Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi Pada Naskah Tua Jawa Masa Kolonialisme

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

VOLUME 02, No. 02, April 2016: 95-106

KOMUNIKASI VISUAL GAMBAR ILUSTRASI TRADISI PADA


NASKAH TUA JAWA MASA KOLONIALISME

Nuning Y Damayanti Adisasmito


Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Teknologi Bandung
nuning@fsrd.itb.ac.id

Abstract
This study analyzes illustrative pictures in Old Javanese Manuscripts, specifically those
from the Colonial Period in Indonesia. A portion of Old Javanese Manuscripts that consist
of illustrative pictures were created between 1800–1920. Some of these manuscripts
virtually share the local characteristics of Javanese visual arts. These characteristics are
shown in the style, drawing methods, themes, and visual objects. The visual concepts
in the illustrative pictures on these Old Javanese manuscripts can be used to analyze
and reflect on the theoretical frameworks of Javanese society at its time.
From analyzing the sample data of Old Javanese manuscripts of 1800–1920, we can
see a connection between the aesthetic concepts as well as visual communication
methods through a reading on visual language and Javanese socio-cultural analysis.
Although there have been some changes and developments, this shows the dynamics
from interactions between local and foreign culture since the Hindu period to the
European Colonial period. From all these connector characteristics, we can find a visual
communicative that is denotative-narrative and a simplification concept of dwimatra form
through wayang stylization. The illustration tradition in old Javanese society was a way
to communicate thoughts and social messages that were transmitted over generations
and has become an heirloom for the Javanese society that can still understand it. The
writer deplores how modernization has situated an environment where today’s generation
does cannot understand these valuable old Javanese manuscripts.

Keywords: illustration, stylish stylized, visual communication Javanese tradition,


colonialism 1800-1920, old manuscripts Java

Abstrak
Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai Gambar Ilustrasi pada Naskah Tua
Jawa khususnya data-data gambar yang berhasil didokumentasikan dari Naskah
Tua Jawa masa Kolonialisme di Indonesia. Sebagian Naskah Tua Jawa yang memuat
gambar ilustrasi banyak dibuat pada periode tahun 1800-1920. Sejumlah naskah
tersebut memiliki beragam wujud visual serta karakteristik lokal seni rupa masyarakat
Jawa. Keunikan terlihat dalam penggayaan, cara menggambar, tema, serta obyek
visual. Konsep Visual gambar Ilustrasi pada naskah tua Jawa tersebut adalah salah

95
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

satu cara mengomunikasikan kerangka berpikir dan refleksi kehidupan masyarakat


Jawa di masanya.
Dari hasil penelitian dan analisis pada sejumlah Gambar Ilustrasi dalam naskah tua
Jawa periode 1800-1920 yang dipilih sebagai sampel analisis memperlihatkan adanya
benang merah kesinambungan baik dari konsep estetik maupun cara komunikasi
visual melalui pembacaan bahasa rupa dan kajian sosio-budaya Jawa. Meskipun
terjadi perubahan dan pengembangan, hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
dinamisasi hasil interaksi budaya lokal dengan berbagai budaya luar sejak masa
Hindu hingga masa Kolonial Eropa. Dari semua karakteristik yang menjadi benang
merah penghubung terdapat cara komunikasi visual yang bersifat naratif denotatif dan
konsep penyederhanaan bentuk dwimatra melalui pengembangan gaya stilasi wayang.
Tradisi menggambar ilustrasi pada naskah tua masyarakat Jawa merupakan cara
mengomunikasikan pikiran dan pesan pesan sosial yang dibuat secara turun temurun
menjadi warisan cara komunikasi bagi masyarakat Jawa yang masih memahaminya.
Disayangkan modernisasi menyebabkan keberadaan naskah-naskah Jawa yang
berharga ini belum banyak dipahami oleh generasi sekarang.

Kata Kunci: gambar ilustrasi, gaya stilasi, komunikasi visual tradisi Jawa, kolonialisme
1800-1920, naskah tua Jawa

PENGANTAR budaya tulis di Jawa sudah menjadi


Naskah-naskah tua merupakan konsensi sejak abad-abad. Keunikan
artefak yang menunjukkan intelektualitas wujud visual naskah-naskah tua Jawa
dan pencapaian kebudayaan yang merupakan suatu pencapaian penciptaan
tinggi suatu bangsa. Naskah-naskah karya seni, yang menunjukkan juga
tersebut merekam kekayaan berpikir ketinggian rasa estetik dalam bidang
suatu bangsa, karena isinya menjadi seni rupa.
sumber ilmu pengetahuan dan informasi Naskah Jawa periode 1800-
mengenai sosio-budaya masa lalu bangsa 1920 biasanya berisi ajaran filsafat
tersebut. Salah satu suku bangsa di dan kebatinan Jawa yang disusun
Nusantara yang memiliki peninggalan berupa sastra macapat, memuat cerita
manuskrip-manuskrip berupa naskah Panji dan kepahlawanan, dikemas
tua adalah masyarakat Jawa. Naskah- dalam kisah pewayangan. Narasi dari
naskah tua periode tahun 1800-1920 cerita tersebut juga merupakan analogi
sebagian ada yang didokumentasikan paparan perjuangan raja-raja di masa
di berbagai perpustakaan Indonesia, itu, berbahasa Jawa. Kitab Mahabharata
maupun pribadi dan bahkan di sejumlah (991 – 1007M) dan Naskah Kakawin
perpustakaan luar negeri, salah satunya Arjuna Wiwaha, (abad 11) gubahan
perpustakaan. Universitas Leiden di Mpu Tantular (Sri Mulyono, 1975:182–
negara Belanda, mendokumentasikan 184). Pada masa Majapahit naskah-
ribuan Naskah Tua Indonesia dan naskah tersebut diinterpertasi ulang
sebagian di antaranya merupakan adalah Mpu Sedah, cerita pewayangan tersebut
Naskah Jawa. Naskah-naskah tua Jawa mengalami pelokalan dan digubah dalam
itu merupakan data dan bukti bahwa lakon wayang yang memuat simbol-

96
Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

simbol ajaran kebatinan Jawa. Serat menyebutkan Indonesia di masa itu


Dewa Ruci dan Serat Arjuna Wiwaha, mengalami masa renesans kedua setelah
merupakan gambaran sinkretisme dan masa Hindu Buddha sebelumnya, masa
akulturasi budaya Jawa dan Hindu. puncak keemasan kebudayaan Islam
Naskah ini menjadi acuan cerita wayang dan intelektualitas bangsa Indonesia,
dan variannya sampai sekarang. Naskah karena bukan hanya di Jawa saja juga
yang sangat terkenal yang menceritakan di berbagai wilayah Nusantara terjadi
masa kejayaan Majapahit adalah Naskah kegiatan melek aksara bahasa Arab dan
Pararathon yang ditulis oleh Mpu Tantular bahasa daerah serta bahasa Melayu
dan Naskah Negarakertagama karya yang berakulturasi dituangkan menjadi
Mpu Prapanca. Kedua naskah tersebut huruf Arab Melayu. Sistem egaliter Islam
menggambarkan kondisi masa kejayaan berhasil meluruhkan perbedaan antara
Majapahit yang menyelaraskan Hindu tatanan hierarkis kerajaan Majapahit.
dan Buddha dalam tatanan kompleksitas Pemikiran sufistik dan mistik Islam yang
menjadi harmonis menjadi pegangan harmonis berakulturasi dengan dunia
dan filsafat hidup masyarakat Jawa di mistik lokal yang berakar kuat pada
masa itu. masyarakat Jawa Tradisional. Hal yang
Periode pertama saat agama Islam penting dalam penyebaran agama Islam
mulai berpengaruh di Jawa tahun 1200- di Jawa adalah sistem pendidikan yang
1500, terjadi proses Islamisasi oleh berfungsi sebagai pembelajaran Islam.
intelektual Islam yang menyebabkan Pada masa Islam pula teknik
perubahan paradigma religiusitas Hindu- pembuatan kertas berkembang sangat
Buddha ke paradigma Islam, kemudian pesat yang diperuntukkan penulisan
menjadi keyakinan spiritualitas Muslim naskah ajaran kehidupan Islami. Kertas
Jawa. Pada masa ini juga disebut masa tersebut dinamakan kertas daluang
keemasan sastra Jawa Islami karena terjadi yang kemudian banyak dipakai untuk
peningkatan penulisan Naskah saduran membuat naskah-naskah tua Jawa yang
Al Quran dan Hadist. Sistem pendidikan memuat gambar iluminasi dan gambar
mengembangkan metode pengajaran di Ilustrasi, teknik pembuatan kertas
Padepokan masa Hindu, menjadi sistem daluang tersebut masih dipergunakan
pendidikan Islami yaitu Pesantren yang hingga sekarang khususnya untuk
dikenal sampai sekarang. Di pesantren upacara religius juga untuk kebutuhan
budaya baca tulis berkembang pesat dan profan lainnya.
berdampak pada perkembangan budaya Periode kedua penyebaran agama
buku dan penulisan naskah-naskah Islam terjadi setelah kepulangan putra
bernafaskan Islam. Penulisan ulang Al putra terbaik yang dikirim ke Tanah
Quran dan Hadist serta interpretasinya Mekkah selesai mempelajari agama
menyebabkan berkembangnya seni Islam langsung di tempat kelahirannya.
kaligrafi dan mushaf Arab Melayu. Proses Islamisasi oleh intelektual Islam
Karena itulah sejumlah peneliti asing periode kedua antara tahun 1650-

97
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

1800an dan menyebabkan terjadinya menyebabkan perubahan pada tatanan


proses peningkatan kualitas religiusitas kehidupan masyarakat Jawa. Perubahan-
dan spiritualitas Islam Jawa di kalangan perubahan yang menuju modernisasi
kaum intelek dan bangsawan Jawa. Hal akibat masuknya pengaruh Budaya Eropa
ini dapat dilacak dari sisi perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan yang
pemikiran transformatifnya, pemikiran- menyebabkan pemikiran intelektualitas
pemikiran itu terefleksikan dalam masyarakat Jawa bertambah luas. Lalu
naskah Jawa masa pertengahan abad memunculkan gerakan “ kesadaran
ke-19. Sistem egaliter Islam berhasil modern” yang menjangkau luas dalam
semakin meluruhkan perbedaan masyarakat Jawa dan keinginan untuk
antara tatanan sisa sisa feodalisme dan menjadi bangsa yang berdaulat (Florida,
hierarkis kerajaan Majapahit. Pemikiran 1995). Harapan-harapan itu dituangkan
sufistik dan mistik Islam yang harmonis dalam kegiatan intelektual penciptaan
berakulturasi dengan dunia mistik lokal karya seni dan penulisan karya sastra
yang berakar kuat pada masyarakat baru yang kreatif. Setelah kekuasaan
Jawa Tradisional. Sistem Pesantren VOC (Verenigde Ost-Indische Company)
semakin berkembang dan menjadi faktor diambil alih Kerajaan Belanda dilakukan
penting dalam penyebaran agama Islam strategi kebudayaan, aktivitas penulisan
di Jawa adalah sistem pendidikan yang naskah-naskah ini didukung Kerajaan
berfungsi sebagai pembelajaran Islam Belanda yang pada akhirnya mendorong
melalui metode kegiatan berkesenian. kebangkitan kembali sastra Jawa. Periode
Salah satunya adalah produktivitas ini oleh peneliti Sastra dan Sejarah
penciptaan naskah-naskah bergambar Indonesia disebut juga masa kebangkitan
transformasi sistem komunikasi dalam sastra Jawa yang dianggap “tertidur”
wujud visual yaitu gambar ilustrasi. setelah sedemikian lama. Disebut masa
Meskipun ketika masa kolonialisme renesans kesusastraan klasik Jawa,
Belanda perkembangan kesenian dan yang ditandai oleh banyaknya penulisan
kebudayaan Jawa sempat mengalami kembali kesusastraan Jawa dengan
kesenjangan pada periode awal abad adanya penyaduran sastra lama dan
ke-17 hingga pertengahan abad ke- penciptaan karya sastra baru, serta
18. Hal ini disebabkan politik divide upaya penerjemahan karya sastra asing
et impera, sistem perbudakan (cultuur yang dilakukan oleh raja dan para
stelsel) Belanda yang mengakibatkan pujangganya (Damayanti, 2007).
perang saudara antara raja-raja Jawa,
sekaligus juga pemberontakan pada PEMBAHASAN
pemerintah Belanda terus-menerus Naskah-naskah Tua Jawa Bergambar
sampai perang Jawa terakhir adalah Periode 1800-1920
Perang Diponegoro (1800-1825). Pada Naskah-naskah Jawa yang masih
periode ini terjadi peristiwa-peristiwa dapat diapresiasi adalah naskah yang
budaya yang cukup penting di Jawa yang dibuat pada Periode 1800-1920. Naskah

98
Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

pada periode ini banyak mengadopsi


kisah pewayangan dari masa Majapahit
yang kemudian diinterpretasi ulang,
dikembangkan dan disesuaikan dengan
kaidah-kaidah Islam. Sehingga dalam
menelusuri penciptaan naskah zaman
ini, tidak dapat dipisahkan juga dari
peranan agama Islam. Selain itu dalam
menelusuri dan memahami penciptaan
naskah tua Jawa bergambar tidak
dapat mengesampingkan keterkaitannya Gambar 1. Naskah ” Bharatayudha”,1901-
1903. (Dokumentasi Pribadi)
dengan kesenian wayang, karena
peristiwa penting kerajaan dan kisah
para raja Jawa sering dianalogikan
dengan kisah pewayangan yang
ditulis dalam sastra Jawa. Sehingga
perkembangan kebudayaan Jawa selalu
dianggap sejalan dan diparalelkan
dengan kisah pewayangan, karena itu
dengan memahami kisah dan tokoh-
tokoh pewayangan Jawa adalah juga
upaya memahami karakter dan filosofi
hidup masyarakat Jawa. Para mpu Gambar 2. Naskah Panji Selarasa, 1880
(Dokumentasi Damayanti, 2007)
seni di Jawa menjadi kreatif dan besar
karena bertolak dari ”pengetahuan” atau
Naskah Jawa merupakan catatan penting
karya seni yang telah ada sebelumnya,
dan seringkali berkaitan dengan dengan
pengetahuan itu kemudian menjadi
peristiwa penting yang terjadi pada masa
tradisi. Perkembangan seni rupa Jawa
dibuatnya sehingga selalu memiliki nilai
sejak zaman pra Hindu, Hindu-Buddha,
sejarah yang merupakan hasil gubahan dari
Islam, dan masa kolonialis, pada intinya
naskah periode sebelumnya. Naskah Jawa
merupakan perkembangan dalam
sebelumnya kebanyakan disusun dalam
penciptaan wujud budaya dan estetik yang
bentuk tembang macapat sedangkan pada
mengacu pada perkembangan kesenian
periode ini memiliki keunikannya karena
dan kebudayaan yang berlaku serta
sebagian naskah Jawa memuat gambar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
ilustrasi. Menurut John Pemberton dalam
pada zamannya.
bukunya, Jawa (2003) sebagian naskah-
Naskah-naskah periode ini
naskah yang dibuat pada abad ini memuat
kebanyakan ditulis dalam rentang waktu
tentang dampak akibat budaya kolonial
150 tahun akhir masa kolonial - hingga
Belanda terhadap kebudayaan Jawa,
menjelang Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
khususnya pada naskah-naskah keraton

99
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

Jawa (Surakarta dan Yogyakarta). Atas juga seorang “penyungging” yang mampu
pemikiran itu naskah-naskah Jawa periode menginterpretasikan dan melukiskan,
abad ke-18 hingga ke-19 merupakan serta mewarnai (menyungging) kemudian
rekaman sejarah dan salah satu artefak mengikatnya dengan nedhak/nurun.
budaya yang penting untuk dipahami Pengertiannya adalah kebebasan
dan diteliti karena naskah-naskah Jawa menyusun kata-kata dalam penyalinan
bergambar periode tahun 1800–1920 besar (nurun, nedhak) naskah, yang kemudian
kemungkinan merepresentasikan gejala- bahkan melahirkan versi baru dari teks
gejala sosio-kultural pada masa itu. sebelumnya yang dia tulis ulang (tiron),
Pemahaman tradisi menulis dan dan karya tulis tersebut dihargai sebagai
tradisi menggambar di Jawa, padanan ciptaan karya orisinal ke dalam konteks
istilah “penulis”, yaitu kata panulis, baru (Damayanti, 2007).
panyerat yang maknanya yaitu orang Kalangan intelek Jawa
secara fisik melakukan kegiatan menulis memanfaatkan situasi ini untuk
atau menyuratkan (anulis, anyerat) mempersatukan kekuatan masyarakat
salinan suatu naskah. Penulis adalah sang di bawah naungan istana. Menulis
penggubah (panganggit, pangiket). Para menjadi pemicu untuk gerakan
penulis biasanya memiliki kemampuan kebudayaan. Naskah-naskah yang
dalam memprediksi masa depan dan memuat gambar tujuan utamanya
bahkan dianggap mampu mewujudkan adalah untuk mempersatukan rakyat
prediksi itu di masa datang. Sastrawan membangun kembali kemerosotan moral
atau penulis dalam tradisi Jawa adalah dan mental masyarakat Jawa yang
pelaku aktif dalam kuasa/perbawa dan ambigu akibat Baratisasi, pengaruh
diberi kebebasan penuh dalam menjalin budaya materalis Barat serta sistem
(nganggit) dan mengikat (ngiket) kata- kapitalis yang diterapkan Belanda. Di
kata atau teks-teks dengan cara tekstual lain pihak Belanda kemudian melakukan
yang produktif untuk menghasilkan politik strategi kebudayaan, sejak itu
suatu karya. Sehingga menulis adalah koloni Eropa dan intervensi bangsa
kegiatan yang sangat dihormati, penulis Belanda secara langsung masuk ke
identik dengan kaum intelektual yang wilayah kebudayaan masyarakat Jawa.
secara strategis mampu merekam lingkup Strategi ini berdampak pada perubahan
sosiopolitis (Damayanti, 2007) pola berpikir pribumi Jawa yang sudah
“Pelukis” adalah seseorang yang terpuruk baik secara jasmani dan material
secara fisik melakukan kegiatan (Damayanti, 2007).
“menggambar” seseorang yang mampu Selaras dengan politik dan strategi
melukiskan, mewarnai dan merangkai kebudayaan penjajahan, kaum istana
gambar menjadi sesuatu gambaran dan tidak diizinkan berpolitik dan secara
mengomunikasikannya menjadi rupa yang langsung pemutusan hubungan
bermakna, dalam bahasa Jawa disebut masyarakat Jawa dengan dunia luar.
penyungging. Jadi “Penganggit” biasanya Raja-raja digiring menjadi priyayi

100
Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

karena tidak lagi memiliki kekuatan naskah tua Jawa periode 1800-1920
militer dan armada laut. Akan tetapi merefleksikan gambaran kompleksitas
secara spititual maupun rohani terjadi singgungan dan benturan dengan budaya
pencerahan dan menyebabkan kerangka Barat. Pergeseran nilai-nilai kehidupan,
berpikir masyarakat Jawa berubah dan pergeseran pemikiran spiritual-religius
hal ini berdampak pada perubahan ke pemikiran profan-kapitalis.
penciptaan produk budaya. Perubahan
terjadi juga dalam penciptaan naskah Wujud Komunikasi Visual Gambar
Jawa, para pujangga sepakat untuk Ilustrasi pada Naskah Jawa Periode
mempergunakan cara simbolis modern 1800-1920 sebagai Gejala Sosial-
dalam mengomunikasikan pesan-pesan Budaya Masyarakat Jawa.
sosial, yaitu dengan bahasa visual Gambar ilustrasi pada naskah
berupa ilustrasi yang lebih modern Jawa periode tahun 1800-1920 secara
disesuaikan dengan perubahan cara visual mengomunikasikan pesan pesan
berpikir masyarakat. Ilustrasi dalam mengenai perubahan kosmologi rakyat

Gambar 3. Naskah Damar Wulan, 1815,


Koleksi British Library, London

Gambar 4. Naskah Blambangan Purwasatra, 1804


Koleksi British Library, London

101
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

Jawa, di mana kosmologi Jawa tidak penciptaannya obyek pilihan mengalami


lagi berorientasi pada istana sebagai pengolahan bentuk sedemikian rupa
pusat kekuasaan tertinggi di bumi, sehingga memiliki makna sosial, pada
terjadi pergeseran konsep dewa raja dan akhirnya estetik bukan kesempurnaan
istana tidak lagi sebagai pusat buwana. bentuknya akan tetapi disebabkan oleh
Meskipun Raja dan bangsawan masih konsep perupaan yang tercipta menjadi
dijadikan tokoh penting dalam naskah baik dan komunikatif (Tabrani,2005).
sejarah raja Jawa, akan tetapi pada Teknik dan konsepsi itu sudah dipakai
masa ini muncul kembali pahlawan dari secara turun temurun meskipun terjadi
kalangan rakyat Jawa. Kisah keseharian perubahan-perubahan tetap disesuaikan,
tentang kehidupan rakyat dimunculkan dan masih merujuk pada aturan penciptaan
yang menunjukkan kondisi egaliter dan karya gambar masa sebelumnya.
peran rakyat yang cukup penting pada Wujud visual ilustrasi pada
masa itu. Hal ini juga lebih menjelaskan naskah-naskah Jawa periode 1800-
secara tersamar tentang meredupnya 1920 memperlihatkan kesinambungan
kekuasaan absolut raja dan istana . wujud visual dan keunikan yang khas.
Gambar Ilustrasi dalam konteks Penggayaan Ilustrasi pada Naskah Jawa
ini bukan gambar abstrak yang sulit sebagian besar masih memperlihatkan
diinterpertasikan, akan tetapi merupakan kecenderungan gaya stilasi wayang kulit
karya ikonografi karena menampilkan khususnya gaya stilasi Wayang Beber
representatif dari realitas. Gambar ilustrasi Jawa (abad 16) dan Wayang Kulit Jawa
merupakan media penyampaian pesan (abad 16) yang cukup dominan. Hal
yang mempunyai misi tertentu. Dalam tersebut menunjukkan bahwa di masa

Gambar Ilustrasi pada Naskah “Serat Babad Pacinan”,1840,


koleksi Museum Sono Budoyo Yogyakarta

Komunikasi Visual bersifat Naratif Denotatif


Narasi Visual kelompok etnis cina di Blambangan, Jawa, yang
memberontak pada Belanda.
Penggayaan
Stilasi wayang mengacu pada gaya stilasi wayang beber,

Gambar Tabel 1. Pembacaan Gambar Ilustrasi “Serat Babad


Pacinan”,1840

102
Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

Serat Blambangan Purwasutran, 1797-1815)


koleksi British Library, London.

Komunikasi Visual bersifat Naratif Denotatif


Narasi Visual
Mengenai masa Jendral Daendels ketika terjadi kompromi
raja Blambangan dan Belanda, terjadinya pemberontakan
masyarakat Blambangan akibat perbudakan.
Penggayaan
Stilasi figure manusia yang berubah bergaya realistis

Gambar Tabel 2. Pembacaan Gambar Ilustrasi Serat Blambangan


Purwasutran, 1797- 1815

itu wayang merupakan kesenian yang Wujud Visual ilustrasi Jawa sebagian
sangat diapresiasi oleh rakyat. Selain itu besar merupakan gambar yang masih
juga menunjukkan paradigma Hindu- dikenali wujudnya. Pengaruh budaya asing
Buddha-Islam masih berakar pada terlihat cukup signifikan akan tetapi tidak
masyarakat Jawa (Amin, 2000). sampai menghilangkan karakter lokal
Paradigma Islam terefleksi dari Jawa. Yaitu perupaan datar/dwimatra,
konsep egaliter dan esensi pemikiran stilasi wayang, ornamen-ornamen
keesaan Tuhan. Paradigma pra-Hindu ragam hias, figur makhluk-makhluk
terefleksi dengan munculnya gambaran gaib (denawa/raksasa/punakawan),
tiga alam, manusia, transenden dan karakter itu menjadi benang merah
kegaiban (mikrokosmos-metakosmos- yang menghubungkan masa kolonial
makrokosmos) dan konsep bahasa rupa ini ke masa lalu Jawa. Menunjukkan
Jawa. Tema naskah terdiri dari varian paradigma pra-Hindu menjadi benang
kisah Pewayangan, Panji (kisah pahlawan merah kesinambungan konsep visual.
rakyat Jawa), Sejarah raja-raja Jawa, Gambar Ilustrasi pada masa ini
Cerita para Nabi dan para Wali juga cerita memperlihatkan perkembangan gaya
rakyat yang bernafaskan Islam. Wujud stilasi wayang menjadi berbagai bentuk
visual yang khas merefleksikan kondisi baru penggayaan wayang yang masih
pada masa itu dan penggayaan yang merujuk pada pakem, hingga bentuk
tetap dominan adalah stilasi wayang yang mendeformasi stilasi wayang
Beber dan Wayang kulit Jawa. menjadi bentuk baru. Perubahan

103
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

ini merupakan pembelajaran formal


maupun informal. Interaksi sosial secara
formal terjadi antara seniman Jawa
dengan konsep seni rupa Barat dibawa
oleh seniman Eropa ketika menggambar
lukisan potret raja-raja Jawa di Keraton
atau secara tidak langsung dari gambar
dan potret yang sudah berkembang di
Eropa (Damayanti, 2007). Perubahan
komunikasi visual dalam gambar
ilustrasi Jawa periode 1800-1920 Gambar 5. Rekonstruksi karakter figur
manusia dengan gaya stilasi yang masih
yang terlihat cukup jelas adalah juga memperlihatkan konsep stilasi wayang
penggayaan stilasi yang bergeser beber tetapi postur tubuh mengalami
pada gaya naturalistis dan realis, perubahan lebih realis
(Sumber: Damayanti, 2007)
sifat simbolis meditatif pada gestur
dan wajah manusia memperlihatkan
Perkembangan media baru,
perubahan menjadi sifat metafor yang
teknik dan konsep visual menyebabkan
ekspresif. Perubahan komunikasi visual
wujud visual dan penggayaan gambar
adalah cara naratif denotative melalui
ilustrasi pada naskah Jawa mengalami
pesan-pesan tersamar, yang memiliki
penyesuaian dan perubahan tertentu
makna berlapis dan merupakan sandi-
disesuaikan dengan fungsi dan karakter
sandi budaya dengan cara disamarkan
medianya. Masuknya pengetahuan
dalam gambarnya. Relasi tersebut
modern Barat mempengaruhi konsep
tampak dalam muatan isi, bahasa
berkesenian, demikian pula peranan
rupa, sifat komunikatif dan naratif yang
naskah meluas, selain dipergunakan
ditampilkan dalam gambar ilustrasi.
sebagai alat propaganda paham dan

Gambar 6. Rekonstruksi karakter figur manusia dengan gaya


stilasi yang masih memperlihatkan konsep stilasi wayang kulit,
tetapi postur tubuh mengalami perubahan lebih realis
(Sumber: Damayanti, 2007)

104
Nuning Y Damayanti Adisasmito, Komunikasi Visual Gambar Ilustrasi Tradisi

politik, juga sebagai media komunikasi tersebut menunjukkan bahwa dalam seni
visual dalam pendidikan sebagai upaya rupa tradisi Jawa terjadi dinamisasi akibat
mencerdaskan rakyat. Menjadi hal penting interaksi budaya lokal dengan berbagai
naskah-naskah tua Jawa periode tahun budaya luar sejak masa Hindu hingga
1800–1920 memuat gambaran ilustrasi masa Kolonial Eropa bahkan sampai
yang merupakan media komunikasi masa pasca Kolonial. Karakteristik yang
visual masyarakat Jawa yang menjadi menjadi benang merah penghubung
tradisi secara turun temurun dan masih adalah cara komunikasi visual yang
dipahami oleh sebagian masyarakat Jawa. bersifat naratif denotatif dan konsep
Gambar Ilustrasi pada Naskah Jawa penyederhanaan bentuk dwimatra melalui
periode 1800-1920 merepresentasikan gaya stilasi wayang. Tradisi menggambar
gejala-gejala sosio kultural masa itu, ilustrasi pada naskah tua masyarakat
dibuat oleh kalangan terpelajar yang Jawa merupakan cara mengomunikasikan
paham dengan sandi-sandi dan simbol- pikiran dan pesan pesan sosial yang dibuat
simbol sosial masyarakat Jawa. Gambaran secara turun temurun menjadi warisan
tersebut menjadi wujud visual dan teks cara komunikasi bagi masyarakat Jawa
yang representatif dan menjadi media yang masih memahaminya.
komunikatif yang cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Adisasmito, S. Kitab Dewa Ruci, Yogyakarta:
Kesimpulan melalui pembacaan Penerangan Djawatan Kebudajaan,
bahasa rupa dan kajian sosio-budaya Kementerian Pengadjaran, Pendidikan
Jawa pada sejumlah Gambar Ilustrasi dan Kebudajaan, 1935.
dalam naskah tua Jawa periode 1800- A m i n , D ( e d . ) . Sinkretisme dalam
1920 yang dipilih sebagai sampel analisis Masyarakat Jawa, Dalam Masyarakat
sebagai berikut; Wujud gambar ilustrasi Jawa, Dalam Islam dan Kebudayaan
pada naskah Jawa periode 1800-1920 Jawa, Yogyakarta, Gama Media,
mengalami perubahan yang disesuaikan 2000.
dengan ruang dan waktu. Konsep Visual Chamber-Loir, H dan O. Fathurahman.
gambar Ilustrasi merupakan media Khazanah Naskah; Panduan Koleksi
komunikasi visual masyarakat Jawa Naskah-naskah Indonesia, Sedunia –
yang merefleksikan kehidupan Sosial- World Guide to Indonesian Manucript
Budaya masyarakat Jawa masa Kolonial. Collection, Seri Naskah dan Dokumen
Konsep penciptaan dan cara menggambar Nusantara. Cetakan I. Jakarta: Ecole
Ilustrasi pada Naskah Tua Jawa periode Francaise d’Extreme-Orient & Yayasan
ini memperlihatkan adanya benang merah Obor Indonesia, 1999.
kesinambungan baik dari konsep estetik Damayanti, Nuning, Transformasi Wujud
maupun cara komunikasi visual periode– Visual dan Penggayaan Gambar
periode sebelumnya. Meskipun terjadi Ilustrasi Jawa Periode 1800-1920.
perubahan dan pengembangan, hal Program Doktor-FSRD ITB, 2007.

105
Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 02, April 2016: 95-106

Florida, N. K. Writing The Past, Inscribing Pemberton, J. On The Subject of


The Future (History as Prophesy in Jawa. Terjemahan oleh Hartono
Colonial Java). Durham & London: Hadikusumo, Yogyakarta: Penerbit
Duke University Press, 1995. Mata Bangsa, 2004 [1994].
Geertz, C. The Religion of Jawa. New Purwadi. Babad Tanah Jawa, Pen.
York: The Free Press. N.Y., 1973. Pustaka Ali Yogyakarta, 2001.
Graff, H.J. de dan Th. G. Th. Pegeaud. Suseno, F M. Etika Jawa, Sebuah Analisa
Kajian Sejarah Politik Abad 15 dan falsafi tenteng Kebijaksanaan Orang
16 dalam Kerajaan-Kerajaan Islam Jawa. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pertama di Jawa, Seri terjemahan Pustaka Utama, 2001.
Javanologi, hasil kerja sama Proyek Tabrani, P. Bahasa Rupa. Bandung:
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Penerbit Kelir, 2005.
Nusantara dan Perwakilan Koninklijk, _________, Sastra Wayang Beber, Lokakarya
1985. Penulisan Buku Pintar Sastra Jawa,
Jong, DR. S. De. Salah satu Sikap Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Hidup Orang Jawa, Penerbit Yayasan Bahasa, DEPDIKBUD, 1999.
Kanisius, Yogyakarta, 1984. Tjandrasasmita, Uka, Sepintas Mengenai
Kumar, A dan John H. Mc. Glynn. Peninggalan Kepurbakalaan Islam
Illuminations: The Writing Traditions of di Pesisir Utara Jawa, Proyek Pelita
Indonesia, New York: Weatherhill, Inc. Pembinaan Kepurbakalaan dan
dan Lontar Foundation, 1996. Peninggalan Nasional, Departemen P
Lombard, D, Nusa Jawa : Silang Budaya, & K, tt.
Jilid I, II, III. Jakarta: Gramedia, Yudosaputro, W. Perjalanan Seni Rupa
1996. Indonesia, Ditjen Kebudayaan
Mc. Glynn, J. H. “Language and Departemen P&K, 1991.
Literature”, dalam Writing Tradition, _________, Pengantar Wawasan Seni
Oral Tradition in Indonesian Heritage Budaya, Depdikbud Jakarta, 1993.
Vol. 10. Singapore: Archipelago Press, _________, “The Early Roots of Indonesian
1996. Art”, Indonesian Heritage Visual Art,
Mulder, N. Mysticism in Java: Ideology Hilda Soemantri (ed.). Archipelago
in Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Press, 1998.
Kanisius, 2005. _________, “Islamic Influences in Indonesian
Mulyono, S. Wayang, Asal-Usul dan Art”, dalam Indonesian Heritage Visual
Filsafat Masa Depannya. Jakarta: Art, Vol. 7. Archipelago Press, Penerbit
Gunung Agung, 1977. Buku Antar Bangsa, 1998.

106

You might also like