Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN

MELALUI MEDIA ABAKUS BAGI SISWA TUNANETRA

Sugeng Herwanto

FKIP UNS

Sugengherwanto@yahoo.com

081225600171

Abstract

The aim of this research is improving mathematic “calculate multiplication”


learning acvhievements using abacus for the fourth grade of elementary students with
visual impairment of SLB Negeri I Pemalang 2012/2013 academic year.
The approach of the research is classroom action research conducted by planning,
implementation, observation and reflection. The subject of this study were the three
students of the fourth grade of elementary students with visual impairment of SLB Negeri
I Pemalang 2012/2013. Data validity used in the study is content validity and the data
analysis technique used was comparative descriptive analysis by comparing test scores
between two cycles, the test scores of students before and after using abacus.
Based on research that has been conducted, it can be concluded that mathematic
learning using abacus improved the mathemathic “calculate multiplication” learning
achivements for the fourth grade of visual impaired elementary students of SLB Negeri I
pemalang simester I, 2012/2013 academic year within the students‟ learning achivement
for 57 in cycle I and 77 in cycle II.
Keywords: Abacus, visual impairment, learning achievement.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi


operasi hitung perkalian melalui alat hitung Abakus pada siswa tunanetra kelas IV
semester I di SLB Negeri I Pemalang tahun 2012/2013.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang
dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian
adalah seluruh siswa tunanetra kelas IV SLB Negeri I Pemalang yang berjumlah tiga
siswa. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar
siklus, nilai tes siswa sebelum menggunakan alat hitung abakus dan nilai tes siswa setelah
menggunakan alat hitung abakus sebanyak dua siklus
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa melalui alat hitung abakus dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika materi perkalian siswa tunanetra kelas IV
semester I di SLB Negeri I Pemalang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus yaitu siklus I 57 dan siklus 77.
Kata kunci : alat hitung abakus, tunanetra, prestasi belajar.

A. PENDAHULUAN keterbatasan siswa tunanetra kelas IV SDLB di


SLB Negeri I di Kabupaten Pemalang, konsep
Pelajaran matematika sangat penting
ini belum sepenuhnya dikuasai sehingga
untuk dikuasai oleh setiap peserta didik karena
menghambat penguasaan konsep matematika
pelajaran matematika merupakan suatu ilmu
selanjutnya. Perbedaan antara siswa awas
disiplin yang aplikatif dan praktis. Aplikasi dari
dengan siswa tunanetra dalam pengerjaan
ilmu matematika sangat berguna dalam
perkalian adalah siswa awas dapat dengan
kegiatan manusia sehari-hari, seperti dalam
mudah mengerjakan soal-soal perkalian,
kegiatan transaksi jual beli, kegiatan
misalnya bilangan puluhan dengan puluhan
pengukuran panjang, menghitung jarak, dan
atau lebih, bisa dengan menggunakan
lain sebagainya, jadi matematika adalah suatu
kalkulator atau dengan teknik bersusun ke
kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
bawah dengan cara menghitung pada selembar
setiap peserta didik termasuk didalamnya
kertas/ papan tulis, namun tidak demikian
peserta didik yang memiliki kebutuhan dan
dengan siswa tunanetra, dengan keterbatasan
layanan khusus, salah satunya peserta didik
pada penglihatannya, mereka mengalami
yang memiliki hambatan penglihatan atau yang
kesulitan untuk mengerjakan soal-soal yang
biasa dikenal dengan peserta didik tunanetra.
sama. Pengerjaan soal perkalian memakai
Setiap siswa hendaknya perlu tulisan Braille dengan cara menyusun ke bawah
menguasai operasi hitung perkalian, seperti sangat sulit dilakukan. Misalnya dimulai dari
halnya siswa awas, siswa tunanetrapun perlu menulis soal, menyusun ke bawah, dan tahap
menguasai operasi hitung perkalian ini. Konsep pengerjaannya. Semuanya memerlukan waktu
perkalian pada siswa awas umumnya dikuasai yang lebih lama karena siswa tunanetra harus
di kelas III SD, namun akibat segala mengerjakan bagian per-bagian, belum lagi bila
bilangan yang harus dikalikan lebih dari dua membantu menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien. Karena dengan
angka (puluhan, ratusan, dan seterusnya),
alat peraga atau media pembelajaran
tentu akan lebih sulit lagi. Sementara lainnya ini berfungsi memperjelas dan
memperlancar berlangsungnya proses
penggunaan kalkulator bicara belum banyak
pembelajaran, sehingga materi
dimanfaatkan, karena biayanya mahal dan pembelajaran akan dengan mudah
disampaikan dan difahami oleh peserta
memerlukan keterampilan untuk
didik, berbeda dengan pembelajaran
mengoperasikannya. yang tidak menggunakan alat
peraga/media pembelajaran akan sulit
Kemampuan berhitung siswa diterima dan kurang difahami peserta
didik (hlm. 11).
tunanaetra sangat perlu diperhatikan oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
Hal tersebut akan menjadi salah satu
penggunaan alat bantu untuk mempermudah
penghambat jika dibiarkan, karena akan
peserta didik khususnya bagi peserta didik
berkelanjutan pada konsep berikutnya yang
tunanetra dalam mengikuti pelajaran
menggunakan dasar perkalian, misalnya:
matematika, hal ini dimaksudkan agar proses
Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil
interaksi komunikasi edukatif antara guru
(KPK), Faktor Persekutuan Terbesar (FPB),
dan peserta didik tunanetra dapat berlangsung
Penyederhanaan Pecahan, Konversi Pecahan,
secara tepat guna dan berdaya guna. Salah
Perkalian Bilangan Desimal, Penarikan Akar,
satu alat bantu yang cukup dikenal dan
Soal Cerita Perkalian, dan lain-lain.
banyak digunakan adalah abakus. Abakus
Seperti banyak SLB di daerah Jawa adalah alat untuk menghitung, yang berupa
Tengah, kemampuan operasi hitung perkalian deretan bulatan dari kayu, plastik yang
siswa tunanetra kelas dasar IV di SLB Negeri I bertusuk, setiap tusuk berisi sepuluh buah.
Pemalang masih dalam tergolong rendah. Abakus (Teknik) lempeng datar di atas kepala
Pnyebabnya antara lain: (1) kurangnya latihan tiang dengan pinggiran cekung atau
operasi hitung perkalian, (2) penyampaian yang beralur.Abakus merupakan alat bantu hitung
monoton dan kurang variatif, (3) situasi dan yang terdiri dari manik-manik yang mempunyai
kondisi kelas yang kurang mendukung pada nilai-nilai tertentu, mulai dari satuan, puluhan,
proses belajar mengajar, dan (4) penggunaan ratusan, ribuan, dan seterusnya.Abakus
media pembelajaran yang kurang tepat. Salah merupakan alat yang cukup praktis
satu solusi untuk mengatasi permasalahan di digunakan tidak hanya oleh siswa awas, akan
atas, adalah dengan memanfaatkan media tetapi juga dapat digunakan oleh siswa
pembelajaran. Usman (2006) mengemukakan tunanetra. Abakus yang digunakan oleh siswa
bahwa: tunanetra merupakan abakus yang sama
digunakan oleh siswa awas. Perbedaannya
Alat peraga/media pembelajaran
memiliki peran yang penting untuk adalah pada abakus yang digunakan oleh siswa
tunanetra diberi sedikit modifikasi yaitu tubuh tersebut. Penglihatan juga merupakan
dibagian bawah manik-manik diberi bantalan suatu sistem yang efisien untuk
dengan maksud agar posisi manik-manik tidak mengembangkan konsep tentang bagaimana
mudah bergeser. orang lain terlihat membentuk hubungan antara
objek yang satu dengan objek yang lainnya).
Sumini (2009) menyatakan bahwa
“Alat bantu hitung sempoa dapat “Pembelajaran ialah proses yang
meningkatkan prestasi belajar matematika diselenggarakan oleh guru untuk
siswa tunanetra kelas D/2 SLB-A YKAB membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana
Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.” Hal belajar memperoleh dan memproses
tersebut menjadi dasar peneliti untuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap”
melakukan penelitian tindakan kelas dengan (Dimyati dan Mudjiono, 2002:157). Proses
menggunakan sempoa atau alat hitung abakus pembelajaran pada dasarnya merupakan
untuk meningkatkan prestasi belajar rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru
matematika siswa tunanetra kelas dasar IV di sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik
SLB Negeri I Pemalang khususnya pada materi dalam kegiatan pengajaran dengan
operasi hitung perkalian. menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan
yang ada untuk mencapai tujuan yang telah
Tujuan yang ingin dicapai dalam
ditetapkan dalam kurikulum.
penelitian ini adalah “untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika materi perkalian Mengenai pengertian Matematika,
untuk siswa kelas IV semester I tahun pelajaran Maryana dan Soedarinah berpendapat
2012/2013 di SLB Negeri I Pemalang “matematika adalah pengetahuan yang bersifat
hirarkis, artinya tersusun dalam urutan
Mengenai pengertian tunanetra, Hadi
tertentu, bermula dari urutan sederhana
(2005) berpendapat bahwa kata tunanetra
kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula
adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari hal yang konkret menuju ke hal yang
yang berarti adanya kerugian yang disebabkan
abstrak” (2001:65). Menurut Purwoto,
oleh kerusakan atau terganggunya organ mata
“Matematika adalah pengetahuan tentang pola
(hlm 36). Rahardja, (2008) berpendapat bahwa
keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang
Penglihatan merupakan suatu sistem persepsi
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang
penting dalam pengembangan kesadaran
tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
tentang benda-benda dan tubuh seseorang,
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan
termasuk bagian-bagian tubuh, hubungan
akhirnya ke dalil” (1998:14).
bagian-bagian tersebut, gerakan dari bagian-
bagian tubuh, serta fungsi dari bagian-bagian
Melalui belajar mental aritmatika mudah melihat apa yang dicontohkan guru pada
abakus, seorang anak khususnya bagi anak penggunaan abakus, serta dapat langsung
tunanetra akan memperoleh banyak hal mempraktikkannya segera, sedangkan siswa
diantaranya: (1) Meningkatkan kemampuan tunanetra mengandalkan indra peraba dengan
berhitung lebih cepat di atas rata-rata anak, cara mengenali bentuk abakus dan letak manik-
(2) Kemampuan mencongak lebih cepat dan manik yang terdapat pada abakus tersebut.
tepat, (3) Terlatihnya daya berfikir dan
konsentrasi, membantu anak untuk menguasai
mata pelajaran yang lainnya, (4) Membiasakan
diri dengan angka-angka, membuat anak
B. METODE PENELITIAN
tidak lagi alergi pada pelajaran eksakta, (5)
Melatih kesabaran, dan rasa percaya yang Jenis penelitian ini adalah Penelitian
tinggi. Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2003: 83)
mengemukakan model yang didasarkan atas
Pemahaman khusus yang dapat dilihat
konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri
dari pandangan diatas menjelaskan bahwa
dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan
tujuan pelajaran matemetika di Sekolah Luar
atau planning, (2) Tindakan atau acting, (3)
Biasa (SLB) khususnya pada kelas dasar adalah
Pengamatan atau observing dan (4) Refleksi
untuk mengembangkan keterampilan berhitung,
atau reflecting, empat tahapa kegiatan tersebut
memberikan bekal kemampuan dasar
disebut satu siklus pemecahan masalah.
matematika, serta membentuk sikap, logis,
Analisis data pada penelitian ini menggunakan
kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Uraian
metode deskriptif komparatif
tersebut mengungkapkan bahwa tujuan
pelajaran matematika adalah untuk Penelitian tindakan kelas ini
mempersiapkan siswa upaya dapat menghadapi dilaksanakan di SLB Negeri I Pemalang , yang
hidup dan kehidupan yang cenderung selalu dilakukan pada siswa Tuna Netra kelas IV SLB
berubah dan berkembang. Negeri I Pemalang yang berjumlah 3 orang
pada pembelajaran mata pelajaran matematika
Penerapan abakus untuk siswa
perkalian pada semester ganjil tahun pelajaran
tunanetra pada dasarnya sama dengan
2012/2013.
penerapan abakus pada siswa awas. Perbedaan
penerapan abakus pada siswa tunanetra terletak Adapun metode pengumpulan data
pada strategi pembelajarannya. Penerapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
abakus pada siswa awas menitikberatkan pada observasi, dokumentasi dan tes. Teknik analisis
sistem klasikal yakni penerapan umum terhadap data yang digunakan adalah hasil belajar
penggunaan abakus. Siswa awas dapat dengan dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif
yaitu dengan membandingkan hasil belajar Observasi, berupa nilai keaktifan siswa pada
(nilai tes) antar siklus dan observasi dengan siklus I dan siklus II, diperoleh melalui lembar
melakukan analisis deskriptif berdasarkan hasil pengamatan. Penelitian tindakan kelas ini terdiri
observasi dan refleksi. dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai
dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti
Sumber data yang digunakan dalam
yang telah didesain dalam variabel yang diteliti.
penelitian ini meliputi: (a) Dokumentasi, berupa
Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk
nilai kondisi awal siswa; (b) Tes, berupa nilai
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka
tes hasil tindakan pada siklus I dan siklus II; (c)
meningkatkan prestasi belajar matematika
C. HASIL PENELITIAN Siswa diberi tugas untuk mengerjakan
soal-soal yang berkaitan mengenai materi
Penelitian ini dilaksanakan dikelas IV
operasi hitung perkalian setelah penjelasan
SDLB semester I siswa tunanetra di SLB
materi selesai.Beberapa siswa mulai mengingat-
Negeri I Pemalang mata pelajaran matematika
ingat kemabali materi yang baru saja
pada materi operasi hitung perkalian. Penelitian
diterangkan dengan metode ceramah ketika
yang dilakukan terdiri dari kegiatan
mengerjakan soal.Kegiatan dilakukan hingga
pratindakan, keigiatan siklus I dan siklus II.
waktu yang dialokasikan berakhir.Masing-
Alokasi waktu yang digunakan oleh peneliti
masing siswa diminta mengumpulkan hasil
pada tiap siklus adalah 2 x 30 menit. Kriteria
jawaban dari soal-soal yang diberikan.
ketuntasan minimal (KKM) pada mata
Pembelajaran kemudian diakhiri, akan tetapi
pelajaran matematika adalah 65,00.
tidak diberi penguatan materi dan cara
Pembelajaran matematika pada materi
menyelesaikan soal operasi hitung perkalian.
perkalian di kelas IV SDLB di SLB Negeri I
Berdasarkan dari tugas yang diberikan,
Pemalang berjalan seperti biasa. Pembelajaran
diperoleh data pelaksanaan pembelajaran
diawali dengan mengkondisikan kelas dan
matematika materi operasi hitung perkalian
melaksanakan apersepsi guna menggali
berupa nilai sebagai berikut:
pengetahuan awal siswa dalam rangka upaya
Tabel C.1 Prestasi Belajar Matematika Pada
mengaitkan materi pembelajaran yang akan
Kondisi Awal
disampaikan. Metode yang digunakan adalah
No Subjek Nilai Keterangan
metode ceramah. Pembelajaran dimulai dengan
1 AY 40 Belum tuntas
penjelasan materi operasi hitung
2 DJF 50 Belum tuntas
perkalian.Suasana kelas kurang begitu tenang
3 LTN 60 Belum tuntas
selama penjelasan materi pelajaran dikarenakan
Jumlah 150
kondisi kelas yang ramai dan tidak semua siswa
Rata-rata kelas 50 Belum tuntas
memperhatikan penjelasan.
Prestasi belajar siswa yang telah Tabel C.2 Perbandingan prestasi
disajikan pada tabel C.1 menunjukkan bahwa belajar matematika pada kondisi awal
semua siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri I dengan siklus I
Pemalang belum menunjukkan prestasi belajar
No S1 H NL2 KT3
yang diharapkan dan belum mencapai nilai
K A4 SL I5
KKM. Hal tersebut yang membuat guru
1 AYK 40 50 25%
berusaha melakukan inovasi pembelajaran
2 DJF 50 50 0%
matematika pada materi operasi hitung
3 LTN 60 70 16,7%
perkalian agar terjadi peningkatan melalui
Jumlah 150 170 13%
penggunaan media abakus untuk digunakan
siswa tunanetra kelas IV SDLB. Rata-rata 50 57 14%

Setelah mengetahui hasil tes, peneliti Tabel C.2 menunjukkan adanya

selanjutnya melakukan penlitian untuk peningkatan prestasi belajar matematika siswa

mengetahui kemampuan siswa ketika tunanetra setelah dilakukan tindakan pada

menggunakan media abakus. Hasil yang didapat siklus I meskipum ada dua siswa yang belum

dari siklus I dan II dapat dilihat dari deskripsi mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.

perbandingan antara siklus I dan II. Hasil Gambar C.3 Grafik perbandingan pada
perbandingan antara siklus I dan II bertujuan kondisi awal dan siklus I.
untuk mengetahui ketuntasan antara siklus I dan
II, setelah dilakukan deskripsi antar siklus,
70
selanjutnya dilakukan perbandingan
60
perkembangan antar siklus untuk
50
mendeskripsikan peningkatan yang telah
40
tercapai dari siklus satu ke siklus berikutnya. 30
Perbandingan tersebut dilakukan baik secara 20
kualitatif maupun kuantitatif. Berikut ini 10
disajikan beberapa tabel hasil perbandingan 0
AYK DJF LTN
antar siklus:

1
Subjek
2
Hasil Nilai
3
Keterangan
4
Kondisi Awal
5
Siklus I
Tabel C.4 Perbandingan Prestasi Belajar Gambar C.6 Grafik Perbandingan Prestasi
Belajar Matematika Antar Siklus yakni
Matematika pada Siklus I dengan siklus II
Kodisi Awal, Siklus I, Siklus II.
NO S KA SL I SL II1

NL1 KT NL KT
80
1 AYK 40 50 25% 70 40% 70
2 DJF 50 50 0% 80 60% 60
50 Kondisi Awal
3 LTN 60 70 16,7% 80 14% 40 Siklus I
Jumlah 150 170 230 30
Siklus II
20
Rata-Rata 50 57 14% 77 35%
10
0
AYK DJF LTN
Tabel 2.2 di atas menunjukkan adanya
peningkatan prestasi belajar matematika materi D. PEMBAHASAN
operasi hitung perkalian siswa tunanetra kelas
Pembahasan pada kondisi awal
IV SDLB di SLB Negeri I Pemalang.seluruh
matematika materi operasi hitung perkalian
siswa kelas IV telah mencapai nilai kriteria
dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa
ketuntasan minimal (KKM).
melalui data hasil observasi sebelum
Berikut ini disajikan grafik perbandingan melaksanakan tindakan penelitian. Proses
prestasi belajar matematika materi operasi pembelajaran pada kondisi awal masih terlalu
hitung perkalian pada siklus I dengan siklus II. banyak penyampaian segi-segi teoritik. Guru
masih banyak menjelaskan tentang materi
Gambar C. 5 Grafik perbandingan pada
pembelajaran secara monoton. Metode yang
siklus I dengan silkus II
digunakan masih menggunakan metode
ceramah dan penugasan saja. Pertama-tama
80 guru menjelaskan materi hanya secara verbal,
70 siswa juga hanya memperhatikan penjelasan
60
guru sehingga pembelajaran hanya berjalan
50
searah, kemudian guru memberikan tugas dan
40
30
siswa mengerjakannya hanya sembari
20 mengingat kembali penjelasan guru sebelumya.
10
Siswa mengerjakan tugas tersebut
0
AYK DJF LTN dengan „kotretan‟ akan tetapi siswa mengalami
kesulitan karena harus membolak-balikkan
kertas „kotretan‟ tersebut untuk menghitung untuk mengganti „kotretan‟ dengan maksud
hasil. „Kotretan‟ merupakan istilah lain dari memberikan kemudahan pada siswa dalam
kertas coretan yang digunakan siswa untuk memahami konsep melakukan hitung perkalian
melakukan penghitungan, baik penjumlahan, dengan cara susun.Strategi pembelajaran yang
pengurangan, pembagian maupun perkalian. digunakan oleh guru harus memungkinkan anak
Bagi siswa awas, pengerjaan operasi hitung tunanetra mendapatkan pengalaman secara
perkalian dengan menggunakan „kotertan‟dapat nyata dari apa yang dipelajarinya. Hal ini sesuai
mempermudah pengerjaannya, akan tetapi bagi dengan prinsip pembelajaran khusus Rahardja
siswa tunanetra cara pengerjaan dengan (2008) yang menyatakan bahwa ketunanetraan
menggunakan „kotretan‟ membuat siswa menimbulkan keterbatasan kemampuan untuk
mengalami kesuliatan dan menghabiskan melihat keseluruhan dari suatu benda atau
banyak waktu serta kurang efektif. Siswa kejadian, guru hendaknya memberikan
tunanetra membutuhkanalat bantu yang dapat kesempatan kepada siswa untuk menyatukan
mempermudah siswa dalam pengerjaan operasi bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh.
hitung perkalian. Mempergunakan pembelajaran gabungan,
dimana siswa belajar menghubungkan antara
Berdasrkan hasil tes pada siklus I,
mata pelajaran akademis dengan pengalaman
diketahui bahwa nilai operasi hitung perkalian
kehidupan nyata, merupakan suatu cara yang
masing-masing siswa adalah AYK
bagus untuk memberikan pengalaman
mendapatkan nilai 50, DJF mendapatkan nilai
menyatukan.
50, dan LTN mendapatkan nilai 70. LTN yang
mendapatkan nilai 70 telah memenuhi nilai Hasil pada siklus I belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal akan tetapi nilai dua nilai kriteria ketuntasan minimal diakibatkan
siswa yang lain belum mencapai nilai kriteria siswa masih mengalami kesulitan dalam
ketuntasan minimal. Berdasarkan nilai tersebut, penggunaan „blockies‟, karena „blockies‟ hanya
secara klasikal belum mencapai nilai ketuntasan merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru
belajar. dalam memberikan pemahaman konsep dasar
perkalian secara bersusun, bukan sebagai media
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
ajar yang dapat membantu siswa melakukan
kondisi awal, peneliti melakukan perbaikan
operasi hitung perkalian secara lebih cepat dan
yang dilaksanakan pada siklus I. Perencanaan
efektif. Usman (2006) mengemukakan bahwa
terlebih dahulu dilakukan untuk
Alat peraga/media pembelajaran memiliki peran
memaksimalkan tindakan pada siklus I.
yang penting untuk membantu menciptakan
Perencanaan dilakukan untuk pemahaman
pembelajaran yang efektif dan efisien. Karena
konsep perkalian. Peneliti menggunakan alat
dengan alat peraga atau media pembelajaran
bantu „blockies‟ sebagai strategi pembelajaran
lainnya ini berfungsi memperjelas dan mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan
memperlancar berlangsungnya proses tersebut dapat dilihat dari naiknya presentase
pembelajaran, sehingga materi pembelajaran hasil tes yang diperoleh siswa. Hasil tersebut
akan dengan mudah disampaikan dan difahami dapat diasumsikan indikator kinerja secara
oleh peserta didik, berbeda dengan klasikal telah mencapai batas tuntas.
pembelajaran yang tidak menggunakan alat
E. KESIMPULAN
peraga/media pembelajaran akan sulit diterima
dan kurang difahami peserta didik (hlm. 11). Berdasarkan deskripsi data dan
pembahasan dalam penelitian tindakan kelas
Hal tersebut yang mendorong guru
ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Alat
sebagai peneliti memilih media abakus sebagai
Hitung Abakus dapat digunakan untuk
alat bantu hitung untuk mempermudah siswa
meningkatkan prestasi belajar matematika
dalam melakukan operasi hitung perkalian
materi operasi hitung perkalian siswa tunanetra
secara lebih efektif dan efisien. Media hitung
kelas dasar IV SLB Negeri I Pemalang, hal
abakus diharapkan dapat meningkatkan prestasi
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya suatu
belajar matematika materi operasi hitung
peningkatan pada prosentase dari kondisi awal,
perkalian bagi siswa tunanetra. Hal tersebut
siklus I dan siklus II yang mencapai 54%.
diperkuat oleh Sumini (2009) yang menyatakan
bahwa “Alat bantu hitung abakus dapat Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika ditarik kesimpulan bahwa melalui alat hitung
siswa tunanetra kelas D/2 SLB-A YKAB abakus dapat meningkatkan prestasi belajar
Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.” matematika materi operasi hitung perkalian
siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri I
Keberhasilalan penggunaan media/ alat
Pemalang tahun pelajaran 2012/2013.
hitung abakus ini dapat terlihat dari peningkatan
hasil tes siswa yang terjadi pada siklus II. Pengajaran matematika melalui alat
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui hitung abakus pada materi operasi hitung
bahwa nilai operasi hitung perkalian masing- perkalian memiliki tujuan untuk meningkatkan
masing siswa adalah AYK mendapatkan nilai prestasi belajar matematika siswa tunanetra
70, DJF mendapatkan nilai 80, LTN kelas IV di SLB Negeri I Pemalang. Alat hitung
mendapatkan nilai 80. Siswa yang mendapatkan abakus dapat memberikan implikasi bagi
nilai 65 atau lebih maka dinyatakan tuntas pendidik sebagai salah satu alat bantu atau
belajarnya karena telah mencapai nilai kriteria media pembelajaran yang konkritagar siswa
ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan data khususnya siswa tunanetra dapat lebih mudah
tersebut, secara klasikal semua siswa tunanetra memahami dan melakukan operasi hitung
kelas IV SDLB di SLB Negeri I Pemalang telah
perkalian sebagai upaya untuk meningkatkan hitung abakus terbukti merupakan media
prestasi belajar matematika siswa tunanetra. pembelajaran yang praktis dan efisien dan dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika. (3)
F. SARAN
Bagi Guru: Guru Hendaknya melakukan
Berdasrkan simpulan dan hasil penelitian persiapan Rencana Program Pembelajaran
maka dapat diberikan saran-saran berikut: secara maksimal sebelum mengajar. Guru
(1)Bagi Siswa: Siswa hendaknya turut berperan terlebih dahulu memahami kondisi masing-
aktif dalam proses pembelajaran, sering berlatih masing siswa serta menguasai materi yang akan
melakukan operasi hitung perkalian dengan disampaikan kepada siswa melalui proses
menggunakan alat hitung abakus, selalu taat pembelajaran dengan menggunakan alat hitung
pada guru dalam mengerjaka tugas, rajin belajar abakus. Guru sebaiknya mempersiapkan secara
dengan memanfaatkjan alat hitung abakus cermat dan teliti sebelum mengajarkan
sehingga diharapkan dapt memperoleh prestasi bagaimana cara melakukan operasi hitung
belajar matematika yang lebih optimal. (2) Bagi perkalian dengan menggunakan alat hitung
Sekolah: Pihak sekolah sebaiknya memberikan abakus.
pelatihan terhadap para guru mengenai
penggunaan media alat hitung abakus sehingga
dapat dengan menyampaikan materi khususnya
pada pembelajaran matematika, karena alat
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu penelitian praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Purwaka. 2005. Kemandirian Tuna Netra Orientasi Akademik dan Orientasi Sosial.
Jakarta: Depdiknas.

Maryana, W dan Soedarinah , P. 2001. Dasar-dasar PMIPA. Surakarta: UNS Press.

Pertuni. 2004. Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia, Pasal 1 Ayat 1.

Purwoto. 1998. Strategi Belajar Matematika.Surakarta: UNS, Press.

Rahardja, Djadja. 2008. Pengembangan Konsep Bagi Tunanetra. http://www.dj-


rahardja.blogspot.com/. (Di unduh pada tanggal 2 Januari 2013 pukul 10.12 WIB).

Sumini, S. 2009. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Alat Bantu Hitung
Sempoa bagi Siswa Tunanetra Kelas D2 SLB/ A YKAB Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2008/ 2009. Surakarta. UNS.

Usman, M U. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

You might also like