Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 378
ANALISIS NILAI TUKAR PETANI INDONESIA Oleh . MUCHJIDIN RACHMAT ‘ .o PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 9 Abstrak MUCHJIDIN RACHMAT, 2000. Analisis Nlai Tukar Petani Indonesia (BUNGARAN SARAGIH sebagai Kelua, BUNASOR SANIM, BONAR M.SINAGA KUNTJORO dan PANTJAR SIMATUPANG sebagai Anggota Komisi Pembimting). Penelifan bertjuan untuk mengetahui_perllaky Niai Tukar Petani (NTP) di Indonesia dan mengevauasi Konsep NTP sebagai lat ukurindikator tingkat Kesejehteraan petani. Data yang digunakan adalah data sekunder rurjun waktu bulanan dar tahun 1987 sempel 1998 di 14 Dropinsi di Indonesia. Anaisa dilakukan dengan menggunakan tahun dasar 1987=100. Hasi peneliian menunjukkan bahwa: (1) dibandingkan kondisi pada tahun daser, secera kumulatf cdlam tahun 1987-1998 terjadi peningkatan NTP di 8 propinsiyaity di propinsi Ba, Sumber, NT, Sulsel, Kalsel, Suut dan DI Yogya; dan penurunan di propinsi Lampung, Sum, Jatim, Jateng ddan dabar. Pada masa krisis telah terjadi perbaikan NTP oi Kalsel, Sumsel, Suse, Ball dan NTB, dan penurunan NTP di Sumbar, Sulut, Aceh, Sumut, Lampung, Jabar, Jateng dan aim; (2) deam tahun 1987-1992, NTP Padi di Wuar Jawa meningkat dan selelehnya cenderung rmenurun, sedangkan NTP Padi di Jawa cenderung Konstan. Dibandingken dengan kondlsi tahun dasar, secara uum NTP Palawia, NTP Sayuran dan NTP Buah meningkat sedangkan NTP Tanaman Perkebunan menurun, Pada masa krisis teri penurunan NTP Padi dan NTP Sayuran; dan peningkatan NTP Palawia dan NTP Tanaman Perkebunan; (3) adanya eragaman dari peran setap komoditas yang dinasikan petani dan produk yang dibel petani antar wilayah menyebabkan hubungan antara NTP dengan Komponen penyusunnya tidak unik Namun demikian seca umum dapat dkemukaken bahwa dae‘ah dengan pangsa komoditas padi inggi menghasika) NTP rela konstan, daerah dengan pangsa perkebunan dorrinan NTP cenderung menurun da daerah dengan pangsa konsumsi makann tinggi menghasikan NTP yang cenderung lebih rendah; (4) Harga Dasar Gabah (HOG) telah menjadi acuan dalam embentukan harga gabah peta, sehingga berperan besar dalam Kestablan haga dan NTP Padi, Namun kebjaken harga gabah dina belum sepenuhnya berpihak kepada petani, dan telah berperan dalam penurunan Keunggulan usahatani padi dan kemerosotan NTP Padi; dan (6) dengan memperuas cakupan usahatani dan penyempuraan teknis penyajan, Konsep NTP dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan petani. Dengan unit analisa regional konsep NTP memnilki keunggulan sebagai salah satu parameter makso pembangunan pertanian. implixasi dar hasil penelan adalah: (1) peningkatan NTP berkaitan dengan peningkatan posisi tawar petani. Untuk itu dipertukan dukungan banyak faktor, yaitu: “pengembangan komoditas perianian didaserkan kepada keungguian Komparatf wilayah dan pasar, peringketan produitivtas dan efisionsi usahatani, diversfkasi dan peningkatan mutu hasil pertanian (agro Indust’) dan gengembangan sarena dan prasarana; (2) dalam jangka pendek kebljakan HDG dan BULOG masin dpertukan dalam memperbaki Kinerja usahatani padi. Sejalan dengan ity (aren jangka menengah dan jangka panjang) perlu dkembangkan Lembaga Ketahanan Pangan Perdesaan dan Lembaga Permodalan Perdesaan, Langkah itu. dapat dlakukan melalui revilisasi kelembagaan ekonomi pedesaan seperi Lembaga Lumbung Desa dan Koperasi ardeszan, dan (3) dengan kelebihannya dan dengan beberapa penyempurmaan, konsep NTP dapat digunakan sebagal indir maico tngkat kesejahteraan petani, ABSTRACT MUCHVIDIN RACHMAT. 2000. Indonesian Farmers’ Term of Trade Analysis (BUNGARAN SARAGIH as chairman, BUNASOR SANIM, BONAR M. SINAGA, KUNTJORO and PANTJAR SIMATUPANG 2s members of advisory committee). “The research i aimed to stidy Farmers’ Term of Trade (FTT) behavior in Indonesia and to evaluate FIT concept as an indicator of the level of famers’ welfare. Data used is monthly secondary data from 1987 to 1998 in 14 provinces in Indonesia. The analysis is implemented by using the based year 1987 (1887=100) Research results show that (1) in comparison tothe based year, during the 1987-1998 period, FTT in 8 provinces, ie., Bali, West Sumatra, West Nusa Tenggara (NTB), South Sulawesi, South Kalimantan, North Sulawesi and Dl Yogyakarta ‘cumulatively have been increasing, while in Lampung, North ‘Sumatra, East Java, Central Java, ‘and West Java provinces have been declining. During criss, there has been FTT improvement in South Kalimantan, South Sumatra, South Sulawesi, Bali and NTB and has been deciining in West ‘Sumatra, North Sulawesi, Aceh, North Sumatra, Lampung, West Java, Central Java and East Java; (2) in the 1867-1992 period, Paddy FTT in outside Java has been increasing and aflerward tends to decrease while in Java it has been constant. In comparison to the based year, in general, Palawja FTT, Vegetable FIT, and Fruit FTT have been increasing while Estate Crops FTT has been dectining. During crisis, Paddy FTT and Vegetable FIT have been declining while Palawja FTT and Estate Crops FTT have been increasing; (3) variaon of the role of every commodity produced and products bought by farmers’ among region cause the relationship between FTT and its shaper to be not unique. However, in general, it can be said thatthe region with high share of paddy commodity has relatvely constant FTT; the region with dominant share of estate crops has FIT tends fo decrease; and the region wit high share of food consumption has FTT which tends to be lower; (4) Unhusked Rice Floor Price has tobe a reference in formulating farmers’ unhusked ‘ice price, in such a way i plays an important cle in price stablizaon and Paddy FTT. However, unhusked roe price policy is evaluated not fully in favoring farmers and has contributed in declining paddy famiing compettiveness and declining Paddy FIT; and (5) by enlarging farming coverage ‘and improving presentation technique, FTT concept could be used as an indicator of farmers’ ‘welfare. By regional analysis unit, FTT concept is considerably better as one of macro parameter ‘of agrcutture development. Policy implication ofthe study is: (1) the Increasing FTT is retated with farmer's bargaining power. Effort to this direction needs many factors, i. developing agriculture commodity based on regional comparative advantage and market (2) increasing farming productivity and efficiency, diversitying and improving agriculture product qual, and infrastructure development; inthe short tem, unhusked rice floor price and BULOG are still neaded to improve farrring performance. In line with this (medium and long-term direction), Rural Food Security Instufon and Rural Capital Insttuton should be developed. This could be implemented through revitalization and establishment of Vilage Storage (Lumbung Desa) Instuton and Rural Cooperative; and (3) with its strength and with some improvement, FTT concept could be used as amacro indicator of the level of farmers’ welfare. SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: ANALISIS NILAI TUKAR PETANI INDONESIA ‘Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasiken, Semua sumber data dan informasi yang digunkan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Desember 2000 MUCHAIDIN RACHMAT ‘Nip : 95509 / EPN ANALIOI NILAL FURAR CE LANE INZUNEOIN Oleh MUCHJIDIN RACHMAT Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 LEMBAR PENGESAHAN Judul Disertasi Analisis. Nilai Tukar Petani Indonesia Nama Mahasiswa : Muchjidin Rachmat Nomor Pook 95508 Program Studi : limu Ekonomi Pertanian Menyetujui, Dr naga, MA Dr. tr Pantiar Si ni APU ‘Anggota ‘Mengetahui, 2. Ketua Program Studi limu Ekonomi Pertanian Abbe Dr. Ir. Bonar M. Sinaga _ MA ‘Tanggal lulus : 20 Mei 2000 RIWAYAT HIDUP- Penulis dilahirkan pada tanggal 17 September 1958 di Cirebon , Jawa Barat, sebagai putra ketiga deri sebelas putera-puteri Keluarga bapak Kamali (alm) dan bu Mutmainah. Pada tahun 1968, penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Ciawi, Palimanan, Cirebon. Pada tahun 1972 menamatkan pendidikan menengah di SMPN Palimanan, Cirebon dan tahun 1975 di SMAN Palimanan Cirebon. Melalui program perintis yang membebaskan ujian saringan, pada tahun 1976 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor diselesaikan pada tahun 1980. Pada tahun 1982 sampai tahun 1985 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan magister sains di Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor dengan program studi ‘ekonomi pertanian. Atas biaya sendiri dalam tahun 1895 penulis menempuh program doktor di Program Pasca Serjana Institut Pertanian Bogor dengan program studi ekonomi pertanian. Sejak lulus sebagai sarjana di Institut Pertanian Bogor dalam tahun 1980, penulis bekerja di Pusat Penelitian Agro Ekonomi yang kemudian berganti nama menjadi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Penulis menikah dengan Mimin Raminah tahun 1981 dan dikaruniai figa orang putera dan seorang puteri, yaitu Mugi Rihardi, Mia Rachmawati Novitasari, Mufti Rahmadi dan Mirza Ramdzani Adha PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas tahmat dan karunia yang telah dilimpahkan, sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan. Dengan latar belakang sebagai anak petani dengan lingkungan kerabat juga petani keci, telah memberikan ide bagi penulis untuk mengetahui secara mendalam permasalahan tingkat kesejahteraan petani. Disertasi_ ini menyajikan hasil penelitian berkaitan dengan nilai tukar petani sebagai indiketor tingkat kesejahteraan petani. Sebagai negara agraris, dengan sendirinya lapangan pekerjaan sebagai petani digeluti oleh sebagaian besar penduduk Indonesia, Petani telah berjasa besar bagi pembangunan nasional dan kemajuan negara akan sangat ditentukan oleh eksistensi petani. Oleh Karena itu peningkatan kesejahteraan petani haruslah mendapatkan pethatian pemerintah. Sifat menerima dari petani menyebabkan sudan selayaknya pihak yang berkepentingan harus terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani tersebut. Eksistensi pertanian dan petani mendatang berada dalam ujian besar berkaitan dengan semakin derasnya arus globalisasi dan keterbukaan pasar. Ketidak mampuan dalam mengantisipasi dan menyiapkan kehandalan petani dalam menghadapi era tersebut akan berdampak kepada eksistensi pertanian, petani dan status sebagai negara agraris. Disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik dengan bantuan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan pertama penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam kepada Bapak Prof. Dr. Ir, Bungaran Saragih, sebagai pakar yang terus selalu memperjuangkan nasib petani dan tentama selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan disertasi ini. Terima kasih pula disampaikan kepada Dr. Ir. Pantjar Simatupang selaku anggota komisi pembimbing yang pada setiap kesempatan telah banyak memberikan arahan teoritis dan kritik yang sangat kontruktit bagi penyempurnaan disertasi ini, Kepada bapak Prof, Bunasor Sanim, Prof, Dr. Kuntjoro dan Dr. Ir. Bonar M. Sinaga yang juga sebagai komisi pembimbing, penulis mengucapkan terima kasih atas arahan dan koreksi konstruktif atas materi disertasi, sorta dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian disertasi dan penyelesaian studi ai Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasin yang sebesar besamya kepada: 1. Kepala Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian, yang telah memberikan jin kepada penulis kesempatan melakukan studi program doktor atas biaya sendiri. 2. Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, atas ijn dan atas pengertiannya ‘memberikan kelonggaran waktu bagi penulis dalam tugas kedinasan pada saat penulis berstatus sebagai mahasiswa. Terima kasih juga disampaikan atas dorongan materill dan moril_ yang terus menerus. Rektor institut Pertanian Bogor dan Direktur Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperdalam ilmu pengetahuan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kepada Badan Pusat Statistik terutama bagian stalistik harga produsen dan harga konsumen yang telah membantu penulis dalam penyediaan data bagi keperiuan penelitian. Kepada adikku Hadi Mulyono dan anakku Mugi Rihardi yang banyak membantu menyiapkan hasil-hasil analisa dan pembuatan grafik- gratik. Kepada teman teman §3 angkatan tahun 1995 yang telah dengan kompak saling memberikan dorongan semangat untuk sama sama dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Secara khusus penulis persembahkan karya disertasi ini kepada orang tua penulis bapek Kamali (alm) yang selalu berpesan kepada penulis untuk setiap ada kesempatan dapat mencapai pendidikan setinggi tingginya. Karena dengan pendidikan dan ilmu_ memungkinkan dapat mengangkat harkat keluarga dan kerabat. Persembahan juga disampaikan kepada ibunda Mutmainah yang selalu memberikan dorongan untuk terus maju pantang patah semangat. Ungkapan terima kasin dan kasi sayang yang mendatam tentunya penulis khususkan kepada istri tercinta Mimin Raminah, yang telah dengan penuh pengertian, pengorbanen, ketabahan dan selalu memotivasi, menyemangati dan mendoakan keberhasilan penulis. Ungkapan yang sama juga disempaikan kepada putera puteri kami Mugi, Mia, Mufti, dan Mirza dengan pengorbanan menyemangati dan mendoakan keberhasilan dengan segera pendidikan ayahnya. Mudah mudahan dengan selesainya studi ayah, tersedia cukup waktu bagi kalian, sehingga tidak lagi setiap hari setiap dirumah hanya melihat ayah di meja belajar dan di depan komputer. Akhimya penulis berharap agar pikiran- pikiran yang tertuang dalam disertasi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah, khususnya bagi yang terfibat dalam peningkaten kesejahteraan petani, Penulis sadar bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna Bogor, Desember 2000 Penulis, DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR . PENDAHULUAN, 4.4. Latar Belakang 1.2, Rumusan Masalah 4.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4.4, Kontribusi Peneliian ... 1.5. Keterbatasan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.4, Konsep Nilai Tukar Pertanian 22. Pembentukan Nilai Tukar Petani 2.0.0... 23, Studi Tentang Nilai Tukar Pertanian di Indonesia ......... 2.4, Karakteristik Nilai Tukar Pertanian dan Nilai Tukar Petani 2.6, _Kebijaksanaan Pembangunan dan Nilai Tukar Pertanian 2.6. Dampak Krisis Terhadap Nilai Tukar Petani ... KERANGKA PEMIKIRAN ...... 3.1. Konsepsi Nitai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani ..... 3.2. Dekomposisi Nilai Tukar Petani_.. 3.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Dampak Krisis ..... 3.4. Pengeruh Perubahan Harga Terhadap Nilai Tukar Petari...... DAFTAR ISI 13 8 17 24 or 36 39 a7 8 v. vil. Halaman 3.5. Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Nilai Tukar Petani Padi. 60 3.6, Pembentukan Harga we 64 METODOLOGI PENELITIAN 70 4.1. Ruang Lingkup ..... 70 4.2. Jenis dan Sumber Data ... . 70 4.3. Metoda Analisa .. 71 . 82 83 4.4, Prosedur Analisa dan Penyusunan Indeks PERILAKU NILAI TUKAR PETANT .... 5.1, Perkembangan Nilai Tukar Petani 83 5.2. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Nilai Tukar Petani ........... 88 5.3. Unsur Unsur Pembentuk Nitai Tukar Petani .. . 92 5.4. Dekomposisi Nilai Tukar Petani 5.5. Rangkuman 121 PERILAKU NILAI TUKAR PETANI PADI .. 126 61 Perkembangan Nilai Tukar Petani Padi ... 126 6.2 Peran NTP-PADI dalam Pembentukan Nitai Tukar Petani ...... 131 6.3 Dekomposisi Nilai Tukar Petani Padi - 133 64 Ringkasan 449 PERILAKU NILAI TUKAR KELOMPOK KOMODITAS NON PADI..... 154 7.1 Nilai Tukar Petani Palawija ... 154 7.2 Nilai Tukar Petani Sayuran ...... . 189 7.3. Nilai Tukar Petani Buah-Buahan .... . 163 viii vill, Halaman 7.4 _ Nilai Tukar Petani Pekebunan Rakyat .. 167 7.5 Rangkuman 171 PERILAKU HARGA-HARGA ... 175 8.1, Harga Padi 175 82 Harga Palawija . 184 83. Harga Sayuran ...... 186 8.4. Harga Buah-Buahan 189 8.5, Harga Tanaman Perkebunan Rakyat ... 191 86. Harga Produk Makanan 193, 87. Harga Produk Non Makanan 195 88, Harga Pupuk 197 89. _Upah Tenaga Kerja 198 8.10. Harga Modat 8.11. Rangkuman DAMPAK PERUBAHAN HARGA TERHADAP NILAI TUKAR PETANI. 205 91. Harga Padi onesie assests 9.2. Harga Patawia ... 208 9.3. Harga Sayuran........ . amt 9.4. Harga Buah-Buahan ... 213 9.5. Harga Tanaman Perkebunan ........ 9.6. Harga Produk Konsumsi ...... weet etiesenenesene 215 9.7. Harga Pupuk ........ 218 xt Xi Halaman 98, Upah Tenaga Kerja .... 220 9.9, Harga Input Modal .. 222 9.10. Dampak Simultan Perubahan Harga-Harga .. 223 9.11. Rangkuman 226 DAMPAK PERUBAHAN HARGA TERHADAP NILAI TUKAR PETANI PADI . 231 10.1. Harga Padi ...... 231 10.2, Harga Produk Konsumsi... 223 10.3. Harga Pupuk 10.4, Upah Tenaga Kerja ........ 10.5. Harga Modal . 10.6, Dampak Simultan Perubahan Harga-tiarga 240 10.7, Rangkuman cece seseee foe 244 PEMBAHASAN . 245 44.4, Perilaku Nilai Tukar Petani ... 245 44.2. Pengaruh Krisis Terhadap Nilai Tukar Petani .. 260 11.3. Relevansi Nilat Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani KESIMPULAN DAN IMPLIKAS! KEBYAKSANAAN ... 12.1. Kesimpulan 42.2. Impliasi kebljaksanaan dan Saran ..cccccseseven ene 278 12.3, Saran Penelitian Lanjutan 276 DAFTAR PUSTAKA .... 281 LAMPIRAN .. 287 DAFTAR TABEL Nomor Teks. 1 12. 13, 16, Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Nasional dan Penduduk Miskin Tahun 1980,1990,1996 dan1998... “ Studi Tentang Nilai Tukar Pertanian di Indonesia.. Perkembangan Nilai Tukar Petani di 14 4 Propinsi di indonesia Tahun 1987-1998 (Th 1987 = 100)... Nilai Dugaan Regressi dan Dampak Krisis Ekonomi Tethadap NTP di 14 Propinsi tahun 1995-1998 (7h1987=100) coc cie tue sen ese sne cee eee ene ete Selisin Nilai Aktual dan Proyeksi NTP di 14 Propinsi bulan Agustus 1997 sampai Desember 1998... Perkembangan Peran Komoditas yang —_Diproduksi / Dijual Petani Dalam Pembobotan Nilai Tukar Petani. Perkembangan Peran Produk yang Dibeli_Petani Dalam Pembobotan Nilai Tukar Petani. se Analisa Regressi Indeks Harga Yang Diterima Petani di 44 Propinsi di Indonesia Tahun 1987-1998. Analisa Regressi indeks Harga Yang Dibayar Petani di 14 Propinsi di Indonesia Tahun 1987-1998 ... Rataan Selisih NTP-KON Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 (Th 1987=100) .. Nilai Dugan Regressi Dan Dampak Krisis Ekonomi Terhadap NTP-KON di 14 Propinsi te ' Rataan Selisin Antara NTP-MAK lehadep te tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)... Nilai Dugaan Regressi Dan Dampak Krisis Ekonomi Terhadap NTP-MAK di 14 Propinsi. Rataan Selisin Antara NTP -NMAK Terhadap Tahun Dasar di 14° Propinsi Tahun 1987 - 1998 (Th1987=100) .......... Nilai Dugaan dan Dampak Krisis Ekonomi _Tetmadap NTP-NMAK di 14 Propinsi. 7 100 101 104 105 107 m1 112 20. 21. 22. 23. 24. 25. 27. Nlai Dugan Regressi Dan Dampsk Kiss Ekonomi Tethadap NTP-BIP di 14 Propinsi.. . Rataan Selisih Antara NTP-PUK Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 (Th 1987=100) .............08 3. Nilai Dugaan Regressi Dan Dampak _Tethadap NI NTP Tahun 1987- 1998... Nilai Dugaan Regresi NTP- PUPUK Tahun 1987- Rataan Selisih NTP-PUPUK Terhadap NTP Tahun 1987- Nilai Dugaan Regresi NTP-UPAH Tahun 1987-1998 Ralaan Selisih. NTP-UPAH Terhadap NTP Tahun 1987- Nilai — Dugaan Regresi NTP -MODAL Tahun 1987- Rataan Selisih NTP - MODAL Terhadap NTP Tahun 1987- Nila Dugean Nial Tukar Petar Padi i 14 Propinsi Tahun 1987-1998... Rataan Selisin NTPADI4MAK Terhadap NTP. Rataan Selisih NTPADI-NMAK Terhadap NTP .. Rataan Selisih NTPADI-BPROD Terhadap NTP ... Rataan Selisih NTPADI-PUK Terhadap NTP Rataan Selisih NTPADI-UPAH Terhadap NTP .. Selisin NTPADI- DAL Terhadap NTP Halaman 311 312 313, 314 315 316 317 38 xviii 28. 36. 37, 39. 41. 45. Rataan Selisihn. NTP -PALAWIJA Terhadap NTP .. Rataan Selisin NTP-SAYURAN Terhadap NTP...... Rataan Selisin NTP-BUAH Terhadap NTP........ Rataan Selisin NTP-KEBUN Terhadap NTP. Rataan Tahunan Selisin Antara 2 Harga ¢ Gaban Pi Petani Dengan Harga Dasar Gabah (Rp/Kg).... Rataan Bulanan Selisih Antara = Hara G Gabah Petani Dengan Harga Dasar Gabah (Rp/KQ)... Pengaruh Perubshan Marga Padi Tethadap Nilai Tukar Petani... Dampak Perubahan Harga Palawija Thd Nilai Tuker Petani .. Dampak Perubahan Harga Sayuran Thd Nilai Tukar Petan|.. Dampak Perubahan Harga Buah Thd_Nilai Tukar Petani Dampak Perubahan Harga T Tanaman Kebun Tethadap Nilai Tuker Petani Pengaruh Perubahan Harga Pupuk Terhadap N.Tukar Petani Pengaruh Perubahan Upah Terhadap Nilai Tukar Petani.... Pengaruh Peribahan Harga Modal Terhadap N Tuker Petani Pengaruh Perubahan Harga Padi Terhadap NTP-PADI ... Pengaruh Perubahan Harga Pupuk Terhadap NTP-PADI ... Pengaruh Perubahan Upah Terhadap NTP-PADI Pengaruh Perubahan Harga Modal Terhadap NTP-PADI . Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Indonesia, Jawa dan Luar Jawa Tahun 1987-1996 (Rp 000/ha) 327 327, 328 xix 47. Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Indonesia, Jawa dan Luar Jawa Tahun 1987-1996 ($/ha).... Biaya Pokok Produksi Gabah Padi Sawah di —_Indonesi Jawa dan Luar Jawa Tahun 1987-1996 (Rp 000/na) Biaya Pokok Produksi Gabah Padi Sawah di Indonesia, Jawa dan Luar Jawa Tahun 1987-1996 ( $/ ha)... . Perkembangan Harga Dasar’ Gabah Dan Harga Pupck yang Ditetapkan Pemerintah Tahun 1970-1999... Halaman 337 xx DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 4. Diagram Pembentukan Nilai Tukar Petani Oleh Badan Pusat Statistik... 20 2. Pembentukan Dan Pergerakan Nilai Tukar Pertanian Atas Dasar Keseimbangan Tertutup Dua Sektor... 23 3. Mekanisme Pembentukan Harga. 65 4. Peskembangan NiaiTukar Petan Di Jaber, Jetong Dan Jatim Tahun 1987-1998 (Th 1987=100).... ocnses 87 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Sulut Dan Kalse! Tahun 1987-1998 (Th 1987=100). 87 6. _ Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Sumut, Aceh Dan Lampung Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)......0.00c0 88 7. Perkembangan Nilai Tukar Petani Di NTB, Yogya Dan Sulsel Tahun 1987-1998 (Th1987=100}......... 88 8. _Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Sumsel, Sumbar Dan Bali Tahun 1987-1998 (Th 1987=100) 89 9. Perkembangan Nilai Tukar Padi Di Aceh, Lampung, Bali, Sumsel Dan Sumut Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)......... 130 40. Perkembangan Nilai Tukar Padi Di Sulut, Kalsel, Sulsel, ‘Sumbar Dan NTB Tahun 1987-1998 (Th 1987=100).. 130 44. Perkembangen Nilal Tuker Padi Di Jabar, DIY, Dan Jatim ‘Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)... . 131 12. Perkembangan Nilai Tukar Petani Palawija Di Aceh, Lampung, Bali, Sumsel Dan Sulut Tahun 1987-1998 (Th1987=100)....... ore 159 13, Perkembangan Nilai Tukar Petani Palawija Di Sumut, | Kalsel, Sulsel, Sumbar Dan NTB Tahun 1987-1998, . 159 (Th 1987=100)... 44, Perkembangan Nilai Tukar Petani Palawija Di Jabar, Jateng, Jatim Dan DIY Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)........... 160 45. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sayur Di Jabar, Jateng, Jatim Dan DIY Tahun 1987-1998 (Th 1887=100).... 162 16. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sayur Di Sumut, Kalsel, Sulsel, Sumbar Dan NTB Tahun 1987-1998 (Th 1987=100). 162 17. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sayur Di Aceh, Sumsel, Lampung, Sulut Dan Bali Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)........ 163 18. Perkembangan Nilai Tukar Petani Buah Di Jabar, Jateng, Jatim Dan DIY Tahun 1987-1998 (Th 1987100)... 167 19. Perkembangan Nilai Tukar Petani_ Buah Di Aceh, Sumut, ‘Sumbar, Sumsel Dan >a Lampung T Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)... 167 20. Perkembangan Nilai Tukar Petani Buah Di Bali, Kalsel, ‘Sulsel, NTB Dan Sulut Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)... 168 21. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kebun Di Jaber, Jateng, Jatim Dan DIY Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)... 174 22. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kebun Di Aceh, ‘Sumbar, Lampung, Sumut Dan Sumsel Tahun 1987-1998 (Th 1987=100). 11 23, Perkembangan Nilai Tukar Petani Kebun Di Bali, Kalsel, ‘Sumsel, Suiut Dan NTB Tahun 1987-1988 (Th 1987=100)........_ 172 24, Perkembangan Harga Gabah Petani Di Jabar, Harga Dasar Gabah, Harge Beras KUD, Harga Beras FOB Bangkok, Dan Harga Border Beras Tahun 1987- 1999... we 178 Nomor Lampiran Halaman 1. Aktual dan Proyeksi NTP di Aceh Tahun 1995-1998 ..... 338 2. Aktual dan Proyeksi NTP di Sumut Tahun 1995-1998 338 3, Aktual dan Proyeksi NTP di Sumbar Tahun 1995-1998 ..... 338 4, Aktual dan Proyeksi NTP di Sumsel Tahun 1995-1998 ........ 338 wai a 21. 22, 23. 24, 25, 27. 28. Aktual dan Proyeksi NTP di Lampung Tahun 1995-1998 . Aktual dan Proyeksi NTP di Jabar Tahun 1995-1998 Aktual dan Proyeksi NTP di Jateng Tahun 1995-1996 ......... Aktual dan Proyeksi NTP di DIY Tahun 1995-1998 Aktual dan Proyeksi NTP di Jatim Tahun 1995-1998 ). Aktual dan Proyeksi NTP di Bali Tahun 1995-1998 Aktual dan Proyeksi NTP di Kalsel Tahun 1995-1998 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NTP dan Unsur Pembentuknya di Sumsel ... Perkembangan NTP dan Unsur Pempentuknya di Lampung. Perkembangan Perkembangan NTP dan Unsur Pembentuknya di Jateng ... Perkembangan: Perkembangan Perkembangan: Perkembangan NTP dan Unsur Pembentuknya di NTB ...... * Perkembangan Peskembangan Perkembangan |. Aktual dan ProyeksiNTP di NTB Tahun 1995-1998 3. Aktual dan Proyeksi NTP di Sulut Tahun 1995-1998 1. Aktual dan Proyeksi NTP di Sulsel Tahun 1995-1998 NTP dan Unsur Pembentuknya di Aceh NTP dan Unsur Pembentuknya di Sumut......... NTP dan Unsur Pembentuknya di Sumbar .. NTP dan Unsur Pembentuknya diJabar ..... NTP dan Unsur Pembentuknya di DIY NTP dan Unsur Pembentuknya di Jatim NTP dan Unsur Pembentuknya di Bali ......... NTP dan Unsur Pembentuknya di Kal NTP dan Unsur Pembentuknya di Sulut ......... NTP dan Unsur Pembentuknya di Sulsel ....... gege 345 .. 345, 31. 32. Halaman Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PADI di Lampung... Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PADI di Jateng ....... Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PADI di Jatim Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PAD!I di NTB ... Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PADI di Kalsel ......... Perkembangan Nilai Tukar Penyusun NTP-PADI di Sulsel ... 348 349 360 350 351 351 1, PENDAHULUAN 44, Latar Belakang Selama PJPT | pembangunan nasional telah mempertinatkan hasil hasil yang menggembirakan. Dalam periode tersebut terjadi. pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup tinggi, transformasi struktur ekonomi dari peran pertanian ke peran non pertanian (terutama industri dan jasa), pergeseran dari_migas ke non migas, keberhasilan dalam pencepaian ketersediaan pangan (swasembada beras) dan pengurangan kemiskinan. Pembangunan pertanian telah memberikan ‘sumbangan besar dalam keberhasilan pembangunan nasional tersebut, bak sumbangan langsung seperti dalam peribentukan POB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain (Simatupang, 1982 ; Sanim, 1997). ‘Sektor pertanian (agribisnis) yang lebih mengandalkan pemanfaatan sumberdaya domestik relatif lebin tahan dan tebih fleksibel_menghadapi goncangan moneter dibanding sektor lain yang relatif menggunakan komponen impor lebih banyak. Pada situasi kisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter saat ini, sektor pertanian kembali berperan sebagai sektor penyclamat pembangunan nasional, melalui : (1) Perannya dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai, (2) Perannya dalam perolehan devisa melalui ekspor, (3) Perannya sebagai reservoar (penampung) tenaga kerja yang Kembali ke pedesaan sebagai akibat dampak krisis, (4) Perannya dalam menanggulangi kemiskinan masyarakat yang semakin meningkat, (5) Perannya dalam pengendalian inflasi, dan (6) Dengan tingkat pertumbuhan yang masih positip, sektor pertanian berperan dalam menjaga laju pertumbuhan nasional. Beberapa indikator eran sektor pertanian dalam pembangunan nasional tercantumdalam Tabel 1. ‘Terlepas dani keberhasilan yang telah dicapai dan peran strategis sektor pertanian diatas, tantangan pembangunan pertanian saat ini dan mendatang dirasakan semakin berat, Disamping masih adanya masalah yang belum terselesaikan dari kegiatan pembangunan yang lalu, telah puta timbul masalah baru sebagai konsekuensi perubahan lingkungan strategis global dan domestik, dan masalah yang timbul akibat krisis ekonomi yang terjadi. Sebelum krisis Kegiatan pembangunan telah menurunkan Jumiah penduduk miskin, yaitu dari 42.3 juta orang ( 28.6 % dari total penduduk) pada tahun 1980 menjadi 22.5 juta orang ( 11.3 % dari total penduduk) pada tahun 1996. Kejadian krisis telah meningkatkan jumlah dan proporsi penduduk miskin, yaitu menjadi 49.5 juta orang (24.2% dari total penduduk) pada tahun 1998 (Tabel 1). Penduduk miskin tersebut sebagian besar berada di pedesaan dan terutama bekerja di sektor pertanian (Irawan, 2000), Tabel 1. eran Pertanian Dalam Pembangunan Nasional dan Penduduk Miskin Tahun 1980, 1990, 1996 dan 1998 indikator 7980] 1900 | 1996 ] 1998 4. PDB Pertanian ' ~ Nitai_( Tlyun Rp) 413 | 224 | o38 | 644 = %Thd PDB Total aaag | 215 | 154 | 172 + Laju Pertumbuhan (%/Th) 34 34 29 05 2. Penyerapan T. Kerja Pertanian = Jumiah (Juta Jiwa) 2g8 | 424 39.4 - % Terhadap Total 55.9 | 537 45.0 - Laju Pertumbuhan (%/Thy? | 1.2 36 42 3. Penduduk Pedesaan = Jumiah (Juta Jiwa) 1154 | 1242 | 1244 | 1240 = % Terhadap Total 779 | 689 | 633 | 607 4, Jumlah Penduduk Miskin (Juta)® + Desa 328 | 178 | 163 | 319 - Kota 95 94 72 178 - Desa + Kota 423 | 272 | 225 | 496 5. % Penduduk Miskin Terhadap Total Penduduk * - Desa zea | 163 | 123 | 267 - Kota 290 | 168 97 219 - Desa + Kota 286 | 15.1 113 | 242 ‘Sumber : Statistik Indonesia, BPS.Jakarta Tabun 1990, 1990, 1996, 1998 1 Tahun 1990 pada harga konstan 1973,Tabun 1990,1996 dan 1998 pada harge konstan 1983, ? Kasymo, F. (2000 ) trawan, PB dan Romdiati, H, (2000), Sejak semua sektor pertanian telah mengantisipasi dan menyelaraskan gerak perbangunannya searah dengan dinamika yang terjadi. Sejak Pelita VI orientasi pembangunan pertanian beralih dari fokus peningkalan produksi semata kearah orientasi peningkatan pendapatan (kesejahteraan) masyarakat pertanian, terutama petani di pedesaan. Untuk itu pengembangan agribisnis telah menempati posisi sentral pembangunan pertanian (Baharsyah, 1991). Gerbagai kebijaksanaan baik ditingkat mikro maupunmakro telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan —petani. Dengan orientasi pembangunan pertanian kearah —_perbaikan kesejahteraan pelaku pembangunan yaitu petani, maka sangat relevan untuk mengkaji dampak pembangunan yang dilaksanakan terhadap perbaikan kesejahteraan petani, sebagai upaya untuk memberi masukan bagi pelaksanaan pembangunan pertanian selanjutnya, Salah satu indikator / alat ukur tingkat kesejahteraan masyarakat pertanian adalah Nilai Tukar Pertanian. Nilai Tukar Pertanian merupakan ukuran kemampuan daya tukar sektor pertanian terhadap sektor non pertanian. Fluktuasi nifal tukar pertanian menunjukken fluktuasi kemampuan iil petani dan mengindikasikan tingkat kesejahteraan petani. Pengetahuan secara mendalam tentang perilaku nilai juker pertanian, dampak kegiatan pembangunan terhadap nilai tukar dan identifikasi faktor taktor penentu nilai tukar akan berguna bagi perencanaan kebijaksanaan pembangunan, terutama pembangunan pertanian. 4.2, Rumusan Masalah Pembangunan nasional pada dasamya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk peteni. Pethatian terhadap aspek kesejahteraan petani_semakin relevan dengan adanya krisis ekonomi dan gejolak musim yaitu_kejadian musim kering panjang dan banji. Kejadian tersebut telah mempengaruhi Kineja sektor pertanian dan kesejahteraan masyarakat pertanian dan pedesaan. Kejadian_ krisis ekonomi mengakibatkan kenaikan harge-harga, peningkatan pengangguran dan jumiah penduduk miskin, sementara kejadian kekeringan dan banjr telah berdampak terhadap usaha dan produksi pertanian, Usaha pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan ekonomi berupaya menciptakan stabilitas ekonomi nasional, terutama di sektor produksi_ pertanian, Namun kiranya peru. dikaji secara mendalam dampak yang terjadi_akibat dari penerapan berbagai kebijaksanaan tersebut, terutama terhadap kehidupan dan perilaku petani sebagai produsen komoditas pertanian. Pengkajan tersebut terutama ditujukan untuk menilai /- menentukan kebijaksanaan yang memberikan dampak positip, negatip dan netral terhadap kegiatan usaha produksi dan kesejahteraan peteni. Saleh satu alat ukur yang dapat dipakai_ untuk mengidentifkasi dampak yang timbul akibat dari penerapan kebijaksanaan adalah Nilai Tukar. Nitai tukar komoditas pertanian menggambarkan tingkat daya tukar / daya beli komoditas tersebut terhadap produk non pertanian, Pada kondisi petani hanya mengusahakan satu komoditas tertentu (petani monokultur) maka nilai tukar komoditas tersebut juga merupakan nilai tukar petani, Nilai tukar komoditas menggambarkan daya tukar komoditas pertanian tertentu terhadap produk yang dipertukarkan, Dalam kenyataan petani menggusahakan lebih dari satu komoditas, sehingga dibutuhkan pengembangan konsep Nilai Tukar Petani yang menggamberkan tingkat daya beli petani dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan usahataninya, Dengan demikian konsep nilai tukar tersebut relatif lebih mendekati sebagai alat ukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar pertanian berperan penting dalam mendorong kegairahan petani dalam usaha produksi pertanian, Makin tinggi nilai tukar pertanian semakin baik kedudukan sektor pertanian terhadap sektor lainnya, dan ini akan ‘mendorong kegairahan petani_ dalam memproduksi komoditas pertanian dan sebaliknya Sesuai dengan definisinya, maka nilai tukar pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian namun juga oleh sektor diluar Pertanian (Killick,1983; Timmer et al, 1983). Berbagai situasi dan gejolak yang terjadi_baik karena faktor alam atau gejolak yang terjadi akibat adanya distorsi pasar seperti penerapan suatu kebijaksanaan yang disengaje, baik di sektor Pertanian maupun non pertanian, ditingkat mikro maupun makro akan mempengeruhi produksi, harga harga dan ital tukar petani, Dengan demikian seluruh kebijaksanaan di sektor pertanian mulai dari yang berkaitan produksi pertanian sampai ke pemasaran hasil, seperti kebijaksanaan harga, subsidi, perkreditan dan lainnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi nila tukar pertanian dan kesejahteraan petani. Pengetahuan tentang dampak suatu perubahan_tersebut terhadap nilai tukar pertanian penting sebagai masukan dalam rangka perbaikan kebijaksanaan kearah pembentuken rilai tukar yang diinginkan, Kajian tentang nilai tukar pertanian di Indonesia relatif banyak, namun sebagian besar tentang nilai tukar komoditas pertanian (Soeharjo, 1976; Anwar, 1980; Sukarja, 1981; Pramonosidhi, 1984; Scandizzo dan Diakosawas, 1987 dan Hutabarat, 1995), Kajian tentang nilai tukar petani relat terbatas dan umumnya hanya berkaitan dengan pergerakan nilai tukar petani dengan unit analisa yang bersifat agregat / nasional (Hutabarat, 1996; Simatupang, 1992, Simatupang dan Isdiyoso 1992). Beberapa kajian tentang nilai tukar pertanian di Indonesia tercantum dalam Tabel 2. Nilai tukar petani dibentuk melalui mekanisme yang kompleks, yaitu suatu sistem pembentuk harga-harga. Mekanisme pembentukan harga tersebut berbeda antar daerah dan antar wakiu sebagai akibat dari keragaman sistem pembentukan penawaran dan penerimaan. Dengan demikian akan terdapat keragaman baik dari sisi penerimaan petani, sisi pengeluaran petani dan nitai tukar petani antar daerah dan antar waktu. Dani sisi penerimaan petani keragaman antar daerah dan antar waktu terjadi berkaitan dengan keragaman komoditas yang diusahakan petani searah dengan keragaman sumberdaya antar daerah dan keragaman sumber pendapatan. Sementara itu keragaman dari sisi pengeluaran_petani berkaitan dengan keragamen pola konsumsi antar daerah dan waktu. Tabel 2, Studi Tentang Nilai Tukar Pertanian di Indonesia Penulis Tahun | Cakupan Konsep Unit Analisa Nilai Tukar 1, Soeharjo, A. 1976 | Nilai Tukar | Nilai Tukar Barter, Nilai | Komoditas Komoditas | Tukar Faktorial, Nilai | Pertanian, Pertanian Tukar Penerimaan Nasional 2. Anwar, A. 1980 | Nilai Tukar | Nilai Tukar Barter Komoditas Komoditas | Perdagangan Pertanian, Pertanian Nasional 3.Sukarja, R. 1981 | NilaiTukar | Nilai Tukar Barter Komoditas Komoditas Pertanian, Pertanian Nasional 4. Pramonosidhi,D. | 1984 | Nilai Tukar | Nilai Tukar Subsisten | Komoditas Komoditas | Nilai Tukat Penerimaan | Pertanian, Pertanian Kasus Jateng 5. Reksasudharma,C. | 1988 | Nilti Tukar | Nilii Tukar Barter, Nilai | Komoditas Komoditas | Tukar Faktoriai, Nilai | Pertanian, Pertanian ‘Tukar Penerimaan Nasional 6. Simatupang,P. | 1992 | Nilai Tukar | Nilai Tukar Barter Petani, Petani ‘Nasional 7. Hutabarat, B, 1995 | Nilai Tukar | Nilai Tukar Petani Petani, Petanidan —_| Nilai Tukar Barter Komoditas Komoditas Pertanian. Pertanian Jateng,Sumut NTT,Kakeng Pengelahuen secara mendalam tentang perilaku Nilai tukar petani dan nilai tukar Komoditas pertanian antar daerah dan antar waktu. dan faktor-faktor penyebabnya akan sangat berguna dalam perencanaan pembangunan pertanian. Konsep Nila Tukar Petani telah dikembangkan Badan Pusat Statistik ‘sejak tahun 1983 di Jawa dan dikembangkan di luar Jawa tahun 1987. Unit analisa Nilei Tukar tersebut_bersifat regional (propinsi). Parameter Nitai Tukar Petani tersebut telah dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan relatif masyarakat pertanian / petani antar daerah (propinsi).indikator tersebut digunakan sebagai salah satu alat monitoring dan perencanaan pembangunan (pertanian). Pertanyaan yang muncul adalah seberapa jauh parameter Nilai Tukar Petani yang dibangun telah memadai sebagai indikator kesejahteraan petani, secata konsep dan metodologi. Evaluasi secara mendalam tentang hal tersebut akan berguna bagi penyempumaan pembentukan parameter Nilai Tukar Petani. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ‘Secara umum penelitian bertujuan mempelajari perilaku dan menganalisis faklor faklor yang menentukan nilai tukar petani. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Mempelajari perilaku nilai tukar petani, unsur unsur pembentuk nilai tukar petani dan faktor yang mempengaruhinya 10 2. Menganalisis dampak kejadian krisis ekonomi terhadap rilai tukar petani. 3. Menganalisis dampak perubahan harga-harga terhadap nilai tukar petani. 4, Menganalisis pengaruh penerapan kebijaksanaan harga sektor pertanian terhadap nilai tukar petari 5. Mengevaluasi Relevansi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani. Dari hasil studi ini diharapkan sebagai masukan bagi perumusan kebijaksanaan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan nilai tukar petani. 1.4. Kontribusi Penelitian Penelitian ini ditekanken kepada anaiisa tentang Nilai Tukar Petani sebagai indikator kesejahteraan petani. Secara garis besar lingkup dan kontribusi penelitian akan mencakup: (a) Pengetahuan tentang perilaku Nilai Tuker Petani dan faktor faktor yang mempengaruhinya, (b) Melalui Pendekatan Konsep nilai tukar petani dengan unit regional dapat diketahui perbandingan relatif nilai tukar petani antar regional dan merupakan indikator tingkat kesejahteraan relatif antar region, (c) Melalui metoda dekomposisi dapat diketahui perilaku dari nilai tukar unsur penyusun nilai tukar petani, antara lain nilai tukar petani komoditas pertanian, (d) Pengetahuan tentang pengeruh perubahan harga-harga dan dampak kebijaksanaan harga terhadap nilai tukar petani dan nilai tukar komoditas pertanian, dan (e) Analisa dari konsep nilai tukar petani tersebut sebagai alat ukur / indikator kesejahteraan petani. Pengetahuan tentang aspek aspek diatas akan sangat membantu dalam perumusan kebijaksanaan pembangunan terutama pembangunan pertanian dan pedesaan, dan penyempumaan secara metodologis dari pengukuran Nilai Tukar Petani sebagai indikator kesejahteraan petani. Ketersediaan alat ukur yang secara konsep dan metodologi seusuai/ memadai dan secara ‘operasional mudah dilakukan pada wilayah ( cakupan daerah) yang luas akan sangat membantu dalam perencanaan dan monitoring pembangunan, terutama berkaitan dengan kesejahteraan petani. 1.6. Keterbatasan Penelitian Dalam analisisis tentang nilai tukar pertanian, penelitian akan membatasi diri dengan menekankan kepada penggunaan konsep nilai tukar petani regional. Dengan penekanan kepada penggunaan konsep tersebut, dengan sendirinya penggunaan data dan informasi lebih terfokus kepada yang berkaitan dengan aspek tersebut. Dalam analisis akan dilakukan dekomposisi dari Nilai Tukar Petani, yaitu dekomposisi menurut kelompok komoditas yang diusahakan. Ideainya dekomposisi juga dapat dilakukan terhadap masing masing Nilai Tukar Komoditas Pertanian. Dengan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, analisa 12 dekomposisi hanya akan dilakukan sampai pada tingkat kelompok komoditas, yaitu Nilai Tukar Petani Padi, Nilai Tukar Petani Palawija, Nilai Tukar Petani Sayuran, Nilai Tukar Petani Buah dan Nilai Tukar Petani ‘Tanaman Perkebunan. Il, TINJAUAN PUSTAKA 24. Konsep Nilai Tukar Pertanian Konsep nilai tukar pertanian yang digunakan dalam penelitian empiris beragam. Minimal ada lima konsep nilai tukar yang dijumpai, yaitu : (a) Konsep Barter / Pertukaran (b) Konsep Faktorial , (c) Konsep Penerimaan , (4) Konsep Subsisten, dan (@) Konsep Nilai Tukar Petani. (BPS, 1983; Pramonosidhi,1984; Chacholiades,1990; Tsakok,1990; Diakosawas dan ‘Scandizzo, 1991; Simatupang, 1992). 24.1 Konsep Barter / Pertukaran Konsep barter ( Nilai tukar barter) mengacu kepada harga nisbi suatu komoditas pertanian tertentu terhadap barang / produk non pertanian. Nila “Tukar Barter (NTB) didefinisikan sebagai rasio antara Harga Pertanian terhadap Harga Produk Non Pertanian . Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: NTB = Px/Py; sntnerseeeeeeesseees (A) Nilai Tukar Barter Pertanian; Harga Komoditas Pertanian Harga Produk Non Pertanian. dimana: = NTB PK Py Konsep nilai tukar ini mampu mengidentifikasi perbandingan harga relatif dari komoditas pertanian tertentu terhadap harga produk yang dipertukarkan. Peningkatan NTB berarti semakin kuat daya tukar harga komoditas pertanian terhadap barang yang dipertukarkan. Namun konsep NTB disamping hanya berkaitan dengan komoditas dan produk tertentu juga tidak mampu memberikan menielaskan berkaitan dengan perubahan produktifitas (teknologi) komoditas pertanian dan komocitas non pertanian tersebut. 2.1.2, Konsep Faktorial Konsep Faktorial merupakan perbaikan dari konsep barter, yaitu dengan memasukkan pengarun perubahan teknologi (produktiitas) dalam konsep nilai tukar. Nilai Tukar Faktorial (NTF) Pertanian didefinisikan sebagai rasio antara harga pertanian terhadap harga non pertanian, dikalikan dengan produktivitas Pertanian (2x). Apabila hanya memperhatikan produitivitas pertanian maka disebut Nilai Tukar Faktorial Tunggal (NTFT), dan apabila produktivitas non pertanian (Zy) juga diperhitungkan, maka disebut Nilai Tukar Faktorial Ganda (NTFG). NTFT dan NTFG dirumuskan sebagai beritut: NTFT = Px *Zx /Py: = NTBY 2x; NIFG = Px*Zx/ Py*Zy; = NTB/Z; ee) dimana Nilai Tukar Faktorial Tunggat; Nilai Tukar Faktorial Ganda; Produktivitas Komoditas Pertanian Produktivitas Produk non pertanian. = Rasio Produktivitas Pertanian Terhadap Produktivitas Produktivitas Non Pertanian, 15 Konsep ini mampu mengidentifikasi pengaruh dari perubahan teknologi dari Komoditas dan produk tertentu yang dipertukarkan. Namun konsep ini terbatas kepada komoditas dan produk tertentu dan tidak dapat menjelaskan kemampuan seluruh komoditas / produk yang dipertukarkan. 2.1.3, Konsep Penerimaan Konsep penerimaan (Nilai Tukar Penerimaan) merupakan perbaikan dari konsep nilai tukar faktorial. Nilai Tukar Penerimaan (NTR) merupaken daya tukar dari penerimaan (nilai hasil) Komoditas pertanian yang diproduksikan petani per Unit (hektar) terhadap nilai korbanan untuk memproduksi hasil tersebut. Px Qx NIR = - Py ay | Dengan demikian NTR menggamberkan tingkat profitabilitas dari usahatani komoditas tertentu. Namun NTR hanya menggambarkan nilai tukar komoditas tertentu, belum keseluruhan komponen penerimaan dan pengeluaran petani. 2.1.4, Konsep Subsisten Konsep nilai tukar subsisten (NTS) merupakan pengembangan lebih tanjut dari NTR. NTS menggambarkan daya tukar dari penerimaan total usahatani petani terhadap pengeluaran total petani untuk kebutuhan hidupnya {Pramonosidhi, 1984). Penerimaan petani merupakan penjumiahan dari selunun 16 nilai hasil_ produksi komoditas pertanian yang dinasilkan petani dan Pengeluaran petani_merupakan penjumiahan dari pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga dan pengeluaran untuk biaya produksi usahatani. NTS dirumuskan sebagai berikut Nilai Tuker Subsisten, Harga komoditas Pertanian ke i; Produksi komoditas Pertanian ke i; Py, = Harga Produk Konsumsi ; Harga input Produksi_; Jumlah Produk Konsumst ; Qy, = Jumlah Input Produksi; Dengan demikian NTS menggambarkan tingkat daya tukar / daya bell dari Pendapatan petani deri usahatani terhadap pengeluaran rumahtangga petani untuk —kebutuhan hidupnya yang mencakup pengeluaran konsumsi dan Pengeluaran untuk biaya produksi. Dalam operasionalnya konsep NTS ini hanya dapat dilakukan pada tingkat mikro, yaitu unit analisa rumahtangga 2.4.5 Konsep Nilai Tukar Regional Konsep Nilai Tukar Regional merupakan pengembangan lebih lanjut dari NTS dengan mermvornulasikannya dalam unit analisa regional, Badan Pusat Statistik mengembangkan konsep ini sebagai Nilai Tukar Petani (NTP) dengan unit analisa_propinsi. Dengan demikian NTP merupakan konsep makro dari NTS. 7 Dengan unit analisa propinsi maka dapat dievaluasi perbandingan NTP antar regional / propinsi. Nila Tukar Petani didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayar petani. Harga yang diterima petani merupakan harga terlimbang dari harga harga komoditas pertanian yang dijual petani, dan harga yang dibayar petani adalah rilai tertimbang dari harga harga yang dibayar/ dibeli petani, Penjabaran lebih lanjut dari pemoentukan NTP diuraikan berikut. 2.2. Pembentukan Nilai Tukar Petant Konsep perhitungan NTP merupakan pengembangan secara makro dari konsep NTS dimana petani berada pada posisi sebagai produsen dan konsumen Secara konsepsi NTP mengukur daya tukar dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani terhadap produk yang dibeli_ petani untuk kepertuan konsumsi dan kepertuan dalam memproduksi usahatani Dengan unit analisa tingkat regional / propinsi, maka definisi petani adalah “petani”_ dalam pengertian agregat yang menggambarkan “petani_ sualu propinsi” tertentu. Petani didefinisikan sebagai ‘individu’ yang berusaha dibidang usahatani fahan (land base), mencakup usahatani komoditas tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat. Petani tersebut adalah pemilik maupun petani penggarap (sewalkontrak/bagi hasil) atas risiko sendiri dengan tujuan untuk dijual. Pendapatan petani agregat merupaken peniumlahan dari nilai produksi regional / propinsi dari setiap komocitas pertanian yang dijual petani Nilai tukar petani (NTP) didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterima petani (HT) dengan harga yang dibayar petani (HB). Secara garis besar pembentukan Nitai Tukar Petani terangkum dalam Gambar 1, dengan unsur unsur pembentuk NTP tercantum dalam Tabel Lampiran 1. Metodologi pembentukan Nilai Tukar Petani. secara ringkas tercantum dalam Tabel Lampiran 2. 22.4. Harga Yang Diterima Petani (HT) Harga yang diterima petani merupakan harga terfimbang dari _harga setiap komoditas pertanian yang diproduksi / dual petani. Penimbang yang digunakan adalah nilai produksi yang dijual petani dari setiap komoditas. Harga komoditas pertanian merupakan harga rataan yang diterima petani atau “Farm Gate’, Petani yang dimaksud dalam konsap NTP dari BPS dibatasi kepada petani tanam bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat. Tanaman bahan makanan dikelompokkan dalam padi, kelompok palawia, kelompok sayuran dan kelompok buah buahan. Sedangkan tanaman perkebunan rakyat terdiri usahatani komoditas perdagangan rakyat. Dengan berbedanya jenis komoditas yang dihasilkan disetiap daerah, maka kelompok komoditas (bundel komoditas) dari setiap daerah / propinsi_mungkin dapat berbeda. Jumiah komoditas dari bundel komoditas dari setiap daerah tercantum dalam Tabel Lampiran 3. 19 , wipowat wy cower b_[ lowe Lf sgn Cand IN aux | aus Wad uuungayag Le Tanger] oeeuteme y, Sagepuy [ mr an [ur weeye WEMARy ysunstoyy Ez |} SS Wargo sewer 7 HATES ore wed |, [wed (@H) INVI3d UVAVEIC ONVA VOHWH (LH) INVL3d WINISS.LIG ONVA YOHVH MBSHRIS FesNd UEpe™ YOIO UeIOd IeyNL II UeNMUAquied weiBEIG *} FeqUIZD Harga yang diterima petani (HT) dirumuskan sebagai berikut : HT = a, PT, + ay PTa+ ay PTy+ a4 PT a5 PTs. Atau HT = =EajPT; po wn 6 dimana : Harga yang diterima petani; Harga keiompok komoditas ke i (i= padi, palawija, sayuran, buah buahan dan tanamen perkebunan rakyat); @ == Pembobot dari kelompok komoditas kei ; Harga dari sefiap kelompok komoditas merupakan harga tertimbang dari harga rata rata setiap komoditas penyusunnya, Atau PT, =2a,PK; secretes dimana : PK, = Harga komoditas ke j ; a, = Pembobot dari komoditas ke j ; 2.2.2 Harga Yang Dibayar Petani (HB) Harga yang dibayar petani merupakan harga tertimbang dari harga / biaya konsumsi makanan, konsumsi non makanan dan biaya produksi dan penambahan barang modal dari barang yang dikonsumsi atau dibeli petani Komoditas yang dihasilkan sendiri tidak masuk dalam perhitungan harga yang dibayar petani. Harga yang dimaksud adalah harga eceran barang /jasa yang dipasar pedesaan. Harga yang dibayar petani (HB) dirumuskan berikut HB =Eb PB; 2 dimana : HB = Harga yang dibayar petani, PB, = Harga kelompok produk ke i yang dibeli petani ; b, = Pombobot dari komoditas ke i ; 1 = Kelompok produk konsumsi pangan, non pangan (perumahan, pakaian, aneka barang dan jasa), dan sarana produksi(faktor ‘produksi, non faktor produksi, barang modal). Harga dari setiap kelompok produk yang dibeli merupakan harga tertimbang dari harga rata rata setiap produkfbarang penyusunnya. Jenis bundel_ produk penyusun HB tercantum dalam Tabel Lampiran 1 sedangkan jumish produk dalam bundel produk penyusun HB tercantum dalam Tabel Lempiran 3. n Atau PB, = £b,PP); FA dimana: PB, = Harga kelompok produk ke j; PP, = Harga produk ke j; Pembobot dari produk ke j ; a 2.2.3. Nilai tukar Petani Nilai Tukar Petani merupakan rasio antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayar petani. NTP = HT/HB; . pecesseeesee (10) Pengukuran Nilai Tuker Petani (NTP) dinyatakan dalam bentuk indeks sebagai INTP = THB: (M1) Indeks Nilai Tukar Petani; Indeks harga yang diterima petani; Indeks harga yang dibayar petani; 22 Indeks tersebut merupakan nifai tertimbang terhadap kuantitas pada tahun dasar tertentu. Pergerakan nilai indeks akan ditentukan oleh penentuan tahun dasar, karena perbedaan penggunaan tahun dasar akan dapat menghasilkan keragaan perkembangan indeks yang berbeda. Formulasi Indeks yang digunakan adalah Indeks Laspeyres (BPS, 1995; Koutsoyiannis 1979 ). Z QP, bozo = a (12) E QoPo atau: i = bP; dimana: | = Indeks Laspeyres Q, = Kuantitas pada tahun dasar tertentu (tahun 0). P, = Harga pada tahun dasar tertentu (tahun 0) = Herga pada tahun ke i. b = £.Qp/3Qo Po, merupakan unsur pembobot. Penghitungan nilai tukar petani oleh BPS dilakukan menurut kelompok komoditas, sektor dan wilayah (propinsi), dan untuk itu dalam perhitungan IT dan (8 telah ciiakukan modifikasi formula Laspeyres, sebagai berikut Pri E—~ Pay Qa Poesy = Po Qo Vakkaw = x 100 ; enenseseee 18) indeks harga sub kelompok, indeks harga kelompok, indeks harga sektor, indeks harga umum (h atau le), harga rataan propinsi untuk jenis barang i bulan berlaku (n), harga rataan propinsi untuk janis barang i bulan sebelummya, = harga rata rata untuk jenis barang i pada periode dasar, Qa = timbangan kuantitas untuk jenis barang i pada periode dasar. B Pembentukan NTP oleh BPS dimulai dengan menggunakan dasar tahun 1983 dilakukan di 4 propinsi di Jawa yaitu Jabar, Jateng, Di Yogya dan Jatim. Selanjutnya pengukuran NTP dikembangkan ke 10 propinsi lainnya di luar jawa, yaitu Aceh, Sumut, Sumber, Sumsel, Lampung, Bali, NTB, Kalsel, Sulut dan ‘Suisel dengan menggunakan tahun dasar 1987. Sedangkan sejak tahun 1999 dengan menggunaken tahun dasar 1993 , Kembali dikembangkan ke sembilan propinsi lainnya yaitu Riau, Jambi, Bengkulu, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, ‘Sulteng dan Sultra. Dengan demmikian pengukuran telah ditakukan di 23 propinsi di indonesia kecueli di DKi, Maluku dan Irian Jaya. Dari konsep pengukurannya diatas, NTP identik dengan konsep nisbah paritas (parity ratio) yang dikembangkan di Amerike Serikat pada tahun 1930an (Tomek dan Robinson, 1981). Konsep nisbah paritas dirumuskan sebagai berikut: (Indeks harga yang diterima sekarang) (tahun dasar) Nisbah paritas = —— ——- x100; ...(44) {Indeks harye yang dibayar sekarang tahun dasar) Konsep tersebut di AS sampai sekarang masih digunakan dan secara dinamis dilakukan beberapa modifikasi, sesuai dengan perubahan relatif komoditas penyusunnya. Dalam penyajiannya telah dilakukan perhitungan indeks dengan menggunakan memperbandingkan penggunaan beberapa tahun dasar. 24 2.3. Studi Tentang Nilai Tukar Pertanian Di Indonesia Beberapa studi tentang nilai tukar pertanian di Indonesia telah dilakukan seperti terangkum dalam Tabel 2. Secara umum sebagian besar studi umumnya tentang nilai tukar komoditas pertanian. Studi nilai tukar komoditas pertanian telah dilakukan oleh tim IPB diketuai oleh Soeharjo, (1976) berkaitan dengan nilai tukar beberapa komoditas pertanian pada kurun waktu tahun 1969-1979. Konsep yang digunakan adalah nilai tukar barter, nilai tuker faktorial tunggal dan nilai tukar pendapatan. Hasil utama studi tersebut — mengungkapkan bahwa selama dua Pelita, kebijaksanaan pembangunan pertanian telah berhasil_meningkatkan berbagai_ produksi Pertanian, namun perkembangan produksi tersebut lebih disebabkan oleh perkembangan luas pertanaman dibandingkan perkembangan produktifitas Nilai tukar petani juga menunjukkan peningkatan dan peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga relatif dari komoditas pertanian, bukan oleh nisbah hasil produksi terhadap biaya produksinya. Studi tentang nilai_tukar komoditas pertanian selanjutnya juga dilakukan oleh tim IPB diketuai oleh Anwar, (180) dengan menggunakan Pendekatan teoritis tentang nilai tukar perdagangan komoditas pertanian, Hasil analise_menyimpulkan bahwa perkembangan nilai tukar komoditas pertanian memberikan posisi yang menguntungkan bagi sektor pertanian, namun demikian bukan berarti bahwa pendapatan sektor pertanian berada pada posisi yang menguntungkan. Dari studi tersebut juga menyarankan 25 tentang penelaahan lebih janjut tentang nilai tukar pertanian berkaitan dengan model kebijaksanaan nifai tukar komoditas pertanian dalam kaitan dengan perdagangan internasional, penelaahan secara empiris dari model dan konsep empiris nilai tukar komoditas pertanian yang dihasilkan dan analisis yang berkaitan dengan aspek aspek kelembagaan Studi lanjutan yang menguji konsep yang dikemukakan Anwar (1980) dilakukan oleh tim UNPAD diketuai oleh Sukarja, (1981). Dengan menggunakan data sekunder tingkat kecamatan dan kabupaten, dihasilkan temuan ; (a) Data yang ada ditingkat kabupaten belum mencerminkan tingkat nilai tukar yang nyata didesa, (b) merosotnya nilai tukar tidak selamanya — mengincikasikan penurunan ekonomi produksi pertanian,(c) penetapan harga dasar hanya memperbaiki nilai tukar pada saat musim panen raya sementara pemberian subsidi harga saprodi telah meningkatkan nilai tukar dan kegairahan berproduksi petani, (d) peningkatan nilai tukar palawija belum dapat menaikkan produksi yang diharapkan akibat adanya resiko kegagalan panen, dan (e) nilai tukar karet sangat tergantung kepada perkembangan harga di luar negeri, Dengan menggunakan data deret waktu dengan lingkup nasional, studi nilai tukar komoditas pertanian juga juga dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Reksasudharma (1988). Komoditas yang analisa adalah padi dan palawija melalui pendekatan konsep nilai tukar barter, nilai tukar faktorial dan nilai tukar pendapatan. Hasil analisa_mengemukakan sebagai berikut 26 (a) nitai tukar petani padi selama kurun waktu 1977 - 1985 mengalami penurunan, yang berarti bahwa keberhasilan swasembada beras di tahun 1984 tidak disertai dengan peningkatan pendapatan petani padi secara ‘ill, sebab daya beli_ menurun dan (b) Nilai tukar pendapatan petani kedelai, jagung dan kacang tanah mengalami peningkatan. Dari keempat studi diatas analisa nilai tukar seluruhnya ditekankan kepada perilaku nilai tukar komoditas pertanian tertentu dengan fokus tanaman padi dan palawija serta beberapa tanaman perkebunan rakyat. Analisis tentang Nilai Tukar Petani melalui konsep nilai tukar regional seperti dikembangkan BPS, telah dilakukan oleh Simatupang (1992), Simatupang dan Isdiyoso (1992). Kajian terutama berkaitan dengan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan nilai tukar pertanian. Hasil_kajian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan nilai tukar barter sektor pertanian merupakan fenomena alamiah yang akan terjadi secara otomatis dalam suatu perekonomian yang mengalami pertumbuhan dimana kaitan antara sektor pertanian dengan industri pengolahan sangat rendah. Penyebab dari hal tersebut adalah : (1) perubahan struktur ekonomi yang tumbuh bias ke sektor non pertanian, (2) pembangunan agro-industri yang berjalan tambat, (3) kemajuan teknologi pertanian yang mendorong peningkatan produksi (suplai) secara pesat, (4) perubahan struktur pasar dimana kekuatan tawar menawar petani semakin menurun, (5) kebijaksanaan pemerintah yang lebih melindungi konsumen, dan (6) perubahan struktur demografi akibat urbanisasi. 27 Studi yang dilakukan oleh Hutabarat (1995) menunjukkan bahwa indeks nilai tukar petani secara dominan dipengaruhi olek indeka harga tanaman pangan dan indeks harga konsumsi rumahtangga, sedangkan pengaruh Indeks biaya produksi dan penambahan barang modal serta indeks tanaman perdgangan terhadap NTP tidak nyata. Dengan data mikro dikemukakan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi pendapatan petani walaupun tidak secara nyata. Pendapatan petani lebih dominan ditentukan oleh luas garapan dan ratio antara pendapatan pertanian dan non pertanian. Kemerosotan nilai tukar petani dan produk pertanian pada umumnya juga terjadi karena penurunan harga komoditas yang diproduksikan dan dijval petani sementara harga barang industri yang dibeli petani meningkat. Ini sejalan dengan perbedaan dari sifat produk pertanian dan produk manufaktur dalam hal permintaan, struktur pasar dan arah dari teknotogi. 2.4, Karakteristik Nilai Tukar Pertanian dan Nilai Tukar Petani Secara teoritis dan ditunjukkan pula oleh beberapa studi empiris, tanpa adanya perhatian / intervensi nilei tukar produk pertanian ( produk primer) dan berarti juga nilai tukar petani akan cenderung menurun. Fenomensa ini sejatan dengan karakteristik nilai tukar komoditas pertanian (komoditas primer) sebagaimana tesis dari .Prebishch-Singer (Nafsiger,1990). Tesis tersebut mengemukakan bahwa secara historis nilai tukar pertanian cenderung memburuk karena adanya perbedaan dalam pertumbuhan permintaan dan struktur pasar 28 antara produk primer dan produk menufaktur. Fenomena ini sejalan pula dengan karakteristik harga produk pertanian yang cenderung menurun ( Nerlove, 1994; ‘Sarkar, 1986 dalam Hutabarat, 1995; Ghatak dan ingersent, 1984). Minimal ada tiga penjelasan teoritis yang dapat dipakai sebagai dasar terjedinya penurunan nilai tukar pertanian, yaitu : (1) Elastisifas pendapatan produk pertanian bersifat in elastik atau Ea sg: < 1 (Hukum Engel), (2) Perubahan teknologi dengan laju yang berbeda yang menguntungkan produk manufaktur, dan (3) Perbedaan dalam struktur pasar dimana struktur pasar dari produk pertanian yang cenderung kompetitif, sementarastruktur pasar sektor / produk manufaktur cenderung kurang Kompetitf dan bahkan mengarah ke pasar monopaoli a. _Elastisites Pendapatan Produk Pertanian Bersifat inelastik Karakteristik permintaan produk pertanian (primer) yang bersifat in etastik merupakan proposisi yang dikemukakan oleh Engel, atau apa yang disebut dengan hukum Engel. Dengan sifat permintaan yang in elastk berart! pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan perdapatan per kapita masyerakat, ‘akan meningkatkan permintaan produk pertanian dengan iaju yang menurun. ‘Secara grafis fenomena pembentukan dan pergerakan nilai tukar pertanian dapat dijelasken dengan model keseimbangan dua sektor, seperti digambarkan ‘Anderson (1987) dalam Gambar 2. 29 Gambar 2. Pembentukan Dan Pergerakan Nilai Tukar Pertanian Atas Dasar keseimbangan Tertutup Dua Sektor. Pertanian, Non Pertanian Diasumsikan suatu model perekonormian dua sektor (pertanian dan industri) yang tertutup. Kurva AA adalah Kurva Kemungkinan Produksi (KKP), dan kurva lb |b adalah Kurva Indifferen (KI) pada kondisi awal. Keseimbangan terjadi pada titik Eo dimana kurva KKP bersinggungan dengan Kl. Nilai Tukat Barter (NTB) merupakan rasio harga antara.sektor pertanian dan sektor industti dicerminkan oleh garis singgung kurva KKP dengan Kl yang melalui ttik Eo yaitu garis Poo. Misalkan perekonomian mengalami pertumbuhan iil (misalkan akibet perubahan teknologi yang netral dikedua sektor), sehingga KKP bergeser proporsional ke CC. Pertumbuhan ini menyebabkan peningkaten kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari pergeseran Kurva indifferen dad Ilo ke |) ly dan 30 tik keseimbangan pada E, Karena permintaan untuk produk pertanian bersifat tidak lasik ternadap pendapaten, sementara permintaan produk non pertanian {ebih elastik , sesuai dengan hukum Engel, maka titi keseimbangan baru E, akan berada di sebelah kanan bawah dari tik Ep Pada pertumbuhan netral tersebut, maka garis harga baru adalah P,P, akan lebih tegak dari garis harga PoPo. Pada kondisi ini maka Nilai Tukar Pertanian {NTB) = Po/P; mengalami penurunan. b. Perbedaan Perubahan Teknologi Antara Pertanian dan Manufaktur Perubahan teknologi dapat borupa modifikasi dan atau kreasi dari fungsi produksi (Dalrymple, ). Perubahan teknologi yang dimaksud merupakan innovasi yang akan meningkatkan effisiensi produksi melalui peningkatan produktifitas dan atau penurunan biaya produksi. Dengan demikian perubahan teknologi secara langsung akan merubah bentuk fungsi produksi dan secara tidak langsung mempengaruhi penggunaan faktor produksi dan harga harga, yang berart! pula ‘akan mempengaruhi nilal tukar pertanien dan nilai tukar petani. Perubahan teknologi secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap ekonomi, Perubahan teknologi berpengaruh langsung terhadep supplai (produksi), pendapatan dan kesempatan kerja. Secara tidak langsung perubahan ‘teknologi berkailan dengan pengaruh yang akan terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang deri hubungan keterkaitan teknologi pertanian dengan non pertanian, Satu aspek penting dampak tidak langsung dari perubahan teknologi yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa peningkatan dalam penerapan 31 {edopsi) teknotogi baru di sektor pertanian selalu diikuti oleh peningkatan ketergantungan sektor pertanian tersebut terhadap sektor diluar pertanian dan ‘menurunkan peran dari lahan (Rutan, 1960). Dari sisi individu petani, peningkatan produkfifitas akan meningkatkan nital tukar pendapatan petani. Namun secara agregat peningkatan produksi atau peningkatan supplai dapat berakibat menurunankan harga produksi, yang berarti penurunan datam nilai tukar. Adopsi teknologi pertanian yang berakibat peningkatan ketergentungan terhadap sektor non pertanian juga dapat berakibat dan dapat dipastikan cenderung menurunkan nilai tukar pertanian, Keoenderungan penurunan nilai fuker pertanian juga dapat terjadi akibat perbedaan karakteristik produksi dan arah dari adopsi teknologi antara sektor pertanian (produk primer) dan sektor non pertanian (manufaktur). Karakteristik dan arah adopsi teknologi pertanian umumnya terbatas kepada peningkatan produksi "komoditas", sementara karakteristik dan arah teknologi non pertanian (manufaltur) mengarah ke penciptaan "produk’. Sifat permintaan "komoditas" pertanian cenderung in elastk sementera permintaan “produk" industri bersifat elastik. Perbedaan karakteristik ini yang menyebabkan peningkatan supplai komoditas pertanian cenderung menurunkan harga komoditas tersebut, sementara penciptaan ‘produk’ baru sektor manufakdur justru memperkuat nilai tukamya. 32 ¢. _ Perbedaan Dalam Struktur Pasar Karakteristik lain yang menyebabkan perbedaan pergerakan nilai tukar antara produk pertanian dan produk manufaktur adalah dalam struktur pasar. Pasar dari "komoditas” pertanian umumnya bersaing sempuma, dimana harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yaitu penawaran dan permintaan. Sementara pasar "produk" manufaktur cenderung bukan bersaing sempuma, dimana dalam batas batas tertentu produsen mempunyai kekuatan untuk mengatur jumlah produksi dan harga. Pada kondisi demikian maka jelas secara relatif nilai tukar Komoditas pertanian cenderung menurun. Kondisi harga dan nilal tukar komoditas pertanian diperburuk dengan karakteristik praduksi komoditas pertanian yang bersifat musiman dan cepat rusak. 2.5, Kebljaksanaan Pembangunan dan Nilai Tukar Pertanian Nilai tukar pertanian tidak semeta citentukan oleh kebijaksangan di sektor perlanian tetapi juga kebijaksanaan pembangunan nasional pada umumnya. Arah kebijaksanaan nasional telah mempengaruhi kineja sektor pertanian dan perimbangan sektor pertanian terhadap sektor di luar pertanian Kebijaksanaan pembangunan nasional dalam dua dasawarsa terakhir telah_menempatkan sektor pertanian sebagai pendukung sektor manufaktur. Kebijaksanaan pembangunan nasional lebih diarahkan untuk mendukung strategi pengembangan industri yang berspektrum luas dan teknologi tinggi namun kurang terkait dengan sektor pertanian dan sumberdaya domestik 33 (Saragih, 1995; PSE, 1999). Dengan arah kebijaksanaan pembangunan nasional tersebut, maka secara langsung dan tidak langsung tidak =mampu mendorong dan bahkan tidak menunjang pengembangan pertanian / agribisnis. Dua indikator dikemukakan Saragih (1999) berkaitan dengan hal tersebut, yaitu: (@) kebijaksanaan makroekonomi yang kurang mendukung, dan (b) pengelolaan pembangunan agribisnis yang tersekat sekat dilakukan oleh banyak departemen tanpa terkoordinasi. Kebijaksanaan makroekonomi yang kurang mendukung pengembangan agribisnis dapat dievaluasi dari penetapan kebijaksanaan antara lain : (a) Dalam rangka meningkatkan impor bahan baku, bahan penolong dan tenaga ahli industri, nilai tukar rupiah ditetapkan lebih tinggi dari semestinya (overvalued). Kebijaksanaan ini telah menghambat kegiatan ekspor komoditas pertanian, meningkatnya impor dan terhambatnya ekspor komoditas pertanian telah menyebabkan nilai tukar komoditas pertanian mengalami penurunan, seperti citunjukkan oleh semakin menurunnya nitai rasio antara harga pertanian terhadap harga produk industri, (b) harga komoditas pertanian khususnya komoditas pangan ditetapkan relatif murah dengan sasaran meningkatkan daya saing produk manufaktur. Kenyataan {ersebut telah menurunkan nial tukar pertanian dan nilai tukar petani, dan (c) untuk menutupi defisit anggaran dan neraca pembayaran agar berimbang ditetapkan suku bunga tinggi untuk meraih arus modal masuk kedalam negeri Kebijaksanaan harga dan nilai tukar yang bersifat distorsif tersebut diakui telah merubah struktur perekonomian nasional secara signifikan selama 34 dua dekade terakhir, namun tidak kondusif dan bahkan merugikan bagi pembangunan pertanian. Terbukti keberhasilan pembangunan tersebut tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap kesejahteraan sebagian besar masyarakat yang sebagian berada di pedesaan dan sebagain besar bergerak dibidang pertanian. Kebijaksanaan harga pangan murah, nilai tukar yang rendah dan tingkat suku bunga yang tinggi temyata tidak memberikan insentif yang memadai kepada petani dalam berproduksi, tidak mendorong pengembangan agroindustri dengan orientasi ekspor dan telah_menghasilkan situasi yang sangal rentan terhadap gejolak baik perubahan ekonomi maupun perubahan alam. Pada bagian lain pengelolaan agribisnis yang tersekat dengan dikelola ‘oleh banyak departemen telah melemahkan posisi Departemen Pertanian sebagai departemen texnis yang yang menangani sektor produksi primer. Penanganan agribisnis oleh banyak departemen tanpa ditkuti oleh koordinasi yang memadai telah berakibat tidak terfokusnya pembangunan agribisnis Pola penanganan agribisnis yang tersekat secara —_berkepanjangan mengakibatkan ekspor komoditas pertanian umumnya terbatas pada produk primer dan bukan produk akhir industri ( Pakpahan, 2000). Strategi pembangunan yang diterapkan diatas_- memang telah meningkatken pertumbuhan nasional_secara signifikan dan terjadinya transformasi ekonomi nasional_dari peran dominan pertanian dalam PDB ke peran non pertanian, Namun demikian keberhasilan pembangunan dan 35 transformasi ekonomi nasional tersebut tidak menguntungkan bagi sektor pertanian, karena : (a) transformasi ekonomi yang mengindikasikan adanya ketimpangan pertumbuhan antara sektor pertanian yang relatif lambat dengan pertumbuhan_ sektor non pertanian (industri) yang lebih cepat, mencerminkan adanya kekakuan dibidang investasi, teknologi dan keterampilan SDM, (b) pertumbuhan yang lebih tinggi sektor diluar sektor pertanian (industri) ternyata tidak diikuti oleh laju penyerapan tenaga kerja secara proporsional. Kondis! ini mengindikasikan bahwa pembangunan sektor industri masih lebih berorientas! kepada padat modal, dan (c) akibat dari kondisi diatas, yaitu_masih besamnya beban sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja sementara peran PDB semakin menurun telah, berakibat semakin besarya kesenjangan antara sektor pertanian dan sektor non pertanian, baik dalam produktivitas tenaga kerja, pendapatan per kapita dan berarti pula penurunan nilai tukar pertanian terhadap non pertanian. Produktivitas tenaga kerja yang rendah merupakan salah satu masalah dasar pembangunan pertanian. Kondisi ini diperburuk oleh adanya dualisme pembangunan pertanian, yaitu pertanian rakyat (tradisional dan subsisten ) dan perusahaan besar (maju,modem); dualisme antara perkotaan dan perdesaan dan berkembangnya konglomerasi (Kasryno, 1999). Kondisi diatas menyebabkan nilai tambah dari komoditas pertanian terutama komoditas ekspor tidak mampu didistribusikan secara merata di perdesaan ( Anwar, 1999), Sejarah panjang dari kurang berfihaknya kebijaksanaan pembangunan nasional terhadap pembangunan sektor pertanian, telah beiakibat tidak berkembangnya pembangunan sektor pertanian untuk _meningkatkan keunggulan kompetitip sebagalimana layaknya sesual dengan potensi yang dirvitikinya, Dampak Krisis Terhadap Nilai Tukar Petan! Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter yang terjadi saat ini dimulai_ dalam bulan juli 1997, yang ditandai olen turun drastisnya nilai tukar tupian terhadap mata uang asing terutama US dollar. Kenaikan nilai mata uang asing secara langsung dan tidak langsung meningkatkan harga harga di dalam negeri, baik harga Komoditas pertanian (harga yang diterima petani) maupun harga produk manufaktur (harga yang dibayar petani) dan berarti puta akan mempengaruhi nilai tukar petani. Apabila laju kenaikan harga komocitas {harga yang diterima petani ) lebih besar dari laju kenaikan harga produk manufaktur (harga yang dibayar petani) maka nilai tukar pelani akan meningkat, dan sebaliknya. Situasi krisis terjadi dalam tahun 1997 bersamaan dengan kejadian kemarau panjang (kekeringan), dengan demikian kinerja pertanian dalam tahun 14997 dan beberapa tahun berikutnya tidak terpisahkan dari kedua faktor tersebut. Pengarun krisis ekonomi terhadap kinerja sektor pertanian terjadi melaui perubanan dalam variabel struktur biaya produksi, harga output, nilai ‘ekonomi aset produktif, ingkat produksi (output) dan tingkat keuntungan usaha 37 pertanian (Sudaryanto, 1999). Dampak krisis terhadap sektor perianian bervariasi menurut sub sektor dan komoditas. Secara umum komoditas yang lidak tergantung pada Komponen impor serta memiliki orientas pasar ekspor memiliki dampak positip . Pada sub sektor tanaman pangan, Kejadian kekeringan berakibat produksi tanaman bahan pangan dan hortikultura menurun seperti citunjukkan oleh meningkatnya impor. Pada komoditas padi tahun 1998 produksi padi hanya mencapal 48.5 juta ton GKG menurun dibanding produksi tahun 1866 sebesar 61.1 juta ton GKG ataupun target produksi tahun 1998 sebesar 62 juta ton. Kondisi yang sama juga dialami pada Jagung dan kedele. Dalam tahun 1998 produksi Jagung sebesar 3.8 juta ton dan kedele 1.1 juta ton febih rendah dari produksi tahun 1996 sebesar 9.3 Juta ton untuk jagung dan 1.5 juta ton untuk kedele ( Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, 1999), Pada kasus petani padi sawah irigasi di jalur Pantura Jawa Barat dan Jawa Timur, adanya krisis berdampak positip terhadap petani (Gourgegois, 1999). Namun pada petani transmigrasi di Lampung, adanya kamarau panjang dan krisis ekonomi berdampak sangat buruk terhadap kesejahteraan petani. Adanya kekeringan telah menyebabkan produksi pertanian gagal panen, dan adanya krisis yang menyebabkan kenaikan harga harga barang konsumsi pangan menyebabkan daya beli petani menurun drassit (Levang, et.al. 1999) Secara umum adanya krisis berdampak positip terhadap sub sektor perkebunan (Arifin , etal, 1999). Dampak positip tersebut lebin disebabkan kerena depresiasi rupiah yang menyebabkan kenaikan harga yang diterima petani. Peningkatan pendapatan yang dinikmati petani perkebunan umumnya dimanfaatkan untuk meningkatkan Konsum Dampak positip adanya krisis juga terjadi pada sub sektor perikanan menunjukkan pola yang berbeda. Pada perikanan tangkap adanya krisis berdampak positip (Nikjuluw dan Bahri, 1999; Jusuf dan Dahun, 1999), sementara komoditas perikanan budidaya yang menngunakan input suplemen (pellet) memperolen dampak negatip { Jusuf dan Dahuri, 1999) Adanya kekeringan dan krisis telah berdampak negatip besar dalam industri temak dan Sapi, terutama dialami olen peternak komersial yang dalam proses produksinya secara relatif_mempunyai ketergantungan yang besar pada komponen asing ( Tangenjaya dan Soejana, 1999). Dalam tahun 1998 produksi daging sebesar 1.3 ton, telur 597.8 ribu ton dan susu 405.5 ribu ton menurun dibanding produksi tahun 1996 yaitu sebesar 1.6 juta ton daging, 779.8 ribu ton telur dan 441.2 ribu ton susu. Akibat penurunan produksi ternak, Konsumsi produk temak menurun secara drastis. (Solahudin, 14999). Ill, KERANGKA PEMIKIRAN 3.4. Konsepst Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani Konsep Nilai tukar petani merupakan pengembangan dati nilai tukar ‘subsisten, dimana petani merupakan produsen dan konsumen. Nilai Tukar Petani berkaitan dengan hubungan antara hasil pertanian yang dihasilkan petani dengan barang dan jasa yang dikonsumsi dan dibeli petani. Disamping berkaitan dengan permasalahan kekuatan relalif daya beli komoditas (konsep barter), fenomena nilai tukar petani terkait dengan perilaku ekonomi rumahtangga. Proses pengambilan keputusan rumahtangga untuk memproduksi, membelanjakan dan konsumsi suatu barang merupakan bagian dari perilaku ekonomi rumahtangga ( teori ekonomi rumahtangga )- Model ekonomi rumahtangga berkaitan dengan upaya rumahtangga memaksimumkan ulilitasnya dengan didasarkan kepada kendala yang dikuasei, yaitu kendala dalam anggaran, fungsi produksi dan waktu (Barnum dan Squire, 1979; Singh, et. Al. 1986; Strauss, 1986, Sawit, 1993). Upaya optimasi rumahtangga ekan terkait dengan : (2) proses produksi yang dihasilkan rumahtangga petani, (b) alokasi hasil produksi tersebut bagi konsumsi sendiri dan dijual, (c) pembelian komoditas yang tidak diproduksi sendiri, dan (d) alokasi penggunaan tenaga kerja. Secara garis besar kerangka dasar teori ekonomi rumahtangga dapat dijelaskan sebagai berikut 40 Apabila diasumsikan suatu rumehtangga petani _memproduksikan komoditas sebesar X, dimana produksi torsebut dikonsumsi sendiri sebesar X., dan dijuat (marketable surplus) sebesar X, = X - %, dengan harga jual sebesar P, Disamping konsumsi dari produksi sendiri sebesar X,, rumahtangga jugs membel barang konsumsi (produk manufaktur) sebesar Xm, dengan harga Pr Rumahtangga juga berupaya mengoptimalkan alokasi waktu kerja yang dimilikinya. Apabila total waktu (T = 24 jam) digunakan untuk kepertuan bekerja (Tq) dan santai (7), maka T= Ty + Ti. Alokasi dari waitu kerja (Tw) dapat dipergunakan unyuk bekerja di pertanian (T)) dan di non pertanian (T,) dengan upah p. Dengan demikian apabila ketersediaan waktu kerja (T,) lebih kecil dari kebutuhan kerja pertanian (T), maka rumahtangga tersebut akan mengupah tenaga kerja dari luar rumahtangga (Tir) dengan upah py. Fungsi utilitas rumahtangga dapat dituliskan : U=U KG Xn Mi dimana X, merupakan konsumsi barang hasi! produksi sendiri, X_ adalah konsumsi barang yang dibeli (barang manufaktur) dan X; merupakan konsumsi vee 15) waktu santai (leisure time), Dengan kendala masing masing : 1). Kendala anggaran. Anggatan rumahtangga dapat dituliskan : 1=EpaX; 15 Pa Xa Pn Xn * Pri (16) 41 dimana, | adalah pendapatan rumantangga, dan p, adalah harga dari Xs, Pn adalah harga dari Xq, dan p: adalah upah. 2), Kendala Pendapaten. Pendapatan rumahtangga petani merupakan penjumiahan dari wakt yang tersedia, pendapatan dari usaha produksi pertanian dikurangi biaya input produksi termasuk tenaga kerja ditambah pendapatan tainnya yang bersifat eksogen. 1=pT+EpyQ)-ZpwVi-pL+E; (7) dimana : waktu yang dimitiki rumahtangga, produksi, output ; input non tenaga kerja, kebutunan tenaga kerja. dalam =— proses _produksi,baik daridalamkeluarga atau sewa dari {uar keluarga, dengan asums! bersubstitusi sempuma. >= —harga produksi Q, = harga input produksi V, P= upah tenaga kerja, E= _ pendapatan lain (eksogen) 3). Hubungan input dan output dalam bentuk fungsi produksi implisit dituliskan sebagai berikut : G (Qt, Va oneVay by Ktnne Ke) =O; seceeneeeneeese so (18) dimana G merupakan fungsi produksi yang memenuhi sifat sifat “quasi convex’, increasing terhadap output dan descreasing terhadap input. K adalah input tetap. Apabita diasumsikan konsumsi rumahtangga terdini dari konsumsi hasil roduksi sendiri (X), Konsumsi produk manufaktur yang dibeti (X.) dan konsumsi dalam bentuk waktu santai (x). Sementara rumahtangga juga menggunakan a2 tenaga kerja L, input produksi V dan input etap K, untuk memproduksi Konoditas yang dikonsumsi Q, dan Komoditas lain yang dijual atau Q, Meksimisasi utiitas dengan memperhatikan kendala dapat dituliskan dalam bentuk persamaan Lagrang sebagai berikut : L= UX nX) “MPT + (Ps Qat Pe Car PV PrL) +E Pa XePn Xm = PX + 1G (Q,04L,V.K); coccsettnsasenmmee (19) ‘Turunan pertama, dihasilkan = 1 LIX, = Un- A Pa = 2. AUXKq = Um % Pm =O; 3. GURK, = U-Ap =O; 4, AIO = PACT-XeL)#PAQ, + Pa(QrXe)- PAV Pant = 0; 5. AOQ.= Apt HG,=0; atau WA dUO,= pst pAGs =O; (208) 6 AOQ.= Apt HG,=0; atau TAIOQ.= Pat wi Gr=0; 7. AL =-ptyG =0; atau IAAUA=p+HAG = 8 BU = pty G, <0; atau WA AOV=-p+ WAG, =0;.. 9 Ade =G(Q.0,.V,L,K): ‘Turunan Total dari persamaan 20, diperoleh persamaan 21 sebagai berikut: Uma Umm Unt Pin Us Un UP 9 0 O 0 PPh m0 0 0 oo o 0 oo A x b Us Um Un Pe o o 0 0 [dX Ades 0 o 0 oO 0 ey AdPm| 0 aX dp, ° o o 0 ° an ¥ WAG WAGn WAGs WAG —G| |dQ,) = | - dos WhGe WhGre WAGy WAG Ga dQ, + OP, HAG, WAG WAG WAGy — G a op. WRGaWAGa WAGy WAGw Gy av py GQ &@ G&G & Oo} {4 0 o 0 0 o oO ° ° 0 oO 0 ° 0 43 dimana : Y =(T-XeL}0P) + Xn OPnr(QarXsJOPAV -dE-Qs dpstV dp wh Gedk Sistim persamaan diatas merupakan blok diagonal dan dapat dituliskan dalam notasi matriks Ax=b. Terdapat 8 persamaan finear dengan 9 variabel yang belum diketahui, yaitu dX, dXm, dX, d2,dQ,, dQ, dL, dV dan d(wA). Blok kiri atas dari matriks A merupakan Hessian matriks yang akan memberikan solusi bagi permintaan kemoditas dan utilitas marinal pendapatan (dX. dXm, dX, dA), ‘sedangkan dari blok kanan bawah dari matriks A merupakan Hessian matriks (ain yang akan memberikan penyelesaian dalam suplai output , permrintaan input dan multiplier. Matriks x merupakan kolom vektor yang akan memberikan solusi tingkat optimal dari "dependent variabel", yaitu tingkat konsumsi (Xe, Xm, Xi }: 44 tingkat produksi (Q., ©.) dan tingkat penggunaan input (L, V ). Vektor b merupakan kolom vektor variabel eksogen yaitu harga output dan harga input. Pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap veriabel endogen dapat diketahui melalui penggunaan aturan Cramer sebagai berikut : AG = 4D [A Anda +2 Aarti +2 Asda + Y AAT], (22a) Ko = UD [A Aradpe +2 Aarti + A Aaa + AAI, sve e(22D) AX =D P.Acsdpa + 2 Azadi +2 Aap + Y AAS], sevnsee(220) dQ, = VDE Anstp.- AadPa + Amdp + Awd (220) dQn = 10D {- Asctips - AccdPa + Ares + Amntipy, (22e) dL = 4D [- Aardp.- Aadpa + And, + Aerdpy: sane 22F) GV = 11D [- Asetps- Acca + Aradp + Acs eens (22g) D merupaken scalar nilai determinan dari matriks A. Dari persamaan 22a -22g diatas dapat diketahui bagaimana perubahan dari variabel endogen dX, dXe, dX, di,dQ., dQ,, dL, dV akibat perubahan vatiabel eksogen dp,, dpm, dpy, dps dan dpy. Kondisi optimasi dari persamaan 20a sampai 201 akan menghasilkan permintaan komoditas masing masing. Permintaan komoditas akan dipengaruhi oleh harga output, harga produk manufaldur, upah tenaga kerja dan pendapatan. Fungsi permintaan masing masing komoditas tersebut dapat dituliskan berikut : sn (28a) (23) X= Xi (Pa Pm, Pr Pes Pr. KE); sopuegesssetntsaesess (230) Ke= Xa ( Pas Pans Pi Ps Pe KE); Xan = Xm (Pas Pr Pi Ps: Pre K, E ): 4s Fungsi produksi : Q=Q( Pa Pm Pr Ps: Pw LVI); w1 24) Fungsi permintaan input: V=V( Pa, Pr Ph Ps Pv) ~ (25) Dalam persamaan 1, Utilitas rumahtangga merupakan fungsi dari komoditas yang dikonsumsinya : U=Uu (Xs, Xm, X); Substitusi_ persamaan 23a-23c terhadap persamaan 15 menghasitkan fungsi utilitas sebagai berikut : U=U( Pas Pros Ph Pas Pe K, EY; enesennnsnerenereseees(26) - @7) Atau U=U( Pa Pm, Pe KE): i mx pypagge ® Fungsi utiitas rumahrangga, Harga komoditas pertanian petani yang dikonsumsi seniri, Harga produk yang konsumsi yang dibeli rumahtangga, Upah tenaga kerja, Harga komoditas pertanian yang dijual oleh rumahtangga, Harga input teknologi produksi pertanian, Harga sarana produksi pertanian yang terdiri dari tenaga kerja dan input taknologi, ‘Aran dari hubungan fungsi tersebut adalah : BU/AP, >0 ;BUsEP_ <0 ;OU/OP, <0 ;2U/AK >0 ;OUSGE 70 Dari persamaan diatas dapat diketakan bahwa Utiitas rumahtangga dipengaruhi oleh harga produk pertanian yang dihasilkan petani, harga barang konsumsi, harga input produksi termasuk input tetap dan pendapatan dari 46 sumber lain diluar usahatani, Dengan definisi rumahtangga petani hanya memperoteh pendapatan dari kegiatan usahatani, maka utilitas petan’ dipengaruni oleh harga yang diterima petani (HT) yaitu harga tertimbang dan harga komoditas (Pa) yang dihasikan petani dengan peran masing masing komoditas sebesar a; sedangkan harga yang dibayar petani (HB) merupakan harga tertimbang dari harga produk konsumsi (Pry ) dan input produksi usahatani(Pa) dengan peran masing masing sebesar m, dan x . Dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut : eeceseees (28) 9) HT = Ea Pai; HB = Em Pm +E x Px; U = u CHT, HB), Dari sisi penerimaan petani, depat didefinisikan : 4). NTKOM, = Paj/ HB; merupakan nilai tukar komoditas ke i terhadap produk manufaitur. 2), NTKOM = ENTKOM ; merupakan nilai tukar pendapatan terhadap produk manutaktur. Dan selanjutnya dari sisi pembayaran petani, dapat dideesgregasikan menjadi : 3). NTCON = HT/ HCON; merupakan nilai tukar petani diterima petani terhadap produk konsumsi, 4), NTINP = HT /HINPUT; merupakan nilai tukar petani diterima petani terhadap input produksi usahatani_ a7 Dengan demikian maka dapat dituliskan U = u (NTKOM, NTCON, NTINP). (30) Dimana: 2U/aNTKOM >0 ;3U/3NTCON <0 ; au/aNtINP <0: Peningkatan NTKOM dengan sendirinya akan meningkatkan Utlitas / kesejahteraan petani. Sementara peningkatan NTCON dan NTINT akan menurunkan utiitas / kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani merupakan resultante (penjumiahan) dari Nilai Tukar Komponennya tersebut, yang arah dan besarannya tergantung dari besaran masing masing rnital tukar tersebut. NTP = NTKOM~—(NTCON + NTINT): (31) Apabila NTKOM lebih besar dari NTCON + NTINT maka NTP akan mengalami peningkatan, sedangkan apabila NTKOM lebih rendah dari NTCON + NTINT maka NTP mengalami penurunan, Dengan data dan perhitungan NTP antar waktu (series) dan Gengan penggunaan tahun daser tertentu dapat diketahui dinamika (peningkatan atau penurunan) NTP antar waktu. 3.2, Dekomposisi Nilal Tukar Petani Dari uraian dimuka dijelaskan bahwa yang merupakan indikator tingkat kesejahteran petani adalah nilai tukar Komponen penyusun nilai tukar petani, yaitu NTKOM, NTCON dan NTINT. Nilai tukar Komponen NTP fersebut juga merupakan parameter penting bagi Kebijaksanaan pembangunan pertanian. 48 Dengan memadukan diantara harge-harga penyusun dari sisi penerimaan dan pembayaran, dekomposisi NTP dapat dilakukan sebagai berikut : NTP = HT / HB; A410) Sedangkan HT = LaPTi, HB = ZbPB; raPh Sehingga: NTP = 7 (32) =D, PB, dimana : HT — = Harga yang diterima petani; HB larga yang dibayar petani, PT, = Harga kelompok komoditas ke , PB, = Harga kelompok produk ke j yang dibeli petani ; = Pembobot dari kelompok komoditas kei; Pembobot dari komoditas ke j ; adi, palawija, sayuran, buah buahan dan tanaman perkebunan; j= Kelompok produk konsumsi (pangan dan non pangan)dan sarana_produksi. Atas dasar komponen produk penyusun fharga yang dibayar petani, NTP dapat didekomposisi menjadi Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Konsumsi (NTK) dan Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Input Produksi (NTS). NTP =HT/(b,HK +b, SP); Atau NTP =c, NTK+0,NTS; (33) Nilai tukar konsumsi (NTK) merupakan rasio antara harga produksi komoditas pertanian terhadap harga barang Konsumsi (NTK = HT/HK). Dengan demikian NTK menggambarkan kekuatan daya deli ("purchasing power”) komoditas pertanian yang dihasitkan terhadap barang konsumsi (manufaktur) 49 Nilai tukar Serana Produksi (NTS) merupakan rasio antara harga produksi komoditas pertanian dengan harga input produks! ( NTS= HT/HSP), merupakan kekuatan daya bell ( purchasing power) komoditas yang dihasilkan petani petani terhadap input produksi yang digunakan petani. Pada tahap yang tebin rinci barang yang dikonsumsi petani dapat dikelompokkan menjadi kelompok barang Konsumsi pangan dan barang konsumsi non pangan, dan Input produksi dapat pula dibedakan dalam input pupuk, tenaga kerja dan input modal tainnya, Dengan derrikian secara lebih rinci NTK dapat pula didekomposisi menjadi : (1) Nitai tukar terhadap —konsumsi pangan (NTKP), (2) Nilai tukar terhadap konsumsi non pangan (NTKN), (3) Nilai tukar terhadap Pupuk (NTSP), (4) Nilai tukar terhadap tenaga kerja (NTST), dan (©) Nilai tukar terhadap modal (NTSM). NTP = dy) NTKP + d:NTKN + dsNTSP + dy NTST + dg NTSM, ...... (24) Dimana: NTKN = Nilai tukar petani terhadap produk konsumsi NTSP = Nilai tukar petani terhadap sarana produksi pupuk, NTST = Nilai tukar petani terhadap tenaga kena, NTSM = Nilai tukar petani terhadap sarana produksi modal, & = pangsa masing masing komponen nila tukar, Lebih tanjut dengan memperhatikan kelompok komoditas unsur penyusun arga yang diterima petani yaitu padi, palawija, sayuran, buah buahan dan tanaman perkebunan, maka nilai tukar petani (NTK) dapat didekomposisi menjadi rilai tukar petani komoditas. Dengan demikian maka perhitungan dan analisa 50 nilai tukar petani akan dikembangkan menjadi nitai tukar komoditas i terhadap konsumsi pangan (NTKP), nilai tukar komoditas i terhadap konsumsi non pangan (NTKN), nilai tukar komoditas i terhadap sarana produksi pupuk (NTKP), nila tukar komoditas i terhadap tenaga kerja (NTKL) dan nilai tukar komoditas i terhadap modal (NTKM). NTPT, = @NTKPHe,NTKNteNTSP+ @ NTSL + NTSM; (35) dimana : nilai tukar petani komnoditas i, NTKP;= nial tukar komoditas i terhadap produk konsumsi pangan, ‘lai tukar komoditas i thd produk konsumsi non pangan, rilai tukar Komoditas i terhadap pupuk, NTSL, = nilai tukar komoditas i terhadap tenaga keqja, NTSM = rilai tukar komoditas i terhadap modal, i kelompok komoditas, a pangsa unsur nilai tukar terhadap nilai tukar komoditas i; 3.3. Perkembangan Nilal Tukar Petani dan Dampak Krisis Nilai Tukar Petani (NTP) yang dinyatalcan dalam bentuk indeks dan dalam prosentase, cidefinisikan sebagai nisbah antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). Dengan definisi tersebut maka secara matematis. naik turunnya indeks NTP tergantung dari naik turunnya indeks {T dan 18, Pada kondisi faju [T meningkat lebin besar dari laju 18 maka NTP akan meningkat, dan sebaliknya spabila laju IB meningkat lebih cepat dari (T maka NTP akan menurun. Sementara itu harga yang diterima petar’ (IT) dan harga yang dibayar petani (IB) merupakan harga tertimbang dari 3 ‘unsur unsur pembentuknya dengan pembobot masing masing. Dengan demikian pengetahuan tentang periiaku dan penafsiran NTP harusiah dipahami perilaku dari unsur penyusun dan cara pembobotannya. ‘Sebagai indikator yang dihasitkan dari rasio diatas maka cara terbaik untuk menentukan model prediksi perkembangan NTP adalah dengan mengetahui terlebih dahulu mengetahui bentuk —pertumbuhannya. Melalul pengetahuan bentuk pertumbuhan dan unsur unsur penyusunnya akan dapat ). Harga padi mempengaruhi harga komooltas yang diproduksikan petani ain (harga palawja, harga sayuran, harga buat-buatian dan harga tanaman perkebunan rakyat). Harga padi mempengaruhi harga produk konsumsi makanan karena padi melalui beres merupakan salah satu komponen produk konsumsi. Harga pedi juga mempengeruhi harga input produksi (harga pupuk, upah tenaga kena dan harya modal), namun harga padi tidak mempengaruhi harge produk konsumsi non makanan. Harga komoditas yang diproduksikan petani selain padi yaitu palawija, sayuran, buah-buehan dan tanaman perkebunan rakyat tidak mempengaruhi herga padi dan tidak saling mempengaruh. Harga komoditas palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan rakyat mempengarvhi harga produk konsumsi makanan dan harga input produksi ( hanga pupuk, upah tenaga kerja dan harga moda). 7 Berdasarkan asumsi diatas, maka pengaruh perubahan harga padi dan harga kelompok Komoditas lain (palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan rekyat dirumuskan sebagai berikut: a Pengaruh Perubahan Harga Padi Pengaruh langsung + Dipadi= @paa/HB; oA 4A) Pengaruh Tidak langsung melalui dua pengaruh, yaitu : = Melalui Perubahan Harga Komoditas Lain Yang Dihasilkan: DTLpadit = ((aay2 Pou 12 Pout) + (Gamer O Pagar /2 Peat) + ( aan @ Pail? Ppa) * ( Satan 2 Prtan 2 Poas)} HB; (45) - Melalui Perubahan Harga Produk Yang Dibayar: DTLpadi2= = {( Brat © Pra ! 2P pas) +{ Daspac © Pru / Pros) + (Dap 2 Prana! OP )+( Brest & Pri Pps) }* HTMHBY: .. (46) - _dumiah pengaruh tidak langsung: DTLpadi = DTLpadit + OTLpadi2 ; we (47) b. Pengaruh Perubahan Harga Komoditas Lain(j); (GF palawija, sayuran, buah-buahan dan Tanaman Perkebunan Rakyat). Pengaruh langsung 2 DLS ay (HB; eons 48) Pengaruh Tidak langsung yait: metalui Perubahan Harga Produk Yang Dibayar: DTU= ~{( Bina © Prk # Peat) +{ Ppp & Prasux ! OP) + ( Dande 3 Phage! Ppa) + ( Broa 2 Prreas Ppa )}* HTHB®, ...... (48) 3.4.2, Pengaruh Perubahan Harga Produk Yang Dibell Petani Pengaruh perubahan harga produk yang dibeli (PB,) terhadap nilal tukar petani dapat diturunkan sebagai berikut - HB (Sa, OPT, /@PB,)- HT ( by PB x OPE, + Eb, APB /OPB, ) anne ONTPIOPE, = ‘ HB? {HB (£9, APT, APB, )- HT (2b PB /6PB,)} - HT ONTPICPE, = ~ ——; HB? {HB (Za, APT; /6PB,)- HT ( 2b) @PB OPE, )} b, HT ONTPIEPB, =— HB? HB? Pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga produk yang dibeli petani terhadap nilai tukar petani dapat dituliskan sebagai berikut : Pengaruh Langsung pBRAT HB? state (81) {HB ( 2a, APT; /6PB,)- HT (Eb, 3PB /€PBx )} Pengaruh Tidak Langsung i) ‘Asumsi yang diberlakukan adalah : 2). -Harga produk konsumsi makanan dan non makanan tidak mempengaruhi harga-harga lain, baik harga komoditas yang dihasikan petani maupun harga input produks ). —_ Harge input produksi ( harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga modal iain) mempengaruhi harge komoditas yang dihasikan petani 59 ( harga padi, harga palawija, harga sayuran, harga buah-buahan dan harga tanaman perkebunan rakyat). 9). _Harga input produksi mempengaruhi harga makanan dan sesama harga input produksi fain melalui pengaruh tidak langsung terhadap harga produk yang dihasikan. Pengaruh harga pupuk (sebagai confoh) fevhadep hanya produk konsumsi makenan merupakan penjumlahan dari perkailan antara pengaruh harga pupuk terhadap harga komoditas yang dihasikan dengan pengaruh harga komoditas ferhadap harga makanan. @). —_ Harga input produksi tidak mempengaruhi harga produk konsumsi non makanan. Berdasarkan asumsi diatas maka dapat dirumuskan : a. Pengaruh Harga Produk Konsumsi k ( k= makanan , non makanan). Pengaruh Langsung p HT peat (E By APB, ) NTP py = ence j HB? pact Pengaruh perubahan harge-harga dapat diturunkan sebagai berikut : e2 a. Pengaruh Perubahan Harga Padi Perubahan harga padi berpengaruh tangsung dan tidak tangsung terhadap NTP-Padi, Pengaruh fangsung harga padi berkaitan dengan kedudukannya unsur pembilang (numerator) yaitu HT dan pengaruh langsung melalui pengaruhnya terhadap harga-harga dari Komponen penyusun HB. Dalam keitan ini berlaku juga asumsi: Harga padi mempengeruhi harga produk Konsumsi makanan dan harge input produksi ( hanga pupuk, upah tenage kerja dan harga modal), namun harga padi tak mempengaruhi harga produk kansumsi non makanan. Dengan demikian, maka : HB pai (GH pas 1H eas) ~ Hrnas ( ED, 2PB./H Pe) ONTP ea ICH pad = i HB 7p 1 Hea (Db, OPB,/OH pas ) NTP pa KoHpat = = (64) HB ews HB pas Pengaruh tangsung 2 1 THB pes ; seer (65) Has (20x OPE, MoH pes ) Pengaruh tidak langsung : =| ——————_—____--_; HB? pea 63 b. Pengaruh Perubahan Harya Produk Konsumsi ( Makanan dan Non makanan). ‘Asumsi yang dibedakukan adalah bahwa harga produk konsumsi makanan dan non makanan tidak mempengaruhi harga-harga tain, beik harga padi yang dihasilkan petani maupun harga input produksi. Pengaruh perubahan harga produk yang dibeli (PB) tethadap nilai tusar petani dapat diturunkan sebagai berikut : HB pea ( 2H pus OPBy ) - Hea (Ox OPB 5 JOPB, + Bb OPB /EPBy NTP pes /PB, = HB pea HB pas ( OH pa PBs) - Hees (2d, PB JEPB NTP pa CPB —— $$. HB? pas Pengaruh langsung dan tidek langsung dani perubahan harga makanan dan non makanan terhadap nilai tuker petani padi dapat dituliskan sebagai berikut : Pengaruh Langsung 2 +ByHpat 1 HB? pas es seeseesseeenees (68) {HB pea ( OH px /OPBy ) - Hea ( 201 PB APB x )} (68) HB? pact Pengaruh Tidak Langsung: ¢. Pengaruh Perubahan Harga Input Produkel i (1 = pupuk, tkerja,modal) ‘Asumsi yang bertaku adalah : (a) Hanga input produksi ( harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga modal (sin) mempengaruhi herga padi, (b) Haga input produksi_ mempengaruhi herga makanan dan sesama narga input produks! cy fain melalui pengaruh tidak langsung terhadap harga padi. Pengaruh harga pupuk (sebagai contoh) ferhadap harga produk konsumsi makanan merupakan penjumlahan dari perkalian antara pengaruh harga pupuk terhadap harga pact dengan pengaruh targa padi terhadap harga makanan, dan (¢) harga input (produks! | tidak mempengaruhi harga produk konsumsi non makanen. Berdasarkan asumsi diatas maka pengaruh fharga pupuk (sebagai contoh) dirumuskan sebagai berikut: Pengaruh Langsung = Dak Hees / HB? ped | cesses (70) Pengaruh Tidak langsung : (Baa SP! BP i) {(Braic OP mat OP pad Priced Prana! OP rae) + (Dros 8 Pred /Ppuk )} * H pact SHB? pass ----- (71) Dimana : Pail Phx: = {(8 Prax ! Ppa ) * (2 Pras f Pras) 2 Para! DP = {(6 Praja! Pps) * (6 Peas ! Pras): 2 Prosi! Puc = {(0 Prvoa OP rcs) * (0 Peas! EP); 3.6. Pembentukan Harga \Nilai tukar petani merupakan indikator yang dihasilkan dari rasio antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar petani. Harga yang diterima petani dan harga dibayar petani merupakan harga tertimbang dari peubah harga harga komoditas / produk penyusunnya, Peran harga setiap komoditas terhadap harga yang diterima atau harga yang dibayar dinyatakan oleh besamya pangsa (share) masing masing Komponen (komoditas atau produk). Dengan demikian maka _faktor faktor yang mempengaruhi_nilai tukar 65 petani identik dengan faktor faktor yang mempengaruhi harga. Secara garis besar peubah harga harga yang terkait dengan pembentukan nilai tukar petani adalah harga komoditas pertanian dan harga produk manufaktur yang didatamnya tercakup harga produk makanan harga produk non makanan dan harga dari sarana produksi pertanian. Secara teoritis mekanisme pembentuken harga diturunkan dari fungs! penawaran dan fungsi permintaan serta dipengaruhi oleh adanya distorsi pasar berupa kebijaksanaan pemerintah dalam penetapan harga dan atau edanya struktur pasar yang tidak kompetitip. Secara sederhana pembentukan harga tersebut dapat dijelaskan dalam Gambar 3. Dengan menggunakan analisa keseimbangan statis, pada asumsi pasar bersaing sempuma, tidak ada distorsi pasar dan pasar komoditas bersifat tertutup, maka awal keselmbangan kurva penawaran Sp dan kurva permintaan Do terjadi harga keseimbangan Po, Pergeseran kurva penawaran menjadi S: dan kurva permintaan D; akan menyebabkan terjadi keseimbangan harga baru Py. Gambar 3... Mekanisme Pembentukan Harga Pl De Sy a Pergeseren kurva penawaran (S) tersebut dapat terjadi karena peruasan usaha (misainya perluasan areal panen), dan atau perbaikan teknologi ( misalnya peningkatan input teknologi dan atau perbaikan manajemen usahatani). ‘Sementara pergeseran kurva permintaan (D) dipengaruhi antara lain oleh jumiah penduduk, peningkatan tingkat konsumsi perkapita akibat perbeikan kesejahteraan dan perubahan selera. Harga suatu komoditi / produk juga dipengaruhi oleh harga komoditi lain (komoditi komplemen atau substitus!) dan harga faktor produksi Dalam struktur ekonomi dan pasar yang terbuka, harga yang terbentuk juga dipengaruhi oleh dinamika harga intemasional. Pengaruh tersebut terjadi melalui perkembangan harga itu sendiri dan perkembangan nilai tukar mata uang fupian terhadap mata uang asing. Terhadap nilai tukar peteni harga internasional akan mempengaruhi harga yang diterima petani (harga komoditas pertanian) dan harga yang dibayar (harga produk manufaitur dan harga input pertanian), Dengan demikian maka perubahan harga intemasional dan nilai tukar mata uang dapat berdampak positip dan negatip terhadap nilai tukar petani melalui perbedaan dari komponen harga yang diterima petani dan harga yang diterima petani yang diekibatkannya. © Fenomena diatas dapat dijadikan sebagai analisis dari dampak adanya Irisis ekonomi saat ini, Karena krisis yang dipicu oleh kcisis nila tukar rupiah, 67 ‘Adanya campur tangan pemerintah dalam pembentukan harga mejalui kebijaksanaan harga secara langsung akan mempengaruhi tingkat harga. Dalam pembangunen pertanian salah sat campur tangan pemeriniah yang paling dominan adalah Kebijaksanaan dibidang pangan terutama beras (price support) berupa kebijaksanaan harga pangan dan subsidi input produksi. Dalam penetapan harga dasar, pemerintah mengacu kepada harga dunia dan inflasi. Perbadaan dalam penawaran dan permintaan akan berbeda antar_ daerah dan antar Waktu, yang akan menyebabkan perbedaan pembentukan harga dan pada akhimya akan menyebabkan perbedaan nilai tukar petani antar daerah dan antar waklu. Dari uraian diatas, maka secara umum persamaan harga komoditi / produk dapat dituliskan sebagai berikut : Qe =F (HPRHDS) Atau HP, = f ( Qa, HOS); ‘Sementara HOS: = f (HDUNs, INFi); eccrine (7A) Dimana Qx = Produksi komoditas i pada waktu t HP, = Harga ditingkat petani dari komoditas i pada waktu t; HDS, = Harga dasar komoditas i pada waktu t yang ditetapkan pemerintah, HDUN; = Harga dunia komoditas i pada waktu t 3.6.4, Harga Padt ‘Sebagai komoditas pangan pokok, beras / padi merupakan komoditas yang paling iintervensi pemerintah meialui kebijaksanaan subsidi dan harga pangan. Kinerja komoditas padi tefah pula berpengaruh terhadap kinerja 68 komoditas pertanian lain, baik dalam kegietan produksi maupun harga. Kebijaksanaan harga pangan ditakuken melalui penetapan harga dasar gabah dan harga atap beras. Dalam penetapannya, disamping memperhatikan tingkat keuntungan usahatani padi juga telah pula mengacu kepada harga dunia. Namun demikian sebagai komoditas pertanian yang diproduksikan dan dipasarkan secara bebas, perkembangan harga padi akan sangat dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan beras (padi) tersebut, Pada asumsi pola konsumsi harian dalam seliap bulannya terhadap besar tidak banyak berubah, maka dinamika harga padi akan sangat ditentukan oleh dinamika produksi. Dengan demikian maka faktor ~faktor yang mempengaruhi harga padi dapat dirumuskan sebagai berikut : HPADL= f ( QPADI, HDSPD, DK); - sons (75) Sementara HDSPD, — = f (HDNPD, INF, DK); .. 76) Dimana : HPADL = Harga padi ditingkat petani pada waldu t, QPADI, = Produksi padi pada waktu t; HDSPD, = Harga dasar padi pada waktu t, HONPO, = Harga dunia padifberas waktu t; INF, = Inflasi pada waltu t DK = Peubah boneka untuk i dampak adanya krisis, DK=1; periode waktu setalah krisis (Juli 1997) DK=0; paride waktusebelum krisis{ Juli 1997), 3.6.2. Pembentukan Harga Kelompok Komoditas Lain Harga kelompok komoditas pertanian lain selain padi (palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan rakyat) dipengaruhi oleh penawaran dan 69 permintaannya masing masing, dan dengan asumsi permintaan rumahtangga harian dalam satu bulan cenderung tetap maka harga komoditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan produksinya. Seperti duralkan distas, maka harga harga kelompok komoditas tersebut diaumsikan dipengaruhi pula oleh perkernbangan harga padi / besar. Dengan demikian harga kelompok komoditas tersebut dapat dirumusken sebagai berikut : (77) HKOM, =f(HPADh, PRKOM, INFr ; DK); Dimana : HKOM, = — Harga komoditas j pada waktu HPAD|, = Harga Padi pada waktu t; PRKOM)= — Produksi komoditas j waktu t; INF, = Inflasi pada waktu t DK = _ Peubah boneka untuk menguji dampak adanya isis, DK=1; periode waktu kejadian Wisis (satelah Juli 1997). DK=0: periode waktu sebelum krisis (sebelum Juli 1997); 3.6.3. Pembentukan Harga Kelompok Produk Yang Dibell Petani. Kelompok produk yang dibeli petani yaitu barang manufaktur terdiri dari produk konsumsi makanan dan non makanan. Harga produk konsumsi makanan dan non makenan dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan masing masing dan tingkat infiasi. Dalam kaitan ini diasumsikan pula harga padi mempengaruhi harga produk Konsumsi makanan tetapi tidak berpengaruh terhadap harga produk konsumsi non makanan. Hal ini karena padi (beras) merupakan salah satu Komponen utama produk konsumsi makanan dan dinamika harga beras tersabut mempengaruhi pula harga harga produk pangan iainnya.Dengan 70 demikian faktor yang mempengaruhi hanga produk konsumsi dapat dirumuskan ‘sebagai berikut : HMAK, © = f (PRMAK,, HPADI,, INF,,DK); {78) HNONMAK, = f (PRNMAK,, INF, DK) (79) Dimana: = HMAK, = Harga produk makanan pada waktu t; HNONMAK, = Harga produk non makanan pada waktu t; PRMAK, = Produksi produk makanan pada waktut; PRNMAK,, = Produksi produk non makanan pada waktu t; HPADI, = Harga Padi pada waldtu t; INF = inflasi pada waktu t; OK = Peubah boneka untuk ji dampak adanya krisis; DK=1; periode waktu setelah krisis. DK=0; periode waktu sebelum krisis. IV. METODOLOG! PENELITIAN 44. Ruang Lingkup Sesuei dengan permasalahan, tujuan, dan kerangkan pemikiran, lingkup peneitian ini menekanken kepada analisa nilai tukar petani berdasarkan konsep nial tukar petani regional. Ruang lingkup peneitian akan mencakup (@) Keragaan periaku nai tukar petani (NTP), (6) Keragaan perlaku NTP komoditas/ kelompok koroditas, (c) Analisa pengaruh perubahan harge-harga terhadap NTP dan NTP komoditas, () Anaisa faktor yang mempengaruhi pembentukan harga-harga, dan (@) analisa kerelevanan NTP sebagai indkator kesejahteraan masyarakat pertanian. Keragaan perilaku Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Petani Komoditas akan mencakup: (i) perkembangan nila tukar, (i) pengaruh kejadian krisis terhadap niiai tukar , dan (ji) dekomposisinya menurut unsur unsur pembentuk nilai tukar. Secara khusus dilakukan pendalaman anaiisa tentang rita tukar petani padi 4.2. denis dan Sumber Data Berdasarkan lingkup analisa_diatas maka peneitian ini akan menggunakan data deret waktu (lime series data). Data utama berasal dari kumpulan data dasar pembentukan niai tukar petani yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) , disamping data penunjang lain yang relevan dan berbagai sumber. Sesuai dengan cakupan data yang ada di BPS, analisa akan dilakukan pada 14 propinsi di indonesia, yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, n ‘Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Data Nilai Tukar Petani dan unsur unsumya dari setiap propinsi merupakan data bulanan, Periode analisa adalah Januari 1987 sampai Desember 1998. 43, Metoda Analisa Metoda analisa yang dibangun diarahkan untuk dapat memecahkan masalah yang dianalisa sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian atat analisa yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan masing masing. ‘Secara garis besar metoda analisa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut - 4.3.1. Dekomposis! Nilai Tukar Petani Disamping pengetahuan tentang nilai tukar petani secara agregat dalam studi ini nilai tukar petani akan didekomposisi berdasarkan komoditas utama petani dan komponen pembentuk hama. Secara lebin rinci definisi / formulasi persamaan nilai tukar diuralkan sebagai berikut : a. Nilal Tukar Petani Agregat Dalam konsep nilai tukar petani oleh BPS, petani didefinisikan sebagai *petan?” agregat regional yang yang mengusahakan tanaman bahan makanan dan petani perkebunan rakyat. Selanjutnya nilai tukar petani agregat ini disebut nilal tukar petani (NTP) untuk membedakan dengan nilai tukar petani komoditas. Niiai tukar petani dan dekomposisinya dirumuskan berikut 2. 3). 4). 5). 8). B Nilai tukar petani ( NTP), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang dibayar petani (HB). NTP= HT/HB; (80) Nilai tukar petani terhadap produk konsumsi (NTP-KON), merupakan nisbah antara harga yang ditenma petani (HT) terhadap harga produk yang dikonsumsi/ dibeli petani (HKON). NTP-KON= HT/HKON; (1) Nilei tukar petani terhadep produk konsumsi makanan (NTP-MAK), ‘merupakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap hharga produk makanan yang dikonsumsi / deli petani (HMAK). NTP-MAK= HT/HMAK; 2) Nilai tukar petani terhadap produk konsumsi non makanan (NTP-NMK), merupakan nisbeh antara haga yang diterima petani (HT) terhadap tharga produk non makanan yang dibeli_ petani (HNMK). NTP-NMK= HT/ HNMK; (63) Nilai tukar petani tethadap biaya produksi (NTP-8PROD), merupakan risbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap harga / biaya produksi yang dibeli_ petani (HBPROD). NTP-BPROD= HT/HBROD, 4) Nilai tuker petani terhadap pupuk (NTP-PUPUK), merupakan nisbah harga yang diterima petani (HT) terhadap harga pupuk (HPUPUK). NTP-PUPUK= HT/ HPUPLK: (65) 74 7). Nilai tukar petani terhadap tenaga kerja (NTP-UPAH), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap upah tenaga (UPAH). NTP-UPAH= HT/UPAH; (86) 8). Nilai tukar petani terhadap modal (NTP-MODAL), merupakan nisbah harga yang diterima petani (HT) terhadap harga modal (HMODAL). NTP-MODAL= HT/HMODAL; cetsecesesstenneee (87) b, Nilai Tukar Petani Kelompok Komoditas Berdasarkan kelompok komoditas yang diproduksikan petani, nilai tuker petani (NTP) dapat diuraikan menurut kelompok komoditas, yaitu padi, kelompok palawija, sayuran,buah-buahan dan tanaman perkebunan rakyat 9). _Nilai tukar petani padi (NTP-PADI), merupakan nisbah antara harga yang diterma petani padi (HT) yaitu harga padi (HPADI) terhadap harga yang dibayar petani padi (HB ), NTP-PADI= HPADI/HB; 0... secceeceece eset (88) 40). Nii tukar petani palawia (NTP-WIJA), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani palawija yeitu harga palawija (HWWA) terhadap harga yang dibayar petani palawia (HB ), NTP-WIJA= HWIJA / HE, (69) 41). Nilai tukar petani sayuran (NTP-SAYUR), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani sayuran yaitu harga sayuran (HSAYUR) terhadap harga yang dibayar petani sayuran (HB ), NTP-SAYUR = HSAYUR / HB; eect (90) 12). 13). 5 \Nilai tukar petani buah-buahan (NTP-8UAH), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani buah-buehan yaitu harga buah (HBUAH) terhadap harga yang dibayar petani padi (HB ), NTP-BUAH = HBUAH /HB; Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat (NTP-KEBUN), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani pekebun yaitu harga tanaman perkebunan (HKEBUN) terhadap harga yang dibayar petani padi (HB ), NTP-KEBUN = HKEBUN / HB; (22) (91) Nilai Tukar Petani Padi Dalam analisa akan dilakukan analsa lebih mendalam tentang perilaku nilai tukar padi, dengan cara mendekomposisinya berdasarkan komponen harga yang dibayar, 14). Nilai tukar petani padi terhadap produk konsumsi (NTPADI-KON), 15). merupakan nisbah antara harga yéng diterma petani padi (HPAD!) temadap harga produk yang dikonsumsi/dibel petani padi (HKON). NTPADL-KON= HPADI/HKON: Nilai tukar petani padi terhadap produk Konsumsi makanan (NTPADI- MAK), merupakan nisbah antara harga padi (HPADI) terhadap harga produk makanan (HMAK), NTPADI-MAK= HPADI/HMAK; eee ee (94) (93) 19). 20) 6 Nilai tukar petani padi terhadap produk konsumsi non makanan (NTPADI- NMK), merupakan nisbah antara harga yang diterma petani padi (HPAD)) terhadap harga produk non makanan (HNMK). NTPADENMK= HPADI/ HNMK, sececeteeeneees serene 5) Niiai tuker petani padi terhadap biaya produksi (NTPADI-BPROD), merupakan nisbah antara harga yang diterma petani padi (HPADI) terhadap harga / biaya produksi (HBPROD). NTPADI-SPROD= HPADI/ HBROD; Nilai tukar petani padi terhedap pupuk (NTPADI-PUPUK), merupakan -(96) hisbah antara harga yang diterima petani padi (HPADI) terhadap harga pupuk (HPUPUK). NTPADI-PUPUK= HPADI/ HPUPUK: (97) Nilai tuker petani padi terhadap tenaga kerja (NTPADI-UPAH), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani padi (HPADI) terhedap upah tenaga kerja (UPAH). NTPADLUPAH= HPADI/UPAH, fecwesieeseceeseee (98) Nilai tukar petani padi terhadap modat (NTPADHMODAL), merupakan nisbah antara harga yang diterima petani padi (HPADI) terhadap harga modal lain (MODAL). NTPADEMODAL= HPADI/ HMODAL; -oe(99) 7 4.3.2. Perkembangan Nilal Tukar Petani, Penyusun NTP dan Harga-Harga Dengan asumsi bahwa pertumbuhan nijai tukar dan harga-harga beshubungan erat dengan waktu, maka pendugaan perkembangan nilal tukar petani dan harge-harga dapat diakukan dengan pendekatan trend (regressi). Beberapa model persamaan regressi akan dioobekan untuk mencari model persamaen regressi yang dianggap memadai dalam menduga perkembangan NNTP dan komponen NTP. Dengan mengambit contoh model persamaan tinier, persamaan model dugaan diformulasikan sebagai berikut Ye = Yo tay TH a DF aS DKF, cee (100) Nilai Tukar (atau harga) pada tahun ke t, OK= Peubah boneka slope untuk dampak krisis, D=0, untuk waktu sebelum Juli 1997. D=1, untuk masa krisis, setelah Juli 1997, U = Galat 4.3.3. Pengaruh Krisis Terhadap Nilal Tukar Petant Analsa penganih kejadian isis ekonomi terhadap NTP dan dekomposisi NTP diakukan dengan mengevaiuasi nilai dugaan parameter peubah boneka dari mode! dugaan yang dianggap sesuai, baik nilai dugaan parameter peubah boneka intersep maupun parameter peubah boneka stope (ereng). Seperti diuraikan dalam kerangka pemikiran, akan terdapat hubungan yang berlawanan antara erah dugaan parameter peubah boneka intersep dan arah dugaan parameter peubah boneka slope. Perilaku dampak krisis tercermin ari arah peubah boneka slope, Apabila nilai dugaan parameter peubah B boneka slope positip berarti kejadian krisi telah memperbaiki NTP dan sebalknya. Dengan pemikiran bahwa pada masa krisis merupakan Kejadian yang tidak normal, dan dengan asumsi bahwa apabila tidak ada krisis pera NTP mengikuti pola tertentu sebagai bagian dari masa sebelumnya, maka altematif (cara) fain dari analisa dampak krisis dapat dilakukan dengan menghitung perbedaan (selisih) antara nilai NTP aktual dan NTP proyeksi yang dihasikan dari dugaan model regresi NTP pada sebelum knisis (Juli 1997). Apabila kumulatif selisih NTP aktual dan NTP proyeksi bemilai positip berarti_kejadian krisis telah meningkatkan NTP dan sebaliknya apabita kumulatif selisi bemilai negatip bererti kejadian krisis telah menurunkan NTP. Dengan cara ini dapat pula diperbandingkan besaran relatf pengaruh krisis tersebut antar daerah. 43.4 Pengukuran Perkembangan Nilal Tukar Petant Perhitungan NTP diakukan dalam bentuk indek dengan menggunakan tahun dasar 1987 atau tehun 1987=100. Tingkat perkembangan nila tukar pada Periode tertentu dapat dihitung dengan menghitung seisin nilai NTP tahun bersangkutan terhadap 100, Apabita niiai_selisin tersebut positip, berarti dalam dalam tahun bersangkutan mengalami_ peningkatan NTP dibanding tahun 1987, dan sebaiiknya apabila nial seisih tersebut negatip berarti terjadi penurunan NTP. Perkembangan NTP dalam tahun 1987-1998 dapat diavaluasi dari nial kumiulatif selsih tersebut dalam tahun 1987-1998, n Selisih NTP = ENTP,—NTPiee7, atau 1 .. (401) n Selisin NTP = = NTP, - 100; 1 Semakin besar nilai setisin tersebut, semakin jauh penyimpangan NTP, Gai NTP tahun dasar atau dalam kurva akan ditunjukkan oleh semakin ‘menjauhnya kurva dari néai 100. Dengan cara demikian dapat diperbandingkan tingkat perkembangan relatig perbaikan / penurunan NTP atau kesejahteraan antar daerah (propinsi). Dengan cara yang sama dapat dilakukan Perkembangan nilai tukar penyusun NTP. Dengan metada yang sama dapat pula ditelusuri_peran dani unsur-unsur atau faktor yang mempengaruhi / berperan dalam pembentukan NTP. Sebagai contoh adalah peran NTPADI dalam pembentukan NTP dapat diitung dari selisin antara antara NTPADI terhadap NTP. Apabila seisin tersebut positip berarti NTP-Padi_ mempunyai kontribusi meningkatkan ( peran ositip) dalam pembentukan NTPdan sebaliknya. Dalam kurvaperan positip NTPADI terhadap NTP dipertinatkan dengan posisi kurva NTPADI diatas NTP. n Peran NTPADI = = (NTPADA-NTP)) ene (102) 1 Metoda yang sama juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh dari komponen penyusun NTP berdasarkan komponen harga yang dibayer, seperti NTP-MAK, NTP-PUPUK dan lainnya. 4.3.6. Pembentukan Harga Harga a. Harga Harga yang Diterima Petani Seperi diuaikan dalam kerangka pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi harga harga yang diterima petani dapat dirumuskan sebagai berikut : 4) Harga Padi HPADI= a+ 2; QPADI,+ a2 HDSPD: + E; sescessesie (403) HDSPD= a, + a; HDSBR, + a HDNPD: + E; cesses (104) Dimana : HPAD = Harga padi diingkat petani pada waktu t, QPADI, = Produksi padi pada waktu t; HDSPD, = Harga dasar padi pada waktu t; HDNPD, = Harga dunia padiberas waktu t; HDSBR, = Harga dasarberas i pada waldu t a = Kofesien dugaan parameter E = Galat, 2). Harga Kelompok Komoditas Lain yang Dihasitkan petani Harga kelompok komoditas pertanian Iain selain padi (palawia, sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan rakyat) dirumuskan sebagai berkut : HKOM,= a) +@1 HAD: + aHB +E; (105) Dimana: HKOM, = — Harga Kelompok Komoditas j pada waktu ¢, HPADk = Harga Padi pada waktu t HB, = indke Harga Konsumen Pedesaan j waktu t; a Kofesien dugaan parameter E Galat 81 4.3.6. Pengaruh Perubahan Harga-Harga Terhadap Nilai Tukar Petan! Sepert diuraikan dalam kerang pemikian, pengaruh perubahan harga terhadap nilai tukar petani dapat dikelompokkan menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tidak Jangsung, Penganuh perubahan harga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut a. Pengaruh Perubahan Harga Komoditas | Yang Dihasilkan Petani (i=padi, palawija,sayuran,buah-buahan,tanaman perkebunan) Pengaruhlangsung =: a /HB .. (108) HB(2a; 2PT, /0PT)) - HT (2b, PB, /0PT) Penganuh tidal fangsung | 0, berarti krisis ekonomi telah meningkatkan NTP, apabila selisih tersebut =0, berarti tidak berpengaruh, dan apabila selisih <0 perarti menurunkan NTP. Nilai model dugaan regresi NTP bulan Januari 1995 — Juli 1997 dan proyeksinya di 14 propinsi tercantum dalam Gambar Lampiran 1 sampai Gambar Lampiran 14. Nijai kumutatif selisin antara NTP aktual dan NTP proyeksi tercantum dalam Tabel 5. 3 Tabel 4. Nilai Dugan Regressi dan Dampak Krisis Ekonomi Terhadap NTP di 14 Propinsi Tahun 1995-1998 (Th 1987=100) Prop | Intersep T TF T D DK Adj R ‘Aceh 101.737" | -0.263°" 30.985" 0.849" | 0.350 ‘Sumut 92244" | 0.198 0.013 39.304 1.264" | 0.755 ‘Sumber | 114.428"* | 1.239" 0.1687" | 0.004%" | 297.5477" | -9.068"™ | 0.711 ‘Sumsel | 134.463 | -2.863°" | 0.058" 41.381" 1.423" 0.838 Lampung | 95.408" | 0.967" | -0.010 65.098" =| -1.928°* | 0.912 Jaber 408.981" | -0.718"" | 0.016" 39.634" | -1.078°* | 0.457 Jateng 97260" | 2.097" | -0.111" | 0.001" | 71.393 -2.104* 0.705 DIY 108.261""* | 0.173" 47.726" | 1.482" | 0.744 Jatin 401.7217" | 1.441° 0.106" | 0.002" | 160.304" | 5.019" | 0.375 Bali 106.532" | 1.128" | -0.026"" 56.670" | 1.932" | 0.795 NTB 102.988" | 2.655" | -0.166 | 0.003" | 69.668" 2.656" | 0.875 Kalsel 96.568" =| 0.160 0.053 0.001" | -70.418" 2548" 10.551 ‘Sutut 100,191" | -1.620"" | 0.128" 60.948" 2.045" 10.713 ‘Sulsel 405.198" | 0.581*** | -0.010 0,002" | -22.957% | 0.852" | 0.613 ‘Keterangan : T= waltu (bulan) D_ = paubah boneka intersep sebelum dan setelah krisis ekonomi (Juiit997) DK= peubeh boneka slope sebelum dan setelah krisis ekonomi (Juli 1997) “= nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen * e nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen + = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen Melalui pendekatan diatas juga sekaligus dapat dihitung besaran relatif dari dampak krisis tersebut terhadap NTP. Secara retatif peningkatan NTP paling besar terjadi di propinsi Kalsel, Sumsel dan Sutsel, sedangkan di propinsi Bali dan NTP peningkatan NTP relatif paling kecil. Penurunan NTP paling besar akibat kejadian krisis dijumpai di propinsi Sumber, Sulut dan ‘Aceh, Sementara propinsi di Sumut, Lampung, Jawa Barat, Jawa tengah, dan Jawa Timur, penurunan NTP relatif kecil. Tabel5. — Selisih Nilai Aktual dan Proyeksi NTP di 14 Propinsi , bulan Agustus 1997 sampai Desember 1998. Periode Periode Periode Propinsi Agt-Des 1907 | Jan-Des 1998 _| Agt1907-Des'1998 4. Aceh A772 108.055 109.827 2, Sumut “1,638 -73,238 74873 3. Sumbar 26.154 291.927 285.773, 4, Sumsel 20.907 201.698 222,606 5. Lampung 7.137 “71.210 84.073 |6. Jaber 19.882 -65.459 = 38.577 {7. Jateng 32.411 “141,260 “173.371 |8. py 6.305 98.208 91.998 9, Jatin 0.165 98.375 98.210 { 10.Bali 9.793 18.726 933 (NTE 2714 33.045 35.768 12.Kalsel 42.278 192.547 234.822 | 13.suut 0.282 “171.684 171,966 14, Sulsel 29.864 164,405 194.269 6.3, Unsur-Unsur Pembentuk Nilal Tukar Petani (NTP) Nilai tukar petani merupakan nisbah anter harga yang diterima petani (HT) dan harga yang dibayar petani (HB). Unit pembentukan NTP adalah propinsi, yang sampai dengan tahun 1998 baru dilakukan di 14 propinsi di Indonesia. Harga yang diterima petani (HT) merupakan harga tertimbang dari harga-harga komoditas yang dihasikan /djjual petani, dengan penimbang (pembobot) adalah nilai dari masing masing komoditas disetiap propinsi. Kelompok komoditas yang dihasikan petani yang tercakup dalam 95 perhitungan NTP meliputi_kelompok tanaman bahan makanan (yaitu padi, palawija, sayuran dan buah-buahan) dan kelompok tanaman perkebunan rakyat. Harga yang dibayar petani (HB), yang merupakan harga tertimbang dari harga produk konsumsi dan harga biaya produksi dan penambahan barang modat. Dan Tabel 6 terfinat bahwa antara_ tahun 1987-1998, dalam pembentukan harga yang diterima petani (HT) secara rataan peran (bobot) Padi nenempati pangsa terbesar, menyusul secara bertutur turut Palawija, Sayuran, Buah-buahan dan Tanaman Perkebunan Rakyat. Sebaran antar propinsi berbeda sesuai dengan potensi sumberdaya pertanian masing masing daerah. Secara relatif bobot komoditas padi dalam HT cukup besar ( diatas 0,4) dan_mulai dari yang paling besar terjadi di propinsi Kalsel, Sulsel, ‘Sumbar, Sumut, Jateng, Jaber dan NTB. Pangsa kelompok palawija cukup besar (diatas 0,25) terjadi secara berturut mulai yang terbesar di D.1 Yogya, Lampung, Jatim, Sulut dan Aceh. Pangsa kelompok sayuran relatif besar (diatas 0,15) di propinsi Sumbar, NTB, Aceh, Jabar, Jateng dan Bali, Pangsa tanaman perkebunan rakyat relatif besar (diatas 0,15) di propinsi Sumsel, Aceh, Lampung dan Sumut. sivo_| ero | ez | izzo | coro | zo | vito | ozo} evo | sora | soro | sooo | ozo | sizo | aco wey LH | bbTO poo | 1St0 PMS FT vero | sco «00 | sro ans vO | SFI. g100 | zo POX TL soo | osco cero | occ ax u vizo | oro sero | zsvo wa of soro | exo sso | «eco amt 6 seo | caro seco | 19r0 xia 8 ozo | 6ez0. OLIO | HStO ‘uo oe zi | sero sso | cs10 nq 9 9H00 | eect 9800 | 6o¢0 ‘Sundwey 5 Oso'o | L8TO | eorO | o9€0 | ZITO | £00 | e800 [pours “be oslo | plo | reso | Lovo | stoD | 910 | 1800 requing ¢ TO | L800 | LETe sIVO | O1TO | Cosa | scvo | sito | E10 } B900 mans Z TO | LOO | ETO | zszO alo | o6z0 | szzo | Eseo | M00 | 910 | LoTO wey TT RE BOr aRR RE amar a Tas Tame |e meer Re aS ae a aL smd 866) UNE L £661 EL i861 nye L TomaG ENN MEN WoOgoquIsy uMPEC] WRAY JEnfiprsAMposdic] Suey seypouoy vElag weBITEGUIDANY “9 [EEL 7 zs00 | 6400 | seo | Isv0 £550 $509 | z600 | seo | ozeo 98%0 | croO | t600 | 6t00 EEO los‘o weeny svoO | BLO | ws00 | Zero Osso SPO | EFI'O | Leo) zETO vavO | 0000} 1170 | LEO 80 69r0 BRING “Fh sbO0 | woe | 1200 | sETO 1090 0200 | S800 | HOD | KXZ0 L650 | ZOO | Ispo | Izoo S870 5090 TRS £1 blo | S910 | seoo | 910 a0 100 | o0or0 | oso0 | GLI’ S$vS'0 | ppd | o1z0 | osoo pa10 isso POEM ZL osro | wove | us00 | caro | usso | soro | tio | eo! axzo | ciso | uro| ooo | acoo | veo | so | aN cit sizo | woo | eso] vero | eso | eeeo | stow | esoo| wero } ovo | zoro| civo | coo | seco | vsro We 01 9700 | e800 | Teo | SFO BoLO 100 | o6o0 | zoo | LIso d€€0 | 6wO | z00 | eoO Ts'o sseo unee 6 P10 | OOO | POO | Liso blr O S100 | roo | sIO0 | seco 90 | 9100 | tro | Elo oLs'0 850 AI 8 £500 | 1900 | 00 | oso | eso | csoo | tooo | soo! exso | vero | eso | ssoo! roo | zo | eco | ome 4100 | 2400 | 9100 | Pzro LO vO | $800 | 6100 | stro wOCO | 700 | E00 | +00 Lh 0 Tro mel 9 woo | 600 | sr00) evo | azo | reo | sero | soo; ceo | oso | sooo) vitro | coo | eseo | aio | sunduey 9100 | 9500 | cco | aero | si90 | 1100 | s¥0 | too] sizo | ci90 | soo} soo | aeoo | seo | aso | peung > 6100 | 9ITO | prOO] BLO 990 it'0 | into | eso0} ozo O50 | sto | LEFO | Leo | FIZ 650 mequng £ 3100 | I600 | se00 | sszo | zo | rm | aro | ow} toro | tzs0 | 1z00| ero | seo | ssco | ooo | sumg z 06010 | ¥80°0 | 1600 | Zoro £590 8900 | loro | 9400] spz0 6150 | 9600 | Ge00 | +200 | exo z90 yoy oF Lame RR aay aT aT | aH cal Prom | etmoy | wma | son | orem | pons | womy | une | “oon | mere | mp | een | omng | oo | crore sympoxd eng sumsuoy ssmpoud exer tsumnsuoyy empoxd ecerg ysumsuoy isuidoag. 8661 UNL, £66) une, 2g) urn Mee EAM, TAIN umOgoquiag WTEC mag IEC Buy, yuposy MEIDY UEANAMLDWEG 4 [eqeL Secara umum pangsa komoditas padi, sayuran dan buah-buahan meningkat, sementara pangsa palawija dan tanaman perkebunan menurun, Antara tahun 1987-1998 peningkatan pangsa padi dalam NTP terjadi di propinsi Aceh, Sumut, lampung, Jabar, Jateng, Kalsel, Sulut dan Sulsel, sementara di propinsi lainnya menurun, Penurunan pangsa palawija dalam pembentukan NTP terjadi di sebagian besar propinsi kecuali_ di propinsi Aceh, Jabar dan Sulut. Peningkatan pangsa sayuran terjadi di propinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Jabar, Jatim, NT, Kalsel dan Sulur sementara di propinsi lainnya menurun. Peningkatan pangsa buah-buahan terjadi sebagian besar propinsi kecuali di propinsi Lampung, Jabar dan NTB. Sementara peran tanaman perkebunan rakyat terhadap NTP menurun di hampir seiuruh propinsi kecuali Sumsel. Dari Tabel 7 teriihat bahwa dari sisi harga yang dibayar petani, pangsa pengeluaran untuk konsumsi dalam pembentukan NTP sangat dominan dan raeatif stabil walaupun cenderung menurun. Dalam tahun 1987 pangsa konsumsi mencapai 0,835 persen dan sedikit menurun menjadi 0,834 persen di tahun 1998. Walaupun demikian dalam komposisinya terdapat dinamika. Penurunan tersebut terjadi terutama karena penurunan pangsa konsumsi non pangan sementara pangsa pangan cenderung meningkat. Dalam tahun 1987 pangsa konsumsi pangan sebesar 0,501 persen meningkat menjadi 0,553 persen di tahun 1998, sementara pangsa non pangan menurun dari 0,384 persen menjasi 0,281 persen. Peningketan pangsa kelompok pangan teradi di semua propinsi, begitu pula penurunan pangsa non pangan terjadi disemua propinsi Pangsa biaya produksi dan barang modal dalam pembentukan NTP relatf stabil dengan kecenderungan meningkat. Dalam tahun 1987 pangsa biaya produksi dan barang modal sebesar 0,165 persen dan sedikit meningkat menjadi 0,168 persen di tahun 1998. Dari pergerakan komposisinya, pangsa pupuk dan barang modal cenderung meningkat ‘sementara pangsa tenaga kerja manusia menurun. Dalam tahun 1987 pangsa pupuk sebesar 0,029 persen , meningkat menjadi 0,035 persen di tahun 1988. Peningkatan pangsa pupuk terjadi di hampir semua propinsi kecuall Kalsel. Dalam tahun 1987 dan tahun 1998 rataan pangsa tenaga kerja dalam pembentukan NTP masing masing 0,093 dan 0,073. Penurunan terjadi di sebagian besar propinsi kecuaii Jateng, Jatim, Bali dan Sulut. Rataan pangsa barang modal meningkat dari 0,043 persen ditshun 1987 menjadi 0,052 persen ditahun 1998, dan peningkatan tersebut terutama terjadi di propinsi Bali, NTB, Kalsel, Sulut dan Sulsel. Dengan tujuan hanya untuk melihat arah pergerakan dari Indeks harga yang diterima petani (IT) dan indeks harga yang dibayar petani (|B) tahun 1987-1998, dilakukan dugaan regresi sederhana seperti _tercantum dalam ‘abel 8 dan Tabel 9. Laju peningkatan IT relatif labin besar terjadi di propinsi DI. Yogya, NTB, Jabar, Sulsel, Sumbar dan Jateng, sementara laju IT paling kecil terjadi di propinsi Lampung. Peningkatan laju 18 relatif besar terjadi di Jabar, Jateng, Sumut, DI Yogya dan Sulsel. 100 Laju peningkatan IT febih besar dari laju IB terjadi di propinsi Sumibar, Sumsel, DIY, Bali, NT, Kalsel, Sulut dan Sulsel, dan di propinsi lainnya laju IT lebih rendah dari (B. Kejadian krisis secara nyata telah meningkatkan IT dan IB seperti terinat dari nilai kofesien peubah boneka (DT). Pada masa krisis tersebut, laju peningkatan (T lebih besar dari laju IB terjadi di propinsi ‘Sumsel, DIY, Bali, NTB Kalsel dan Suisel. Sementara di propinsi tainnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulut setetah kejadian krisis ‘aju peningkatan IT lebih rendah dari lalu 1B. Tabel 8. Anaiisa Regressi Indeks Harga Yang Diterima Petani di 14 Propinsi di Indonesia Tahun 1987-1998. Propinsi Intersep T Dk AdiR? 1. Aceh ezo3s* | 14.4404" w1et7e | 0.8012 2. Sumut 66.452" 143.5959" 13.0914" | 0.796 3. Sumber — | 49.367°*" 19,0980" 18726 | 0.700 4. Sumsel e1.46ar 15,8475" 10s366"* | 0.7201 5. Lampung | 89.055*** 7.9434 3e0si* | 0.8156 6. Jabar 0.951% 20.3811 105837" | 0.8193 7. Jateng 54.386" 47.544a"" 106782" | 0.8674 8. DIY s2.7aaee 2estaa zagsa* | 0.7002 9. Jatin azarae 13.4006" 9.4azo~> | 0.5980 10. Bal 82.025" 19.1535" 24722" | 0.4968 11, NTB 44 462°" 21.9784" 152609"" | 0.7723 12. Kabel 96 208° 19.9590" 149587" =| 0.2011 13. Sulut 62.850" 49.8982" 2oso7 | osese 14, Sulsot 60.7407" 20.4754" 169692"" | 0.5578 Catatan ety Nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen : Nyata pada Sngkat kepetcayaan 95 pereen Nyata pada tngkat kepercayaan 90 persen DK : Peubah boneka yang menggambarkan kondisi sabelum dan ‘setelah kris (bulan Jul 1997) 101 Tabel 9. Anaiisa Regressi indeks Harga Yang Dibayar Petani di 14 Propinsi di indonesia , Tahun 1987-1998. Propinsi_| _inorsep 1 OK Adit 1. Aceh 51.084""* 16.5465°" 0.7694 (2. Sumut sot 18.5330°" 0.6115 +3. Sumbar 58.677" 15.0744" 0.7816 4, Sumsel 74.853" 12.3903" 0.8682 5. Lampung: 61.899°°" 14.7648°" 0.6817 6. Jaber 0.158°"* 20.8098°" 13.3376"" 0.8393 7. dateng | 52.87 | t9.8051" | 11.8642" | 0.8571 8. ov srsve | trzere~ | tia | 08265 9, Jatim 47.907" 16.4644" 11.7759°" 0.5338 10. Bali, 86.7140" 14.5747" 2.1105" 0.4588 41.NTB issu | sanz | gaz | 06764 12. Kalsel 66.728" 18.7378" 7.3091" 0.7312 13, Sulut 82.030" 11,0344°" 2.8556" 0.4637 14. Sulsel 64.690°° 16.7958°" 4.8098" 0.6878, Caan DK : Peubah boneka yang menggambarkan kondisi sebelum den + Nyata pada tngkat kepercayaan 99 persen ‘Nyala pada tngkatkepercayaan 95 persen Nyata pada tingkat kepetcayaen 90 persen setelah kris (bulan Jul 1997). Dekomposisi Nilai Tukar Petani (NTP) Dalam metodologi diuraikan bahwa NTP dapat didekomposisi kedalam unsur unsur pembentuknya, baik dari sisi_ unsur pembentuk harga yang diterima petani (HT) maupun unsur pembentuk harga yang dibayar petani (HB). Dari unsur pembentuk HT dapat dirinci menjadi NTP kelompok komoditi, yaitu NTP-Padi, NTP-Palawija, NTP-Sayuran, NTP-Buah-buahan dan NTP-Tanaman Perkebunan Rakyat; ataupun lebih rinci lagi menjadi NTP- 102 Komoditas. Sedangkan dari sisi unsur pembentuk HB, dapat dirinc! menjadi NTP-Komoditas Konsumsi (Makanan dan Non Makanan) dan NTP-Sarana produksi (Pupuk, T.kefja, Modal). © Bahasan tentang NTP Kelompok komoditas secara khusus akan diuraikan dalam bab selanjutnya. Bahasan berikut akan menguraikan dekomposist NTP dari sisi unsur pembentuk harga yang dibayar (HT). Dalam Gambar Lampiran 15 sampai Gambar Lampiran 28, memperiihatkan perkembangan dekomposisi Nilai Tukar Petani terhadap harga yang dibayar di 14 propinsi 5.4.1. Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Konsumsi Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Konsumsi(NTP-KON) didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayer untuk pembelian barang konsumsi. NTP-KON menggambarkan kekuatan daya tukar/ daya beli dari komoditas pertanian terhadap produk konsumsi. Produk konsumsi tersebut adalah produk manufaktur, dengan demikian nilai tukar ini juga menggambarkan kekuatan daya beli dari komoditas pertanian terhadap produk manufaktur. Perkembangan NTP-KON di 14 propinsi tahun 1987-1998 dapat diikuti dari perkembangan nilai dugaan regresi seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 6. Dengan tujuan untuk methat perkembangan (trend) NTP-KON dan dengan tetap memperhatikan kelemahan model dugaan berkaitan dengan adanya multikolonierti, maka model regressi dinilai cukup memadai untuk dapat menggambarkan perkembangan NTP-KON. Dari tabel tersebut teriihat 103 bahwa dari 14 propinsi yang dianalisa, sejumiah 8 propinsi secara nyata mempertinatken faju peningkatan, satu propinsi yaitu Jateng mempertinatkan kecenderungan peningkatan (koeffesien positip tidak nyata), tiga propinsi yaitu Aceh, Sumut dan Lampung mempertihatkan laju menurun nyata dan dua propinsi yaitu Kalsel dan Sulut_ memperiihatkan Kecenderungan menurun {koeffesien negatip tidak nyata). Propinsi dengan jaju peningkatan positip nyata secara berturut turut_ dengan taju mulai terbesar terjadi di propinsi NTB, Bali, Sumbar, Sumsel, Di Yogya, Sulsel, dan Jatim. Pergerakan NTP-KON mulai dari tahun dasar (Tahun 1987=100) juga dapat dikuti dengan melinal selisih antara nilai NTP-KON tersebut terhadap 400. Apabila nilai selisih NTP-KON bemilai positip berarti pada waktu bersangkutan NTP-KON bemilai diatas 100 dan sebaliknya apabila selisin bemilai negatip berarti NTP-KON bernilai dibawah 100. Dari rataan kumulatit selisih NTP-KON terhadap NTP-KON pada tahun dasar = 100 , memperfihatkan dalam periode tahun 1987-1998, secara rataan di 14 propinsi menunjukkan nilai positip, yang berarti NTP-KON dalam periode tersebut meningkat. Gerdasarkan sebaran antar propinsi, nilai kumulatit bertanda positip djumpai di 10 propinsi, sedangkan 4 propinsi yaitu Aceh,Sumut, Lampung dan Jatim menurun. Secara rataan peningkatan NTP-KON terbesar terjadi di propinsi Bali, Sumsel, NTB dan Sulsel (Tabel 10) Analisa untuk meiinat dampak krisis dilakukan meialui pendugaan - model tahun 1995-1998 seperti tercantum dalam Tabel 11. Kejadian Krisis ekonomi telah menurunkan NTP-KON secara nyata di propinsi Aceh, Sumut, 404 Sumber, Lampung, Jabar, Jateng dan Jatim. Sementara di propinsi DIY, NTB, Kalsel dan Sulsel dampak krisis terhadap NTP-KON positip, sementara dipropinsi lainnya yaitu Sumse!, Bali dan Sulut kecenderungan pengaruh positip tidak nyata Tabel 10. Ratan Selisih NTP-KON Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1988 (Tahun 1987=100). rropind | 1967 | 1968 | 1989 | 1950 | 2901 | 1952 | 1928 | 1994 | 1958 | 1996 | 1997 | 1968 | Raw os }23 as [aa [or |oa | -tas |-24 3a [a7 oa [erat [a as at mas oT pire [re yaa es aT ior fae S| ue [eset [arf ee oF ais [ss] sea | ass [ae [74 7 a7 [ea [ar Tes is Par [3a [er aa aT [esas at oe a ay fis [2a [sx [ao pas foo ar BE [at [as] eT a2 [oo | a0 ae ver [aaa] oe [T1208 [BS _[ ate PT ms Tz as [as pas [ae BF [sa [es aaa 77 We [is | ae [as Do} ta] S| ae | Se OS TAS aT as pa as [ee 0 TS 75 a [ea fiz [3a [ao fae [a7 te [asp ws | ss [ss as fee tan poo a0-[ar pes [st [a2 [ae [a0 yea [er jos Peranan dari NTP-KON terhadap NTP dapat dilihat dari nilai selisin antara NTP-KON terhadap NTP. Apabila seiisihnya bemilai positip (atau nilai NTP-KON > NTP) berarti kedudukan NTP-KON memberikan kontribusi positip terhadap peningkatan NTP dan sebaiiknya. Dari keragaan selisih NTP-KON terhadap NTP seperti terangkum dalam Tabe! Lampiran 7, tertihat bahwa secara rataan NTP-KON telah berperan positip terhadap NTP. Peran 105 positip tersebut juga terjadi di sebagain propinsi kecuali Sulsel. Peran positip NTP-KON terbesar terjadi di propinsi Sumsel, menyusul Bali, NTB dan Jatim. Tabel 11. _Nilai Dugaan Regresi Dan Dampak krisis Ekonomi Terhadap NTPKON di 14 Propinsi. [Prop] Intersep T P Tr D DK | AgR™ | Roe ToL sseer | -0.192* 440gsre | -1.278** | 0440 Suma [orgsoee [0.076 — |-0.037 fj aocore | 71.soseee | -2.250%e* | 01923 Sumbar | 117890" } 0.972 | -0.183¢* | oo0see* | 327.929e0¢ | -tooxseee | 074 | Summsel | 152.072*## | -3.6138** | 0.077¢4¢ 16.998 0.684 ORI2 | Lampung | 94.138¢"* |-0.497 |-0.030 | 0.000% | 73.072"6¢ 0924 rae Nomen | acces [oor tease oon | Joueng | sae7eee | erases |-ocosae* |o.001 | 80,1604" | -2.392e* | 0.830 py 106823 | -i.6i0%# | 0.1308 | ooo2eee | -133.073¢¢ | 42126e¢ [0.739 Jatin —_| 94.8754* | 1.500" | 0.104" | o.ooree | 1ag.gsares | sve | 0.584 Bali assent |2451 | 0256" | -oouser | 150253 | $230 0284 j NIB go.azoee | osgsees | o.cgeree | oorates | -413.5746* | 13.6208" | 0.568 Kalst | 101-7640] 1.037 | oroiess | -ooogeee | eo.tasee | aatore | 0.764 suit — | 96 998e* | 0.170 | ors 5579 0.006 0.383 Sulsel | 105329%¢¢ | 03748" sl93a7ee | 2278 | 0746 Keterangan T= waktu (bulan) 1D. = peubah boneka intereep sebelum dan setelah krsis ekonomi (Juk 1987) DK= peubah boneka sope sebelum dan setelan kris ekonomi (Jul 1997) Produk konsumsi dapat dikelompokan dalam —produk konsumsi makanan dan kelompok non makanan, dengan demikian nilai tukar produk konsumsi dapat dirinci menjadi nilai tuker petani terhadap produk konsumsi makanan (NTP-MAK) dan nitai tukar petani terhadap produk Konsumsi non makanan (NTP-NMAK). 106 a. Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Konsumsi Makanan (NTP-MAK) NTP-MAK didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap harga produk komsumsi makanan. Nilai tukar ini menggambarkan kekuatan daya beli petani terhadap harga produk makanan yang dibeli petani. Harga produk Konsumsi makanan merupakan harga tertimbang dari seluruh harga-harga produk makanan yang dikonsumsi (dibeli) petani Dalam Tabel Lampiran 1 tertinat bahwa produk konsumsi makanan mencakup kelompok padi-padian, kelompok daging-kan-unggas, kelompok susu-telurlemak, kelompok sayuran, kelompok buah-buahan, kelompok kacang-an, dan kelompok makanan-minuman lain. Analisa regressi_untuk melihat trend NTP-MAK tercantum dalam Tabel Lampiran 8. Dengan memperhatikan pula perkembangan NTP-MAK seperti tercantum dalam Gambar Lampiran 15 sampai Gambar Lampiran 28, model dugaan Linier dianggap memadai untuk dapat menerangkan perkembangan NTP-MAK tahun 1987-1998. Dani Tabel Lampiran 8 tersebut terlihat babwa secara umum dari 14 propinsi yang dianalisa sejumlan 6 propinsi menunjukkan peningkatan NTP-MAK secara nyata, yaitu masing masing dengan laju mulai terbesar di propinsi Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB dan Sumber. Di Aceh, Sumut, Lampung, Sulut dan Sulsel menunjukkan penurunan. Sedangkan di Jabar, Sumsel dan Kalsel Kecenderungan menurun (tidak nyata) Berdasarkan rataan nai kumulatip selsin NTP-MAK terhadap NTP- MAK tahun dasar ( Tahun 1987=100), secara umum NTP-MAK menunjukkan 107 peningkatan (Tabel 12). Peningkatan NTP-MAK mulai yang terbesar terjadi di propinsi NT, Bali, Sumbar, Sumsel, Sulsel, Kalsel dan Sulut. Penurunan NTP-MAK mulai dari yang terbesar terjadi di propinsi Lampung, Aceh, Sumut, Jatim, Jateng , dan Aceh. Semantara di DI Yogya secara kumulatif NTP- MAK=0 atau berarti sama dengan rataan NTP-MAK tahun 1987. Tabel12, Ratan Selisih Antara NTP-MAK Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi (Tahun1987=100) Prosi | 1987 | aoe | isie | 950 | aso | 1382 toes | 1956 | 197 neon foo [sa fos fas fez [as ast faz | ‘Samat oo | 34/36 aa as Ss [7 [at | Sumber [oo fas | 40 Was [13s 160 | Somes OO ae far ae Tae aay a8 aia Tes BIT aF as 37 aay oR P| aoe fs PSs oa IE TR Youn foo ar ae eae ar ae Pas w | exis oo [ais [rr [es se yas | ae) 4s 66 Baa AE aS eS Tas PTS ae TEP a wie oo Tia [as [Is [ea [sr [as [aa iF ee | ws aloe oD yer joe” [er [ss [ao fas Pat pas a 172 Sait 00 [oe [ao [ae far ie i418 [as [ay [os [26 ‘Sulsel ee a ee er Faman Joo [ar ts [4s | 38 wr ae EET 5 Analisa untuk melinat dampak krisis dilakukan melalui mode! dugaan regresi NTP-MAK tahun 1995-1998. Kejadian krisis ekonomi telah menurunkan secara nyata NTP-MAK di propinsi Aceh, Sumut, Sumber, 108 Lampung, Jabar, Jateng dan Jatim; serta kecenderungan penurunan (tidak nyata) di Sumse! dan Sulut. Dampak positip nyata dijumpai di propinsi DIY, NTB dan Kalsel, dan kecenderungan positip di Bali dan Sulsel (Tabel 13). Tabet 13. Nilal Dugan Regresi Dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTPMAK di 14 Propinsi. Prop | intersep T Tr Te D DK | Agr’ Aceh — | o7.g0aves | 0154 sor7s6see | -1 52500 | 0.562 | suma | 96783049 | o.74seee | 0.016¢* aszazee+ | -rso7ee | 0.832 Sumber | 113000%+] 0.491 | -0.123°#* | oco3ee | 29553148 | -9.132"96 | 0.788 | sumset | 137.039 | -a.gonee | o.0908e+ zie | -o789 | 0.778 Lampung | 90.475*¢* }-0380 | -c0s8 | 0001 76.965*e+ | -2.368¢ | 0.907 | separ — | ro2.002%e | 0.197 | nore | 0000 | 1o9stgee* | -3.295¥0" | 0828 Jang — | 94.8574 | .196r8" | 030+ ee.r6se+ | 2.09248" | 0.936 bly rosasoeee | -1soiee [0.129 | ooo2ees | raga2e* | 2a16e* | 0398 fain | s2.6sree {20 [oon Jour | azorsoee | zones |o70 | pat 116.400*** | -2.320 0.239%" | 0.005%" | -116.728 | 4.047 0422 NIB | 780974 | 11.406 | -o862%e" | oorse*s | 525.597 | 17439" | 0.428 Kaset | roososeee |-1.935** ozazere | -aooseee | 93.404 | sasse | 0.753, sult | 92.8908 | 1.097 | oss | ooor | 71.338 | 2502 | 0236 sult | 100122%e |-0373 fons: | -ooore |-18335 fora | os92 Keterangan: 1 = waktu (bulan) D_ = peubah boneka intersep sebelum dan seteiah kris ekonomi . DK = peubah boneka slope sebelum dan setelah krisis ekonomi ‘= = nyata pada tngkat Kepercayaan 99 person s+ = nyata pada tingkal kepercayaan 95 persen + = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen Peran dari NTP-MAK dalam pembentukan NTP diukur dari nilai rataan kumulatit selisih NTP-MAK dan NTP dalam tahun 1987-1998 menunjukkan angka bemilai negatip yaitu sebasar -0,2 (Tabel Lampiran 9). Ini berartt secara umum NTP-MAK. telah memberikan kontribusi negatip terhedap NTP. Kondisi ini sejalah dengan sebaran perannya antar propinsi dimana dari 14 propinsi sejumlah 9 propinsi menujukkan selisin NTP-MAK terhadap NTP bemilal negatip dan hanya 5 propinsi bemilai positip. Rataan nilai_negatip secara berturut turut mulai dari yang terbesar terjadi di propinsi Sulsel, Jabar, Sumbar, Lampung, Kalsel, Aceh, Yooya, Bali dan Sulut. Semantara nilai selisih positip mulai dani terbesar terjadi di Jateng, Sumut, NTS, Jatim dan Sumsel. b. Nill Tukar Petani Terhadap Konsumsi Non Makanan (NTP-NMAK) NTP-NAMK merupakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT) tethadap harga produk komsumsi non makanan yang dibayar petani. Nilai tukar ini menggambarkan kekuatan daya beli petani terhadap harga produk non makanan yang dibeli petani. Harga produk konsumsi makanan merupakan harga tertimbang dari seluruh harga-harga produk non makanan yang dikonsumsi (dibel) petani, Perkembangan harge-harga produk non makanan merupakan harga yang terbentuk dari pengeluaran petani dari kelompok non makanan yang mencakup pengeluaran untuk perumahan, tempat tinggal dan aneka barang dan jasa ( Tabe! Lampiran 1), 0 Hasil dugaan regressi tahun 1987-1998 tercantum dalam Tabet Lampiran 10. Dengan memperhatikan perkembangan seperti tercantum dalam Gambar tersebut, model dugaan Linier yang dianggap memadai untuk dapat menerangkan perkembangan NTP-NAMK. Secara umum sebagian besar propinsi menunjukkan —laju meningkat, Keouali di propinsi Sumut dan Lampung. Peningkatan secara nyata dengan laju mulai dari yang terbesar tejadi di propinsi NT@, Sumbar, Bali, Suisel, Kalsel, Sumsel, Jabar dan 0.1 Yogya. Kecenderungan peningkatan NTP-NAMK (tidak nyata) terjadi di propinsi Aceh, Jateng, Jatim dan Sulut. Di propindi Sumut dan Lampung, NTP-NMAK menurun secara nyata Peningkatan NTP-NMAK juga dapat dinilai dari rataan kumulatif setisin antara NTP-NMAK dengan nijai tahun dasamya (1987=100). Berdasarkan nilaikumulatif tersebut sebagian besar propinsi mengalami peningkatan NTP-NMAK kecuali Sumut, Lampung dan Yogya. Peningkatan NTP-NMK terbesar terjadi di Bal, NTB, Sumbar dan Sumsel (Tabel 14) Kejadian krisis ekonomi secara nyata telah meningkatkan NTP-NMAK di propinsi Sumsel, DIY, Kalse! dan Sulsel dan kecenderungan peningkatan (positip tidak nyata) di propinsi Sumut, Bali dan Sulut. Sementara itu di propinsi Aceh, Sumbar, Lampung dan Jatim, adanya krisis secara nyata berdampak negatio terhadap NTP-NMAK dan kecenderungan negatip di propinsi Jabar, Jateng dan NTB (Tabei 18). mi Tabel 14. Rataan Selisih Antara NTP-NMAK Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi_ Tahun 1987-1998 (1987=100) prpins | er | ise | aes | 90 | avn |r | rm | aso | as nan foo [as [as [10 [oe [25 [7 j30 | os sina — foo Pas Ta Fae | ST PE aT aT PEE TT as saree [oops Ta ie ea] He wa ars feos aS PBS Sines foo Pas p36 si] aa eo FBS SET imams Poses Tas aa pais rs ae ae 8S aS [ix [oo [ss faz |s7 [et a as [re fast aa es [at [ae ‘jag oo [72 [ae ia Ts ae] 27 Fas oo fea yes par fos Yous 00 Be [28 | 07 (02 ais jz0 [es feo BE TBE sain ao pas pat fae aa aE a ST [ae Tees asa an fuori pm Sew TT | Ta REPS Peo LF acy os far ae [a7 [en [77 jas [ies [saz [ary [wes [i381 [ao Sake Ce faz [ta ies [77 | 7a Br [or jaa Wwe ‘Sulsel oo 7s Taste er [sa Tor for pas [ae IFT saa tis as pao aT 88 Secara umum NTP-NMK memberikan kontibusi positip dalam pembentukan NTP, seperti ditunjukkan oleh rataan nifai selisin NTP-NMAK terhadap NTP yang bemilai positip ( Tabel Lampiran 11). Dari 14 propinsi yang dianalisa hampir seluruh propinsi menunjukkan nilai_kumulatif selisih nilai NTP-NMA tarhadap NTP bertanda positip, kecuali di propinsi Sumut. Rataan kumulatif selisih tersebut paling besar diumpai di propinsi Bali, menyusul NTB, Sumbar dan Jaber. nz Tabel 15. Niai Dugan dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTP-NMAK Di 14 Propinsi | Prop | Intersep T F Tr D DK | Adj \ Aceh go.624eee j 2gasee | 0.231" | 0.004 | 172.389"" S.197# 0.198 Sumut —} s3.246¢ee |ogsie® } 0.0457* 0.000 | 0.799 13s | 0329 |= 133,757*** | 3.000 o273** | o.on6** | 454,34786* | -13.39948* | 0.576 sumset | 1azseseee | 2azeee [0.31 |-ocos+ | -299.746ree | 9.79848 | 0.828 (Jaber | r20setee | gist | oat 1n3ss 0107 ost jaune ocssoe fasase [ase oom |srsie |e jou jp riztosees | -san7ee | oa0se | -ooagre | 2061486 | 10.45¢"* | 0.627 [tain | 1008074%* | 03050¢ sooistes | 2aaiere | 0.286 [ea rsaassers oan [014s 0000 j sss02 sao | 0337 bcm [saasi_jasane [zone Joos J ioiziis )-4202 9398 | Kalset 121.9988" | 4.141 oaages | 0.010 | -387.0619% | 13.36704* | 0474 si ronsecre| 0008 foots sa fox jon | susa | ne 3z9ee" | 1a77=#* | 0017" aiasse | iissee | 086s t Keterangan: T = waktu (bulan) D_ = peubah bonel DK = peubsh boneka slo ‘m= nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen ~ = nyata pada fingkat kepercayaan 95 persen = nyata pada tingkat kepercayaan $0 persen ka intersep sobolum dan setelah krisis ekonomi pe eebelum dan setelah krisis ekonomi 6.4.2. Nilai Tukar Petani Terhadap Blaya Produksi (NTP-BPROD) Nilai tukar petani ternadap biaya produksi NTP-BPROD merupakan nisbah antara indeks harga yang diterima petani (HT) terhadap indeks biaya produksi.Dengan demikian Nilai tukar ini menggambarkan daya tukar /daya bell antara komoditas yang dihasiikan petani terhadap biaya produksi. 3 Dengan menggunakan dugaan model inier seperti tercantum daiam Tabel Lampiran 12, terihat NTP-BPROD di hampir semua propinsi menunjukkan laju penurunan, kecuali di Sulsel. Penurunan laju terbesar terjadi di Lampung, Jaber, Jateng, Jatim dan Sulut. Penurunan NTP-BPROD juga tercermin dari nilai rataan kumulati selisih antara NTP-BPROD terhadap nilat tahun dasar (NTP-BPROD tahun 1987=100) yang bemilai negatip (Tabei 15a). Di sebagian besar propinsi rataan NTP-BPROD tahun 1987-1998 perada dibawah 100, kecuall Sumsel dan Sulsel. Rataan selisin NTP-PROD negati terhadap 100 terbesar diiumpai di propinsi Jatim, Jateng, Sulut dan Lampung. Tabel 15a. Ratan Selisih antara NTP-BPOD Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 (1987-100). Propinsi | oer | see [soe [avon [aon [190 [aver | ro | rvs | rose | sr m | co }ss js |r [76 [oa 134 43 [2a |-28|49 | 57 oo es Pas) ai fee [as 85 ee pias [eT ae [7 aes [ae fa aS se pas parse [37 tao pos [is a0 as as aa [8 2 a yas] oa yaa ae far as asa airs | 16 ae oo par ears Paar | Bar EPS | 208 aa pai fas ae TSS fT PSE oe PF Go pas PHOT aw as TT ES | Ew | B88) 278 we [aE ae ae asa ar se | ae as CO ee ne ee Ce sing por" [ae jas tes Tae [or [ase ea | eae | ar = wa faa as et es [8 as aaa |S |e PT | 108 wan [oo [ea [oT [oe pas | 65 a aT 4 Kejadian \risis telah berdampak positip terhadap NTP-BPROD di semua propinsi. Ini berarti dalam masa krisis tersebut terjadi kenaikan harga- harga dari komoditas yang dihasiiken/diual petani dengan lait: yang lebih besar dari kenaikan biaya produksi, Dampak positip adanya krisis terhadap NTP-PROD terjadi di propinsi NTB, Sumsel, Jabar dan Jatim (Tabel 16). Tabei 16. _Nilai Dugaan Regresi dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTPBIP di 14 Propinsi. Prop | Intersep T T T D DK | Adj.R ‘Aceh aoaniere | 2gasss | -0241e¥" | ooostee | 1i9.t26* | 3.571% | 0457 Sumut | 9.14384 | o729"e* | 0.074448 | ocoree* | 0613 0247 ‘0.900 Ssumbar | 100855*** | 2.638¢** | .0.2608* | o.o0s*#* | 201.596%** | -6.1108** | 0831 ‘sunset | rasoatees |-1.310 | 0.037 | 0.001 -1os.g22ee | 3.298% | 0.928 Lampung | 97.363*** | -1.634444 | 0.005 | 0.001 52.753% | -1.486 0.886 Jaber gsodaree |.033 | 004 | oooirt | -47.556* |] 1.400" | 0.940 Jeng — | 73.850%0* | 2a15ee* | -0.175¢"* | 003 | 34.320 -1027 oss ply ge.asoere | 1466 [0126+ |0.002* | -107.80¢" | 3.130 9.900 Jatim ces7ee+ | 42a | -0.370¢+* | ooo7ve* | tong6e = |-5734 | 0.561 Bai roraseree |-2035 [ors7 — |-0197 | -aan.aa7* | 7808" | 0.056 NIB 67.2378 | 1o.arane | 0.797% | oo16*** | 275.068 | 9.473 05a Kabet [91.994 | -0.016 [0.035 | 0.001% | -158.7124*F | 5.133%** | 0.901 Sulut ya.osee= 12.131 |-0.198e* | Qooat* | 35.741 “1.331 | sutzr | toaosoree | 2oszeee | 0.134*** | ooo2re* | -50.623 | 1.686 Keterangan: 1 = waktu (bulan) D_ = peubah boneka intersop sebelum dan setelah krisis ekonomi. DK = peubah boneka siope sebelum dan setelah krisis ekonomi "= nyata pada lingkat kepercayaan £9 persen “** = nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen nnyata pada tingkat kepercayaan 90 persen ns Searah dengan laju yang menurun, kurva NTP-BPROD |uga secara relatif berada dibawah kurva, sehingga rataan dan sebagian besar nilai selisin antara NTP-BPROD dengan NTP bemilai negatip (Tabel Lampiran 13). Kondisi ini berarti bahwa laju perkembangan biaya produksi lebih tinggi dari laju perkembangan harga komoditas yang diterima petani. Komponen biaya produksi dikelompokkan dalam input pupuk, tenaga kerja dan input modal kerja fainnya. Dengan demikian nilai tukar petani temnadap biaya produksi dapat pula didekomposisi menjadi nilai tukar petani terhadap pupuk (NTP-PUK), nilai tukar petani terhadap tenaga kerja (NTP- UPAH) dan nilai tukar petani terhadap input modal lain (NTP-MODAL). a. Nilai Tukar Petani Terhadap Pupuk (NTP-PUK) NTP-PUK didefinisikan sebagai nisbah antara_harga yang diterma petani (HT) terhadap harga pupuk. Dengan demikian Nilai tukar ini mienggambarkan daya tukar /daya beli antara komoditas yang dihasilkan petani terhadap pupuk. Harga pupuk yang digunakan dalam analisa ini merupakan harga tertimbang dari beberapa jenis pupuk yang digunakan petani terutama Urea, TSP/SP36, Kel, ZA dan lainnya. Dengan menggunakan dugaan model linier seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 14, NTP-PUK di semua propinsi secara nyata menunjukkan jaju penurunan. Penurunan dari NTP-PUK juga tercermin dari niai rataan kumulatif selisin antara NTP-PUK terhadap nilai tahun dasar yang bemilai negatip ( Tabs! 17). 6 Tabel 17. Rataan Selisin antara NTP-PUK Terhadap Tahun Oasar di 14 Propinsi_Tahun 1987-1998 (1987=100). rest | rome | isso | 1990 | 19s | 1992 | 15m | 1994 Propinsi ass | 280 | s70 | 17 ia [aaa | aes aT ea aoa ao pat Ty [er | Bs BaF aii aaa as a8 air ae aa [ae | Oe | ee Disemua propinsi rataan NTP-BPROD tahun 1987-1998 berada dibawah 100. Ratan selisih NTP-PROD negatip terhadap 100 terbesar dijumpai di propinsi Sumut, Sulut, Jatim, Aceh dan Sumbar. Kejadian krisis._ ekonomi telah berdampak positip nyata_meningkatkan NTP-PUK dipropinsi Sumsel, DIY, Bali, Kalsel dan Suisel. Sementara di propinsi Sumbar berdampak negatip nyata. Dipropinsi lainnya kejadian krisis tidak menunjukkan pengaruh nyata tethadap NTP-PUK, namun demikian dari arah koeffesiennya, kecenderungan peningkatan NTP-PUK (positip tidak nyata) di propinsi Sumut, Jabar dan 7 Jateng; sementara kecenderungan dampak negatip terjadi di propinsi Aceh, Lampung, Jatim, NTB dan Sulut (Tabel 18). Tabel 18. _Nilai Dugan Regresi dan Dampak krisis Ekonomi Terhadap NTPPUK di 14 Propinsi [Prop | Intersep_ T T T D DK Adj.R’ iach | eagze~+ j2aae |-o.t08~ |o0os |so071 |-o.e45 | 0.662 | sumut | 57.139 |oeats |-oosi-= [ooo |-14e68 fossa | 0872 | uma e542 | 2161 |-ot9a |o.ooa | 115.151 | 3.440 | 0.827 | sumsat | 84308 |-o¢e9 |-0039 [0001 | -s7932~ 3077 | 0932 Lampung | 83.077“ |-t.e5e= |o.o11 [0001 | 40742 |-1.144 = | osat | sabar | 7e.192* {0214 | -0062* | 0001 |-a7.896 | 1.180 0.930 [along | acu | sszar= | 0x49 | ecoz~ 0320 |ooe7 | 0.746 jor rrove+ [0234 | -0.014 toa |es7o | 0.937 : tora {0780 | 0.132" jooos | 42937 |-1.423 | 0833 Bal asgoe | 1637" | -0.068~ 148.602" | s.oves™ | 0.302 ne | ezsas~ | e242 |-os20 |oo12 | 173.085 | -6.000 | 0.593 Katsei_ | 86.198 |-1.248* | 0.207 | 0.005" | -s03.663* | 10.160 | 0.797 suut | st.gea |2859" |-0267~ |ooos~ | 67603 | 3.081 | 0673 Sulsel | 84.002" | 1205 |-0.114 | 0.001 | -57.099" | 1.983" | 0.891 Keterangan: 1 =waktu (bulan) D_ = peubah boneka intersep sebolum dan setelah krists ekonomi DK = peubah boneka slope sebelum dan setelan kiss ekonomi =" x nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen “* = nyata pada lingkat kepercaya: 95 persent + = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen Searah dengan lau yang menurun, NTP-PUK juga telah berperan negatip terhadap NTP seperti tercermin dari nilai negatip dari selisin antara NTP-PUK terhadap NTP (Tabel Lampiran 15). Kondisi ini berarti ‘aju 118 perkembangan harga pupuk lebih tinggi dari taju perkembangan harga komoditas yang diterima petani. b. _Nilai Tukar Petani Terhadap Tenaga kerja (NTP-UPAH) NTP-UPAH didefinisikan sebagai nisbah antara_harga yang diterima petani (HT) terhadap upah tenaga kerja. Dengan demikian Nii tukar ini menggambarkan daya tukar antara komoditas yang dinasilkan petani tethadap upah tenaga kerja manusia. Dari 14 propinsi yang dianalisa, ‘sejumiah 10 propinsi menunjukkan penurunan NTP-UPAH secara nyata. Kesepulun propinsi tersebut adalah Aceh, Sumut, Lampung, Jabar, Jateng, jatim, Bai, NTB, Kalse! dan Sulut. Sementara dua propinsi yaitu Sumbar dan DI Yogya menunjukkan peningkatan NTP-UPAH secara nyata dan dua propinsi lainnya yaitu Sumsel dan Sulut memperiihatkan kecenderungan peningkatan NTP-UPAH (tidak nyata). Dari propinsi dengan laju NTP-UPAH menurun, penurunan terbesar terjadi di propinsi Sulut, Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung ( Tabel Lampiran 16). Dengan sebagian besar mengalami penurunan NTP-UPAH, maka secara kumulatif selisin antara NTP-UPAH terhadap tahun dasar negatip (Tabel 19). Kejadian krisis ekonomi juga secara nyata telah berdampak positip terhadap NTP-UPAH i propinsi Jabar, DIY, Bali dan Kalsel; sementara di propinsi Aceh, Sumbar, Lampung, Jateng dan Jatim, adanya krisis menurunkan secara nyata NTP-UPAH. Di propinsi lainnya adanya krisis terhadap NTP-UPAH tidak menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 20). ug ‘Secara kumulatif NTP-UPAH berperan negatip terhadap NTP seperti tercermin dari nilai negatip dari selisin antara NTP-UPAH terhadap NTP (Tabel Lampiran 17). Nilai kumulatif- solisih antara NTP-UPAH terhadap NTP terjadi disebagian besar propinsi, kecuali Sumut, Sumbar dan Suisel Kondisi ini berartilaju perkembangan harga upah tenaga kerja ralatif lebih tinggi dari laju perkembangan harga komoditas yang diterima petani. Tabel 19. Rataan Selisih NTP-UPAH Terhadap NTP di 14 Propinsi Tahun 1987-1996 ( Tahun 1987=100) Propinsi | yoe7 | rsee | 99 | 1990 | asf 1992 | ages | roe [uses | 1996 | 1997 | 1996 wen [oo [4a fos |a7 [sz |28 |-320 [or [as [as |o7 | t44 Sima [ao |i [oi paz [es ar faa Pea [tes [so aa aT wT Cr eC ec Be oe Bt aoa fer |e eas Las oz cy oo | a6" POr oo Pas [se Y oo yer tae [as aa | ao [ai Poe ar ae [32 [sae SO [ae pas Tas [ST | As [a0 [are | aie | a8w Paar FS Be ae POT [aes | ara | as | ee ar | a7 | aaa | 88 [80 Sambar ‘Samal Lamping Tiber wag” Poa | 3s | Oe Yor Tai | ear bare for or fas | a0 30a [ao |e [ar [ato [are [ars Talia Be [ay fae fis] sa_ [ae ar) aa Paras [as Pe Sia por Paes Par Se a7 | a2 arias are |e Pa Saal oo re Ps fos ae [ae Te ae tes Raman [OO [TE] az | 2e soe PAT Wo Tabel 20. _Nilai Dugaan Regresi dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTP-UPAH di 14 Propinsi. 120 pe = T r r D DE [Aa acc — | osr6seee | a2730e~ | o.2eaeee | ooaseee | 722050 | sauces | 047s ‘Sumut g9.6a0ee* | 0.822* | -0.091*** | 0.001t#* | -2.426 OOS 0.913 sumbar | 110743¢e | 2647444 | 0.272"0 | oxooseee | 223.035 | saiaeee | 0.835 Sumsel | rzeasiee| i261 [0088 [oo0r | -72884 2.206 | 0927 Lampung | 99.999*** | -1,.648*** | -0.009 0.001 e12t “1.7448 0881 Siar | sascere |.0029 |-0039 [ooo | -s8302* | rate | 0935 [ing | tanietee | 2ssorer |-oratees | ooosees | 12sstiess | agriess | 0259 DIY 106,509¢** | -0.180** -162.140**4 | 5.0208** | 0.911 Jun | onrseee | i 9see* | o.szeee | ooosees | 67.260¢ | 222% J o7s2 tai | assazeee | 1.606 fo.tsz | 0003 | -t808s0* | sass four) | wre uisoses |osoiee |oorsee | 121535 [2162 | osi9 | ate ati osoies | cooaees | tsssaee | saaaes | 0795 | sulut 1398 {01a Jooos {13298 [0533 [0537 aae7ere | 02094 |ooosee | 9854 [oar | on7e \ Sulsel 1073810" ‘Keirangan: T= waktu (bulan) D_ = peubah boneka intorsep sebelum dan setelah krisis ekonomi DK = peubah boneka slope sebelum dan setelah krisis ekonomi s~" = nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen ‘+= nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen ¢. Nilai Tukar Petani Terhadap Input Modal lain (NTP-MODAL) NTP-MODAL merupakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT) terhadap harga modal, Dengan demikian Nilai tukar ini menggambarkan daya tukar antara_ komoditas yang dihasitkan petani terhadap input modal. Harga input modal merupakan harga terimbang dari harga-harga input produksi diluar pupuk dan tenaga kerja manusia. Dari hasii analisa seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 18 menunjukkan adanya kenaikan secara nyata NTP-MODAL di semua propinsi. Ini berarti bahwa dalam periode tahun 121 4967-1998 laju kenaikan harga harga input modal lebih lambat dari laju harge-harga kenaikan —sharga-hargaKomoditas = pertanian yang dihasikar/dial petani, Peningkaan NTP-MODAL relatif konsisten terjadi di semua propinsi, seperti ditunjukkan oleh nila kumulatif selisih antara NTP- MODAL dengan tahun dasamya di semua propinsi (Tabe! 21). Tabel21. Ratan Solisih NTP-Modal Total Terhadap NTPdi 14 Propinsi ‘Tahun 1987-1998 (Th 1987=100). ‘Searah dengan Jaju NTP-MODAL yang meningkat, kedudukan NTP- MODAL berada diatas NTP yang ditunjukkan oleh selisinnya terhadap NTP yang bemiai positip. Dengan demikian NTP-MODAL cendrung bemperan 122 positip dalam pembentukan NTP (Tabel Lampiran 19). Disabagian besar propinsi adanya krisis tidak berpengaruh nyata terhadap NTP-MODAL. Pengaruh positip nyata terjadi di propinsi Sumut, DIY, Bali dan Kaisel, ‘sementar di propinsi Sumbar pengaruh tersebut negatip (Tabel 5.21). Tabel 22. Nilai Dugan Regresi dan Dampak Krisis Terhadap NTPDAL Di 14 Propinsi. Prop] —Tniarsep T T T D DE PAGR™ Aoch — | tozoaitee | aavaeee |0.362+8 | ooo7ee [118128 |-3.999 | 0.862 sumat | 1248560410 | 0040 | ooo1r | -s3.904¢¢ | 1.635** | 0.961 Sumbar | 143943¢¢4 | s7a7ee | oasceee | oorises | si6.9s7e49 | 9758¢¢6 | 0.949 Sumset | 14iseatee| 0334 | -o.tt4e# | oooseee | -r1.047e* | 3.4474* | 0.965 Lampung | 126408666 | -160°*¢ | 0.037%¢* -06r1 —}o799 | 082s Jabar ni7674e* | 1655+ 0.158*** | 0,003" | -75.694 2.138 0.967 Toteng 100 5244 | gigoee* | -o.567¢¢* | o.o1ore* | 137416 © | -4652 | 0.767 Diy Lassie | o.s6oere 364.3976" | 11.286%*¢ | 0.960 Jatin 111 444ees | 3.343%* | 0.299% 0.006*** | 82,502 -2.879 0.808 Bai 14s s230e* | 0.9460 storasa | 3565* | 0571 NTB 76,259%* | 17,9748e* | 1.3328 | O.02T*#* | 495.438 17264 0710 Kalsel 180.866°"* | 1.201 0,092 0.004 ~542.191"** | 17.9584** | 0,914 saa | r0goasees | 65e7* | -osizee fooree | 163991 | 604s | 0.729 Sule | 151.2700 | Gazaere | o3z6re* | ooosres | -137.928 | 4004 | 0.969 Keterangan: T = waktu (bulan) D_ = peubah boneka intersep sebelum dan sotelah krisis ekonomi DK = poubah boneka slope sebelum dan setetah krisis ekonomi “= nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen ‘+ = nyata pada tngkat keporcayaan 95 persen * = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen 123 5.4, Rangkuman Dari uraian dalam bab 5 diatas dapat dirangkum beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1 Dalam periode tahun 1987-1998. dari 14 propinsi di Indonesia terjadi perbaikan NTP di 8 propinsi, yaitu masing masing mulai dari yang terbesar terjadi di Bali, Sumbar, NTB, Sulsel, Sumsel, Sulut dan D | Yogya. Sementara 6 propinsi lainnya mengalami penurunan yaitu secara berturut turut mulai dari penurunan terbesar di Lampung, Sumut, Jatim, Jateng, Aceh dan Jabar. Keragaan tersebut juga merupaken gamberan dinamika tingkat kesejahteraan petani anlar daeraly propinsi. Peran dari Nilai Tukar Petani Terhadap Konsumsi (NTPKON) relatif paling beser dalam pembentukan NTP. Hal ini dapat pula dilihat dari aah perkembangan NTP secara relatif konsisten dengan arah dari NTP-KON, terutama NTP-MAK, Dari 8 propinsi yang mengalami kenaikan NTP, seluruhnya dlikuti oleh peningkatan secara konsisten nilai tukar petani terhadap konsumsi (NTP-KON), baik nilai tukar petani ferhadap konsumsi makanan (NTP-MAK) dan nilai tukar petani tethadap non makanan (NTP-NMAK). Hal yang sama juga terjadi pada 6 propinsi yang _mengalami penurunan NTP, secara konsisten diukuti pula oleh penurunan NTP-KON terutama NTP-MAK. Sebagian besar arah NTP-NMAK juga sesuai dengan arah NTP kecuali di propinsi ‘Aceh, Jabar dan Jaleng. Diketiga propinsi tersebut perkembangan NTP menurun namun perkembangan NTP-NMAK meningkat. ‘Apabila dalam tahun 1987-1998 secara rataan NTP dan NTPKON menunjukkan peningkatan, namum rataan nilai tukar petani terhadap biaya produksi (NTP-BPROD) mengalami penurunan. Penurunan NTP- BPROD terjadi di sebagian besar propinsi_ kecuali di Sumbar, Sumsel dan Sulsel. Penurunan NTP-BPROD tersebut terutama disebabkan ‘oleh penurunan rilal tukar terhadap pupuk (NTP-PUK) menyusul_nilal tukar terhadap Upah (NTP-UPAH), sementara NTP-MODAL diseluruh propinsi meningkat (Tabel 23). Dalam pembentukan NTP, NTPKON berperan positip terhadap NTP,sedangkan NTP-8PROD cendenung berperan negatip. Peran positip NTPKON dalam pembentukan NTP terutama karena peran NTPNMK yang positip lebih besar dari peran NTPMAK yang negatip terhadap NTP. Kontribusi utama dari peran negatip NTP-BPROD terhadap NTP adalah penurunan NTP-PUPUK (Tabel 24). Kejadian krisis ekonomi telah meningkatkan NTP di enam propinsi yaitu Sumsel, DIY, Bali, NTB, Kalsel dan Sulset; dan menurunkan NTP di tujuh propinsi lainnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulut. Dengan demikian kecuali di Sumbar dan Sulut arah pergerakan NTP sebelum dan setelah krisis relatif konsisten. Di propinsi Sumbar dan Sulut sebelum krisis NTP meningkat dan dengan adanya krisis justru menurunkan NTP. ( Tabel 23 dan Tabel 25).

You might also like