1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No.

1 Tahun 2015
ISSN : 0215/9635,
Published by Lab Sosio, Sosiologi, FISIP, UNS

MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN


RAKYAT
(Studi Fenomenologi Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro, Kecamatan
Batuwarno, Kabupaten Wonogiri)

Fauzi Achmad
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
Email: fauziachmad31@gmail.com

Siti Zunariyah
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
Email: zunariyah@gmail.com

Received: 02-04-2015 Accepted: 20-05-2015 Online Published: 29-05-2015

Abstarct
This research has a purpose to represent how is the form society's social capital in
Selopuro in managing private forest and the practice of using that modal in social
life. A theory whic is used in this research is the theory social capital from Pierre
Bourdie, which is in that theory, Pierre Bourdie has divided the kind of social
capital into four types: economic capital, social capital, cultural capital, and
symbolic capital. This theory is used to categorize social capital in Selopuro in
managing private forest and the practice of using that modal in social life.
Furthermore, this study belongs to qualitative research. The method which is used
in this research is phenomological. The data of this research were obtained
through In-depth interview, observation, and documentation. The selection
techniques of this research uses purposive sampling. Moreover, in order to test the
validity of the data that have been collected, the researchers use a Technique
Triangulation. In analyzing the data, the researchers adopt the framework
developed by Miles and Huberman (1994) to describe the major phases of data
analysis: data reduction, data display, and conclusion drawing and verification.
The results of research show that managing private forest and their social
life, economic capital can be seen such as property, land, etc. In managing the
private forest, economic capital owened by someone has a strong influence in
managing the private forest. In life, economic capital used by society in order to
suffice their daily life such as social living, educational cost, and health cost.
Moreover, the private forest is also used by the society as the moneybox. Social
capital consists of social relations between individuals, or relations and network
which roles as the resource in managing the private forest. Private forest is also
capable of being medium of socialization to the society. Cultural capital includes
a knowledge, how to speak, how to associate, and how to self-carriage. Cultural
capital is also in the form of inheritance of values of attitudes, knowledges, way of
life, and religious teaching. Furthermore, symbolic capital can be derived from a
someone's dignity, status or a prestige for instance, someone's position in the
society. In addition, symbolic capital is acquired by society from the descent of

40
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

their work. Symbolic capital can be used a manager to access the network and
management in private forest, the interests, and a determinant of status in society.
Keywords: Social capital, practices, management, community forest

A. Pendahuluan rakyat sepenuhnya berada di tangan


Mengacu pada keterangan masyarakat, maka masyarakat
S.375/II/PIK-1/2005 yang mempunyai akses penuh terhadap
dikeluarkan oleh Dephut, hutan hasil dan pemanfaatan hutan rakyat.
rakyat di Indonesia mempunyai Pulau Jawa sebagai sentra
potensi besar yang mampu pemerintahan di Indonesia, terkait
menyediakan bahan baku industri perihal kehutanan seperti yang telah
kehutanan. Potensi hutan rakyat dijelaskan sebelumnya, Pulau Jawa
tersebut mencakup populasi jumlah juga menjadi konsentrasi hutan
pohon dan banyaknya rumah tangga rakyat di Indonesia. Salah satu
yang mengusahakan tanaman daerah dengan hutan rakyat yang
kehutanan. Perkiraan potensi dan cukup potensial adalah daerah
luas hutan rakyat yang dihimpun dari Selopuro, yang berada di kabupaten
Dinas yang menangani Kehutanan di Wonogiri.
Kabupaten seluruh Indonesia Hutan rakyat Selopuro
diperkirakan mencapai 39.416.557 memang dikenal sebagai hutan
m3 dengan luas 1.568.415,63 ha, rakyat yang menerima sertifikasi
sedangkan data potensi hutan rakyat untuk pertama kalinya. Hal itu tak
berdasarkan sensus pertanian yang hanya menandakan kemapanan dari
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik segi hutan rakyatnya saja. Disisi lain,
(BPS) menunjukkan bahwa potensi peran masyarakat sebagai pengelola
hutan rakyat mencapai 39.564.003 hingga bisa membuat hutan rakyat
m3 dengan luas 1.560.229 ha. yang lestari merupakan poin yang
Dimana jumlah pohon mencapai sangat penting. Sebagai penerima
226.080.019 dengan jumlah pohon sertifikasi untuk pertama kali, itu
siap tebang sebanyak 78.485.993 berarti masyarakat Selopuro tidak
atau potensi produksi sekitar mempunyai model kepengelolaan
19.621.480 m3 (apabila per yang dapat dicontoh dan ditiru. Hal
pohon/batang mempunyai volume itu menandakkan bahwa masyarakat
0,25 m3). Potensi hutan rakyat Selopuro mampu mengorganisir
meliputi: 32 juta batang pohon sumberdaya mereka dengan baik.
Akasia, 37,9 juta rumpun Bambu, Adanya pengoptimalisasian
79,7 juta batang pohon Jati, 45 juta sumberdaya oleh masyarakat
pohon Mahoni, 59,8 juta pohon Selopuro juga menjelaskan bahwa
Sengon, dan lain-lain. masyarakat Selopuro dapat
Potensi hutan rakyat di memanfaatkan modal yang mereka
Indonesia masih sangatlah besar. punyai dengan baik dalam
Hutan rakyat dapat menjadi salah pengelolaan hutan rakyat. Modal
satu solusi pemerintah untuk yang dimiliki oleh seseorang dalam
mensejahterakan masyasrakat. Hasil pengelolaan hutan rakyat sangat
dari hutan rakyat sangatlah berpengaruh bagi perkembangan
menjanjikan bila masyarakat dapat dirinya dan hutan rakyatnya. Dalam
mengelolanya dengan baik. Seperti lingkup pengelolaan hutan rakyat,
diketahui bahwa pengelolaan hutan memang modal yang dimiliki oleh

41
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

satu pengelola dengan pengelola lain ekonomi. Hutan rakyat yang lestari
berbeda-beda. Namun, masyarakat di proyeksikan untuk mampu
Selopuro mampu memanfaatkan menyejahterakan para pelakunya.
modal mereka untuk mengelola Dengan memanfaatkan modal yang
hutan rakyatnya. Tidak hanya sampai dimiliki, masyarakat Selopuro
disini, masyarakat Selopuropun mengembangkan pengelolaan hutan
mampu memanfaatkan modal secara rakyat baik secara individu maupun
kolektif dalam pengelolaan hutan kolektif. Dari hutan rakyat yang
rakyat mereka. Kelompok tani lestari, diharapkan mampu untuk
menjadi sarana pergerakan mensejahterakan masyarakat
masyarakat yang efektif. Selopuro. Dalam penelitian ini,
Setelah mampu memanfaatkan peneliti bermaksud untuk
modal mereka dalam pengelolaan mengetahui bagaimana masyarakat
hutan rakyat, masyarakat kemudian memanfaatkan modal yang
memanfaatkan hutan rakyat sebagai dimilikinya dalam praktik
modal mereka dalam praktik pengelolaan hutan rakyat dan
kehidupan sehari-hari. Masyarakat aplikasi pemanfaatannya dalam
Selopuro nbanyak mengambil kehidupan sehari-hari mereka.
manfaat dari hutan rakyat mereka. Penelitian ini merupakan
Pada akhirnya, masyarakat mampu penelitian yang bertujuan untuk
memanfaatkan modal yang mereka melihat adanya modal sosial
miliki dalam pengelolaan hutan masyarakat Desa Selopuro dalam
rakyat, baik secara individu maupun pengelolaan hutan rakyat. Dari
kolektif. Pada tingkat individu, banyaknya tokoh ahli tentang modal
keefektifitasan modal bergantung sosial seperti James Coleman, Robert
dari bagaimana masyarakat dapat Putnam, Fukuyama, dan Pierre
memanfaatkan modal yang Bourdieu, pada penelitian ini,
dipunyainya. Jika seseorang mampu peneliti akan menggunakan teori
memanfaatkan modalnya dengan modal sosial yang berasal dari Pierre
baik, maka dia akan mendapatkan Bourdieu.
sumberdaya lebih dari masyarakat Bourdieu mendefinisikan modal
lain. Pada tingkat kolektif, secara sosial sebagai keseluruhan
bersama-sama amsyarakat Selopuro sumberdaya baik yang aktual maupun
mampu memanfaatkan sumberdaya potensial yang terkait dengan
yang dipunyai oleh kelompok demi kepemilikan jaringan hubungan
kepentingan pengelolaan hutan kelembagaan yang tetap dengan
rakyat Selopuro. Kelompok adalah didasarkan pada saling kenal dan
wadah yang efektif untuk saling mengakui. Dengan kata lain,
menggerakkan sumberdaya secara dengan menjadi anggota dari suatu
kolektif. kelompok (ranah) orang akan
Praktik penggunaan modal memperoleh dukungan dari modal
sosial dalam masyarakat Selopuro yang dimiliki secara kolektif.
selaras pada aplikasi pemanfaatannya Selanjutnya Bourdieu mengatakan
dalam kehidupan sehari-hari. bahwa besarnya modal sosial yang
Tujuannya adalah memiliki hutan dimiliki seorang anggota dari suatu
rakyat yang lestari. Hutan rakyat kelompok tergantung pada seberapa
yang mampu menopang kehidupan jauh kuantitas maupun kualitas
mereka dari segi fisik, sosial, mapun jaringan hubungan yang dapat

41
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

diciptakannya, serta seberapa besar modal sosial yang tentu saja itu
volume modal ekonomi, budaya dan bersumber dari lingkungan ekonomi.
sosial yang dimiliki oleh setiap orang bagaimana penjelasan tentang modal
yang ada dalam jaringan ekonomi itu sudah jelas. kemudian
hubungannya (Syahra: 2003: 2). ada modal budaya, modal sosial dan
Tulisan-tulisan Bourdieu tentang modal simbolis. Modal merupakan
modal sosial menjadi bagian dari aset yang dimiliki individu dalam
analisis yang lebih luas tentang lingkungan sosialnya yang
beragam landasan tatanan sosial. digunakan untuk menentukan posisi
Bourdieu melihat posisi agen dalam dalam suatu ranah. Modal itu harus
arena sosial ditentukan oleh jumlah selalu di produksi dan direproduksi
dan bobot modal yang mereka punya, kembali. Begitu halnya dengan
dan oleh strategi tertentu yang situasi yang ada dalam masyarakat
mereka jalankan untuk mencapai Selopuro. Dalam hal pengelolaan
tujuan mereka. Konsep modal sosial hutan rakyat tentunya masyarakat
menurut Pierre Bourdieu menunjuk mempunyai modal. Modal-modal
pada ketergantungan antar berbagai yang dimiliki oleh masyarakat
macam sumber daya modal yang lain tersebut dipakai mereka dalam
dan seperti yang ditanamkandalam kesehariannya sebagai pengelola
modal ekonomi dan modal sosial hutan rakyat. Aplikasi penggunaan
dalam kaitannya dengan teori sosial modal sosial masyarakat Selopuro
(Slamet: 2011). dalam pengelolaan hutan rakyat
Definisi Bourdieu tentang peneliti jabarkan sesuai dengan
modal sosial diatas mengungkapkan keempat tipe modal yang
bahwa posisi agen di dalam medan dikemukakan Pierre Bourdieu.
ditentukan oleh jumlah dan bobot
relatif modal yang mereka miliki. B. Metode Penelitian
Modallah yang memungkinkan orang Metode yang dipakai peneliti
untuk mengendalikan nasibnya dalam penelitian ini adalah dengan
sendiri dan nasib orang lain. Dari hal menggunakan metode studi
tersebut dipat dikatakan bahwa modal fenomenologis yang dipilih guna
yang dimiliki oleh seorang individu menjawab pertanyaan penelitian
berpengaruh dan terpengaruh mengenai modal sosial masyarakat
terhadap jaringan dalam suatu ranah. dalam pengelolaan hutan rakyat.
Posisi jaringan yang dimiliki individu Sutopo (2002: 25-26) menjebarkan
dalam suatu kelompok memegang bahwa fenomenologi memandang
peranan yang penting, sebab dengan perilaku manusia, apa yang mereka
jaringan tersebut distribusi modal katakan, dan apa yang mereka
mereka dapat tersampaikan. Modal lakukan, adalah sebagai suatu produk
sosial memang digunakan individu dari bagaimana orang melakukan
demi memperjuangkan kepentingan tafsir terhadap dunia mereka sendiri.
mereka masing-masing dalam suatu Penelitian dengan pendekatan
kelompok ranah, tetapi jika tanpa fenomenologis berusaha untuk
jaringan. modal tersebut juga tidak memahami makna dari berbagai
akan berarti apa-apa. peristiwa dan interaksi manusia
Ritzer (2102: 907) didalam suatu interaksi yang khusus.
menjabarkan bahwa Bourdieu biasa Metode fenomenologi dipilih karena
mendiskusikan empat modal tipe peneliti merasa metode ini dapat

42
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

mempermudah peneliti untuk mendapatkan informasi terkait


menggali segala informasi yang dengan subyek
terkait dengan subyek penelitian.
Teknik pemilihan informan C. Hasil dan Pembahasan
menggunakan purposive sampling. Habitus masyarakat Selopuro
Sugiyono (2008: 218) menjelaskan dalam pengelolan hutan rakyat di
bahwa Purposive sampling yaitu peroleh dari penghayatan nilai-nilai
sampel yang ditarik dengan yang terkandung di lingkungan
pertimbangan-pertimbangan tertentu tempat tinggal mereka. Mulai dari
sesuai dengan tujuan dan maksud kepemilikan atas lahan, mayarakat
penelitian. Selanjutnya, dalam yang hidup di lingkungan hutan
pengumpulan data, peneliti rakyat, dan masyarakat yang umbuh
menggunakan observasi, wawancara dan berkembang serta mendapat
mendalam, dan dokumentasi. pembelajaran tentang pengelolaan
Observasi dilakukan peneliti untuk hutan rakyat. Kesemua proses
mengamati segala peristiwa, gejala tersebut mempunyai nilai yang
dan aktivitas yang berlangsung terinternalisasi dan tereksternalisasi
selama penelitian di lapangan. yang kemudian mengendap menjadi
Teknik wawancara mendalam cara berpikir dan pola perilaku yang
dilakukan secara tatap muka. dihayati masyarakat hayati sebagai
Pedoman pertanyaan digunakan pengelolan hutan rakyat. Pengelolan
peneliti dalam kegiatan wawancara hutan rakyat tersebut kemudian
agar pertanyaan yang diajukan sesuai terepresentasikan dalam rutinitas
dengan kebutuhan data. Sementara sehari-hari mereka sebagai petani
dokumentasi dipakai sebagai sarana hutan rakyat.
penguat data yang diperoleh peneliti Hutan rakyat Selopuro, ranah
dari lapangan. Untuk menguji bagi masyarakat Selopuro dalam
keabsahan data yang telah pengelolan hutan rakyat mereka.
terkumpul, peneliti menggunakan Hutan rakyat Selopuro sebagai ranah
teknik triangulasi sumber. Peneliti mampu menjadi wadah tempat
mengumpulkan data yang sekaligus bertemunya habitus dan modal yang
menguji kredibilitas data. Data yang masyarakat Selopuro miliki.
diperoleh dari satu sumber kemudian Masayarakat mungkin memiliki
peneliti bandingkan dengan sumber modal yang berbeda-beda dan habitus
lain yang berbeda. Untuk mengetahui yang berlainan terkait latar belakang
validitas data maka dilakukan dengan mereka. Namun dalam hutan rakyat,
membandingkan hasil wawancara kesemua elemen masyarakat itu
pada para informan kunci. Dalam memainkan perannya masing-masing
analisa data, peneliti menggunakan dengan habitus dan modal yang
pandangan Miles dan Huberman mereka miliki. Hutan rakyat mampu
yang terdiri dari tiga alur kegiatan, memainkan perannya sebagai ranah
yaitu reduksi data, penyajian data, yang mengontruksi dunia sosial
dan menarik kesimpulan/ verifikasi. masyarakat Selopuro. Hutan rakyat
Dari penjabaran terkait implikasi Selopuro juga mampu menjalankan
metodologis, dapat disimpulkan fungsinya yang telah terstruktur
bahwa metode yang digunakan dalam kehidupan masyarakat
peneliti dalam penelitian ini mampu Selopuro.
mempermudah peneliti guna

43
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

Modal ekonomi yang kesempatan yang bagus bagi para


masyarakat miliki. Hutan rakyat masyarakatnya dalam aspek ekonomi
adalah hutan yang dimiliki oleh Pemanfaatan hutan rakyat pada
masyarakat. Kepemilikan hutan segi komersil memang telah
rakyat bersifat individual. Besaran dipraktekan sejak lama oleh
keberhasilan dan manfaat yang masyarakat Selopuro. Hal itu
diperoleh seorang individu dalam kemudian menimbulkan satu konsep
mengelola hutan rakyat juga baru dikalangan para pengelola hutan
tergantung dari besaran modal materi rakyat Selopuro. Seperti yang telah
dan luas lahan yang ia miliki. Imbas dituturkan sebelumnya, konsep
dari perbedaan kepemilikan modal tersebut ialah konsep tebang butuh.
ini adalah pada pengelolaan hutan Tebang butuh adalah situasi dimana
rakyat masyarakat Selopuro. masyarakat terdesak untuk memenuhi
Masyarakat dengan modal yang kebutuhannya, namun hanya kayunya
besar, lahan hutan rakyat mereka yang dapat diandalkan. Praktek
cenderung lebih lestari dan bernilai tebang butuh memang telah banyak
tinggi dari masyarakat dengan modal dilakukan di dalam pengelolan hutan
yang sedikit. Besaran kepemilikan rakyat. Tebang butuh seperti sudah
lahan juga berpengaruh terhadap menjadi hal biasa bagi para pelaku
distribusi modal masyarakat dalam hutan rakyat. Tebang butuh sendiri
pengelolaan hutan rakyat di menurut peneliti adalah suatu konsep
Selopuro. Semakin luas lahan hutan dalam pengelolan hutan rakyat yang
rakyat seorang individu, maka lahir melalui konstruksi sosial para
semakin besar pula hutan rakyat pelakunya dalam memenuhi
yang dia miliki. Semakin besar hutan kebutuhan hidup.
rakyat yang dia miliki, semakin besar Satu poin terakhir dari praktik
pula manfaat yang dia terima dari penggunaan modal ekonomi
pengelolan hutan rakyat. masyarakat dalam mengelola huta
Selanjutnya adalah praktik rakyat ini adalah anggapan
pemakaian modal ekonomi oleh masyarakat bahwa hutan rakyat
masyarakat dalam pengelolaan hutan adalah sumber tabungan mereka.
rakyat Selopuro. Dari segi biaya Penggambarannya dalam kehidupan
hidup, masyarakat dapat memenuhi sehari-hari masyarakat Selopuro
biaya-biaya seperti memenuhi dapat tercermin dari prinsip mereka
kebutuhan-kebutuhan mereka yang yang memilih kayu sebagai pilihan
medesak seperti biaya sakit, biaya terakhir pemenuh kebutuhan mereka.
pendidikan dan biaya sosial. Dengan Sedikit kembali mengulas konsep
mengandalkan hutan rakyat milik tebang butuh, bahwa masyarakat
mereka. Tak hanya sebatas itu, hutan benar-benar akan menebang kayunya
rakyat Selopuro mampu melahirkan jika butuh, maka jika tidak,
berbagai macam pekerjaan baru. mayarakat akan membiarkan kayunya
Diantaranya sebagai bakul kayu, tetap hidup di lahan hutan rakyat
buruh tebang, dan lain-lain. Hal mereka.
tersebut sebagai akibat dari Terkait dengan jaringan yang
keberadaan hutan rakyat yang terus masyarakat miliki dalam pengelolaan
berkembang di Selopuro. Tentunya hutan rakyat. Dalam hal sumberdaya
pekerjaan baru ini menjadi jaringan, sumberdfaya yang dimiliki
oleh masyarakat dapat dibagi

44
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

menjadi sumberdaya jaringan yang masing-masing individu


eksternal dan sumberdaya jaringan punyai. Selain itu, kelompok juga
internal. Sumber daya jaringan adalah jembatan masyarakat
eksternal adalah segala jenis merambah jaringan dari pihak luar,
hubungan atau jaringan yang dimiliki karena pihak luar datang ke Selopuro
oleh masyrakat Selopuro pada dunia selalu dijembatani oleh kelompok.
luar terkait dengan hutan rakyat. Masyarakat yang aktif akan dapat
Pemerintah melalui Petugas memanfaatkan sumber dayanya
Kehutanan Lapangan (PKL) dengan baik demi kepentingan
memberikan banyak sekali dirinnya.
pengetahuan baru dan tatacara Banyak sekali nilai-nilai
pengolahan lahan bagi paara budaya yang terlegimitasi dalam diri
masyarakat Selain dari PKL. Selain masyarakat Selopuro melalui hutan
dari pihak pemerintah, ada juga rakyat. Nilai-nilai dari hutan rakyat
campur tangan lembaga keagaaman. memang sudah terinternalisasi dan
Selain itu, terdapat pula salah satu melekat dal diri masyarakat
Non Goverment Organization atau Selopuro. Hutan rakyat nampaknya
yang lebih kita kenal dengan istilah juga sudah masuk meresap dalam
LSM masuk untuk mendampingi cara pandang dan pikiran
masyarakat Selopuro. LSM tersebut masyarakat. Rutinitas sebagai
bernama PERSEPSI. LSM inilah pengelola hutan rakyat membuat
yang kemudian menjadi pendamping masyarakat Selopuro sangat lekat
masyarakat dalam pengelolaan hutan dengan hutan rakyat.
rakyat.. Dari pendampingan inilah Dalam segi cara bergaul, serta
yang kemudian mencetuskan wacana sikap masyarakat Selopuro, terdapat
sertifkasi untuk pertama kalinya pada adanya modal budaya yang sudah
lahan hutan rakyat masyarakat terinternalisasi dalam diri
Selopuro. masyarakat. Rutinitas sebagai
Sertifikasi telah membuka pengelola hutan rakyat itu terbawa
lebar arus jaringan masyarakat hingga pada tingkat pergaulan
kepada dunia luar. melalui sertifikasi, mereka. Setiap mereka bertemu satu
hutan rakyat Selopuro dapat dikenal sama lain, mereka selalu membahas
oleh dunia luar. Selain jaringan perihal hutan rakyat mereka.
eksternal, masyarakat tentunya juga Membicarakan apa yang telah dibuat
mempunyai jaringan internal yang pada lahan mereka, dan apa yang
terjalin diantara masyarakat akan dilakukan pada lahan mereka.
Selopuro. Hubungan yang terjalin Dari pembicaraan tersebut kemudian
diantara masyarakat Selopuro timbulah alur penularan sikap. Hal
memang terhitung baik. Hal-hal yang ini sudah terjadi sejak lama, dan
telah peneliti sebutkan sebelumnya kemudian menjadi suatu sikap dalam
telah menunjukkan bahwa hutan pergaulan masyarakat, bahwa
rakyat mampu menjadi sarana perawatan hutan rakyat dapat
masyarakat dalam bersosialisasi. ditularkan melalui pembicaraan
Hubungan internal tersebut dalam pergaulan mereka.
dapat dijabarkan melalui adanya Masih dalam lingkup sikap,
kelompok tani di lingkungan sifat masyarakat yang mewariskan
Selopuro. Kelompok merupakan pengetahuan tentang pengelolaan
sarana pendistribusian modal sosial hutan rakyat juga dapat dihitung

45
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

sebagai modal budaya dalam Selain dari segi keturunan,


masyarakat. Hal itu terjadi dengan menjadi tokoh masyarakat juga
tanpa sadar dan pemikiran. Dalam menjadi salah satu modal simbolik
segi pengelolaan hutan rakyat, seseorang dalam pengelolan hutan
terdapat salah satu legitimasi sikap rakyat di Selopuro. Tokoh-tokoh
yang tersimbolkan dalam bentuk jual masyarakat ini antara lain adalah
beli tanah atau lahan hutan rakyat. sesepuh desa, kepala dusun, ketua
Jual beli lahan di Selopuro terbilang kelompok tani atau FKPS dan tokoh
sangat sulit, hal itu dikarenakan agama. Semau elemen masyarakat
sistem pewarisan mereka yang dapat Selopuro sudah menjadi bagian dari
dikatakan tertutup. Nilai yang dijaga pengelola hutan rakyat. Begitu juga
disini adalah, jangan sampai sesuatu dengan sesepuh desa di Selopuro.
yang telah diwariskan oleh para Selain itu jabatan-jabatan dalam
orang tua jatuh ke tangan orang lain. masyarakat seperti ketua kepala
Sebab jika begitu, terputuslah dusun juga masih dihormati oleh
hubungan mereka dengan benda masyarakat sekitar, dulunya ada
tersebut, atau dalam konteks ini jabatan sebagai kepala dusun disebut
lahan hutan rakyat. sebagai ketua lingkungan, namun
Praktik modal budaya pada sekarang nama itu berubah menjadi
pengelolaan hutan rakyat masyarakat kepala dusun. Orang-orang ini adalah
Selopuro adalah terlegimitasinya orang yang memegang jabatan
nilai-nilai agama dalam keseharian setingkat dusun atau lingkungan di
mereka yang berhubungan erat Selopuro. Lalu ada ketua kelompok,
dengan hutan rakyat. Hubungan ketua kelompok ini bisa jadi ketua
tersebut terdapat pada pelestarian kelompok tani di setiap dusun dan
alam yang mereka lakukan dengan ketua FKPS. Jabatan sebagai ketua
praktik keagamaan yang masyarakat merupakan modal simbolis mereka
Selopuro anut. Hal tersebut dalam pengelolaan hutan rakyat.
tersimbolkan dalam praktik Tokoh agama juga menjadi salah satu
pensucian yang terkandung dalam posisi penting dalam hutan rakyat
praktik keagamaan. Maka dapat Selopuro.
dikatakan bahwa dalam praktik Modal simbolik pengelola
keagaamaan pun terdpat nilai-nilai hutan rakyat juga tersirat dari
yang membuat masyarakat Selopuro pekerjaan lain yang dimiliki oleh
harus menyikapi alam dengan bijak. seorang pengelola hutan rakyat.
Modal simbolik berasal dari Pekerjaan tersebut meliputi PNS,
kehormatan dan prestise seseorang, pegawai kelurahan, hingga
misalnya posisi atau jabatan pengusaha. Masyarakat menganggap
seseorang sebagai kepala status dan prestise pengelola yang
pemerintahan. Modal simbolik yang memiliki pekerjaan tersebut lebih
dimiliki oleh seorang pengelola tinggi dari masyarakat biasa. Mereka
hutan rakyat di Selopuro dapat menganggap bahwa pekerjaan
berasal darimana saja. beberapa tersebut merupakan representasi
pengelola mendapatkan modal pekerjaan dari orang yang
simbolik dari sejak mereka berpendidikan. Pengelola hutan
dilahirkan. Orang-orang ini rakyat yang memiliki pekerjaan
mendapatkan status dan prestise pada tersebut juga memiliki status
masyarakat dari segi keturunan. ekonomi yang lebih tinggi dari

46
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

masyarakat biasa. Hal-hal itulah yang Proyek Penulisan dan


membuat pengeloila dengan Penerbitan Buku/Majalah
pekerjaan-pekerjaan tersebut Pengetahuan Umum dan
memiliki status dan prestise yang Profesi Departemen
lebih tinggi. Pendidikan dan Kebudayaan
Slamet, Yulius. 2008. Metode
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Sosial. Surakarta: UNS
Sumber Buku PRESS
Adam, Sugayo J. dkk.2007. Dialog Slamet, Yulius. 2011. Modal Sosial
Hutan Jawa. Yogyakarta: Pustaka Masyarakat Miskin. Surakarta: UNS
Pelajar PRESS
Arikunto, Suharsini. 1992. Soehartono, Irawan. 2011. Metode
Pengelolaan Kelas dan Siswa Penelitian Sosial. Bandung:
Sebuah Pendekatan Evaluatif. PT Remaja Rosdakarya
Jakarta: CV Rajawali Sugiyono. 2005. Memahami
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung: CV
Penelitian Suatu Pendekatan Alfabeta.
Praktik. Jakarta: PT Rineka Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Cipta Kuantitatif Kualitatif dan
Field, John. 2003. Social Capital. R&D. Bandung: Alfabeta
Kreasi Wacana: Yogyakarta Sumedi N. 2008. Mengelola Hutan
Jenkins, Richard. 2013. Membaca Rakyat (Silvikuktural-
Pikiran Pierre Burdieu. Pemasaran) Belajar Dari
Diterjemahkan oleh Pengalaman. Ciamis:
Nurhadi.Yogyakarta: Kreasi Prosiding Dialog Stakeholder
Wacana Kegiatan Rehabilitasi Lahan
Koedatie, Robert J dan Sjarief, R. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi
2008. Pengelolaan Sumber Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS
Daya Air Terpadu. Press
Yogyakarta: ANDI OFFSET Usman, Husaini. Akbar, Purnomo S.
Putra, Nusa. 2013. Penelitian 2009. Metodologi Penelitian
Kualitatif IPS. Bandung: PT Remaja Sosial. Jakarta: PT Bumi
Rosdakarya Aksara
Proceeding “Islam dan Jurnal
Pengembangan ilmu Sosial Adib, Mohammad. 2012. Agen dan
Humaniora”.2014. Struktur dalam Pandangan
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Piere Bourdieu. Jurnal
Sosial dan Humaniora UIN BioKultur,
Sunan Kalija Yogyakarta. Vol.I/No.2/Juli- Desember
Kurnia Global Publishing: 2012
Yogyakarta http://journal.unair.ac.id/d
Ritzer, George.2012.Teori Sosiologi ownloadfullpapers01%20
Dari Sosiologi Klasik Sampai Artikel%20AGEN%20DA
Perkembangan Terakhir N%20STRUKTUR%20D
Postmodern.Yogyakarta: LAM%20PANDANGAN
Pustaka Pelajar %20PIERE%20BOURDIE
Sastrosupejo, S. 1984. Manusia, U%20Revisi%200%20Okt
Alam dan Lingkungan.

47
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

%202012.pdf Diakses Vol. 2, No. 2, Maret 2014,


pada 10 November 2015 Hal. 107-206
Dahli, Panchanon, dkk. 2012. http://journal.umsida.ac.id/
People's Participatory files/07.NanangKrisdinant
Forest Management In The o.pdf Diakses pada 10
Sal Forests of Bangladesh: November 2015
An Explorative Study. Pramesthi, Haryanto. 2010. Faktor-
International Journal of Faktor yang
Social Forestry, Volume 5, Mempengaruhi
Number 1, June 2012: 38- Pemanenan Tegakan di
56 Hutan Rakyat (Studi Kasus
http://www.ijsf.org/site/ind di Kelurahan Selopuro,
ex.php?module=Pages&fu Kecamatan Batuwarno,
nc=display&pageid=10 Kabupaten Wonogiri,
Diakses pada 10 Provinsi Jawa Tengah).
November 2015 Jurnal Embryo Volume 7
Fujiwara, Takahiro, dkk. 2011. No. 2. 2010
Overcoming http://pertanian.trunojoyo.
Vulvenerability of ac.id/wp-
Privately Owned Small- content/uploads/2012/03/3
Scale Forest Through ugm-pramesthi.pdf
Collective Management Diakses pada 10
Unit Establishment: A November 2015
Case Study of Gunung Silalahi, Johansen. 2010. Hutan
kidul District, Yogyakarta Rakyat Menuju
in Indonesia. International Sertivikasi. Jurnal Galam
Journal of Social Forestry, Volume IV No. 2 Hal 161-
Volume 4, Number 2, 167
December 2011: 113-138 https://www.google.co.id/?
http://www.ijsf.org/site/ind gws_rd=ssl#q=Hutan+Rak
ex.php?module=Pages&fu yat+Menuju+SertivikasiJu
nc=display&pageid=10Dia rnal+Galam+Volume+IV+
kses pada 10 November No.+2+Hal+161-167
2015 Diakses pada 10
November 2015
Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial Artikel
dalam Pembangunan. Suprapto, Edy. 2009. Hutan Rakyat
Ragam Jurnal Aspek Produksi, Ekologi,
Pengembangan Humaniora dan Kelembagaan. Arupa
Vol. 12 No. 1, April 2012 Hajaroh, Mami. FIP UNY.2009.
http://www.polines.ac.id/ra Paradigma, Pendekatan
gam/index_files/jurnalraga dan Metode Penelitian
m/paper_6%20apr%20201 Fenomenologistaff.uny.ac.
2.pdf Diakses pada 10 id/sites/default/files/penelit
November 2015 ian/Dra..../fenomenologi.p
Krisdananto, Nanang. 2014. Pierre df. Diakses pada 28 maret
Bourdieu Sang Juru 2016
Damai. Jurnal KANAL. Penelitian

48
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 30, No. 1 Tahun 2015

Ali Wafa. 2013. Identifikasi Modal Definisi komersial:


Sosial dalam Klompok http://artikata.com/arti-
Tani dan Implikasinya 335786-komersial.html
Terhadap Kesejahteraan Diakses pada 28 maret 2016
Anggota Kelompok Tani Definisi Konvensional:
(Studi Kasus pada http://www.pengertianmenu
Kelompok Tani Tebu) di rutparaahli.com/pengertian-
Desa Rejoyoso Kecamatan konvensional/ Diakses pada
Bantur Kabupaten 28 maret 2016
Malang).http://jimfeb.ub.a Definisi tumpangsari:
c.id/index.php/jimfeb/artic http://garasi.in/apa-itu-
le/view/719 Diakses pada buku-cletter-c-masalah-
10 November 2015 pertanahan.html Diakses
Sulistya Ekawati.2005. Aspek sosial pada 28 maret 2016
dan budaya proses Undang-Undang
terbangunnya hutan rakyat S.375/II/PIK-1/2005 Tanggal 07 Juni
swadaya studi kasus di 2003: HUTAN RAKYAT
desa sumberejo, INDONESIA SANGAT
kecamatan Batuwarno, PROSPEKTIF UNTUK
kabupatenWonogiri.https:/ INDUSTRI KEHUTANAN
/digilib.uns.ac.id/dokumen melalui
/detail/1953/Aspek-sosial- http://www.dephut.go.id/ind
dan-budaya-proses- ex.php/news/details/1772
terbangunnya-hutan- Diakses pada 28 maret 2016
rakyat-swadaya-studi- Undang-Undang Kehutanan No.
kasus-di-desa-sumberejo- 41/1999 melalui
kecamatan-Batuwarno- http://prokum.esdm.go.id/uu
kabupaten-Wonogiri /1999/uu-41-1999.pdf
Diakses pada 10 Diakses pada 10 November
November 2015 2015
Dokumen
Siman, Habertus. 2013. Peran Hutan
Rakyat Dalam
Penyelamatan Pulau Jawa.
Dokumen dan arsip Forum
Komunitas Petani Sertifikasi
Wijaya, Taryanto. Dokumen dan
arsip LSM PERSEPSI
Internet
http://www.timlo.net/baca/51794/hut
an-rakyat-lestari-wonogiri-
pertama-di-indonesia/
Diakses pada 28 maret 2016
http://jogja.tribunnews.com/2015/05/
20/pengelolaan-hutan-
rakyat-untuk-kesejahteraan-
masyarakat Diakses pada 28
maret 2016

49

You might also like