Professional Documents
Culture Documents
Foot Care For The Diabetic
Foot Care For The Diabetic
Foot Care For The Diabetic
- Water should be tested with the person's hand, and should be tepid
not hot. Due to peripheral neuropathy, it is possible to use water that
is too hot and can cause injury to the tissue.
- Instead of clipping the toe nails, use an emery board. Clipping the toe
nails can lead to breaking the skin or ingrown toe nails.
Be sure to have comfortable shoes. Choose shoes that are a half size
bigger and wide enough to accommodate cotton socks. Leather shoes
are better than vinyl man made materials. The type of activity that
someone engages in usually dictates the type of shoes to be worn.
Comfort should be their priority. A diabetic may choose not to wear
socks with their tennis shoes while engaging in an activity. If they are
wearing shoes made of vinyl or leather, their feet will sweat profusely.
Sweat from feet, especially in a slightly anaerobic environment
(without oxygen) can become acidic, rather than alkaline. The acid
sweat can irritate the skin and excoriate areas where there are sores
beginning to form.
- Always use cotton socks. Cotton absorbs sweat more than any other
material. Avoid nylon socks if possible.
- Avoid shoes that have high heels. High heels will push the toes
forward and can easily cause ingrown toe nails and loss of feeling.
- Try to elevate the feet during the day. Schedule daily rest periods.
When elevating the feet, try to keep the feet higher than the heart.
This position allows blood to flow easier and enhances circulation.
- Avoid perfumed lotions on the feet. If dryness is a problem, use
alcohol and perfumed free lotions. Be sure to thoroughly massage all of
lotion into the foot, or dry off excess lotion.
- Dry feet thoroughly after each washing and air out feet if possible
during the day.
- Avoid standing for long periods of time. Blood has a tendency to pool
in the foot and ankle area, making it harder to circulate back to the
heart.
- Avoid activities that can cause injury to the foot, such as soccer and
football. If those games cannot be avoided, then choose good foot
protection.
Using proper foot care sense with good hygiene can make living with
diabetes easier and prevent unnecessary complications that could
affect the quality of ones life.
http://www.questia.com/googleScholar.qst;jsessionid=LzjT4HBlxpKGg7WkQmn3sRp8vvD6xy9jRL9XTlYL
nyVPpw1NPf3q!-86355638!323863511?docId=96250448
Madrid, ESPAGNE
(2) Department of Endocrinology and Nutrition, CHUS, Co-ordinator of the Spanish Neuropathy Study Group, Santiago
de Compostela, ESPAGNE
Résumé / Abstract
The aim of this study was to assess the efficacy of a preventative foot care programme, applied in a normal
outpatient setting to decrease the incidence of foot ulcers in people with diabetes diagnosed as having neuropathy by
neuropathy disability score (NDS), in relation to the severity of neuropathy based on the vibration perception
threshold (VPT). A structured continuous preventative foot care programme was designed to ensure proper footwear,
walking foot hygiene, callus care, nailcutting, water temperature checks, use of warming devices, bathroom surgery,
foot care products and self-inspection. Continual foot-care education and treatment, including podiatry, were
available. Evaluation was at least every 6 months. Diabetic patients (n = 308) with neuropathy (NDS > 6), 72.3 ± 10.7
years old, 45% men, 109 ± 8.8 years duration of diabetes, and HbA 1c 6.5 ± 1.3%, without a history of foot lesions
were recruited over 3 years and followed-up for 4.6 (3- 6) years. A low risk group (n = 124) had a VPT < 25 V while
184 had a VPT ≥ 25 V (high risk). In all 220 patients (71%) complied with the programme, compliance being 76 and
68% in low and high risk groups. The low risk group developed nine ulcers in nine patients, and the high risk group 24
ulcers in 19 patients. Of these eight and 19 ulcers, respectively, were in the non-compliant patient group, giving
relative risk of 22 and eight compared with people attending the programme. Thus compliance with a preventative
foot programme reduces the incidence of foot ulceration in people with diabetes with neuropathy. This decrease is
relatively greater in patients with less severity of neuropathy. The simple design should be widely generalisable.
Revue / Journal Title
Diabetes research and clinical practice ISSN 0168-8227 CODEN DRCPE9
Source / Source
2002, vol. 57, no2, pp. 111-117 (37 ref.)
Langue / Language
Anglais
Editeur / Publisher
Elsevier, Shannon, IRLANDE (1985) (Revue)
Mots-clés anglais / English Keywords
Endocrinopathy ; Mal perforans ; Self evaluation ; Public health ; Human ; Risk factor ; Medical screening ;
Performance evaluation ; Ulcer ; Follow up study ; Treatment ; Foot ; Health education ; Deep sensitivity ; Sensitivity
disorder ; Prevention ; Complication ; Peripheral neuropathy ; Diabetes mellitus ;
Mots-clés français / French Keywords
Endocrinopathie ; Mal perforant ; Autoévaluation ; Santé publique ; Homme ; Facteur risque ; Dépistage ; Evaluation
performance ; Ulcère ; Etude longitudinale ; Traitement ; Pied ; Education santé ; Sensibilité profonde ; Trouble
sensibilité ; Prévention ; Complication ; Neuropathie périphérique ; Diabète ;
Mots-clés espagnols / Spanish Keywords
Endocrinopatía ; Mal perforante plantar ; Autoevaluación ; Salud pública ; Hombre ; Factor riesgo ; Descubrimiento ;
Evaluación prestación ; Ulcera ; Estudio longitudinal ; Tratamiento ; Pie ; Educación sanitaria ; Sensibilidad profunda
; Trastorno sensibilidad ; Prevención ; Complicación ; Neuropatía periférica ; Diabetes ;
Localisation / Location
INIST-CNRS, Cote INIST : 20702, 35400010164383.0070
http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=13716771
Only
Abstract
Diabetes mellitus is a chronic illness with several serious long-term complications. Ranking high
among these disabling complications are diabetic foot ulcers, which often become infected and
lead to amputation. Once amputation in one limb has occurred, the opposite limb's prognosis
becomes poor. Angiopathy and neuropathy are common complications in diabetic foot and
increase susceptibility to chronic ulcers. this article, the pathophysiology of diabetes mellitus
affecting the foot has been reviewed, and multiple treatment plans have been outlined, including
conservative and surgical. Nurses are logical health care coordinators for clients with diabetic
foot ulcers, with a focus on early screening, assessment, and education.
http://journals.lww.com/orthopaedicnursing/Abstract/1992/03000/Comprehensive_Care_of_the_Diabe
tic_Foot.11.aspx
Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, terbitan Balai Penerbit FKUI cetakan ke-4
tahun 2004, dengan judul ”Perawatan Kaki Diabetes” (penulis: M. Tambunan). Saya ambil
bagian-bagian yang penting sebagai berikut:
Upaya pencegahan primer: 1. Penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki; 2.
Status gizi yang baik dan pengendalian DM; 3. Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya; 4.
Pemeriksaan berkala kaki penderita; 5. Pencegahan/perlindungan terhadap trauma – sepatu
khusus; 6. Higiene personal termasuk kaki; 7. Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin
menyebabkan ulkus.
http://obatdankesehatan.cemiti.com/perawatan-kaki-diabetes
Saat ini, penyakit diabetes mellitus (kencing manis) bukan hanya milik kaum
lansia. Semua kalangan usia, mulai balita hingga orang dewasa, juga bisa terjangkit salah satu
jenis sindrom metabolic tersebut.
Ada tiga terapi pengobatan penyakit kencing manis. Yakni, menjalani pola hidup sehat, rutin
senam diabetes, dan minum obat. “Namun, obat bukan terapi utama untuk diabetisi,” kata Andri
Sumarni, instruktur senam diabetes dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Unit RSU dr
Soetomo. Diabetisi adalah sebutan untuk penderita diabetes mellitus.
Karena itu, diabetisi dianjurkan melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali seminggu. Rutin
senam terbukti bisa mengontrol kadar gula darah tubuh agar tak bertambah tinggi. “Kalau senam,
harus rutin tiap hari. Jangan hari ini senam, besok absen,” kata perempuan 53 tahun tersebut.
“Hasilnya tak akan terasa bila senamnya tak rajin,” lanjut dia.
Andri menjelaskan, senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga dokter, spesialis
rehabilitasi medis, penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam.
Gerakan senam itu energik, tapi tak mengentak seperti senam kesegaran jasmani (SKJ). Tapi,
senam diabetes juga tidak low impact seperti senam lansia. “Meski gerakannya tidak high
impact, senam ini bisa membakar kalori tubuh,” jelasnya.
Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam tersebut bisa mengolah semua
organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki. Sebab, dampak penyakit kencing manis
menyerang seluruh tubuh. Dampak paling ringan adalah kaki kesemutan. Sedangkan yang
terparah adalah menderita stroke.
“Gerakan yang bervariasi membuat otak bekerja untuk bisa menghafalnya. Membiasakan otak
bekerja bisa meningkatkan daya ingat dan memperkuat konsentrasi,” papar Andri. “Itu
merupakan terapi untuk stroke ringan serta mencegah terjadinya demensia (pikun),” tuturnya.
Karena manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan diabetisi.
Tapi, senam itu juga bisa dilakukan oleh orang yang belum jadi penderita diabetes. Tujuannya,
mencegah agar tak terkena penyakit tersebut.
Andri mencontohkan dirinya sendiri. Dia bukan diabetisi, namun pemerhati diabetes. Sebelum
mengenal senam diabetes, dia rajin melakukan senam aerobik. “Saya lihat, gerakan senam
diabetes sudah menyangkup semua organ tubuh. Makanya, saya tak lagi aerobik,” kata ibu empat
anak itu. (ai/tia)
Gerakan Senam
Pemanasan 1
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas selurus bahu. Kedua tangan bertautan. Lakukan
bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
Pemanasan 2
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan
kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun
tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu.
Inti 1
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan
kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak
tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
Inti 2
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90 derajat. Kaki
kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri
ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus bahu. Tangan
kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
Pendinginan 2
Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan membentuk
huruf V.
http://indodiabetes.com/senam-diabetes-untuk-kontrol-kadar-gula-darah.html
Penanganan diabetes merupakan tanggung jawab seumur hidup. Oleh sebab itu temui dokter
untuk pemeriksaan berkala, periksakan mata, gigi dan lakukan gaya hidup sehat agar dapat
meminimalkan komplikasi diabetes. Penanganan diabetes dibutuhkan suatu inisiatif dan
keteraturan. Dari memeriksa kadar gula darah hingga kaki setiap hari, dengan melakukan peran
aktif untuk penanganan diabetes dapat mencegah atau setidaknya mengurangi komplikasi.
Dibawah ini ada 10 cara untuk berperan aktif dalam perawatan diabetes sehingga dapat
menikmati hidup lebih sehat di masa yang akan datang:
Selain pemeriksaan rutin untuk mengawasi perawatan diabetes, lakukan juga pemeriksaan fisik
sekali setahun. Dokter akan mencari masalah yang dapat terjadi akibat penyakit ini seperti
komplikasi pada mata, ginjal dan jantung
Pergi ke spesialis mata sekali tiap tahun dapat membantu untuk mendeteksi masalah penglihatan
yang berkaitan dengan diabetes untuk dapat mendeteksi secara dini, sehingga lebih mudah
ditangani maupun dicegah. Bila menderita diabetes dengan tekanan darah tinggi, penyakit ginjal
atau kolesterol, mungkin diperlukan pemeriksaan ke spesialis mata lebih dari sekali dalam
setahun.
Selalu up to date terhadap vaksinasi yang dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi
akibat diabetes. Contohnya adalah:
1. Vaksinasi flu tahunan. Berapapun usia, maka penderita diabetes akan rentan terkena influenza
daripada yang tidak menderita diabetes. Penderita diabetes rentan terserang flu daripada orang
yang tidak menderita diabetes. Karena diabetes pula, maka flu dapat berkembang menjadi
komplikasi yang serius, termasuk diabetic ketoacidosis (DKA) dan sindrom hiperosmolar.
2. Vaksin untuk radang paru. Hampir tiap dokter akan merekomendasikan pada penderita diabetes
untuk vaksinasi radang paru-paru. Apabila telah menderita komplikasi akibat diabetes atau
berusia lebih dari 65 tahun maka akan dibutuhkan vaksinasi ulang setiap 5 tahun.
3. Vaksinasi lainnya. Selalu uptodate terhadap vaksinasi tetanus juga jangan lupa untuk vaksinasi
ulang setiap 10 tahun. Vaksinasi hepatitis B juga sangat penting.
Penderita diabetes beresiko tinggi untuk menderita penyakit pada kaki dalam dua cara yaitu:
1. Diabetes dapat merusak syaraf-syaraf di kaki (neuropathy), mengurangi sensasi nyeri. Ini berarti
dapat terjadi ruam dan memar tanpa menyadarinya.
2. Diabetes dapat menyempitkan atau menutup arteri (atherosklerosis), mengurangi aliran darah
menuju kaki. Dengan kurangnya darah untuk memberi makan jaringan di kaki, maka luka akan
semakin sulit untuk sembuh. Sayatan yang tersembunyi atau luka kecil yang terlindung oleh
sepatu atau kaus kaki dapat dengan cepat berkembang menjadi luka yang serius.
Jangan merokok
Orang yang mengidap diabetes dan merokok sering kali ditemukan meninggal karena serangan
jantung, stroke dan penyakit lainnya daripada penderita diabetes yang tidak merokok. Hal ini
karena:
Merokok menyempitkan pembuluh darah, serta menurunkan aliran darah menuju kaki.
Penyempitan arteri meningkatkan resiko dari serangan jantung dan stroke, dan juga membuat
luka menjadi lebih sukar untuk sembuh.
Merokok meningkatkan resiko untuk kerusakan syaraf dan penyakit ginjal.
Merokok juga mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat lebih rentan terhadap
infeksi pernafasan dan influenza.
Sama seperti diabetes, tekanan darah yang tinggi juga dapat merusak pembuluh darah. Bila
kedua keadaan ini muncul, maka dapat terjadi serangan jantung, stroke atau kondisi lain yang
mengancam jiwa. Untuk orang dewasa dengan atau tanpa diabetes, tekanan darah normal adalah
120/80 mmHg. Bila anda memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes, ADA merekomendasikan
untuk mendapatkan perawatan yang bertujuan agar tekanan darah tidak lebih dari 130/80 mmHg.
Kebiasaan hidup sehat yang dapat mempertahankan kadar gula darah yaitu makan makanan yang
seimbang dan olah raga yang rutin dapat pula menurunkan tekanan darah. Menurunkan jumlah
garam (natrium) dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan membatasi jumlah alkohol
juga penting untuk mengontrol tekanan darah.
Mengatur kadar gula darah merupakan hal yang paling penting untuk merasa lebih baik dan
mencegah komplikasi lebih lanjut dari diabetes. Dengan mengawasi kadar gula darah dan tetap
menjaganya normal, maka akan mengurangi resiko kerusakan mata, ginjal, pembuluh darah dan
syaraf.
Penanganan stress
Stress dapat meningkatkan produksi hormon yang dapat memblokir efek dari insulin, yang
menyebabkan kadar gula darah meningkat. Bila sedang terserang stress, maka akan sulit untuk
merawat diri sendiri maupun mengelola diabetes. Anda mungkin tidak sempat untuk
mengkonsumsi makanan yang dianjurkan, memeriksa kadar gula darah, berolah raga atau minum
obat seperti yang telah diresepkan. Stress yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan depresi
oleh sebab itu penanganan stress yang baik sangat dibutuhkan.
Ads by Google
http://fansmania.wordpress.com/2009/05/21/10-cara-untuk-menghindari-komplikasi-diabetes/