutkan Kare
tindakan selanjutnya dengan menggunakan alatalat
‘operasi yang intensif justra akan membahayakan
struktur vital di dekatnya,
‘bundle.
Hal tersebut di atas menimbulkan ide bagi
itu neurovascular
Freedman untuk melakukan koronektom. ata
intentional partial odontectomy (IPO) yang
selanjutnya disebut sebagai odontektomi paras
seeara terencana sebagainvana dikutip oleh Hazen56
etal! Yang dimaksud odontektomi parsialis sccara
terencana, dijelaskan oleh Freedman, bahwa molar
Fahang bawah pada kondisi impaksi yang sangat
dalam sebaiknya dibuat perencanaan untuk
memotong dan mengangkat mahkota serta
‘membiarkan sisa akar agar tetap tertinggal dalam
soketnya, Hal tersebut dianjurkan dengan alasan
bbahwa dengan hanya memotong mahkota saja tidak:
kas
mengganggu bagian akar yang letaknya sangat
dekat terhadap struktur vital, Dengan demikian
resiko yang berakibat terjadinya parestesi dapat
dihindarkan, Secara anatomis, nervus alveolaris
inferior berada dalam inferior dental canal (IDC)
‘yang terbungkus dalam tabung dari tulang padat.
Pada radiografi, tabung ini terlihat sebagai dua garis
radiopak yang paralel.' Insiden kerusakan nervus
alveolaris inferior pada pencabutan gigi molar tiga
adalah bervariasi dari 0,41% hingga 8,1% untuk
berkurangnya sensasi secara sementara, dan
0,014% hingga 3,6% untuk tanda serta gejala yang
lebih lama. Akan tetapi, nilai ini berhubungan
dengan insiden pencabutan molar ketiga dengan
tingkat kesulitan yang bervariasi?
Karena teknik odontektomi parsialis ini
membiarkan sisa akar dengan sengaja, sementara
masyarakat sudah terbiasa mengetahui tentang
pencabutan atau odontektomi in fofo, maka
keseluruhan prosedur tindakan operasi_harus
ikeiahui pasien, Persetujuan atau informed consent
bharus dibuat sebelumnya secarattertulis."*
Tajuan_utama penulisan makalah ini adalah
‘menyebarkan informasi terhadap suatu altematif
baru mencegah resiko kerusakan saraf alveolaris,
inferior akibat odontektomi gigi yang sangat dalam
Tetak impaksinya. Dengan penyebaran informasi
tersebut diharapkan dokter gigi maupun spesialis
bedah mulut tidak selalu berpikir untuk mengangkat
‘molar ketiga rahang bawah secara inn (oto. Tetapi
diharapkan dapat membuat keputusan
Scanned by CamScanner
Dentofasial, Vol8, No.1, April 2009:55-62
kapan melakukan odontektomi in foto dan kapan
melakukan odontektomi parsialis secara terencana,
Dengan demikian insiden resiko kerusakan saraf
alveolars inferior dapat diperkecil
TINJAUAN PUSTAKA.
Odontektomi parsialis secara terencana
merupakan pengambilan mahkota gigi dan
rmembiarkan akarnya tetap berada pada tempatnya
‘Tujuannya adalah agar bagian akar yang sangat
ferior tidak
berdekatan dengan nervus alveolatis
terganggu.”
Odontektomi parsialis diindikasikan pada
empat kondisi. Pertama adalah ketika gigi molar
paksi harus dicabut, tetapi
ak
ketiga bawah yan;
hasil radiografi menunjukkan adanya
sangat dekat antara akar gigi dengan kanal nerves
inferior (Gambar 1).° Kedua, pon
mpaksi mesioangular, vertikal, atau distoangu!
fan tidak al
alveolari
arena pemotongan yang dilakul
membahayakan saraf.“* Ketiga, setiap givi
Ulamanya molar dan premolar yang diperkiral
berisiko terhadap nervus alveolaris inferior, y
tidak erupsi harus dibilangkan karena infeks
pombentukan kista.’ Keempat adalah pada ka:
hipersementosis atau akar yang divergen di:
bifurkasi terletak dekat dengan saraf (gambar
Penggunaan instrumen bedah di dekat konfigur
akarberisiko mengenai sara.
Kedekatan antara akar gigi-geligi rahang baw
dengan nervus alveolaris inferior dapat diketaln
‘melalui pemeriksaan radiografi terutama radiograli
Panoramik. Computed tomography scaming (C1-
sean) dapat digunakan untuk mengamati hubungan
tersebut secara tiga
imensi. Dengan kombinasi
teknik ini dapat
astikan gigi mana
Yang mempunyai resiko tinggi terhadap nervus
alveolaris inferior saat dickstraksi. Molar ketiga
merupakan gigi yang akamya biasa terletakpsn Nar Ai Odontektomi persialis secara terencana
37
pecekatan dengan nervus alvelars_inferin
ekipun demikian kadong-kadang gigi molar
kedua dan bahkan akar gigi molar pertama juga
dapat mengalami hal yang sama.”
‘one beam CT scan (B) menunjukken kedekatan nervus alveolaris
colar ketiga pada tiga dimensi. Dengan menggunakan kedua teknik
itemukan bukti_ penduku
vat!
Teknik o. »atektomi parsialis slau koronc!
ini pertama ali dikemukakan oleh Ecuye
Debien pad: chun 1984? Tyjuannya adalals <9)
nerws alyes aris inferior yang letaknya sows!
berdekatan dengan bagian akar tidak tergon:
‘Akan tetapiharus dilakukan pengurangan =i
dalam jumlah yang cukup banyak di bawah plat
lingual dan bukal agar tulang dapat terbentuk di atos
sisa akar tersebut sebagai dari proses penyembuhan
normal (Gambar 4), Daerah akar juga jangan dibuat
sampai goyang, karena dapat membahayakan saraf
an menjadi henda asing* Setelah operasi ini
siko insiden jejas saraf dapat b
mulai i’ dan antara 1,7 sampai 12%. Kemaj
teknolog. omputed tomography cone beam, dap:
membe: an prediksi yang lebih akura
kemungi:.an terjadinya jejas saraf, dan pada kasu:
radiografipanorex menunjukkan risiko tinggi
keteribatan saraf, digunakan teknologi computed
fomography cone beam untuk menilai hubungan
‘Yang tepat secara 3 dimensi. Jika secara 3 dimensi,
anatomi saraf sangat dekat dengan akar,
Scanned by CamScanner
‘ol
Pada beberapa kasus, sisa akar dapat
‘mengalami migrasi. Akan tetapi hal ini tidak dapat
‘pret, dan jika hal ini ter, maka akar telah
bergerak menjauhi sarafke posisi yang lebih aman
Schinggn mudah diambiljika peru, Tetapi tingkat
Pencabutan akar nampaknya sangat rendah,
feratama jika tulang telah terbentuk di atas akar
(eambar 5) Tidak pera dilakukan perawatan pulpa
fit yang terbuka dan perawatan akarodontektomt
Parsialis merupakan pilihan yang dapat diterima.*
BBelum ada standar periode dan fckuens follow
4 pasien yang menjalani odontektomi parsialis.
Sampai saat ini hanya dilakukan pemeriksaan
‘adiografisegera setclah operasidan 6 bulan setelah
operasi, Radiografiterakhir dilakukan jika pasien
nengalami gejsla-gejalatertentu. Tidak dianjurkan
Untuk melakukan Kontrol setclah 6 bulan, kecuali
jika mengalami gejala-gejala, meskipun beberapa
Peneliian menganjurkan diperlukannya follow up
pasien dan pemerikssan radiografi pada periode
yang lebih lama
SIMPULAN
Pencabutan gigi molar ketiga bawah impaksi
apat_menimbulkan Komplikasi_ yang. parah
rutama jefas pada nervus alveotaris
vus lingualis. Keterlibatan nervus alveotaris,
jor saat pencabutan gigi molar ketiga adalah
akan masalah klinis, dan sekarang ini juga
uungan dengan masalah medikolegal. Untuk
wwatasi kemungkinan tersebut, teknik
coaiehemi parsialis merupakan salah satu
\ifyang dapat dilakukan,
‘kaile ini hanya melakukanpemotongan
cota gigi tanpa melakukan intervensi di
decrat Tindakan tersebut harus dilakukan
Jongan hatichati agar potongan akar tidak
Jami kegoyangan yang dapat membahayakan
meng
saraf tersebut. Pemeriksaan radiografi dilakukaneo
DAFTAR PUSTAKA
1. Hazza A, Albashaireh Z, Batainch A. The
relationship of the inferior dental canal to the
roots of impacted mandibular third molars in
jerdanian population. J Contemp Dent ‘Pract
(serial ontine] 2006 [cited 2009 March 10]; 7 (2).
Available from: www. thejedp
com/issue026/pdts_web/albashairch.pdf
2. O'Riordian B. Coronectomy: Intentional partial
odontectomy of lower third molars. Oral Surg
Oral Med Oral Patho! Oral Radiol Endodont
2004;98(3),
3. Ziccardi VB, Zuniga JR. Nerve injuries after
third molar removal. Oral Maxillofac Surg Clin
NAm2007; 19: 105-15.
Scanned by CamScanner
Dentofasial, Vol8, No.t, April 2009:55.62
relMA. Partial odontectomy. Oral
“ Te saat NAm 2007; 19: 85-91,
5. vafuet) N, Ferreti C. Coronectomy: An
Mternative therapy for the symptomati,
impacted third molar report of 9 cases Int Dent
Saudi Arabian (serial online] 2005 [eited 2009
March 11]; 3 (2)- Available from:
htpJfwww moderndentstrymedia.com/nar_ap
ri2008/erreti pd.
6, Pogrel MA. Coronectomy: technique o protet
the inferior alveolar nerve, J Oral Maxillofac
Surg (serial online] 2004 [cited 2009 February
27]; 62: 1447-52, Available from:
http://www. teiangleoms.com/data/
Coronectomy JOMS1204 pdf