Professional Documents
Culture Documents
Effect of Splinting Concerning Fracture Pain On Patient in Igd Room at A.M Parikesit Hospital Tenggarong
Effect of Splinting Concerning Fracture Pain On Patient in Igd Room at A.M Parikesit Hospital Tenggarong
NO 2 DESEMBER 2015
Effect Of Splinting Concerning Fracture Pain On Patient In Igd Room At A.M Parikesit
Hospital Tenggarong
Alfi Fakhrurrizal
ABSTRACT
Fracture is a potential or actual threat to the integrity of the person whose physiological or
psychological disorder that can cause a pain response. To reduce the pain can be done with
splinting. Then conducted from preliminary study, as many as 2 of 5 respondents still have pain
after get splinting.and 3 another responden not else.The objective is to determine the effect of
splinting on close fracture patient's in Emergency room at A.M Parikesit Hospital, Tenggarong. The
methods are used pre-experimental research methods with one group pre test post test design
approach without control. Then amounted to 15 samples of close fracture clients with insidental
sampling techniques.The characteristics of client close fracture in Emergency room at A.M
Parikesit Tenggarong showed the majority of respondents were between 23 to 37 years old, with
often arises is 20 years old is 13,3 %, male is 66,7 %, and generally Banjarnese is 46,6 %. The
average of pain before splinting is 7.00 with a standard deviation is 1.648. While the average of
pain after done actions splinting is equal to 4,87 with a standard deviation is 1,648. Hypothesis
testing result with t paired statistical test which means that Ho is rejected because the value of p. =
0.001 is smaller than the value of α = 0.05 and pearson r correlation = 0,403 .So Conclusion is That
the intervention of splinting in significantly influence to the level decreased of pain close fracture
client's in Emergency room, at A.M Parikesit Hospital, Tenggarong.
1
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh menetapkan prosedur pemasangan bidai untuk
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 semua pasien yang mengalami fraktur yang
orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan terjadi pada tulang panjang, misalnya fraktur
lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak pada femur, tibia, fibula serta radius dan
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda ulna, baik pada fraktur tertutup maupun
tajam/ tumpul, yang mengalami fraktur fraktur terbuka . Hal ini bertujuan untuk
sebanyak 236 orang (1,7%). Dan berdasarkan mencegah terjadinya kerusakan fragmen
RISKESDAS tahun 2013, disebutkan dari tulang atau jaringan yang lebih parah.
84.774 orang kasus cedera 5,8 % mengalami Adapun fungsi pemasangan bidai yang dapat
patah tulang (fraktur). mengurangi rasa nyeri pada pasien, tidak
Berdasarkan data yang diperoleh di dikaji lebih jauh. Belum ada pengkajian
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD. A.M yang meliputi skala nyeri yang dirasakan
Parikesit Tenggarong jumlah pasien fraktur pasien, juga pengaruh pembidaian terhadap
pada tahun 2013 terdapat 648 kasus fraktur intensitas nyerinya, berkurang atau justru
dengan kasus fraktur tertutup sebanyak 473 bertambah . Selama ini, nyeri yang dirasakan
kasus (72,99%) . pasien hanya ditindak lanjuti dengan
Terjadinya fraktur mengakibatkan adanya pemberian analgetik .
kerusakan syaraf dan pembuluh darah yang Dari studi pendahuluan yang dilakukan
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri terus menerus peneliti, 2 dari 5 orang responden
dan bertambah beratnya sampai fragmen menyatakan masih nyeri setelah dilakukan
tulang diimobilisasi .Spasme otot yang pembidaian, 3 lainnya menyatakan nyeri
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai berkurang.
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan Mengetahui fenomena ini maka
gerakan antar fragmen tulang. Nyeri yang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
timbul pada fraktur bukan semata-mata dengan judul “ Pengaruh pembidaian
karena frakturnya saja, namun karena adanya terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien
luka jaringan disekitar tulang yang patah Fraktur tertutup di Ruang IGD RSUD A.M
tersebut dan pergerakan fragmen tulang. Parikesit Tenggarong. ”
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat
diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga TUJUAN PENELITIAN
dengan teknik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik 1. Tujuan Umum
imobilisasi dapat dicapai dengan cara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemasangan bidai atau gips. pengaruh pemasangan bidai terhadap
Pembidaian adalah berbagai tindakan penurunan rasa nyeri pada pasien fraktur
dan upaya untuk mengistirahatkan bagian tertutup di ruang IGD Rumah Sakit Umum
yang patah. Pembidaian adalah suatu cara Daerah A.M Parikesit Tenggarong.
pertolongan pertama pada cedera/trauma 2. Tujuan Khusus
sistem muskuloskeletal untuk Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh mengidentifikasi:
kita yang mengalami cedera dengan a. Karakteristik responden pada fraktur
menggunakan suatu alat. Pembidaian ini tertutup ( usia, jenis kelamin, suku,
bertujuan untuk mengurangi dan pendidikan, pekerjaan ) di Ruang IGD Rumah
menghilangkan rasa nyeri, mencegah gerakan Sakit Umum Daerah A.M Parikesit
patah tulang yang dapat mengakibatkan Tenggarong.
kerusakan jaringan lunak sekitarnya b. Nyeri pada responden fraktur
(Smeltzer, 2002). Pembidaian dapat tertutup sebelum dilakukan pemasangan bidai
menyangga atau menahan bagian tubuh agar di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang A.M Parikesit Tenggarong.
dikehendaki, sehingga menghindari bagian c. Nyeri pada responden fraktur tertutup
tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya dan setelah dilakukan pemasangan bidai di ruang
dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri. IGD Rumah Sakit Umum Daerah A.M
Di ruang instalasi gawat darurat Parikesit Tenggarong.
RSUD. A.M Parikesit Tenggarong
2
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
d. Perbedaan skala nyeri pada responden melibatkan satu kelompok subyek, dimana
fraktur tertutup sebelum dan sesudah tindakan kelompok subyek diobservasi sebelum
pembidaian di Ruang IGD Rumah Sakit dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
Umum Daerah A.M Parikesit Tenggarong. lagi setelah dilakukan intervensi.(Nursalam,
2011). Observasi yang dilakukan sebelum
METODE PENELITIAN eksperimen disebut pre test, dan observasi
sesudah eksperimen disebut post-test.
Jenis rancangan penelitian pre eksperimen Perbedaan antara pre test dan post test
one group pre post test design dengan tidak diasumsikan merupakan efek dari treatment
menggunakan kelompok pembanding atau eksperimen. (Arikunto,2012)
(kontrol). Penelitian ini mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan cara
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruang IGD RSUD. A.M Parikesit
Tenggarong Samarinda ,
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat klien termuda adalah 15 tahun dan usia
diketahui bahwa rata-rata umur klien tertua adalah 55 tahun
fraktur tertutup adalah 31 tahun. Umur
.
b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, suku, pendidikan dan pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku, Pendidikan dan Pekerjaan
di Ruang IGD RSUD A.M Parikesit Tenggarong
Variabel Frekuensi %
Jenis kelamin
Laki-laki 10 66,7
Perempuan 5 33,3
Total 15 100
Suku
Jawa 3 20
Bugis 3 20
Banjar 7 46,6
Kutai 1 6,7
Dayak 1 6,7
Total 15 100
Pendidikan
SMP 2 13
SMA 7 47
Perguruan Tinggi 6 40
Total 15 100
3
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
Pekerjaan
Belum Bekerja 4 27
IRT 2 13
Swasta 6 40
PNS 3 20
Total 15 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa SMA sebanyak 7 orang ( 47 % ) kemudian
proporsi responden yang menderita fraktur disusul PT dan SMP. Responden yang
tertutup yaitu berjenis kelamin laki-laki memiliki pekerjaan swasta sebanyak 6
sebanyak 10 responden (67%), sedangkan orang (40%) kemudian disusul belum
responden perempuan sebanyak 5 bekerja karena sedang menempuh
responden (33%). Mayoritas responden pendidikan, PNS dan sebagai IRT.
adalah suku Banjar sebanyak 7 orang c. Gambaran distribusi responden
(46,6%) dan responden minoritas bersuku berdasarkan skala nyeri sebelum dan
Kutai dan Dayak yaitu masing-masing 1 sesudah tindakan
orang (6,7%). Responden berpendidikan
95% CI
Variabel N Mean S.D Min Max
Low Up
Skala Nyeri
sebelum 15 7,00 1,648 5 10 6,09 7,91
Pembidaian
Skala Nyeri
Sesudah 15 4,87 0,743 4 6 4,46 5,28
Pembidaian
Sumber : Data Sekunder
kejadian fraktur dapat terjadi pada berbagai
Dari tabel di atas didapatkan bahwa suku yang ada, terutama pada mayoritas
rata-rata skala nyeri pasien dengan fraktur suku yang mendiami wilayah tersebut.
tertutup sebelum dilakukan tindakan
1. Analisa Bivariat
pembidaian di IGD adalah berskala nyeri 7,
Dalam menganalisa bivariat
dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal
menggunakan uji t sampel berpasangan
10. Setelah dilakukan tindakan pembidaian
untuk mengetahui ada atau tidaknya
adalah berskala nyeri 4,87 dengan nilai
pengaruh nyeri pada klien fraktur sebelum
minimal 4 dan nilai maksimal 6.Hal ini
dengan sesudah dilakukan tindakan
didukung dengan data dari Biro Pusat
pembidaian. Hasil yang diperoleh adalah
Statistik Samarinda (2013) bahwa
seperti pada Tabel 4.4 berikut.
mayoritas suku yang berada di Samarinda
adalah suku Jawa. Menurut asumsi peneliti,
Tabel 4.4 Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada Pasien Fraktur
Tertutup di Ruang IGD RSUD A.M Parikesit Tenggarong
4
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
Dari tabel di atas didapatkan bahwa menunjukkan p-value (0,001) yang lebih
rata - rata skala nyeri pasien dengan kecil dari alfa (0,05), dengan demikian
fraktur tertutup sebelum dilakukan dapat disimpulkan terdapat pengaruh
tindakan pembidaian di IGD adalah yang signifikan antara pembidaian
berskala nyeri 7,00 sedangkan setelah dengan penurunan rasa nyeri pada pasien
dilakukan tindakan pembidaian adalah fraktur tertutup di Ruang IGD RSUD.
berskala nyeri 4,87. Dari tabel di atas juga A.M Parikesit Tenggarong.
A. Pembahasan beraktivitas di luar dibandingkan
1. Analisa Univariat perempuan, sehingga kemungkinan
mengalami kecelakaan lalu lintas lebih
a). Karakteristik responden besar. Hal ini sejalan dengan penelian
1). Usia Simarmata (2008) yang menyebutkan
laki – laki lebih banyak yang mengalami
Berdasarkan hasil penelitian dapat kejadian kecelakaan lalu lintas dan
diketahui bahwa rata-rata umur klien penelitian Nurchairiah (2014) yang
fraktur tertutup di IGD RSUD A.M menyebutkan laki-laki banyak mengalami
Parikesit Tenggarong adalah 30 tahun. fraktur.
Umur klien fraktur termuda adalah 15 Faktor jenis kelamin ini dalam
tahun dan usia tertua adalah 37 tahun . hubungannya dengan faktor yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan mempengaruhi nyeri adalah bahwasanya
penelitian Simarmata (2008) bahwa pada laki-laki dan wanita mempunyai
kejadian kecelakaan usia pengendara perbedaan secara signifikan mengenai
sepeda motor berada pada rentang 21 – 30 respon mereka terhadap nyeri. Hal ini
tahun . tidak sesuai dengan teori yang
Asumsi peneliti, rentang usia diatas mengungkapkan bahwa masih diragukan
adalah usia produktif dan remaja, yang bahwa jenis kelamin merupakan faktor
memiliki mobilitas tinggi dengan yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.
berbagai aktifitas dan cenderung labil Misalnya anak laki-laki harus berani dan
dalam berkendaraan. Sehingga kejadian tidak boleh menangis dimana seorang
kecelakaan lalu lintas cenderung tinggi wanita dapat menangis dalam waktu yang
terjadi pada usia ini.Dan berdasarkan sama. Penelitian yang dilakukan Burn,
RISKESDAS tahun 2013, disebutkan dari dkk.(1989) dikutip dari Potter & Perry,
84.774 orang kasus cedera 5,8 % 1993.
mengalami patah tulang (fraktur). c). Budaya ( suku )
b). Jenis kelamin Berdasarkan penelitian ini,
Dari penelitian ini didapatkan responden terbanyak adalah suku Banjar
sebanyak 5 responden (33,3 % ) adalah yaitu sebanyak 7 orang (46,6 %),
perempuan dan untuk laki-laki sebanyak kemudian suku jawa dan Bugis yaitu
10 0rang (66,7 %), bila dilihat ditemukan masing – masing 3 orang (20 %), serta
perbedaan jumlah jenis kelamin antara suku Kutai dan Dayak yaitu masing –
laki-laki dan perempuan, dan dapat masing 1 orang (6,7 %) .
dikatakan bahwa perbandingan (ratio) Asumsi peneliti, Suku Banjar,
klien fraktur pada perempuan lebih Dayak dan Kutai adalah penduduk asli di
rendah dari pada laki - laki. Kalimantan Timur. Hal ini sejalan dengan
Asumsi peneliti, hal ini terjadi karena penelitian Nurchairiah ( 2014 ), di Pekan
laki - laki cenderung lebih aktif
5
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
Baru, dimana penduduk asli ( Melayu ) nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap
adalah responden terbesar. nyeri (Andarmayo, 2013).
Pasien dengan latar belakang
e). Pekerjaan
budaya yang lain bisa berekspresi secara
Gambaran pekerjaan pada pasien
berbeda, seperti diam seribu bahasa
responden terbanyak adalah memiliki
ketimbang mengekspresikan nyeri klien
pekerjaan swasta yaitu sebanyak 6 orang
dan bukan perilaku nyeri karena perilaku
(40%) kemudian disusul belum bekerja
berbeda dari satu pasien ke pasien yang
karena sedang menempuh pendidikan, PNS
lain (Smeltzer & Bare, 2002).
dan sisanya sebagai IRT.
Penelitian ini sesuai teori yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan
mengungkapkan bahwa keyakinan dan
penelitian Ritonga (2012), yang menyebutkan
nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
kecelakaan paling banyak melibatkan
individu mengatasi nyeri. Individu
pengendara dengan jenis pekerjaan swasta
mempelajari apa yang diharapkan dan apa
(67,7 %).
yang diterima oleh kebudayaan mereka.
Asumsi peneliti, orang yang
Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
pekerjaannya swasta , cenderung lebih banyak
terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud,
bekerja di luar ruangan dan beraktifitas di
1991). Dapat disimpulkan bahwa
lapangan. Hal ini sejalan dengan data dari
mengenali nilai-nilai budaya yang
Bappeda Samarinda (2013), bahwa lapangan
memiliki seseorang dan memahami
usaha pertambangan mampu menyerap
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-
25.816 jiwa.
nilai kebudayaan lainnya membantu
untuk menghindari mengevaluasi perilaku b). Nyeri Sebelum Dilakukan
pasien berdasarkan harapan dan nilai Tindakan pembidaian
budaya seseorang serta dapat membantu Berdasarkan Tabel 4.3, dapat
perawat dalam mengenali nyeri pada diketahui bahwa rata-rata nyeri klien sebelum
klien tertentu. dilakukan tindakan pembidaian 7,00. Skala
klien fraktur sebelum dilakukan tindakan
d). Pendidikan
pembidaian yang terendah adalah 5 dan yang
Gambaran pendidikan responden
tertinggi adalah 10.
terbanyak adalah berpendidikan SMA
Nyeri didefinisikan sebagai suatu
sebanyak 7 orang ( 47% ) kemudian
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
disusul PT dan SMP. Sehingga dapat
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
disimpulkan bahwa pasien dengan dengan
mengalaminya (Tamsuri, 2007). Dari
fraktur tertutup lebih banyak yang
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
berpendidikan SMA.
nyeri merupakan hal yang tidak
Asumsi peneliti, usia SMA adalah
menyenangkan dan dari hasil penelitian skala
usia produktif yang mobilitasnya tinggi,
nyeri sebelum dilakukan tindakan rata-rata
banyak beraktivitas di luar dan cenderung
adalah 7 sedangkan laporan skala nyeri yang
labil dalam berkendaraan, sehingga angka
dirasakan tertinggi adalah 10 orang
kejadian kecelakaan dan fraktur banyak
merupakan nyeri berat, ini sesuai dengan teori
terjadi pada orang yang berpendidikan
Smeltzer & Bare (2002) bahwa nyeri adalah
SMA.
pengalaman sensori dan emosional yang tidak
Hal ini sejalan dengan penelitian
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
Ritonga (2012) bahwa usia SMA adalah usia
yang aktual dan potensial. Ketika terjadi
produktif yang mobilitasnya tinggi dan
fraktur, bagian - bagiannya tak dapat
cenderung labil dalam berkendaraaan.
digunakan dan cenderung bergerak secara
.Seseorang dengan pendidikan tinggi
tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
akan lebih mudah untuk mengkomunikasikan
tetap rigid seperti normalnya. Otot akan
skala nyerinya. Biasanya dengan pendidikan
berespon secara alamiah, yaitu dengan
yang tinggi dapat mengungkapkan secara baik
berkontraksi, tujuannya adalah untuk
memaknai nyeri yang dialami sudah pada
membebat dan melindungi daerah yang
skala berapa. Dapat memaknai skala nyeri
cedera . Kontraksi terus menerus akan
pada seseorang mempengaruhi pengalaman
menyebabkan nyeri.
6
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
8
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
10
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3. NO 2 DESEMBER 2015
11