Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

WARTA ARDHIA

Jurnal Perhubungan Udara

Perwujudan/Implementasi Konsep Interaksi Aerotropolis Berbasis Tata Ruang di


Indonesia

Implementation of Aerotropolis Interaction Concept Based Spatial in Indonesia

Jermanto Setia Kurniawan


Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara – Kementerian Perhubungan RI,
Gd. Karya Lt. 24 Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat
email: jermanto@dephub.go.id; jermanto@yahoo.com

INFO ARTIKEL ABSTRACT / ABSTRAK

Histori Artikel: Many business activities or commercial services that are involved around
Diterima: 4 Oktober 2016 the airport serve as the basis of the concept/model of airport city formation
Direvisi: 17 November 2016 which is later become the embryo of the aerotropolis concept. This concept
Disetujui: 15 Desember 2016 evolved organically and is started from the airport itself, where the airport is
not only limited as a proponent of aviation activity. Moreover, there are various
Keywords: kinds of other business activities, so that the airport and the surrounding area
aerotropolis concept, spatial, constitute as an integrated commercial area. The principle of an aerotropolis
integrated planning planning includes the spatial structure, distance, zoning, land-use, area
function main designation, providing business district, integration, and
Kata kunci: connectivity. The aerotropolis planning requires the coordination efforts from
aerotropolis, tata ruang, all stakeholders for the development of the land-use around the airport. The
integrasi perencanaan approach concepts that are offered as the implementation of aerotropolis
development are aligning the concept of aerotropolis into the regional Spatial
Plan and Detailed Spatial Plan; proposing the supporting regulations from
Local Governments to Central Government in the form of Presidential
Regulation as the legal aspect in regard to the development of aerotropolis
region; forming the legal entity for managing aerotropolis area in order to
serve the users and form the joint management together with the stakeholders.

Banyak kegiatan usaha atau jasa komersial di sekitar kawasan bandar


udara menjadi dasar terbentuknya konsep/model kota bandara (airport
city) yang merupakan embrio terbentuknya konsep aerotropolis. Konsep ini
berkembang secara organik dan dimulai dari bandar udara itu sendiri,
dimana bandar udara tak hanya sebatas sebagai pendukung kegiatan
penerbangan. Lebih dari itu, ada berbagai jenis kegiatan bisnis lainnya,
sehingga bandar udara dan wilayah sekitarnya merupakan kawasan
komersial yang terintegrasi. Prinsip perencanaan aerotropolis meliputi
struktur ruang wilayah, jarak, zonasi, tata guna lahan, peruntukan utama
fungsi kawasan, penyediaan kawasan bisnis, integrasi, dan konektivitas.
Dalam perencanaan aerotropolis diperlukan upaya koordinasi dengan para
pihak untuk pengembangan terhadap tata guna lahan di sekitar bandar
udara. Pendekatan konsep yang ditawarkan sebagai implementasi
pengembangan aerotropolis adalah menyelaraskan konsep Aerotropolis ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Daerah; mengusulkan regulasi pendukung dari Pemerintah Daerah
ke Pemerintah Pusat dalam bentuk Peraturan Presiden mengenai
Pengembangan Kawasan Aerotropolis sebagai payung hukumnya;
membentuk Badan Hukum Pengelola Kawasan Aerotropolis dalam rangka
pelayanan satu pintu manajemen bersama-sama dengan para pemangku
kepentingan.

Perwujudan/Implementasi Konsep Interaksi Aerotropolis Berbasis Tata Ruang di Indonesia,


(Jermanto Setia Kurniawan) 195
PENDAHULUAN seperti di Hong Kong, Incheon, Kuala Lumpur
Akibat pertumbuhan volume penumpang dan lain-lain (Kasarda, 2016).
dan kargo, bandar udara terus berkembang Airport city merupakan inti dari
dalam skala dan juga dalam infrastrukturnya, terbentuknya Aerotropolis, sebuah kota mandiri
tidak hanya sebagai link transportasi udara baru yang berkembang di sekitar bandar udara-
tetapi juga yang berkaitan dengan kawasan bandar udara besar.
perdagangan bebas, pusat logistik dan pusat Bandar udara biasanya dikelilingi oleh
pertokoan dan kluster hotel di sekitar kawasan ratusan atau bahkan ribuan hektar tanah yang
bandar udara (Brian Graham and Claire Guyer, belum dikembangkan yang berfungsi sebagai
2000). Fenomena ini selain menimbulkan pembatas dengan lingkungan di sekitarnya.
peningkatan jumlah lalu lintas penumpang dan Lahan inilah yang kemudian dianggap sebagai
kargo juga akan membentuk area di sekitar tambang emas bagi industri properti.
bandar udara menjadi suatu kota baru. Area Di lokasi ini, beragam properti
tersebut terbentuk oleh adanya: dikembangkan seperti: perkantoran, hotel,
1. perusahaan yang menyediakan jasa pusat konvensi, fasilitas medis, zona
transportasi udara; perdagangan bebas, dan bahkan taman hiburan.
2. perusahaan yang membutuhkan pelayanan Semuanya dibangun untuk mendatangkan
jasa transportasi udara; pendapatan baru bagi operator bandar udara
3. kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikan bandar udara sebagai tujuan
tambahan dari pengguna jasa transportasi bisnis maupun wisata.
udara dan karyawan dari perusahaan seperti Konsep airport city terdiri dari sejumlah
pada point 1 dan 2; elemen gabungan yang saling memperkuat satu
4. Perusahaan yang mungkin hanya mencari sama lain. Layanan dan fasilitasnya dirancang
akomodasi dengan akses jalan yang baik. untuk mempermudah para wisatawan selama
Berbagai jenis kegiatan usaha ini berada di area bandar udara. Aksesibillitas
menciptakan efek terhadap percepatan merupakan kunci bagi penumpang, kargo,
pertumbuhan di sekitar kawasan bandar udara. bisnis, warga, dan mereka yang bekerja di kota
Kegiatan bisnis atau usaha yang mendasari bandar udara.
model airport city yaitu bahwa: (1) penumpang, Permasalahannya adalah adanya kendala
sektor bisnis jasa, dan barang memiliki dalam perencanaan lokal dan regional kedepan,
kebutuhan yang belum terpenuhi, (2) terutama disekitar bandar udara lama yang
pertumbuhan wilayah bandar udara terus dikelilingi oleh banyaknya bangunan-bangunan
meningkat dalam ukuran dan kepentingan lama, akan membutuhkan waktu beberapa
ekonomi, dan (3) secara finansial operator tahun untuk perencanaan kedepan dan upaya
bandar udara dan mitra usaha mereka akan koordinasi dengan para pihak untuk
mendapatkan keuntungan (Kasarda, 2008). beradaptasi terhadap tata guna lahan di
Konsep airport city menunjukkan bahwa bandar sekitarnya. Dalam kasus adanya kendala
udara dapat melakukan banyak hal selain batasan secara fisik, perencanaan harus
menyediakan jasa penerbangan dengan mempunyai target dan strategis agar dapat
mengembangkan fasilitas dan jasa komersial disediakan ruang untuk pembangunan dan
non penerbangan, dengan tetap memperhatikan pengembangan kawasan yang lebih besar yang
pendapatan (Kasarda, 2008). akan dimanfaatkan oleh bandar udara.
Model airport city kemudian semakin banyak Pendekatan perencanaan ini belum banyak
diperhitungkan dalam perencanaan area dilakukan oleh bandar udara yang ada saat ini.
komersial dan tata guna lahan bandar udara Sebuah pendekatan baru diperlukan untuk
dengan maksud untuk menghasilkan menyatukan perencanaan bandar udara,
peningkatan pendapatan non-aeronautika. perencanaan kota dan regional dan
Model baru ini hampir secara universal perencanaan situs bisnis secara sinergis dan
digunakan dalam perencanaan bandar udara terintegrasi sehingga pembangunan
Aerotropolis masa mendatang akan lebih efisien

Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 195-202


196
secara ekonomi, estetis serta sosial dan awalnya adalah salah satu pintu keluar masuk
lingkungan yang berkelanjutan. orang dan barang dari suatu tempat ke tempat
Oleh karena itu dalam paper ini akan lainnya. Hal tersebut menjadikan bandar udara
menjelaskan model konsep awal perencanaan sebagai titik fokus utama bagi pengembangan
aerotropolis yang terintegrasi dengan adanya wilayah disekitarnya. Bandar udara berperan
koordinasi dan keseimbangan antara para pihak sebagai sebuah magnet yang akan menarik
yang lebih efektif dan efisien yang berbasis tata kegiatan dan kesibukan orang menjadi semakin
ruang. mendekat ke bandar udara. Semakin besar
jumlah orang yang datang dan pergi, maka akan
TINJAUAN PUSTAKA semakin banyak sarana pendukung yang
Airport city yang berkembang akan dibutuhkan. Awalnya mungkin hanya ada
menimbulkan banyak koridor dan cluster bisnis pergerakan penumpang dan barang. Namun
baru yang terkait jasa penerbangan. Hal ini akan secara lambat laun pergerakan ini akan
menjadi embrio bagi terbentuknya kota baru membutuhkan sarana penunjang yang lain.
yaitu yang disebut sebagai Aerotropolis Penumpang akan membutuhkan sarana
(Kasarda, 2016). Aerotropolis dapat transportasi dari kota ke bandar udara dan
membentang hingga sejauh 20 kilometer dari sebaliknya. Hal ini kemudian menimbulkan
gerbang bandar udara. kegiatan transportasi darat, misalnya: taksi, bus,
Fungsi bandar udara pun berubah menjadi Bus Rapid Transit (BRT), travel, kereta api dan
komplek kota tempat bertemunya bisnis padat lainnya. Selanjutnya para penumpang pesawat
modal dan hubungan komersial yang juga akan membutuhkan makanan dan
terintegrasi. Jika dianalogikan dengan kota minuman, maka muncullah kantin, cafe, rumah
metropolitan, bandar udara menjadi kawasan makan dan sejenisnya. Penumpang wisata yang
pusat bisnis atau dengan kata lain Central hanya memiliki waktu terbatas dan juga
Business Districts (CBD) dalam sebuah penumpang transit, membutuhkan cindera mata
Aerotropolis (Kasarda, 2008). atau souvenir maka akan ada toko-toko
Dengan fungsi bandar udara sebagai airport kerajinan dan oleh-oleh. Kebutuhan berikutnya
city, beberapa bandar udara besar dunia adalah ruang pertemuan, kantor dan fasilitas
memiliki peran yang sama dengan CBD di kota untuk menunjang pertemuan bisnis. Oleh sebab
metropolitan dan menjadi kawasan dengan itu kemudian banyak muncul penyewaan
jumlah pekerja yang signifikan, tempat belanja, ruangan untuk rapat dan kantor di sekitar
pertemuan, dan tujuan mencari hiburan. bandar udara. Kegiatan operasional bandar
Dengan konsep Aerotropolis suatu bandar udara yang berkembang menjadi 24 jam akan
udara akan menjadi pusat kegiatan yang memunculkan kebutuhan berikutnya yaitu
dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung sarana tempat tinggal atau mess bagi pekerja
yang terletak dalam pagar atau luar pagar dan karyawan bandar udara, lalu bermunculan
seperti perkantoran, area komersial, area perumahan, apartemen, hotel dan bisnis rumah
hiburan, layanan kesehatan hingga dunia sewa di sekitar bandar udara tersebut.
akademis dan berbagai industri. Kegiatan bisnis disekitar bandar udara ini
Professor John Kasarda menjelaskan definisi terus berkembang dan pada akhirnya, sebuah
Aerotropolis sebagai “A multimodal freight and bandar udara seakan menyatu dengan kegiatan
passenger transportation complex which support bisnis yang berada disekitarnya. Bandar udara
efficient, cost- effective, sustainable development yang tadinya terpencil jauh dari mana-mana,
in a defined region of economic significant, sekarang menjadi satu komunitas tersendiri.
centered around a major airport” (Kasarda, John Sebuah bandar udara yang tadinya hanya
D. and Lindsay, Greg , 2011). Penjelasan tersebut menjadi bandar udara sebuah kota (city airport)
merupakan proses perkembangan fungsi dari berubah menjadi Airport city. Jika
bandar udara yang ada di sebuah wilayah yang perkembangan itu dalam skala yang lebih besar
tidak hanya sebagai sarana penunjang dan meluas, dimana sebuah bandar udara
transportasi udara saja. Bandar udara pada benar-benar menjadi pusat kegiatan, maka
terbentuklah apa yang dinamakan Aerotropolis.

Perwujudan/Implementasi Konsep Interaksi Aerotropolis Berbasis Tata Ruang di Indonesia,


(Jermanto Setia Kurniawan) 197
Lahirlah istilah terkenal mengenai Aerotropolis : Munculnya konsep Aerotropolis adalah
Airport leaves the city, City follows the airport sebagai bentuk integrasi antara transportasi
Airport becomes a city (Kasarda, John D. and udara dengan perkembangan kota disekitarnya.
Lindsay, Greg , 2011). Hal ini juga dikarenakan adanya tantangan
Aerotropolis adalah strategi pengembangan bandar udara yang harus mengakomodasi
kawasan perkotaan dimana bandara sebagai key kawasan bisnis yang memiliki akses atau
driver yang meliputi tata letak, infrastruktur, terhubung secara langsung dengan pasar
dan kegiatan ekonomi yang melibatkan ekonomi global. Namun karena Aerotropolis
pemangku kepentingan airport planning, urban merupakan konsep baru, belum ada penerapan
planning, dan business planning. atau implementasi secara lengkap mengenai
Bertujuan untuk meningkatkan daya saing konsep Aerotropolis di Indonesia (Direktorat
dengan menurunkan biaya logistik dan Bandar Udara, 2016).
terhubung dengan pusat kegiatan ekenomi Pada prinsipnya perencanaan Aerotropolis
lainnya yang mengedepankan Speed (kepastian yaitu; (1) prinsip struktur ruang wilayah, yang
waktu), Connectivity (pembangunan menempatkan bandar udara memiliki hirarki
infrastruktur) dan Agility (kemampuan tertinggi atau sama dengan pusat kota; (2)
beradaptasi). Aerotropolis akan memberi prinsip jarak, berlokasi dalam radius 30 km; (3)
manfaat positif terhadap peningkatan kinerja prinsip zonasi, yang mengatur pada intensitas
bandara baik bisnis aeronautika maupun non- kepadatan dan ketinggian bangunan dengan
aeronautika (PT. Angkasa Pura II, 2015). mempertimbangkan kawasan keselamatan
Keuntungan penerapan konsep aerotropolis operasional penerbangan dan batas-batas
yaitu secara ekonomi adanya peningkatan kawasan kebisingan dalam pengembangan
jumlah pekerja, infrastruktur dan fasilitas kawasan perkotaan di sekitar bandar udara; (4)
bandar udara. Lalu secara sosial adanya prinsip tata guna lahan, dengan dominasi tata
peningkatan komponen sekolah dan pelayanan guna lahan mixed use; (5) prinsip peruntukan
kesehatan. Dan bagi Pemerintah baik Pusat dan utama fungsi kawasan, sebagai kawasan bisnis
Daerah adanya peningkatan GDP dan dan komersial; (6) prinsip penyediaan kawasan
pendapatan pajak. bisnis, dengan konsep CBD yang
mengakomodasi berbagai bidang bisnis dan
METODOLOGI industri serta mengakomodasi fasilitas hunian;
Dalam penerapan Aerotropolis dikenal (7) Prinsip integrasi, yang terintegrasi dalam
adanya Konsep Interaksi bahwa Bandar udara, penunjang layanan antara pusat kota dan
Airline dan Kawasan disekitar bandar udara bandar udara dan terintegrasi dalam
berperan penting pada pembentukan konektivitas; dan (8) prinsip konektivitas yang
Aerotropolis. Masing-masing memberi terhubung dengan transportasi multimoda yang
kontribusi dan saling tergantung antara satu cepat, terjangkau, dan mudah diakses
dengan lainnya. Tetapi tidak ada satu pihak pun (Ayunintyas, 2013).
yang dapat mengontrol pihak lainnya. Masing- Untuk Indonesia pengembangan
masing memiliki kebebasan, tetapi sekaligus Aerotropolis masih dalam tingkatan tahap
ketergantungan antara satu sama lainnya. Aerospace Park. Aerospace park
Gambar 1. berikut memperlihatkan hubungan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan pesawat
Konsep Interaksi. sehingga menimbulkan market untuk industri
perawatan pesawat, bisnis perawatan pesawat
Bandara
yang berpeluang direbut pihak asing, dan
Indonesia memerlukan bandar udara yang
mampu menyediakan multi fasilitas MRO
(Maintanance, Repair and Overhaul) (Direktorat
Kawasan Airlines
Bandar Udara, 2016).
Saat ini Bandar udara Kualanamu – Sumatera
Gambar 1. Konsep Interaksi Utara dijadikan sebagai model dari penerapan
konsep Aerotropolis. Pada tahap I (satu),

Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 195-202


198
Kualanamu memiliki luas 1.365 hektar dengan ini. Di kawasan tersebut turut berkembang
panjang landas pacu berukuran 3.750 x 60 tempat- tempat hiburan, cafe dan restoran yang
meter dan landas hubung paralel berukuran berkelas (Kasarda, 2008). Strategi
3.750 x 30 meter dan 2.000 x 30 meter dengan pengembangan aerotropolis di Incheon dan
kapasitas penumpang 8 juta orang serta Taoyuan memperlihatkan bahwa aerotropolis
dilengkapi dengan kereta monorel khusus dari termotivasi oleh pariwisata yang diikuti oleh
kota Medan (Direktorat Bandar Udara, 2014). pengembangan bandara yang terkait dengan
hubungan antara kawasan industri dan kawasan
HASIL DAN PEMBAHASAN perumahan. Kriteria kualitas pelayanan suatu
Penerapan konsep Aerotropolis di dunia aerotropolis adalah moda akses bandar udara,
Aerotropolis berkembang secara organik dan transfer hub dan kebijakan perencanaan dari
dimulai dari bandar udara itu sendiri. Di mana pemerintah (Ying Wang, Chien Chang Chou and
bandar udara tak hanya sebatas sebagai Gi Tae Yeo, 2013).
penyokong kegiatan penerbangan. Lebih dari Dengan demikian, proses pergerakan barang
itu, ada berbagai jenis kegiatan bisnis lainnya, dan penumpang bisa dilakukan secara lebih
sehingga bandar udara dan wilayah sekitarnya efisien. Beberapa negara lain juga sudah
merupakan kawasan komersial yang mengembangkan konsep tersebut yaitu Korea
terintegrasi. Selatan di daerah Songdoo (Greis, 2011), Uni
Di negara tetangga terdekat Malaysia konsep Emirat Arab dengan Dubai World Central, India
aerotropolis dikembangkan melalui dengan Bengal Aerotropolis dan Amerika Serikat
superkoridor, yang membentang sepanjang 50 dengan Memphis Aerotropolis. Banyaknya
kilometer, mulai dari Kuala Lumpur hingga penerapan konsep aerotropolis tidak dapat
bandar udara Kuala Lumpur International dipungkiri karena adanya potensi bisnis yang
Airport (KLIA) yang berada di daerah Sepang - besar jika konsep tersebut telah berhasil
Negara Bagian Selangor. Adapun yang menjadi diwujudkan. Secara tidak langsung dampak dari
penghubung utama adalah kereta bandar udara berkembangnya bisnis dalam Aerotropolis akan
ekspres dan jalan bebas hambatan. mempengaruhi keadaan pertumbuhan ekonomi
Irlandia mendirikan kawasan industri berat disekitarnya (Li Yujin and Zhang Zhiyong, 2013).
di dekat Bandar Udara Internasional Shannon
yang berkaitan dengan pengembangan Kebutuhan Ruang dalam Perencanaan
pemrosesan ekspor industri (Li Yujin and Zhang Aerotropolis
Zhiyong, 2013). Di China penerapan konsep ini Dasar pengembangan aerotropolis yaitu
terlihat pada kawasan Sky City yang berada di transformasi bandar udara dari simpul
sekitar Hong Kong International Airport. trannsportasi menjadi simpul ekonomi dengan
Kawasan bisnis ini tak hanya menjadi penopang tetap berpegang pada prinsip keselamatan,
kegiatan penerbangan, melainkan telah keamanan dan pelayanan penerbangan. Potensi
berkembang menjadi kawasan bisnis yang telah bandar udara menjadi daya tarik bagi pelaku
terintegrasi, termasuk di dalamnya taman bisnis dan komersial dimana paradigma
hiburan kelas dunia Disney Land Hong Kong sebelumnya bandar udara adalah fasilitator
serta kawasan perumahan Tung Chung yang pasif namun saat ini paradigma barunya adalah
merupakan daerah tempat tinggal bagi para bandar udara sebagai pengendali aktif bagi
pegawai yang bekerja di kawasan bisnis pengembangan kota dan ekonomi kawasan di
tersebut. Di Belanda konsep ini dapat dilihat sekitarnya. Kunci pengembangan aerotropolis
pada distrik bisnis Zuidas, yang berada di dekat yaitu konektivitas berupa infrastruktur fisik,
bandar udara Schiphol Amsterdam. Di kawasan kecepatan, perspektif jarak tempuh menjadi
tersebut, berdiam kantor pusat berbagai waktu tempuh. Jaminan waktu tempuh dari
perusahaan global yang berbasis di Eropa, di bandara ke pusat aktivitas bisnis dan agility,
antaranya adalah ABN Amro dan ING Bank. Pada yaitu kemampuan untuk cepat merespon
kawasan itu juga terdapat kawasan hunian bagi perubahan.
para professional yang bekerja di distrik bisnis Kebutuhan ruang untuk rancangan
infrastruktur konektivitas yaitu jalan raya dan

Perwujudan/Implementasi Konsep Interaksi Aerotropolis Berbasis Tata Ruang di Indonesia,


(Jermanto Setia Kurniawan) 199
kereta api dan zonasi kebutuhan fasilitas antar moda transportasi publik dari dan menuju
penunjang seperti zona industri, bisnis, bandar udara, yang saat ini masih menjadi
perumahan, manufaktur, kargo dan lain-lain permasalahan utama pengguna bandar udara
harus tertata dengan baik. Lahan fasiltas yang seperti dijelaskan sebelumnya,
dibutuhkan harus sudah disiapkan oleh Tantangan perencanaan aerotropolis yaitu
Pemerintah. perlunya menyeimbangkan kepentingan semua
Dukungan dari Pemerintah baik Pusat dan pihak (airline, operator, investor, pemerintah,
Pemerintah Daerah menjadi sangat vital, komunitas, dll). Setiap bandara memiliki
dimana pembangunan sarana penunjangnya karakter tersendiri di lihat dari segi geografis,
(Hotel, Perkantoran dan Industri) harus ekonomi, politik, dan budaya, sehingga
terkendali dan tertata dengan rapi sesuai memerlukan formula khusus di setiap bandara
dengan Tata Ruang Wilayahnya. Namun untuk dapat terangkai menjadi suatu konsep
permasalahan untuk penerapan konsep Aerotropolis.
Aerotropolis di Indonesia yaitu konsistensi dari Apabila batas antara airport dengan kawasan
penerapan rencana pembangunan dari di sekitar area airport menjadi “samar-samar”,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang maka suatu kawasan yang disebut Aerotropolis
tidak sinergi dengan apa yang sudah telah terbentuk (PT. Angkasa Pura II, 2015).
direncanakan. Sebagai contoh untuk Konsep perencanaan yang komprehensif
pengembangan Bandar Udara Soekarno Hatta harus adanya sinergi antara perencanaan
dimana sesuai rencana induknya akan bandar udara, perencanaan bisnis, dan
direncanakan hingga kebutuhan empat landas perencanaan pengembangan perkotaan.
pacu yang saat ini sulit untuk dikembangkan Perencanaan bandar udara adalah perencanaan
karena sudah terjadi banyak pembangunan di tata guna lahan, rencana induk, fasilitas,
sekitarnya. Padahal penataaan tata guna infrastruktur, logistik, kawasan keselamatan
lahannya sudah diatur dalam Keputusan operasi penerbangan (KKOP) dan batas-batas
Presiden Nomor 64 Tahun 1992 namun seiring kawasan kebisingan (BKK). Dan Perencanaan
berjalannya waktu aturan ini tidak dilaksanakan bisnis adalah perencanaan investasi, studi
oleh Pemerintah Daerah. Selain itu peruntukkan ekonomi, bisnis aerotropolis, analisis resiko.
jalan tol Sedyatmo dalam perencanaannya Sedangkan perencanaan pengembangan
adalah sebagai jalan tol yang didedikasikan perkotaan adalah perencanaan transportasi
hanya untuk akses menuju bandar udara saja darat, perumahan, tempat hiburan, dan
namun sekarang jalan tol tersebut penilaian dampak lingkungan.
dipergunakan sebagai akses jalan bukan menuju Konsep awal yang dapat ditawarkan sebagai
bandar udara saja. implementasi pengembangan aerotropolis
Berdasarkan hal tersebut maka adalah menyelaraskan konsep Aerotropolis ke
diperlukannya interkasi antar berbagai pihak dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
berupa koordinasi dalam setiap perencanaan dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
agar sesuai dengan apa yang sudah Pemerintah Daerah; mengusulkan regulasi
direncanakan. pendukung dari Pemerintah Daerah ke
Untuk pemerintah sebagai regulator Pemerintah Pusat dalam bentuk Peraturan
penataan ruang dan perencanaan bandar udara Presiden mengenai Pengembangan Kawasan
dan pengelola bandar udara sebagai operator Aerotropolis sebagai payung hukumnya;
yang memprakarsai usulan perencanaan bandar membentuk Badan Hukum Pengelola Kawasan
udara di Indonesia, penerapan Aerotropolis Aerotropolis dalam rangka pelayanan satu pintu
dapat dilakukan dengan berpegang pada prinsip manajemen bersama-sama dengan para
perencanaan Aerotropolis. Modal awal yang pemangku kepentingan.
diperlukan adalah komitmen dari pemerintah Kawasan Pengembangan Aerotropolis
dan seluruh stakeholder terkait penerapan merupakan peluang bisnis yang besar bagi
konsep Aerotropolis di Indonesia, dan masyarakat di sekitar bandar udara, oleh sebab
penerapannya dapat diawali dengan itu Pemerintah diharapkan bisa membuat
memfokuskan pada konektivitas dan integrasi penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana

Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 195-202


200
peruntukan usulan pengembangan kewilayahan Diperlukan dukungan pemerintah berupa
aerotropolis yang terintegrasi, selanjutnya komitmen dan sinergitas yang terarah,
rencana peruntukan tersebut dituangkan dalam terintegrasi dan berkelanjutan dari semua
Rencana Umum Tata Ruang Nasional, Rencana stakeholder: pemerintah pusat, pemerintah
Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang daerah serta pelaku usaha dalam
(RDTR) Provinsi dan Kabupaten yang memiliki pengembangan dan implementasi Aerotropolis.
kekuatan hukum. Selain itu diperlukan juga Kerjasama dalam pengembangan aerotropolis
perlindungan terhadap tata guna lahan pada merupakan perwujudan yang sangat
kawasan Aerotropolis dengan membuat suatu diharapkan.
peraturan daerah terkait Tata Ruang dan
Peraturan Presiden terhadap pengembangan DAFTAR PUSTAKA
wilayah/kawasan aerotropolis. Ayunintyas, Y. R. (2013). Prinsip Perencanaan
Aerotropolis. Yogyakarta: MPKD-UGM.
KESIMPULAN
Brian Graham and Claire Guyer. (2000). The Role
Dalam perencanaan aerotropolis diperlukan of Regional Airports and Air Services in the
upaya koordinasi dengan para pihak untuk United Kingdom. Journal of Transport
pengembangan terhadap tata guna lahan di Geography, 249-262.
sekitar bandar udara. Dalam kasus adanya
Direktorat Bandar Udara. (2014). Review
kendala batasan secara fisik, perencanaan harus
Rencana Induk Bandar Udara Kualanamu.
mempunyai target dan strategis agar dapat
Jakarta.
disediakan ruang untuk pembangunan dan
pengembangan kawasan yang lebih besar yang Direktorat Bandar Udara. (2016). Bahan
akan dimanfaatkan oleh bandar udara. Paparan Aerotropolis. Jakarta: Subdit
Pendekatan perencanaan diperlukan untuk Tatanan Kebandarudaraan dan
menyatukan perencanaan bandar udara, Lingkungan.
perencanaan kota dan regional dan Greis, N. P. (2011). The Aerotropolis, The Key to
perencanaan situs bisnis secara sinergis dan Global Competition in the 21st Century.
terintegrasi sehingga pembangunan Kasarda, J. D. (2008). The Evolution of Airport
Aerotropolis masa mendatang akan lebih efisien Cities and the Aerotropolis. Dalam J. D.
secara ekonomi, estetis serta sosial dan Kasarda, Airport Cities, The Evolution.
lingkungan yang berkelanjutan. Pendekatan London: Insight Media.
konsep yang ditawarkan sebagai implementasi Kasarda, J. D. (2016). Aerotropolis. West Sussex
pengembangan aerotropolis adalah UK: John Wiley & Sons Press, 1-8.
menyelaraskan konsep Aerotropolis ke dalam
Kasarda, John D. and Lindsay, Greg . (2011).
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Aerotroplis The Way We'll Live Next. New
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Pemerintah
york: Farrar, Straus and Giroux.
Daerah; mengusulkan regulasi pendukung dari
Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat dalam Li Yujin and Zhang Zhiyong. (2013). Technical
bentuk Peraturan Presiden mengenai Methods of Comprehensive Transportation
Pengembangan Kawasan Aerotropolis sebagai Plans in the Airport Economic Zone. Science
payung hukumnya; membentuk Badan Hukum Direct, 182 - 187.
Pengelola Kawasan Aerotropolis dalam rangka PT. Angkasa Pura II. (2015). Bahan Paparan.
pelayanan satu pintu manajemen bersama-sama Ying Wang, Chien Chang Chou and Gi Tae Yeo.
dengan para pemangku kepentingan. (2013). Criteria for Evaluating Aerotropolis
Perlindungan terhadap tata guna lahan pada Service Quality. The Asian Journal of
kawasan Aerotropolis sangat diperlukan dengan Shipping and Logistics, 395-414.
membuat suatu peraturan daerah terkait Tata
Ruang dan Peraturan Presiden terhadap
pengembangan wilayah/kawasan aerotropolis.

Perwujudan/Implementasi Konsep Interaksi Aerotropolis Berbasis Tata Ruang di Indonesia,


(Jermanto Setia Kurniawan) 201
Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 195-202
202

You might also like