Konsep Kepemimpinan Nabi Muhammad

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Konsep Kepemimpinan Nabi Muhammad

Khutbah I

‫ َو هبت َ ْو هف ْي هق هه تَت َ َحقَّ ُق‬، ُ‫ض هل هه تَتَن ََّز ُل ْال َخي َْراتُ َو ْالبَ َركَات‬ْ َ‫ َوبهف‬، ُ‫صا هل َحات‬ ‫ْال َح ْم ُد ه ه‬
ْ ‫لِل الَّذ‬
َّ ‫هي به هن ْع َمته هه تَته ُّم ال‬
ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََل هإلَهَ هإ ََّلهللاُ َو ْح َدهُ ََلش هَري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن ُم َح َّمدًا‬. ُ‫اص ُد َو ْالغَا َيات‬
‫ْال َمقَ ه‬
َ‫ص ْحبه هه ال ُم َجا هه هديْن‬ َ ‫علَى آ هل هه َو‬ َ ‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫ار ْك‬ ‫س هل ْم َوبَ ه‬
َ ‫ص هل َو‬ َ ‫ اللهم‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َّ ‫ََل َنبه‬
‫ يَا‬. َ‫طا َعته هه لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف هل ُح ْون‬
َ ‫َّاي هبت َ ْق َوى هللاه َو‬َ ‫ص ْي ُك ْم َوإهي‬ ‫اض ُر ْونَ أ ُ ْو ه‬
‫ فَيَا آيُّ َها ال َح ه‬،ُ‫ أ َ َّما بَ ْعد‬. َ‫الطا هه هريْن‬ َّ
َّ ‫ َوتَزَ َّودُوا فَإ ه َّن َخي َْر‬، َ‫َّللا َح َّق تُقَاته هه َو ََل ت َ ُموت ُ َّن هإ ََّل َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس هل ُمون‬
‫الزا هد‬ َ َّ ‫أَيُّ َها الَّذهينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
‫الت َّ ْق َوى‬.

َّ ‫ هبس هْم هللاه‬،‫الر هجي هْم‬


‫الر ْح َم هن‬ َّ ‫ان‬ ‫ط ه‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫هلل همنَ ال‬ ‫ع ْوذُ هبا ه‬ ُ َ ‫فَقَ ْد قَا َل هللاُ ت َ َعالَى فهي هكتَا هب هه ْال َك هري هْم أ‬
ُ ‫ب ََل ْنفَضُّوا هم ْن َح ْو هل َك فَاع‬
‫ْف‬ ‫ظ ْالقَ ْل ه‬ َ ‫غ هلي‬ َ ‫ظا‬ ًّ َ‫ت ف‬ َ ‫ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن‬ َ ‫َّللا هل ْن‬
‫فَ هب َما َر ْح َم ٍة همنَ َّ ه‬:‫الر هحي هْم‬ َّ
. َ‫َّللا ي هُحبُّ ْال ُمت َ َو هكلهين‬ ‫علَى َّ ه‬
َ َّ ‫َّللا إه َّن‬ َ ‫ت فَت َ َو َّك ْل‬ َ ‫عزَ ْم‬َ ‫ع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ هف ْر لَ ُه ْم َوشَا هو ْر ُه ْم فهي ْاْل َ ْم هر فَإ ه َذا‬ َ
َ ‫ص َدقَ هللاُ ْال َع هظ ْي ُم َو‬
َ‫ص َدق‬ َ .‫ع ْن َر هعيَّته هه‬ َ ‫ ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ع َل ْي هه َو‬ َ ‫وقَا َل‬, َ
َّ ‫شا هه هديْنَ َوال‬
َ‫شا هك هريْن‬ َّ ‫علَى َذ هل َك همنَ ال‬ َ ‫ي ْال َك هر ْي ُم َون َْح ُن‬ ُّ ‫س ْولُهُ النَّ هب‬
ُ ‫ر‬.
َ
Jamaah Jumat yang berbahagia.

Imam al-Qarrafi (684 H) dalam salah satu karyanya, Anwar al-Buruq fi Anwa’i al-Furuq menyebutkan
bahwa setidaknya ada tiga peranan yang dilakukan secara bersamaan oleh Nabi Muhammad SAW
semasa hidupnya, yaitu (1) peran sebagai mufti atau pembawa ajaran agama Islam (pemimpin
umat), (2) peran sebagai imam, kepala negara (pemimpin masyarakat), dan (3) peran sebagai
qadhi/hakim atau bisa dikatakan sebagai juru damai setiap sengketa yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, termasuk dalam urusan keluarga atau suami istri.

Uniknya adalah beliau berhasil menjalankan ketiga peranan tersebut secara baik dan sempurna.
Beliau dikenal sebagai nabi terbaik dan pilihan dari semua nabi-nabi dan rasul-rasul yang ada
(sayyidul anbiya wal mursalin). Beliau juga dikenal sebagai kepada Negara yang sukses dalam
membina masyarakat Madinah kala itu dan mampu menyatukan semua masyarakatnya yang terdiri
dari umat Islam, orang-orang Yahudi dan Nasrani serta orang-orang Arab dari berbagai suku dan klan
menjadi umat yang satu serta saling menghargai antar satu sama lain.

Nabi juga dikenal sebagai seorang suami terbaik bagi istri-istri beliau dengan jargon yang dipakai,
bayti jannati (rumah tanggaku adalah surgaku). Tidak satupun istri dan anaknya yang merasa kecewa
dengan setiap tindak-tanduk kepemimpinan beliau dalam rumah tangga. Bahkan Sayyidah Aisyah
ketika ditanya tentang akhlak Nabi dalam kesehariannya, beliau menyebutkan khuluquhu al-Qur’an
(akhlak beliau adalah al-Qur’an), artinya apapun etika dan adab sopan santun yang terdapat dalam
al-Qur’an, beliau terapkan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Tentu sebagai umatnya kita bertanya-tanya, apa gerangan yang menjadi kunci sukses kepemimpinan
Nabi dalam setiap lini kehidupan yang beliau pimpin. ?Mungkinkah kita bisa meniru ataupun
mengambil pelajaran dari konsep-konsep kepemimpinan beliau untuk kita terapkan di zaman
sekarang. ? Inilah beberapa hal yang akan kita bahas dalam khutbah sederhana pada Jum’at kali ini.
Khatib mencoba merumuskan konsep kepemimpinan beliau kepada dua poin utama, yaitu:

Pertama, Nabi selalu menyesuaikan teori kepemimpinan yang beliau sampaikan dengan tindak-
tanduknya sehari-hari. Hal ini berbeda dengan sebagian kita yang mungkin sangat ahli dalam
menciptakan teori-teori kepemimpinan, namun kurang maksimal dalam hal penerapannya. Salah
satu konsep kepemimpinan yang beliau canangkan adalah konsep kesadaran pribadi sebagai seorang
pemimpin. Seorang pemimpin harus sadar dan tahu diri kalau dia adalah seorang pemimpin, karena
selama ini banyak orang yang tidak sadar kalau dia adalah seorang leader yang mempunyai tugas
dan tanggungjawab kepada hal yang dipimpinnya.

Pertanyaannya sekarang adalah, siapa pemimpin itu? Jawabannya adalah kita semua, semua kita
adalah pemimpin sebagaimana sabda Nabi dalam sebuah haditsnya yang bersumber dari Ibnu Umar
dan Sayyidah Aisyah sebagai berikut:

‫الر ُج ُل َراعٍ فهي‬ َّ ‫ع ْن َر هعيَّته هه َو‬َ ‫اْل َما ُم َراعٍ َو ُه َو َم ْسئُو ٌل‬ َ ‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل‬
‫ع ْن َر هعيَّته هه فَ ْ ه‬
َ ٌ‫ي َم ْسئُولَة‬
‫ع ْن َر هعيَّ هت َها‬ ‫ع ْن َر هعيَّ هت هه َو ْال َم ْرأَة ُ َرا هع َيةٌ هفي َب ْي ه‬
َ ‫ت زَ ْو هج َها َو هه‬ َ ‫أ َ ْه هل هه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل‬
‫الر ُج ُل َراعٍ فهي َما هل أَبه ْي هه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل‬ َّ ‫ع ْن َر هعيَّته هه َو‬ َ ‫س هي هد هه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل‬ َ ‫َو ْالخَا هد ُم َراعٍ فهي َما هل‬
‫ع ْن َر هعيَّته هه‬ َ ‫ع ْن َر هعيَّته هه فَ ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل‬
َ
Artinya: “Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Seorang imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan ditanyai tentang kepemimpinannya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanyai tentang kepemimpinannya.
Setiap perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanyai tentang
kepemimpinannya. Setiap asisten rumah tangga adalah pemimpin pada harta majikannya dan akan
ditanyai tentang kepemimpinannya. Setiap laki-laki juga pemimpin pada harta orangtuanya dan akan
ditanya tentang kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya. (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dari potongan hadits ini dapat kita pahami bahwa kesadaran akan kepemimpinan diri menjadi modal
utama kesuksesan seseorang dalam bidang yang dia pimpin. Terkadang seorang pemimpin berbuat
sesuka hati tanpa sadar kalau nanti di hari kiamat dia akan ditanyai secara detail terkait apa yang dia
lakukan terhadap wilayah yang dia pimpin. Semakin besar lini yang seseorang pimpin maka semakin
besar juga tanggungjawab yang harus dia pikul nantinya di akhirat. Hal ini berlaku dalam urusan
agama, pemerintahan, dan keluarga.

Seorang tokoh agama akan ditanya tentang sejauh mana ajaran agama yang disampaikannya dia
praktekkan dalam kehidupan sehari-harinya, karena seorang ulama adalah pemimpin bagi umatnya.
Seorang kepala negara/kepala kantor/kepala bidang dan yang sejenisnya juga akan ditanya tentang
kebijakan-kebijakan yang dia ambil dalam setiap program ataupun proyek yang dia canangkan buat
masyarakat. Begitu juga seorang suami akan mempertanggungjawabkan kondisi anak dan istrinya di
hari kiamat kelak di hadapan mahkamah Allah SWT.

Nah di sinilah penerapan Surat Al-Nisa ayat ke-59 yang berbunyi:


َ ‫سو َل َوأُو هلي ْاْل َ ْم هر هم ْن ُك ْم فَإ ه ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فهي‬
ٍ‫ش ْيء‬ َّ ‫َّللا َوأ َ هطيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذهينَ آ َمنُوا أ َ هطيعُوا‬
‫لا‬ َ ‫الِل َو ْال َي ْو هم ْاْل هخ هر َٰ َذ هل َك َخي ٌْر َوأ َ ْح‬
ً ‫س ُن تَأ ْ هوي‬ ‫سو هل هإ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ همنُونَ هب َّ ه‬ُ ‫الر‬ ‫فَ ُردُّوهُ هإلَى َّ ه‬
َّ ‫َّللا َو‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kalian. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Para ulama tafsir mengatakan bahwa seorang pemimpin harus ditaati oleh rakyatnya selama sang
pemimpin juga mematuhi ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Itulah makanya pada ayat tersebut
lafadz athi’u hanya diulang sebanyak dua kali saja, yaitu athiu Allah wa Athi’u al-Rasul, tidak ada
redaksi athi’u ulil amri yang mengindikasikan bahwa ketaatan kepada pemimpin harus didasarkan
kepada ketaatan kepada Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan hal ini jugalah
para ulama menetapkan sebuah kaidah la tha’ata fi ma’shiyati-Llah (tidak ada ketaatan kepada
pemimpin dalam hal memaksiati Allah SWT).

Kedua, Nabi selalu memutuskan semua perkara yang beliau hadapi dengan jalan musyawarah dan
mufakat. Hal itu beliau lakukan karena mematuhi perintah Allah SWT sendiri sebagaimana yang
tercantum dalam Surat Ali ‘Imran ayat ke-159 yang berbunyi:

‫ع ْن ُه ْم‬
َ ‫ْف‬ ُ ‫ فَاع‬،‫ب ََل ْنفَضُّوا هم ْن َح ْو هل َك‬ ‫ظ ْالقَ ْل ه‬َ ‫غ هلي‬
َ ‫ظا‬ًّ ‫ت َف‬َ ‫ َولَ ْو ُك ْن‬،‫ت لَ ُه ْم‬َ ‫َّللا هل ْن‬
‫فَبه َما َر ْح َم ٍة همنَ َّ ه‬
َ‫َّللا ي هُحبُّ ْال ُمت َ َو هكلهين‬ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ هإ َّن‬،‫َّللاه‬ َ ‫ت فَتَ َو َّك ْل‬
َ ‫عزَ ْم‬ َ ‫ فَإ ه َذا‬،‫َوا ْست َ ْغ هف ْر لَ ُه ْم َوشَا هو ْر ُه ْم فهي ْاْل َ ْم هر‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

Begitu juga dengan firman Allah SWT dalam Surat al-Syura ayat ke-38 di mana Allah menyebutkan
bahwa di antara orang yang mematuhi perintah-Nya adalah orang-orang yang selalu
memusyawarahkan segala urusan yang mereka hadapi secara bersama-sama. Hal ini secara tidak
langsung hendak menyinggung para pemimpin yang hanya mementingkan urusan pribadinya saja.
Mengambil kebijakan tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umum dan orang banyak. Sehingga
keputusannya tidak mendamaikan semua anggota yang berada di bawah kepemimpinannya.

Ajaran musyawarah ini Nabi terapkan dalam segala urusan yang beliau pimpin, baik agama,
masyarakat maupun keluarga. Beliau juga tidak mengenal kasta bawahan dan atasan dalam
kepemimpinannya. Setiap orang diposisikan sama dan mempunyai kesempatan yang sama pula
dalam memberikan usulan dan pendapat dalam persoalan apapun, selama sesuai dengan aturan dan
pedoman yang berlaku. Satu lagi yang terpenting adalah Nabi memanggil bawahan beliau sebagai
sahabat, bukan sebagai bawahan yang bisa diperlakukan sesuka hatinya saja.
‫‪ari uraian singkat di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa dua kunci sukses yang diajarkan Nabi dalam‬‬
‫‪kehidupan ini, baik dalam agama, masyarakat, dan keluarga adalah menyadari kalau setiap kita‬‬
‫‪adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di‬‬
‫‪mahkamah Allah di akhirat kelak. Kemudian memutuskan persoalan secara bersama-sama dengan‬‬
‫‪mempertimbangkan kemaslahatan bersama dan tidak mengkotak-kotakan manusia ke dalam istilah‬‬
‫‪bawahan dan atasan. Allahu A’lam.‬‬

‫آن اْلعَ هظي هْم‪َ ،‬ونَفَ َعنهي َو هإيَّا ُك ْم هب َمافه ْي هه هم ْن آيَ هة َو هذ ْك هر ْال َح هكي هْم َوتَقَبَّ َل هللاُ‬‫ار َك هللا هلي َولَ ُك ْم فهى اْلقُ ْر ه‬ ‫بَ َ‬
‫هللا ال َع هظي َْم هإنَّهُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬‫س هم ْي ُع ال َع هل ْي ُم‪َ ،‬وأ َقُ ْو ُل َق ْو هلي َه َذا فَأ ْست َ ْغ هف ُر َ‬
‫همنَّا َو هم ْن ُك ْم تهالَ َوتَهُ َو هإنَّهُ ُه َو ال َّ‬
‫الر هحيْم‬
‫َّ‬
‫‪khutbah II‬‬

‫لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ للاُ َوللاُ‬
‫ش ْك ُر لَهُ َع َ‬ ‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هللِ َع َ‬
‫لى إِ ْح َ‬
‫إلى ِرض َْوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم‬ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى َ‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫سيِدَنَا ُم َح َّمدًا َ‬ ‫أن َ‬ ‫َو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ َّ‬
‫س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‬
‫ص َحا ِب ِه َو َ‬ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ َ ْ‬
‫ص ِل َعلَى َ‬ ‫َ‬
‫اس اِتَّقُوللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن للاَ أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر‬ ‫أ َ َّما َب ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫لى‬‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫بَدَأ َ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى إِ َّن للاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ‪.‬النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫ص ِل َعلَى َ‬ ‫الل ُه َّم َ‬
‫س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِبيْنَ‬ ‫س ِيدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ْن ِبيآئِ َك َو ُر ُ‬ ‫س ِل ْم َو َعلَى آ ِل َ‬ ‫صلَّى للاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫َ‬
‫عث َمان َو َع ِلى َو َع ْن َب ِقيَّ ِة‬ ‫ْ‬ ‫ع َمر َو ُ‬ ‫َ‬
‫الرا ِش ِديْنَ أ ِبى َب ْك ٍر َو ُ‬ ‫اء َّ‬ ‫ْ‬
‫ض الل ُه َّم َع ِن ال ُخلَفَ ِ‬ ‫ار َ‬ ‫َو ْ‬
‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم‬ ‫ار َ‬ ‫ان اِلَى َي ْو ِم ِ‬
‫الدي ِْن َو ْ‬ ‫س ٍ‬‫ص َحا َب ِة َوالتَّا ِب ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَ لَ ُه ْم ِبا ِْح َ‬ ‫ال َّ‬
‫اح ِميْنَ‬
‫الر ِ‬ ‫بِ َر ْح َمتِ َك يَا أ َ ْر َح َم َّ‬
‫ت‬‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫ص ْر ِع َبادَ َك اْل ُم َو ِح ِديَّةَ‬ ‫الل ُه َّم أ َ ِع َّز اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل الش ِْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫الدي ِْن َوا ْع ِل‬ ‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو دَ ِم ْر أ َ ْعدَا َء ِ‬ ‫الديْنَ َو ْ‬ ‫ص َر ِ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫َوا ْن ُ‬
‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة‬ ‫الزالَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو ُ‬ ‫عنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء َو َّ‬ ‫الدي ِْن‪ .‬الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬ ‫َك ِل َماتِ َك إِلَى يَ ْو َم ِ‬
‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ‬ ‫سائِ ِر اْلبُ ْلدَ ِ‬‫صةً َو َ‬ ‫طنَ َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْند ُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫َواْ ِلم َحنَ َما َ‬
‫اب‬‫سنَةً َوقِنَا َعذَ َ‬ ‫آلخ َرةِ َح َ‬‫سنَةً َوفِى اْ ِ‬ ‫عآ َّمةً يَا َربَّ اْل َعالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ْنيَا َح َ‬
‫اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ‪ِ .‬ع َبادَللاِ !‬ ‫سنَا َو ْ‬ ‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫النَّ ِ‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر‬ ‫ع ِن اْلفَ ْح ِ‬ ‫بى َو َي ْن َهى َ‬ ‫ْتآء ذِي اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َو ِإي ِ‬ ‫س ِ‬ ‫ِإ َّن للاَ َيأ ْ ُم ُرنَا ِباْل َع ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫لى نِعَ ِم ِه‬ ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا للاَ اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َع َ‬ ‫َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ‬
‫يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر للاِ أ َ ْكبَ ْر‬

You might also like