Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

TUGAS HUMANIORA

CONTOH KASUS ETIKA,MORAL, DAN KONFLIK DALAM KESEHATAN

Disusun Oleh :

Intan Kemala Wati

1715301010

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Allhamdulillahirobbil'alamin, segala puja dan puji syukur kami panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran humaniora

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari pihak yang telah membantu
penulis , penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing humaniora.Semoga
makalah ini yang telah saya selesai ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Dan
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan, saya mohon maaf yang setulus-
tulusnya.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan bagi para pembaca.

Wasalamu'alaikum Wr.Wb.

Bukittinggi, Januari 2018

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang

menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan

manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa

tentang tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh

manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh

yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang

lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral

disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia

lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada

perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak

menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang

berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya

atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan

hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang

dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain

3
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik

merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang

tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,

konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik

bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di

masyarakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Contoh Kasus: Konflik, issue dan Dilema etik dalam praktek kebidanan

Contoh Kasus 1 :

Disebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama

satu tahun.Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny. J usia kehamilan 38

minggu dengan keluhan perutnya terasa kencang-kencang dan terasa sakit sejak 5 jam

yang lalu,setelah dilakukan VT,didapatkan hasil pembukaan 3 cm dan ternyata janin

dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar dirujuk ke

rumah sakit untuk melahirkan secara operasi secarea. Namun keluarga terutama suami

menolak untuk dirujuk dikarenakan tidak punya biaya untuk operasi SC.Tapi bidan

tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan dirujuk demi keselamatan

janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan

janin maupun ibunya . Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menelong persalinan

tersebut.Sebenarnya dalam hal ini bidan tidak yakin akan berhasil menolong persalinan

dengan keadaan letak sungsang karena dalam pengalaman bidan dalam hal ini masih

belum beditu mendalam. Selain itu juga hal ini bukan wewenang bidan dalam

menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang. Karena keluarga tetap memaksa,

akhirnya bidan mengikuti kemauan klien serta keluarga. Proses persalinan berjalan

sangat lama karena kepala bayi yang tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi

tersebut sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwasanya

5
bidan tersebut tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakat pun juga

tersebar bahwa bidan dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai dengan

prosedur.

KONFLIK : Keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan

melahirkan secara SC dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk membayar operasi.

ISSUE : Dimata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan

tindakan tidak sesuai dengan prosedur dan tidak profesional.

DILEMA : Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk

menolong persalinan resiko tinggi. Dalam hal ini letak sungsang seharusnya ditolong

oleh dokter,tetapi diputuskan untuk menolong persalinan dengan alasan desakan dari

keluarga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk mengambil keputusan.

Contoh Kasus II :

Pada suatu malam dibalai pengobatan Nurhafsina Makasar Tahun 2014 konflik antara

seorang Dokter dengan pasiennya. Pasien titu sebut aja Ny.E datang dengan keluhan sakit

kepala,nyeri hulu hati,flu batuk,mual muntah disertai diar. Dokter pun mulai melakukan

pemeriksaan awal pada Ny. E tersebut dengan mengukur tanda-tanda vitalnya seperti,

tekanan darah,nadi,suhu,pernapasan.

Setelah semua pemeriksaan telah selesai dan dokter pun telah meresepkan obat padanya

Ny. ”E” pun ingin meminta Surat Keterangan Sakit dari dokter tersebut. Ny. ”E” berkata

bahwa Surat Keterangan Sakit ini sangat ia butuhkan karena Perusahaan yang ia tempati

bekerja akan mengurangi atau memotong upah karyawannya jika tidak masuk kerja tanpa

pemberitahuan yang jelas dan jika karyawan itu sakit maka harus menyertakan Surat

Keterangan Sakitnya. Awalnya dokter ini menyetujui pemintaan dari Ny. ”E” dan segera

6
mengambil lembaran Surat Keterangan Sakit untuknya. Saat dokter tersebut sedang

membuat Surat Keterangan Sakitnya, tiba-tiba Ny. ”E” meminta kepada dokter tersebut

agar memberikan dua lembar Surat Keterangan Sakit untuknya. Dokter pun heran dan

bertanya ‘’kenapa dan untuk apa? ’’ lalu Ny. ”E” menjawab bahwa “Surat Keterangan

Sakit yang satunya akan saya berikan kepada anak saya yang juga tidak masuk kerja

karena keluarga suaminya sedang mengalami musibah. Setelah mendengar pernyataan Ny.

”E” tadi maka dokter itu pun langsung menolok permintaan Ny. ”E” tadi dengan alasan

bahwa hal itu melanggar Kode Etik Profesi serta Etika dan Moral seorang Dokter. Akan

tetapi Ny. ”E” tetap berusaha dan pantang menyerah, ia memohon kepada Dokter sambil

menangis dan menyelipkan sebuah amplop kedalam saku dokter tersebut sentak hal itu

membuat dokter tergiur dan akhirya mau memberikan dua lembar Surat Keterangan Sakit

untuk Ny. ”E Hal ini ternyata diketahui oleh Perawat “N” dan segera melaporkannya

kepada Pihak Balai Pengobatan dengan alasan melanggar Kode Etik dan Moral. Dalam

menyelesaikan masalah ini, Pihak Balai Pengobatan memberikan Sanksi kepada dokter

tersebut berupa korsing selama ±1 minggu dan menjelaskan kepada pasien tadi Prosedur

Pemeriksaan di Balai Pengobatan ini . Dokter dan pasien itu pun meminta maaf kepada

Pihak Balai Pengobatan.

Dari konflik diatas maka jelas terjadi pelanggaraan Kode Etik serta Etika dan Moral.

Dokter tersebut melakukan pelanggaran dengan menyalahgunakan Surat Keterangan Sakit

serta menerima suap dari pasien Ny. ”E tanpa memikirkan konsekuensinya dan pasien Ny.

”E” juga melakukan pelanggaran Etika dan Moral dengan memberi suap kepada dokter

tersebut.

7
Berdasarkan kasus diatas maka konflik yang terjadi dalam kasus tersebut dapat dikatakan

sebagai konflik realistis dimana ada salah satu pihak yang merasa dirugikan dan sementara

pihak lainnya memperoleh keuntungan.

Kesimpulan

Dari kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa tindakan menyalahgunakan Surat

Keterangan Sakit dengan menggunakan profesinya sebagai dokter baik yang disengaja

maupun tidak disengaja merupakan sebuah pelanggaran Kode Etik profesinya.

Penyuapan yang dilakukan oleh dokter dan Ny. ”E” itu memang merupakan suatu

pelanggaran Etika dan Moral akan tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang baru kita dengar

karena sudah sering terjadi dalam suatu masyarakat.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaian baik atau buruk
(Jones,1994). Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik
dan buruk serta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk
berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial
budaya, agama dsb, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga
merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik atau buruk walaupun
situasi berada.

B. Saran

 Seorang bidan perlu mengetahui tentang isu etik maupun moral dalam lingkungan
kebidanannya.
 Bidan perlu mengetahui bagaimana mengambil keputusan yang sulit berkaitan dengan
etik.
 Bidan juga harus mengetahui bahwa dalam layananan kebidananseringkali muncul
masalah atau isu di masyarakat berkaitan dengan etik dan moral, dilema serta konflik
yang dihadapi bidan sebagai praktisi kebidanan.

9
10

You might also like