09 Pulau Dua - KLM .FNSH .

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PENGELOLAAN CAGAR ALAM PULAU DUA DI PROVINSI BANTEN

SEBAGAI EKOSISTEM BERNILAI PENTING


(Management of Pulau Dua Natural Reserve in Banten Province as
Important Value Ecosystem)*)
Oleh/By :
Mariana Takandjandji1 dan/and Rozza Tri Kwatrina2
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor
E-mail : rambu_merry@yahoo.co.id
2
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Sibaganding Km 10,5 Aek Nauli Parapat - 21174 Sumatera Utara Telp. (0625) 41659 dan 41653
E-mail : rozza_165@yahoo.co.id
*)Diterima : 18 September 2009; Disetujui : 15 Juni 2010

ABSTRACT
Pulau Dua Natural Reserve is an unique original ecosystem of mangrove having rich of mangrove
vegetations and important roles of birds habitat. The existence of this nature preservation is mainly to
protect the mangrove ecosystem in order to maintain birds habitat and bird species diversity. The
preservation is also aimed to increase local and migrant birds population. For that reasons, the mangrove
ecosystem is necessarily to be managed properly for present and future generation. There are some threats
of the existing ecosystem mangrove. The main disturbances of the ecosystem come from sea abration,
hunting, fuelwood source of local people, and unmanaged rubbish bin. These local people activities are
gradually increase and in turn significantly contribute on degradation of the mangrove ecosystem and its
functions.
Keywords : Management, Pulau Dua Natural Reserve, ecosystem important value, conserv, migrant birds

ABSTRAK
Cagar Alam Pulau Dua memiliki karakteristik ekosistem yang bernilai penting untuk berbagai jenis burung
dan mangrove. Eksistensinya sebagai cagar alam diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman jenis, populasi, dan vegetasi habitat burung langka, terancam punah serta burung migran,
oleh karena itu sumberdaya alam dan ekosistem kawasannya perlu dikelola secara optimal agar berperan
menjadi sumber dan penunjang kehidupan biota ekosistem perairan sebagai sumber pakan burung. Ancaman
yang sangat mengganggu kehidupan dan habitat spesies tersebut, antara lain adalah abrasi, perburuan,
pencarian kayu bakar dan sampah yang berserakan. Ancaman tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya
areal yang terbuka, penurunan populasi flora dan fauna termasuk jenis-jenis yang dilindungi, endemik dan
terancam punah, merosotnya kualitas dan kuantitas habitat satwaliar.
Kata kunci : Pengelolaan, Cagar Alam Pulau Dua, ekosistem bernilai penting, lestari, burung migran

I. PENDAHULUAN atan. Tingginya aspek pengawetan pada


cagar alam merupakan konsekuensi dari
Cagar Alam (CA) Pulau Dua merupa-
sebuah kawasan suaka alam yang memi-
kan salah satu kawasan konservasi dalam
liki fungsi pokok sebagai kawasan peng-
wilayah Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat de- awetan keanekaragaman tumbuhan dan
ngan ciri khas ekosistem mangrove dan satwa, sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan, sebagai tempat penelitian, pe-
burung-burung air baik migran maupun
ngembangan ilmu, pendidikan dan pe-
lokal, sebagai sebuah kawasan konserva-
nunjang budidaya (Peraturan Pemerintah
si, maka fungsi pengawetan berperan sa-
ngat besar dibandingkan aspek pemanfa- No. 68, 1998), oleh karena itu sumber-
daya alam dan ekosistem kawasan CA
95
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

Pulau Dua perlu dikelola, dijaga, dilesta- Pulau Dua yang dikenal dengan se-
rikan dan dimanfaatkan secara optimal butan Pulau Burung, ditetapkan sebagai
agar menjadi sumber dan penunjang kehi- Cagar Alam berdasarkan BG (Besluit
dupan manusia, baik untuk generasi seka- Gouvernements) tanggal 30 Juli 1937 No-
rang maupun yang akan datang. mor 21 Stbl 49 dengan luas 8 ha. Pulau
Dalam perkembangannya, CA Pulau Dua berdekatan dengan Pulau Satu tetapi
Dua telah mengalami perubahan-peru- terpisah dengan Pulau Jawa. Pulau Dua
bahan dari segi fisik, biotik dan sosial bu- merupakan sebuah pulau kecil dengan da-
daya. Perubahan yang terjadi disebabkan taran rendah, pada bagian utara sebagian
peristiwa alam dan ada juga yang meru- besar merupakan hutan mangrove. Pada
pakan dampak dari kegiatan manusia awalnya sebagian pulau merupakan areal
yang mengakibatkan perubahan pada pertanian, namun saat ini telah ditumbuhi
sempadan pantai, rusaknya beberapa ba- semak sehingga areal pertanian semakin
gian vegetasi mangrove dan terbukanya menyempit. Pulau Satu merupakan pulau
akses manusia ke dalam kawasan cagar karang (pulau koral) kecil yang terletak
alam. Di sisi lain, kawasan sekitar CA sekitar 600 m dari wilayah timur dan ter-
Pulau Dua merupakan kawasan yang pen- masuk areal reservasi alam. Pulau Satu
ting bagi manusia dalam rangka meme- memiliki lebar 200 m dan merupakan da-
nuhi kebutuhan hidupnya dan juga bagi erah penyangga yang memanjang ke se-
satwa terutama burung air sebagai habitat latan sampai dengan areal tambak pada
dan tempat persinggahan (Milton dan batas pantai.
Marhadi, 1985). Dalam beberapa aspek, Pada perkembangan selanjutnya, ta-
pengelolaan Pulau Dua sebagai CA telah hun 1978 selat sepanjang kira-kira 500
dilaksanakan oleh BKSDA Jawa Barat I meter yang memisahkan Pulau Dua de-
sebagai pengelola, namun dengan sema- ngan Pulau Jawa tertimbun oleh lumpur
kin luasnya pola penggunaan lahan dan dan pasir, sehingga Pulau Dua menyatu
akses manusia ke dalam kawasan CA, dengan Pulau Jawa. Penyatuan antara Pu-
perlu tinjauan lebih lanjut untuk meng- lau Jawa dan Pulau Dua tersebut disebab-
evaluasi pengelolaan CA yang ada agar kan adanya tanah yang timbul di seki-
fungsi pokoknya sebagai kawasan peng- tarnya, yang dalam istilah geologi disebut
awetan tercapai. tombolo. Sejak saat itu untuk mencapai
Tulisan ini menjelaskan tentang bebe- Pulau Dua dapat dilakukan melalui jalan
rapa potensi, ancaman dan gangguan darat. Tanah timbul tersebut ditumbuhi
yang ada di Cagar Alam (CA) Pulau Dua oleh jenis tanaman Avicenia marina yang
serta alternatif pengelolaan yang dapat menjadi tempat burung bersarang (Milton
dilakukan agar fungsi pengawetan, pe- dan Marhadi, 1985 dalam Dishut Jabar
ngelolaan biodiversitas dan pemanfaatan 2008). Bersatunya Pulau Dua dengan Pu-
dapat berjalan baik. Diharapkan tulisan lau Jawa, maka dalam rangka upaya per-
ini dapat memberikan gambaran atau lindungan dan pengawetan satwa burung
alternatif pengelolaan, sehingga dapat dan habitatnya, melalui Surat Keputusan
memperbaiki kondisi Cagar Alam Pulau Menteri Kehutanan Nomor: 253/KptsII/
Dua. 1984 tanggal 26 Desember 1984, CA Pu-
lau Dua diperluas dari 8 ha menjadi 30
ha. Gambar 1 menunjukkan pintu masuk
II. KONDISI UMUM CAGAR ALAM ke lokasi CA Pulau Dua.
PULAU DUA 2. Letak dan Luas Kawasan
A. Kondisi Fisik Kawasan Secara geografis Cagar Alam Pulau
Dua terletak pada 106°11'38"-106°13'14"
1. Sejarah Kawasan Bujur Timur dan 6°11'5"-6°12'5" Lintang
96
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

Gambar (Figure) 1. Pintu masuk CA Pulau Dua (Pulau Dua Natural Reserve Entrance)

Selatan. Secara administratif pemerin- di atas permukaan laut. Keadaan umum


tahan terletak di Desa Sawah Luhur, Ke- fisik tanah pada bagian Barat pulau agak
kering sedangkan bagian Timur umum-
camatan Kasemen, Kabupaten Daerah
nya rendah dan berawa. Kondisi tanah di
Tingkat II Serang. Berdasarkan Surat Ke-
Pulau Dua terdiri dari kandungan pasir
putusan Menteri Kehutanan Nomor 253/
yang tinggi dan tidak mampu menahan
KptsII/1984 Tanggal 26 Desember 1984
air hujan, sehingga tanah umumnya ke-
kawasan Pulau Dua ditetapkan sebagai
ring. Sumber air tawar tidak ada dan air
Cagar Alam dengan luas 30 ha dan diper-
rawa berasal dari laut yang menggenangi
untukkan sebagai perlindungan berbagai
ketika pasang.
jenis burung, berada di bawah pengelo-
laan Bidang KSDA Wilayah I Serang, 4. Iklim
Balai Besar KSDA Jawa Barat. Menurut klasifikasi Schmidt dan Fer-
Kondisi dan posisi CA dalam Pulau guson (1951), kondisi iklim Pulau Dua
Dua merupakan tempat perlindungan dan termasuk tipe iklim B dengan curah hujan
pengawetan bagi burung-burung pantai rata-rata 3.959 mm/tahun, suhu berkisar
dan habitatnya serta merupakan kawasan antara 22°C-33°C dengan kelembaban
penting bagi masyarakat sekitarnya untuk udara 80% (Dinas Kehutanan Provinsi
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti Jawa Barat, 2007). Milton dan Marhadi
tambak dan lahan pertanian. (1985) mengatakan, curah hujan rata-rata
3. Topografi di dalam kawasan Pulau Dua sebesar
1.500-2.000 mm per tahun yang terbasah
Topografi kawasan ini secara kese-
sedangkan bulan Januari dan Agustus
luruhan relatif datar, tidak terdapat bukit-
merupakan bulan terkering dengan tem-
bukit dan ketinggiannya berkisar antara
peratur rata-rata 26°C. Menurut Silvius
1-3 m di atas permukaan laut. Kawasan
et al. (1987), Pulau Dua memiliki curah
ini terletak pada dataran rendah yang
hujan rata-rata antara 1.000-2.500 mm
mendekati pantai dengan topografi datar
per tahun dengan temperatur rata-rata
dan ketinggian antara 0-10 m dpl (Dinas
18°C-22°C. Selanjutnya Anonymous
Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2007).
(2004) dalam Sinar Harapan disebutkan
Menurut Silvius et al (1987), Pulau Dua
bahwa suhu di Pulau Dua berkisar antara
memiliki ketinggian tempat antara 0-4 m
26-32°C.
97
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

5. Aksesibilitas tanian didominasi oleh Hibiscus tiliaceus


L., Sterculia foetida L., Allophylus cobbe
Pulau Dua dapat dicapai dengan
(L) Blume, Ixora timorensis Decne.,
menggunakan perahu dari pelabuhan laut
Tamarindus indica L. dan Erythrina sp.
Tanjung Priok atau dari Marina, Ancol.
Ekosistem asli kawasan CA Pulau
Selain melalui laut, Pulau Dua dapat di-
Dua adalah hutan mangrove yang me-
capai melalui jalan darat yang ditempuh
miliki berbagai tumbuhan pantai dan ter-
dari rute Jakarta langsung ke Serang,
diri dari lima komunitas seperti jenis api-
Banten dalam waktu ± 6 jam sepan-
api (Avicennia marina Vierh.), bakau
jang 90 km dengan kondisi jalan yang
(Rhizopora apiculata BI.) dan Diospyros
relatif baik dan dapat dilalui oleh semua
jenis kendaraan. Selanjutnya dari Desa maritime pada bagian Timur dan tum-
Kasemen ke CA Pulau Dua dicapai de- buhan campuran antara laut dan darat
seperti santigi. Bahkan pada garis pantai
ngan berjalan kaki dengan waktu selama
± 20 menit (Dinas Kehutanan Provinsi Ja- bagian Timur menghadap Utara dijumpai
wa Barat, 2007). formasi tumbuhan api-api yang masih
Pulau Dua yang pada awalnya terle- muda sebagai akibat dari kemungkinan
tak di dekat kota lama Banten, dapat di- pengaruh perluasan pulau. Pada pantai
tempuh dengan jalan kaki menyusuri tepi bagian Timur di tempat terbuka terdapat
laut saat air surut. Pengunjung dapat kumpulan tanaman beluntas (Pluchea in-
menggunakan perahu menuju Pulau Dua dica Less.) dan beberapa semak kecil
secara cepat dan aman. Namun kini, jalan lainnya. Lebih ke arah laut, terlihat rum-
darat menjadi mungkin karena muncul- put tembaga atau gelang laut (Sesuvium
nya tombolo (tanah yang muncul atau portulacastrum L.) dan rerumputan ber-
timbul yang menghubungkan Pulau Jawa daun tajam serta rumput angin (Spinifex
dengan Pulau Dua). littoreus Merr.). Makin ke dalam pulau,
terlihat rawa-rawa yang didominasi oleh
api-api diselingi bakau (Rhizophora api-
B. Kondisi Biotik
culata BI.) dan Sonneratia sp., ki duduk
1. Flora (Phempis acidula), ki getah dan waru laut
Cagar Alam Pulau Dua termasuk tipe (Hibiscus tiliaceus L.). Sementara di se-
vegetasi hutan dataran rendah dan seba- belah Utara, tanahnya berpasir dan kering
gian merupakan tipe ekosistem payau serta lebih tinggi, dengan tumbuhan yang
(mangrove). Jenis flora yang terdapat di dijumpai yaitu ki ribut, ki hoy, tulang
kawasan ini di antaranya adalah kepuh ayam, kekapasan serta sawo kecik (Ma-
(Sterculia foetida L.), ketapang (Termi- nilkara kauki Dubard.). Tebing pantai di-
nalia catappa L.), bangka (Bruguiera hiasi dengan dadap (Erythrina variegata
sp.), api-api (Avicennia sp.), dadap L.), waru laut (Hibiscus tiliacus L.) dan
(Erythrina variegata L.), cangkring kepuh (Sterculia foetida L.). Semak
(Erythrina fusca Lour.) dan pace atau menghuni tempat yang terbuka dan ada
mengkudu (Morinda citrifolia L.). Vege- juga lalang kapan (Widelia biflora L.)
tasi mangrove yang terdapat di kawasan serta pace atau mengkudu (Morinda citri-
ini adalah api-api (Avicennia marina folia L).
Vierh.) yang didominasi oleh tanaman 2. Fauna
muda pada hutan wilayah berpasir. Te-
Cagar Alam Pulau Dua merupakan
gakan yang lebih tua terdiri dari jenis
tempat persinggahan dan berkembang-
Rhizophora spp., Lumnitzera racemosa
biak beberapa jenis burung migran dan
Willd., Aegiceras corniculatum L., Son-
burung-burung kecil lainnya terutama
neratia alba Smith., Bruguiera cylindrica
pada bulan Maret-Juli, dimana beribu-
L. dan Avicennia marina Vierh. Pertum-
ribu burung bersatu di pulau ini untuk
buhan sekunder pada areal bekas per-
98
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

bertelur, menetas dan membesarkan Gmelin.), kuntul perak kecil (Egretta


anaknya, oleh karena itu saat yang baik garzetta L.), kuntul kerbau (Bubulcus ibis
untuk berkunjung ke CA Pulau Dua ada- L.), pecuk padi (Phalacrocorax niger
lah pada bulan Maret sampai Juli karena Vieillot.), roko-roko (Plegadis falci-
pengunjung dapat melihat banyak burung nellus), koak merah (Nycticorax caledo-
migran. nicus Gmelin.) dan koak maling (Nyctico-
Menurut hasil penelitian Milton dan rax-nycticorax L.). Jenis reptilia terdiri
Marhadi (1985), jumlah burung di Pulau dari biawak (Varanus salvator Laurenti.)
Dua lebih dari 14.000 ekor terdiri dari 90 dan ular sanca (Phyton reticulatus Gray.).
jenis, dimana 29 jenis diantaranya terma- Jenis satwaliar lainnya yang sering dite-
suk jenis burung migran. Sementara Sil- mui di kawasan ini adalah kucing hutan
vius et al. (1987) mengatakan bahwa Pu- (Felis bengalensis Kerr.). Sejumlah bu-
lau Dua didiami oleh 50 jenis burung pe- rung tersebut ada yang bersifat aquatic,
makan ikan. Pulau yang masih asli ini arboreal serta ada yang telah dilindungi
merupakan salah satu tempat perlin- dengan kategori Vulnerable 1 dan terma-
dungan utama burung-burung Indonesia, suk ke dalam Appendix I (CITES), yaitu
dimana lebih dari 50.000 burung singgah Mycteria cinerea Raffles., sedangkan
selama musim dingin atau musim kawin. yang termasuk ke dalam Appendix II
Jenis burung migran yang terdapat di da- (CITES), yaitu Caprimulgus affinis Hors-
lam kawasan CA Pulau Dua adalah bu- field.
rung kuntul putih besar (Egretta alba L.),
3. Sosial Ekonomi Masyarakat
ibis (Plegadis falcinellus L.), itik kelabu
(Anas gibberifrons Mủller.), raja udang Jumlah penduduk di Kecamatan Ka-
biru (Alcedo coerulescens Vieillot.) dan semen (Pulau Dua terletak pada Keca-
pelikan (Pelicanidae). Burung herons (ca- matan Kasemen) berjumlah 66.889 orang
ngak dan blekok), burung storks (Myc- terdiri dari laki-laki 33.709 orang dan
teria cinerea Raffles.) dan beberapa jenis perempuan 33.180 orang. Mata penca-
burung cormorants (pecuk) merupakan harian penduduk di sekitar tempat ke-
penghuni tetap Pulau Dua. Burung- giatan sebagian besar adalah petani de-
burung migran merupakan burung asli ngan hasil utamanya adalah padi dan pa-
dari Afrika, Asia dan Australia yang lawija, hanya sebagian kecil penduduk
mendiami Pulau Dua untuk bertelur dan yang bermata pencaharian sebagai peda-
menetaskan telurnya selama bulan April gang, tukang atau buruh dan sisanya ada-
hingga Agustus setiap tahun, setelah itu lah pensiunan pegawai negeri. Berdasar-
mereka pulang kembali ke tempat asal- kan peruntukannya, tata guna tanah di
nya, oleh sebab itu tidak mengherankan Kecamatan Kasemen, Kabupaten Dati II
apabila tempat alami yang indah ini di- Serang terdiri dari sawah, tegal atau ke-
kenal dengan nama Pulau Burung. Noor bun, pekarangan, ladang penggembalaan
dan Andalusi (1996) mengatakan, jenis dan hutan.
burung yang terdapat di dalam CA Pulau
Dua tercatat sebanyak 110 jenis (Lam-
piran). III. ANALISIS PENGELOLAAN
Jenis fauna yang terdapat di kawasan CAGAR ALAM PULAU DUA
ini didominasi oleh jenis aves yang terdiri
dari cangak abu (Ardea cinerea L.), ca- A. Potensi
ngak merah (Ardea purpurea L.), cangak Berdasarkan kondisi fisik, biotik dan
laut (Ardea sumatrana Raffles.), kuntul sosial ekonomi, CA Pulau Dua meru-
putih besar (Egretta alba L.), bluwok/ba- pakan bagian dari kawasan yang perlu di-
ngau putih susu (Mycteria cinerea lindungi. International Union for Con-
Raffles.), kuntul karang (Egretta sacra servation of Nature and Natural Re-
99
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

sources (IUCN) mendefinisikan kawasan amatan di lapangan, dijumpai beberapa


yang dilindungi sebagai suatu areal da- bagian pantai yang mengalami abrasi dan
ratan dan/atau lautan yang secara khusus menyebabkan bergesernya garis pantai ke
dimaksudkan untuk melindungi dan me- arah daratan.
melihara keanekaragaman hayati, sum- Kedua, dari aspek tipe vegetasi dan
berdaya alam lainnya dan kebudayaan ekosistem, dimana CA Pulau Dua memi-
masyarakat setempat. liki vegetasi hutan dataran rendah dan
CA dan Suaka Margasatwa termasuk ekosistem mangrove yang merupakan ti-
dalam kawasan suaka alam. Umumnya pe ekosistem yang khas, sehingga perlu
CA berukuran relatif kecil walaupun ada dilindungi. Ekosistem mangrove memili-
beberapa kawasan yang berukuran besar ki berbagai fungsi ekologis diantaranya
dan merupakan habitat rapuh yang tidak adalah sebagai pelindung garis pantai dari
terganggu, mempunyai kepentingan pe- abrasi, mempercepat perluasan pantai
lestarian yang tinggi serta mempunyai ke- melalui pengendapan, mencegah intrusi
unikan alam dan merupakan habitat dari air laut ke daratan, tempat berpijah aneka
jenis langka tertentu. Menurut MacKin- biota laut, sumber pakan burung pantai,
non et al. (1993), kawasan CA mutlak tempat berlindung, mencari pakan dan
untuk dilindungi. berkembangbiak berbagai jenis burung
Penetapan suatu kawasan CA mem- migran dan lokal, mamalia, reptil, serang-
punyai ciri-ciri dan kriteria atau per- ga serta sebagai pengatur iklim mikro
syaratan yang perlu dipertimbangkan (Gambar 2).
sebagai dasar penentuan yang harus dipe- Ketiga, dari aspek CA Pulau Dua se-
nuhi. Kawasan CA Pulau Dua ditetapkan bagai habitat satwa, dimana kawasan ini
dengan pertimbangan yang matang, kare- dikenal sebagai salah satu habitat bagi
na keberadaannya sangat spesifik sesuai berbagai jenis burung, termasuk kawasan
dengan karakteristik yang dimilikinya. persinggahan burung migran. Berdasar-
MacKinnon et al. (1993) melaporkan, ada kan inventarisasi yang dilakukan oleh
14 kriteria penetapan suatu kawasan kon- BKSDA Jabar I pada tahun 1999, diper-
servasi, yakni bentuk dan ukuran, keka- kirakan terdapat 67 jenis burung dari ke-
yaan dan keanekaragaman, bersifat alami lompok arboreal maupun akuatik yang
atau asli, kelangkaan, keunikan dan ke- tergolong dalam 29 famili berada dalam
khasan, kerapuhan, pelestarian plasma kawasan ini. Burung-burung tersebut ter-
nutfah, catatan sejarah, posisi dalam unit masuk jenis yang dilindungi berdasar-kan
ekologi atau geografi, kepentingan, nilai IUCN dengan kategori Vulnerable dan
potensial, daya tarik intrinsik, modifikasi termasuk Appendix I CITES.
lansekap yang menambah nilai biologi Keempat, dalam kaitannya dengan
dan kesempatan untuk pelestarian, oleh ekosistem mangrove dan fungsinya seba-
karena itu, ada beberapa alasan yang gai habitat burung migran, maka CA Pu-
menyebabkan kawasan ini sangat penting lau Dua merupakan bagian dari lahan ba-
nilainya, sehingga perlu dilindungi dan sah sebagai habitat burung air. Konvensi
dilestarikan. Ramsar tahun 1971 yang kemudian dira-
Pertama, secara fisik topografi ka- tifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan
wasan Pulau Dua merupakan kawasan Presiden Republik Indonesia Nomor 48
yang hampir keseluruhannya datar de- Tahun 1991, telah mengamanatkan agar
ngan ketinggian 0-3 m di atas permukaan Indonesia mengidentifikasi lahan-lahan
laut. Kondisi fisik seperti ini sangat ren- basah yang ada yang menjadi bagian pen-
tan terhadap abrasi, sehingga perlu dike- ting dari upaya perlindungan dan peles-
lola dengan baik. Berdasarkan peng- tarian burung air.

100
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

Gambar (Figure) 2. Kondisi hutan mangrove di Cagar Alam Pulau Dua (Mangrove condition in Pulau Dua
Natural Reserve)

Gambar (Figure) 3. Burung-


burung di Cagar Alam Pulau
Dua (Birds in Pulau Dua Na-
tural Reserve)

Melihat klasifikasi dan kategori CA gaster L., Ardea purpurea L., Mycteria
di atas, maka status Pulau Dua sebagai cinerea Raffles., Threskiornis melanoce-
CA sudah tepat untuk digunakan mengi- phalus Latham., dan Platalea leucorodia
ngat luas areal kawasan dan sumberdaya L., kini telah berhenti bertelur. Hal ini di-
alam serta ekosistem yang dimiliki, oleh sebabkan oleh gangguan yang besar, an-
karena itu CA Pulau Dua perlu diperta- tara lain adanya abrasi yang mengurangi
hankan keberadaannya agar dapat menja- luas kawasan CA, dan perburuan liar ter-
lankan fungsinya sesuai dengan ketentuan hadap jenis burung tersebut. Enam jenis
yang berlaku. dari Egretta sp. juga telah berhenti ber-
Hasil penelitian Milton dan Marhadi kembang biak di Pulau Dua. Burung air
(1985), Pulau Dua memiliki paling ku- lainnya yang pernah dicatat di areal reser-
rang 7.500 sarang untuk 11 jenis burung, vasi ini adalah Fregata andrewsi
yakni Phalacrocorax niger Vieillot., Mathews., Anas gibberifrons Mủller.,
Ixobrychus cinnamomeus Gmelin., Nycti- Pandion haliaetus L., Haliastur indus
corax nycticorax L., Butorides striatus Boddaert., Gallirallus striatus L., Pluvi-
L., Ardeola speciosa Horsfield., Bubulcus alis dominica Mủller., Charadrius mo-
ibis L., Egretta sacra Gmelin., Egretta ngolus Pallas., Numenius phaeopus L.,
garzetta L., Egretta alba L., Ardea suma- Tringa nebularia Gunnerus., Tringa gla-
trana Raffles., dan Plegadis falcinellus L. reola L., Actitis hypoleucos L., dan Ca-
Lima jenis yang dahulu pernah berbiak di lidris ruficollis Pallas (Gambar 3).
dalam Pulau Dua yakni Anhinga melano-
101
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

B. Ancaman dan Gangguan buah kawasan konservasi berbentuk CA.


Sebagaimana terdapat dalam Undang-
CA Pulau Dua menghadapi ancaman
Undang No 5 Tahun 1990 tentang Sum-
dan gangguan terhadap kelestarian bio-
ber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
diversitas. Beberapa ancaman terhadap
kawasan CA adalah kawasan suaka alam
kawasan CA Pulau Dua diantaranya ada-
yang karena keadaan alamnya mempu-
lah:
nyai kekhasan tumbuhan, satwa dan eko-
Pertama, terjadinya abrasi pada be-
sistemnya atau ekosistem tertentu yang
berapa tempat yang dalam jangka pan-
perlu dilindungi dan perkembangannya
jang dapat berpotensi mengubah bentuk
berlangsung secara alami.
fisik dan mengurangi luasan kawasan
Dalam konteks ekosistem bernilai
CA. Dalam lingkup yang lebih luas,
penting, fakta-fakta tersebut mengindi-
abrasi dapat mengancam keberadaan
kasikan bahwa CA Pulau Dua merupakan
lahan pertanian masyarakat di sekitar ka-
salah satu ekosistem bernilai penting.
wasan tersebut (Gambar 4).
Demikian juga dengan ekosistem di luar
CA, seperti Pulau Satu dan kawasan
budidaya atau tambak di sekitar kawasan,
merupakan bagian dari suatu kesatuan
kawasan ekosistem bernilai penting. Hal
ini diindikasikan dengan adanya kawas-
an-kawasan yang merupakan bagian dari
habitat satwa penting dan bernilai kon-
servasi tinggi di sekitar kawasan CA,
yakni berupa tambak-tambak dan vege-
tasi sebagai tempat beristirahat dan bersa-
Gambar (Figure) 4. Abrasi pantai di Cagar Alam rang bagi burung-burung migran. Kawas-
Pulau Dua (Abration in Pulau Dua Natural Re- an CA Pulau Dua dan ekosistem di seki-
serve) tarnya seperti tambak dan vegetasi tempat
singgahnya burung-burung mempunyai
Kedua, masih dijumpai adanya per- nilai keanekaragaman hayati yang pen-
buruan satwa serta pemanfaatan biodi- ting secara global, regional dan lokal mi-
versitas dalam kawasan CA. Berda- salnya jenis endemik, hampir punah dan
sarkan informasi, diketahui bahwa walau- tempat menyelamatkan diri (refugia),
pun secara terbatas masih dijumpai per- oleh karena itu status Pulau Dua sebagai
buruan terhadap burung-burung dan CA merupakan keberadaan spesies yang
pengambilan kayu oleh masyarakat di da- endemik, hampir punah dan satwa migran
lam kawasan CA. yang sifatnya temporal.
Ketiga, adanya masyarakat yang me- Sebuah kawasan dengan nilai konser-
ngunjungi CA Pulau Dua sebagai tujuan vasi tinggi dan bernilai penting serta se-
rekreasi. Walaupun tidak secara resmi bagai bagian dari habitat satwa migran,
menerima kunjungan wisata ke dalam ka- maka CA Pulau Dua dan wilayah seki-
wasan CA, namun minat masyarakat cu- tarnya perlu dijaga kelestariannya. Status
kup tinggi yang salah satunya terlihat dari Pulau Dua sebagai CA memiliki konse-
jumlah pengunjung yang datang. kuensi tersendiri terhadap bentuk penge-
lolaan kawasan. Dalam Peraturan Peme-
C. Model Pengelolaan Cagar Alam rintah No. 68 Tahun 1998 tentang Ka-
Pulau Dua wasan Suaka Alam dan Kawasan Pelesta-
Fakta mengenai potensi di atas meru- rian Alam, disebutkan beberapa kriteria
pakan sebagian dari beberapa kriteria suatu kawasan yang ditunjuk sebagai CA,
yang terdapat di Pulau Dua sebagai se- yaitu:
102
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

a. Mempunyai keanekaragaman jenis an kawasan, (b) inventarisasi potensi ka-


tumbuhan dan satwa dan tipe eko- wasan dan (c) penelitian dan pengem-
sistem; bangan dalam menunjang pengawetan.
b. Mewakili formasi biota tertentu dan Upaya pemanfaatan berupa: (a) penelitian
atau unit-unit penyusunnya; dan pengembangan, (b) ilmu pengeta-
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota huan, (c) pendidikan dan (d) kegiatan pe-
maupun fisik yang masih asli dan tidak nunjang budidaya.
atau belum diganggu manusia; Penanaman mangrove di dalam ka-
d. Mempunyai luas yang cukup dan ben- wasan CA Pulau Dua tidak terlepas dari
tuk tertentu agar menunjang penge- upaya perlindungan terhadap vegetasi
lolaan yang efektif dan menjamin ber- mangrove sebagai penahan abrasi dan ha-
langsungnya proses ekologis secara bitat satwa. Hal ini didorong oleh kenya-
alami; taan adanya kerusakan pada beberapa ba-
e. Mempunyai ciri khas potensi dan da- gian kawasan, yang apabila tidak dilaku-
pat merupakan contoh ekosistem yang kan pengelolaan dan perbaikan habitat,
keberadaannya memerlukan upaya dapat berdampak negatif terhadap keu-
konservasi dan; tuhan fisik dan fungsi kawasan sebagai
f. Mempunyai komunitas tumbuhan atau habitat satwa, kondisi tersebut maka
satwa beserta ekosistemnya yang lang- akan sangat diperlukan campur tangan
ka atau keberadaannya terancam pu- manusia dalam pengelolaan kawasan CA
nah. Pulau Dua.
Salah satu kriteria CA adalah tidak Beberapa alternatif dalam rangka
adanya campur tangan manusia dalam memperbaiki dan mengelola kondisi CA
proses ekologis di dalam kawasan, karena Pulau Dua, adalah sebagai berikut :
proses tersebut berlangsung secara alami.
Alternatif 1 :
Proses ekologis secara alami hanya dapat
berlangsung apabila kondisi fisik ekolo- Kondisi fisik dan biota pada CA, ma-
gis dalam keadaan baik. Berdasarkan pe- sih asli dan tidak atau belum diganggu
ngamatan di lapangan (seperti adanya oleh manusia serta proses ekologisnya
abrasi), ancaman serta gangguan yang berlangsung secara alami. Untuk itu perlu
ada di kawasan Pulau Dua, maka cukup adanya penyesuaian-penyesuaian, agar
rendah peluang proses ekologis dapat pengelolaan yang dilakukan tidak berten-
berlangsung secara alami. tangan dengan ketentuan yang telah ada.
Pengamatan di lapangan, terlihat bah- Salah satu alternatif bentuk pengelolaan
wa Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang dapat dilakukan adalah pengelolaan
(BKSDA) Jabar I telah mengupayakan kawasan sebagai Suaka Margasatwa.
berbagai hal untuk menjaga kelestarian di Dalam PP No. 68 Tahun 1998, kawasan
CA Pulau Dua, diantaranya pemasangan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka
papan-papan peringatan, pembangunan alam yang mempunyai ciri khas berupa
tempat sampah dan pembuatan persemai- keanekaragaman dan atau keunikan jenis
an serta penanaman mangrove pada bebe- satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
rapa kawasan yang mengalami abrasi. dapat dilakukan pembinaan terhadap ha-
Merujuk pada kriteria CA tersebut di bitatnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
atas, maka penanaman mangrove di da- suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan
lam kawasan CA bukan merupakan bagi- Suaka Margasatwa apabila telah meme-
an pengelolaan sebagaimana yang terda- nuhi kriteria sebagai berikut :
pat dalam PP No. 68 Tahun 1998. Dalam a. Merupakan tempat hidup dan perkem-
peraturan ini disebutkan bahwa upaya bangbiakan dari jenis satwa yang perlu
pengawetan kawasan CA terbatas dalam dilakukan upaya konservasinya,
bentuk: (a) perlindungan dan pengaman-
103
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

b. Memiliki keanekaragaman dan popu- CA Pulau Dua dapat dilakukan dengan


lasi satwa yang tinggi, mengoptimalkan pengelolaan di kawasan
c. Merupakan habitat dari suatu jenis sat- sekitar CA yang berfungsi sebagai daerah
wa langka dan atau dikhawatirkan penyangga. Sesuai dengan kriteria, aspek
akan punah, pengawetan dan aspek pemanfaatan, ma-
d. Merupakan tempat dan kehidupan bagi ka pengelolaan fisik dan biodiversitas ha-
jenis satwa migran tertentu, dan atau nya dapat dilakukan di luar kawasan CA,
e. Mempunyai luas yang cukup sebagai kawasan CA Pulau Dua sebagai kawasan
habitat jenis satwa yang bersangkutan. dengan ciri khas ekosistem mangrove,
Status kawasan sebagai kawasan ekosistem bernilai penting dan memiliki
Suaka Margasatwa memberikan peluang nilai konservasi tinggi, maka pengelolaan
pengelolaan habitat di dalam kawasan kawasan sekitar CA. Pulau Dua dapat di-
CA. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 16 kembangkan berdasarkan kerangka
dan 17 PP. No. 68 Tahun 1998 yang me- HCVF dan lahan basah. Dalam hal ini
nyatakan bahwa selain upaya pengawetan peran pemerintah daerah sangat penting
sebagaimana yang dapat dilakukan di ka- dalam memasukkan perencanaan penge-
wasan CA, pada kawasan Suaka Marga- lolaan kawasan sekitar CA Pulau Dua
satwa juga dilakukan kegiatan dalam dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
rangka pembinaan habitat dan populasi (RTRW) daerah.
satwa. Pembinaan habitat dan populasi Pengelolaan kawasan sekitar CA
satwa tersebut berupa : Pulau Dua juga tidak terlepas dari penge-
a. Pembinaan padang rumput untuk pa- lolaan kawasan budidaya milik masya-
kan satwa, rakat. Dalam rencana tata ruang wilayah,
b. Pembuatan fasilitas air minum dan pemerintah daerah perlu merencanakan
atau tempat berkubang dan mandi pengembangan kawasan budidaya dan
satwa, tambak menjadi habitat kedua dan kawas-
c. Penanaman dan pemeliharaan pohon- an persinggahan burung air. Hal ini dapat
pohon pelindung dan pohon-pohon diupayakan dengan mengatur pemanfa-
sumber pakan satwa, atan dan optimasi penggunaan ruang dan
d. Penjarangan populasi satwa, penambahan vegetasi terutama di pema-
e. Penambahan tumbuhan atau satwa asli, tang-pematang, sempadan pantai dan di
dan atau sepanjang perbatasan dengan kawasan
f. Pemberantasan tumbuhan dan satwa CA. Pengamatan di lapangan, tambak-
pengganggu. tambak milik masyarakat berbatasan
Selain itu, pemanfaatan kawasan untuk langsung dengan kawasan CA. Kondisi
wisata alam juga dapat dilakukan di ka- ini dapat berdampak terhadap CA, yaitu
wasan suaka margasatwa. Dalam kawas- adanya kekhawatiran apabila masyarakat
an suaka margasatwa pemanfaatan dapat menggunakan jenis bukan asli, yang ke-
dilakukan berupa: (a) penelitian dan pe- mudian lepas dan masuk ke dalam kawas-
ngembangan, (b) ilmu pengetahuan, (c) an CA. Hal ini dapat terjadi karena
pendidikan, (d) wisata alam terbatas dan adanya aliran air pasang yang melalui ka-
(e) kegiatan penunjang budidaya. Peluang wasan CA ke arah tambak, yang kemu-
pemanfaatan yang lebih luas, maka po- dian pada saat surut kembali melalui CA.
tensi pengembangan wisata alam di ka- Untuk mengatasi hal ini, sangat pen-
wasan Pulau Dua juga dapat dikelola de- ting dilakukan penataan tambak termasuk
ngan baik. saluran air ke arah laut. Selain itu, sangat
penting juga dilakukan penanaman vege-
Alternatif 2 :
tasi sebagai penyangga antara kawasan
Selain perubahan status menjadi ka- CA dengan kawasan budidaya. Jalur hijau
wasan suaka margasatwa, pengelolaan ini selain sebagai penyangga, dapat pula
104
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

bermanfaat bagi satwa dan burung- rapkan sebagai solusi untuk mencegah
burung di kawasan tersebut. kerusakan yang terus berlanjut, yakni
Kegiatan wisata alam juga dapat perlu pengelolaan terhadap kawasan. Hal
dikembangkan secara lebih intensif, yang ini penting karena pengelolaan terhadap
melibatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan CA Pulau Dua secara keselu-
dan pihak lain yang berminat dalam me- ruhan belum dilakukan secara optimal,
ngembangkan wisata alam di kawasan termasuk pembangunan fasilitas umum.
pesisir dan ekosistem mangrove di luar Fasilitas umum tersebut, antara lain ada-
CA. Untuk itu diperlukan identifikasi lah papan pengumuman pada pintu ma-
terhadap potensi-potensi wisata yang me- suk kawasan dan di Desa Sawah Luhur,
mungkinkan, termasuk membangun fasi- perbaikan dan penambahan pos jaga yang
litas pendukung seperti menara pengamat terletak di depan dekat pintu masuk agar
untuk kegiatan bird watching yang juga petugas dapat mengawasi pengunjung
bermanfaat sebagai media pendidikan dan yang masuk, perbaikan dan penambahan
penelitian. Pengelolaan kawasan sekitar menara pengamatan yang kini telah ru-
CA akan sangat penting artinya bagi keu- sak, perlu adanya penambahan petugas
tuhan kawasan dan pelestarian biodiver- karena kawasannya cukup luas dengan
sitas di dalam kawasan CA, karena apabi- gangguan yang tinggi, perlu dibuat tem-
la ekosistem di luar kawasan terjaga de- pat sampah untuk menjaga lingkungan
ngan baik, maka peluang pulihnya ekosis- dalam kawasan agar tetap bersih dari
tem di dalam kawasan CA secara alami sampah yang dibawa dan dibuang oleh
akan lebih besar, karena kawasan di luar pengunjung.
CA berfungsi sebagai habitat kedua bagi Pengelolaan kawasan CA Pulau Dua,
satwa, dengan demikian fungsi kawasan meliputi aspek pengawetan dan pemanfa-
sebagai CA dapat terus dipertahankan. atan yang merupakan bagian dari penge-
lolaan sumberdaya alam hayati secara
lestari. Perubahan-perubahan fisik, biotik,
IV. KESIMPULAN DAN SARAN sosial dan ekonomi masyarakat perlu dia-
komodir dalam kegiatan pengelolaan, se-
A. Kesimpulan hingga setiap perubahan dapat diantisi-
pasi dan mendukung pengelolaan secara
1. Potensi CA Pulau Dua sangat tinggi
lestari. Beberapa perubahan tidak menu-
dimana terdapat berbagai jenis burung
tup kemungkinan menyebabkan perubah-
migran dan jenis lokal yang dikate-
an status kawasan. Namun yang terpen-
gorikan sebagai ekosistem bernilai
ting adalah adanya upaya yang sungguh-
penting karena dilindungi oleh
sungguh dalam memasukkan rencana pe-
undang-undang, terancam punah, en-
ngelolaan wilayah ekosistem bernilai
demik dan langka. Eksistensi jenis-
penting ke dalam rencana pembangunan
jenis tersebut sangat penting untuk
daerah sesuai kebijakan yang berlaku, de-
memperkuat status Pulau Dua sebagai
ngan demikian pengelolaan kawasan CA
CA, sehingga dapat dipertahankan.
dan ekosistem disekitarnya sebagai eko-
2. Keberadaan jenis-jenis burung pada
sistem bernilai penting akan berjalan de-
kawasan Pulau Dua berkaitan erat de-
ngan baik sesuai fungsi pengawetan dan
ngan ekosistem yang ada, dalam hal
pemanfaatan yang lestari.
ini hutan mangrove sebagai habitat-
nya.
DAFTAR PUSTAKA
B. Saran
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
Melihat potensi Pulau Dua yang sa-
2007. Cagar alam Pulau Dua.
ngat tinggi, beberapa saran yang diha-
http://www.dishut.jabarprov.go.id/
105
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

index.php. Diakses 23 Desember Schmidt F.H and J.H.A Ferguson. 1951.


2008. Rainfall types based on wet and dry
Keputusan Presiden Republik Indonesia period rations for Indonesia with
Nomor 48 Tahun 1991 tentang New Guinea. Veh No. 42. Kemen-
Pengesahan Convention on Wet- terian Perhubungan, Jawatan Me-
lands of International Importance teorologi dan Geofisika. Jakarta.
Espescially as Waterfowl Habitat. Silvius M.J., A.P.J.M. Steeman, E.T. Be-
http://www.legalitas.org/incl- rezy, E. Djuharsa, and A.W. Tufik.
php/buka.php?d=1900+99&f=Kepp 1987. The Indonesian wetland in-
res 14-1999.htm. ventory. A Preliminary Compilation
MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, of Existing Information on Wet-
dan Thorsell J. 1993. Pengelolaan lands of Indonesia. PHPA, AWB/
kawasan yang dilindungi di daerah Interwader, Edwin, Bogor (Dua
tropika. Gadjah Mada University Island).
Press. Yogyakarta. Sinar Harapan. 2004. Pulau Dua, surga
Milton, R dan A. Marhadi. 1985. The burung yang kini Sengsara.
bird life of the nature reserve Pulau www.sinarharapan.co.id/feature/hob
Dua. Kukila 1985 (2). Indonesia i/2004/0331/hob.2.html.
Ornithological Society. Jakarta.
Noor, R dan N. Andalusi. 1996. Perhi- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
tungan burung air di Pulau Dua dan tentang Konservasi Sumber Daya
Pulau Pamujan Besar, Teluk Ban- Alam dan Ekosistemnya. http://
ten, Jawa Barat. www.legalitas.org/inclphp/buka.php
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun /d=1900+99&f=Keppres114-1999
1998 tentang Kawasan Suaka Alam htm.
dan Kawasan Pelestarian Alam. Walters M. 1981. The complete birds of
http://www.legalitas.org/incl- the world. Illustrated Edition. Lon-
php/buka.php/d=1900+99&f=Keppr don.
es114-1999htm.

106
Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua…(M. Takandjandji; R.T. Kwatrina)

Lampiran (Appendix) 1. Daftar burung di Cagar Alam Pulau Dua (List of birds in Pulau Dua Natural Re-
serve)
Status perlindungan
No. Nama ilmiah (Scientific name*)
(Reservation status)
1. Anhinga melanogaster L Dilindungi
2. Phalacrocorax niger Vieillot
3. Phalacrocorax sulcirostis Brandt
4. Fregata andrewsi Mathews Endangered, Appendix I
5. Fregata ariel Gray
6. Fregata minor Gmelin
7. Ardea cinerea L
8. Ardea purpurea L
9. Ardea sumatrana Raffles
10. Ardeaola speciosa Horsfield Dilindungi
11. Bubulcus ibis L Dilindungi
12. Butorides striatus L Dilindungi
13. Egretta garzetta L Dilindungi
14. Egretta intermedia Wagler Dilindungi
15. Egretta sacra Gmelin
16. Egretta alba L Dilindungi
17. Nycticorax nycticorax L
18. Ixobrychus sinensis Gmelin
19. Mycteria cinerea Raffles Vulnerable, Appendix I
20. Leptoptilos javanicus Horsfield
21. Plegadis falcinellus L Dilindungi
22. Threskiornis melanocephalus Latham Dilindungi
23. Anas gibberifrons Mủller
24. Dendrocygna arcuata Horsfield
25. Nettapus coromandelianus Gmelin
26. Falco peregrinus Tunstall Appendix I (CITES)
27. Accipiter gularis Temminck & Schlegel Appendix II (CITES)
28. Accipiter soloensis Horsfield Appendix II (CITES)
29. Elanus caeruleus Desfontaines Appendix II (CITES)
30. Haliaeetus leucogaster Gmelin Appendix II (CITES)
31. Haliastur indus Boddaert Appendix II (CITES)
32. Pandion haliaetus L Appendix II (CITES)
33. Pernis ptilorhynchus L Appendix II (CITES)
34. Turnix suscitator Gmelin
35. Amaurornis phoenicurus Pennant
36. Gallirallus striatus L
37. Charadrius dubius Scopoli
38. Charadrius lenchenaultii Lesson
39. Charadrius mongolus Pallas
40. Eupoda veredus Gould
41. Pluvialis dominica Mủller
42. Pluvialis squatarola L
43. Actitis hypoleucos L
44. Numenius madagascariensis L Dilindungi
45. Numenius arquata L Dilindungi
46. Numenius phaeopus L Dilindungi
47. Tringa glareola L
48. Tringa nebularia Gunnerus
49. Tringa stagnatilis Bechstein
50. Tringa totanus L
51. Xenus cinereus Guldenstadt
52. Limosa lapponica L
53. Calidris tenuirostris Horsfield
54. Calidris alba Pallas
55. Calidris subminuta Middendorff

107
Vol. 8 No. 1 : 95-108, 2011

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)


Status perlindungan
No. Nama jenis (Species name*)
(Reservation status)
56. Himantopus leucocephala Vieillot Dilindungi
57. Chlidonias hybrida Pallas Dilndungi
58. Clidonias leucopterus Temminck Dilindungi
59. Sterna bergii Lichtenstein Dilindungi
60. Sterna bengalensis Lesson Dilindungi
61. Sterna dougallii Montagu Dilindungi
62. Sterna sumatrana Raffles Dilindungi
63. Sterna albifrons Pallas Dilindungi
64. Sterna nilotica Gmelin Dilndungi
65. Glareola maldivarum Forster
66. Geopelia striata L
67. Streptopelia bitorquata Temminck
68. Streptopelia chinensis Scopoli
69. Treron vernans L
70. Ketupa ketupu Horsfield Appendix II (CITES)
71. Caprimulgus affinis Horsfield Appendix II (CITES)
72. Collocalia esculenta L
73. Apus pasificus Latham
74. Alcedo coerulescens Vieillot Dilindungi
75. Halcyon chloris Boddaert Dilindungi
76. Halcyon sancta Vigors & Horsfield Dilindungi
77. Merops philippinus L
78. Delichon dasypus Bonaparte
79. Hirundo rustica L
80. Hirundo tahitica Bocage
81. Pycnonotus goiavier Scopoli
82. Aegithina thipia L
83. Oriolus chinensis L
84. Copsychus saularis L
85. Gerigone fusca Gould
86. Acrocephalus scirpaceus Hermann.
87. Cisticola juncidis Rafinesque
88. Orthotomus sutorius Pennant
89. Phylloscopus borealis Blasius
90. Prinia familiaris Horsfield
91. Culicicapa ceylonensis Swainson
92. Rhipidura javanica Sparrman Dilindungi
93. Acridotheres javanicus Wagler
94. Sturnus contra L
95. Sturnus melanopterus Daudin Dilindungi
96. Sturnus sturninus Pallas
97. Anhtreptes malacensis Scopoli Dilindungi
98. Arachnothera longiostra Latham Dilindungi
99. Nectarinia jugularis L Dilindungi
100. Dicaecum trochileum Sparrman
101. Zosterops plavus Temmnick & Schlegel
102. Passer montanus L
103. Ploceus manyar Horsfield
104. Lonchura leucogastroides Horsfield &
Moore
105. Lonchura maja L
106. Lonchura malacca L
107. Lonchura punctulata L
108. Artamus leucorhynchus L
109. Corvus macrorhynchos Wagler
110. Picoides macei
Sumber (Source) : Rusila dan Andalusi (1999); *) = Walters (1981)
108

You might also like