Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 176

ABSTRACT

PRESERVATION CULTURE THROUGH FILM MEDIA


(CONTENTS ANALYSIS OF MINANG KABAU MARTIAL ARTS
PRESERVATION ON FILM)

By

Salama Khairun Nissa

The background of this research is the widespread circulation of film genre horror,
comedy and romance drama movie comes with the main dish Merantau silat
martial arts fights makes this movie very distinctively national culture of
Indonesia.

In an effort to remind people with martial arts which is the native culture of the
Indonesian nation that had long been abandoned, the movie felt to be the right
choice as a medium for delivering it’s message. Martial art is Indonesian
cultivation (culture), to defend and preserve it’s existence (independence) and
integrity (unity) on the environment and natural surroundings to achieve harmony
of life and to increase faith and piety to God the Almighty (Murhananto, 1993:4 .)
This film were expected to have affect on public perception of the group
concerned. As an efforts to preserve the culture, especially Minangkabau martial
art culture. Based on those thoughts, then obtained the formula of problem is:
What form of Minang Kabau martial art preservation in Merantau movie? The
purpose This study is to explain Minang Kabau martial arts preservation of
behavior in Merantau movie.

This study used a qualitative approach and content analysis methods as knife
analysis. The unit of analysis that being used are the scenes in the movie
Merantau. Based on existing categories, the scenes in the movie Merantau
disaggregated charge Minang Kabau martial arts conservation behavior, then
being interpreted to generate a representation. Not only shows the manifest
content (the visible meaning), but this study also reveal the latent content (the
hidden meaning) in describing Minang Kabau martial arts of behavior
preservation in the film.

The results of this study indicate that the film Merantau as the construction of
reality from the film maker, containing a total of 11 scenes 86 scenes
representations of Minang Kabau martial arts preservation behavior. The
preservation behavior of the Minang Kabau martial art shown by the characters in
this film discribing a picture message that the behavior of defending the right and
the weak must always be done in order to create good in life and still hold on to
the values of kindness. Although this study does not address the representation of
certain social groups who perform conservation behavior, but it’s possible that in
society there is the behavior depicted in this film.
ABSTRAK

PELESTARIAN BUDAYA MELALUI MEDIA FILM


(ANALISIS ISI PELESTARIAN SENI BELA DIRI PENCAK SILAT
MINANG KABAU PADA FILM MERANTAU)

OLEH

Salama Khairun Nissa

Latar belakang penelitian ini adalah dalam maraknya peredaran film bergenre
horror, komedi dan drama percintaan munculah film Merantau dengan sajian
utama perkelahian beladiri silat membuat film ini sangat berciri khas budaya
bangsa Indonesia.

Dalam usaha mengingatkan kembali masyarakat dengan seni bela diri pencak silat
yang merupakan budaya asli bangsa Indonesia yang yang sudah lama
ditinggalkan, film menjadi pilihan yang tepat sebagai media penyampaian pesan.
Pencak silat adalah budi daya (budaya) bangsa Indonesia untuk membela dan
mepertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap
lingkungan hidup dan alam sekitar untuk mencapai keselarasan hidup dan guna
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Murhananto,
1993:4). Melalui film ini diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat.
Berkaitan dengan upaya untuk melestarikan kebudayaan terutama kebudayaan
seni bela diri pencak silat Minangkabau.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka diperoleh rumusan masalah yaitu :


Bagaimanakah bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat minang kabau dalam
film Merantau? Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk perilaku
pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau dalam film Merantau.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis isi sebagai
pisau analisis. Unit analisis yang digunakan adalah adegan-adegan dalam film
Merantau. Berdasarkan kategori yang ada, adegan-adegan dalam film Merantau
dipilah berdasarkan muatan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang
Kabaunya, lalu di interpretasikan hingga menghasilkan sebuah representasi. Tidak
hannya menunjukkan manifest content (makna yang tampak), namun penelitian
ini juga mengungkap latent content (makna yang tersembunyi) dalam
penggambaran perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau di
film tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Merantau sebagai konstruksi realitas
dari pihak pembuat film, mengandung representasi perilaku pelestarian seni bela
diri pencak silat Minang Kabau sebanyak 11 adegan dari total 86 adegan. Bentuk
perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang ditunjukkan
oleh tokoh-tokoh dalam film ini memberikan sebuah gambaran pesan bahwa
perilaku membela yang benar dan lemah tersebut harus selalu dilakukan untuk
dapat menimbulkan kebaikan dalam kehidupan dengan berpegang teguh dengan
nilai-nilai kebaikan. Walaupun penelitian ini tidak membahas keterwakilan
kelompok sosial tertentu yang melakukan perilaku pelestarian, tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa di masyarakat terdapat perilaku yang digambarkan
dalam film ini.
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film sebagai media komunikasi massa sering kali digunakan sebagai media yang

menggambarkan kehidupan sosial yang ada dalam masyarakat. Film juga sering

disebut sebagai gambar hidup yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat.

Biasanya film dapat disaksikan di gedung - gedung biokop. Namun seiring

perkembangan zaman film dapat disaksikan di rumah – rumah, tempat pertemuan, di

lapangan terbuka dan lain - lain.

Film sebagai salah satu atribut media massa menjadi sarana komunikasi yang paling

efektif. Film sebagai salah satu kreasi budaya, banyak memberikan gambaran –

gambaran hidup dan pelajaran penting bagi penontonnya. Film juga menjadi salah

satu media komunikasi yang sangat jitu. Dengan kualitas audio dan visual yang

disuguhkan, film menjadi media terpaan yang sangat ampuh bagi pola pikir kognitif

masyarakat.

Dalam perkembangan film belakangan ini, film tidak lagi dimaknai sebagai karya seni

(film as art), tetapi lebih sebagai praktik sosial serta komunikasi massa. Sebagai salah

satu produk media, film seharusnya membentuk opini dan kebiasaan masyarakat yang
2

positif, karena salah satu fungsi film sebagai salah satu produk media massa adalah

mendidik (Effendy, 2004:54).

Film dapat memberdayakan persepsi generasi muda dan meningkatkan rasa

ketertarikannya akan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai luhur dari suatu budaya. Serta

film merupakan suatu bentuk seni yang sangat representatif karena ia menyajikan

betuk-bentuk dan gambaran-gambaran yang sangat mirip dengan bentuk dalam

kehidupan sebenarnya. Sebagai media visual, film adalah alat untuk menggambarkan

berbagai macam realita yang terdapat dalam masyarakat dan mengusung nilai-nilai

kerakyatan. Perpaduan antara realitas sosial dan rekonstruksi realitas yang dibuat oleh

industri film menjadikan film sebagai sarana yang unik untuk memahami kondisi

sebenarnya dalam masyarakat. Film adalah visualisasi dari kehidupan nyata yang

menyimpan banyak pesan, mulai dari gaya hidup sampai upaya untuk melestarikan

kebudayaan.

Melestarikan budaya nusantara sangatlah penting sebagai generasi penerus bangsa,

apalagi di era globalisasi ini budaya barat yang dengan bebasnya memasuki wilayah

Indonesia dan sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat pada umumnya

dan juga mempengaruhi budaya asli Indonesia. Hal seperti inilah yang amat sangat

disayangkan apabila terjadi para generasi muda yang dengan mudahnya menerima

budaya asing dan melupakan budaya asli ibu pertiwi dan lebih memilih menggunakan

unsur-unsur budaya asing yang kurang sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Untuk mewujudkan harapan-harapan untuk melestarikan warisan budaya nenek

moyang itulah maka disinilah letak kegunaan film sebagai salah satu bentuk media

massa, yang juga merupakan wahana yang sangat efektif dalam membentuk persepsi

masyarakat melalui representasi atas sebuah kelompok atau individual. Hal ini
3

disebabkan oleh karakteristik film yang dianggap memiliki jangkauan, realisme,

pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Dengan dimuati ideologi tertentu,

dan dengan kelebihan film yang mampu menjangkau banyak orang dalam waktu

singkat dan memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa

kehilangan kredibilitas (McQuail, 1996:14). Dengan citra film sebagai cermin dari

realitas, apa yang tampak dalam sebuah film dapat diinterpretasikan oleh masyarakat

sebagai kondisi realitas yang sebenarnya.

Terasa berbeda saat melihat thriller film yang berjudul Merantau dengan film-film

Indonesia yang beredar saat ini. Dengan sajian utama perkelahian beladiri silat

membuat film ini sangat berciri khas Indonesia. Film merantau merupakan salah satu

sarana pelestarian budaya pencak silat, memang sengaja dibuat oleh sineas perfilman

sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pelestarian seni bela diri pencak silat,

terutama pencak silat Minangkabau yaitu yang biasa dikenal dengan sebutan silek

harimau / silat harimau. Dalam film ini menceritakan kehidupan sehari-hari. Film

dengan tema pencak silat ini diharapkan bisa memacu masyarakat Indonesia untuk

melestarikan salah satu budaya bangsa, yaitu pencak silat.

Dalam usahanya mengingatkan kembali masyarakat dengan seni bela diri pencak silat

yang merupakan budaya asli bangsa Indonesia yang yang sudah lama ditinggalkan,

film dirasa menjadi pilihan yang tepat sebagai media penyampaian pesannya. Pencak

silat adalah budi daya (budaya) bangsa Indonesia untuk membela dan mepertahankan

eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup

dan alam sekitar untuk mencapai keselarasan hidup dan guna meningkatkan iman dan

takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Murhananto, 1993:4).


4

Pencak Silat adalah seni beladiri yang berakar pada rumpun Melayu. Banyak ahli

sejarah menyatakan bahwa Pencak Silat pertama kali ditemukan di Riau pada jaman

kerajaan Sriwijaya di abad VII walaupun dalam bentuk yang masih kasar. Seni

beladiri Melayu ini kemudian menyebar ke seluruh wilayah kerajaan Sriwijaya,

semenanjung Malaka, dan Pulau Jawa. Namun keberadaan Pencak Silat baru tercatat

dalam buku sastra pada abad XI. Dikatakan bahwa Datuk Suri Diraja dari Kerajaan

Pahariyangan di kaki gunung Merapi, telah mengembangkan silat Minangkabau

disamping bentuk kesenian lainnya. Silat Minangkabau ini kemudian menyebar ke

daerah lain seiring dengan migrasi para perantau. Seni beladiri Melayu ini mencapai

puncak kejayaannya pada jaman kerajaan Majapahit di abad XVI. Kerajaan Majapahit

memanfaatkan pencak silat sebagai ilmu perang untuk memperluas wilayah

teritorialnya. Kerajaan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara.

Hanya kerajaan Priyangan di tanah Pasundan yang tidak dapat dikuasai penuh oleh

Kerajaan Majapahit. Tentara kerajaan Priyangan ini terkenal akan kehebatan pencak

silatnya. Karena wilayahnya yang terisolir, dan terbatasnya pengaruh Majapahit, seni

beladiri kerajaan Priyangan hampir tidak mendapat pengaruh dari silat

Minangkabau. Pencak silat priyangan ini terkenal dengan nama Cimande.

Para ahli sejarah dan kalangan pendekar pada umumnya sepakat bahwa berbagai

aliran Pencak Silat yang berkembang dewasa ini, bersumber dari dua gaya yang

berasal dari Sumatra Barat dan Jawa Barat seperti diuraikan di atas

(http://id.wikipedia.org/wiki/IPSI diakses 24 Oktober 2009).

Di saat ramai beredarnya film – film dengan tema horror dan komedi, seorang sineas

perfilman asing membuat film action drama dengan mengangkat silat harimau

minangkabau, Padang, Sumatra Barat yang merupakan salah satu budaya bangsa yang
5

harus dilestarikan merupakan alasan kenapa penulis tertarik untuk mengkaji film

Merantau. Film merantau yang mengangkat warisan budaya Indonesia yaitu seni bela

diri pencak silat Minangkabau khususnya silat harimau sebagai kajian utama dalam

filmnya memberikan nuansa baru dalam dunia perfilman Indonesia dengan

menampilkan adegan-adegan perkelahian silat harimau. Selain melestarikan pencak

silat, film ini juga menceritakan tentang budaya merantau yang sering dilakukan

mayoritas warga Minangkabau. Di tradisi Minangkabau, dimana setiap anak laki-laki

suatu hari akan keluar merantau diluar daerahnya. Bertujuan agar anak laki-laki dapat

menemukan tujuan hidupnya yang hakiki dan lalu kembali pulang menjadi pria

seutuhnya ke kampung halamannya.

Dalam film itu diceritakan seputar perjalanan seorang remaja yang merantau dari

tanah kelahirannya di Minang ke ibu kota dengan berbekal keahlian pencak silat

harimau. Yuda (Iko Uwais), pesilat Harimau handal, dalam persiapan akhir untuk

memulai perantauannya. Ia harus meninggalkan keluarganya, ibu tercinta, Wulan

(Christine Hakim), dan udanya, Yayan (Donny Alamsyah), kenyamanan dan

keindahan kampung halamannya, dan membuat nama untuk dirinya di keserabutan

kota Jakarta.

Di Jakarta, Tidak selamanya berjalan mulus, Yuda mengalami kemunduran dan

ketidak pastian dalam hidupnya. Nasib mempertemukan Yuda dengan yatim piatu

Adit (Yusuf Aulia) dan kakaknya, Astri (Sisca Jessica), yang akan menjadi korban

organisasi ilegal human trafficking. Organinsasi yang memperlakukan manusia

seperti barang ini dipimpin seorang Eropa berhati batu, Ratger (Mads Koudal) dan

tangan kanannya Luc (Laurent Buson). Ketika terluka dalam perkelahian antara Johni
6

(Alex Abbad), para tukang pukulnya dan Yuda, Ratger bersikeras mencari Astri, atau

“barangnya”, yang berhasil di selamatkan dan ingin pembalasan berdarah setimpal.

Perkenalan Yuda dengan kota serabutan ini seperti api yang menyulut ketika situasi

memaksanya untuk melarikan diri bersama Astri dan Adit dari kejaran mucikari dan

preman-preman yang menguasai malam, menggerayangi setiap jalanan, dan mengejar

setiap langkah mereka. Melarikan diri ternyata bukan pilihan tepat, karena tiap

langkahnya selalu diikuti oleh mereka, Yuda tidak memiliki pilihan lain kecuali

berhadapan dengan penyerangnya secara berani berbekal kemampuan beladiri Silat

warisan sang leluhur.

Sedangkan pada era modern seperti sekarang ini, upaya untuk tetap mempertahankan

kebudayaan, apalagi untuk membela orang yang baru saja dikenal sudah sangat jarang

ditemui. Dengan alasan gengsi, banyak masyarakat tidak ingin mempelajari budaya

bangsa misalnya seni beladiri pencak silat. Juga karena alasan seni yang satu ini

dirasa kurang keren dan terlalu kedaerahan, sehingga membuat masyarakat lebih

memilih untuk menekuni seni yang lebih mendunia dan dianggap lebih keren.

Melalui film ini diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

kelompok yang bersangkutan. Berkaitan dengan upaya untuk melestarikan

kebudayaan tersebut terutama kebudayaan seni beladiri pencak silat Minangkabau.

Maka untuk melihat sejauh mana film sebagai media massa dapat berperan serta

dalam pelestarian kebudayaan dapat kita lihat melalui tekhnik analisis isi karena,

analisis isi dapat memberi kita pemahaman terhadap nilai-nilai, orientasi, norma-

norma suatu budaya yang direfleksikan oleh media massa, suatu cerita seringkali

menyelimuti fenomena yang dapat diamati dan analisis isi dapat membantu
7

menjabarkan motif dan maksud-maksud ataupun memahami arti yang tersurat di

dalam suatu cerita tersebut dan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh lewat analisis

isi sangat dapat dipercaya (Walizer dan Wienir, 1991:49).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu,

bagaimanakah pelestarian seni bela diri pencak silat minang kabau dalam film

Merantau?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimanakah bentuk-bentuk

pelestarian seni bela diri pencak silat minangkabau melalui film (Analisis Isi

Pelestarian Seni Beladiri Pencak Silat Minang Kabau Pada Film Merantau) melalui

pemahaman arti yang tersurat di dalam suatu cerita dengan menggunakan teknik

analisis isi.
8

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wacana studi tentang pelestarian

budaya melalui media film. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

memperkaya studi analisis isi sebagai sebuah metode dalam menganalisa fenomena-

fenomena sosial, terutama dari sudut pandang ilmu komunikasi dan ini diharapkan

dapat bermanfaat dalam kajian komunikasi, dan dapat menjadi referensi bagi

peneltian selanjutnya yang berkaitan dengan pelestarian budaya, terutama pelestarian

budaya seni bela diri pencak silat Minangkabau.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi para praktisi film

dalam mengemas film agar mengutamakan fungsinya sebagai sarana pendidikan dan

sebagai media massa terutama dalam melestarikan budaya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian film

Menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto, esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi

gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal istilah gambar hidup,

dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur pemberi “hidup” kepada suatu

gambar (1982:58).

Hafied Cangara mendefinisikan dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat

layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di

televisi. Di Indonesia, pengertian film dapat dirujuk dari pendefinisian untuk tujuan

hukum, sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 8 tahun 1992 tentang

Perfilman.

1. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi

massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau atau bahan hasil

penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melaluiproses
10

kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpasuara, yang

dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan system Proyeksi mekanik,

eletronik, dan/atau lainnya.

2. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan, jasa,

teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, dan/atau

penayangan film. (UU no 8 tahun 1992 tentang Perfilman, pasal 1)

Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang

dapat berupa dialog atau musik. Disamping itu, warna juga mempertingkat nilai

“kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan “sedang dialami

oleh khalayak” pada saat film diputar, makin terpenuhi (Susanto, 1982:58). Atmosfer

yang kuat ini dapat mempengaruhi isi kesadaran penonton sedemikian rupa, sehingga

batas realitas film dan realitas hidup tidak lagi jelas (Van Zoest, 1993:112). Selain itu,

karakteristik film yang dianggap memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan

popularitas yang hebat, menjadikan film sebagai medium yang sangat efektif untuk

menyampaikan pesan.

2.1.1 Bahasa Film (Film Languages)

Menurut Daniel Chandler, kode-kode dalam film dapat dibandingkan dengan tata bahasa

atau grammar dalam bahasa. Frame atau pembingkaian gambar dapat dilihat sebagai

morfem, shot atau pengambilan kamera sebagai kalimat, adegan sebagai paragraf, dan

sekuen atau rangkaian adegan sebagai bab. James Monaco, ahli semiotika lain,
11

menambahkan bahwa cara memotong gambar (editing) atau perpindahan adegan sebagai

tanda baca (www.users.aber.ac.uk/dgc/semiotics.html, diakses 24 Oktober 2009 ).

Graeme Turner menyebut kode-kode yang terkandung dalam bahasa film sebagai sistem

penanda (the signifying systems) (1988:51), sedangkan Allan Rowe menyebutnya sebagai

kode sinematis (cinematic codes) (Nelmes, 1996:93). Adapun yang akan diuraikan

berikut ini adalah kombinasi dari keduanya:

1. Kamera

Kamera merupakan elemen yang terpenting dan paling dasar dalam pembuatan sebuah

film, karena film tidak dapat dikatakan sebagai film bila tidak menggunakan jasa kamera.

Namun di samping fungsi dasarnya, penggunaan kamera juga dapat menghasilkan makna

tertentu. Berikut adalah makna yang dapat dihasilkan oleh penggunaan kamera,

berdasarkan konvensi yang berlaku dalam industri film.

a) Camera shot (sorotan kamera)

1. Close-up: kamera menyorot bagian dari tubuh seseorang atau bagian dari benda

dari jarak dekat. Shot seperti ini dapat menghasilkan perasaan dramatis yang

tinggi atau nilai simbolis dalam suatu adegan. Close-up juga dipakai untuk

mengundang identifikasi atau empati terhadap suatu karakter. Ia juga dapat

menekankan sesuatu yang disorotnya.

2. Extreme close-up: bentuk close-up dengan jarak yang lebih dekat. Biasanya

shot ini hanya dapat memuat bagian kecil dari tubuh orang atau obyek, misalnya

mata, telinga, bibir, dan sebagainya. Fungsinya sama dengan close-up, hanya

intensitas dramatiknya lebih tinggi.


12

3. Medium shot: sorotan yang menekankan detil dari tubuh seseorang dari

pinggang ke atas. Medium shot hanya menampakkan orang atau benda yang

disorotnya, dan tidak memberi tempat bagi lingkungan di sekitarnya, sehingga

orang atau benda yang disorot terisolasi dari lingkungannya.

Fungsi medium shot adalah untuk mengenal suatu karakter atau obyek dari jarak

yang lebih dekat. Namun, tidak seperti close-up, medium shot tidak bermuatan

emosi. Misalnya ketika kamera menyorot seseorang yang sedang bercerita

dengan medium shot, maka penonton diajak untuk mendengarkan ceritanya

saja.

4. Long shot: kamera menyorot dari jauh, sering digunakan untuk

menghubungkan orang atau benda dengan lingkungan di sekitarnya.

5. Point of view shot (POV): kamera bertindak sebagai mata dari seseorang atau

sesuatu. Dengan POV, kita melihat dunia dari sudut pandang si karakter. POV

adalah penggunaan kamera yang sangat subyektif.

b) Camera angle (posisi atau sudut pengambilan kamera)

Sudut atau posisi pengambilan kamera dapat digunakan untuk menambah nilai

estetis dan psikologis.

1. Straight on: posisi kamera yang umum digunakan. Ia biasanya tidak

menghasilkan arti apa-apa, hanya merekam apa yang sedang terjadi, dengan

posisi sejajar dengan pandangan mata.

2. Low-angle: kamera ditempatkan lebih rendah dari obyek, dan jadinya melihat

ke atas ke arah obyek atau orang. Sudut seperti ini memberi kesan berkuasa,

kuat, atau besar pada obyek yang disorotnya.


13

3. High-angle: kamera melihat ke bawah pada obyek yang disorotnya, membuat

obyek terlihat kecil, tidak penting, hina, dan lemah.

c) Camera movement (gerakan kamera)

Gerakan kamera memainkan peranan penting, karena – selain fungsinya adalah

yang paling kelihatan dalam film – ia memungkinkan penonton untuk mengikuti

gerakan atau aksi dari sebuah karakter.

1. Panning: kamera bergerak secara horizontal, dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

Gerakan ini memungkinkan penonton untuk mengikuti aksi sebuah karakter.

2. Tilting: kamera bergerak secara vertikal, dari atas ke bawah atau sebaliknya.

Baik panning maupun tilting memungkinkan penonton untuk mengikuti suatu

aksi dengan cara voyeuristic (mengamati). Kedua gerak ini juga memungkinkan

sutradara untuk menjaga momentum adegannya tanpa harus dipotong. Panning

dan tilting juga dapat digunakan secara POV, di mana gerak kamera merupakan

gerakan mata seorang karakter.

d) Depth of field (fokus)

Permainan fokus juga dapat menghasilkan makna. Bila kamera terfokus pada

obyek atau karakter, sementara latar belakang dibuat kabur, makan perhatian

penonton akan terfokus pada karakter atau obyek tersebut. Sebaliknya bila

karakter atau obyek dibuat kabur dan kamera terfokus pada latar belakang,

perhatian penonton akan tersita untuk latar belakang itu. Deep focus shot, di

mana semua hal dalam frame terfokus, akan membebaskan penonton untuk

memilih fokus perhatiannya pada apa saja dalam layar yang mereka inginkan.
14

e) Framing

Framing adalah penempatan orang atau obyek dalam satu frame kamera.

2. Setting

Fungsi setting yang paling dasar, penting, dan nyata terlihat adalah untuk

menyatakan tempat dan waktu di mana cerita terjadi. Namun pengaturan setting

juga mempunyai fungsi untuk mengkonstruksi makna-makna tertentu, yang

dapat memberi kontribusi bagi struktur naratif cerita dan pemahaman karakter

dalam suatu film. Misalnya, kamar yang dipenuhi buku menimbulkan kesan

pemiliknya adalah seorang kutu buku atau kaum intelektual.

3. Lighting

Menurut Graeme Turner, lighting atau tata lampu mempunyai dua fungsi. Yang

pertama adalah fungsi ekspresif, yaitu menetapkan mood, atau memberi film

sebuah penampilan tertentu, serta memberi kontribusi bagi cerita seperti

karakter atau motivasi (1988:56). Penataan lampu yang dapat menghasilkan

makna – melalui pembagian lampu yang tidak rata sehingga menghasilkan

kontras – disebut low-key lighting. Fungsi yang kedua adalah realisme. Ini

merupakan fungsi lighting yang paling banyak digunakan dan tidak kelihatan.

Bila berhasil, tata lampu seperti ini akan menerangi karakter dan setting secara

natural, sehingga penonton tidak menyadari kehadirannya, dan tidak merasakan

lighting sebagai sebuah teknologi yang terpisah. Penggunaan lighting seperti ini

disebut high-key lighting.


15

4. Obyek atau Prop

Film juga bergantung pada benda, atau obyek, atau prop, sebagai sarana untuk

menyampaikan makna. Prop dapat digunakan untuk menjadi ciri dari suatu

genre, misalnya pistol atau senjata untuk film action, salib atau bawang putih

untuk film horror. Selain itu, prop juga dapat memberikan makna bagi sebuah

karakter.

5. Kostum

Kostum dapat dipakai untuk mengidentifikasi setting waktu dari film.

Perubahan kostum yang dipakai oleh sebuah karakter juga dapat mengatakan

sesuatu, misalnya perubahan status, sikap, atau – karena peran kostum sebagai

penanda waktu – perubahan waktu yang panjang.

6. Akting (performance)

Seperti halnya kostum, dalam ekspresi wajah dan posisi tubuh yang ditampilkan

oleh seorang aktor juga mengandung elemen kode yang kuat. Kode-kode ini

dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai bahasa tubuh atau body language.

Walaupun bahasa tubuh mempunyai persepsi yang berbeda-beda di tiap budaya,

kedekatan industri film dunia dengan Hollywood (industri film Amerika

Serikat) membuat bahasa tubuh dalam perfilman Amerika dapat dimengerti

secara universal. Salah satu konsekuensi menyebarnya film ke seluruh dunia

adalah penetrasi global dari aspek-aspek bahasa tertentu, misalnya simbol ibu

jari yang menunjuk ke atas sebagai tanda setuju atau bagus.

Cara aktor menampilkan sebuah karakter menggunakan bahasa tubuh adalah

elemen kunci dalam akting atau performance. Menurut Winfried North


16

(1990:388) yang dikutip dari Rizal (2003), dalam mencari makna yang

terkandung dalam performance seorang aktor, semiotika memperhatikan tanda-

tanda dalam komunikasi non verbal, seperti gesture, kinesic (gerak), body

language (bahasa tubuh), facial signal (raut wajah), gaze (tatapan/pandangan

mata), tactile (sentuhan fisik), dan proxemic (kedekatan).

7. Suara dan Musik

Menurut Turner, suara memainkan peran penting dalam film. Ia dapat

memberikan kontribusi bagi fungsi naratif dan menambahkan efek emosional

yang sangat kuat. Peran suara yang terpenting adalah memperkuat nuansa

realisme dengan memproduksi suara-suara yang biasa diasosiasikan dengan

kejadian yang bisa dilihat, misalnya ketika kita mendengar suara pecahan kaca

yang menyertai gambar sebuah jendela yang pecah.

2.1.3 Film Sebagai Medium Komunikasi

Dalam perspektif sosial maupun komunikasi massa, sama-sama melihat kompeksifitas

aspek - aspek film sebagai medium komunikasi massa yang beroperasi di dalam

masyarakat. Perspektif sosial memaknai film tidak hanya eskpresi seni dari si

pembuatnya, melainkan melibatkan interaksi yang kompleks dan dinamis dari elemen-

elemen pendukung proses produksi, distribusi maupun eksebisinya. Bahkan perspektif ini

mengasumsikan interaksi antara film dan ideologi kebudayaan dimana film ini dibuat.

Perpaduan antara realitas sosial dan rekonstruksi realitas yang dibuat oleh industri film

menjadikan film sebagai sarana yang unik untuk memahami kondisi sebenarnya dalam
17

masyarakat. Sebagai refleksi realitas sosial, film sering kali menjadi tolok ukur gambaran

peristiwa yang terjadi dalam masyarakat pada suatu waktu.

Tak hanya di situ tetapi film juga sebagai penyampai pesan moral, informatif, sejarah

maupun solusi atas tema-tema yang berkembang di masyarakat. Terkadang masyarakat

mencari jawaban secara jelas lewat film karena lebih hidup dari pada sekedar debat kusir

ditambah dengan standar kaidah sinematografi akan menambah kuatnya pesan yang akan

disampaikan. Tetapi yang terpenting dari semua itu bagaimana film bisa dijadikan alat

atau media informasi, pendidikan, alternatif gagasan/ide bagi banyak manfaat bagi

masyarakat. Setiap sugguhan tayangan berbobot bisa diterima dengan cara pandangan

sederhana, setidaknya bisa membawa pandangan baru berupa nilai-nilai tersirat atau

hiburan semata.

2.2 Seni Bela Diri Pencak Silat Sebagai Budaya

Pencak silat merupakan salah satu jenis olahraga beladiri yang memiliki aspek seni

sebagai tata gerak, pencak silat dapat dipersamakan dengan tarian. Bahkan pencak silat

lebih kompleks, karena dalam tata gerak nya terkandung unsur-unsur pembelaan diri

yang tidak ada dalam tarian. Pencak silat sebagai hasil budaya, dalam hal-hal tertentu

lebih fungsional dari tarian karena mempunyai manfaat terhadap individu dan

masyarakat. Bagi Individu manfaat nya adalah untuk pembelaan diri dan kesehatan. Bagi
18

masyarakat, manfaatnya berupa keindahan seni gerak yang dapat dinikmati, dan sabagai

sarana silaturahmi. Beberapa aliran pencak silat bahkan menggunakan iringan musik

dalam berlatih. Antara lain music jidor di daerah Jawa Timur, kendang pencak di Jawa

Barat,seruling dan kendang di daerah Sumatra Barat, dan di daerah lain yang melakukan

hal yang sama (Murhananto, 1993:42).

Pencak silat adalah seni bela diri. Dalam seni terkandung dua pengertian : keindahan dan

tindakan. Oleh karena itu lah dikenal istilah “seni memimpin, seni memasarkan, seni

mempengaruhi orang lain, dan sebagainya”. Dengan demikian sebagai hasil dari suatu

kebudayaan pencak silat adalah seni yang mengandung unsur pembelaan diri. Ini untuk

membedakan pertarungan dalam pencak silat dengan pertarungan jalanan. Di jalanan,

pertarungan dua orang yang tidak mengenal pencak silat (atau segala jenis seni bela diri

lainnya) hanya mengenal satu kata : menang. Bagaimana pun caranya, serabutan, asal

pukul, asal tendang. Pencak silat mengatur bagaimana cara menyerang, menghindar,

bertahan dan mengalahkan dengan teknik dan kaidah yang indah, tidak asal-asalan.

Sebagai hasil karya budaya, Pencak Silat sangat kental dengan nilai dan norma yang

hidup dan berlaku di masyarakat. Oleh karena itu pada dasarnya pencak silat lebih

menekankan pada unsur-unsur sosial berupa silaturahmi; keindahan dalam seni gerak;

kesehatan dalam gerak badan, dan pembelaan diri pada urutan terakhir. Para guru dan

sesepuh silat selalu mengajarkan untuk tidak mendahului menyerang, menghindari

pertarungan, dan sedapat mungkin tidak mencelakai musuh. Sebagai seni, Pencak Silat

merupakan wujud perilaku budaya suatu kelompok, yang di dalamnya terkandung unsur

adat, tradisi, hingga filsafat.


19

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Indonesia, diakses 4 November 2009)

2.3 Film Sebagai Media Pelestarian Budaya

Media film adalah salah satu bagian komunikasi massa yang memiliki fungsi sosial

melestarikn dan mewariskan nilai-nilai sosial dan budaya dari satu generasi kepada

generasi berikutnya (Denis McQuail, 1994:72), yang penting mengingat keberadaannya

yang luas dalam masyarakat. Keberadaan yang luas ini ditandai di satu sisi dengan

penggunaannya yaitu banyaknya jumlah konsumen bagi media ini dibanding dengan

media massa lainnya seperti buku, surat kabar, dan lainnya. Dan di sisi lain adalah jumlah

produksinya yang luar biasa meningkat seiring ketersediaan perangkat kamera dan

editing yang efisien dan relatif murah harganya.

Merujuk pada fungsi dan lingkup film yang tercantum pada pasal 5 ayat (1) UU Nomor 8

Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa film sebagai media komunikasi

massa pandang-dengar mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan

budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi.

Film sebagai bagian dari informasi yang mencerminkan perkembangan budaya bangsa

Indonesia kepada masyarakat. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan

pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah

film, misalnya: alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi

musik, dan setting. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral

kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan

tersebut secara nyata. Gambar hidup yang ditampilkan di film memberi dampak yang
20

berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah buku. Mencerna sebuah film dapat

dikatakan lebih mudah daripada mencerna sebuah tulisan. Maka sebetulnya film sangat

strategis dijadikan media komunikasi bagi masyarakat banyak terutama sebagai media

penyampaian pesan untuk melestarikan suatu budaya.

Di saat ramai beredarnya film – film dengan tema horror dan komedi, seorang sineas

perfilman asing membuat film action drama dengan mengangkat silat harimau

minangkabau, Padang, Sumatra Barat yang merupakan salah satu budaya bangsa yang

harus dilestarikan. Dalam film itu diceritakan seputar perjalanan seorang remaja yang

merantau dari tanah kelahirannya di Minang ke ibu kota dengan berbekal keahlian pencak

silat harimau. Film merantau yang mengangkat warisan budaya Indonesia yaitu seni bela

diri pencak silat Minangkabau khususnya silat harimau sebagai kajian utama dalam

filmnya memberikan nuansa baru dalam dunia perfilman Indonesia dengan menampilkan

adegan – adegan perkelahian silat harimau. Dalam usahanya mengingatkan kembali

masyarakat dengan seni bela diri pencak silat yang sudah lama ditinggalkan sebagai

bukti, juara pencak silat saat ini Vietnam (www.kompas.com, diakses 24 Oktober 2009),

seharusnya warga Indonesia sendiri dan film dirasa menjadi pilihan yang tepat sebagai

media penyampaian pesannya.

2.3.1 Pelestarian Budaya

Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan mencintai negara, ,seharusnya kita

menjaga dan melestarikan kebudayaan negara kita agar tidak punah seiring dengan
21

berjalan nya waktu yang semakin meningkatnya dunia modern. Budaya Indonesia adalah

ciri khas Indonesia dengan berbagai keanekaragaman adat-adat yang ada di Indonesia.

Seperti tari-tarian, makanan, baju daerah termasuk berbagai seni bela diri dan masih

banyak lagi. Kita harus bangga dengan ini karena semua itu adalah kekayaan negara kita

yang tidak dimiliki oleh negara lain. walaupun setiap daerah diIndonesia berbeda-beda

suku-suku dan adat-adat daerah yang dimiliki tapi itu semua adalah suatu kebudayaan

Indonesia.

2.3.1.1 Pengertian Budaya

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,

serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan

miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah

“kebudayaan”, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan

bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, refleks,

atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai

tindakan memhabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang dikarenakan

nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan). Sedangkan menurut Ki Hajar

Dewantara kebudayaan berarti buah budi manusia, adalah hasil perjuangan manusia

terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang

merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan

kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan


22

kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. (Ilmu Budaya Dasar Drs.

Supartono Winyosiswoyo, Balai Aksara 1993)

Dalam wikipedia disebutkan beberapa jenis kebudayaan indonesia yang terdiri dari :

1. Rumah adat

2. Tarian

3. Lagu

4. Musik

5. Alat musik

6. Gambar

7. Patung

8. Pakaian

9. Suara

10. Sastra/tulisan

11. Makanan

12. Kebudayaan Modern Khas Indonesia.

Merujuk pada definisi kebudayaan di atas, Pencak Silat juga masuk dalam kebudayaan

Indonesia. Pencak silat jelas merupakan hasil budi dan akal manusia, lahir melalui proses

perenungan, pembelajaran dan pematangan.

2.3.1.2 Pengertian Pelestarian Budaya

Pelestarian adalah proses, cara, perbuatan melestarikan (menjadikan, membiarkan tetap

tidak berubah, membiarkan tetap spt keadaan semula, mempertahankan kelangsungan


23

hidup dsb), perlindungan dr kemusnahan atau kerusakan, pengawetan, konservasi. Maka

pengertian dari pelestarian budaya adalah pengelolaan budaya yg menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan keberadaannya dengan

tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya serta

kekuatan dan keteguhan sikap dalam mempertahankan budaya asli, termasuk budaya

daerah, dari pengaruh budaya asing yg kemungkinan dapat merusak atau membahayakan

kelangsungan hidup bangsa.

(http://kamusbahasaindonesia.org/pelestarian%20budaya diakses 8 februari 2010).

2.3.1.3 Media-media Pelestari Budaya

Disadari ataupun tidak, manusia adalah mahluk yang selalu melahirkan budaya dalam

setiap nafasnya. Budaya menjadi bagian dari kehidupannya, sekaligus sistem nilai yang

mempengaruhi hidupnya. Dan seiring dengan perubahan-perubahan zaman yang cepat

menuntut sistem nilai untuk mengikuti, untuk turus berubah seiring dengan peralihan

zaman

Media massa dapat juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk kembali meng-

empati kepeduliannya terhadap budaya nasional dengan cara menyajikan artikel-artikel

dan informasi, yang isinya menghimbau masyarakat agar tidak melupakan akar budaya

daerah masing-masing.

Media massa yang sering digunakan sebagai sarana yang paling efektif untuk

mempengaruhi persepsi masyarakat antara lain terbagi atas dua jenis yaitu cetak dan
24

elektronik. Diantanya surat kabar dan majalah yang termasuk dalam media massa cetak,

sedangkan media massa elektronik antara lain radio, televise, film, komputer dan internet.

2.3.2 Karakteristik Media Pelestari Budaya

Adapun karaktersitik dari berbagai media massa yang dianggap efektif dalam

mempengaruhi kepedulian masyarakat dalam melestarikan budaya bangsa seperti yang

telah disebutkan diatas, adalah sebagai berikut :

1. Surat Kabar

Menurut Agee, surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama

media surat kabar adalah : to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif

tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), to comment

(mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita),

to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang

dan jasa melalui pemasangan iklan di media).

Sedangkan fungsi Sekunder media surat kabar adalah : untuk mengkampanyekan proyek-

proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-

kondisi tertentu, memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun

dan cerita-cerita khusus, melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, serta menjadi

agen informasi dan memperjuangkan hak.


25

Karakteristik Surat Kabar

Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal dan tercapainya tujuan

komunikasi, maka seorang komunikator harus memahami kelebihan dan kekurangan

media tersebut. Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup : publisitas,

periodisitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.

Untuk menyerap isi surat kabar, dituntut kemampuan intelektualitas tertentu. Khalayak

yang buta huruf tidak dapat menerima pesan surat kabar begitu juga yang berpendidikan

rendah.

2. Majalah

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima kategori utama, yakni:

general consumer magazine (majalah konsumen umum), business publication (majalah

bisnis), literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah),

newsletter (majalah khusus terbita berkala), Public Relations Magazines (Majalah

Humas).

Karakteristik Majalah

Majalah media yang paling sederhana organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya,

serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat

kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu : penyajian lebih dalam,

nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, cover/sampul sebagai daya tarik.
26

3. Radio

Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan

perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan

melengkapi dengan media lainnya.

Keunggulan radio adalah dapat ditempatkan atau didengar dimana saja, di tempat itdur, di

dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan berbagai tempat lainnya.

Karakteristik Radio Siaran

Pada Radio siaran terdapat cara tersendiri, yakni apa yang disebut radio siaran

style atau gaya radio siaran. Gaya radio siaran ini disebabkan oleh sifat radio siaran yang

mencakup : imanjinatif, auditori, akrab, gaya percakapan.

4. Televisi

Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.

Televisi dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi

sekitar tujuh jam dalam sehari.

Televisi mengalami perkembangan secara dramatis terutama melalui pertumbuhan

televise kabel. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi, kini sedikitnya

terdapat lima metode penyampaian program televise yang telah dikembangkan : Over the

air reception of network and local station program, Cable, Digital Cable, Wireless

Cable, Direct Broadcast satellite (DBS).


27

Karakteristik Televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indera, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu

alat indera yang mendapat stimulus,sedangkan pada televisi yaitu : audiovisual, berpikir

dalam gambar, pengoperasian lebih kompleks

5. Film

Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu

menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi

aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah

industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang

bertujuan memperoleh estetika.

Karakteristik Film

Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan

gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.

6. Komputer dan Internet

Situs juga menjadikan sumber informasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata.

Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga

pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya.

Internet unggul dalam menghimpun berbagai orang, karena geografis tak lagi menjadi

pembatas, berbagai orang dari negara dan latar belakang yang berbeda dapat saling
28

bergabung berdasarkan kesamaan minat dan proyeknya. Internet menyebabkan begitu

banyak perkumpulan antara berbagai orang dan kelompok.

2.3.2.1 Karakteristik Film Sebagai Media Pelestarian Budaya

Merujuk pada fungsi dan lingkup film yang tercantum pada pasal 5 ayat (1) UU Nomor 8

Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa film sebagai media komunikasi

massa pandang-dengar mempunyai fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan

budaya bangsa, hiburan, dan ekonomi.

Film sebagai bagian dari informasi yang mencerminkan perkembangan budaya bangsa

Indonesia kepada masyarakat. Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan

pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak aspek yang dapat disajikan dalam sebuah

film, misalnya: alur cerita, karakter tokoh atau pemain, gaya bahasa, kostum, ilustrasi

musik, dan setting. Apapun jenis atau temanya, film selalu meninggalkan pesan moral

kepada masyarakat yang dapat diserap dengan mudah karena film menyajikan pesan

tersebut secara nyata. Gambar hidup yang ditampilkan di film memberi dampak yang

berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah buku. Mencerna sebuah film dapat

dikatakan lebih mudah daripada mencerna sebuah tulisan. Maka sebetulnya film sangat

strategis dijadikan media komunikasi bagi masyarakat banyak terutama sebagai media

penyampaian pesan untuk melestarikan suatu budaya.


29

2.3.2.2 Jenis-jenis Tema Film

Film sebagai media komunikasi massa pada hakikatnya menyampaikan pesan atau materi

komunikasi. Untuk menyampaikan pesannya film terbagi beberapa jenis. Film dapat

dibedakan menurut karakter, ukuran, dan segmentasi. Beberapa jenis film menurut

Akurifai Baksin (2003: 93-95).

1. Action

Istilah ini selalu berkaitan dengan adegan berkelahi, kebut-kebutan, tembak-menembak

sehingga tema ini dengan sederhana bisa dikatakan sebagai film yang berisi

“pertarungan” secara fisik antara protagonis dengan antagonis.

2. Drama

Tema ini mengetengahkan human interest sehingga yang dituju adalah perasaan penonton

untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Tema ini juga dikaitkan dengan latar

belakang kejadiannya.

3. Komedi

Tema ini baiknya dibedakan dengan lawakan sebab jika dalam lawakan biasanya yang

berperan adalah para pelawak. Film komedi tidak harus dilakonkan oleh pelawak, tetapi

pemain film bisa. Intinya, tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat

penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya adegan dalam film

komedi juga merupakan sindiran dari suatu kejadian atau fenomena yang sedang terjadi.

Dalam konteks ini, ada dua jenis drama komedi yaitu slapstik dan situation comedy.
30

Slapstik adalah komedi yang memperagakan adegan konyol seperti sengaja jatuh atau

dilempar kue dan lainnya. Sedangkan komedi situasi adalah adegan lucu yang muncul

dari situasi yang dibentuk dalam alur dan irama film.

4. Tragedi

Tema ini menitikberatkan pada nasib manusia. Sebuah film dengan akhir cerita sang

tokoh selamat dari kekerasan, perampokan, bencana alam dan lainnya bisa disebut film

tragedi.

5. Horor

Jika sebuah film menawarkan suasana menakutkan dan menyeramkan membuat

penontonnya merinding, itulah yang disebut film horror. Suasana horor dalam sebuah

film bisa dibuat dengan cara animasi, special effect atau langsung oleh tokoh-tokoh

dalam film tersebut.

6. Drama Action

Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, drama dan action. Tema drama action ini

menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan “pertengkaran fisik”. Untuk

menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai

dengan suasana drama, setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang

berupa pertengkaran-pertengkaran.
31

7. Komeditragi

Suasana komedi ditonjolkan terlebih dahulu kemudian disusul dengan adegan-adegan

tragis. Suasana yang dibangun memang getir sehingga penonton terbawa emosinya dalam

suasana tragis tetapi terbungkus dalam suasana komedi.

8. Komedi horor

Sama dengan komeditragi, suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema

komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang

berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. Dalam konteks ini, unsur

ketegangan yang bersifat menakutkan dibalut dengan adegan-adegan komedi sehingga

unsur kengerian menjadi lunak.

9. Parodi

Tema parodi merupakan duplikasi dari tema film tertentu, tetapi diplesetkan, sehingga

ketika film parodi ditayangkan para penonton akan melihat satu adegan film tersebut

dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film

lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya.

Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalu sering menonton film, sebab parodi

selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi

berdimensi duplikasi film yang sudah ada kemudian dikomedikan.


32

Dengan perkembangan film, maka asumsi mengenai jenis film semakin beragam.

Menurut Heru Efendy ragam jenis film adalah sebagai berikut:

a. Film Dokumenter (Documentary Film)

Film dokumenter adalah Film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat

untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas

dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok

tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

b. Film Cerita Pendek (Short Film)

Durasi Film Pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak Negara seperti Jerman,

Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium

eksperiment dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian

memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa

jurusan film atau orang atau sekelompok orang yang menyukai dunia film dan ingin

berlatih membuat film dengan baik.

c. Film Cerita panjang (Feature-Length Film)

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang

diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok film cerita panjang. Film-film

produksi India dan Hollywood bahkan rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
33

2.3.3 Karakteristik Film Seni Bela Diri Tradisional Sebagai Media Pelestarian

Budaya

Film yang baik merupakan media komunikasi, menghubungkan gambaran masa lampau

dengan sekarang dan mencerdaskan dan mencerahkan bangsa karena memberikan nilai-

nilai keberagaman terkandung didalamnya seperti sarana penerangan atau informasi,

pendidikan, pengekspresian seni . Film juga mendiskripsikan watak, harkat, dan martabat

budaya bangsa. Sekaligus sebagai memberikan manfaat dan fungsi yang luas bagi bidang

ekonomi, sosial dan budaya. Film tidak hanya semata menonjolkan unsur hiburan semata,

tetapi lebih kepada tanggung jawab moral untuk mengangkat nilai nasionalisme bangsa

dan jati diri bangsa yang berbudaya. Tetapi yang terpenting dari semua itu bagaimana

film bisa dijadikan alat atau media informasi, pendidikan, alternatif gagasan/idea bagi

banyak manfaat bagi masyarakat. Setiap sugguhan tayangan berbobot bisa diterima

dengan cara pandangan sederhana, setidaknya bisa membawa pandangan baru berupa

nilai-nilai tersirat. Terdapat penggambaran film yang terdiri dari 4 bagian dalam pencak

silat yang tidak dapat dipisahkan bagian tersebut antara lain, olahraga, beladiri, seni,

mental dan spritual 4 bagian ini biasa dikenal menjadi aspek atau kandungan pencak silat.

Karakteristiknya antara lain, film menggunakan unsur gambar dan suara sebagai sarana

utama untuk menyampaikan informasi, keduanya secara bersama-sama menceritakan

cerita pada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi, kita melihat

gambar dan mendengar suara. Film memiliki keterbatasan waktu, film memiliki panjang

tertentu, antara 80 sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam

sekalipun maka batasan waktu telah ditetapkan.


34

2.4 Pengertian dan Tujuan Metode Analisis Isi

Metode analisis isi (content analysis) merupakan suatu metode yang amat efisien untuk

menginvestigasi isi media baik yang tercetak maupun media elektronik. Metode analisis

isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan

mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku

komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih (Budd, 1967:2 dalam Bungin

Burhan, hal 134). Menurut Wimmer & Dominick (2000) analisis isi didefinisikan sebagai

suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik dan

obyektif terhadap pesan yang tampak (Bungin Burhan, hal 134).

Tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisis isi adalah mendeskripsikan

karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik dengan perantara teks (Frey dalam

Birowo, 2004 : 146). Sehingga melalui teknik analisis isi, peneliti bisa menggambarkan

isi pesan komunikasi.

Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan. McQuail dalam buku

Mass Commmunication Theory, mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis isi pesan

komunikasi adalah :

1. mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media

2. membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial

3. isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem

kepercayaan masyarakat

4. mengetahui fungsi dan efek media


35

5. mengevaluasi media performance

6. mengetahui apakah ada bias media

Deskripsi lainnya mengenai tujuan analisis isi disampaikan oleh Wimmer dan

Domminick :

1. menggambarkan isi komunikasi yaitu mengungkap kecendrungan yang ada pada isi

komunikasi, baik pada media cetak maupun media elektronik

2. menguji hipotesis tentang karakteristik pesan

3. membandingkan isi media dengan dunia nyata

4. memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat

5. mendukung studi efek media massa

6. Analisis isi kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat

berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu

konteks social tertentu. Analisis isi kualitatif merujuk pada metode analisis yang

integrative dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengolah, dan

menganalisis dokumen untuk memahami makna, signifikasi, dan relevansinya

(Rachmat Kriyantono, 2006:230).

2.4.1 Analisis Isi Dalam Lingkup Multidimensi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Film sebagai bagian dari informasi

yang mencerminkan perkembangan budaya bangsa Indonesia kepada masyarakat.

Informasi yang tersaji dalam sebuah film memberikan pengetahuan baru bagi
36

masyarakat. Dengan citra film sebagai cermin dari realitas, apa yang tampak dalam

sebuah film dapat diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai kondisi realitas yang

sebenarnya. Berger dan Luckmann mengatakan bahwa realitas social terdiri dari tiga

macam; yaitu realitas subjektif, realitas objektif dan realitas simbolik. Realitas objektif

adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman objektif yang berada diluar diri individu,

dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi

simbolik dari realitas objektif dari berbagai bentuk. Sementara itu, realitas subjektif

adalah realitas yang terbentuksebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan

simbolik ke dalam individu melalui proses interalisasi (Burhan Bungin, 2006:7).

Analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu mengidentifikasi pesan-pesan

manifest (nyata), melainkan juga latent messages dari sebuah dokumen yang diteliti.

Dengan kata lain, dalam analisis isi media kualitatif, peneliti akan mampu melihat

kecendrungan isi media berdasarkan context, process, dan emergence dari dokumen-

dokumen yang diteliti. Artinya, kedalaman analisis isi dengan konteks social/realitas

yang terjadi. Adanya latent dan manifest messages dalam dokumen yang diteliti juga

menunjukkan bahwa pesan memiliki aspek multidimensi.

Di dalam penelitian ini, metode analisis isi digunakan sebagai alat bedah penelitian untuk

melihat representasi realitas sosial mesyarakat berupa prilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat minang kabau dalam film. Apabila hasil akhir dari analisis ini nantinya akan

menunjukkan adanya suatu isi yang tersembunyi (latent), maka tidak apa-apa karena

yang diteliti dan dianalisis adalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang

dirasakan oleh peneliti.


37

2.5 Kerangka Pikir

Di saat ramai beredarnya film – film dengan tema horror dan komedi, seorang sineas

perfilman asing membuat film action drama dengan mengangkat silat harimau

minangkabau, Padang, Sumatra Barat yang merupakan salah satu budaya bangsa yang

harus dilestarikan.

Film sebagai salah satu atribut media massa menjadi sarana komunikasi yang paling

efektif. Film sebagai salah satu kreasi budaya, banyak memberikan gambaran – gambaran

hidup dan pelajaran penting bagi penontonnya. Film juga menjadi salah satu media

komunikasi yang sangat jitu. Dengan kualitas audio dan visual yang disuguhkan, film

menjadi media terpaan yang sangat ampuh bagi pola pikir kognitif masyarakat serta

memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menjangkau banyak segmen sosial.

Melalui media film diharapkan masyarakat dapat mengambil atau mengikuti isi pesan

yang ingin disampaikan. Serta diharapkan masyarakat dapat menganggap bahwa hal

tersebut adalah cerminan realitas yang sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan dalam teori

pembelajaran sosial Albert Bandura, yang menyatakan bahwa perilaku khalayak

dipengaruhi oleh apa yang mereka pelajari dari media massa. Selain itu karena film

sebagai media komunikasi mempunyai fungsi sebagai media informasi, edukasi, dan

hiburan.

Penelitian ini mengangkat film Merantau sebagai objek penelitian. Film ini diproduksi

oleh Merantau Production House, dan disutradarai oleh Gareth Evans. Penelitian ini

menggunakan teori pembelajaran sosial untuk menimbulkan masalah yang akan diteliti.
38

Representasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah representasi perilaku

pelestarin seni bela diri pencak silat minang kabau dalam film, yang mencerminkan

keberadaan sosial serta realitas masyarakat yang berada di tengah kota. Penelitian ini

bertujuan untuk menjabarkan bentuk-bentuk perilaku pelestarian budaya yang terkandung

dalam media dan serta menunjukkan perbandingan terhadap kenyataan.

Untuk menunjukkan penggambaran perilaku pelestarian seni bela diri minang kabau yang

ditampilkan dalam film, penelitian ini menggunakkan metode analisis isi. Analisis isi

film ini menggunakkan unit analisis isi per adegan yang dibagi menjadi dua yaitu audio

dan visual. Unit audio yaitu semua elemen bunyi, dialog, efek suara, music pengiring

(score), dan juga soundtrack. Sedangkan unit visual yaitu semua yang terlihat secara fisik

dalam hal akting (performance), setting, kostum, objek/prop, teknik pengambilan gambar

camera shot dan camera angel), penggerakkan kamera (camera movement), dan teknik

pencahayaan (lighting) yang mengandung makna tertentu.

Dari adegan-adegan tersebut akan dipilih adegan-adegan yang menampilkan perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat minang kabau dan mengindahkan adegan-adegan

lain yang tidak menampilkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang

Kabau. Dan adegan-adegan yang menampilkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak

silat tersebut akan dikatagorikan sesuai dengan bentuk perilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat yang terkandung di dalamnya.


39

Bagan 1. Kerangka Pikir

Film Merantau

Analisis Isi
Unit Analisis :
Audio Visual
- Dialog - Akting
- Efek Suara - Setting
- Musik Pengiring - Kostum

Perilaku Pelestarian Seni Bela Diri Pencak Silat Minang Kabau


40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif yang memaparkan

suatu situasi atau peristiwa. Tipe penelitian ini merupakan cara analisis yang

bertujuan untuk memberikan gambaran, menjelaskan dan menefsirkan hasil penelitian

dengan sususnan kata sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Seperti yang dikatakan Maynzt, karena sebagai suatu bentuk penelitian deskriptif

yang memakai teknik analisis isi maka jelas segi kualitatiflah yang lebih cocok,

artinya suatu analisis isi yang bersifat kualitatif sangat cocok untuk maksud deskripsi.

Penelitian kualitatif mendeskripsikan fenomena yang dipelajari dan akan menguraikan

hasil pengamatan untuk sampai pada kesimpulan.

3.2 Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuannya maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Metode analisis isi
41

sering digunakan untuk melakukan analisis terhadap pesan-pesan pada susatu media

atau isi komunikasi yang tersirat (latent).

Menurut Rachmat Kriyantono, analisis isi kualitatif adalah suatu analisis isi yang

lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu

menghubungkannya dengan konteks social/realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat.

Karena semua pesan (teks, simbol, gambar dan sebagainya) adalah produk sosial dan

budaya masyarakat. Analisis isi kualitatif bersifat sistematis, analitis tapi tidak kaku

dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasi dipakai hanya sebagai guide, diperbolehkan

konsep-konsep atau katagorisasi yang lain muncul selama proses riset (Kriyanto,

2006:247).

Metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi

yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Analisis isi adalah sebuah metode non reaktif. Maksud non reaktif adalah tidak

melibatkan reaksi subyek, karena metode analisis isi digunakan untuk meneliti obyek

tidak hidup, seperti dokumen-dokumen, catatan-catatan, hasil rekaman, pidato, buku,

dan film (Krippendorff, 1991:15). Dengan sifatnya yang non reaktif akan menghindari

dari hal-hal yang bersifat subyektif (pengaruh emosional) atau yang direkayasa

dengan demikian metode penelitian ini mencoba menganalisa obyek penelitian yaitu

film Merantau. Di dalam metode analisis isi didefinisikan suatu metode untuk

mempelajari dan menganalisa komunikasi secara sistematik, objektif, dan nyata

terhadap pesan yang tampak (Burhan Bungin, 2006:143).


42

Menurut Bungin, teknik analisis isi ini didasarkan pada :

1. Prinsip Sistemik

Hal ini diartian bahwa perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang di

analisis. Penelitian ini tidak dibeanrka melakukan analisis hanya apada isi yang

sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang

telah ditetapkan untuk diteliti serta telah ditetapkan dalam memilih populasi dan

sampel.

2. Prinsip Objektif

Ini berarti hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya,

yaitu ketajaman kategorisasi yang ditetapkan, sehingga orang lain dapat

menggunakannya apabila digunakan untuk isi yang sam dengan prosedur yang

sama pula walaupun penelitiannya berbeda.

3. Isi yang Nyata

Yang diteliti dan dianalisis adalah isi yang tersurat, tampak, bukan makna yang

dirasakan oleh peneliti perkara hasil akhrir dari analisisnya nanti menunjukkan

adanya suatu isi yang tersembunyi, hal ini sah-sah saja namun semuanya bermula

dari analisis yang nyata.

3.3 Unit Analisis

Adapun yang dijadikan unit analisis dalam penelitian ini adalah adegan/scene. Yang

dimaksud dengan adegan adalah pemunculan tokoh baru atau pergantian suasana

(layar) pada sebuah pertunjukan.


43

Pembagian film menurut adegannya hanya bertujuan untuk mempermudah

pengamatan, bukan untuk memisahkan hubungan yang ada antara adegan-adegan

yang ada dalam film. Adegan dalam film dibagi lagi menjadi unit terkecil, yaitu :

1. Unit audio yaitu semua elemen bunyi, dialog, dan efek suara, music pengiring

(score).

2. Unit visual yaitu semua yang terlihat secara fisik, dalam hal ini akting

(performance), setting, kostum, obyek/property, teknik pengambilan gambar

(camera shot dan camera angle), pergerakan kamera (camera movement), dan

lighting yang mengandung makna tertentu.

3.4 Fokus Penelitian

Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasi

hal-hal khusus (Jalaludin Rakhmat, 1999:12). Definisi konseptual merupakan batasan

terhadap masalah-masalah variable yang dijadikan pedoman dalam penelitian

sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang.

1. Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau

Dalam hal ini, penggambaran yang akan dianalisis adalah perilaku pelestarian seni

bela diri pencak silat Minang Kabau dari tokoh-tokoh dalam film Merantau.

Pelestarian yang dimaksud adalah segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk

mengelola budaya yg menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin

kesinambungan keberadaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas nilai dan keanekaragamannya serta kekuatan dan keteguhan sikap dalam

mempertahankan budaya asli.


44

2. Film

Film sebagai atribut media massa yang berisikan teknik audio visual yang sangat

canggih, mampu menerpa dan mempengaruhi masyarakat. Sebagai salah satu

media komunikasi massa, film berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak.

Film yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah ilm Indonesia berjudul

Merantau.

3. Analisis isi

Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu proses sistematik untuk

menganalisis isi pesan dan mengelola pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi

dn menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang

dipilih.

3.5 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah isi dalam film Merantau. Data ini

bersumber dari keeping VCD berisi rekaman film tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literature (buku, Koran,

majalah, artikel, dan lain-lain), dan internet.


45

3.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Pendokumentasian

Untuk memperoleh data dari penelitian ini maka digunakan teknik dokumentasi,

yaitu dengan mencarai, menonton dan menyimak serta menganalisis isi film

Merantau yang berdurasi kurang 120 menit dari VCD yang didapatkan.

2. Pengamatan (Observasi)

Film yang telah didokumentasikan tersebut selanjutnya diamati atau diteliti secara

cermat terutama pada fokus penelitian yang dimaksud untuk memperolah data

yang diinginkan dalam penelitian berdasarkan model analisis yang digunakan.

3.7 Teknik Pengolahan Data

1. Tahap reduksi data

Pada tahap ini film yang menjadi objek penelitian dibagi-bagi menurut adegan

atau scene yang ada untuk mempermudah pengamatan. Pembagian ini bertujuan

untuk mempermudah pengamatan dan bukan untuk memisahkan hubungan yang

ada antara adega-adegan yang ada dalam film Merantau tersebut.

2. Tahap kategorisasi

Data-data yang telah direduksi akan dikategorisasikan berdasarkan unit analisis

yang telah ditetapkan.

3. Tahap interprestasi data

Setelah dikategorisasi, akan dilakukan analisa yang mengacu pada fokus

penelitian, dimulai dari mencari bagian dalam adegan dengan metode analisis isi

untuk diinterpretasikan dan ditafsirkan, untuk memastikan representasi perilaku


46

peletarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau dalam film Merantau serta

menemukan hubungan aspek-aspek lain dalam adegan.

4. Simpulan

Pada tahap akhir ini, dapat ditarik kesimpulan yang menunjukkan bagaimana

penggambaran perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau

dalam film.
65

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyajian Hasil Penelitian

Sesuai dengan teknik pengolahan data yang telah ditetapkan, maka tahap pertama

dalam pengolahan data adalah reduksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, data yang digunakan peneliti berupa keping VCD yang didapatkan dari

tempat penyewaan/rental VCD di Kota Bandar Lampung. Setelah mendapatkan

keping VCD yang berisi film Merantau selanjutnya peneliti akan masuk pada tahap

reduksi. Pada tahap ini, film Merantau dipecah per adegan atau scene untuk

mempermudah pengamatan. Akhirnya didapatlah 86 adegan dalam film Merantau

dengan rincian sebagai berikut :

Adegan 1

Sequence : 00:01 – 01:13


66

Aspek visual :

Film diawali dengan narasi oleh pemeran Ibu Yuda, Christine hakim tentang

pejalanan Merantau yang sering dilakukan oleh para pemuda Minangkabau. Berisi

tentang esensi atau nilai yang terkandung dalam melakukan perjalanan Merantau ini.

Dalam adegan ini sosok Yuda terlihat sangat kecil yang sedang berjalan di antara

pegunungan di daerah Minangkabau.

Aspek Audio :

Narator : Dalam tradisi Minangkabau, setiap anak laki-laki suatu hari akan

pergi meninggalkan tanah kelahiran mereka. Dan berjalan mencari

pengalaman hidup, pengalaman hidup yang akan membuat mereka

menjadi lelaki sejati. Perjalanan mencari pengalaman hidup ini adalah

Merantau. Sebuah ujian dan pendidikan jasmani rohani terakhir untuk

membuktikan pengetahuan dan keadaan di muka dunia. Alam semesta

menjadi guru pembimbing yang akan membedakan cahaya kebenaran

dan cahaya kesalahan.

Adegan 2

Sequence 01:14 - 02:49


67

Aspek visual :

Adegan ini menampilkan Yuda sebagai pemeran utama yang sedang berlatih pencak

silat minagkabau dengan menggunakan alat tradisional pencak silat yang biasa disebut

dengan Karambiek. Dalam adegan ini hanya ada seorang Yuda yang sedang berlatih

pencak silat dengan jurus Harimau. Masih berdasarkan narasi dari sang Ibu yang

sekaligus memperkenalkan pemeran utama film ini dengan diiringi oleh musik latar

yang bernuansa peperangan.

Narator : Ini adalah cerita tentang anak laki-laki ku dan perjalanannya menjadi

lelaki sejati, ini adalah kisah Merantau.

Adegan 3

Sequence 02:50 – 04:34

Aspek visual :

Pada adegan ini, film menampilkan kehidupan sehri-hari Yuda saat di kampung

halamannya, yaitu bertani buah tomat. Saat ia sedang memanen buah tomat Yuda

berniat untuk mengatakan sesuatu kepada wanita yang bernama Dahlia yang sedang

memetik buah cabai, namun sebelum Yuda mengatakan sesuatu pada Dahlia, ia

keburu dipanggil oleh sang Ibu dari kejauhan.


68

Aspek audio :

Yuda : Elli

Ibu : Yayan, Yuda sembayang Ashar (berteriak dari kejauhan).

Yuda : a …. Assalamualaikum

Adegan 4

Sequence 04:35 – 06:54

Aspek visual :

Terlihat sosok Ibu yang sedang memotong wotel dan memasak didapur. Tak lama

datanglah Yuda yang baru pulang dari bertani di ladang. Dan langsung membantu

Ibunya menyiapkan makan siang untuk mereka di meja makan. Datanglah kakak

Yuda, Uda Yayan dan mereka berbincang sesaat.

Aspek audio :

Yuda : Assalamualaikum

Ibu : Walaikumsalam

Yuda : Hari iko lebih angek dari biasonyo

Ibu : Mantang-mantang hari akhir waang di siko, udaro indak barobah

Uda Yayan : Assalamualaikum amak

Ibu : Walaikumsalam
69

Uda Yayan : Waang dah sampai duluan

Yuda : Makin tuo gerakan Uda makin lambek

Uda Yayan : Diantara awak baduo, awak bingung ada cukup banyak akar untuk

buat wang sibuk seharian ……………

Ibu : Uda, jangan ganggu adek waang

Uda Yayan : Iya mak

Yuda, nanti waang pergi marantau awak pasti rindu sama waang

Yuda : Iyo, awak tau

Uda Yayan : Ayah pasti bangga sama waang

Adegan 5

Sequence 06:55 – 08:04

Aspek visual :

Dalam adegan ini film menampilkan keluarga sederhana Ibu, Uda Yayan, dan Yuda

yang sedang makan bersama di meja makan. Dalam adegan ini tidak ada dialog hanya

menampilkan keluarga yang sedang menikmati kebersamaan dengan senyuman.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi dengan musik instrumental
70

Adegan 6

Sequence 08:05 – 11:19

Aspek visual :

Yuda sedang berada di kamar mempersiapkan barang-barangnya untuk merantau. Tak

lama datang Ibu menghampiri dan menanyakan Yuda akan persiapannya. Dengan

penuh lirh Ibu menceritakan mengenai perjalanan Uda Yayan saat merantau, dan

memberikan wejangan kepada Yuda agar dapat mengambil keputusan dengan baik

mengenai perjalanannya dan mengakhiri percakapannya dengan memberikan kecupan

di dahi Yuda.

Aspek audio :

Ibu : Sudah siap barang-barang semua?

Yuda : hampir Mak

Ibu : nak, waktu Uda Yan mu kembali dari rantau amak dan ayah banyak

berbicaro yang indak semestinyo yang mungkin menyakiti hati Uda

Yan mu. Tapi itu semua kami lakukan karna kami sayang dan

kewajiban kami sebagai orang tua.

Yuda : mak
71

Ibu : amak hanya mengingatkan nak, apapun yang dikata orang belum itu

yang paing baik. Kau harus bisa bersyukur dengan apapun yang bisa

kau capai. Kembalilah nak, kapanpu kau siap.

Yuda : Yuda akan melakukan yang terbaik, sebaik mungkin.

Ibu : InsyaAllah, mak akan selalu berdoa buat anak-anak amak

Adegan 7

Sequence 11:20 – 12:38

Aspek visual :

Film menampilkan rumah adat khas Minang yang biasa disebut dengan rumah

Gadang, yang didalamnya sedang menjalankan ritual pengajian sebagai bentuk

perpisahan sebelum Yuda melakukan rantau. Dihadiri oleh masyarakat kampung

Yuda, keluarga dan sejumlah orang terdekatnya, termasuk guru silat Yuda. Ia

memberikan nasehat kepada Yuda agar dapat mengambil keputusan dengan bijaksana

dan untuk selalu bertawakal kepada Allah.

Aspek audio :

Guru : Assalamualaikum Wr. Wb

Semua : Walaikumsalam Wr. Wb


72

Guru : inyak mengenal Yuda sejak dia baru dilahirkan dan mengajarkan silat

Harimau dari dia bisa berdiri dengan kedua kakinya. Yuda sudah

inyak anggap bagai anak kandung sendiri, sulit dipercaya waktu

berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin inyak melihat langkah-

langkah kecil Yuda. Pada hari ini Yuda akan memulai perantauan.

Buat kami bangga dengan dirimu Yuda, selalu berpegang teguh

dengan kebenaran, jangan pernah congkak, selalu rendah hati, setiap

keputusan yang kau ambil akan berdampa terhadap orang disekitar

mu dan dirimu sendiri Yuda. Jaga dirimu baik-baik. Ingat, Allah

beserta mu, kami selalu ada dihati dan disetiap langkahmu.

Adegan 8

Sequence 12:38 – 14:27

Aspek visual :

Bersetting di halaman belakang rumah Gadang pada malam hari, sang guru

melakukan ritual latihan yang terakhir kepada Yuda lengkap dengan seragam pencak

silat Minangkabau nya, dan sebagai bentuk ujian apakah Yuda sudah siap untuk pergi

merantau dengan berbekal ilmu pencak silat yang baik. Dan ternyata Yuda berhasil

meyakinkan kepada gurunya bahwa ia telah siap untuk pergi merantau dengan jurus

silat harimau yang dimilikinya.


73

Aspek audio :

Yuda : siap?

Guru : cukup, inyak rasa Yuda akan baik-baik saja. Ayo (mengajak Yuda

pulang).

Diiringi musik instrumental dan suara jangkrik.

Adegan 9

Sequence 14:28 – 15:16

Aspek visual :

Film menampilkan keluarga Yuda yang sedang melakukan sholat berjamaah di rumah

mereka.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog, hanya diiringi dengan suara petikan gitar.

Adegan 10
74

Sequence 15:17 – 16:00

Yuda mengambil tasnya yang sudah berada diluar kamarnya sebelum keberangkatan

Yuda. Berpamitan dengan Uda Yayan yang sudah menunggunya untuk mengantarkan

keluar rumah mereka.

Aspek audio :

Uda Yayan : indak usah banyak cakaplah, taulah waang.

Yuda : jaga amak, untuk kita berdua.

Adegan 11

Sequence 16:01 – 18:15

Aspek visual :

Ibu yang sudah menuggu di luar memberikan kenangan kepada Yuda untuk dibawa

merantau. Dan melepas kepergian Yuda dengan berat hati. Dan memperhatikan

kepergian Yuda ditemani oleh Uda Yayan sampai sosok Yuda menghilang di

kejauhan.

Aspek audio :

Ibu : bawalah ini bersama mu, ini milik ayah InsyaAllah ayah akan selalu

menemanimu.
75

Yuda : Yuda akan menjaga dengan baik mak. Yuda akan membuat amak

bangga.

Ibu : banyak yang sudah kau perbuat, amak bangga. Jaga dirimu baek-baek

ya nak.

Adegan 12

Sequence 18:16 – 19:47

Aspek visual :

Adegan menunjukkan perjalanan Yuda dari Minangkabau menjuju Ibu kota Jakarta.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog, hanya iringan musik instrumental.

Adegan 13

Durasi 19:48 – 22:32


76

Aspek visual :

Bersetting di dalam bus yang ditumpangi oleh Yuda pada malam hari, ia dihampiri

oleh seorang pria yang mengajaknya untuk berbincang-bincang.

Aspek audio :

Erik : Assalamualikum.

Yuda : Walaikumsallam.

Erik : boleh awak duduk disini?

Yuda : silahkan Uda.

Erik : nama awak Erik.

Erik menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Yuda : Yuda.

Erik : untuk apa waang ke Jakarta, apo cari karjo?

Erik sudah mengambil posisi duduk sambil menyalakan sebatang rokok.

Yuda : awak mau merantau.

Erik : merantau, itu awak dulu. Di Jakarta rencana mu apo?

Yuda : awak berharap untuk bisa ngajar silek.

Erik : silek (heeeh, sambil tersenyum sinis), maaf indak maksud awak

ngetawain kamu Yud. Gini saran awak, kamu belajarlah dari

kesalahan awak, kamu sadarkan kepalamu itu dari mimpi-mimpi

belaka karena kita hidup tidak cukup hanya dengan ngajar silek.

Percayo sama awak, awaklah pernah mencobanyo. Saran awak

sebaiknyo kamu gunakan kepandaianmu itu untuk hal lain dan carilah

duit di tempat yang berbeda. Merantau itu indak seperti kau di ruang

sekolah Yud, indak ado yang mudah di dunia ini.


77

Yuda : awak indak mengharapkan untuk semudah itu juga Uda. Tapi awak

yakin bisa raih, semuanya bisa.

Adegan 14

Sequence 22:33 – 23:21

Aspek visual :

Bus yang ditumpangi Yuda dan Erik sudah sampai disalah satu halte di Jakarta, dan di

halte itu pula mereka berpisah untuk mencari tempat yang mereka tuju masing-

masing.

Aspek audio :

Yuda : disini kita berpisah Uda.

Erik tersenyum kepada Yuda.

Erik : hei, awak rasa juga begitu Yud, semoga kamu beruntung dan awak

berharap kau menemukan sukses yang kau cari.

Yuda : kalau awak berhasil Uda harus bersedia bantu awak untuk ngajar

silek.

Erik : awak indak bisa janji apa-apa sama kamu Yud.

Yuda : Uda, awak duluan.

Erik : sekali lagi selamat jalan.


78

Yuda : semoga ketemu lagi Uda.

Erik : semoga.

Keduanya pun berpisah dan sama-sama meninggalkan halte tersebut.

Adega 15

Sequence 23:22 – 24:05

Yuda berjalan menyusuri jalan yang ada di Jakarta pada malam hari untuk mencari

alamat yang ditujunya yaitu no.19, namun saat Yuda menemukannya ia melihat

bangunan dengan no.19 tersebut sudah rata dengan tanah.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya selintas terdengar suara mesin kendaraan

yang berhalu lalang di jalanan.

Adegan 16
79

Sequence 24:06 – 26:35

Aspek visual :

Yuda menelpon pemilik rumah no.19 tersebut dan ternyata nomor yang di tujunya

tidak dapat dihubungi lalu mencoba kembali namun tetap tidak ada jawaban. Lalu

Yuda yang sedang bingung melihat kearah seberang jalan dan melihat ada 2 orang

pekerja kontraktor yang baru saja menutup gerbang bengunan yang belum jadi. Yuda

menghampiri gerbang tersebut dan melompati pagar yang telah terkunci dengan

mudah. Dan menemukan tumpukan beton besar-besar yang dijadikan Yuda sebagai

tempat istirahat dan tidur.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 17

Sequence 26:36 – 33:45

Aspek visual :

Pada pagi hari Yuda datang ke tempat makan di pinggir jalan, dan memesan makan

untuk dirinya. Dan mulai bertanya kepada pemilik tempat makan mengenai tempat

untuk mengajar silat.


80

Aspek audio

Pedagang : ayo mas silakan duduk.

Yuda mengambil tempat duduk.

Yuda : makasih pak.

Pedagang : mau makan apa mas?

Yuda : eee, sate padang pak.

Pedagang : ga ada mas, di sini adanya sate ayam dengan sate kambing aja.

Yuda : o yaudah, sate ayam saja pak.

Pedagang : iya, sebentar ya mas. Ini minumnya mas.

Yuda menerima minum yang diberikan pedagang, dan melihat sesosok anak kecil di

bawah meja yang tangannya sedang merayap mencari-cari makanan di atas meja.

Pedagang : ini makannya mas. Hey, hey kamu pergi kamu.

Mengusir anak kecil di bawah meja yang dilihat Yuda, dan anak itupun lari.

Pedagang : dasar anak berandalan, dia piker bisa dating kesini ngambil-ngambil.

Yuda : pak, saya baru disini pak dan sedang mencari tempat untuk mengajar

silat. Mungkin bapak tau untuk tempat saya bisa ngajar silat pak.

Pedagang : waduh ga tau tuh, kebanyakan sekolah di sini perivat mas. Atau kalau

mas mau ngajar-ngajar aja di rumah.

Dari kejauhan anak kecil yang diusir tadi memperhatikan dompet Yuda yang ada di

atas bangku, dan mencoba untuk mengambilnya.

Yuda : kebetulan rumah saya sedang dalam renovasi pak sementara ini.

Pedagang : ya saya juga ga tau harus nyaranin kemana, kalau mas nanyanya soal

makanan mungkin saya bisa tau.

Yuda : yaudah ndak apa pak, makasih pak atas bantuannya.

Pedagang : iya sama-sama.


81

Yuda selesai makan dan hendak membayar.

Yuda : berapa pak?

Pedagang : 6.000

Yuda hendak mengambil dompetnya namun kaget karna anak kecil tadi sedang

memegang dompet miliknya dan segera kabur, Yuda pun mengejarnya dan

meninggalkan tempat makan.

Pedagang : eeee, kamu lagi

Yuda : saya pasti kembali pak.

Kejar-kejaran pun terjadi, sampai akhirnya Yuda berhasil menangkap aanak kecil

tersebut.

Adit : ampun mas, jangan pukul.

Yuda : enggaklah, mana dompet saya?

Adit : gimana kalo kita bagi 50-50?

Yuda : apa, itu dompet saya uang saya. Kembaliin dompet saya.

Adit : yaudah deh, 70-30?

Yuda mengambil paksa dompetnya dari kantong adit.

Yuda : makasih.

Dan memeriksa isi dompetnya.

Adit : tenang, semua masih di situ belum ada yang gue ambil.

Yuda : saya tetep harus periksa.

Di ujung jalan terlihat seorang pria yang sedang memaki wanita yang ternyata adalah

kakak dari Adit.

Johni : pokoknya gue mau 40% dari gaji dan tips.

Astri : tai lu, semua yang gue hasilin dari panggung tuh semua hak gue, lu

tau sendiri kan.


82

Johni : lu mau nari di tempat lain, gih sono-sono nari tempat lain. Asal lu tau,

tu pantat tepos ga laku di tempat ini.

Astri menampar Johni.

Astri : john, john gue ga sengaja john. Lu tau sendiri kan gue butuh banget

kerjaan ini.

Johni : ga, kali ini lu kelewatan tri.

Adit yang menyaksikan dari jauh berlari berusaha untuk membela kakaknya dengan

mengambil sebilah besi dan mencoba untuk memukul Johni namun gagal, malah Adit

harus menerima tendangan dari Johni. Melihat hal tersebut Astri marah namun ia

keburu dicekik oleh Johni.

Johni : apa, apa heh? Mau minta maaf sekarang.

Melihat hal tersebut Yuda jadi ikut marah dan berusaha membela Astrid an adiknya

dari Johni dengan memegang tangan Johni yang sedang mencekik Astri.

Yuda : lepasin mas.

Johni : mas, ga usah ikut campur deh. Lu ga tau urusan ma siape.

Johni menyerang Yuda namun tidak berhasil dan kalah dengan jurus silat Yuda. Astri

yang sudah ditolong Yuda berbalik marah-marah dan pergi meninggalkan Yuda.

Adegan 18

Sequence 33:46 – 36:34


83

Aspek visual :

Astri dan Adit sampai di rumah pada malam hari dan terlibat perselisihan di antara

keduanya.

Aspek audio :

Astri : sikat gigi kamu terus tidur.

Adit tidak menjawabnya karena sdang kesal.

Astri : Adit denger, kakak ngerti kenapa kamu marah sama kakak. Tapi

tolong kamu harus bisa ngeliat ini dengan cara kakak, untuk

pertahanin ini aja susahnya setengah mati kakak harus kerja keras

setiap hari.

Adit : tapi dia bisa jaga kita kak.

Astri : kita ga perlu siapapun buat jagain kita, kita bisa jaga diri kita sendiri,

buktinya sampe sekarang kita masih hidup sehatkan.

Adit : maaf ya kak.

Astri : kakak juga minta maf ya.

Adegan 19

Sequence 36:35 – 37:32


84

Aspek visual :

Yuda sedang memanjat tumpukan balok, dan bersiap untuk tidur. Namun sebelumnya

ia menatap kenang-kenangan dari ibunya.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 20

Sequence 37:33 – 38:50

Aspek visual :

Yuda terbangun dipagi hari karena suara pekerja yang ada di pembangunan, dan ia

segera keluar dari tempat itu. Di depan gerbang bangunan Yuda bertemu dengan Adit

yang memaksa untuk diajarkan silat.

Adit : woy, tunggu.

Yuda : kamu lagi (sambil tersenyum).

Adit : dah tenang lu aman, gue ga nyopet kok.

Yuda : Alhamdulillah.

Adit : mau kemana lu?

Yuda : mau makan.

Adit : ikut ya.

Yuda : boleh.
85

Adegan 21

Sequence 38:51 – 40:00

Aspek visual :

Yuda dan Adit berjalan menuju tempat makan. Selama perjalanan Adit bertanya

kepada Yuda tentang belajar pencak silat.

Aspek audio :

Adit : gimana sih caranya biar bisa berantem kaya lu kemaren?

Yuda : maksudnya?

Adit : iya, semua pelintiran dan tangkisan itu?

Yuda : latihan, latihan bertahun-tahun.

Adit : kira-kira gue bisa ga?

Yuda : tergantung.

Adit : sama?

Yuda : tergantung niatnya untuk apa.

Adit : biar gue menang kalo lawan preman-preman sok asik itu, jadi pada ga

noyor pala gue seenak jidatnya… kan keren.

Yuda : kalo niatnya untuk itu ga bisa.

Adit : masa? Dikit aja.

Yuda : kamu tau silaturahmi itu apa?

Adit : menggelengkan kepala.


86

Yuda : kemarin siang, sedikitpun saya ga menyakiti orang itu yah mungkin

harga dirinya sikit tapi dia ndak papa kan. Silaturahmi melihat

kebaikan orang, bukan untuk menakuti orang atau memenangkan

sebuah pertarungan, tapi untuk mencari jalan keluar dengan damai.

Semua orang bisa aja mukul nendang kiri kanan.

Adit : tapi lu tetep bisa nendang dahsyat kan?

Yuda : tidak menjawab pertanyaan adit dan langsung masuk kedalam tempat

makan.

Adegan 22

Sequence 40:01 – 42:16

Aspek visual :

Yuda berjalan menuju tempat duduk di rumah makan dan diikuti oleh Adit yang

masih memaksa untuk dapat diajarkan pencak silat.

Aspek audio :

Adit : ajarin gue satu gerakan aja, satu aja yang bisa gue gunain. Pasti

adakan? Kaya tendangan atau tonjokan dahsyat. Ajarin gue cara

lempar bola api atau terbang.

Yuda : bola apa? Terbang? Itu Cuma ada di tipi.

Adit : satu aja, satuuuuu aja.


87

Yuda : (sambil menatap ke arah seseorang yang berada jauh) yaudah saya

ajarin kamu satu gerakan, tapi langsung saya tes begitu selesai

diajarain ya?

Adit : iya, iya.

Yuda : saya diajarin gurunya guru saya, beliau pernah membunuh 4 macan

dengan gerakan jurus seperti ini (sambil menunjukan gerakan tangan

mencakar).

Adit : masa?

Yuda : (menginstruksikan Adit untuk tidak berisik) sst, iya keren kan?

Adit : hanya mengangguk.

Yuda : yang kamu lakukan, tanganya harus seperti ini (menunjukkan tangan

yang berebentuk seolah tangan macan). Kamu tarik tangan kamu

seperti ini, lalu konsentrasi ke saya seperti saya ini lawan kamu.

Kamu tarik napas dalam-dalam, gerakan ini langsung menyerap ke

otot tangan kamu, langsung ke telapak tangan kamu. Bisa kerasa kan,

tangan kamu seperti kesemutan seperti ada detakan.

Adegan 23

Sequence 42:17 – 43:12


88

Aspek visual :

Dalam adegan ini menampilkan sosok Erik yang sedang makan di tempat yang sama

dengan Yuda, dan Adit mencoba untuk mengambil dompet Erik seperti yang

diperintahkan oleh Yuda untuk menguji hasil latihan jurus yang sebelumnya. Namun

sayang Adit gagal karena Yuda hanya ingin memberikan pelajaran pada Adit bahwa

silat bukan untuk hal yang buruk.

Aspek audio :

Erik : (berbicara dengan pedagang) mas, sambel mas.

(menangkap tangan Adit yang hendak mencopetnya) eits, lu nyari

apaan lu?

Adit mempraktekan jurus yang telah diajarkan Yuda kepada Erik, namun tidak

berhasil. Ketika Erik mengusir Adit datang Yuda mencoba untuk menjelaskan kepada

Erik dan Adit.

Erik : udah, pergi lu dari sini.

Yuda : Uda.

Erik : eh kamu Yud.

Yuda : maaf, awak hanya mau kasih dia sikit pelajaran.

Erik : jadi dia muridmu?

Yuda : ndak juga.

Adit : (heran dan kecewa) apa?

Yuda : kamu belajar silat bukan untuk menang dalam pertarungan dan

nakutin orang, apalagi nyuri. Silat untuk kebaikan. Begini.

Adit : (kesal dan melarikan diri).


89

Adegan 24

Sequence 43:13 – 44:07

Aspek visual :

Bertemu kembali dengan Yuda, Erik berniat mengajak Yuda kesuatu tempat dan

membujuk Yuda yang belum juga mendapatkan pekerjaan di Jakarta, untuk

melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang dengan modal kemampuan silatnya.

Aspek audio :

Erik : kamu sibuk Yud?

Yuda : indak terlalu.

Erik : yaudah, ikut yuk. Gimana Jakarta Yud?

Yuda : Jakarta beda.

Erik : beda dari yang kamu harapkan apa beda dari kampuang?

Yuda : dua-duanya.

Erik : tidak memberimu apa-apa kan? Sudah awak bilang.

Yuda : satu hari yang awak harapkan pasti datang. Ndak ada yang mudah

di dunia ini.

Erik : betul, Cuma awak kan udah bilang kamu bisa membuat hidupmu

lebih gampang disini, buat makan sehari-hari dan bersihkan

bajumu (sambil menepuk pundak Yuda) apa ini ? Semen ?

yuda : awak cukup untuk bertahan.


90

Erik : sudahlah ayo ikut, awak ada kenalan yang mencari orang macam

kita dan mau membayar kita. Duitnya sih ndak besar, tapi awak

pikir cukuplah.

Yuda : oya? Kerja apa ?

Adegan 25

Sequence 43:14 – 44:45

Aspek visual :

Dalam adegan ini nampak sosok pria berbadan besar yang sedang bertarung, dan

mengalahkannya lawannya hingga tak bernayawa di arena pertarungan liar.

Aspek audio :

Wasit : mereka gimana?

Petarung : yang itu (menunjuk sosok pria yang tergeletak di lantai) mati juga,

yang ini belum diapa-apain udah kalah..yeaaahh ( berteriak kepada

penonton).

Lalu muncul 2 orang pria yang menggotong mayat-mayat yang tergeletak tersebut

keluar dari arena pertarungan.


91

Adegan 26

Sequence 44:46 – 45:15

Aspek visual :

Erik dan Yuda sudah sampai di tempat pertarungan liar. Yuda menlihat dua orang pria

sedang menggotong mayat dan di lemparkan ke dalam truk. Yuda heran dan bertanya

kepada Erik, namun erik hanya tersenyum.

Aspek audio :

Yuda : tempat apa ini Uda ?

Erik : (hanya tersenyum).

Adegan 27

Durasi 45:16 – 46:23

Aspek visual :

Erik dan Yuda langsung menuju tempat pendaftaran pertarungan liar tersebut. Dan

terkejut ketika mengetahui ia harus melawan pria bertubuh besar yang sudah

bertarung sebelumnya.
92

Aspek audio :

Bandar judi : (sedang menghitung uang) 10, 11, 12..

Erik : saya mau dafar, nama saya Erik.

Bandar judi : uang pendaftarannya 200 ribu.

Erik : buat apa?

Bandar judi : kalo lu menang lu boleh ambil itu duit, kalo lu

kalah..(mengangkat tangannya).

Erik : (sambil memberikan uang pendaftaran) saya pasti menang.

Bandar judi : tetep aja lu mesti bayar. Gih sono menangin duit lu ya.

Erik : langsung ? sekarang?

Bandar judi : nooh, dah ditungguin.

Adegan 28

Sequence 46:24 – 47:44

Aspek visual :

Erik melihat pria yang harus dilawannya dan tanpa ragu langsung menuju arena

pertarungan yang ramai akan penonton yang mendukung lawannya.


93

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya sorakan dari para penonton yang ada di

arena pertarungan.

Adegan 29

Sequence 47:45 – 49:

Aspek visual :

Erik sudah berhadap-hadapan dengan lawannya, dan wasit pun sudah memberikan

aba-aba. Pada hitungan ke tiga Erik langsung menyerang lawannya dengan jurus

silatnya secara bertubi-tubi tanpa memberikan kesempatan pada lawannya sedikitpun

untuk membalas. akhirnya lawan Erik pun tumbang hanya dengan satu jurus yang

dikeluarkan Erik. Melihat lawannya sudah tak bernyawa Erik pun berlalu dan pergi

meninggalkan arena pertarungan dengan mengambil uangnya.

Aspek audio :

Wasit : (bertanya kepada erik) siap ? mulai.

Erik langsung menyerang lawannya dengan sangat cepat, dan seketika lawannya

langsung tumbang.

Erik : (bertanya kepada wasit) apalagi?

Wasit : eh..enggak, dalam truk.


94

Erik langsung pergi meninggalkan arena pertarungan dan mengambil uangnya pada

Bandar judi.

Erik : (mengambil uangnya) sini.

Adegan 30

Sequence 48:40 – 49:04

Aspek visual :

Bandar judi, wasit dan penonton yang menyaksikan terkejut dan tidak mengeluarkan

suara sedikitpun. Dan wasit mengecek keadaan pertarungnya ketika Erik dan Yuda

meninggalkan arena pertarungan.

Aspek audio :

Erik : yang ini sama saya, saya jamin dia bagus.

Wasit : iya, boleh.


95

Adegan 31

Sequence 49:45 – 50:33

Aspek visual :

Erik dan Yuda menuju truk yang akan mengangkut mereka ke tempat kerja yang lain.

Namun Yuda menolak dengan sopan ajakan Erik yang memanfaatkan silat untuk hal

yang buruk.

Aspek audio :

Erik : ayo naek.

Yuda : maaf Uda, awak ndak bisa.

Erik : apa ? ndak bisa apa kamu ? Yud, kamukan tau caranya mukul,

kamu tau caranya nendang, bahkan kamu bisa matahin tangan

orang dengan mudah. Jadi buat apa kamu belajar semua itu ? untuk

bikin orang ketawa ? sudahlah ga usah kebanyakan mikir naek

dalam truk, kita hasilkan duit yang lumayan.

Yuda : maaf Uda, awak merantau bukan untuk nyakiti orang.

Erik : Yuda, Yuda liat kelilingmu ini Jakarta kamu harus gunakan apapun

yang kamu punya untuk bisa hidup di sini. Liat awak, awak ini

ndak punya ilmu untuk beli rumah dan mobil mewah tapi awak
96

bisa silek supaya awak tidak lapar. Asal kamu tau Yud,

keluguanmu itu bisa membunuhmu di sini.

Yuda : terima kasih sudah banyak membantu awak, tapi lebih baik awak

cari kerja di tempat yang lain. Sekali lagi awak minta maaf.

Adegan 32

Sequence 50:34 – 51:50

Aspek visual :

Terlihat seorang pria sedang memeriksa kondisi tubuh seorang wanita yang

merupakan korban perdagangan manusia dan disaksikan oleh sang Boss Ratger.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi dengan music instrumental.

Adegan 33

Sequence 51:51 – 54:21


97

Aspek visual :

Boss Ratger mendekati 4 wanita yang telah diperiksa sebelumnya dan memperhatikan

seorang wanita. Dan bertanya kepada Johny mengapa wanita yang ia pesan hanya ada

4 (empat) sedangkan ia memesan 5 (lima) orang wanita.

Aspek audio :

Ratger : well good for me.

Johni : I tell you Mr, Johny bring fresh meat fresh girl only for Mr.

Ratger : Johny you said it 5 girl?

Johni : ok, we have..

Ratger : I know, we only have 4 girls here. They’re fresh then I’m happy

but maybe I’m a man in business but it doesn’t make me be

businessman. If you …… but me, kind of special. So, if I saying 5

and in the day you deliver now I got 4 well then I would hurt your

pocket. But, I’m cut you littlebit liven mark something you know.

So we have clear and understanding of supply and demands. Do

you follow me Mr. Johny?

Johni : I bring 5 girl today.

Adegan 34

Sequence 54:22 – 54:48


98

Aspek visual :

Johny terlihat meninggalkan apartemen Ratger dengan menaiki lift dan sedang

menelpon seseorang untuk mencari Astri.

Aspek audio :

Johni : (berbicara di telpon) hallo, kita kurang satu cewek. Lo ambil mobil

tunggu gue di lobby kita harus cari Astri. Gua ga mau tau susahnya

kaya gimana, kita harus temuin dia.

Adegan 35

Sequence 54:49 – 55:53

Aspek visual :

Astri sedang berjalan menuju rumah temannya Ayi yang ternyata merupakan salah

satu korban perdagangan manusia oleh Ratger. Astri mengetok pintu namun tidak ada

yang menjawab dan Astri diberi tahu oleh seorang tetangga Ayi bahwa Ayi baru saja

pergi dengan seorang pria yang menjemputnya secara kasar. Tak lama ternyata Johny

datang ketempat Ayi untuk menjemput Astri.

Aspek audio :

Astri : (mengetok pintu rumah) Ayi, Yi ini Astri. Yi, bukain.


99

Tetangga : Ayi ga ada di rumah. Nenek dengar tadi dia pergi.

Astri : Ayi bilang dia mau pergi kemana ?

Tetangga : tadi sih dia bilang mau ketemu sama orang, dia dijemput laki-laki

orangnya kasar banget sama Ayi, tapi Ayi bilang dia ga papa. Ada

apaan sih ?

Astri : siapa yang bawa Ayi ?

Johni : (teriak kepada Astri) gue. Masuk (menyuruh Astri untuk masuk

kedalam mobilnya).

Adegan 36

Sequence 55:54 – 59:10

Aspek visual :

Pada malam hari Yuda menelpon kerumahnya di kampung dari telpon umum di

pinggir jalan, ia menceritakan kehidupannya selama berada di Jakarta. Namun saat

sedang berbincang dengan amaknya, Yuda melihat Johni dan anak buahnya keluar

dari mobil sedang menyeret Astri untuk masuk kedalam klub Gogo.

Aspek audio :

Amak : Assalamualaikum.

Yuda : Waalaikumsalam, Amak ?

Amak : Yuda, nak. (Berbicara kepada Uda Yan) jangan berisik ini Yuda.
100

Yuda : gimana kabar semuanya Mak ?

Amak : Alhamdulillah kami di sini baek-baek nak. Ndak pentinglah itu

kami di sini, kamu sendiri baek-baek kan ? sudah dapat kerja ?

Yuda : semuanya baek-baek saja Mak. Kota Jakarta enak sekali, Yuda

ngajar silek ke anak-anak kecil mereka agak lambat kerjanya tapi

lumayan Mak.

Amak : Alhamdulillah, seneng Amak dengarnya. Amak yakin dan Amak

tau anak Amak pasti akan berhasil.

Yuda : InsyaAllah.

Adegan 37

Sequence 59:11 – 01:00:30

Aspek visual :

Johni sedang menyeret Astri untuk masuk ke dalam klub, namun Astri terus menolak

untuk masuk dan terus berontak kepada Johni sampai akhirnya Astri menendang johni

dan mebuatnya marah lalu mebalas memukul Astri hingga jatuh. Yuda yang

menyaksikan dari ujung jalan merasa harus membela Astri dan memutuskan telpon

dengan Amaknya.

Aspek audio :

Astri : (memberontak kepada Johni) lepasin gue bangsat, lepasin.


101

Johni : kalo lu ga mau berenti, gua gampar.

Astri : (menendang Johni) ergh.

Johni : (kesakitan) ouh, pegang dia. Pegangin dia bencong.

(menampar Astri hingga jatuh ke lantai).

Adegan 38

Sequence 01:00:30 – 01:01:35

Aspek visual :

Yuda berjalan menuju tempat Astri dan Johni, dan menanyakan keadaan Astri yang

telah dipikul Johni lalu membantunya untuk berdiri. Melihat Yuda datang

menghampirinya dan berniat membantu Astri, johni semakin marah.

Aspek audio :

Johni : waduh-waduh, jagoan kesiangan dating lagi. Boong gue kalo ga

ngarepin lu dateng. Emang apa sih yang special dari yang satu ini ?

mukenye cantik ? iya, tapi secantik pecun-pecun yang laen.

Yuda : (berlalu tidak menanggapi omongan Johni dan bertanya kepada

Astri) kamu ga papa ?

Astri : ga papa.

Yuda membantu Astri untuk bangun dari tempatnya jatuh.


102

Adegan 39

Sequence 01:01:30 – 01:02:05

Aspek visual :

Johni yang marah menyuruh anak buahnya untuk menyerang Yuda. Seketika anak

buah Johni langsung menyerang Yuda bersamaan, karena lawan yang tak seimbang

Yuda dapat dikalahkan oleh mereka dan akhirnya terjatuh.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog, hanya ada suara-suara orang yang berkelahi

diringi dengan music instrumental yang bertempo cepat.

Adegan 40

Sequence 01:02:06 – 01:03:10


103

Aspek visual :

Melihat Yuda yang sudah tergeletak di lantai, Johni pun menyombongkan dirinya

kepada Yuda dan beberapa menendang Yuda yang sudah tidak berdaya lagi. Setelah

menyakiti Yuda, Johni dan anak buahnya menyeret Astri masuk ke dalam klub.

Aspek audio :

Johni : tadi gua sempet mikir kalo lu bisa bertahan (menghampiri Yuda

dan menendangnya). Tapi kali ini gua bawa orang yang pas, satu,

dua, tiga, empat (menghitung jumlah anak buahnya). Dan gua akan

inget itu kalo kita ketemu lagi. Sampai ketemu lagi jagoan (sambil

menendang Yuda dan pergi meninggalkannya).

Adegan 41

Sequence 01:03:11 – 01:04:24

Aspek visual :

Yuda yang ditinggalkan sendirian setelah dipukuli masih merasa sangat kesakitan,

namun setelah kepergian Johni dkk tiba-tiba Yuda seperti mendapatkan kekuatan

kembali. Yuda pun bangkit dari tempatnya terjatuh dan berusaha mengumpulkan

tenaganya, lalu ia masuk kedalam klub Gogo.


104

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 42

Sequence 01:04:25 – 01:06:58

Aspek visual :

Yuda memasuki klub Gogo yang ramai dengan wanita-wanita berpakaian minim. Di

dalam klub Gogo, Yuda mencari Astri dan ia bertemu dengan anak buah Jhni yang

langsung menyerang Yuda bersamaan. Dengan sigap Yuda langsung melawan hingga

mereka kalah.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog, hanya diiringi music instrumental dengan tempo

cepat dan terdengar suara pengunjung klub Gogo yang histeris juga suara orang-orang

yang sedang bertarung.


105

Adegan 43

Sequence 01:06:59 – 01:08:59

Aspek visual :

Di suatu ruangan di dalam klub Gogo ada Ratger dkk yang sedang menyaksikan

pertunjukan tarian erotis oleh 5 orang wanita yang ada dalam box. Lalu datang Johni

membawa Astri kepada Ratger dan meminta bayaran, namun Ratger kecewa melihat

wajah Astri yang terluka dan mengurangi bayarannya kepada Johni. Tak lama Yuda

muncul dalam ruangan tersebut.

Aspek audio :

Johni : sorry we’re late.

Ratger : so you have some.

Johni : money.

Ratger : (melihat luka di wajah Astri) what is this ? nice (menangkis

pukulan Astri) this is not count (mengambil uang di tangan Johni).

Johni : I can explain, she was very difficult to come, she was very hard. I

just wanna make you disappointed.

Ratger : well, she is here.


106

Adegan 44

Sequence 01:09:00 – 01:09:12

Aspek visual :

Yuda menerobos masuk kedalam ruangan tempat Ratger dkk berada dengan

mendobrak pintunya, menyerang Johni dan beberapa anak buah Ratger lalu

menendang lemparan botol kearah Ratger dan melukai wajahnya. Yuda berhasil

melarikan Astri dari klub Gogo.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi dengan musik instrumental

bertempo cepat.

Adegan 45

Sequence 01:09:13 – 01:09:20


107

Aspek visual :

Yuda dan Astri lari meninggalkan klub Gogo.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi musik instrumental bertempo cepat.

Adegan 46

Sequence 01:09:21 – 01:10:39

Aspek visual :

Ratger marah kepada anak bauhnya karena kejadian sebelumnya, dan menyuruh Johni

untuk menangkap Astri dan Yuda.

Aspek audio :

Ratger : fuck, what the fuck was that guy ? hah? No one fucking knows ?

hah ? who was he ?

Luc : (menenangkan Ratger) come on take a seat.

Ratger : (menunjuk Johni) you, you brought the girl here.

Johni : I’m promise make the girl comeback.

Ratger : I know you will (melukai wajah Johni dengan pecahan beling).
108

Adegan 47

Sequence 01:10:40 – 01:12:04

Aspek visual :

Astri dan Yuda berhenti berlari, lalu Astri memaki Yuda karena telah

menyelamatkannya. Saat mereka bertengkar, Yuda bertanya kepada Astri tempat

mana yang palng aman bagi mereka untuk bersembunyi. Namun Astri baru teringat

akan keberadaan adiknya Adit.

Aspek audio :

Astri : (berhenti berlari dan melepas tangan Yuda lalu memakinya)

goblok lu, lu tau apa yang udah lu buat ? lu tau apa yang bakal

mereka lakuin kalo kita ketangkep ? tai.

Yuda : ya maaf, kelitannya kamu lebih baik dipukuli dan disiksa orang-

orang itu

Astri : gua bisa urus diri gua sendiri.

Yuda : pastinya.

Astri : masalah di hidup gue itu udah banyak, jadi gua ga perlu aksi

berani mati lu itu nambahain beban batin gua. Gua ga perlu

diselametin.

Yuda : saya juga ga minta situ muncul depan saya. Tapi situ selalu
109

muncul, dan saya ga bisa liat situ dibawa ketempat setan itu lagi.

Astri : (frustasi dan kesal) tai, bangsat. (merenung dan mengingat sesuatu)

Adit.

Adegan 48

Sequence 01:12:05 – 01:13:05

Aspek visual :

Adit sedang berada di bawah lampu merah dan menghitung uang hasil mengamennya.

Saat sedang mengamen pada sebuah mobil Adit mendengar suara Astri memanggil

namanya dan berlari kearahnya diikuti oleh Yuda. Adit menengok kearah Astri,

namun belum sempat Astri menemuinya Adit langsung disergap dari belakang oleh

seseorang.

Aspek audio :

Astri : (berteriak dari kejauhan) Adit, Adit.


110

Adegan 49

Sequence 01:13:06 – 01:14:43

Aspek visual :

Yuda berlari mengejar Adit dan orang yang menangkap Adit sampai ke atas jembatan

penyebrangan jalan. Di sana Yuda diserang oleh beberapa orang yang membawa

batang besi, namun Yuda dapat menyelamatkan Adit dan mengalahkan orang-orang

tersebut.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diringi oleh musik instrumental dan suara-

suara orang yang berkelahi.

Adegan 50

Sequence 01:14:44 – 01:14:52


111

Aspek visual :

Yuda memanggil Astri dan Adit untuk meninggalkan tempat perkelahian itu dan

menuju suatu tempat yang aman.

Aspek audio :

Astri : anak buahnya johni pasti udah dimana-mana.

Yuda : ndak usah khawatir, saya tau tempat kita bisa bermalam.

Adegan 51

Sequence 01:14:53 – 01:20:03

Aspek visual :

Astri, Adit dan Yuda sudah berada di tempat persembunyian Yuda selama di Jakarta,

di tempat pembangunan gedung yang belum jadi. Terlihat Adit yang sudah tidur di

pangkuan Astri, lalu Astri dan Yuda berbincang tentang kehidupan masing-masing.

Aspek audio :

Yuda : sudah berapa lama kamu..

Astri : (memotong pembicaraan Yuda) hidup sendiri.

Yuda : (mengangguk) iya.

Astri : 3 tahun.
112

Yuda : orang tua kalian ?

Astri : ninggalin kita.

Yuda : (heran) ninggalin kalian ?

Astri : jadi dulu bokap nyokap gua itu mikir kalo banyak anak banyak

rezeki, banyak yang jagain mereka kalo udah tua nanti. Tapi

mereka lupa sebelum bisa nikmatin rezekinya, masih banyak juga

mulut-mulut yang harus dikasih makan. Lama-lama keadaan

makin susah dan orang tua gue ninggalin Adit dan gue sendirian.

Yuda : Adit beruntung punya kakak seperti kamu

Astri : gue yang beruntung punya adik kaya Adit.

Adegan 52

Sequence 01:20:04 – 01:20:13

Aspek visual :

Yuda terlihat sedang memanjat tumpukan beton dari tempat Astri dan Adit

beristirahat.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya ada suara-suara jangkrik dan heningnya

malam.
113

Adegan 53

Sequence 01:20:14 – 01:22:06

Aspek visual :

Luc dan Ratger memasuki ruangan mereka, dan Luc menasehati Ratger untuk tidak

bertindak lebih jauh lagi dengan mengejar Yuda dan Astri, karena hal ini hanya akan

menimbulkan bahaya bagi mereka. Namun Ratger tidak menerima nasehat Luc dan

memukul kepala Luc dengan gelas hingga terluka.

Aspek audio :

Luc : you’re just lost your big future here, this is not the time and not the

place to start war. We have to becarefull.

Ratger : when we were boys no matter how big and small right? It’s how

we’ve got today.

Luc : this is not the time to prof it Ratger, this is just fucking bullshit to

stop our simple work.

Ratger : (merobek kemeja luc dan melihat lukanya) Dominic did this to

you. What did I do to him?

Luc : that’s not the same.

Ratger : fuck you, every scar have the same pain, everything matters. Now

tell me what I did to him?


114

Luc : we’re just kids.

Ratger : I settle this scar. And I’m gonna do the same thing now if yoor

face bleeding like mine.

Luc : all what I’m saying that this is not important. Well the important is

finish what we do here and just go home.

Ratger : (memukul kepala Luc dengan gelas) it’s ok right? This is not

important? We stay and we satlle this.

Luc : (menahan amarah dan tidak berkata apa-apa).

Ratger : comehere, I’m sorry (memeluk Luc), just a fews day more, please

just give me that much.

Adegan 54

Sequence 01:22:07 – 01:24:17

Aspek visual :

Johni memasuki ruangan Ratger dan Luc yang sedang bertengkar, dan ia membawa

beberapa orang untuk membantu mereka mencari Yuda dan Astri. Erik termasuk salah

satu orang yang dibawa Johni. Namun Ratger kesal akan kedatangan Johni dan orang-

orangnya.
115

Aspek audio :

Ratger : what?

Johni : Johni brings man. Strong help to finish Mr. Boss problem.

Ratger : and?

Johni : they here. (memanggil anak buahnya) sini cepetan.

Ratger : don’t fucking shit, why they here?

Johni : so, you know.. you know.

Ratger : no, I don’t know.

Johni : I want do the best and good.

Ratger : the best and good. Why the fuck I want to see them? Is this an

interview? Do they have resume? No. now, get them out on street

and got the man who give this scar to me, ok.

Johni : (hanya mengangguk).

Ratger : I’m sorry, do you understand what I’m saying?

Johni : yes.

Ratger : oh you do? Well (memerintahkan Johni untuk keluar dan

membawa orang-orangnya).

Johni : cepet keluar (memerintahkan anak buahnya untuk keluar).

Ratger : oh, and Johni it’s goes for you too. If you comeback here and you

weist my time again, I’m fucking break your heart out.


116

Adegan 55

Sequence 01:24:18 – 01:25:25

Aspek visual :

Yuda, Astri dan Adit sedang memerhatikan anak buah Johni yang sedang mengacak-

acak rumahnya. Astri berniat untuk mengambil uang yang disimpannya di dalam

rumah itu, dan Yuda berusaha untuk mengambilnya ke dalam rumah.

Aspek visual :

Yuda : ga mungkin kalian keluar masuk rumah itu tanpa terlihat.

Astri : gua tuh kerja keras buat uang itu, gua ga rela ninggalin gitu aja.

Lagian kita juga ga punya pilihan laen, kita pasti perlu uang itu.

Yuda : uangnya dimana? Biar saya yang ambil. Percaya sama saya.

Astri : ok, uangnya ada di bawah karpet, itu pasti keliatan koq kalo

karpetnya coba lu buka.

Yuda : kalian berdua disini, jangan keluar sebelum saya kembali.

Adit : ati-ati ya.

Yuda : (mengangguk dan tersenyum).


117

Adegan 56

Sequence 01:25:26 – 01:26:15

Aspek visual :

Yuda berjalan mengendap-endap mendekati rumah Astri dan Adit dengan hati-hati.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog.

Adegan 57

Sequence 01:26:16 – 01:27:00

Aspek visual :

Yuda memasuki rumah Astri dan berhasil mengambil uang simpanannya, namun saat

Yuda ingin keluar dari rumah itu ia ketahuan dan terjadilah perkelahian dan adegan

kejar-kejaran antara Yuda dan anak buah Johni.


118

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini.

Adegan 58

Sequence 01:27:01 – 01:30:02

Aspek visual :

Saat menunggu Yuda kembali, keberadaan Astri dan Adit diberitahu oleh seorang ibu-

ibu. Astri dan Adit pun melarikan diri dan bersembunyi, namun hanya Adit yang

bersembunyi dan saat Astri ingin melarikan diri ia malah tertangkap dan dipukul oleh

anak buah Johni hingga pingsan dan dibawa pergi dari tempat itu.

Aspek audio :

Ibu-ibu : (memanggil anak buah Johni dan memberitahukan keberadaan

Astri dan Adit) hey, hey di sini ada 2 orang, cepet nanti keburu

kabur.

Astri dan Adit : (kaget dan melarikan diri).

Adit : tunggu, ini cuma muat buat satu orang kakak ga bisa masuk.

Astri : jangan mikirin kakak, kakak ada tempat ngumpet sendiri koq.

Adit : enggak, enggak, kakak jangan ninggalin aku di sini.

Astri : Adit cepetan dong, percaya deh kakak ga bakal ninggalin kamu,
119

gimanapun caranya kakak pasti balik kesini. Sekarang kamu diem

di sini ya dan jangan berisik.

Adit : aku ga mau kehilangan kakak.

Astri : ga bakalan, ga bakal pernah. Adit harus berani ya, buat kakak.

Astri meninggalkan tempat persembunyian Adit dan berlari, namun anak buah Johni

berhasil mengejar dan memukulnya hingga pingsan. Anak buah Johni membawanya

pergi, dan Adit melihat kejadian itu dari tempatnya bersembunyi.

Adegan 59

Sequence 01:30:03 – 01:32:09

Aspek visual :

Yuda yang dikejar-kejar sampai di atap sebuah gedung dan menyeberang ke gedung

berikutnya dengan melompat, ia masih diikuti oleh anak buah Johni namun ia bisa

menghalangi salah satunya dengan menghunuskan bambu tumpul kearah orang

tersebut. Dan mengalahkan beberapa orang bersenjata dengan jurus silatnya.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya suara-suara orang yang sedang bertarung.
120

Adegan 60

Sequence 01:32:10 – 01:33:37

Aspek visual :

Saat Yuda sudah mengalahkan beberapa anak buah Johni, ia berniat untuk

menimggalkan mereka dan memanjat pagar seng yang ada di dekatnya, namun sayang

niatnya digagalkan oleh seorang pria yang menabrak Yuda dengan mengendarai

motor. Lalu pria tersebut terus mengejar Yuda dengan motornya, sampai akhirnya

Yuda memanfaatkan orang yang hendak mandi dengan menarik handuknya untuk

menjerat peria bermotor tersebut hingga jatuh dan tak berdaya lagi.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi music bertempo cepat.

Adegan 61

Sequence 01:33:38 – 01:34:58


121

Aspek visual :

Yuda mencari Astri dan Adit kembali, namun yang tersisa hanya Adit di tempat

persembunyiannya, Adit menceritakan bahwa Astri telah ditangkap oleh anak buah

Johni. Lalu Yuda berniat untuk menolong Astri dan membawanya kembali dengan

Adit.

Aspek audio :

Yuda : Adit, Astri.

Adit : Yuda.

Yuda : adit, adit, Astri mana? Kakak mana?

Adit : dibawa pergi, tadi kakak suruh aku diem jadi aku ga buat apa-apa,

aku ga nolongin kakak.

Yuda : pegang kotak ini.

Adit : jangan tinggalin aku lagi.

Yuda : Adit, Adit, denger, saya ga bisa bawa Adit kemana-mana, terlalu

bahaya Adit. Sekarang Adit tunggu di sini, saya akan bawa Astri

kembali saya janji Adit. Kamu harus berani Adit, untuk terakhir

kalinya, ya.

Adegan 62

Sequence 01:34:59 – 01:36:06


122

Aspek visual :

Yuda mendatangi klub Gogo untuk menemui Johni dan mencari keberadaan Astri.

Namun sebelumnya Yuda diserang oleh beberapa anak buah Johni dan berhasil

mengalahkan mereka.

Aspek audio :

Yuda : Astri?

Johni : lu tau gua ga mungkin bilang dia dimana.

Yuda : kamu ga akan bilang, tapi saya bikin bilang. Mana Astri ?

Johni : (menjerit kesakitan) aaa…aaa. Di apartemen 1426

Adegan 63

Sequence 01:36:07 – 01:36:28

Aspek visual :

Luc, Erik dan Ratger yang menggendong Astri di pundaknya sedang menaiki anak

tangga untuk menuju apartemennya. Namun Ratger tidak sanggup untuk menaiki

anak tangga lagi dan memilih untuk menggunakan lift.

Aspek audio :

Luc : why you don’t trust anyone to take her?


123

Ratger : it’s fine. Heeh (kelelahan) how many floors out there?

Luc : nine.

Ratger : nine? Fuck. (mencari lift).

Adegan 64

Sequence 01:36:29 – 01:37:07

Aspek visual :

Ratger, Astri dan Luc masuk kedalam lift, namun Ratger tidak mengijinkan Erik

untuk ikut masuk dan menyuruhnya untuk pergi.

Aspek audio :

Ratger : a..a.. where do you think you going? This is only one of them, now

go fetch. I think we can handle this one.

Adegan 65

Sequence 01:37:08 – 01:38:23


124

Aspek visual :

Pada malam hari Yuda mendatangi apartemen Ratger melalui tempat parkir gedung

tersebut dan bertemu dengan anak buah Ratger, sehingga terjadi perkelahian diantara

mereka, dan Yuda berhasil mengalahkan mereka semua.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi dengan musik instrument bertempo

cepat dan suara-suara orang yang sedang berkelahi.

Adegan 66

Sequence 01:38:24 – 01:39:09

Aspek visual :

Yuda berhasil memasuki gedung apartemen tersebut, namun kedatangannya langsung

terlihat dengan anak buah Ratger dan terjadi perkelahian diantara mereka.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hana diiringi dengan musik instrument bertempo

cepat dan suara-suara orang yang sedang berkelahi.


125

Adegan 67

Sequence 01:39:10 – 01:40:48

Aspek visual :

Terlihat Ratger yang sedang memakai kembali pakaiannya sementara Astri tergelatak

tak berdaya di atas tempat tidur. Lalu Ratger meninggalkan Astri yang terdiam

dengan tatapan kosong di dalam kamar itu.

Aspek audio :

Ratger : what weist to wait. Now you just add $800 to me. Life is tough.

Luc : (berbicara dengan Ratger dari luar kamar) we must to leave, your

friend just broke this place.

Ratger : he is here? And you want me to live? You lost you mind? Fuck

there, I want to see him.

Luc : please, I follow you in my whole life.

Ratger : and now it’s no change, and I want you just face this moment, lets

go.
126

Adegan 68

Sequence 01:40:49 – 01:41:22

Aspek visual :

Yuda masih berkelahi dengan beberapa anak buah Ratger dan berhasil

mengalahkannya. Lalu ia berjalan menuju lift dan memasukinya untuk mencari

ruangan Astri berada.

Aspek audio :

Dalam adegan ini tidak ada dialog, hanya diiringi oleh musik instrumental bertempo

cepat dan suara-suara orang yang sedang berkelahi.

Adegan 69

Sequence 01:41:22 – 01:42:22


127

Aspek visual :

Yuda Memasuki lift dan menuju lantai 14, pada lantai 5 lift berhenti dan terbuka

ternyata ada Erik di sana. Lalu Erik memasuki lift tersebut.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 70

Sequence 01:42:23 – 01:44:37

Aspek visual :

Dalam lift Erik bertanya pada Yuda akan keberadaanya, dan langsung menyerang

Yuda. Meskipun mereka sama-sama ahli dalam silat namun Yuda dapat mengalahkan

Erik, saat Erik sudah tidak berdaya Yuda tidak tega untuk menyakitinya lagi dan

mereka berdua sama-sama terdiam.

Aspek audio :

Erik : jadi kamu yang mereka cari-cari Yud?

Yuda : seharusnya Uda indak melakukan ini Uda.

Erik : kamu tau awak harus. Awak minta maaf Yud.

Yuda : (hendak memukul Erik yang telah kalah)


128

Erik : bunuh aku Yud, kamu tidak punya pilihan. Ayo bunuh, bunuh.

Yuda : awak ndak ingin seperti uda. (melepaskan cengkramannya pada

Erik dan mereka sama-sama terdiam).

Adegan 71

Sequence 01:44:38 – 01:46:48

Aspek visual :

Ratger, Astri dan Luc meninggalkan apartemennya lewat tangga jalan, dan

meninggalkan anak buahnya di lantai tersebut. Sesaat kemudian lift Yuda sampai, dan

pintu lift yang terbuka langsung diberondong tembakan oleh anak buah Ratger dan

Erik dengan cepat menyembunyikan Yuda di dalam lift sehingga hanya Erik yang

tertembak. Saat isi peluru anak buah Ratger habis, Erik dan Yuda keluar dari dalam

lift dan menyerang mereka hingga tak berdaya.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental, suara

tembakan, dan suara-suara orang yang berkelahi.


129

Adegan 72

Sequence 01:46:49 – 01:46:58

Aspek visual :

yuda melihat sosok Erik yang tergeletak tak bernayawa di dalam lift, dan

meninggalkannya menuju kamar 1426.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 73

Sequence 01:46:59 – 01:47:12

Aspek visual :

Yuda mendobrak kamar 1426 dan mencari-cari Astri, namun ia menyadari bahwa

mereka sudah pergi dari tempat itu. Yuda pun langsung keluar dan mencari Astri.
130

Aspek audio :

Yuda : Astri, Astri, Astri (mencari-cari, namun tidak ada siapaun disana).

Adegan 74

Sequence 01:47:13 – 01:48:27

Aspek visual :

Yuda berlari kearah parkiran dan melihat Astri yang dibawa dalam mobil oleh Ratger

dkk. Yuda mengikuti mobil tersebut sampai ke gudang peti kemas yang ternyata di

dalam salah satu peti kemas itu sudah ada banyak wanita-wanita korban perdagangan

manusia termasuk Astri. Melihat hal tersebut Yuda tak tinggal diam, ia langsung

keluar dari tempat pengamatannya.

Aspek audio :

Ratger : open the door. (melepar Astri kedalam peti kemas) get to know each

other well, you’ll be here for a while. Lock them up. (menyuruh anak

buahnya untuk mengunci).


131

Adegan 75

Sequence 01:48:28 – 01:49:12

Aspek visual :

Yuda menampakkan dirinya pada Ratger, luc dan anak buahnya. Luc bersiap untuk

menyerang Yuda namun dilarang oleh Ratger, dan Luc memerintahkan anak buahnya

untuk menyerang Yuda.

Aspek audio :

Ratger : wait.

Luc : what?

Ratger : I wanna see what he can do.

Luc : go here he did it.

Ratger : and I wanna know how?

Adegan 76

Sequence 01:49:13 – 01:50:46


132

Aspek visual :

Anak buah Ratger menyerang Yuda beramai-ramai namun mereka semua dapat Yuda

kalahkan dengan susah payah.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental bertempo

cepat.

Adegan 77

Sequence 01:50:47 – 01:54:02

Aspek visual :

Yuda yang telah berhasil mengalahkan anak buah Ratger dan Luc mendatangi mereka

berdua, dan Ratger langsung memberikan tanda untuk menyerang Yuda. Kendati

ketiganya sama kuat, terjadi perkelahian yang berat diantara mereka sampai akhirnya

Yuda dapat menghentikan perlawanan mereka dan sama-sama merasa lelah.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi dengan musik instrumental

bertempo cepat dan suara-suara orang yang sedang berkelahi.


133

Adegan 78

Sequence 01:54:03 – 01:55:21

Aspek visual :

Saat mereka bertiga merasa sangat kelelahan Ratger memberikan tanda kepada Luc

untuk mengambil batang besi yang berada di belakang Luc. Luc mengambil besi

tersebut dan mereka berdua langsung menyerang Yuda yang bertarung dengan tangan

kosong. Mereka bertarung dengan sengit tenyata saat Yuda menjepit Luc dengan

pintu kargo Luc tertusuk oleh batang besi yang dipegangnya sendiri dan langsung

tewas di tempat. Dan Ratger berhasil menendang Yuda sampai ia terlempar jauh.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental dan suara-

suara orang yang sedang berkelahi.

Adegan 79

Sequence 01:55:22 – 01:57:50


134

Aspek visual :

Melihat Luc yang sudah tak berdaya Ratger bertambah marah dan langsung

menyerang Yuda yang sedang kesakitan secara bertubi-tubi, dan ia mencekik Yuda di

depan kargo penyimpanan wanita-wanita korban perdagangan manusia tersebut yang

sedang menjerit histeris memohon untuk dikeluarkan. Yuda hampir kehabisan tenaga

namun saat mendengar rintihan Astri yang meminta pertolongan, Yuda seperti

mendapatkan kekuatan kembali dan langsung menyerang Ratger, namun Yuda

menghentikan pukulannya saat melihat Ratger sudah tidak berdaya lagi.

Aspek audio :

Ratger : come on (memanggil Luc, dan ia marah saat melihat Luc tewas

dan langung menyerang Yuda dan mencekiknya).

Wanita-wanita : aaaaaa…..tolong-tolong (menjerit histeris).

Ratger : listen, listen to them. This is the end (sambil mencekik Yuda).

Astri : tolong (dengan lirih).

Adegan 80

Durasi 01:57:51 – 02:00:50


135

Aspek visual :

Yuda yang telah mengalahkan Ratger dan langsung menuju peti kemas penyimpanan

wanita-wanita tersebut. Ia menyelamatkan wanita-wanita tersebut termasuk Astri,

namun saat hendak mengajak Astri keluar dari peti kemas itu. Ratger menyerang

Yuda dari belakang dan menusuknya dengan batang besi, namun yuda sempat

membalas Ratger dengan menendangnya dengan keras dibagian kepala hingga Ratger

tewas. Ternyata Yuda pun terluka parah hingga tak berdaya, dan Yuda melepas besi

yang menusuk di perutnya dan berjalan lemah karena kesakitan.

Aspek audio :

Astri : lu lagi (tersenyum dan menahan tangisnya).

Yuda : ayo kita pulang.

Astri : awas (menjerit kepada yuda).

Ratger : (menusuk Yuda dengan batang besi).

Adegan 81

Sequence 02:00:51 – 02:04:28

Aspek visual :

Astri menangis histeris melihat Yuda yang terluka parah dan mengeluarkan banyak

darah, Astri berusaha mencari bantuan namun Yuda mengahalanginya dan


136

memberikan amanat terakhir kepada Astri untuk disampaikan kepada keluarganya di

kampung. Setelah memberikan pesan terakhir kepada Astri akhirnya Yuda

menghembuskan nafas terakhirnya. Astri pun terlihat sangat terpukul dengan

kepergian Yuda, namun Astri harus meninggalkan tempat tersebut.

Aspek audio :

Astri : Yuda, Yuda, tolong, enggak, bertahan bentar gua cari bantuan

dulu.

Yuda : Astri, udah ga ada waktu lagi.

Astri : lu jangan ngomong kaya gitu.

Yuda : tolong Astri, tolong bawa ini kerumah saya (memberikan kenang-

kenangan yang diberikan oleh ibu Yuda).

Astri : enggak, enggak, enggak, kita bakal kesana sama-sama, gua janji.

Lu bertahan bentar, bertahan.

Yuda : Astri, tolong bilang sama mereka apa yang sudah terjadi, saya

sudah ngelakuin yang terbaik. Tolong bilang sama mereka saya

minta maaf.

Astri : lu jangan ngomong kaya gitu. Jangan nyerah, jangan nyerah.

Yuda : saya sudah jagain kamu, saya sayang sama kamu. Keluarga saya

akan sayang sama kamu. Pergi, Astri pergi sekarang

Astri : Yuda, Yuda, Yuda.. (menangis histeris).


137

Adegan 82

Sequence 02:04:29 – 02:06:27

Aspek visual :

Astri menemui Adit di tempat persembunyiannya. Adit memeluk Astri yang datang

untuk menjemputnya dan memberikan kotak uangnya. Astri mengajak Adit pergi dari

tempat tersebut.

Aspek audio :

Tidak dialog dalam adegan ini, hanya terdengar tangisan Astri.

Adegan 83

Sequence 02:06:28 – 02:07:11

Aspek visual :

Astri sedang memetik buah tomat, ia sedang berkebun dengan Uda Yayan di

kampung Yuda.
138

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 84

Sequence 02:07:12 – 02:07:24

Aspek visual :

Ibu Yuda sedang memegang kenangan yang diberikannya kepada Yuda saat ia hendak

pergi merantau, dan mencium benda itu dengan haru.

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 85

Sequence 02:07:25 – 02:07:44


139

Aspek visual :

Adit sedang memasukan alat tulisnya kedalam tas dan mengambil sepatunya, ia

bersiap untuk pergi sekolah.

Aspek dialog :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.

Adegan 86

Sequence 02:07:45 – 02:08:55

Aspek visual :

Adit keluar dari rumah dan dipanggil Ibu Yuda. Lalu ibu mengancingkan kemeja Adit

dan mebereskan kerahnya, Adit mencium tangan Ibu Yuda dan berjalan pergi sekolah.

Saat berjalan pergi sekolah, Adit menengok kearah Ibu Yuda dan melambaikan

tangannya. Ibu Yuda melihat Adit seperti melihat Yuda saat ia akan pergi merantau.

Adit hilang dari pandangan dan Ibu Yuda masuk kedalam rumah dan menutup pintu

dari dalam. Film selesai

Aspek audio :

Tidak ada dialog dalam adegan ini, hanya diiringi oleh musik instrumental.
140

5.1.1 Adegan-adegan yang Merepresentasikan Perilaku Pelestaraian Seni Bela

Diri Pencak Silat Minang Kabau

Setelah direduksi, penelitian memasuki tahap katagorisasi dimana data yang telah

diperoleh akan diteliti secara audio dan visual untuk mengelompokkan penggambaran

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terdapat di

dalamnya.

Akhirnya didapatlah 11 adegan yang merepresentasikan prilaku pelestarian seni bela

diri pencak silat Minang Kabau. Suatu adegan dimasukkan kedalam kategori perilaku

pelestarian apabila mengandung unsur melestarikan seni bela diri pencak silat Minang

Kabau, maka berdasarkan katagori perilaku pelestarian tersebut didapatlah 11 adegan

yang mewakili bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau.

Peneliti hanya memfokuskan 11 adegan karena hanya 11 adegan tersebutlah yang

sangat kuat mewakili perilaku pelestarian dalam film Merantau, karena meskipun

banyak adegan perkelahian di dalam film ini namun tidak berdasarkan nilai atau

filosofi pencak silat dalam pertarungannya. Juga peneliti merasa beberapa adegan

dalam film ini terlihat motif dan niat pelaku dalam setiap pertarungannya sama, dan

beberapa adegan pertarungan dianggap hanya mengekspos adegan aksi semata.

Berikut ini 11 adegan yang merepresentasikan prilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat Minang Kabau, beserta penjelasan bentuk pelestarian yang terkandung di

dalamnya.
Tabel 1. Adegan Penggambaran Perilaku Pelestarian Seni Bela Diri Pencak Silat Minang Kabau Dalam Film Merantau

Penggambaran Pelestarian Seni


No. Adegan Sequence Bela Diri Pencak Silat Minang Keterangan
Kabau
Audio Visual
1.

Perilaku pelestarian seni


bela diri pencak silat
Minang Kabau terlihat pada
01.14-02.49 - Akting akting pemain, yaitu pada
saat Yuda berlatih pencak
silat di kampung
halamannya.

2.

Perilaku pelestarian seni


bela diri pencak silat
Minang Kabau terlihat pada
11.20-12.38 Dialog - dialog pemain, yaitu
nasehat sang Guru agar
Yuda selalu berpegang
teguh dengan filosofi silat.
Penggambaran Pelestarian Seni
No. Adegan Sequence Bela Diri Pencak Silat Minang Keterangan
Kabau
Audio Visual
3.

Perilaku pelestarian seni


bela diri pencak silat
Minang Kabau terlihat pada
12.38-14-27 - Akting akting pemain, yaitu latihan
terakhir yang dilakukan
Yuda bersama sang Guru
silat.

4.

Perilaku pelestarian seni


bela diri pencak silat
Minang Kabau terlihat pada
Dialog - dialog pemain, yaitu
38:51–40:00 penjelasan Yuda kepada
Adit bahwa pencak silat
bukan digunakan untuk
menakut-nakuti orang lain.
Penggambaran Pelestarian
No. Adegan Sequence Seni Bela Diri Pencak Keterangan
Silat Minang Kabau
Audio Visual
5.
Perilaku pelestarian seni bela diri
pencak silat Minang Kabau terlihat
pada akting pemain, Erik yang ahli
dalam silat menggunakan
47:45- 49 - Akting keahliannya untuk menyakiti orang
lain demi mendapatkan uang.
Dalam adegan ini Erik
menggunakan kealian silatnya
namun untuk hal yang buruk

6.

Perilaku pelestarian seni bela diri


pencak silat Minang Kabau terlihat
49:45– 50:33 Dialog - pada dialog pemain, Yuda menolak
ajakan Erik untuk menggunakan
keahlian silatnya untuk melakukan
hal yang buruk.
Penggambaran Pelestarian
No. Adegan Sequence Seni Bela Diri Pencak Keterangan
Silat Minang Kabau
Audio Visual
7.

Perilaku pelestarian seni bela diri


pencak silat Minang Kabau terlihat
pada akting pemain, saat ingin
01:13:06– - Akting menyelamatkan Adit, Yuda
01:14:43 menggunakan silat untuk melawan
orang-orang bersenjata yang
menyerangnya.

8.

Perilaku pelestarian seni bela diri


pencak silat Minang Kabau terlihat
01:37:08 – - Akting pada akting pemain, saat Yuda
01:38:23 melawan beberapa anak buah
Ratger di tempat parkir dengan
menggunakan silat.
Penggambaran Pelestarian
No. Adegan Sequence Seni Bela Diri Pencak Keterangan
Silat Minang Kabau
Audio Visual
9.

Perilaku pelestarian seni bela diri


pencak silat Minang Kabau terlihat
01:42:23 – - Akting pada akting pemain, perkelahian
01:44:37 antara Yuda dan Erik yang sama-
sama ahli dalam pencak silat.

10.

Perilaku pelestarian seni bela diri


01:49:13 – - Akting pencak silat Minang Kabau terlihat
01:50:46 pada akting pemain, Yuda
menggunakan silat saat diserang
banyak orang.
Penggambaran Pelestarian
No. Adegan Sequence Seni Bela Diri Pencak Keterangan
Silat Minang Kabau
Audio Visual
11.

Perilaku pelestarian seni bela diri


01:50:47 – - Akting pencak silat Minang Kabau terlihat
01:54:02 pada akting pemain, Yuda
menggunakan silat untuk melawan
Ratger dan Luc.
147

5.1.2 Pembahasan

Setelah melalui tahap reduksi dan pemilihan adegan yang mengandung unsur

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau, maka data yang diperoleh akan

diinterpretasikan dan ditafsirkan untuk menjelaskan bentuk-bentuk perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terkandung didalamnya.

Jika pada tahap kategorisasi peneliti mengelompokkan representasi perilaku

pelestarian berdasarkan penggambarannya (audio dan visual), maka dalam subbab ini

peneliti akan menjelaskan kandungan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau tersebut.

5.1.2.1 Adegan Pertama

Sequence 01:14 - 02:49

Pada adegan pertama ini menampilkan Yuda sebagai pemeran utama yang sedang

berlatih pencak silat Minang Kabau dengan menggunakan alat tradisional pencak silat

yang biasa disebut dengan Karambiek. Dalam adegan ini hanya ada seorang Yuda

yang sedang berlatih pencak silat dengan jurus Harimau, ia berlatih pencak silat di

kampung halamannya. Pada adegan ini, perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau direpresentasikan secara visual yaitu melalui tokoh utama. Perilaku

melatih keahlian diri dalam hal ini pencak silat dapat dikatakan sebagai perilaku
148

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau. Karena meskipun Yuda sudah

mahir dalam bidang pencak silat namun ia tetap melatih dirinya secara sungguh-

sungguh, terlihat dari ekspresinya saat melakukan gerakan-gerakan pencak silat

dengan serius dan bertenaga.

Dalam adegan ini, Yuda digambarkan sebagai sosok yang sudah ahli dan terbiasa

melatih dirinya dalam pencak silat. Terlihat dari penggambaran adegan kegiatan

berlatih ini yang seolah-olah seperti kegiatan sehari-hari yang biasa Yuda lakukan

saat di kampung halamannya. Dan adegan ini terjadi pada siang hari di lapangan

terbuka di kampung halaman Yuda, perilaku Yuda yang sedang berlatih pencak silat

ini termasuk perilaku pelestarian budaya yaitu, cara perbuatan melestarikan

perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan dan mempertahankan kelangsungan

keberadaannya. Sedangkan pada realitanya, jarang sekali ada pemuda yang

bersungguh-sungguh dan rutin untuk berlatih sendiri apalagi dengan niat untuk

melestarikan pencak silat agar tidak punah.


149

5.1.2.2 Adegan Kedua

Sequence 11:20 – 12:38

Dialog pada bagian ini :

Guru : Assalamualaikum Wr. Wb

Semua : Walaikumsalam Wr. Wb

Guru : inyak mengenal Yuda sejak dia baru dilahirkan dan mengajarkan silat

Harimau dari dia bisa berdiri dengan kedua kakinya. Yuda sudah

inyak anggap bagai anak kandung sendiri, sulit dipercaya waktu

berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin inyak melihat langkah-

langkah kecil Yuda. Pada hari ini Yuda akan memulai perantauan.

Buat kami bangga dengan dirimu Yuda, selalu berpegang teguh

dengan kebenaran, jangan pernah congkak, selalu rendah hati, setiap

keputusan yang kau ambil akan berdampa terhadap orang disekitar

mu dan dirimu sendiri Yuda. Jaga dirimu baik-baik. Ingat, Allah

beserta mu, kami selalu ada dihati dan disetiap langkahmu.

Pada adegan ini, Sang Guru silat memberikan Nasehat kepada Yuda yang akan pergi

merantau, agar tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai filosofi silat. Walaupun di

adegan ini tidak ditampilkan adegan yang menunjukkan para tokohnya menggunakan

pencak silat Minang Kabau, namun representasi perilaku pelestarian seni bela diri
150

pencak silat Minang Kabau terkandung dalam unsur audio, yaitu melalui dialog

pemainnya yang mengingatkan Yuda agar mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang

terkandung dalam pencak silat, karena dalam pencak silat tidak hanya sekedar

melakukan pertarungan namun juga sebagai hasil karya budaya, Pencak Silat sangat

kental dengan nilai dan norma yang hidup dan berlaku di masyarakat. Oleh karena itu

pada dasarnya pencak silat lebih menekankan pada unsur-unsur sosial berupa

silaturahmi. Sebagai seni, Pencak Silat merupakan wujud perilaku budaya suatu

kelompok, yang di dalamnya terkandung unsur adat, tradisi, hingga filsafat.

Pada adegan ini Guru silat Yuda secara tersirat mengajarkan untuk tidak mendahului

menyerang, menghindari pertarungan, dan sedapat mungkin tidak mencelakai musuh.

Untuk unsur audio yang terkandung dalam adegan ini terasa sangat kuat perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silatnya, bukan karena gerakan silatnya namun

karena nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya dan harus diamalkan pada

kehidupan. Adegan ini seperti merefleksikan keadaan yang sebenarnya di kehidupan

sehari-hari, yaitu nasehat ataupun pesan-pesan yang disampaikan oleh orang tua

kepada anaknya yang hendak pergi jauh ketempat yang asing, agar selalu berbuat baik

dan menjaga dirinya dari hal-hal yang buruk.


151

5.1.2.3 Adegan Ketiga

Sequence 12:38 – 14:27

Dalam adegan ini terlihat Yuda dan Guru sedang bersiap untuk melakukan

pertarungan pencak silat, namun tentu saja bukan untuk bertarung dalam arti kata

sesungguhnya. Sang Guru melakukan latihan bagi Yuda yang ingin merantau dan juga

untuk mengetahui apakah Yuda sudah benar-benar mahir dalam pencak silat.

Adegan ini terlihat Yuda dan Guru yang mengenakan pakain pencak silat lengkap,

dan memulai pertarungan dengan terlebih dahulu saling memberikan hormat, barulah

mereka mulai melakukan gerakan-gerakan silat dan gerakan yang ditampilkan dalam

adegan ini adalah pencak silat jurus harimau. Adegan ini dapat dikatakan sebagai

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang dilakukan antara

dua orang yang sama-sama ahli dalam pencak silat namun bukan untuk bertarung

saling mengalahkan satu sama lain, tetapi lebih kepada mengasah sampai sejauh mana

keahlian masing-masing orang, dan dikarnakan masing-masing tokoh pada adegan ini

menggambarkan perbuatan melestarikan memelihara dan meningkatkan kualitas nilai

dari pencak silat Minang kabau itu sendiri.


152

5.1.2.4 Adegan Keempat

Sequence 38:51 – 40:00

Dialog pada bagian ini :

Adit : gimana sih caranya biar bisa berantem kaya lu kemaren?

Yuda : maksudnya?

Adit : iya, semua pelintiran dan tangkisan itu?

Yuda : latihan, latihan bertahun-tahun.

Adit : kira-kira gue bisa ga?

Yuda : tergantung.

Adit : sama?

Yuda : tergantung niatnya untuk apa.

Adit : biar gue menang kalo lawan preman-preman sok asik itu, jadi pada ga

noyor pala gue seenak jidatnya… kan keren.

Yuda : kalo niatnya untuk itu ga bisa.

Adit : masa? Dikit aja.

Yuda : kamu tau silaturahmi itu apa?

Adit : menggelengkan kepala.

Yuda : kemarin siang, sedikitpun saya ga menyakiti orang itu yah mungkin

harga dirinya sikit tapi dia ndak papa kan. Silaturahmi melihat

kebaikan orang, bukan untuk menakuti orang atau memenangkan


153

sebuah pertarungan, tapi untuk mencari jalan keluar dengan damai.

Semua orang bisa aja mukul nendang kiri kanan.

Adit : tapi lu tetep bisa nendang dahsyat kan?

Yuda : tidak menjawab pertanyaan adit dan langsung masuk kedalam tempat

makan.

Pada adegan ketiga, terlihat Yuda yang sedang berbincang dengan Adit yang meminta

untuk diajarkan pencak silat, namun Yuda tidak lantas menyetujui permintaan Adit

tetapi Yuda terlebih dahulu menanyakan apa tujuan Adit belajar pencak silat. Setelah

mendapatkan jawaban dari Adit yang mengatakan bahwa ia ingin menjadi ahli dalam

pencak silat agar dapat menakut-nakuti para preman, lalu Yuda dengan bijak menolak

untuk mengajarkannya pencak silat dan memberikan penjelasan kepada Adit bahwa

pencak silat bukan untuk hal yang buruk. Yuda lalu menjelaskan pada Adit dengan

memberikan contoh pada kejadian saat Yuda menolong Astri yang dipukul oleh

Johny, bahwa pada saat itu Yuda semata-mata menggunakan keahlian pencak silatnya

tidak untuk menyakiti johny karena Johny tidak terluka sedikit pun, dan yang Yuda

lakukan hanya untuk memeberikan pelajaran kepada Johny agar tidak lagi menyakiti

Astri.

Sedangkan pada kehidupan nyata di masyarakat, banyak orang-orang yang malah

bangga apabila dapat mengajarkan sesuatu yang dianggap langka kepada orang lain,

terkesan sangat tidak teliti dalam memberikan sesuatu. Tidak mempedulikan dampak

dan jarang ada yang mau memberikan penjelasan kepada orang lain agar tidak

menggunakan keahliannya untuk hal yang buruk


154

Dalam adegan ini sangat jelas tergambar bahwa Yuda merupakan sosok yang

memegang teguh nilai-nilai filosofi pencak silat, dengan tidak sembarangan

mengajarkan pencak silat apalagi untuk hal yang buruk, namun memberikan

pemahaman kepada orang lain bahwa pencak silat digunakan untuk hal yang baik,

bukan untuk menyakiti orang lain dan tetap menjaga silaturami dengan melihat

kebaikan orang lain. Perilaku Yuda yang tergambar dalam adegan ini termasuk

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat, karena adegan ini menggambarkan

perbuatan melestarikan memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dari pencak silat

Minang kabau.
155

5.1.2.5 Adegan Kelima

Sequence 47:45 – 49:

Dalam adegan selanjutnya, adegan kelima, diceritakan Erik dan Yuda berada pada

arena pertarungan liar di suatu tempat. Erik mendaftarkan dirinya untuk ikut bertarung

melawan petarung lainnya demi untuk mendapatkan sejumlah uang. Saat melakukan

pertarungan liar ini Erik menggunakan keahliannya dalam pencak silat, dan dengan

mudah mengalahkan lawannya. Karena Erik berhasil mengalahkan lawannya maka ia

mendapatkan sejumlah uang telah ia pertaruhkan.

Adegan ini termasuk dalam bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau, Erik menggunakan pencak silat untuk bertarung dengan lawannya

yang tidak memiliki keahlian pencak silat. Namun perilaku Erik yang menggunakan

pencak silat untuk menyakiti orang lain dan mendapatkan sejumlah uang ini tidak

termasuk sebagai perilaku pelestarian. Karena Erik menggunakan pencak silat untuk

hal yang buruk dan tidak mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung didalam

pencak silat. Jadi perbuatan Erik ini termasuk dalam perilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat yang hanya menggunakan pencak silat agar keberlangsungannya tidak

punah tetapi tidak mengindahkan nilai pelestarian untuk memanfaatkan pencak silat

secara bijaksana.
156

Padahal apabila kita berkaca pada realita, banyak sekali orang yang melakukan hal

yang buruk hanya untuk mendapatkan sejumlah uang dengan keahlian yang

dimilikinya. Seperti yang tergambar pada adegan ini, maka seharusnya adegan ini

dapat menjadi renungan penonton bahwa hal yang dilakukan dalam adegan ini sangat

buruk dan menghasilkan dampak negatif bagi dirinya dan orang lain.

5.1.2.6 Adegan Keenam

Sequence 49:45 – 50:33

Dialog pada bagian ini :

Erik : ayo naek.

Yuda : maaf Uda, awak ndak bisa.

Erik : apa ? ndak bisa apa kamu ? Yud, kamukan tau caranya mukul,

kamu tau caranya nendang, bahkan kamu bisa matahin tangan

orang dengan mudah. Jadi buat apa kamu belajar semua itu ? untuk

bikin orang ketawa ? sudahlah ga usah kebanyakan mikir naek

dalam truk, kita hasilkan duit yang lumayan.

Yuda : maaf Uda, awak merantau bukan untuk nyakiti orang.

Erik : Yuda, Yuda liat kelilingmu ini Jakarta kamu harus gunakan apapun

yang kamu punya untuk bisa hidup di sini. Liat awak, awak ini

ndak punya ilmu untuk beli rumah dan mobil mewah tapi awak
157

bisa silek supaya awak tidak lapar. Asal kamu tau Yud,

keluguanmu itu bisa membunuhmu di sini.

Yuda : terima kasih sudah banyak membantu awak, tapi lebih baik awak

cari kerja di tempat yang lain. Sekali lagi awak minta maaf

Dalam adegan keenam ini, menampilkan sosok Yuda yang tetap berpegang teguh

pada nilai-nilai dan filosofi pencak silat, yaitu tidak menggunakan pencak silat untuk

hal yang buruk. Meskipun Yuda terjebak dalam keadaan yang tidak berkecukupan dan

ajakan Erik kepada Yuda sangat menggiurkan, karena hanya dengan menggunakan

keahlian pencak silatnya ia sudah dapat mendapatkan sejumlah uang, namun Yuda

tetap tidak ingin melakukan hal tersebut. Padahal jarang sekali ada seorang pemuda

yang tetap mempertahankan ideologinya untuk hal yang benar apalagi ia sedang

dalam keadaan yang terjepit. Pada prakteknya seseorang pasti akan tergoda dengan

mudah untuk melakukan hal bruk demi mendapatkan sejumlah uang pada saat ia

sedang kesusahan secara ekonomi. Namun tidak demikian dengan Yuda yang tetap

mempertahankan ideologinya untuk tetap berpegang teguh pada nilai kebaikan pencak

silat Minang Kabau.

Bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat yang Nampak pada adegan ini yaitu

terlihat pada dialog Yuda yang menolak ajakan Erik untuk menggunakan pencak silat

untuk hal yang buruk. Sikap Yuda yang mempertahankan ideologi-nya ini termasuk

dalam perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat yaitu, perbuatan melestarikan

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dari pencak silat Minang kabau.
158

5.1.2.7 Adegan Ketujuh

Sequence 01:13:06 – 01:14:43

Pada adegan ini, digambarkan sosok Yuda yang sedang bertarung melawan sejumlah

orang yang bersenjata untuk menyelamatkan Adit. Terlihat sosok Yuda yang semula

bertarung dengan beberapa orang ini dengan mengandalkan keahlian pencak silatnya

saja, namun pada saat Yuda merasa terdesak ia menggunkan alat bantu sebuah batang

besi untuk melawan orang-orang tersebut. Dan Yuda berhasil mengalahkan mereka

semua.

Adegan ini termasuk dalam kategri pelestarian seni bela diri pencak silat Minang

kabau, Karena Yuda bertarung melawan orang-orang tersebut untuk menolong orang

lain, dalam hal ini Adit. Dalam adegan ini tidak hanya terlihat gerakan yang

menunjukkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silatnya saja, namun

memeperlihatkan bahwa Yuda tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan pencak

silat. Karena Yuda melakukan pertarungan semata-mata untuk menolong orang lain.

Dan dalam menggunakan senjata pada pertarungan ini, Yuda pun masih terlihat

konsisten menggunakannya berdasarkan gerakan pencak silat Minang Kabau. Maka

adegan ini dapat dikatakan sebagai bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang kabau.
159

5.1.2.8 Adegan Kedelapan

Durasi 01:37:08 – 01:38:23

Pada adegan kedelapan, Yuda yang sedang mengendap-endap memasuki gedung

apartemen Ratger akhirnya diketahui keberadaannya oleh anak buah Ratger. Dan

perkelahianpun terjadi diantara mereka, pada adegan ini Yuda berkelahi dengan anak

buah Ratger tanpa menggunakan bantuan senjata apapun begitu juga sebaliknya.

Yuda hanya mengandalkan keahliannya dalam pencak silat untuk melawan beberapa

anak buah Ratger, Yuda berhasil mengalahkan mereka semua dan melanjutkan

perjalanannya untuk mencari Astri dengan masuk kedalam gedung apartemen

tersebut.

Perekelahian yang terjadi antara Yuda dan anak buah Ratger yang tidak menggunakan

pencak silat dapat dengan mudah dikalahkan Yuda dengan pencak silat jurus

harimaunya. Pencak silat jurus harimau yang Yuda gunakan terlihat dengan sangat

jelas, saat Yuda melakukan gerakan memukul, menendang dan menangkis lawannnya.

Pada adegan ini terlihat Yuda yang menggunakan pencak silat jurus harimaunya

bukan untuk menyakiti orang lain, tetapi lebih kepada membela dirinya yang sedang

diserang oleh lawan dan niat Yuda yang berkelahi dengan anak buah Ratger untuk

menyelamatkan Astri dari tangan para penjahat. Dan saat Yuda memukul mereka,
160

tidak ada satu anak buah Ratger yang terlihat tewas mereka hanya merasa kesakitan

akan pukulan dan tendangan pencak silat dari Yuda.

Maka adegan ini dapat dikatakan termasuk dalam perilaku Yuda untuk melestarikan

pencak silat Minang Kabau, yaitu penggambaran Yuda yang berkelahi melawan anak

buah Ratger dengan dengan menggunakan pencak silat jurus harimaunya, namun

tidak sampai membuat mereka tewas termasuk perbuatan Yuda yang melestarikan

pemanfaatan pencak silat secara bijaksana.


161

5.1.2.9 Adegan Kesembilan

Sequence 01:42:23 – 01:44:37

dalam adegan kesembilan ini, terihat sosok Yuda yang sedang menunggu untuk

memasuki lift. Saat Yuda sudah berada di dalam lift dan menuju lantai 14 lalu pintu

lift terbuka di lantai 5, Nampak Erik yang berada di lantai 5 tersebut menunggu untuk

masuk kedalam lift. Dalam adegan ini Erik sudah menjadi anak buah Ratger. Di

dalam lift keduanya terlibat percakapan dan Erik sangat terkejut saat mengetahui

bahwa Yuda lah rang yang selama ini dicar-cari oleh Ratger. Perkelahianpun terjadi

dengan Erik yang lebih dahulu melakukan penyerangan kepada Yuda. Dalam ruangan

lift yang sempit itu perkelaian yang terjadi antara Yuda dan Erik yang sama-sama ahli

dalam pencak silat terjadi sangat dramatis. Karena mereka berdua sama kuat dalam

pencak silat, sehingga perkelahian terlihat sangat imbang antara mereka, meskipun

niat yang melatarbelakangi perkelahian ini berbeda, yaitu Yuda yang berniat

menolong Astri dari tangan Ratger dan Erik yang ingin mengalahkan Yuda karena ia

merupakan orang bayaran Ratger. Walaupun perkelahian antara mereka sangat

imbang dan terkesan sangat berat bagi keduanya, namun Yuda berhasil mengalahkan

Erik. Meskipun Yuda berhasil mengalahkan Erik dan Erik yang sudah terlihat

meyerah dengan menyuruh Yuda untuk membunuhnya namun Yuda tidak melakukan

hal itu, karena ia tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan dari pencak silat

yaitu, pencak silat bukan untuk menyakiti rang lain namun untuk tetap menjaga tali
162

silaturahmi antar manusia. Berdasarkan nilai-nilai kebaikan pencak silat itu maka

Yuda menghentikan pukulannya kepada Erik karena Erik memang sudah tidak

mempunyai kekuatan lagi untuk meyerang Yuda.

Adegan perkelahian ini termasuk dalam perilaku pelestarian pencak silat Minang

Kabau, karena perkelahian yang terjadi antara kedua pemain menggunakan gerakan

pencak silat Minang Kabau yang terlihat sangat jelas dan dramatis. Meski niat yang

melatarbelakangi berbeda namun perilaku Erik dan Yuda termasuk dalam perbuatan

pelestarian pencak silat yaitu, perbuatan yang tidak hanya terlihat gerakan yang

menunjukkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silatnya saja, namun

memeperlihatkan bahwa Yuda tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan pencak

silat. Pada adegan ini digambarkan perbuatan Yuda tersebut termasuk dalam perilaku

melestarikan, memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dari pencak silat Minang

kabau.
163

5.1.2.10 Adegan Kesepuluh

Sequence 01:49:13 – 01:50:46

Dalam adegan kesepuluh ini, terlihat sosok Yuda yang sedang diserang oleh banyak

orang secara bersamaan. Namun meski lawannya tidak imbang, Yua tetap berusaha

untuk mengalahkan mereka semua dengan jurus pencak silat harimaunya. Dan

terbukti semua orang yang hendak menyerang Yuda itu dapat dikalahkan walaupun

dengan susah payah. Perkelahian yang terjadi pada adegan ini sangat tidak imbang,

Yuda yang seorang diri melawan beberapa orang yang menyerangnya secara

bersamaan, dan perkelahian yang terjadi diantara mereka adalah Yuda yang

menggunanakan pencak silat melawan orang-orang yang tidak menggunakan pencak

silat.

Pada kehidupan nyata, sedikit bahkan jarang sekali ada seseorang yang rela bertarung

dengan banyak orang jahat hanya untuk membela orang yang baru ia kenal. Adegan

ini dapat dikatakan sebagai bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat, karena

perkelahian yang terjadi bukan hanya antara 2 orang namun banyak orang, walaupun

susah payah tetapi yda dapat mengalahkan mereka semua hanya dengan

mengandalkan keahlian pencak silatnya. Bentuk perilaku pelestarian yang terjadi pada

adegan ini adalah Yuda yang memanfaatan pencak silat secara bijaksana.
164

5.1.2.11 Adegan kesebelas

Sequence 01:50:47 – 01:54:02

Adegan kesebelas ini menggambarkan Yuda yang telah berhasil mengalahkan anak

buah Ratger dan Luc, lalu mendatangi mereka dan Ratger langsung memberikan tanda

kepada Luc untuk menyerang Yuda. Perkelahianpun terjadi diantara ketiganya,

perkelahian yang terjadi antara mereka adalah Yuda menggunakan pencak silat untuk

melawan Ratger dan Luc yang menggunakan Free Fighting (perkelahian bebas).

Meskipun Ratger dan Luc tidak menggunakan pencak silat, namun teknik perkelahian

mereka sangat baik dan kuat sehingga membuat Yuda agak kesulitan untuk

mengalahkan mereka berdua. Karena kekuatan bertarung mereka yang hampir sama,

sehingga membuat mereka bertiga menjadi kelelahan. Namun dengan segenap

kekuatan yang dimiliki Yuda akhirnya mereka berdua dapat Yuda kalahkan dengan

jurus pencak silatnya.

Hampir sama dengan adegan yang sebelumnya, Tokoh Yuda di sini terlihat bertarung

demi untuk menyelamatkan tokoh Astri dan yang lainnya melawan penjahat kelas

Internasional hingga mempertaruhkan nyawanya sendiri, jelas adegan ini sangat

bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari,

sangat sulit untuk ditemui seseorang yang rela mengorbankan nyawanya demi untuk
165

menolong orang lain, apalagi di era modern yang individualis dan acuh tak acuh

seperti sekarang ini.

Bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat yang nampak pada adegan ini adalah

pemanfaatan pencak silat secara bijaksana oleh Yuda untuk melawan Ratger dan Luc

yang ternyata mempunyai keahlian bertarung yang hebat juga. Tapi pertarungan yang

dilakukan oleh Yuda didasarkan pada niatannya untuk menolong Astri dan wanita-

wanita yang menjadi korban kejahatan Ratger dan Luc. Jadi bukan hanya bentuk

pelestraian dengan memanfaatkan pencak silat secara bijaksana, namun Yuda

menggunkan silat untuk melakukan kebaikan kepada orang lain, yaitu untuk

menyelamatkan Astri dan korban yang lainnya, hal ini menunjukkan bahwa Yuda

masih tetap konsisten dengan memegang teguh nilai-nilai filosofi yang terkandung

dalam pencak silat. Bukan hanya terus memanfaatkan dan menggunkan pencak silat,

namun Yuda selalu berpegangan pada nilai-nilai kebaikan yang terkandung

didalamnya.
166

Setelah melalui tahap interpretasi, peneliti akan menunjukkan aspek-aspek perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau dan hubungan antar adegan

menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi merupakan prosedur sistematika yang

disusun untuk menguji informasi yang terekam. Secara ormal definisi analisis isi

adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi

karakteristik-karakteristik khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis. Seperti

yang dikemukakan oleh McQuail dalam buku Mass Communication Theory, bahwa

salah satu fungsi analisis isi adalah mendeskripsikan dan membuat perbandingan

terhadap isi media. Perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

frekuensi antara representasi yang satu dengan yang lainnya. Maka pada subbab ini,

peneliti akan menunjukkan bentuk-bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak

silat Minang Kabau dan frekuensinya masing-masing.

Setelah film Merantau melalui tahap reduksi data, yait pemecahan film menjadi per

adegan untuk memilih perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau

yang terkandung didalamnya, akhirnya didapatlah 11 (sebelas) adegan yang

menunjukkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau.

Kesebelas adegan ini menggambarkan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau di dalamnya, namun tiap adegan memiliki spesifikasinya masing-

masing.
167

Ditinjau dari bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau

yang ada dalam tiap adegan, mak didapat data sebagai berikut :

1. Perbuatan melestarikan perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan dan

mempertahankan kelangsungan keberadaannya : perbuatan yang tetap melakukan

pelestarian untuk keberlangsungan keberadaan pencak silat yaitu dengan tetap

melatih diri. Bentuk pelestarian ini terdapat dalam dua adegan, yaitu adegan 1

dan 3.

2. Menggambarkan perbuatan melestarikan memelihara dan meningkatkan kualitas

nilai dari pencak silat Minang kabau : mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang

terkandung dalam pencak silat dan memegang teguh nilai-nilai filosofi pencak

silat. Bentuk perilaku pelestarian ini terdapat dalam tiga adegan, yaitu adegan 2, 4

dan 6.

3. Melestarikan pemanfaatan pencak silat secara bijaksana : bertarung menggunakan

pencak silat dengan niat untuk membela diri dari serangan orang lain dan untuk

menolong orang lain yang tertindas. Bentuk perilaku pelestarian ini terdapat

dalam lima adegan, yaitu 7, 8, 9, 10 dan 11.

4. Memanfaatkan pencak silat secara tidak bijakasana : bertarung menggunakan

pencak silat untuk menyakiti orang lain & menggunakan pencak silat untuk

mendapatkan keuntungan dengan tidak berpegang kepada nilai-nilai kebaikan

yang terkandung didalamnya. Bentuk perilaku ini terdapat dalam dua adegan,

yaitu pada adegan 5 dan 9.


168

Ditinjau dari status sosial atau pekerjaan pelaku pelestari seni bela diri pencak silat

Minang Kabau ini, maka didapat data sebagai berikut :

1. Perilaku pelestari seni bela diri pencak silat Minang Kabau antara Masyarakat

biasa dan Tokoh Masyarakat.

Tokoh masyarakat yang dimaksud adalah tokoh yang menjadi panutan dan

disegani oleh masyarakat di lingkungannya. Bentuk perilaku yang dilakukan oleh

para pemain terdapat pada adegan 2 dan 3. Pada adegan kedua terjadi perilaku

yang menyiratkan sebagai bentuk pelestarian seni bela diri pencak silat Minang

Kabau, yaitu Guru silat sekaligus Tokoh masyarakat di kampung Yuda yang

memberikan nasehat agar selalu mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang

terkandung dalam pencak silat. Sedangkan pada adegan ketiga, bentuk

pelestariannya adalah latihan yang di lakukan oleh Yuda dan Sang Guru yang

merupakan Tokoh masyarakat tersebut, untuk mengetahui sejauh mana keahlian

bersilat Yuda.

2. Perilaku pelestari seni bela diri pencak silat Minang Kabau antara masyarakat

biasa dengan para penjahat bayaran.

Bentuk pelestarian yang dilakukan oleh para pelaku ini terdapat dalam empat

adegan, yaitu adegan 7, 8, 9 dan 10. Pada adegan 7 ditujukkan untuk pertarungan

yang dilakukan Yuda melawan para preman bayaran Ratger yang menggunakan

bantuan senjata, pada adegan 8, Yuda kembali terlibat perkelahian dengan para

penjahat bayaran Ratger yang merupakan petarung jalanan. Sedangkan pada

adegan 9, perkelahian terjadi antara Yuda dan Erik yang juga merupakan anak

buah Ratger dan mereka berdua sama-sama menggunakan pencak silat dalam

perkelahian di adegan ini. Adegan 10 menggambarkan perkelahian yang terjadi


169

antara Yuda dan anak buah Ratger yang banyak, dimana semua orang tersebut

merupakan orang bayaran Ratger.

3. Perilaku pelestari seni bela diri pencak silat Minang Kabau antara masyarakat

biasa dengan professional free fighter (petarung bebas professional).

Bentuk perilaku pelestarian ini terlihat pada adegan 11, dimana Yuda berusaha

untuk menyelamatkan Astri dari tangan Ratger dan Luc dengan cara melawan

mereka menggunakan pencak silat. Sedangkan Ratger dan Luc merupakan

petarung bebas yang professional dan sulit untuk dikalahkan.

Ditinjau dari waktu terjadinya perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau, maka didapat data sebagai berikut :

1. Siang hari

Perilaku pelestarian seni bela diri penncak silat Minang Kabau terjadi pada siang

hari terdapat pada adegan 1, 2, 4, 5, dan 6. Bentuk pelestarian yang terjadi pada

siang hari tejadi pada adegan 1, saat Yuda berlatih pencak silat dikampung

halamannya. Pada adegan 2 bentuk pelestarian yang terjadi pada siang hari adalah

saat Sang Guru memberikan nasehat kepada Yuda agar selalu berpegang teguh

pada nilai-nilai kebaikan pencak silat. Sedangkan pada adegan 4 dan 6, bentuk

pelestarian yang terjadi adalah saat Yuda mempertahankan ideologinya terhadap

nilai-nilai kebaikan pencak silat. Dan yang terakhir pada adegan 6, bentuk

pelestarian yang dilakukan oleh Erik namun tidak mengindahkan nilai-nilai

kebaikan dari pencak silat.

2. Malam hari.

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terjadi pada

malam hari terdapat pada adegan 3, 7, 8, 9, 10, dan 11. Pada adegan 3, Yuda dan
170

sang Guru melakukan latihan pencak silat yang terakhir pada malam hari sebelum

Yuda pergi merantau. Terlihat dari adegan yang diambil diluar ruangan dan

suasana malam yang gelap, begipun dengan adegan 7, 10 dan 11. Sedangkan

pada adegan 8 dan 9, meskipun perkelahian terjadi di dalam ruangan namun

adegan ini merupakan lanjutan dari adegan 7 yang dapat dipastikan bahwa

adegan ini pun terjadi pada malam hari.

Ditinjau dari lokasi terjadinya perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau, maka didapat data sebagai berikut :

1. Kampung halaman

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terjadi

terdapat pada adegan 1, 2 dan 3. Pada adegan 1 dan 3, terlihat Yuda yang sedang

berlatih seorang diri di kampung halamannya. Pada adegan 3, Yuda berlatih

pencak silat bersama Gurunya. Sedangkan pada adegan 3, Guru memberikan

nasehat agar selalu berpegang pada nilai-nilai kebaikan pencak silat pada Yuda

sebelum ia pergi merantau.

2. Jalanan

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terjadi di

jalanan terjadi pada adegan 4 dan 7. Adegan 4, menggambarkan Yuda yang

sedang memberikan penjelasan pada Adit mengenai nilai-nilai kebaikan pencak

silat saat mereka sedang di jalan menuju tempat makan. Sedangkan pada adegan

7, Yuda yang sedang menyelamatkan Adit dari para penjahat bertarung

menggunakan pencak silat saat berada di tengah-tengah jembatan penyebrangan.


171

3. Tempat pertarungan liar

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terjadi

terdapat pada adegan 5 dan 6. Pada adegan 5, Erik menggunakan pencak silat

untuk hal yang buruk yaitu demi mendapatkan sejumlah uang dengan menyakiti

orang lain. Sedangkan pada adegan 6, Yuda mempertahankan ideologinya

terhadap nilai-nilai kebaikan pencak silat saat menolak ajakan Erik untuk

menggunkan pencak silat untuk hal yang buruk.

4. Apartement

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terjadi di

tempat ini terdapat pada adegan 8 dan 9. Pada adegan 8, Yuda bertarung melawan

beberapa anak buah Ratger di tempat parkir apartement Ratger. Adegan 9,

menggambarkan pertarungan pencak silat antara Yuda dan Erik saat berada di

dalam lift apartement.

5. Gudang peti kemas

Perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau terjadi pada adegan

10 dan 11. Perkelahian Yuda dengan anak buah Ratger yang banyak serta dengan

Ratger dan Luc terjadi di gudang peti kemas.


172

5.1.3 Bentuk Perilaku Pelestarian Seni Bela Diri Pencak Silat Minang kabau

Dalam Film Merantau

Film Merantau dibangun oleh adegan-adegan yang menjalin sebuah kesinambungan

cerita. Dalam menjalankan ceritanya film ini mennggambarkan bentuk perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang dilakukan oleh para

tokohnya. Bentuk perilaku inilah yang diharapkan dapat menjadi contoh bagi khalak

untuk dapat ikut melestarikan seni budaya bangsa. Oleh karena itu, peneliti mencoba

untuk menemukan bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang

Kabau yang dimaksud beserta frekuensinya menggunakan teknik analisis isi, agar

penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat agar cerdas dalam memilih asupan media

yang dapat memberikan contoh yang baik karena adanya perilaku pelestarian seni

bela diri pencak silat terutama dalam media film. Penelitian ini menghasilkan 11

adegan yang menggambarkan bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau dalam film Merantau. Peneliti hanya memfokuskan 11 adegan karena

hanya 11 adegan tersebutlah yang sangat kuat mewakili perilaku pelestarian dalam

film Merantau, karena meskipun banyak adegan perkelahian di dalam film ini namun

tidak berdasarkan nilai atau filosofi pencak silat dalam pertarungannya. Juga peneliti

merasa beberapa adegan dalam film ini terlihat motif dan niat pelaku dalam setiap

pertarungannya sama, dan beberapa adegan pertarungan dianggap hanya mengekspos

adegan aksi semata. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui bentuk

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terkandung dalam

film Merantau, maka didapatlah bentuk perilaku berupa akting dan dialog dalam film

ini, yaitu Perbuatan melestarikan perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan dan

mempertahankan kelangsungan keberadaannya (dua adegan), menggambarkan


173

perbuatan melestarikan memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dari pencak silat

Minang kabau (tiga adegan), melestarikan pemanfaatan pencak silat secara bijaksana

(lima adegan), memanfaatkan pencak silat secara tidak bijakasana (dua adegan).

Adegan-adegan ini dijadikan penggambaran bentuk perilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat Minang Kabau karena termasuk dalam perilaku pelestarian yang ada.

Setelah menemukan bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang

Kabau, peneliti juga menemukan bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak

silat Minang Kabau berdasarkan status sosial dari pelaku, yaitu Perilaku pelestari seni

bela diri pencak silat Minang Kabau antara Masyarakat biasa dan Tokoh Masyarakat

(dua adegan), Perilaku pelestari seni bela diri pencak silat Minang Kabau antara

masyarakat biasa dengan para penjahat bayaran (empat adegan), Perilaku pelestari

seni bela diri pencak silat Minang Kabau antara masyarakat biasa dengan petarung

bebas professional (satu adegan).

Ditinjau berdasarkan waktu terjadinya perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau yang ditlakukan oleh para tokoh, maka didapat data bahwa perilaku

pelestarian terjadi pada siang hari (lima adegan) dan malam hari (enam adegan).

Ditinjau berdasarkan tempat terjadinya perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat

Minang Kabau, maka perilaku pelestarian terjadi di kampung halaman (tiga adegan),

jalanan (dua adegan), tempat pertarungan liar (dua adegan), apartement (dua adegan),

gudang peti kemas (dua adegan).

Bentuk-bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau diatas

telah menjawab masalah dan tujuan dari penelitian ini. Film Merantau memiliki 86
174

adegan, hasil penelitian menunjukkan 11 adegan atau sepertujuh bagian film. Dari 11

adegan itu dapat dilihat bahwa bentuk pelestarian yang terkandung di dalam film

Merantau lebih banyak terdapat pada aspek visual atau akting dari para tokoh

pemainnya yaitu sebanyak 8 adegan. Sedangkan bentuk pelestarian seni bela diri

pencak silat yang terkandung dalam unsur audio atau dialog hanya terdapat pada 3

adegan. Maka dapat tarik kesimpulan bahwa bentuk perilaku pelestarian seni bela diri

pencak silat Minang Kabau banyak terwakilkan pada aspek visual atau akting dalam

film Merantau. Meski demikian, setiap adegan yang mengandung bentuk perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau tersebut diharapkan dapat

menjadi contoh baik untuk khalayak.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Perilaku pelestarian seni merupakan suatu tema luas yang mencakup banyak aktifitas

dalam pelaksanaannya. Namun penelitian ini mencba untuk mengungkap bentuk

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau yang terkandung dalam

film.

Bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau dalam film ini

memberikan sugesti bahwa apabila kita selalu berpegang teguh pada kebenaran dan

menggunakan keahlian untuk hal yang baik, maka hasil yang di dapatkan akan baik

pula bagi diri kita sendiri dan orang lain. Berbagai perilaku pelestarian dalam film ini

menjadi cerminan realita yang terjadi ditengah masyarakat. Anak muda yang masih

melestarikan seni budaya tanah airnya agar tidak punah (adegan 1), menggunakan

keahlian pencak silatnya untuk menolong orang yang lemah (adegan 7), memberikan
175

pemahaman kepada orang lain bahwa pencak silat bukan untuk menakut-nakuti orang

lain dan tidak digunakan untuk hal yang buruk (adegan 4), serta berbagai bentuk

perilaku pelestarian seni bela diri lainnya yang sering kita temukan dalam perilaku

dan ucapan sehari-hari yang selalu berusaha untuk melestarikan seni bela diri pencak

silat dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikannya. Hal ini diharapkan dapat

menjadi contoh baik bagi khalayak agar dapat mengikuti jejak yang dilakukan oleh

para tokoh dalam film ini.

5.2.1 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini menunjukkan bahwa film dibangun oleh adegan-adegan

berupa gambar dan suara yang membentuk suatu cerita yang utuh. Melalui teknik

analisis isi, kumpulan adegan tersebut dipecah sebagai unit analisis untuk menemukan

bentuk penggambaran perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau

yang terkandung didalamnya.

Dari hasil penelitian tersebut didapatlah berbagai bentuk perilaku pelestarian seni bela

diri pencak silat Minang Kabau yang tertulis pada subbab sebelumnya. Hal ini patut

dijadikan pengingat bahwa perilaku-perilaku tersebut adalah perilaku pelestarian yang

dapat dijadikan contoh dan sesuai dengan dengan kaidah-kaidah penggunaan pencak

silatnya yang tidak meninggalkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam pencak

silat. Hasil penelitian ini yang menjabarkan bentuk-bentuk perilaku pelestarian seni

budaya, agar dapat dijadikan pembelajaran bagi khalayak untuk lebih cerdas dalam

mengkonsumsi suatu media karena berbagai konten yang ditawarkan dapat dijadikan

tuntunan tidak hanya sekedar hiburan.


176

5.2.2 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Praktis

Kegunaan hasil penelitian ini secara praktis yaitu menjadi sumbangan pemikiran

penulis kepada kajian ilmu komunikasi. Penelitian ini menunjukkan kuatnya pengaruh

media dalam menyajikan suguhan yang menarik sehingga mampu mempermainkan

emosi penonton, serta konteks yang lebih luas mampu mempengaruhi pola pikir

bahkan perilaku khalayak. Sebagai rujukan bagi para sineas perfilman dan produsen

film, agar lebih meningkatkan kualitas dan mengangkat nilai-nilai budaya bangsa.

Karena konten-konten yang terdapat dalam suatu media hendaknya dapat menjadi

contoh baik dan tuntunan dalam menjalankan kehidupan, bukan hanya dijadikan

sebagai media hiburan.

Dalam membuat karya film para sineas tidak hanya mementingkan faktor keuntungan

semata, namun lebih peduli terhadap perkembangan mental masyarakat dalam

melestarikan budaya bangsa. Dengan lebih mengefektifkan fungsi film, tidak hanya

keuntungan besar berupa mteri yang didapatkan oleh produsen film, namun ikut serta

dalam proses pelestarian budaya bangsa.


177

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan adegan-adegan yang menggambarkan

bentuk perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau dalam film

Merantau, maka peneliti menyimpulkan bahwa film Merantau menggambarkan

perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau. Bentuk perilaku

pelestarian yang ada dalam film ini adalah Perbuatan melestarikan perlindungan dari

kemusnahan atau kerusakan dan mempertahankan kelangsungan keberadaannya,

menggambarkan perbuatan melestarikan memelihara dan meningkatkan kualitas nilai

dari pencak silat Minang kabau, melestarikan pemanfaatan pencak silat secara

bijaksana dan memanfaatkan pencak silat secara tidak bijakasana. Bentuk perilaku

pelestarian tidak hanya muncul secara eksplisit (manifest content), namun juga secara

implisit (latent content).

Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada 11 adegan karena hanya 11 adegan

tersebutlah yang sangat kuat mewakili perilaku pelestarian dalam film Merantau,

karena meskipun banyak adegan perkelahian di dalam film ini namun tidak

berdasarkan nilai atau filosofi pencak silat dalam pertarungannya. Juga peneliti
178

merasa beberapa adegan dalam film ini terlihat motif dan niat pelaku dalam setiap

pertarungannya sama, dan beberapa adegan pertarungan dianggap hanya mengekspos

adegan aksi semata. Dari 11 adegan itu dapat dilihat bahwa bentuk pelestarian yang

terkandung di dalam film Merantau lebih banyak terdapat pada aspek visual atau

akting dari para tokoh pemainnya yaitu sebanyak 8 adegan. Sedangkan bentuk

pelestarian seni bela diri pencak silat yang terkandung dalam unsur audio atau dialog

hanya terdapat pada 3 adegan. Maka dapat tarik kesimpulan bahwa bentuk perilaku

pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau banyak terwakilkan pada aspek

visual atau akting dalam film Merantau disbanding dengan aspek audio atau

dialognya.

Bentuk perilaku pelestarian yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam film ini

memberikan sebuah gambaran pesan bahwa perilaku mempertahankan kebudayaan,

menggunakan keahlian untuk menolong orang lain yang kesusahan harus kita lakukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Walaupun penelitian ini tidak membahas keterwakilan kelompok sosial tertentu yang

melakukan perilaku pelestarian seni bela diri pencak silat Minang Kabau, tapi tidak

menutup kemungkinan bahwadi masyarakat tertentu terdapat perilaku yang

digambarkan dalam film ini.


179

6.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Penulis mengharapkan agar masyarakat dapat bijak dalam memilih asupan media

yang akan dikonsumsi. Karena konten-konten yang terdapat dalam suatu media

hendaknya dapat menjadi contoh baik dan tuntunan dalam menjalankan

kehidupan, bukan hanya dijadikan sebagai media hiburan. Dan pilihlah produksi

karya anak bangsa yang membahas tentang kebudayaan ataupun sejarah bangsa,

sebagai bentuk cinta tanah air sekaligus melestariakan budaya serta menjaga

sejarah bangsa agar tidak punah dan terlupakan.

2. Kepada pihak sineas perfilman dan produsen film, agar lebih meningkatkan

kualitas dan mengangkat nilai-nilai budaya bangsa. Meskipun film Merantau ini

mengangkat tema pelestarian budaya pencak silat Minang Kabau dan adegan

perkelahiannya menggunakan pencak silat, tetapi peneliti masih merasa

kurangnya bentuk pelestarian yang di gambarkan dalam setiap adegan dalam film

ini, ada baiknya para sineas yang membuat film aksi atau laga tidak hanya

memfokuskan pada perkelahian yang terlihat tingkat tinggi, tetapi perhatikan juga

adat ataupun kebiasaan yang dilakukan pada saat melakukan perkelahian. Dan

juga diseimbangkan dengan filosofi ataupun nilai-nilai kebaikan yang terkandung

didalamnya, maka dengan demikian tidak hanya terlihat indah adegan

perkelahian yang ditampilkan tetapi hati penonton juga dapat tergugah dengan

dialog dan pesan-pesan yang terdapat dalam setiap adegannya.


DAFTAR BAGAN

BAGAN Halaman

Bagan 1. Kerangka Pikir .................................................................................... 39

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Adegan Penggambaran Perilaku Pelestarian Seni Bela Diri Pencak


Silat Minang Kabau .............................................................................. 15
DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9


2.1 Film Sebagai Medium Komunikasi ...................................................... 9
2.1.1 Pengertian Film ........................................................................... 10
2.1.2 Bahasa Film ................................................................................ 11
2.2 Seni Bela Diri Pencak Silat Sebagai Budaya ........................................ 17
2.3 Film Sebagai Media Pelestarian Budaya .............................................. 19
2.3.1 Pelestarian Budaya ...................................................................... 20
2.3.1.1 Pengertian Budaya .......................................................... 21
2.3.1.2 Pengertian Pelestarian Budaya ....................................... 22
2.3.1.3 Media-media Pelestari Budaya ....................................... 23
2.3.2 Karakteristik Media Pelestari Budaya ........................................ 24
2.3.2.1 Karakteristik Film Sebagai Media Pelestarian Budaya .. 28
2.3.2.2 Jenis-jenis Tema Film ..................................................... 28
2.3.3 Karakteristik Film Seni Bela Diri Tradisional Sebagai Media
Pelestarian Budaya ..................................................................... 32
2.4 Pengertian dan Tujuan Metode Analisis Isi .......................................... 33
2.4.1 Analisis Isi Dalam Lingkup Multidimensi .................................. 35
2.5 Kerangka Pikir ...................................................................................... 36

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 40


3.1 Tipe Penelitian ....................................................................................... 40
3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 40
3.2.1 Tahap-tahap Penelitian Analisis Isi ............................................ 42
3.3 Unit Analisis ......................................................................................... 46
3.4 Fokus Penelitian .................................................................................... 47
3.5 Sumber Data .......................................................................................... 48
3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 48
3.7 Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 49
IV. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 50

4.1 Gambaran Umum Minang Kabau ......................................................... 50


4.1.1 Sejarah Minang Kabau ................................................................ 51
4.2 Gambaran Umum Pencak Silat Minang Kabau .................................... 53
4.2.1 Sejarah Pencak Silat Minang Kabau ........................................... 54
4.3 Profil Rumah Produksi PT. Merantau Films ......................................... 56
4.3.1 Profil Film Merantau ................................................................... 58
4.3.2 Kerabat Kerja .............................................................................. 60
4.3.3 Tokoh-tokoh Utama .................................................................... 61
4.3.4 Sinopsis ....................................................................................... 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 68

5.1 Penyajian Hasil Penelitian .................................................................... 68


5.1.1 Adegan-adegan yang Merepresentasikan Perilaku Pelestarian
Seni Bela Diri Pencak Silat Minang Kabau ................................ 143
5.1.2 Pembahasan ................................................................................. 150
5.1.2.1 Adegan Pertama .............................................................. 150
5.1.2.2 Adegan Kedua ................................................................ 152
5.1.2.3 Adegan Ketiga ................................................................ 154
5.1.2.4 Adegan Keempat ............................................................ 155
5.1.2.5 Adegan Kelima ............................................................... 158
5.1.2.6 Adegan Keenam ............................................................. 159
5.1.2.7 Adegan Ketujuh .............................................................. 161
5.1.2.8 Adegan Kedelapan .......................................................... 162
5.1.2.9 Adegan Kesembilan ........................................................ 164
5.1.2.10 Adegan Kesepulluh ...................................................... 166
5.1.2.11 Adegan Kesebelas ........................................................ 167
5.1.3 Bentuk Perilaku Pelestarian Seni Bela Diri Pencak Silat Minang
Kabau Dalam Film Merantau ..................................................... 175
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 177
5.2.1 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Teoritis ............. 178
5.2.2 Pembahasan Kegunaan Hasil Penelitian Secara Praktis ............... 179

VI. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 180

6.1 Simpulan ............................................................................................... 180


6.2 Saran ..................................................................................................... 181

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Gitanyali. Yogyakarta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Djamal, Mid. 1986. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. Penerbit
CV. Tropic. Bukittinggi.

Effendi, Heru.2002. Mari Membuat Film.Paduan dan Yayasan


Konfiden. Yogyakarta.

Effendi, Onong Uchjana. 2004. Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi.Citra Adiya
Bakti. Bandung.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktik). Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Graves, Elizabeth E. 2007. Asal-usul Elite Minangkabau Modern ( Respons Terhadap


Kolonial Belanda Abad XIX/XX). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta

Murhananto. 1993. Menyelami Pencak Silat. Puspa Swara. Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Suwanda, Pendekar Herman. 2006. Pencak Silat (Through My Eyes). Empire Books.
Los Angeles.

Severin, Werner J dan James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi (Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa). Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.

Walizer, Michael H dan Paul L. Wiener. 1991. Metode dan Analisis Penelitian
(Mencari Hubungan). Penerbit Erlanga. Jakarta.
Kamus

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Balai Pustaka. Jakarta.

Situs Internet

Sinopsis dan Resensi Film Merantau. http://kucingtengil.blogspot.com/2009/08/film-


merantau-dan-silat-harimau.html. Diakses 24 oktober 2009.

Sejarah Beladiri Pencak Silat. http://id.wikipedia.org/wiki/IPSI. Diakses 24 Oktober


2009.

Vietnam Juara Pencak Silat. www.kompas.com, diakses 24 Oktober 2009.

http://kamusbahasaindonesia.org/pelestarian%20budaya diakses 8 februari 2010.

Skripsi

Nurulia Srikandi, Marieska. 2003. Representasi Homoseksual dalam Film Indonesia.


Universitas Lampung

Prastyo, Hendy. 2009. Representasi Nasionalisme dalam Film Nagabonar Jadi 2.


Universitas Lampung.

Pratama, Jaka. 2009. Representasi Perilaku Seks Bebas Dalam Film. Universitas
Lampung
Kupersembahkan karya ini untuk …

Mama dan Papa Terbaik di Dunia.


“Qul al-haqq walaw kana murran”
“Katakanlah yang sesungguhnya walaupun itu pahit”
(Sabda Nabi Muhammad SAW
diriwayatkan oleh Buchari Muslim)

“Walla taqfu malaisa laka bihi ilmun innassam’a wal basoro walfua
dhaluku ulaika kana anhu masulan”
“Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”
(Qs Al Isra : 36)

“Harapan adalah hal yang baik mungkin yang terbaik


Dan tak satupun hal baik akan sia-sia”
(The Shawshank Redemtion Movie)

“Imposible I Do, Miracle I Try”


(Bossman oleh chaos@work)
RIWAYAT HIDUP

Salama Khairun Nissa dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung,

pada tanggal 10 Februari 1989. Penulis merupakan putri terakhir

dari empat bersaudara, dari pasangan Yusuf Rizanie dan Rodjenin.

Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, SLTP, dan

SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2006.

Selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

Lampung pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2007 – 2008 sebagai anggota Bidang

Humas, dan sebagai anggota Bidang Penyiaran pada periode 2008 – 2009. Pada tahun

2009, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Seksi Siaran LPP RRI

Bandar Lampung. Selain itu, penulis juga mengikuti seminar-seminar dan pelatihan

guna mengembangkan diri dan keterampilan.


SAN WACANA

Alhamdulillahrabbil „alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, karena hanya

dengan izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: ” Pelestarian Budaya Melalui Media Film (Analisis Isi Pelestarian Seni

Bela Diri Pencak Silat Minang Kabau Pada Film Merantau)”, sebagai salah satu

persyaratan untuk mendapatkan gelar Sajana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus selaku Dosen

Pembahas, atas segala masukan, saran dan kesabaran yang sangat membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tina Kartika, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing akademik


4. Bapak Cahyono Eko Sugiharto selaku Pembimbing Utama, atas segala

bimbingan, masukan dan saran yang sangat membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung pada umumnya dan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya

atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Mama dan Papa untuk semua cinta dan kasihnya, belaian lembut dan

kesabarannya, dan untaian kalimat yang menenangkan, serta genggaman

hangat di setiap langkah kita berjalan, yang saya belum bisa balas semuanya.

7. Saudara-saudari saya S. Rodriko Farera (Kiyay Riko), S. Yesica Frimnoren

(Ratu Yesi), S. Yoswinda Floren (Shusi Winda), untuk kasih sayang,

kehangatan dan kebersamaannya, saya selalu bisa mengandalkan kalian (^o^)

(saya heran kenapa nama saya beda sendiri?!)

8. Kiyay Ugie, Duka Kiki, kakak-kakak ipar saya yang melengkapi keluarga

Yusuf Rizanie. Who will be the next?? *melirik k‟Adi…

9. Keponakan-keponakan saya, Allif, Agah, Aqis, Billa, untuk tingkah dan

celoteh lucu, dan selalu menyenangkan bersama kalian. Maafin Uncu ya buat

nangis mulu (^,~) *ciumin satu-satu

10. Sahabat terbaik Sapibinalpis, Apis Cina jangan sibuk pacaran mulu wooy,

kejar skripsi… Oby Siaran jangan gosip di kantor ya Ben (di rumah aja ;p),

Inal Senyum proyek mulu nih, kejar skripsi juga ya… dan Vie Item yang labil

meski dia bukan ABG… “Kalo temen pasti ngerti…”

11. Sahabat tercinta Dusuners: Tata Guru Besar di “Universitasnya” (banyak

belajar dari kmu looh sayangs), Echi yang Auranya muncrat2, Nina Supplier
makanan terbaik, Dede pelawak dusun, Echa Master kecantikan, Qiqi

Composer sejati, Nenek bagi-bagi Berkah, Ali yang udah ga Lanang lagi,

Opunk Miss Up Date (Gosip), Ain mba2 Karir, Makasih banyak ya sayangs

untuk tawa, tangis, lelucon, kebersamaan & pengertiannya… Kapan kita

mecat orang lg? (^o~)

12. Teman-teman seperjuangan Komunikasi 2006: Wiwik, Echi, Fina, Meta, Ika,

Tia, Evi, Feri, Monik, Bayu, Balqis, Pita, Krisna, Citra, Otong, Reza, Cathrin,

Caca, Flora, Wahyu, Gloria, Pendi, Shinta dan Panji semoga Ramadhan tahun-

tahun berikutnya kita dapat kembali berkumpul dengan kisah sukses masing-

masing. Amin. We Are Happy Family ;)

13. Pop’s Angels, Uwo Rindi, Ses Nana dan Mba Iken untuk tertawa 3KM ituh…

juga Mba Netty Miss Shopping & Minan Shusi buat makan siang gratisannya.

Sekali di Udara Tetap di Udara lah ya (^,^)

14. Karyawan-karyawati RRI Bandar Lampung, untuk pengertiannya saat saya

sering izin… Makasih ya Pak, Bu…

15. Satya Nugraha Adikara yang selalu membantu saya saat saya merasa “MIA”,

makasih ya nyong…

16. Kakak-kakak & Adik-adik tingkat Komunikasi 2007-2010 semoga selalu

bersemangat dalam mengharumkan nama Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

Unila.

17. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 10 November 2010

Penulis,

Salama Khairun Nissa

You might also like